Laporan Akhir
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Permasala Permasalahan han banjir banjir dan genanga genangan, n, khususny khususnya a di perkotaa perkotaan n merupakan merupakan salah satu permasalahan rutin yang belum bisa terselesaikan. Permasalahan ini terkadang sering menjadi masalah yang melibatkan banyak pihak dan penyebab. berkurangnya daerah resapan air, pendangkalan sungai dan saluran akibat drainase adalah beberapa hal yang sering dituding sebagai penyebab terjadinya hal tersebut. Permas Permasal alaha ahan n drain drainase ase juga juga serin sering g dikai dikaitka tkan n dengan dengan masala masalah-m h-mas asal alah ah sosial sosial.. Sebagai contoh, masalah kemiskinan diperkotaan sering mengakibatkan terjadinya alih
Laporan Akhir kegiatan kegiatan “Perencan “Perencanaan aan Induk Induk Drainase Drainase di Wilayah Wilayah Metro Bandung” Bandung” melalui melalui seleksi seleksi umum pengadaan jasa konsultansi.
1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran Maksud Maksud dari pekerjaan pekerjaan Perencan Perencanaan aan Induk Induk Drainase Drainase di Wilayah Wilayah Metro Metro Bandung Bandung ini adalah agar dihasilkan suatu dokumen yang dapat memberikan acuan secara lengkap dan menyeluruh atas kondisi permasalahan dan potensi sistem drainase sebagai dasar perencanaan jaringan drainase di wilayah Metropolitan Bandung. Sedangkan tujuannya adalah: a. Menghasilkan Menghasilkan uraian lengkap mengenai potensi dan permasalahan sistem drainase di Metropolitan Bandung; b. Tergamba Tergambarny rnya a kondis kondisii sistem sistem drain drainase ase eksis eksistin ting g di Metrop Metropol olita itan n Bandun Bandung g yang yang mencakup sistem alamiah dan sistem buatan; c. Dihasilkannya Dihasilkannya suatu usulan indikasi program penataan penataan sistem drainase berdasarkan berdasarkan kajian potensi dan permasalahan teknis.
Laporan Akhir f. Penga engamb mbiilan
data data-d -da ata
seku sekund nde er,
khu khusus susnya
yang
berkai rkaita tan n
denga ngan
pengelolaan/kelembaga pengelolaan/kelembagaan an sistem drainase. g. Melakukan identifikasi identifikasi sistem drainase eksisting. eksisting. h. Identifikasi pemanfaatan pemanfaatan lahan di wilayah wilayah studi. i. Melakukan analisa analisa dan evaluasi evaluasi profil hidrologi hidrologi wilayah wilayah studi. j. Melakukan analisa dan evaluasi kondisi sosial masyarakat k. Melakukan identifikasi identifikasi permasalahan banjir banjir dan genangan. l. Melakukan Melakukan analisa analisa terhadap terhadap sistem kelembagaan kelembagaan pengelolaa pengelolaan n sistem sistem drainase drainase di wilayah Metropolitan Bandung. m. Melakukan kajian mengenai mengenai potensi dan permasalahan yang ada. n. Melakukan Melakukan rencana indikasi indikasi program program penangan penanganan an masalah masalah banjir banjir dan genangan di Metropolitan Bandung.
1.4. Lokasi Kegiatan Lokasi Lokasi pekerjaa pekerjaan n BANDUNG”
P ER ER EN EN CA CA N A A N IN DU DU K D RA RA IN IN A SE SE D I W IL IL A YA Y A H M ET ET RO RO
“
adal adalah ah di wila wilaya yah h Metro Metro Band Bandun ung g meli melipu puti ti Kabu Kabupa pate ten n Band Bandun ung, g,
Laporan Akhir
1.6. Sistematika Pelaporan Secara garis besar besar Laporan Antara ini disajikan dalam 5 (lima) bab, yang meliputi meliputi : BAB BAB I
Pend Pendah ahulu uluan an Beris Berisika ikan n Latar Latar Belaka Belakang, ng, Maksu Maksud, d, Tujuan Tujuan dan dan Sasara Sasaran, n, Ruan Ruang g Lingku Lingkup, p, Lokasi Kegiatan, Keluaran yang dihasilkan dan Sistematika Pembahasan.
BAB II Pendekatan Pendekatan dan Metodologi Metodologi Pada bab ini disajikan mengenai Pendekatan dan Metodologi yang diusulkan dalam dalam pelaks pelaksana anaan an kegia kegiatan tan PERE PERENC NCA ANAA NAAN INDU INDUK K DRA DRAINASE INASE DI WILAYAH METRO BANDUNG. BANDUNG . BAB III Gambaran Gambaran Umum Wilayah Wilayah Metro Bandung Bandung Pada Pada bab ini disaji disajikan kan mengen mengenai ai kondis kondisii eksis eksistin ting g wila wilayah yah studi studi / Lokasi Lokasi Kegiatan secara umum. BAB IV Analisis Hidrologi Metro Metro Bandung Pada bab ini disajikan mengenai analisis hidrologi dari daerah perencanaan
Laporan Akhir
Bab 2 Pendekatan dan Metodologi
2 .1 .1 . D a s a r T eo eo r i
Kata Kata drai draina nase se bera berasa sall dan dan kata kata drai draina nage ge yang yang arti artiny nya a meng mengen enan angk gkan an atau tau mengali mengalirkan. rkan. Drainase Drainase merupakan merupakan sistem sistem yang dibuat dibuat untuk untuk menanga menangani ni persoalan persoalan kelebihan air baik di atas permukaan tanah maupun yang berada dibawah permukaan tanah. tanah. Kelebiha Kelebihan n air dapat dapat disebab disebabkan kan oleh intensitas intensitas hujan yang tinggi atau akibat akibat duras durasii hujan hujan yang yang lama lama.. Secar Secara a umum umum drain drainase ase didef didefini inisi sikan kan sebag sebagai ai ilmu ilmu yang yang memp mempel elaj ajar arii tent tentan ang g usah usaha a untu untuk k meng mengal alir irka kan n air air yang yang berl berleb ebih ihan an pada pada suat suatu u kawasan.
Laporan Akhir dan kondisi sosial budaya masyarakat terhadap kedisiplinan dalam hal pembuangan sampah sampah.. Penge Pengerti rtian an dranas dranase e perko perkotaa taan n tidak tidak terba terbatas tas pada pada tekni teknik k penang penangana anan n kele kelebi biha han n air, air, namu namun n lebi lebih h luas luas lagi lagi meny menyan angk gkut ut aspe aspek k kehi kehidu dupa pan n di kawas kawasan an perkotaan. Pada semua kawasan perkotaan persoalan drainase cukup komplek, oleh seba sebab b itu itu untu untuk k pere perenc ncan anaa aan n dan dan pemb pemban angu guna nan n bang bangun unan an air air untu untuk k drai draina nase se perkotaan, keberhasilannya tergantung pada kemampuan masing-masing perencana, dan dibutuhkan kerjasama antar beberapa ahli bidang lain yang terkait.
e n i s D r ai ai n as as e 2.1.1. J en
Untuk Untuk lebih lebih memudahka memudahkan n pemahama pemahaman n tentang tentang drainase drainase,, selanjut selanjutnya nya jenis jenis drainase drainase dapat dikelompokkan dikelompokkan berdasarkan: berdasarkan: a. Cara terbentu terbentuknya knya b. Sistem Sistem pengali pengalirann rannya ya c. Tujuan Tujuan / sasaran sasaran pembuata pembuatannya nnya d. Tata Tata letak letakny nya a e. Fungsi Fungsiny nya a
Laporan Akhir
2.
Drainase Drainase Buatan Buatan (artifici (artificial al drainage) drainage) Drai Draina nase se buat buatan an adal adalah ah sist sistem em yang yang dibu dibuat at deng dengan an maks maksud ud tert terten entu tu dan dan merupaka merupakan n hasil hasil rekayasa rekayasa berdasa berdasarkan rkan hasil hasil perhitun perhitungan gan yang dilakukan dilakukan untuk untuk upaya penyempurnaan atau melengkapi kekurangan sistem drainase alamiah.
Gambar 2.1. Drainase Buatan 2 .1 .1 .1 .1 .2 .2 .
D r a i n as as e B e r d a s a r k an an S i s t e m P e n g a lili r a n n y a
Jenis Jenis drainase drainase ditinjau ditinjau berdasar berdasarkan kan dari sistem sistem pengalira pengalirannya nnya dapat dapat dikelompo dikelompokkan kkan menjadi:
Laporan Akhir 2.
Drainase Drainase Daerah Daerah Pertania Pertanian. n. Pengeringan atau pengaliran air di daerah pertanian baik di persawahan maupun daer daerah ah
seki sekita tarn rnya ya yang yang
bert bertuj ujua uan n
untu untuk k
menc mence egah gah
kele kelebi biha han n
air air
aga agar
pertumbuhan tanaman tidak terganggu. 3.
Drainase Drainase Lapangan Lapangan Terbang Terbang Penge Pengerin ringan gan atau atau peng pengali aliran ran air di kawasa kawasan n lapang lapangan an terban terbang g teruta terutama ma pada pada runway runway (landasa (landasan n pacu) pacu) dan taxiway taxiway sehingga sehingga kegiatan kegiatan penerban penerbangan gan baik take off, landing maupun taxing tidak terambat. Pada lapangan terbang drainase juga bertujuan untuk keselamatan terutama pada saat landing dan take off yang apabila tergenang air dapat mengakibatkan tergelincirnya pesawat terbang.
4.
Draina Drainase se Jalan Jalan Raya Raya Pengerin Pengeringan gan atau pengaliran pengaliran air di permukaan permukaan jalan raya yang yang bertujuan bertujuan untuk menghindari kerusakan pada badan jalan dan menghindari kecelakaan lalu lintas. Draina Drainase se jalan jalan raya raya biasan biasanya ya berupa berupa salura saluran n di kiri kanan kanan jalan jalan serta serta goron gorongggorong yang melintas di badan jalan.
Laporan Akhir 10. Drainase untuk untuk Penambahan Penambahan Areal Pengeringan atau pengaliran air pada daerah rawa ataupun laut yang tujuannya sebagai upaya untuk menambah areal.
2 .1 .1 .1 .1 .4 .4 .
D r a i n as as e B e r d a s a r k an an T a ta ta L e t a k n y a
Jenis drainase ditinjau berdasarkan dari tata letaknya dapat dikelompokkan menjadi: 1.
Drainase Drainase Permukaa Permukaan n Tanah Tanah (sur (surface face draina drainage) ge) Sist Sistem em drai draina nase se yang yang salu salura rann nnya ya bera berada da di atas atas perm permu ukaan kaan tana tanah h yang yang pengaliran air terjadi karena adanya beda tinggi permukaan saluran.
2.
Drainase Drainase Bawa Bawah h Permukaan Permukaan Tanah Tanah (subsu (subsurface rface drainage drainage)) Sistem drainase yang dialirkan di bawah tanah ( ditanam) biasanya karena sisi artistik atau pada suatu areal yang tidak memungkinkan untuk mengalirkan air di atas permukaan tanah seperti pada lapangan olah raga, lapangan terbang, taman dan lain-lainnya. lain-lainnya.
2 .1 .1 .1 .1 .5 .5 .
D r a i n as as e B e r d a s a r k an an F u n g s i n y a
Laporan Akhir 2.
Salura Saluran n Tertut Tertutup up Siste Sistem m salura saluran n yang yang permu permukaa kaan n airny airnya a tidak tidak terpen terpenga garuh ruh denga dengan n udara udara luar luar.. Salur Saluran an ini ini sering sering diguna digunakan kan untuk untuk mengal mengalirk irkan an air air limba limbah h atau atau air kotor kotor yang yang mengganggu kesehatan lingkungan dan keindahan.
as e 2.1.2. P o l a J a r i n g a n D r a i n as
Pada sistem jaringan drainase terdiri dari beberapa saluran yang saling berhubungan sehingga sehingga membentuk membentuk suatu suatu pola jaringan. jaringan. Dan bentuk ini dapat dapat dibedaka dibedakan n sebagai sebagai berikut: 1.
Pola Pola Siku Siku Pola dimana saluran cabang membentuk membentuk siku-siku siku-siku pada saluran utama seperti seperti diperlih diperlihatkan atkan pada pada Gambar Gambar 2-2 biasany biasanya a dibuat dibuat pada daerah yang yang mempunya mempunyaii topografi sedikit lebih tinggi dari pada sungai dimana sungai merupakan saluran pembuang utama berada di tengah kota.
Laporan Akhir
Gambar 2.4. Pola Jaringan Jaringan Grid iron 4.
Pola Pola Alam Alamia iah h Pola Pola jarin jaringan gan drain drainase ase yang yang hampi hampirr sama sama denga dengan n pola pola siku, siku, diman dimana a sungai sungai sebaga sebagaii salura saluran n utama utama berad berada a di tengah tengah kota kota namun namun jarin jaringan gan salura saluran n caban cabang g tidak tidak selal selalu u berben berbentuk tuk siku siku terhad terhadap ap salura saluran n utama utama sepert sepertii diperl diperlih ihatka atkan n pada pada Gambar 2-5.
Laporan Akhir
Gambar 2.7. Pola Jaringan Jaringan Jaring-jaring Jaring-jaring as e 2.1.3. F u n g s i S a l u r a n D r a i n as
Dalam sebuah sistem drainase digunakan saluran sebagai sarana pengaliran air yang terdiri dari saluran interseptor, saluran kolektor dan saluran konveyor. Masing-masing saluran mempunyai fungsi yang berbeda yaitu: 1.
Salura Saluran n Inters Intersep eptor tor Salur Saluran an yang yang berfu berfungs ngsii sebaga sebagaii pence pencegah gah terjad terjadiny inya a pembe pembeban banan an alira aliran n dari dari suatu daerah terhadap terhadap daerah daerah lain di bawahnya bawahnya.. Saluran Saluran ini biasanya biasanya dibangun dibangun dan dan dileta diletakka kkan n pada pada bagia bagian n sejaj sejajar ar denga dengan n kontur kontur.. Outle Outlett salura saluran n ini ini biasa biasany nya a terletak pada kolektor atau konveyor atau pada saluran alamiah/sungai.
Laporan Akhir
Gambar 2.9. Pola Saluran Saluran Kolektor Kolektor 3.
Salura Saluran n konve konveyo yor r Saluran yang berfungsi sebagai saluran pembawa seluruh air buangan dari suatu daerah daerah ke lokasi lokasi pembuang pembuang,, misalnya misalnya ke sungai sungai tanpa membahayaka membahayakan n daerah daerah yang yang dilaluin dilaluinya. ya. Sebagai Sebagai contoh contoh saluran saluran/kana /kanall banjir banjir atau saluran saluran bypass bypass yang yang bekerj kerja a khus khusus us han hanya
men mengal galirkan rkan air
seca ecara cepa cepatt
samp sampai ai ke lokas kasi
pembuangan. Letaknya boleh seperti saluran kolektor atau saluran interseptor.
Laporan Akhir Daerah h Pelayanan dan Daerah Daerah Aliran 2.1.4. Daera
Suat Suatu u daer daerah ah yang yang memi memili liki ki jari jaring ngan an drai draina nase se mula mulaii hulu hulu hing hingga ga ke satu satu muar muara a pembuang tersendiri sehingga jaringan drainasenya terpisah dengan jaringan drainase daerah pelayanan lainnya. Daerah pelayanan dapat terdiri dari satu atau lebih daerah aliran. Daerah aliran adalah daerah yang dibatasi oleh batas-batas toporafi sehingga air yang menggenanginya tidak membebani daerah aliran lainnya. Pembagia Pembagian n menjadi menjadi beberapa beberapa daerah daerah pelaya pelayanan nan mempunya mempunyaii keuntungan keuntungan yaitu yaitu luas daerah daerah genanga genangan n menjadi menjadi lebih lebih kecil sehingga debit rencana rencana yang yang dialirkan dialirkan saluran relative relative lebih kecil, kecil, dan akhirnya akhirnya dapat memberika memberikan n dimensi dimensi saluran saluran menjadi menjadi relatif relatif lebih lebih ekonomis. ekonomis. Selain Selain itu, dapat dapat menghind menghindari ari terjadiny terjadinya a kemungkin kemungkinan an letak elevasi elevasi dasar saluran permukaan air di saluran berada di bawah elevasi muka air sungai.
