UAS SOSIO-ANTROPOLIGI PENDIDIKAN ARJUN FATAH AMITHA 11105241023 TP A 2011
1. Jelaskan perkembangan masyarakat menurut Auguste Comte dan bagaimana implikasinya terhadap perekayasaan lembaga pendidikan di Indonesia? Comte mengajukan tiga tahap perkembangan masyarakat yang dapat disebut hukum tiga tahap, yaitu: teologis, metafisik, dan positif. Tahap-tahap perkembangan ini didasarkan pada cara berpikir masyarakat. Cara berpikir yang berbeda-beda ini berpengaruh pada pola kelembagaan dan organisasi sosial masyarakat. Jadi, watak struktur sosial masyarakat tergantung pada pandangan dunia atau cara mengenal dan menjelaskan gejala yang dominan. Penjelasan Comte mengenai tiga tahap perkembangan masyarakat adalah: Teologis Tingkat pemikiran manusia di mana ia memahami bahwa semua gejala di dunia ini disebabkan oleh hal-hal supernatural. Cara pandang seperti ini tidak dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan.Comte membagi tahap ini menjadi tiga periode, yaitu fetisisme (percaya pada kekuatan benda-benda), politeisme (percaya pada banyak dewa), dan monoteisme (percaya pada satu kekuatan tertinggi). Metafisik Ini hanya merupakan bentuk lain dari tahap yang pertama. Bedanya, kalau yang pertama akal budi mengandaikan yang supernatural secara absolut, tahap metafisik mengandaikan adanya kekuatan-kekuatan abstrak, hal-hal yang benar-benar nyata melekat pada semua benda dan mampu menghasilkan gejala-gejala yang ada di dunia. Dalam tahap ini, manusia belum berusaha untuk mencari sebab serta akibat dan gejalagejala. Positif/positivisme
Tahap ini mengandaikan manusia sudah dapat berpikir secara ilmiah. Akal budi manusia tidak lagi memusatkan perhatian pada pengertian-pengertian absolut, asal dan tujuan alam semesta. Tapi memusatkan perhatian pada studi tentang hukum-hukumnya yang tidak berubah. Sarana-sarana pengetahuan ini adalah penggabungan antara penalaran dan pengamatan secara empiris. Lahirnya positivisme membuat cara pandang terhadap fenomena sosial harus diteliti secara ilmiah. Adapun pernyataan dari sumber yaitu yang menjadi tititk tolak dari pemikiran positivis ini adalah, apa yang telah diketahui adalah yang faktual dan positif, sehingga metafisika ditolaknya. Di sini, yang dimaksud dengan ―positif‖ adalah segala gejala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman-pengalaman obyektif. Jadi, setelah fakta diperoleh, fakta-fakta tersebut diatur sedemikian rupa agar dapat memberikan semacam asumsi (proyeksi) ke masa depan. (Ferlian Satria, blogspot.com : 2011) Apabila dikaitkan dengan ilmu sosial budaya, positivisme Auguste Comte berpendapat bahwa (a) gejala sosial budaya merupakan bagian dari gejala alami, (b) ilmu sosial budaya juga harus dapat merumuskan hukum-hukum atau generalisasi-generalisasi yang mirip dalil hukum alam, (c) berbagai prosedur serta metode penelitian dan analisis yang ada dan telah berkembang dalam ilmu-ilmu alam dapat dan perlu diterapkan dalam ilmu-ilmu sosial budaya. Sebagai akibat dari pandangan tersebut, maka ilmu sosial budaya menjadi bersifat predictive dan explanatory sebagaimana halnya dengan ilmu alam dan ilmu pasti. Generalisasi-generalisasi tersebut merangkum keseluruhan fakta yang ada namun sering kali menegasikan adanya ―contra-mainstream‖. Manusia, masyarakat, dan kebudayaan dijelaskan secara matematis dan fisis. Dapat disimpulkan dari pandangan Auguste Comte bahwa masyarakat berkembangan susuai dengan hukum yang ada dan berjalan mengikuti hukum-hukum tertentu. Berbagai prosedur penilitian ilmiah adalah hal yang dianggap benar dalam merumuskan perkembangan masyarakat. Implikasi Bertolak dari pandangan positivisme auguste comte yang menganggap perkembangan masyarakat dapat diamati secara ilmiah dan memiliki hukum-hukum yang
mengikutinya, maka dalam implikasinya dalam bentuk perekayasaan pendidikan. Perekayasaan dalam pendidikan ini diatur dalam sebuah kurikulum dan perangkat yang mengikutinya. Dengan pendidikan berkembangan melalui rumusan-rumusan yang telah dirumuskan dan ditiliti segala kemungkinannya. Segala bentuk perekayasaan dari permusan dari data empiris dan rasional, pembuatan kurikulum, model pembelajaran dan strategi pembelajaran dibuat untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan itulah perlu metode-metode atau hukum-hukum yang mengaturnya, sehingga dalam pendidikan perlu rekayasa-rekayasa yang harus dijalankan. Seperti bentuk model belajar, strategi, manajemen belajar dsb. Model dan strategi belajar merupakan ranah yang paling dekat dalam pendidikan yang ada di Indonesia, model pembelajaran konstruktistik yang gunakan untuk mencapai kompetensi melalui pengkonstruksian pengetahuan sendiri yang didasarkan penelitian ilmiah oleh lev vygotsky dsb. Evaluasi yang diterapkan dalam lembaga pendidikan berupa angka-angka ataupun huruf yang mewakili kompetensi peserta didik. Pengukuran dalam bentuk-bentuk tes stimulus respon dan data data ilmiah. Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan Rekayasa pada lembaga pendidikan dari pengaruhnya positivisme yaitu lembaga lembaga pendidikan yang menggunakan pengukuran-pengukuran ilmiah terhadap kertecapaian kompetensinya, rekayasa lembaga pendidikan yaitu yang memuat kurikulum, model pembelajaran, strategi, dan evaluasi pembelajaran. 2. Jelaskan bagaimana mekanisme birokrasi pendidikan dalam proses-mengajar dilihat dari gagasan Emile Durkheim? Mengenai mekanisme birokrasi pendidikan bahwa pembangunan birokrasi harus dimulai dari manusia yang ada dalam birokrasi itu, karena manusialah yang menciptakan sistem. Kalau manusianya berkualitas baik, ia akan tetap bertindak baik meski berada dalam sistem yang salah. Kelompok ini sangat percaya akan paradigma konservatif yang diprakarsai oleh Emile Durkheim dimana culture diyakini sebagai the basic causal force dan the source of social cohesion. Pihak yang percaya akan keunggulan paradigma ini sering berkata: ‖mari kita berobah mulai dari diri kita sendiri‖. Karena itu, membangun birokrasi harus dimulai dengan merobah budaya dan moral pada para birokrat.
Sebuah sistem yang dapat dibuat untuk memperbaiki birokrat berdasarkan gagasan emile durkheim, mengenai moralitas, fakta sosial, kesadaran mekanik, kesadaran organik yang ditinjau dari penerapannya dalam proses belajar mengajar. Proses bekerjanya disimpulkan melalui kekuatan kolektif dan mempengaruhi individu, dari masyarakat ke individu. Dalam gagasannya durkheim bisa menjadi pokok-pokok dalam proses belajar mengajar yaitu Fakta sosial, Solidariats mekanik dan Solidaritas Organik. 1. Fakta sosial dan proses belajar mengajar. Fakta sosial benar – benar bersifat kolektif, dalam proses belajar
mengajar
mekanisme yang dilakukan bisa dalam bentuk fakta Fakta sosial benar – benar bersifat kolektif, dan pengaruhnya terhadap individu. Karena didasarkan pada norma-noram maka Contohnya dalam proses belajar mengajar terdapat peraturan bersama harus duduk rapi, duduk tidak boleh sama lawan jenis. Ini merupakan fakta sosial dari individu yang dikolektifkan bersama dalam bentuk materil. 2. solidaritas mekanik yang dadasari moraliatas kolektif yang dirasakan bersama. Pada saat solidaritas mekanik memainkan peranannya, kepribadian tiap individu boleh dikatakan lenyap, karena ia bukanlah diri indvidu lagi, melainkan hanya sekedar mahluk kolektif. Jadi masing-masing individu diserap dalam kepribadian kolektif. Moralitas mempunyai keterikatan yang erat dengan keteraturan perbuatan dan otoritas. Suatu tindakan bisa disebut moral, kalau tindakan itu tidak menyalahi kebiasaan yang diterima dan didukung oleh sistem kewenangan otoritas social yang berlaku, juga demi keterikatan pada kelompok. Latihan dan Pembiasaan dalam proses belajar mengajar dalam bentuk kejujuran dalam mengerjakan soal. Jika ketahuan curang anak dikucilkan, karena menyalahi kebiasaan dan keteraturan. Pembelajaran kooperatif menjadi sebuah pembelajaran yang menekankan pada solidaritas mekanik. Selain itu Badan kontrol sosial yang menghukum yang menyimpang. Yaitu metode hukuman jika melakukan kesalahan. 3. Kesadaran organik, kesadaran kolektif yang memungkinkan berkembangnya individualitas. Dalam pemunculannya di proses belajar mengajar yaitu menggunakan metodemetode belajar : project work, problem base learning, contextual learning, quantum teaching.