Laporan Akhir tanah, menambah tinggi muka air tanah, juga merembes di dalam tanah ke arah muka air terendah, akhirnya juga kemungkinan sampai di laut, danau, sungai. Lalu terjadi lagi penguapan.
2.2.1. H u j a n d a n L i m p a s a n Hujan Hujan dan limpa limpasan san merup merupaka akan n dua fenome fenomena na yang yang tidak tidak dapa dapatt dipisa dipisahka hkan n yang yang saling terkait satu sama lain. Fenomena hujan merupakan fenomena alam yang tidak dapat diketahui secara pasti namun dapat dilakukan perkiraan-perkiraan berdasarkan data-data hujan terdahulu . Semakin banyak data hujan yang kita dapatkan maka akan semaki semakin n mende mendekat katii akura akurasi si perkir perkiraan aan-pe -perki rkiraa raan n yang yang dilaku dilakukan kan.. Rumus Rumusan an untuk untuk memperki memperkirakan rakan hujan tidak ada yang pasti, pasti, rata-rata rata-rata ahli hidrologi hidrologi yang melakukan melakukan penel peneliti itian an tentan tentang g hujan hujan membua membuatt persa persamaa maan-p n-pers ersam amaan aan yang yang sifatn sifatnya ya empiri empiris s namu namun n
pers persam amaa aan n
ini ini
dapa dapatt
memb memban antu tu dalam alam pere perenc ncan anaa aan n
bang bangun unan an air. air.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli mengenai hujan menunjukkan bahwa hujan-hu hujan-hujan jan yang yang besarnya besarnya tertentu mempuny mempunyai ai masa ulang ulang rata-rata rata-rata tertentu tertentu pula dala dalam m jang jangka ka waktu waktu cuku cukup p panj panjan ang. g. Akib Akibat at terj terjad adin inya ya huja hujan n maka maka akan akan terj terjad adii
Laporan Akhir berubah-ubah tergantung pada musim yang sedang berlangsung. Pada musim hujan besarnya intensitas hujan dan lama waktu hujan dan hari ke hari, jam ke jam tidak sama demikian pula dari tahun ke tahun, dan juga hujan maksimum juga berlainan.
2.2.1.1. Hujan Pengel Pengelomp ompoka okan n hujan hujan tiap tiap hari hari yang yang besarn besarnya ya terten tertentu tu selama selama berta bertahun hun-ta -tahun hun memp memper erli liha hatka tkan n bahw bahwa a huja hujan n keci kecill terj terjad adii lebi lebih h seri sering ng dari daripa pada da huja hujan n besa besar. r. Peninjau Peninjauan an lebih lebih lanjut lanjut mengenai mengenai hujan hujan menunju menunjukkan kkan bahwa bahwa hujan hujan yang besarnya besarnya tertentu mempunyai masa ulang rata-rata tertentu pula dalam angka waktu yang cukup panjang. Pada hujan harian yang besarnya 40 mm terjadi rata-rata 10 tahun sekali, arti artiny nya a dala dalam m 50 tahu tahun n terj terjad adii 5 kali kali atau atau dalam alam 100 100 tahu tahun n terj terjad adii 10 kali kali dan dan selanjutnya hujan yang besarnya 40 mm sehari itu mempunyai masa ulang rata-rata 10 tahun. Jumla Jumlah h air yang yang dihasi dihasilka lkan n akibat akibat hujan hujan tergan tergantun tung g dari dari intens intensita itas s hujan hujan dan lama lama waktu ktu huja hujan. n. Inte Inten nsita sitas s hujan jan yang ang besar sar dal dalam waktu ktu yang ang sing ingkat kat aka akan menghasilkan yang berbeda dengan intensitas kecil dan waktu yang lama. Keadaan
Laporan Akhir
2.2.1.3.
Daerah Daera h Pengaliran
Jika Jika dias diasum umsi sika kan n besa besarn rnya ya cura curah h huja hujan n dan dan inte intens nsit itas as huja hujan n sela selalu lu teta tetap p maka maka limp limpas asan an yang yang diny dinyat atak akan an deng dengan an dala dalamn mnya ya air air rata rata-r -rat ata a akan akan sela selalu lu sama sama.. Berdasarkan asumsi tersebut mengingat aliran per satuan luas tetap maka hidrograf sungai akan sebanding dengan luas daerah pengaliran tersebut. Akan tetapi hal yang sebenarnya makin besar daerah pengaliran maka makin lama limpasan mencapai titik pengukur pengukuran, an, jadi panjang panjang dasar hidrogra hidrograff debit debit banjir banjir menjadi menjadi lebih lebih besar besar dan debit debit puncaknya berkurang. berkurang. Salah satu sebab pengurangan debit puncak adalah hubungan antara intensitas curah huja hujan n maks maksim imum um yang yang berb berban andi ding ng terb terbal alik ik deng dengan an luas luas daer daerah ah huja hujan n ters terseb ebut ut,, berdasarkan asumsi tersebut curah hujan dianggap merata, tetapi mengingat intensitas curah curah hujan hujan maksimum maksimum yang yang kejadiann kejadiannya ya diperkira diperkirakan kan dalam dalam frekuensi frekuensi yang yang tetap menjad menjadii lebih lebih kecil kecil dengan dengan daerah daerah pengal pengalira iran n yang yang lebih lebih besar, besar, maka maka perkir perkiraa aan n puncak banjir akan menjadi lebih kecil.
2.2.1.4.
K o n d i s i To To p o g r a f i d a l am am D a er er a h P en en g a l i r a n
Laporan Akhir
2.2.1.5.
Jenis Tanah
Bentuk Bentuk butir-but butir-butir ir tanah, tanah, coraknya coraknya dan cara mengendap mengendapnya nya menentuk menentukan an terhadap terhadap kapasitas kapasitas infiltrasi infiltrasi,, maka karakteri karakteristik stik limpasan limpasan sangat sangat dipengaru dipengaruhi hi oleh jenis jenis tanah daerah pangaliran. pangaliran.
2.2.1.6.
Faktor-Faktor Lain
Faktor-fa Faktor-faktor ktor lain yang mempengar mempengaruhi uhi limpasan limpasan adalah adalah karaktensti karaktenstik k sungai, sungai, adanya adanya daer daerah ah peng pengal alir iran an yang yang tida tidak k lang langsu sung ng,, drai draina nase se buat buatan an dan dan lain lain-l -lai ain. n. Untu Untuk k mempela mempelajari jari puncak puncak banjir, banjir, debit debit air rendah, rendah, debit debit rata-rata rata-rata dan lain-lai lain-lain n diperluka diperlukan n penyelidikan yang cukup dan perkiraan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.2.1.7.
Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan hujan tiap satuan satuan waktu. waktu. Besarnya Besarnya intensita intensitas s hujan hujan berbedaberbeda-beda beda,, tergantun tergantung g dan lamanya lamanya hujan hujan dan frekuensi frekuensi kejadiannya. kejadiannya. Intensita Intensitas s hujan hujan diperoleh diperoleh dengan cara menganalisis data hujan baik secara statistik maupun empiris. Intensitas hujan adalah
Laporan Akhir data data-d -dat ata a huja hujan n sebe sebelu lumn mnya ya maka maka dala dalam m mend mendes esai ain n bang bangun unan an air air kita kita dapa dapatt memperkirakan hujan rencana berdasarkan periode ulangnya. Dari Gambar 2-13 memperlihatkan hidrograf rasional untuk durasi hujan sama dengan waktu konsentrasi. Debit maksimum terjadi saat waktu konsentrasi yaitu setelah aliran dan tempat yang paling jauh dengan aliran dari bagian lainnya bersama-sama sampai ke tempat tempat penguku pengukuran ran dan aliran aliran langsung langsung kembali mengecil mengecil setelah setelah hujan hujan berenti. berenti. Apabila lama hujan lebih lama dari waktu konsentrasi, maka debit akan konstan sebesar debit maksimum sampai hujan berhenti dan kemudian aliran mengcil kembali.
Laporan Akhir Dimana Rr
= hujan rencana periode ulang T tahun (mm)
R
= huja hujan n hari harian an tahu tahuna nan n maksi maksimu mum m rata rata-ra -rata ta (mm) (mm)
Sd
= standar deviasi
R1
= hujan harian maksimum tahun ke 1
n
= jumlah data atau tau tah tahun
2.2.1.9.
Rumu s Rasional
Ada banyak rumus rasional yang dibuat secara empiris yang dapat menjelaskan hubungan antara hujan dengan limpasannya diantaranya adalah: Q = 0,278.Cs.C.I. A Dimana Q= debit (m 3/det) C = koefisien koefisien aliran Cs= koefisien tampungan I = intensitas hujan hujan selama selama waktu konsentrasi konsentrasi (mm/jam) (mm/jam)
Laporan Akhir Dr. Dr.
Kawa Kawaka kami mi meng mengem emuk ukak akan an bahw bahwa a
koef koefis isie ien n
peng pengal alir iran an dapa dapatt
dite ditent ntuk ukan an
berdasarkan curah hujan. Rumus koefisen pengaliran yang digunakan untuk rata-rata sungai di Jepang seperti diperlihatkan pada Tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1. No
Daerah
Rumus Koefisien Pengaliran Sungai-sungai Sungai-sungai di Jepang Kondisi Sungai
1
Bagian Hulu
2
Bagian Tengah
Sungai biasa
3
Bagian Tengah
Sungai di zone lava
4
Bagian Tengah
5
Bagian Hilir
Curah Hujan
Koefisien Pengaliran F = 1 – 15,7 / Rt
3/4
F = 1 – 5,65 / Rt
1/2 1/2
Rt < 200 mm
F = 1 – 7,2 / Rt
Rt > 200 mm
F = 1 – 3, 3,14/ Rt
1/3
F = 1 – 16,6 / Rt
1/2
Besa Besarn rnya ya nila nilaii koef koefis isie ien n peng pengal alir iran an (C) (C) untu untuk k daer daerah ah peru peruma maha han n berd berdas asar arka kan n penelitian para ahli diperlihatkan pada Tabel 2-2 Tabel 2.2. No
Koefisien Pengaliran Pengaliran n(C)
Daerah
Koefisien Aliran
Laporan Akhir Tipe daerah aliran
Business
Perumahan
Industri
Kondisi
Koefisien Aliran (c)
Tanah gemuk, curam 7%
0,25-0,35
Daerah kota lama
0,75-0,95
Daerah pinggiran
0,5-0,7
Daerah single family
0,3-0,5
Multi unit terpisah-pisah
0,4-0,6
Multy unit tertutup
0,6-0,75
Suburban
0,25-0,4
Daerah rumah apartemen
0,5-0,7
Daerah ringan
0,5-0,7
Daerah berat
0,6-0,9
Pertamanan , kuburan
0,1-0,25
Tempat bermain
0,2-0,35
Halaman kereta api
0,2-0,4
Daerah yang tidak
0,1-0,3
Jalan
Beraspal
0,7-0,95
Beton
0,8-0,95
Laporan Akhir Rumus rasional lainnya yang menggambarkan hubungan hujan dan limpasannya yang dipengaruhi oleh penyebaran hujannya sebagai berikut:
Q=CB/A Dimana : Q
= debit (m3/det)
C
= koef koefiisien sien alir aliran an
B
= koef koefis isie ien n peny penyeb ebar aran an huja hujan n
l
= inten intensi sitas tas hujan hujan selam selama a waktu waktu konsen konsentra trasi si (mm/ja (mm/jam) m)
A
= luas daerah aliran (km 2)
Koefisien Koefisien penyebaran penyebaran hujan hujan B merupakan merupakan nilai yang digunaka digunakan n untuk untuk mengkore mengkoreksi ksi pengaruh pengaruh penyebaran penyebaran hujan yang tidak merata merata pada suatu daerah daerah pengali pengaliran. ran. Nilai Nilai besa besara ran n ini ini terg tergan antu tung ng dari dari kond kondis isii dan dan luas luas daer daerah ah peng pengal alir iran an.. Untu Untuk k daer daerah ah pengalir pengaliran an yang relatif relatif kecil biasanya biasanya kejadian kejadian hujan hujan diasumsi diasumsikan kan merata merata sehingga sehingga nilai nilai koefisien koefisien penyebaran penyebaran hujan hujan B = 1. Koefisie Koefisien n penyebar penyebaran an hujan hujan 6 diperlih diperlihatkan atkan pada Tabel 2.4.
Laporan Akhir am p u n g a n 2.2.1.11. K o e f e s i e n T am
Daerah yang memiliki cekungan untuk menampung air hujan relatif mengalirkan sedikit air hujan dibandingkan dengan daerah yang tidak memiliki cekungan sama sekali. Efek tampungan oleh cekungan ini terhadap debit rencana diperkirakan dengan koefisien tampungan yang diperoleh dan rumus berikut:
Dimana : Cs = koefisien koefisien tampunga tampungan n Te = waktu waktu konsentras konsentrasii (jam) (jam) Td = waktu waktu air mengal mengalir ir di dalam dalam salura saluran n dari dari hulu sampai sampai ke tempat tempat pengu pengukur kuran an (jam)
i s t i k R en en c a n a 2.2.1.12. K a r a k t e r is
Karakteri Karakteristik stik hujan hujan dapat dapat diketahui diketahui berdasarkan berdasarkan durasi durasi hujan, hujan, intensit intensitas as dan waktu konsentrasinya.
Laporan Akhir Waktu Waktu yang yang diperl diperluka ukan n oleh oleh air untuk untuk mengal mengalir ir di atas atas permu permukaa kaan n tanah tanah menuju menuju saluran drainase. b. Conduit time (t d) Waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di sepanjang saluran sampai titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir. Waktu Waktu konsen konsentra trasi si untuk untuk draina drainase se perkot perkotaan aan terdir terdirii dari dari waktu waktu air air untuk untuk mengal mengalir ir melalui permukaan tanah dan tempat terjauh ke saluran terdekat ditambah waktu untuk mengali mengalirr di dalam dalam saluran saluran ke tempat tempat penguku pengukuran. ran. Waktu W aktu konsentrasi konsentrasi dapat dihitung dihitung dengan rumus berikut: Te=To+Td Dimana :
Te
= waktu waktu konsen konsentra trasi si (jam) (jam) = inlet time (jam)
Td
= conduit time (jam)
Laporan Akhir Tabel 2.5.
Kecepatan Air
Kemi Kemiri ring ngan an rata rata-r -rat ata a dasa dasarr salu salura ran n
Kece Kecepa pata tan n rata rata-r -rat ata a
>1
0,4
1–2
0,6
2–4
0,9
4–6
1,2
6 – 10
1,5
10 – 15
2,4
Harga Tc ditentukan oleh panjang saluran yang dilalui aliran dan kemiringan saluran, seperti rumus berikut Waktu Waktu konsen konsentra trasi si besarn besarnya ya sangat sangat berva bervaria riasi si dan dan dipeng dipengaru aruhi hi oleh oleh faktor faktor-fa -fakto ktor r berikut ini: a. Luas daerah pengaliran b. Panjang saluran drainase c. Kemiringan dasar saluran d. Debit dan kecepatan aliran
Laporan Akhir
Dimana Tc L
= waktu konsentrasi (jam) = panjang jarak dan tempat terjauh di daerah aliran sampai tempat pengamatan banjir, di ukur menurut jalannya sungai (km)
S
= perbandingan
dari selisih
tin tinggi
antar tara
tem tempat
terjauh
dan
tempat
pengamatan pengamatan,, diperkira diperkirakan kan sama dengan dengan kemiring kemiringan an rata-rata rata-rata dari daerah daerah aliran.