Problem base learning merupakan salah satu metode untuk berkembangnya individu, yaitu mondorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar. Menilai sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang dibelajari. Menalar secara kritis dan kreatif.
3. Jelaskan bagaimana Karl Marx menganalisis masyarakat kapitalis?
Analisis karl marx terhadap masyarakat kapitalis yaitu didasari filsafat meterial yang merujuk pada gagasan marx. Gagasan yang berupa analisis Karl Marx meyakini bahwa identitas suatu kelas sosial akan ditentukan oleh hubungannya dengan sarana-sarana produksi. Berdasarkan hal itu, Karl Marx mendeskripsikan kelas-kelas sosial dalam masyarakat Kapitalis, yang terdiri atas : 1. Kaum proletar (the proletariat), adalah mereka yang menjual tenaga kerja mereka karena mereka tidak memiliki sarana produksi sendiri. Menurut pandangan Karl Marx, mode produksi kapitalis membangun kondisi dimana kaum borjuis mengeksploitasi kaum proletar, berdasarkan fakta bahwa tenaga kerja menghasilkan nilai tambah (surplus value) yang lebih besar daripada gaji yang mereka terima 2. Kaum borjuis (the bourgeoisie), adalah mereka yang memiliki sarana produksi sendiri, dan membeli tenaga kerja dari kaum proletar dan mengeksploitasi mereka. Kaum borjuis selanjutnya dibagi lagi menjadi the very wealthy bourgeoisie dan the petit bourgeoisie yang walaupun mempekerjakan orang lain, tapi masih perlu bekerja sendiri. Marx memprediksikan bahwa petit bourgeoisie akan dihancurkan oleh penemuan sarana-sarana produksi baru yang terus menerus, dan akan menggeser kedudukan sebagian besar dari mereka menjadi kaum proletar. Konsep pokok dalam analisis Marx adalah ―alienasi‖ atau ―keterasingan‖, yang timbul dalam masyarakat kapitalis karena eksploitasi terhadap kaum proletariat (buruh) oleh kaum borjuis. Padahal semua nilai ekonomi berasal dari kaum proletar, tetapi mereka tidak mendapatkan lebih dari upah subsisten, yaitu upah yang hanya cukup untuk melanjutkan hidup dan melahirkan keturunan. Saldo (nilai surplus) tetap digenggam oleh kaum borjuis, karena itu mereka menjadi kuat dan memojokkan kaum proltar dalam suatu kondisi perbudakan abadi. Proses ini akan ―memerosotkan martabat‖ dan ―memberlakukan dehumanisasi‖ pada kaum proletar, sehingga menurunkan mereka menjadi potongan manusia (alienasi). Mereka
akhirnya tidak mampu mengembangkan potensi kemanusiaannya secara penuh. Eksploitasi ini menyebabkan pembagian masyarakat menjadi dua kelas antagonis dan meniupkan api peperangan kelas yang membentuk inti proses sejarah umat manusia. Umat manusia tidak bebas, mereka adalah bidak-bidak diatas papan catur sejarah. Nasib mereka ditentukan oleh konflik kepentingan ekonomi yang tidak dapat dihindari dalam berbagai kelas masyarakat manusia (determinisme ekonomi). Bagaimana gagasan Karl Marx yang menginspirasi Paulo Friere untuk menjelaskan proses pendidikan di Amerika Latin? Teori yang bisa menginspirasi Freire yaitu Marxisme bukan hanya teori kritik terhadap kapitalisme yang memfokuskan pemahaman Mode of production yang dinamakan kapitalisme tapi juga merupakan teori tentang Perubahan Sosial . Semangat yang mendasari Karl marx dalam melakukan kritik terhadap kapitalisme pada dasarnya berangkat dari filsafat moral keadilan dan cita-cita untuk perubahan masyarakat menuju suatu keadaan yang berkeadilan Sosial Ekonomi. Dalam karyanya yang berjudul Das Kapital, pada dasarnya Marx menuturkan tentang kasus bagaimana proses ketidakadilan terjadi dalam aspek ekonomi . Analisis Marx tertuju pada ketidakadilan yang tersembunyi dari hubungan masyarakat dalam sistem kapitalisme. Beberapa pokok gagasan yang menarik untuk cermati kemudian dan