2 .3 .3 . D a t a H u j a n
Karaktens Karaktenstik tik hujan hujan dapat dapat diketahui diketahui berdasarkan berdasarkan durasi durasi hujan, hujan, intensita intensitas s dan waktu konsentrasinya.
2.3.1. P e n g u k u r a n Huja Hujan n meru merupa paka kan n komp kompon onen en yang yang amat amat pent pentin ing g dala dalam m anal analis isis is hidr hidrol olog ogii pada pada perancan perancanan an debit debit untuk untuk menentu menentukan kan dimensi dimensi saluran saluran drainase drainase.. Penguku Pengukuran ran hujan hujan
Laporan Akhir
Gambar 2.15. Alat 2.15. Alat Ukur Hujan Biasa (Manual Raingauge) b. Alat Ukur Hujan Otomatis (Automatic Raingauge) Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan alat ini berupa data pencatatan secara menerus pada kertas pencatat yang dipasang pada alat ukur. Berdasarkan data ini akan dapat dilakukan analisis untuk memperoleh besaran intensitas hujan.
Laporan Akhir at D a t a 2.3.3. K o n d i s i d a n S i f at
Data hujan yang baik diperlukan dalam melakukan analisis hidrologi, sedangkan untuk mend mendap apat atka kan n data data yany yany berk berkua uali lita tas s bias biasan any ya tida tidak k muda mudah h. Data Data huja hujan n hasi hasill pencatata pencatatan n yang tersedia tersedia biasanya biasanya dalam kondisi kondisi yang yang tidak menerus dan apabila apabila terputusny terputusnya a rangkaian rangkaian data hanya hanya beberapa beberapa saat saat kemungkina kemungkinan n tidak tidak menimbul menimbulkan kan masalah, akan tetapi untuk kurun waktu yang lama tentu akan menimbulkan masalah dalam dalam melakukan melakukan analisis. analisis. Menghada Menghadapi pi kondisi kondisi data seperti seperti ini langkah langkah yang dapat ditempuh adalah dengan melihat akan kepentingan dan sasaran yang dituju, apakah data kosong tersebut perlu diisi kembali. Kualitas data yang tersedia akan ditentukan oleh alat ukur dan manajemen pengelolaannya.
Laporan Akhir Cara Thienssen ini memberikan hasil yang lebih teliti daripada cara aljabar. Akan tetapi penentuan penentuan titik pengama pengamatan tan dan pemiliha pemilihan n ketinggia ketinggian n akan mempenga mempengaruhi ruhi ketelitia ketelitian n hasil yang didapat. Kerugian yang lain umpamanya untuk penentuan kembali jaringan segitiga jika terdapat kekurangan pengamatan pada salah satu titik pengamatan.
Laporan Akhir Cara ini adalah cara rasional yang terbaik jika garis-garis Isohyet dapat digambarkan dengan teliti. Akan tetapi jika titik-titik pengamatan itu banyak dan variasi curah hujan di daerah bersangkutan besar, maka pada pembuatan peta Isohyet ini akan terdapat kesalahan pribadi si pembuat data.
Gambar 2.19. Isohiyet 2.19. Isohiyet
Laporan Akhir r A, r B, r C
= curah hujan ditempat pengamatan R A, R B, RC
R A, R B, RC = curah hujan rata-rata rata-rata setahun di di A, B, C
2.3.5. Periode Ulang Hujan Suatu Suatu data data hujan hujan adala adalah h (x) akan akan mencap mencapai ai suatu suatu harga harga terten tertentu/ tu/dis disam amai ai (x 1) atau atau kurang dari (x 1) atau lebih/dilampaui (x 1) dan diperkirakan terjadi sekali dalam kurun waktu T tahun, maka T tahun ini dianggap sebagai periade ulang dari (x 1). Contoh: R2th = 115 mm Dalam Dalam perencana perencanaan an saluran saluran drainase drainase periode periode ulang ulang yang yang diperguna dipergunakan kan tergantun tergantung g dari dari fungsi fungsi salura saluran n serta serta daerah daerah tangka tangkap p huja hujan n yang yang akan akan diker dikering ingkan kan.. Menur Menurut ut pengalaman, penggunaan periode ulang untuk perencanaan:
Salu Salura ran n kwar kwarte terr
:
peri period ode e ulan ulang g 1 tahu tahun n
Salu Salura ran n ters tersie ierr
:
peri period ode e ulan ulang g 2 tahu tahun n
Saluran Saluran sekunder sekunder :
periode periode ulang ulang 5 tahun
Salu Salura ran n prim primer er
peri period ode e ulan ulang g 10 tahu tahun n
:
Laporan Akhir 50 tahunan yang mungkin tidak akan pernah terjadi selama umur bangunan tersebut. Debi Debitt banj banjir ir sung sungai ai dapa dapatt dite ditent ntuk ukan an deng dengan an meng menggu guna naka kan n data data debi debitt alir aliran an maksi maksimu mum, m, apabil apabila a debit debit ini tidak tidak ada maka debit debit banji banjirr dapat dapat diesti diestimas masii dengan dengan menggu mengguna nakan kan data data huja hujan n maksim maksimum. um. Data Data debi debitt sungai sungai yang yang tercat tercatat at adalah adalah data data sampel sampel dan debit aliran aliran sungai, sungai, karena karena secara secara faktual faktual tidaklah tidaklah mungkin pada suatu sungai memilih data populasi debit sungai, yang mengandung makna data debit sejak sungai tersebut ada hingga tiada. Oleh karenanya untuk menggambarkan karakteristik populasi debit banjir digunakan analisis statistik. Debit Debit rencana rencana yang yang digunaka digunakan n sebagai sebagai nilai nilai rencana rencana pada perencanaa perencanaan n teknik teknik sipil sipil disebut dengan debit rencana. Besar debit rencana ini ditetapkan dengan suatu nilai debit debit banjir banjir disam disamai ai atau atau dilam dilampa paui ui dalam dalam perio periode de ulang ulang T tahun tahun.. Semak Semakin in besar besar periode periode ulangnya ulangnya maka semakin semakin besar besar nilai nilai debit debit banjirny banjirnya. a. Debit Debit rencana rencana periode periode ulang 10 tahun lebih besar dari debit rencana periode ulang 5 tahun. Debit rencana ulang T tahun mengandung makna, misalnya debit rencana 100 tahun, nilai debit banjir ini akan disamai atau dilampaui rata-rata 1 kali dalam 100 tahun atau rata-rata 5 kali dalam 500 tahun atau 10 kali dalam 1000 tahun. Untuk menetapkan nilai debit rencana
Laporan Akhir nilai-n nilai-nilai ilai ekstrim ekstrim komponen komponen hidrolog hidrologi. i. Faktor Faktor frekuensi frekuensi (K) tipe sebaran sebaran Gumbel Gumbel ini untuk periode ulang T tahun dapat diperoleh dengan rumus berikut ini
atau
Dimana: QT
= debit rencana penoe ulang T tahun (m 3/det)
Qmaks = debit aliran maksimum tahunan rata-rata (m 3/det) K
= faktor faktor frekue frekuensi nsi untuk untuk perio periode de ulang ulang T tahun tahun
Sd
= standar deviasi (m 3/det)
Qmaks = debit aliran maksimum tahunan ke i
Laporan Akhir Tabel 2.7. n
0
1
2
10
0.9496 496
0.9676 676
20
1.0628 628
30
Reduced Standar Deviasi (Sn)
3
4
5
6
7
8
9
0.9833 833
0.9971 971
1.0095
1.0206 206
1.0316 316
1.0411 411
1.0493
1.0565 565
1.0696 696
1.0754 754
1.0811 811
1.0864
1.0915 915
1.0961 961
1.1004 004
1.1047
1.1080 080
1.1124
1.1159
1.1193
1.12 1.1255 55
1.12 1.1285 85
1.13 1.1313 13
1.13 1.1339 39
1.13 1.1363 63
1.13 1.1388 88
40
1.1413 413
1.1436 436
1.14S8 4S8
1.1499
1.1519 519
1.1538 538
1.1557 557
1.1574
1.1590 590
SO
1.16 1.1607 07
1.1 1.1623 623
1.16 1.1638 38 1.1 1.1658 658
1.16 1.1667 67 1.1 1.1981 981
1.16 1.169 96
1.170 .1708 8
1.17 1.1721 21
1.17 1.173 34
60 70 80 90
1.1747 747 1.1854 854 1.1938 938 1.2007 007
1.1759 759 1.1863 863 1.1945 945 1.2013 013
1.1770 770 1.1873 873 1.1953 953 1.2026 026
1.1793 1.1890 1.1967 1.2038
1.1814 814 1.1906 906 1.1980 980 1.2044 044
1.1824 824 1.1915 915 1.1987 987 1.2049 049
1.1834 1.1923 1.1994 1.2055
1.1844 844 1.1930 930 1.2001 001 1.2060 060
100
1.2065
i.izzs
1.1480 480 1.1782 782 1.1881 881 1.1959 959 1.2032 032
1.1803 803 1.1898 898 1.1973 973 1.2044 044
2.3.8. U j i K e c o c o k a n D i s t r i b u s i Untuk Untuk menentu menentukan kan kecocokan kecocokan distribu distribusi si frekuensi frekuensi dan sampel sampel data terhadap terhadap fungsi distribus distribusii peluang peluang yang yang diperkira diperkirakan kan dapat dapat menegamb menegambarkan arkan atau mewakili mewakili ditribusi ditribusi frekuensi tersebut diperlukan pengujian parameter. Untuk pengujian ini dapat dilakukan denga dengan n Uji Chi-Ku Chi-Kuad adrat rat (chi-s (chi-squa quare) re) atau atau Uji Smirno Smirnov-K v-Kol olmog mogor orov. ov. Uji Smirno SmirnovvKolmogorov juga sering disebut uji kecocokan non parametric (non parametric test),
Laporan Akhir
-
Nilai kritis ditentukan dari tabel
-
Apab Apabil ila a D < Do maka distr distrib ibus usii yang yang digun digunak akan an untuk untuk menen menentu tuka kan n debi debitt rencana dapat diterima, sebaliknya jika D > Do maka distribusi yang digunakan tidak diterima. Tabel 2.8. N 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 n>50
Nilai Kritis Do untuk Uji Smirnov-Kolmogorov Smirnov-Kolmogorov α
0.20
0.10
0.05
0.01
0.45 0.32 0.27 0.23 0.21 0.19 0.18 0.17 0.16 0.15 . 1.07/n
0.51 0.37 0.30 0.26 0.24 0.22 0.20 0.19 0.18 0.17 . 1. 22/n
0.56 0.41 0.34 0.29 0.27 0.24 0.23 0.21 0.20 0.19 1.36/n
0.67 0.49 0.40 0.36 0.32 0.29 0.27 0.25 0.24 0.23 1.63/n
2 .4 .4 . D e s a in in H i d r o l i k a
.
.
Laporan Akhir saluran drainase air hujan (parit) yang merupakan saluran tertutup, biasanya dirancang untuk aliran saluran terbuka sebab aliran saluran drainase diperkirakan hampir setiap saat, memilih permukaan bebas.
2.4.2. Sistem Pengaliran pada Saluran Terbuka Aliran pada saluran terbuka t erbuka terdiri dari saluran alami dan saluran buatan. Pada saluran alam, alam, variable variable aliran sangat tidak teratur teratur baik baik terhadap terhadap fungsi ruang maupun maupun fungsi waktu aktu sehi sehing ngga ga anal analis isis is alir aliran an suli sulitt
dise disele leai aika kan n
seca secara ra anal analis isis is dan dan
untu untuk k
menyel menyelesa esaika ikann nnya ya dilaku dilakukan kan secara secara empir empiris. is. Sement Sementara ara itu pada pada salur saluran an buatan buatan seperti saluran irigasi atau saluran drainase variable aliran lebih teratur dan cenderung sera seraga gam m di sepa sepanj njan ang g salu salura ran n sehi sehing ngga ga anal analis isis is alir aliran an lebi lebih h muda mudah h dan dan lebi lebih h sederhana.
as i A l i r a n 2.4.3. K l a s i f i k as
Untuk memudahkan pemahaman tentang aliran pada saluran terbuka dapat dilakukan klasifikasi berdasarkan perubahan kedalaman aliran sesuai dengan perubahan ruang
Laporan Akhir Terjadi jika kedalaman aliran berubah secara tiba-tiba. a. Saluran Saluran Terbuka Terbuka Analisis hidrolika yang dimaksud adalah mendapatkan deskripsi saluran, baik terbuka maupun maupun tertutup, tertutup, sesuai sesuai kapasitas kapasitas debit debit yang yang mengalir mengalir.. Kriteria Kriteria perenca perencanaan naan debit debit saluran yang biasa digunakan adalah persamaan umum Q = A.v A = (b + mh)h
P = b + 2h √m2 + 1 R = A/P
Gambar 2.20. Prinsip 2.20. Prinsip Penampang Saluran Terbuka dengan A = luas penampang saluran
Laporan Akhir
Tabel 2.9.
Koefisien Kekasaran untuk Berbagai Saluran
Saluran Tanah
Pasangan batu kali
Pasa Pasang ngan an batu batu koso kosong ng
Keterangan Q >10
K 45
5
42,50
1
40
1>Q dan saluran tersier
35
Pasangan pada satu sisi
42
Pasangan pada dua sisi
45
Pasangan pada semua sisi
50
Selu Seluru ruh h perm permu ukaan kaan
45
Pada dua sisi
42
Pada satu sisi
40
Laporan Akhir Kemiri Kemiringa ngan n meman memanjan jang g diten ditentuk tukan an teruta terutama ma oleh oleh keada keadaan an topog topograf rafi, i, kemiri kemiringa ngan n saluran akan sebanyak mungkin mengikuti garis muka tanah pada trase yang dipilih. Agar diperhatikan diperhatikan dalam menentukan kemiringan, tidak mengakibatkan erosi maupun sedimentasi. Kemi Kemiri ring ngan an mema memanj njan ang g salu salura ran n cend cender erun ung g diam diambi bill yang yang lebi lebih h besa besarr sehi sehing ngga ga diperoleh dimensi saluran sekecil mungkin. Upaya menekan biaya pembebasan tanah dan penggalian/penimbunan, talud saluran diren direncan canaka akan n secura securam m mungki mungkin. n. Bahan Bahan tanah tanah,, kedal kedalama aman n salura saluran n dan dan terjad terjadin inya ya rembesan akan menentukan kemiringan maksimum untuk talud yang stabil. Khusus saluran-saluran yang lebih besar, stabilitas talud yang diberi pasangan harus dipe diperi riksa ksa agar agar tida tidak k terj terjad adii geli gelinc ncir ir dan dan seba sebaga gain inya ya.. Teka Tekana nan n air air dari dari bela belaka kang ng pasangan merupakan faktor penting dalam keseimbangan ini. Tinggi jagaan berguna untuk: a. Menaikkan muka air air di atas tinggi muka air maksimum. maksimum. b. Mencegah kerusakan kerusakan tanggul saluran. saluran.
Laporan Akhir Tabel 2.13.
Nilai Kemiringan Talud untuk untuk Saluran Saluran Pasangan
Jenis tanah
h < 0,75
0,75 < h 1,5 m
Lempung pasiran, tanah pasiran kohesif
1
1
Tanah pasiran lepas
1
1,25
Geluh pasiran, lempung berpori
1
1,5
1,25
1,5
Tanah gambut lunak
Meningginya muka air sampai di atas tinggi yang telah direncanakan bisa disebabkan oleh oleh penutu penutupa pan n pintu pintu secara secara tiba-t tiba-tiba iba di sebela sebelah h hilir hilir,, varia variasi si ini ini akan akan bertam bertambah bah dengan membesarnya debit. Meningginya muka air dapat pula diakibatkan pengaliran air buangan ke dalam saluran. Tabel 2.14. Debi Debitt (m3/ (m3/d dt)
Tinggi Jagaan Untuk Saluran Tan Tanggul ggul F (m) (m)
Pasa Pasang ngan an F1 (m) (m)
< 0,5
0,40
0,20
0,5 – 1,5
0,50
0,20
1,5 - 50
0,60
0,25
0,5 – 10,0
0,75
0,30
Laporan Akhir Untuk tujuan-tujuan eksploitasi, pemeliharaan dan inspeksi akan diperlukan tanggul di sepa sepanj njan ang g salu salura ran. n. Pele Peleta taka kan n jala jalan n insp inspek eksi si dius diusah ahak akan an disi disisi si yang yang diai diairi ri agar agar bangunan bangunan sadap dapat dapat dicapai dicapai secara secara langsun langsung g dan usaha penyadap penyadapan an liar makin sulit.
Lebar jalan inspeksi dengan perkerasan adalah ≥ 5,0 meter, dengan lebar perkerasan ≥ 3,0 meter. Tabel 2.16. Debi Debiat at renc rencan ana a (m3/ (m3/dt dt))
Lebar Minimum Tanggul
Tanp Tanpa a jala jalan n insp inspek eksi si (m) (m)
Deng Dengan an jala jalan n insp inspek eksi si (m) (m)
Q<1
1,00
3,00
1
1,50
5,00
5 < Q < 10
2,00
5,00
10 < Q < 15
3,50
5,00
Q < 15
3,50
5,00
Kurve Kurve pengempa pengempangan ngan digunak digunakan an untuk untuk menghitun menghitung g panjang panjang serta elevasi elevasi muka air dan dan tan tanggul ggul renc rencan ana a di sepa sepanj njan ang g salu salura ran n yang yang terk terken ena a pen pengaru garuh h adan adanya ya pengempangan. Perhitungan yang tepat untuk kurve pengempangan dapat dikerjakan
Laporan Akhir
Gambar 2.21. Kurva 2.21. Kurva Pengempangan Desai Desain n salura saluran n untuk untuk rehabi rehabilit litasi asi,, kadan kadang-k g-kad adang ang melipu meliputi ti salura salurann-sal salura uran n yang yang dikenal sebagai saluran fungsi ganda. Saat hujan turun air buangan dari areal pertanian, dan atau dan kampung-kampung terkumpul dan kemungkinan akan masuk ke saluran ingasi. Besar debit buangan ini, mungkin beberapa kali besarnya dari debit normal, yang menyebabkan banjir pendek. Masal Masalah ah pokok pokok dalam dalam mempe mempersi rsiap apkan kan desai desain, n, adalah adalah membu membuat at ident identifi ifikas kasii dan perhitungan aliran buangan ini. Untuk Untuk saluran saluran yang membawa membawa air buangan, buangan, kapasitas kapasitas saluran saluran harus dicek dicek dengan dengan
Laporan Akhir keli kelili ling ng
basa basahn hnya ya
terk terkec ecil il
akan akan memp mempun uny yai
kema kemamp mpua uan n
angk angku ut
maks maksim imum um..
Penampang semacam ini dinamakan penampang hidrolis terbaik. Umumny Umumnya a salura saluran n harus harus direnc direncan anaka akan n untuk untuk penamp penampan ang g hidro hidrolilis s terbai terbaik k dengan dengan sekedar sekedar modifikas modifikasi. i. Meskipun Meskipun penampan penampang g hidrolis hidrolis terbaik terbaik merupaka merupakan n penampan penampang g yang yang memb member erik ikan an luas luas mini minimu mum m untu untuk k suat suatu u debi debitt terte tertent ntu u teta tetapi pi belu belum m tent tentu u menghasilkan penggalian tanah yang minimum (Ven. Te Chow, 1989: 147). Unsur -unsur geometris dari enam penampang hidrolika terbaik dimuat dalam Tabel 218, namun penampang-penampang ini tidak selalu dapat dipakai datam praktek, akibat kesul kesulita itan n pemba pembangu ngunan nannya nya dan pemaka pemakaian ian bahan bahanny nya. a. Dan segi segi pandan pandang g praktis praktis,, penampan penampang g hidroli hidrolik k terbaik terbaik adalah adalah penampan penampan dengan luas terkecil terkecil dari suatu debit debit tertentu, tetapi tidak menghasilkan alian sekecil-kecilnya. PrinsipPrinsip-prin prinsip sip penampan penampang g hidrolik hidrolik terbaik terbaik hanya hanya berlaku berlaku pada perancang perancang saluran saluran taha tahan n eros erosi. i. Untu Untuk k salu salura ran n peka peka eros erosi, i, prin prinsi sip p gaya gaya tari tarik k haru harus s dipa dipaka kaii dala dalam m menentukan penampang efisien. Tabel 2.18.
Penampang Penampang Hidrolik Terbaik
Laporan Akhir
Tinggi ambang hilir a = 1/2. /2. dc
Panjang olakan L = C1 . √z . dc + 0,25
dengan B
= lebar bar efekt fektiif (m) (m)
Q
= debit (m3/det )
Laporan Akhir Kedalaman dan panjang kolam olak D = L = R = 1,1 Z + H
Tinggi dan lebar ambang hilir a
= 0,15 (H/Z)
W
= Z .a
0,5
dengan B
= lebar bar efekt fektiif (m) (m)
Q
= debit ( m3/det )
M
= koe koefisi fisien en (1 00)
H1
= tinggi tinggi garis energi di hulu (m)
H1
= tinggi tinggi muka air di hulu hulu (m)
D
= keda kedala lama man n kola kolam m olak olak (m) (m)
L
= pan panjang jang kola kolam m ola olak (m) (m)
R
= jari jari-j -jar arii hidr hidrol olis is (m) (m)
Laporan Akhir
K =Ө, untuk lantai peralihan pada satu bidang (tidak perlu horisontal)
, untuk lantai peralihan pada kurve parabola Dengan Fr
= bilanga bilangan n froude froude di di panka pankall dan dan ujung ujung peraliha peralihan n luas luas potongan potongan
D
= luas luas poton potongan gan /1eba /1ebarr poto potonga ngan n (denga (dengan n satuan satuan meter) meter)
g
= perc percep epat atan an grav gravit itas asi, i, m/det m/det2 ( 9,80)
K
= fakt faktor or perc percep epat atan an
V
= kecep kecepata atan n alir aliran an pada pada titi titik ky yang ang bersan bersangku gkutan tan,, m/de m/dett
Ө
= sudut kemiringan lantai pada titik yang bersangkutan untuk lantai peralihan pada kurve
hv
= tinggi tinggi kecepatan kecepatan pada pangkal pangkal (permula (permulaan) an) kurve, kurve, m
r
= jari jari-j -jar arii leng lengku kung ng lant lantai ai,, m
V
= kecepa kecepatan tan pada pada titik titik yang yang bersan bersangku gkutan tan,, m/det m/det
Ө
kemiringan sudut lantai
Laporan Akhir Dengan numus Manning/Strickler, sudut gesekan tersebut adalah:
dengan d1
= kedalaman kedalaman di ujung hulu kolam, m
V
= kece kecepa pata tan n, m/de m/dett
K
= koef koefiisien sien keka kekasa sara ran n
R
= jari jari-j -jar arii hidr hidrol olis is,, m
Kehi Kehila lang ngan an ener energi gi akib akibat at gese geseka kan, n, h f bole boleh h diab diabai aika kan n untu untuk k got got miri miring ng yan yang panjangnya kurang dan 10 m. Potongan biasa untuk bagian miring bangunan ini adalah segi empat. Tetapi andaikata ada ada baha bahaya ya terj terjad adin inya ya alir aliran an yang yang tida tidak k stab stabil il dan dan timb timbul ulny nya a gelo gelomb mban ang, g, maka maka potongan dengan dasar berbentuk segitiga dan dinding vertikal dapat dipilih. Ting Tinggi gi dind dindin ing g got got miri miring ng yang yang dian dianju jurk rkan an sama sama deng dengan an keda kedala lama man n maks maksim imum um ditambah dengan tinggi jagaan (lihat Tabel 2.19) atau 0,4 kali kealaman kritis di dalam
Laporan Akhir
dengan d1
= kedalaman kedalaman di ujung hulu kolam, m
X
= jara jarak k hori horiso sont ntal al dari dari awal awal,, m
Y
= jara jarak k verti vertika kall dari dari awal awal,, m
Lt
= panjang panjang horisonta horisontall dan awal awal sampai sampai akhir/uju akhir/ujung, ng, m
ӨO
= sudut kemiringan lantai pada awal awal kurve
ӨL
= sudut sudut kemiringan kemiringan pada ujung kurve
Panjang Lt harus dipilih dengan bantuan persamaan pada bagian 1. Peralihan, untuk mana K = 0,50 atau kurang.
2.4.5. Aliran Tidak Tetap (Unsteady Flow) Aliran tidak tetap adalah aliran yang mempunyai kedalaman berubah-ubah berubah-ubah selama angk angka a waktu waktu tert terten entu tu yang yang berm bermak akna na fung fungsi si waktu waktu seba sebaga gaii tolo tolok k ukur ukur.. Banj Banjir ir merupa merupakan kan salah salah satu satu contoh contoh alira aliran n tidak tidak tetap tetap Aliran Aliran ini dapat dapat dibeda dibedakan kan dalam dalam
Laporan Akhir
2.4.6. Sifat-Sifat Aliran SifatSifat-si sifat fat aliran aliran pada pada salura saluran n terbuka terbuka diten ditentuk tukan an oleh oleh kekent kekentala alan n dan dan gravi gravitas tasi. i. Tegangan permukaan air dalam keadaan tertentu dapat pula mempengaruhi perilaku aliran, tetapi pengaruh ini dapat terlalu besar. a. Aliran Laminar Aliran dikatakan laminar apabila gaya kekentalan (viscosity) relative sangat besar dibandingkan dengan gaya inersia sehingga kekentalan berpengaruh besar terhadap perilaku aliran. Butir-butir air bergerak menurut lintasan tertentu yang teratur atau lurus, dan selapis cairan tipis seolah-olah menggelincir diatas aliran lain. b. Aliran Turbulen Aliran dikatakan turbulen apabila gaya kekentalan relative lemah jika dibandingkan dibandingkan dengan gaya inersia. Butir-butir air bergerak menurut lintasan yang tidak teratur, tidak lancar dan tidak tetap, walau butir-butir tersebut bergerak mau didalam aliran secara keseluruhan. c.Aliran transisi
Laporan Akhir a. Aliran Sub Kritis Terjadi apabila kedalaman aliran diberi gangguan seperti melemparkan batu ke dalam alir aliran an dan dan terj terjad adii pan panjala jalara ran n kea kearah rah hulu hulu.. Alir Aliran an sub sub krit kritis is dapa dapatt dite ditent ntu ukan kan berdasarkan Angka Froud (Fr). Kecepata aliran (V) lebih kecil dari kecepatan rambat
gelombang (√gy) dinyatakan dengan Fr < 1. b. Aliran super kritis Terjadi Terjadi apabila apabila kecepatan kecepatan aliran cukup besar sehingga sehingga aliran yang diberi ganguan ganguan seperti seperti melempar melemparkan kan batu ke dalam dalam aliran aliran menyebab menyebabkan kan panjajar panjajaran an tidak tidak ke hulu. hulu. Aliran ini dapat ditentukan berdasarkan Angka Froud (Fr). Kecepatan aliran (V) lebih
besar dari kecepatan rambat gelombang (√gy) dinyatakan dengan FR >1. c. Aliran kritis Aliran kritis adalah aliran diantara sub kritis dan superkritis dimana kecepatan aliran sama sama deng dengan an kece kecepa pata tan n ramb rambat at gelo gelomb mban ang g (). (). Alir Aliran an kriti kritis s dapa dapatt dite ditent ntuk ukan an berdasarkan Angka Froud Fr = 1.
Laporan Akhir an A l i r a n 2.4.7. D i s t r i b u s i K e c e p a t an
Dengan adanya suatu permukaan bebas dan gesekan di sepanjang dinding saluran, maka maka kecep kecepata atan n dalam dalam salura saluran n tidak tidak terba terbagi gi merata merata dalam dalam penam penampa pang ng salura saluran. n. Kecepa Kecepatan tan maksim maksimum um dalam dalam salura saluran n biasa biasany nya a terjad terjadii di bawa bawah h permu permukaa kaan n bebas bebas sedalam 0,05 sampai 0,25 kali kedalaman. Pembagia Pembagian n kecepatan kecepatan pada penampang penampang saluran saluran juga tergantun tergantung g pada pada faktor fakto f aktor r lain, lain, sepert sepertii bentu bentuk k penam penampan pang g yang yang tidak tidak lazi lazim, m, kekasa kekasaran ran salura saluran n dan dan adanya adanya tekukan-tekukan. Pada arus yang lebar, deras dan dangkal atau saluran yang sangat lici licin n kece kecepa pata tan n maks maksim imum um seri sering ng terj terjad adii di perm permuk ukaa aan n beba bebas. s. Pada Pada tiku tikung ngan an,, kecep kecepata atan n menin meningka gkatt pada pada bagia bagian n cembun cembung g menimb menimbul ulkan kan gaya gaya sentri sentrifug fugal al pada pada aliran. Kecepatan minimum terjadi di dekat dinding batas dan bertambah besar dengan jarak menuju menuju permu permukaa kaan. n. Kecep Kecepata atan n maksi maksimum mum terja terjadi di di sekita sekitarr tengah tengah-te -tenga ngah h lebar lebar salura saluran n dan sediki sedikitt di bawah bawah permu permukaa kaan. n. Pengu Pengukur kuran an kecepa kecepatan tan di lapan lapangan gan di lakukan dengan menggunakan Current Meter (berupa baling-baling yang dihubungkan denga dengan n gauge gauge yang yang membe memberik rikan an hubun hubungan gan antara antara kecepa kecepatan tan sudut sudut balin baling-b g-bal alin ing g
Laporan Akhir I
= kemi kemiri ring ngan an permu permuka kaan an air atau atau grad gradie ient nt energ energy y atau atau dasar dasar salur saluran an,, garis-garisnya sejajar untuk aliran mantap yang merata
c. Strickler Strickler
Dimana V
= kece kecepa pata tan n rata rata-r -ra ata im/d im/det et))
ks
= koe koefisi fisie en Stric trickl kler er
d35 d35
= diam diamet eter er yang yang berh berhub ubun unga gan n deng dengan an 35 % bera beratt mate materi rial al denga dengan n diameter yang lebih besar
R
= jar jari-ja -jari hidrolik
I
= k ke emiringan
permukaan
air
atau
gradient
energy
atau
dasar
saluran,gans-gansnya saluran,gans-gansnya sejajar untuk untuk aliran aliran mantap mantap yang yang merata merata
Laporan Akhir
C. Debi Debitt (Q) (Q) Untuk aliran mantap merata, dalam suku-suku rumus Manning adalah:
Kond Kondis isii debi debitt pemb pembua uang ngan an berfl berfluk uktu tuas asii sehi sehing ngga ga perl perlu u memp memper erha hati tika kan n peri periha hall kecepatan aliran (V). Diupayakan agar pada saat debit pembuangan kecil masih dapat mengangkut sedimen, dan pada keadaan debit besar aman dan bahaya erosi. Syarat
Laporan Akhir
Untuk Untuk aliran aliran turbul turbulen en merata merata dalam dalam salura saluran n terbu terbuka ka lebar lebar distri distribus busii kecepa kecepatan tanny nya a dinyatakan sebagai berikut:
F.
Energi Energi Spesif Spesifik ik
Energi per satuan berat (Nm/N) relative terhadap dasar saluran yaitu: E = kedalaman + head kecepatan = y + V 2/2g… Sebuah pernyataan yang lebih pasti dari suku energy kinetiknya akan merupakan: av2/2g denga dengan n a sebag sebagai ai factor factor koreks koreksii energy energy kineti kinetik k dalam dalam sukusuku-su suku ku laju laju alira aliran n q per satuan lebar b (yaitu q = Q/b)
Laporan Akhir H. Aliran Aliran Satuan Satuan Maksimum Maksimum Aliran satuan maksimum atau Q maka dalam saluran segiempat untuk setiap energy spesifik E tertentu adalah:
Untuk aliran kritis dalam saluran bukan segiempat adalah:
Dimana Dimana b' adalah adalah lebar lebar permukaan permukaan air atau bisa disusun disusun kembali dengan membagi dengan A 2 sebagai berikut:
Dimana suku ac/b disebut kedalaman rerata Ym. I.