sekaligus dielaborasi adalah: ketidaknetralan pendidikan. Artinya, pendidikan, dalam pandangan Freire, memihak pada yang miskin dan sengsara; mereka kaum tertindas dan termarginalisasi oleh yang berkuasa. Secara tegas pendidikan yang diproposisikan oleh Freire melibatkan pendidikan politik sebagai salah satu agenda utamanya. Pendidikan tidak sekadar sebagai upaya untuk mengerti realitas melainkan mempertanyakan (mengkritisi) realitas. Realitas tidak dipandang sebagai suatu yang ada begitu saja melainkan melibatkan aktor tertentu yang memproduksi realitas atau yang mengkondisikan paradigma tertentu untuk memahami realitas. Bertanya merupakan tindak ekspresi individu terhadap realitas di luar dirinya secara aktif menggugat adanya yang lain itu. Bertanya adalah lambang pemberontakan yang tidak seharusnya dimatikan atau dibunuh. Freire dengan yang dibahasakan sebagai pemberontakan menghendaki bahwa pendidikan bukanlah relasi hierarkial pendidik murid yang menempatkan murid sebagai subordinan melainkan dalam situasi sosial-politik spesifik menjadi proses pencerahan untuk mengerti dunia hidupnya. Yang ditegaskan oleh Freire
bukanlah pengertian akan segala hal melainkan kehendak dan kemauan keras untuk mengerti banyak hal. Membangun hasrat orang untuk mengumpulkan informasi semakin banyak bagi dirinya sendiri itu jauh lebih sulit daripada mempasifkan orang untuk menerima (receptif) informasi dari orang lain. Dalam tulisan Marthen Manggeng, Freire mengkritik keras pendidikan gaya bank karena menguntungkan penindas dan melanggengkan si miskin. Pendidikan yang disampaikan pendidikan kesadaran kritis transitif untuk menghubungkan sebab-akibat dalam sebuah masalah-masalah yang ada. Freire menawarkan pendidikan hadap masalah yang kemudian didiskusikan untuk memecahkan masalah. Bagaimana Relevansinya dengan pendidikan di Indonesia? Untuk mengetahui relevasinya dengan pendididkan di Indonesia cukup dibalik pernyataan pendidikan dari Freire. Pendidikan Indonesia masihkah sudah merujuk pada kesadaran kritis transitif, tentu tidak. Pendidikan Indonesia mengikuti alur global yang dimana arus global dikuasi kapital. Dari sekian perguruan tinggi di Indonesia merintis mengganti label perguruan menjadi world class university, UNY, UNNES dan beberapa perguruan tinggi yang lain. Jika ditelaah WCU (world class university) standarisasi yang dilakukan oleh lembaga survey luar negeri. Edi Subkhan berpendapat bahwa ketika pemerintah dan semua kampus berusaha keras ingin menjadiuniversitas kelas dunia dengan memenuhi syarat-syarat agar dapat nyantol entah di hasil pemeringkatan THE, QS, Webometric, SJTU, atau yang lainnya, maka artinya kampus-kampuskita, bahkan sistem pendidikan Indonesia—terutama pendidikan tinggi kita yang mensuport penuh obsesi kampuskampus di Indonesia menuju world class university—praktis telahmerunduk di bawah dikte perusahaan penerbitan, lembaga penelitian dan kampus asingtersebut. Bagaimana mungkin sebuah institusi selevel Kementerian Pendidikan Nasional dalam praktiknya bisa didikte oleh majalah mingguan Times Higher Education; didikte oleh lembaga Cybermetrics Lab yang levelnya adalah setara sebuah lembaga di bawah Dewan Riset Nasional di Indonesia; dan juga didikte oleh kampus asing (SJTU). Sekiranya membayangkan bahwa proses pendidikan di dikte oleh lembaga luar.
Biaya yang diterapkan untuk Indonesia jika pendidikan berstatus world class menjadi mahal dan orang daerah terluar (marginal) tidak bisa mengakses secara lebih. Biaya yang dibutuhkan mahal untuk mendapat pendidikan. Sentralisasi pendidikan dipegang oleh penguasa ekonomi alias pemilik uang. Dan akan seterusnya akan dikuasai oleh pemilik uang.