Alira Aliran n Tak Tak Mera Merata ta
Untuk Untuk alira aliran n tak merat merata, a, suatu suatu salura saluran n terbu terbuka ka biasa biasany nya a dibagi dibagi ke dala dalam m panjan panjangg-
Laporan Akhir
Suku dy/dL menyatakan kemiringan permukaan air relatif terhadap dasar saluran. Jadi jika dy/dL positif, kedalamannya kedalamannya kearah k earah hilir. J.
Lompat Lompatan an Hidro Hidrolik lik
Lompa Lompatan tan hidro hidrolik lik terja terjadi di bila bila suatu suatu aliran aliran super super kritis kritis berub berubah ah menja menjadi di sub kritis kritis.. Dalam hal seperti ini ketinggian air naik secara tiba-tiba dalam arah alirannya. Untuk suatu aliran tetap sebuah saluran segiempat dinyatakan dalam persamaan berikut:
2.4.8. G o r o n g - G o r o n g Bangunan gorong-gorong ini dimaksudkan untuk meneruskan aliran air buangan yang meli melint ntas as di bawa bawah h jala jalan n raya raya.. Dala Dalam m mere merenc ncan anaka akan n goro gorong ng-g -gor oron ong g ini ini perl perlu u
Laporan Akhir
Dimana B
= lebar lubang
CD
= koefisien koefisien yang menyatakan pengaruh lebar penyempitan penyempitan aliran.
Apabila tepi vertikalnya dibuat bulat dengan radius 0,1B atau lebih, maka tidak akan ada penyempitan samping dan C b = 1, bila tepi vertikalnya dibiarkan tetap persegi Cb = 0,9 b. Apabila Apabila Hw/D > 1,2 kira-kira permuka permukaan an air akan meyentuh meyentuh bagian bagian atas gorong gorong dan untuk nilai yang lebih besar dari 4 maka tempat masuk gorong - gorong akan akan berla berlalu lu pintu pintu geser. geser. Hasil Hasil eksper eksperim imen en mempe memperli rlihat hatkan kan bahwa bahwa pengar pengaruh uh kombinasi dari penyempitan vertical atau horizontal dapat diutarakan sebagai satu koefisien koefisien penyempitan, penyempitan, Cb, di bidang bidang tegak, tegak, yang yang untuk untuk dasar dasar langit-la langit-langit ngit yang yang dibulatkan dan tepi vertikal adalah 0,8, sedangkan untuk tepi persegi adalah 0,6. Debit bisa dihitung berdasarkan asumsi:
Laporan Akhir 6. Dime Dimens nsii bang bangun unan an pele peleng ngka kap p sepe sepert rtii goro gorong ng-g -gor oron ong, g, pint pintu u air air dan dan luba lubang ng pemeriksa pemeriksaan an agar ditentukan ditentukan berdasar berdasarkan kan kriteria kriteria perancan perancangan gan sesuai sesuai dengan dengan macam kota, daerah dan macam saluran.
2.4.10.
Debit Rencana
Debit rencana adalah debit maksimum yang akan dialirkan oleh saluran drainase untuk mencegah mencegah terjadinya terjadinya genangan genangan.. Untuk Untuk drainase drainase perkotaan perkotaan dan jalan jalan raya, raya, sebagai sebagai debi debitt renc rencan ana a dite diteta tapk pkan an debi debitt banj banjir ir maksi maksimu mum m peri period ode e ulan ulang g 5 tahu tahun, n, yang yang mempunyai makna kemungkinan banjir maksimum tersebut disamai atau dilampaui 1 kali dalam 5 tahun atau 2 kali dalam 10 tahun atau 20 kali dalam 100 tahun. Penetapan debit banjir maksimum periode ulang 5 tahun ini berdasarkan pertimbangan: a. Resik Resiko o akibat akibat genan genanga gan n yang yang ditimb ditimbul ulkan kan oleh oleh hujan hujan relati relatiff kecil kecil diband dibanding ingkan kan dengan banjir yang ditimbulkan meluapnya sebuah sungai. b. Luas lahan di perkotaa perkotaan n relatif relatif terbatas apabila apabila ingin direncanaka direncanakan n saluran saluran yang melayani debit banjir maksimum periode ulang lebih besar dari 5 tahun. c. Daer Daerah ah perk perkot otaa aan n meng mengal alam amii peru peruba baha han n dala dalam m peri period ode e terte tertent ntu u sehi sehing ngga ga
Laporan Akhir 2 .5 .5 . S a l u r an an D r ai ai n a s e
2.5.1.
Kriteria Teknis
Dalam Dalam perencan perencanaan aan dan pelaksana pelaksanaan an pembuata pembuatan n saluran saluran drainase drainase,, kriteria kriteria teknis teknis salura saluran n drain drainase ase untuk untuk air hujan hujan dan air air limba limbah h perlu perlu diper diperhat hatih ihan an agar agar salura saluran n drain drainase ase tersebu tersebutt dapat dapat beker bekerja ja sesuai sesuai dengan dengan fungsi fungsiny nya. a. Kriteri Kriteria a tekni teknis s salura saluran n drainase tersebut adalah sebagai berikut: a. Kriteria Kriteria Teknis Teknis saluran saluran drainas drainase e air hujan; hujan; 1. Muka air rencana rencana lebih lebih rendah rendah dan muka tanah tanah yang akan dilaya dilayani ni 2. Aliran berlangsung berlangsung cepat namun namun tidah menimbulkan menimbulkan erosi 3. Kapasitas Kapasitas salura saluran n membesar membesar searah searah aliran aliran b. Kriteria Kriteria teknis teknis saluran saluran drainas drainase e air limbah; limbah; 1. Muka air rencana rencana lebih lebih rendah rendah dari muka air air tanah yang yang akan dilayani dilayani 2. Tidak mencemari mencemari kualitas air sepanjang sepanjang lintasannya lintasannya 3. Tidak mudah dicapai oleh oleh binatang binatang yang dapat dapat menyebabkan menyebabkan penyakit penyakit 4. Ada proses proses penge pengence nceran ran atau atau pengge penggelon lontor toran an sehin sehingga gga kotora kotoran n yang yang ada
Laporan Akhir a. Sistem jaringan jaringan yang ada ada (drainasi, (drainasi, irigasi, air air minum, telepon telepon dan listrik) b. Batas-bata Batas-batas s area area pemi pemilika likan n c. Letak Letak dan jumla jumlah h prasara prasarana na yang yang ada d. Tingkat Tingkat kebutuha kebutuhan n drainase drainase yang yang diperlukan diperlukan e. Gambaran Gambaran priorita prioritas s area secara secara garis garis besar besar Data tersebut diatas dimaksudkan agar dalam penyusunan tata letak sistem jaringan drainase tidak terjadi pertentangan kepentingan (conflict of interest). Penentuan tata letak dari jaringan drainase bertujuan untuk: a.
Sistem jaringan jaringan drainase dengan sasaran dapat berfungsi berfungsi sesuai perencanaan perencanaan
b.
Dampak Dampak lingkung lingkungan an seminim seminim mungkin mungkin
c.
Nilai Nilai pakai seting setinggi gi mungkin mungkin ditinja ditinjau u dan segi segi konstruk konstruksi si dan fungsi fungsi
d.
Biaya Biaya pelak pelaksana sanaan an seekonom seekonomis is mungkin. mungkin.
2.5.2.3.
Langk ah Perencanaan
Data perencangan yang diperlukan untuk desain drainase adalah: a. Data Masal Masalah ah
Laporan Akhir g. Biaya produksi produksi drainase drainase h. Data kependudukan kependudukan Dimakudka Dimakudkan n untuk untuk menganali menganalisis sis jumlah jumlah air buangan buangan untuk untuk pendimen pendimensian sian saluran saluran pada musim kemarau. i. Kelemb Kelembaga agaan an Instansi pemerintah yang terkait dalam sistem drainasi j. Peraturan penggunaan k. Aspirasi masyarakat masyarakat dan peran pemerintah l. Data sosia sosiall okonomi okonomi pend penduduk uduk m. Kesehatan lingkungan lingkungan pemukiman pemukiman n. Banjir Banjir kiriman kiriman jika ada o. Peta situasi dan pengukuran pengukuran jalur saluran p. Data hujan
Laporan Akhir lingkara lingkaran n diharapk diharapkan an berfungs berfungsii mengalir mengalirkan kan debit debit lebih lebih kecil dari debit debit rencana rencana atau debit akibat hujan harian maksimum rata-rata.
Gambar 2.23. Penampang 2.23. Penampang saluran Tersusun
2.5.2.5.
D i m e n s i S al al u r a n
Dimensi Dimensi saluran saluran harus harus mampu mengalirka mengalirkan n debit debit rencana rencana atau lebih besar besar dengan dengan kata kata lain lain debit debit yang yang diali dialirkan rkan oleh salura saluran n (Qs) (Qs) sama sama atau atau lebih lebih besar besar dari dari debit debit rencana (QT). Hubungannya ditunjukkan sebagai berikut:
Qs ≥ QT Debit suatu penampang saluran (Qs) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus: Qs = AsV Dimana
Laporan Akhir Tabel 2.20.
Koefisien Kekasaran Kekasaran Manning untuk untuk Gorong-gorong Gorong-gorong dan Saluran Saluran Tipe saluran
Koefisien Manning (n)
Baja
0,011 – 0,014
Baja permukaan gelombang
0,021 – 0,030
Semen
0,010 – 0,013
Beton
0,011 – 0,015
Pasangan batu
0,017 – 0,030
Kayu
0,010 – 0,015
Bata
0,011 – 0,015
Aspal
0,013
Perh Perhit itun unga gan n
dime dimens nsii
salu salura ran n
drai draina nase se perk perkot otaa aan n
dan dan
jala jalan n
raya raya dian dianju jurk rkan an
memperhatikan hal-hal berikut: 1. Karen Karena a alasan alasan teknis teknis dan dan esteti estetika, ka, salura saluran n direnc direncan anaka akan n deng dengan an lapisa lapisan n tahan tahan erosi 2. Pada Pada salu salura ran n deng dengan an pasa pasang ngan an ini ini kecep kecepat atan an alir aliran an maks maksim imum um yang yang dapa dapatt menyebabkan erosi tidak perlu dipertimbangkan. Demikian juga dengan kecepatan
Laporan Akhir anta antara ra teta tetapi pi seba sebaik ikny nya a untu untuk k anal analis isis is,, dipe diperg rgun unak akan an nila nilaii terb terbes esar ar atau atau nila nilaii maksimum. Atau nilai pada sisi kanan dari tabel yang digunakan. 2. Koefisien Penyebaran Penyebaran Hujan Hujan 3. Intensita Intensitas s Hujan (lt) Intensitas hujan dianalisis berdasarkan data curah dan waktu konsentrasi hujan.
2.5.3.2.
D i m e n s i S al al u r a n
Kapasitas aliran akibat hujan harus dialirkan melalui saluran drainase sampai ke titik rencan rencana a hilir. hilir. Debit Debit hujan hujan yang yang dianal dianalisi isis s menjad menjadii debit debit alira aliran n untuk untuk mendim mendimen ensi si saluran. Kecepatan aliran air di saluran secara kasar dapat ditentukan berdasarkan tabel (i/v). Secara teliti dan ekonomis ditentukan berdasarkan formula Manning atau Chezy.
2.5.4. D r a i n a s e S u m u r a n Draina Drainase se sumura sumuran n secara secara konven konvensio sional nal adala adalah h draina drainase se untuk untuk menamp menampun ung g air air
Laporan Akhir b. Fungsi, menampung menampung air disekitar lokasi pemukiman, diresapkan diresapkan kedalam tanah. c. Guna, Guna, untuk untuk area dengan dengan nilai nilai koefisien permaebil permaebilitas itas (k) cukup cukup besar besar dan untuk area dengan elevasi muka tanah dalam d. Multy purpose, untuk drainase muka tanah dan drainase drainase bawah muka tanah.
in a s e S u m u r a n 2.5.5. P e r k e m b a n g a n D r a in
Perkembangan drainase sumuran dengan maksud mempertahankan elevasi muka air tanah untuk area dengan letak muka air tana cukup dalam, banyak diperkenalkan oleh para para ahli. ahli. Kalau Kalau pada pada konsep konsep awal awalnya nya hanya hanya untuk untuk rumah rumah tangga tangga,, dikem dikemba bang ngkan kan untuk untuk menamp menampun ung g air hujan hujan sebaga sebagaii hilir hilir pengal pengalira iran n air hujan hujan pada pada suatu suatu lokas lokasi. i. Dimensi sumur, diameter dan kedalaman elevasi sumur ditentukan dari nilai koefisen permeabilitas tanah, debit hujan, dan elevasi muka air setempat. Usaha Usaha konse konserva rvasi si air dapat dapat ditem ditempu puh h denga dengan n berba berbagai gai metod metode e dan dan secara secara inter inter disipliner. Usaha konservasi air untuk sistem drainase telah dilakukan oleh: 1. Rosyid Haryadi dan Ikhwanudin Ikhwanudin Mawardi (1986)
Laporan Akhir Telah diperkena diperkenalkan lkan suatu suatu cara perhitun perhitungan gan guna mendapat mendapatkan kan dimensi dimensi optimal optimal suat suatu u sumu sumurr resa resapa pan n, deng dengan an para parame mete terr utam utama a luas luas atap atap yang yang dila dilaya yani ni,, karakteri karakteristik stik hidrolo hidrologi gi serta sifat sifat tanah dengan dengan memperhati memperhatikan kan paramete parameterr lainnya, lainnya, yaitu selang hujan (dry lag), tinggi muka air tanah dan saling berpengaruh sumur di sekitar. sekitar. Untuk Untuk selanju selanjutnya tnya cara ini disebut disebut sistem sistem drainase drainase air hujan hujan berwawas berwawasan an lingkungan. Sistem drainase berwawasan lingkungan adalah usaha menampung air yang jatuh di atap atap pada pada suatu suatu reserv reservoir oir tertut tertutup up di halam halaman an masin masing g - masin masing g atau atau secara secara kolektif untuk memberi kesempatan air meresap ke dalam tanah dengan harapan sebanyak mungkin air hujan meresap kedalam tanah. Sumur Sumur resapan resapan menurut menurut Sunjoto Sunjoto adalah adalah sumur sumur gali namun berfungsi berfungsi sebaliknya sebaliknya yaitu menampung air hujan yang jatuh di atap untuk memberi kesempatan meresap ke tanah. Sumur Sumur ini ini diperk diperkua uatt denga dengan n dindin dinding g dan dan buis buis beton beton dan ruanga ruangan n dipe dipersi rsiapk apkan an kolon kolong g untuk untuk dapat dapat menamp menampun ung g sebany sebanyak ak mungki mungkin n air, air, sehing sehingga ga peresa peresapa pan n
Laporan Akhir
Meninjau dan mengamati mengamati kondisi sungai beserta keadaan keadaan system jaringan drainase daerah sekitarnya. Melacak serta mengamati keadaan di dalam lokasi.
Penghimpunan Penghimpunan Tenaga Lokal (TL) yang diambil dari penduduk penduduk sekitar lokasi.
Melak elaku ukan kan
kons konsol olid idas asii
inte intern rnal al
terh terhad adap ap
kesi kesiap apan an
pers person onil il,,
pera perala lata tan, n,
perlengkapan, material, serta logistik.
Melakukan Melakukan konsultasi konsultasi teknis teknis serta meninjau meninjau lokasi lokasi secara secara bersama bersama-sama -sama dengan Pengawas Lapangan. Lapangan.
Pekerjaan Identifikasi dan Pengukuran ini terdiri dari 2 kegiatan yaitu survey topografi dan dan inve inventa ntansa nsasi si bangun bangunan an eksist eksistin ing. g. Adapu Adapun n kegia kegiatan tan-ke -kegia giatan tan yang yang dila dilakuk kukan an meliputi: 1. Pemasangan BM dan CP disetiap sistem jaringan jaringan drainase 2. Survey Identifikasi Jaringan Jaringan Drainase yang yang ada 3. Pengukuran Long Section Section saluran drainase yang bermasalah bermasalah 4. Pengukuran Cross Section Section saluran drainase yang bermasalah bermasalah
P e m a s a n g a n B M ( B e n c h M a r k ) d a n C P ( Co Co n t r o l P o i n t )
Laporan Akhir Pemasa Pemasanga ngan n Bench Bench Mark Mark (BM) (BM) di lapan lapangan gan sebag sebagai ai titiktitik-tit titik ik tetap tetap yang yang diket diketahu ahuii kordinatnya dalam sistim koordinat peta yang telah dibuat, dimaksudkan sebagai data yang dipasang di lapangan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan pekerjaan-pekerjaan terkait Meng Mengin inga gatt arti arti pent pentin ing g pema pemasa sang ngan an pato patok k BM dala dalam m menu menunj njan ang g pela pelaksa ksana naan an peker pekerjaa jaan n perenc perencana anaan an keselu keseluruh ruhan an,, maka maka pemas pemasan angan gan BM akan akan dilaks dilaksana anakan kan sebagai berikut:
Ukuran Ukuran Bench Bench Mark Mark (BM) : (20x20x8 (20x20x80) 0) cm.
Ukuran Control Point (CP): (10x10x80) (10x10x80) cm.
Tiap BM dipasang dipasang baut baut di atasnya dan diberi tanda silang silang sebagai sebagai titik x,y,z nya, sedangkan sedangkan identifik identifikasi asi nomor nomor dibuat dibuat dari marmer/te marmer/tegel gel dipahat dipahat pada permukaan permukaan salah satu sisinya.
Benchmark dipasang sedemikdan sedemikdan rupa sehingga bagian yang muncul diatas tanah setinggi setinggi 20 cm.
Patok Patok kayu dibuat dibuat dari dari bahan bahan yang yang kuat dengan dengan ukuran ukuran 3 x 5 x 50 cm ditana ditanam m sedalam 30 cm, dicat merah dan dipasang paku diatasnya serta diberi kode dan
Laporan Akhir
Baik patok beton BM, Paralon maupun maupun patok kayu akan diberi diberi tanda (BM dan nomor urut).
Konsultan akan membuat membuat BM diikat dengan rnenggunakan rnenggunakan GPS. GPS. Pem Pemas asan anga gan n pato patok k bata batas s dila dilaku kuka kan n deng dengan an dasa dasarr petu petunj njuk uk petu petuga gas s yang yang berw berwen enan ang g
dari dari peru perusa saha haan an dan dan
dius diusah ahak akan an petu petuga gas s
ters terseb ebut ut betu betull-be betu tull
mengetahui secara pasti letak masing-masing titik batas areal. Bentuk dan ukuran serta pemasangan patok beton seperti terlihat pada Gambar 2-24 dan Gambar 2-25 berikut:
Gambar 2.24. Bentuk 2.24. Bentuk dan Ukuran Patok Beton/Control Point (CP)
Laporan Akhir dan atau atau sungai sungai drain drainase ase utama utama serta serta mengin menginven ventar tarisa isasi si kondis kondisii salura saluran n dan dan bangun bangunann annya ya Sketsa Sketsa detai detaill semua semua bangun bangunan an yang yang dilen dilengka gkapi pi denga dengan n dimen dimensi, si, ukuran pintu, dsb akan dibuat Rincian perbaikan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan EOM, ditulis dalam sketsa tersebut. Data ini dimasukkan ke dalam form yang yang disedi disediaka akan. n. Semua Semua bangun bangunan an yang yang pentin penting g difot difoto o untuk untuk mengga menggamba mbarka rkan n pekerjaan yang dibutuhkan. c. Gambar-g Gambar-gamb ambar ar yang yang tersed tersedia ia tentan tentang g bangun bangunan an dibaw dibawa a ke lapan lapanga gan n selama selama inspek inspeksi, si, dan dimens dimensii penti penting ng diukur diukur kemba kembali, li, dicata dicatatt di atas atas gamba gambar. r. Apabi Apabila la gambar gambar banguna bangunan n tidak tersedia, tersedia, dibuat dibuat sketsa sketsa yang bersih di lapangan lapangan dengan dimensi terinci untuk selanjutnya dibuat gambar-gambar berdimensi. d. Hasil Hasil invent inventan ansas sasii salura saluran n drain drainase ase,, bangun bangunan an pelen pelengka gkap p pada pada salura saluran, n, jalan jalan inspeksi dan rumah instansi disusun dalam blanko yang disediakan. e. Peta Peta skema skema yang yang terse tersedia dia dipela dipelajar jarii sebelu sebelum m survey survey lapang lapangan. an. Alter Alternat natif if yang yang mungkin adalah meningkatkan saluran tersier yang ada menjadi saluran sekunder atau atau salura saluran n muka muka,,
atau atau memind memindah ah seba sebagi gian an areal areal ke bang bangun unan an sadap sadap lain lain..
Laporan Akhir diseb disebut ut point point posit position ionin ing g adalah adalah metod metode e penen penentua tuan n posisi posisi secara secara insta instan n dengan dengan mengguna menggunakan kan satu receiver receiver dan tipe navigasi, navigasi, metode metode ini tidak dimaksud dimaksudkan kan untuk untuk aplikasiaplikasi-apli aplikasi kasi yang menuntut menuntut ketelitian ketelitian posisi posisi yang yang tinggi. tinggi. Umumnya Umumnya digunakan digunakan untuk untuk pelay pelayana anan n naviga navigasi. si. Penent Penentuan uan posisi posisi secara secara deffer defferen ensia sial, l, posis posisii suatu suatu titik titik ditentukan relatif terhadap titik lainnya yang telah diketahui koordinatnya. Penentuan posisi secara differensial hanya dapat dilakukan minimal menggunakan dua receiver dan tipe pemetaan ataupun tipe geodetik. Penentuan posisi dengan menggunakan GPS memiliki karakteristik sebagai berikut:
Posisi yang diberikan diberikan adalah posisi 3-D, 3-D, yaitu (X,Y,Z) atau (L,B,H)
Tinggi yang diberikan diberikan oleh GPS adalah tinggi tinggi ellipsoid
Datum Datum dan posis posisii yang yang diper diperole oleh h adala adalah h WGS (World (World Geode Geodetic tic System Systems) s) 1984 1984 yang menggunakan ellipsoid referensi GRS 1980
Ketelitian posisi yang diperoleh diperoleh tergantung pada metode penentuan penentuan posisi, geometri satelit, tingkat ketelitian data dan metode pengolahan data.
Penentua Penentuan n posisi posisi dapat dapat dilakukan dilakukan dengan dengan beberap beberapa a metode metode absolute absolute positioning positioning dan differential positioning.
Laporan Akhir
Proses pengamatan relatif relatif tidak tergantung pada kondisi terrain dan cuaca. cuaca.
Ketelitian posisi posisi yang diberikan diberikan relatif tinggi. tinggi.
Sedangkan kerugiannya antara lain:
Datum Datum untuk untuk penen penentua tuan n posisi posisi ditent ditentuka ukan n oleh oleh pemil pemilik ik dan penge pengelo lola la satel satelit. it. Pema Pemaka kaii haru harus s meng menggu guna naka kan n datu datum m ters terse ebut, but, atau atau kala kalau u tida tidak, k, ia haru harus s mentransformasikannya ke datum yang digunakannya (transformasi datum)
Pemakai Pemakai tidak tidak mempunya mempunyaii kontrol kontrol dan wewenan wewenang g dalam dalam pengope pengoperasi rasian an sistem. sistem. Pema Pemaka kaii
hany hanya a
meng menga amati mati
sate sateli litt
seba sebaga gaim iman ana a
adan adanya ya
bese besert rta a
sega segala la
konsekuensinya.
Pemproses Pemprosesan an data satelit satelit untuk untuk mendapat mendapatkan kan hasil hasil yang teliti, relatif tidak mudah. mudah. Banyak faktor yang harus diperhitungkan dengan baik dan hati -hati.
P e n g u k u r a n T o p o g r a f i p a d a S a l u r a n D r a i n a s e y a n g B e r m a s a l ah ah
Survei topografi dilakukan untuk mendapatkan data dan gambaran bentuk permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan yang ada baik untuk area darat maupun area perairan sungai.
Laporan Akhir yang dilengkapi dengan dua benang silang honsontal atau lebih yang berjarak tertentu. Benang Benang atas atas dan dan benan benang g bawah bawah terli terlihat hat dan dapat dapat dibaw dibawa a pada pada pemba pembagia gian n skala skala rambu yang dipegang vertikal di titik yang diinginkan. a. Poligon Secara Secara umum poligon poligon adalah adalah cara untuk menentuka menentukan n tempat tempat titik-titi titik-titik k baik dengan koordinat-koordinatnya yang harus dihitung, maupun dengan jalan penggambaran. Penguk Pengukura uran n dengan dengan jalan jalan polig poligon on ini ini yang yang diukur diukur dua unsur unsur yaitu yaitu sudut sudut dan jarak jarak.. Dengan kedua unsur tersebut dapat dilukis poligon di atas peta jika tidak terikat pada koordinat yang ada dan tidak menghiraukan poligon tersebut agar satu poligon terarah atau tertentu arahnya, maka perlu diketahui arahnya. Untuk daerah poligon yang tidak begitu luas arah ini berhimpit dengan sumbu Y pada peta. Agar titik koordinat dapat diketahui koordinatnya / titik-titik tetap), maka poligon tersebut perlu diikatkan pada titik yang telah diketahui koordinatnya. Jadi koordinat di sini dihitung dari unsur jarak dan sudut arah sebagai berikut:
Laporan Akhir Keterangan: A
= titik awal pengukuran
P
= tit titik ikat awal poligon
αap
= sudut awal arah poligon
S0 - Sn = sudut sudut teruku terukur r D1 - dn
= panjan panjan sisi poligon poligon
Poligon terbuka terbuka yang tenrikat sempurna. sempurna. Suatu poligon yang terikat dan terarah pada titik awal dan titik akhir poligon dan besarnya koreksi yang terjadi bisa dihitung.
Gambar 2.27. Poligon 2.27. Poligon terbuka yang terikat sempurna Keterangan : A
= titik awal poligon
Laporan Akhir Gambar 2.28. Poligon 2.28. Poligon tertutup Keterangan: A
= titik awal = titik akhir poligon
P
= tit titik ikat awal poligon
Q
= titik ikat akhir poligon
αap
= sudut arah awal poligon
αan
= sudut akhir poligon
So-S6 So-S6
= sudutsudut-sud sudut ut teruku terukur r
d1 - d6 = sisi-s sisi-sisi isi poligo poligon n Untuk mencar mencarii sudut sudut rp harus harusla lah h digun digunaka akan n sudut sudut jurusa jurusan n yang yang diketa diketahui hui - Untuk besarnya. digunakan jarak yang yang diketahui. - Untuk mencari jarak ( d ) digunakan Sudut Sudut jurus jurusan an dapat dapat diten ditentuk tukan an bila bila arah arah antar antara a dua titik titik A dan dan B diket diketahu ahuii koordinatnya, sehingga dengan cara menggambarkan letak titik A dan B dapat diketahui letak garis AB. Bila titik A ada arah ke titik P maka arah itu dapat ditentukan dengan sudut BAP
Laporan Akhir Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 m. Tingkat ketelitian hasil hasil pengukuran pengukuran jarak dengan dengan mengguna menggunakan kan pita ukur, ukur, sangat sangat tergantun tergantung g kepada kepada cara pengukuran itu seridiri dan keadaan permukaan tanah. Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara seperti di Gambar 2.29 Jarak AB = d1 + d2 + d3
Gambar 2.29. Pengukuran 2.29. Pengukuran Jarak Pada Permukaan Miring. Untuk menjamin ketelitiban pengukuran jarak, maka dilakukan juga pengukuran jarak optis pada saat pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.
Laporan Akhir
Bentuk geometris polihgon adalah loop.
Gambar 2.30. Pengukuran 2.30. Pengukuran Sudut Antar Dua Patok. c. Pengamatan Azimuth Astronomis Astronomis Pengamatan matahari dilakukan untuk mengetahui arah/azimuth awal yaitu:
Sebag Sebagai ai koreksi koreksi azimu azimuth th guna guna menghi menghila langk ngkan an kesal kesalaha ahan n akumul akumulati atiff pada pada sudut-sudut terukur dalam jaringan poligon.
Untuk menentukan menentukan azimuth/arah titih-titik titih-titik kontrol/poligon kontrol/poligon yang tidak tidak terlihat satu dengan yang lainnya.
Laporan Akhir
Gambar 2.31. Pengamatan 2.31. Pengamatan Azimut Astronomis P e n g u k u r a n K e r a n g k a D a s a r V e r t i k al al
Kerangka Kerangka dasar dasar vertikal vertikal diperole diperoleh h dengan dengan melakukan melakukan pengukuran pengukuran sipat sipat datar pada titik-titi titik-titik k jalur jalur poligon. poligon. Jalur Jalur pengukuran pengukuran dilakuka dilakukan n tertutup tertutup (loop), (loop), yaitu yaitu pengukura pengukuran n dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double stan stand d dan dan perg pergii pula pulang ng.. Selu Seluru ruh h keti keting nggi gian an di trave travers rse e net net (tit (titik ik-t -tit itik ik kera kerang ngka ka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM Penent Penentuan uan posisi posisi verti vertikal kal titik-ti titik-titik tik keran kerangka gka dasar dasar dilaku dilakukan kan denga dengan n melaku melakukan kan peng penguk ukur uran an beda beda ting tinggi gi anta antara ra dua dua titi titik k terh terhad adap ap bida bidang ng refe refere rens nsii (BM) (BM) sepe seperti rti digambarkan pada Gambar 3.32.
Laporan Akhir
Setiap Setiap kali pengukuran pengukuran dilakukan dilakukan 3 (tiga) (tiga) kali pembacaan pembacaan benang benang tengah, tengah, benang atas dan benang bawah.
Kontro Kontroll pemba pembacaa caan n benang benang atas atas (BA), (BA), benan benang g tengah tengah (BT) (BT) dan dan benan benang g bawah bawah (BB), yaitu :2 BT = BA + BB.
Selisih pembacaan pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm.
Jarak rambu ke alat maksimum maksimum 50 m
Setiap awal dan akhir pengukuran pengukuran dilakukan pengecekan pengecekan garis bidik
Toleransi salah salah penutup beda beda tinggi (T).
· T = 10" √D mm dimana: · D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satu kilo meter.
Pengukuran Situasi
Dimaksudkan untuk mendapatkan data situasi dan detail lokasi pengukuran. Syaratsyarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran situasi, yaitu:
Pengukuran situasi situasi detail dilakukan dengan dengan cara Tachymetri Tachymetri
Ketelitiban alat alat yang dipakai adalah adalah 20". 20".
Laporan Akhir Pengukuran Cross Section
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkuran ini adalah:
Pekerjaan ini meliputi meliputi pengukuran sungai sungai / jalan masuk (acces road) road)
Alat yang digunakan adalah adalah Teodolit Teodolit TO atau yang sejenisnya
Pengukur Pengukuran an dilakukan dilakukan tiap 50 m untuk untuk bagian bagian alur sungai / jalan jalan yang yang lurus, dan dibuat lebih rapat rapat lagi pada bagian sungai sungai /jalan yang berbelok-belok berbelok-belok
Interval jarak jarak pada setibap setibap cross sesuai sesuai dengan kerapatan terrain terrain
Pengambi Pengambilan lan penampang penampang melintang melintang sungai sungai dari batas tepi sungai sungai kearah kiri dan kana kanan n sung sungai ai diam diambi bill sepa sepanj njan ang g 200 200 m, atau atau samp sampai ai deng dengan an elev elevas asii yang yang dibutuhkan
Titik-titik yang perlu diperhatikan diperhatikan ialah tebing tebing sungai
Perhitungan Hasil Pengukuran
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perhitungan antara lain;
Semua Semua pekerjaa pekerjaan n hitungan hitungan sementara sementara harus harus selesai selesai di lapangan lapangan sehingga sehingga kalau ada kesalahan dapat segera diulang untuk dapat diperbaiki saat itu pula.