Proses pendidikan di Indonesia
disamakan dengan pasar modal penanaman modal melalui pendidikan untuk melanggengkan statusnya.
4. Jelaskan bagaimana Max Weber menganalisis kemunculan masyarakat kapitalis di AS? Kemunculan masyarakat kapitalis di AS jika berdasarkan analisis max weber dalam tulisan Ade Subarkah The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism merupakan hasil riset ilmiah Weber tentang etos yang dimiliki oleh sekte Calvinisme, salah satu penganut sekte Protestan, kala itu terdapat empat aliran utama dari agama Protestan ascetic, yaitu Calvinisme, Metodisme, Pietisme, dan sekte Babtis. Weber lebih menekankan pada ajaran Calvinisme terutama tentang doktrin-doktrin terhadap pengikutnya yang dianggap meningkatkan produktivitas dan kedisiplinan yang tinggi. Kedisiplinan tinggi yang menjadi keseharian masyarakat AS untuk merujuk pada kapitalis, Ade Subarkah menegaskan Calvinisme menuntut dari pemeluknya suatu kehidupan berdisiplin yang masuk akal dan berkesinambungan, dengan demikian menghapuskan kemungkinan menyesal dan bertobat untuk dosa-dosa. The Protestant Ethic memperlihatkan bahwa ada suatu hubungan berdasarkan ‗pemilihan‘ (Wahlverwandschaft) Calvinisme dengan etika ekonomi kapitalis modern, yaitu rasionalisasi kehidupan ekonomi. Kapitalisme modern memiliki ciri khas yaitu perilaku hidup rasional. Pendapat lainnya terhadap sistem kapitalisme modern, reformasi dalam bidang organisasi menjadi bentuk birokrasi yang rasional-legal merupakan suatu keharusan, karena kelangsungan hidup negara kapitalis modern selengkapnya tergantung pada organisasi birokrasi. Jika marx memdekan kelas antara proletar dan borjuis, Max Weber membedakan kelas sosial demikian Kelas sosial menurut Weber dibedakan antara mereka yang mempunyai barang, kelas rentenir dan kelas wiraswastawan, yang secara berurutan disebut sebagai kelas pemilik (Besitzklassen) dan kelas-kelas niaga (Erwerbsklassen). Komposisi kelas sosial dari kapitalisme terdiri dari : 1) Kelas pekerja tangan. 2) Kaum borjuis kecil. 3) pegawai kantoran yang tidak mempunyai
kekayaan, para ahli teknik dan kaum cendikiawan. 4) kelompok-kelompok entrepreneur dan kaum pemilik tanah. Weber juga memandang kemungkinan konflik antar kelas dan perjuangan kelas sosial, terutama mereka yang berada pada kelas yang kurang beruntung atau berkeuntungan negatif. Bagaimana relevansi Max Weber untuk menganalisis pendidikan kewirausahaan di Indonesia? Pendidikan kewirausahaan Indonesia dikaitkan dengan pandangan Max Weber komposisi kelas, etika protestan yang mengusung etos kerja tinggi. Dimana masyarakat dituntut memiliki etos kerja tinggi dan lepas tangan perlahan dari birokrasi atau pemerintahan. Jadi Peran pemerintah dikembalikan kepada masyarakat atas tanggung jawabnya untuk menghidupi dirinya sendiri mulai dengan kelompok-kelompok entepreneur. Pandangan mengenai pemerintah mengindikasikan bawha pemerintah tidak mendominasi dalam urusannya mengatur ekonomi rakyat. Menjadi pembiasaan masyarakat untuk menganut ideologi liberal dan akhirnya menjadi masyarakat kapitalis yang tidak sadar. Sehingga untuk memecahkan kemiskinan dan orang marginal maka diusung pendidikan kewirausahaan. Pendidikan yang berasal dari semangat etika protestan dan menutupi masyarakat untuk memperjaungkan kelas dan tidak meningkatkan kelas mereka.
Daftar Pustaka Subarkah, Ade. 2010. Makalah Kapitalisme, Sosialisme Dan Kemiskinan (Perspektif Materialisme Karl Mark dan Idealisme Max Weber) Subkhan, Edi. 2010. Mempertanyakan Orientasi World Class University. Diakses dari http://www.academia.edu/407822/Mempertanyakan_Orientasi _World_Class_University 12 Juni 2013 Satria,Ferlian. 2011. Auguste Comte dan Aliran Positivisme. Diakses dari http://kishikun.blogspot.com/2011/09/auguste-comte-dan-aliran-positivisme.html . 12 Juni 2013.