Laporan Akhir 4) Apab Apabil ila a dipa dipaka kaii sisti sistim m loka lokall haru harus s atas atas pers perset etuj ujua uan n Peng Pengaw awas as / peng pengaw awas as pekerjaan. 5) Pada gambar gambar sketsa kerangka kerangka utama harus dicantumkan dicantumkan hasil hasil hitungan. hitungan.
Salah penutup sudut sudut dan jumlah jumlah titiknya.
Salah linier poligon poligon beserta harga toleransinya. toleransinya.
Salah penutup sipat sipat datar beserta harga toleransinya. toleransinya.
Jumlah jarak
Metode analisa dan perhitungan yang akan digunakan adalah sebagai berikut: a. Pehitungan Pehitungan Poligon Poligon Dalam Dalam setiap setiap kegiatan kegiatan pemetaan pemetaan diperlu diperlukan kan adanya adanya kerangka kerangka dasar dasar (honsonta (honsontall dan vertikal), jalur kerangka dasar ini harus selalu terikat pada titik tetap yang telah ada / bench bench mark mark sehin sehingga gga siste sistem m koordi koordinat nat keran kerangka gka dasar dasar terseb tersebut ut terika terikatt dalam dalam satu satu sistem jaringan kerangka dasar horisontal, pengukuran jalur kerangka dasar honsontal dilakukan dengan pengukuran poligon tertutup atau terikat sempurna. Pemb Pembac acaa aan n sudu sudutt haru harus s dila dilaku kuka kan n seba sebany nyak ak 2 (dua (dua)) seri seri gand ganda, a, seda sedang ngka kan n
Laporan Akhir
dimana S : Sudut ukuran poligon D: Jarak ukuran poligon
α : Azimuth 1: Nomor titik Poliyon ( i = 1,2,3,.. n ) Proses perhitungan data definitif hasil pengukuran pohgon kerangka kontrol honzontal akan dilakukan dengan metode perataan Bowditch. Formula perataan poligon cara Bowditch adalah sebagai berikut:
dimana
Laporan Akhir Setelah Setelah dianalis dianalisis is keseluruh keseluruhan an data waterpas waterpass s kerangka kerangka kontrol kontrol vertikal vertikal memenuhi memenuhi pers persya yara rata tan n
tole tolera rans nsii
akan kan
dila dilaku kuka kan n
pros proses es
perh perhit itun unga gan n
menggunakan metode Bowditch seperti pada poligon. Rumus yang digunakan pada pengukuran waterpas terdiri dari: Zj = Zi-1 Zi-1+ + dz dz dimana: Z : harga harga ketin ketinggi ggian an semen sementar tara a Dz : beda tinggi I
: 1,2, 1,2,3, 3,4, 4,.. ..n n
δx = [dz] dimana:
δx : salah penutup ketinggian ketinggia n [dz] : Jumlah beda tinggi titik-titik waterpas
dimana:
defi defini niti tiff
den dengan gan
Laporan Akhir
Harga Ketinggian Definitif (Z):
c. Perhitungan Situasi Situasi Detil Data Data situ situas asii hasi hasill peny penyuk ukur uran an lapa lapang ngan an dihi dihitu tung ng deng dengan an meto metoda da tach tachym ymet etri ri.. Berdasarkan ilustrasi gambar di bawah ini, alat berdiri pada titik A yang telah diketahui (X,Y,Z (X,Y,Z)) maka maka titik titik B dapat dapat dihitu dihitung. ng. Berda Berdasar sarka kan n gamba gambarr dibaw dibawah ah , titik titik T B dapat diketahui tingginya dan titik T A yang telah diketahui elevasinya sebagai berikut:
Gambar 2.34. Metode 2.34. Metode Tachymetri
Laporan Akhir d. Buku Ukur Pelaksana Pelaksanaan an pekerjaa pekerjaan n harus memperguna mempergunakan kan buku ukur yang yang telah disetujui disetujui oleh pengawas pekerjaan. Semua catatan dan tulisan harus terang/jelas mudah dibaca dan tidak boleh dihapus. Apabila ada kesalahan hasil pengukuran harus dibetulkan dengan mencoret yang salah dan menulis yang benar disampingnya. Semua data ukur, baik hasil pengukuran, perhitun perhitungan, gan, sketsa sketsa dan data lain, lain, harus harus telah telah diserahka diserahkan n kepada kepada pengawa pengawas s untuk untuk diperiksa sebelum penggambaran dimulai.
Buku ukur akan dipakai atau disediaka disediakan n menurut menurut pengguna penggunaanny annya a (untuk (untuk poligon, poligon, water pass, situasi, pengukuran dan hitungan azimuth matahari dan sebagainya).
Pengisia Pengisian n Buku Ukur dibuat dibuat jelas, jelas, bersih, bersih, ditulis ditulis dengan tinta untuk untuk memudah memudahkan kan pengecekan.
Buku Buku Ukur kur akan kan dib dibuat jurn jurna al hari hari,, tan tangga ggal sert serta a nama ama penguk gukura uran dan dan penghitungan.
Buku ukur akan mendapat mendapat persetujuan persetujuan dari direksi direksi,, tulisan tulisan dibuat jelas, bila bila ada kesalahan langsung dicoret dan pembetulannya langsung ditulis, tidak dibenarkan
Laporan Akhir
Laporan Akhir
Laporan Akhir
Laporan Akhir
Laporan Akhir e. Aliran Aliran Tidak Stabil Stabil Pada got miring yang panjang ada bahaya timbulnya ketidakstabilan dalam aliran yang disebut aliran getar(slug/ pulsating flow) . Bila got miring itu panjangnya lebih dari 30 m, ini harus dicheck dengan cara menghitung bilangan"Vedernikov" (v)
dan bilangan "Montouri" (M)
dengan : b
= leba lebarr dasa dasarr poto potong ngan an got got miri miring ng,, m
V
= kec kecepatan tan, m/de /det
p
= kel keliling basah, m
g
= perc percep epat atan an grav gravit itas asi, i, m/de m/dett 2
d
= keda kedala lama man n air air rata ratara rata ta:: luas luas / leba lebarr atas atas,, m
θ
= sudut gradien energi
Laporan Akhir b) Analisa Profil Muka Air Banjir Analisa profil muka air banjir diperlukan untuk mengetahui sejauh mana tinggi muka air banjir yang diperhitungkan terjadi dibandingkan dengan tebing kiri serta tebing kanan. Analisa perilaku aliran sungai yang dilakukan pada pekerjaan ini akan menggunakan bantuan perangkat lunak (software) HEC-RAS. Perangkat lunak HEC-RAS merupakan program program yany digunaka digunakan n untuk untuk perhitun perhitungan gan analisis analisis hidrauli hidraulik k satu dimensi. dimensi. Analisis Analisis hidraulik yang dapat dilakukan tersebut adalah perhitungan profil permukaan air pada alira aliran n tunak tunak (stead (steady y flow). flow). HEC-R HEC-RAS AS didesa didesain in untuk untuk melaku melakukan kan perh perhitu itunga ngan n pada pada jaringan saluran alami maupun saluran buatan.
Laporan Akhir dimana: Y1 Y 2 = kedalaman air pada potongan melintang Z1, Z2 = elevasi pada saluran utama V1, V2 = kecepatan rata-rata (jumlah total debit)
α1 α2 = koefisien tinggi kecepatan he
= kehi kehila lang ngan an ener energi gi
Kehilangan energi antara dua potongan melintang diakibatkan oleh kehilangan energi akibat gesekan dan ekspansi maupun kontraksi. Persamaan kehilangan tinggi energi dituliskan sebagai berikut:
dimana: L = jarak jarak sepanjan sepanjang g bentang bentang yang yang ditinja ditinjau u Sf = kemiringan gesekan (friction slope) antara dua potongan melintang C = koefisien ekspansi atau kontraksi
Laporan Akhir pemb pembag agia ian. n. Peny Penyal alur uran an/a /ali lira ran n dihi dihitu tung ng di dala dalam m tiap tiap sub sub bagi bagian an dari dari bent bentuk uk persamaan Manning berikut ini:
dimana: K = penyaluran untuk suatu sub bagian n = koefisien kekasaran Manning untuk sub bagian A = luas daerah aliran pada sub bagian R = jari-jari hidraulik pada sub bagian
Laporan Akhir Perencanaan
Adapun kegiatan-kegiatan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam penyusunan penyusunan Pekerjaan Perencanaan ini meliputi:
2.7.1. Penyusunan Peta Trase Drainase Drainase Perkotaan didefinisikan sebagai pengeringan atau pengaliran air dari wilayah perko perkotaa taan n ke sungai sungai yang yang melin melintas tasii wilay wilayah ah perko perkotaa taan n tersebu tersebutt sehin sehingga gga wilay wilayah ah perkotaan tidak tergenang air. Untu Untuk k memu memuda dahk hkan an pema pemaha hama man n tent tentan ang g drai draina nase se,, maka maka jeni jenis s drai draina nase se dapa dapatt dikelompokkan dikelompokkan berdasarkan: berdasarkan: 1. Cara Cara Terben Terbentu tukny knya, a, terbag terbagii 2 yaitu yaitu:: Drain Drainase ase Alami Alamiah ah (natur (natural al drain drainage age)) dan Drainase Buatan (artificial drainage). 2. Sist Sistem em Peng Pengal alir iran anny nya, a, terb terbag agii 2 yait yaitu: u: Drai Draina nase se deng dengan an sist sistem em jari jaring ngan an dan dan Drainase dengan sistem resapan. 3. Tujuan/Sas Tujuan/Sasaran aran Pembuatan Pembuatannya, nya, terbagi 10 yaitu: yaitu: Drainase Drainase Kota, Kota, Drainas Drainase e Daerah Daerah Pertanian Pertanian,, Drainase Drainase Lapanga Lapangan n Terbang, Terbang, Drainase Drainase Jalan Raya, Raya, Drainase Drainase Jalan Jalan
Laporan Akhir Kriteria Kriteria teknis teknis perencan perencanaan aan dan pelaksan pelaksanaan aan pembuatan pembuatan saluran saluran drainase drainase adalah adalah sebagai berikut: 1. Kriteria Teknis Saluran Saluran Drainase Air Hujan a. Muka air rencana lebih rendah dan muka tanah yang yang akan dilayani; b. Aliran berlangsung berlangsung cepat, namun tidak menimbulkan erosi; c. Kapasitas saluran saluran membesar searah searah aliran. 2. Kriteria Teknis Saluran Saluran Drainase Air Limbah Limbah a. Muka air rencana lebih rendah dan muka tanah yang yang akan dilayani; b. Tidak mencemari kualitas air sepanjang sepanjang lintasannya lintasannya c. Tidak mudah dicapai oleh binatang binatang yang dapat menyebarkan pemyakit, pemyakit, d. Ada proses pengenceran atau penggelontoran penggelontoran sehingga sehingga kotoran yang ada dapat terangkut secara cepat sampai ke tempat pembuangan akhir, e. Tidak menyebarkan menyebarkan bau atau mengganggu mengganggu estetika. Untuk Untuk pemiliha pemilihan n bentuk bentuk penampan penampang g saluran saluran yang yang akan dipilih dipilih perlu perlu memperha memperhatikan tikan tersed tersedian ianya ya lahan lahan.. Penamp Penampan ang g salura saluran n drain drainas ase e perko perkotaa taan n dianj dianjur urkan kan mengik mengikuti uti penampang hidrolis terbaik yaitu suatu penampang yang memiliki luas terkecil untuk
Laporan Akhir 2. Tata Cara Perencanaa Perencanaan n Umum Drainase Drainase Kota SK SNI T-07-1990-F T-07-1990-F Departemen Departemen Pekerjaan Umum, 1990 3. Tata Tata Cara Pere Peren ncana canaa an Tekn Tekniik Sumu Sumurr Resap esapa an Air Air Hujan jan untuk tuk Lahan han Pekarangan SK SNI T-07-1990-F Departemen Pekerjaan Umum,1990 4. Pedoman Pedoman Drainas Drainase e Jalan Jalan Raya Ul Ul Press, Press, 1992 5. Hidroli Hidrolika ka Saluran Saluran Terbuka Terbuka Ven Ven Te Chow, Chow, 1989 Hidroli Hidrolis s saluran saluran drainase drainase direncan direncanakan akan dengan dengan mengguna menggunakan kan persamaan persamaan Strickler Strickler dengan bentuk persamaan sepera berikut:
Gambar 2.41. Parameter 2.41. Parameter Potongan Melintang Saluran Pembuang dimana, Q
= debi debitt salu salura ran n (m3/detik)
Laporan Akhir Tabel 2.21.
Koefisien Kekasaran Kekasaran Strickler untuk untuk Saluran Saluran Pembuang Pembuang
Kedalaman air (H)
Kekasaran (m
H > 1,5
30
H ≤ 1,5
25
1/3
/dt)
Peneta Penetapan pan kecepa kecepatan tan maksim maksimum um yang yang diijin diijinkan kan untuk untuk salura saluran n pembu pembuang ang ditin ditinja jau u dengan menggunakan persamaan: persamaan: Vmaks = Vb . A . B . C . D dimana: Vmaks = kecepatan maksimum maksimum yang diijinkan diijinkan (m/detik) (m/detik) Vb
= kecepatan kecepatan dasar dasar (m/detik) (m/detik)
A
= faktor koreksi k oreksi untuk angka pori permukaan saluran
B
= fakt faktor or korek koreksi si untu untuk k keda kedala lama man n air air
C
= faktor faktor koreksi koreksi untu untuk k lengk lengkun ung g / beloka belokan n
D
= faktor faktor koreksi koreksi bila bila digunakan digunakan banjir banjir rencana rencana dengan dengan kala ulang ulang tinggi tinggi
Kemiringan Talud
Laporan Akhir
2.7.3. P e n g g u n a a n P e r s a m a a n d a n R u m u s - r u m u s a.
Perh Perhit itun unga gan n Debi Debitt Limp Limpas asan an
Q = 0,278.Cs.C.I. A Dimana Q
= debit (m3/det)
C
= koef koefiisien sien alir aliran an
Cs= koefisien tampungan I= intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam) A = luas daerah aliran (ha)
b.
Perh Perhit itun unga gan n Salu Salura ran n
Debit suatu penampang saluran (Qs) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus: Qs = AsV Dimana As = luas penampang penampang saluran tegak lurus arah aliran (m 2) V = kecepatan rata-rata aliran (m/det )
Laporan Akhir
Bab 4 Analisis Hidrologi
4.1. U m u m Dalam perencanaan drainase dibutuhkan data hujan rencana dan debit banjir rncana. Apabila dilokasi tidak terdapat debit maka untuk perhitungan debit banjir rencana dapat dilakukan dengan menggunakan metode empiris berdasarkan data curah hujan. Data curah hujan yang mewakili adalah data-data dari stasiun terdekat dengan lokasi. Pemilihan stasiun yang digunakan dalam analisiss hidrologi ini berdasarkan atas lokasi stasiun curah hujan tersebut dan ketersediaan data dalam periode yang cukup. (lebih dari 10 tahun) dan juga berdasarkan curah hujan tahunan yang sesuai dengan daerah
Laporan Antara Cu r a h H u j a n 4.2. A n a l i s i s D a t a Cu
an M a k s i m u m 4.2.1. C u r a h H u j a n H a r i an
Data curah hujan merupakan data yang diperlukan dalam simulasi hidrologis. Dalam anali analisis sis banjir, banjir, data data realti realtime me jam-ja jam-jaman man harus harus digun digunaka akan, n,
karen karena a banji banjirr biasan biasanya ya
terjadi setelah beberapa jam kejadian hujan. Curah Hujan Harian Maksimum Selama 30 Tahun
Tabel 4.1.
CURAH HUJAN HARIAN Kabupaten Bandung Barat
Kabupaten Sumedang
Sta. Paseh
Sta. Lembang
Sta. Jatinangor
Kabupaten Bandung No .
Th n Sta. Ciparay
Sta. Cicalengka
K ot o t a B an an du du ng ng
K ot ot a C i m ah ah i
Sta. Ujung Berung
Sta. Buah Batu
Sta. Cibeureum
1
1977
70
164
95 95
82
50
13 1 36
60
82
2
1978
125
74
67 67
76
56
10 1 02
59
95
3
1979
101
56
67 67
69
45
10 1 00
95
76
4
1980
128
75
85 85
61
35
55 55
93
73
5
1981
80
62
71 71
84
40
97 97
91
135
6
1982
96
75
12 1 23
61
60
65 65
67
112
Laporan Akhir
4.2.2. Curah Hujan Rancangan (Design Rainfall) Curah Curah hujan hujan rencana rencana adalah adalah hujan hujan terbesar terbesar tahunan tahunan dengan dengan peluang peluang tertentu yang yang mungkin terjadi di suatu daerah, atau hujan dengan suatu kemungkinan kemungkinan periode ulang ulang tertentu. Curah hujan rancangan diperlukan sebagai data masukan pada analisis debit banjir rancanga rancangan n maupun maupun analisi analisisi si modulus modulus drainase drainase.. Untuk itu diperluka diperlukan n analisis analisis curah curah hujan hujan rancan rancangan gan.. Metod Metode e yang yang digun digunaka akan n untuk untuk melaku melakukan kan analis analisis is curah curah hujan hujan rancangan dengan kala ulang tertentu adalah sebagai berikut: 1)
Distr Distrib ibus usii Gumb Gumbel el Tipe Tipe I
2)
Distr Distrib ibus usii Pear Pearso son n Tipe Tipe III
3)
Distri Distribus busii Log Log Pearso Pearson n Tipe Tipe III
4)
Distri Distribus busii Log Log Norma Normall 3 Parame Parameter ter
4.2.2.1.
D i s t r i b u s i Gu Gu m b e l T i p e I
Gumbel menggunakan teori nilai ekstrim untuk menunjukkan bahwa dalam deret nilai-
Laporan Akhir K Tr Tr
= faktor frekuensi
S x
= standar deviasi (simpangan baku)
Y
= perubahan reduksi
N
= jumlah jumlah data
Y n
= reduced mean, mean ,
Sn
= reduced standard deviation, dan
Y Tr Tr
= reduced variated
Denga Dengan n memasu memasukka kkan n data data curah curah hujan hujan yang yang ada ada ke dalam dalam persa persamaa maan n terseb tersebut ut di atas, atas, maka maka akan akan dipero diperoleh leh data curah curah hujan hujan maksimu maksimum m untuk untuk perio periode de ulang ulang yang yang dicari.
4.2.2.2.
Distrib us i Pea Pearso rso n Tipe II III I
Distribusi Pearson Pearson Tipe III, mempunyai bentuk bentuk kurva seperti bel (bell (bell shape). Fungsi Fungsi kerapatan kerapatan peluang peluang distribu distribusi si dari distribusi distribusi Pearson Pearson Tipe III adalah adalah sebagai sebagai berikut :
b 1
x C
Laporan Akhir log X Tr log X K Tr ( S log X log X ) dengan N
log X
i
log X
i 1
N N
log X
i
S log X
log X
i 1
1 N
log X
N g log x
2
i
log X
3
i 1
( N 1)( N 2)( S log X ) 3
K TR koefisie ien n asimet asimetris ris untuk untuk suatu suatu kala kala ulang ulang tertentu tertentu,, yang yang didap didapatk atkan an TR = koefis pada pada suat suatu u tabe tabell bant bantu u perh perhit itun unga gan n deng dengan an mema memaka kaii nila nilaii g logx logx sebagai petunjuk.
4.2.2.4.
D i s t r i b u s i L o g N o r m a l Ti Ti p e I I I
Laporan Akhir Tabel 4.2. No.
Stasiun Pencatat Hujan
Curah Hujan Rencana Pada Setiap Stasiun Pencatat (mm/jam) Curah Hujan Rencana Tahunan 3 5 10 25 50
1
2
71.01
8 0. 0.06
8 9. 9.11
98.8
1 10 10.46
124.4
65.3
76.14
86.98
98.95
113.95
3. Sta.Paseh
64.93
77. 77.02
89. 89.11
102 102.69 .69
4. Sta.Lembang
71.62
77.28
82.94
5. Sta.Jatinangor
46.11
55.88
76.7
1. Sta.Ciparay 2. Sta.Cicalengka
100
200
1 34 34.28
143.77
152.98
132.85
146.95
161.09
175.38
119.72 .72
140.91 .91
156.36 .36
171.52 .52
186.47 .47
88.17
93.58
99.03
102.36
105.22
107.71
65.65
77.91
95.31
120.33
141.11
163.69
188.2
87.03
97.36
108.91
123.31
141.14
154.1
166.78
179.26
6.
Sta.Ujung Sta.Ujung Berun g
7.
Sta.Buah Sta.Buah Batu
74.73
80.92
87.11
93.05
99.45
106.26
110.62
114.5
118.02
8. Sta.Cibeureum
79.64
88.2
96.76
105.23
114.65
125.02
131.86
138.09
143.85
S u m b e r : A n a l i s a K o n s u l t a n , 2 0 09 09
4.3. Curah Hujan Rerata Daerah Setelah Setelah diperol diperoleh eh curah hujan hujan rencana rencana maka selanju selanjutnya tnya diperluka diperlukan n analisa analisa ishoyet ishoyet untuk menghitung curah hujan rencana yang dapat mewakili DAS tertentu. Peta Isohyet (tempat kedudukan yang mempunyai tinggi hujan sama) digambar pada peta tofografi dengan perbedaan 10 mm sampai 20 mm berdasarkan data curah hujan
Laporan Akhir
S1 110 mm A1
110 mm S2 100 mm
100 mm 90 mm A2 S4
A4
S3 95 mm
A3 95 mm
Gambar 4.1.
90 mm
Penentuan Curah Hujan Representatif Cara Isohyet
Laporan Akhir
Laporan Akhir
Gambar 4.3.
Distribusi Distribusi Curah Curah Hujan Ishoyet Ishoyet Untuk Untuk Curah Hujan Rencana Rencana 2 Tahunan Tahunan
Laporan Akhir
Gambar 4.5.
Distribusi Distribusi Curah Curah Hujan Ishoyet Ishoyet Untuk Untuk Curah Hujan Rencana Rencana 10 Tahunan Tahunan
Laporan Akhir
Gambar 4.7.
Distribusi Distribusi curah curah hujan ishoyet ishoyet untuk untuk curah hujan hujan rencana rencana 50 tahunan
Laporan Akhir
Laporan Akhir
Gambar 4.10. Kurva Intensitas Intensitas Curah Curah Hujan Untuk Wilayah Wilayah Parongpon
Laporan Akhir
Intensitas s Curah Hujan Hujan Dengan Dengan Periode Ulang Ulang 25 Tahunan, Tahunan, Pada Gambar 4.12. Kurva Intensita Setiap DAS di Metro Bandung
a n j i r R en en c a n a 4.5. A n a l i s i s D e b i t B an
Untuk Untuk perencan perencanaan aan suatu suatu pengedal pengedalian ian banjir banjir dengan dengan sistem sistem tampunga tampungan n sementara sementara
Laporan Akhir Pada Tabel 4.3 dapat dilihat kondisi sungai-sungai utama Metro Bandung dan pada tabel tabel 4.4 dapat dapat dilih dilihat at pemba pembagia gian n wilay wilayah ah pada pada DAS DAS Metro Metro Bandun Bandung g yang yang akan akan digunakan untuk menganalisis debit banjir pada wilayah studi.
Tabel 4.3.
Kecepatan Pengaliran Pengaliran Sungai Utama Metro Bandung
No.
Sungai
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Cikapundung Citarik Cirasea Cisangkuy Ciwidey Cimeta
31.50 28.75 32.28 29.01 29.90 27.07
0.04 0.03 0.04 0.04 0.04 0.06
kecepatan Pengaliran (km/jam) 11.10 9.62 10.84 10.99 11.16 14.19
7. 8.
Cihaur Ciminyak
21.36 32.00
0.03 0.03
9.99 8.82
Panjang (km)
Kemiringan
S u m b e r : A n a l i s a K o n s u l t a n , 2 0 09 09
Tabel 4.4.
Peruntukan Wilayah DAS Metro Bandung
Waktu Puncak banjir (jam) 2.84 2.99 2.98 2.64 2.68 1.91 2.14 3.63
Laporan Akhir Tabel 4.5.
No.
Curah Hujan 25 Tahunan Tiap DAS DAS
Curah Hujan Rencana
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Cikapundung Citarik Cirasea Cisangkuy Ciwidey Cimeta Cihaur
132.03 130.27 131.35 118.38 104.74 127.07 126.62
8.
Ciminyak
121.01
S u m b e r : A n a l i s a K o n s u l t an an , 2 00 00 9
as i o n a l 4.5.1. A n a l i s i s D e b i t B a n j i r M e t o d a R as
Dasa Dasarr meto metode de ini ini dala dalam m tekn teknik ik peny penyaj ajia iann nnya ya mema memasu sukk kkan an fakt faktor or cura curah h huja hujan, n, keadaan keadaan fisik dan sifat sifat hidroli hidrolika ka daerah daerah pengaliran pengaliran,, persamaa persamaan n umum dari metode metode ini adalah sebagai berikut :
Laporan Akhir Tabel 4.6.
No. 1. 2. 3. 4.
Koefisien Pengaliran Yang Digunakan Type Type Daerah rah Alira liran n
Harga arga C
Hutan Lahan Kering
0.25 0.35
Permukiman Sawah
0.75 0.17
S u m b e r : M c . Gu Gu e n , 1 9 89 89
Berdasarkan tabel 4.6 maka dapat dihitung nilai koefisien pengaliran pada tiap DAS dengan dengan merata-ra merata-ratakan takan koefisien koefisien pengali pengaliran ran berdasar berdasarkan kan luas wilayah wilayah yang yang sesuap sesuap dengan dengan tipe daerah daerah pengaliran pengaliran pada tabel tabel 4.6, 4.6, hasil hasil perhitun perhitungan gan koefisien koefisien pengali pengaliran ran pada tiap DAS dapat dilihat pada tabel 4.7. Untuk Untuk menentu menentukan kan Coefficie Coefficient nt runoff runoff (Co) tersebut tersebut dapat dapat mengguna menggunakan kan persamaa persamaan n dibawah ini:
Co
(C 1 xA1 ) (C 2 xA2 ) (C 3 xA3 ) (C 4 xA4 ) (C 5 xA5 ) (C n xAn ) A1 A2 A3 A4 A5 An
Laporan Akhir Faktor Faktor Reduksi Reduksi Luas 1.0
0.8
i s k u d e R r 0.5 o t k a F
0.3
0.0 10
100
Luas Luas DPS DPS (km2)
1000
10000
Laporan Akhir as u 4.5.2. A n a l i s a D e b i t B a n j i r M e t o d a N a k a y as
Untu Untuk k meng mengan anal alis isa a Hidr Hidrog ogra raff Satu Satuan an Sint Sintet etik ik Naka Nakaya yasu su,,
dipe diperl rluk ukan an bebe bebera rapa pa
karakteristik parameter parameter daerah alirannya, alirannya, seperti :
Tengga Tenggang ng waktu waktu dari dari permul permulaa aan n hujan hujan sampa sampaii punca puncak k hidrog hidrograf raf (time (time to peak peak magnitute)
Tenggang waktu waktu dari titik titik berat hujan hujan sampai titik berat hidrograf hidrograf (time lag)
Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph) hydrograph)
Luas daerah aliran
Panjang alur alur sungai utama terpanjang terpanjang (length (length of the longest longest channel) channel) dan
Koefisien pengaliran. pengaliran.
Rumus dari hidrograf satuan Nakayasu adalah :
Q p
CAR0 3.6(0.3T p T 0.3 )
Dimana : Qp
= Debit Debit punca puncak k banjir banjir (m3/de (m3/det) t)
Laporan Akhir tr = satuan waktu hujan (1 jam) Persamaan satuan hidrograf adalah : - Pada waktu naik 0 ≤ t ≤ Tp
t Qt Qmax T p
2.4
- Pada kurva turun * Tp ≤ t ≤ (Tp + T0, 3)
Qt
t T p Qmax T 0 , 3
* (Tp + T0, 3) ≤ t ≤ (Tp + T0, 3 + T0, 32)
Q
Q
03
t T p T 0.3 1.5T 0 3
Laporan Akhir Bf = Aliran dasar (Base flow) Rumus Rumus hidrog hidrograf raf banji banjirr tersebu tersebutt dalam dalam bentu bentuk k tabel tabel dapat dapat disaji disajikan kan sebaga sebagaima imana na Tabel 4.9 berikut : Tabel Perhitungan Hidrograf Hidrograf Banjir
Tabel 4.9.
Hidrograf satuan (m3/dt/mm) Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 ... qn
R1 (mm) q1 q1 . R1 q2 . R1 q3 . R1 q4 . R1 q5 . R1 ... qn . R1
R2 (mm) q1 . R2 q2 . R2 q3 . R2 q4 . R2 q5 . R2 ... qn . R2
Rn (mm)
... ... ... ... ... ... ...
Rm (mm)
q1 . Rm q2 . Rm q3 . Rm q4 . Rm q5 . Rm ... qn . Rm
Aliran dasar (m3/dt) B B B B B B B B B B
Debit (m3/dt) Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Qn+1 Qn+2 Qn+3 ... Qn+m-1
S u m b e r : A n a l i s a K o n s u l t an an , 2 0 09 09
Hasil perhitungan hidrograf banjir untuk DAS wilayah metro bandung dapat dilihat pada
Laporan Akhir Hydrograph DAS Citarik 600
500
400 )t e /d 3
300 m ( ti b e D 200
100
0 0
5
10
15
20
25
30
35
Waktu (jam)
Gambar 4.15. Kurva Hidrogra Hidrograff Banjir DAS Citarik Citarik
40
45
50
Laporan Akhir Hydrograph DAS Cisangkuy 400
350
300
250 )t e /d 3
200 m ( ti b e D 150
100
50
0 0
5
10
15
20
25
30
35
Waktu (jam)
Gambar 4.17. Kurva Hidrogra Hidrograff Banjir DAS Cisangkuy Cisangkuy
40
45
50
Laporan Akhir Hydrograph DAS Cimeta 300
250
200 )t e /d 3
150 m ( ti b e D 100
50
0 0
5
10
15
20
25
30
35
Waktu (jam)
Gambar 4.19. Kurva Hidrograf Hidrograf Banjir Banjir DAS Cimeta Cimeta
40
45
50
Laporan Akhir Hydrograph DAS Ciminyak 600
500
400 )t e /d 3
300 m ( ti b e D 200
100
0 0
5
10
15
20
25
30
35
Waktu (jam)
Gambar 4.21. Kurva Hidrograf Hidrograf Banjir Banjir DAS Ciminyak Ciminyak
40
45
50
Laporan Akhir as i t a s S u n g a i P ad ad a D A S M et et r o B a n d u n g 4.6. A n a l i s i s K a p as
Setelah diketahui debit puncak banjir yang terjadi pada tiap DAS yang terdapat pada wilay wilayah ah Metro Metro Bandun Bandung g maka maka selanj selanjutn utnya ya dapat dapat diana dianalis lisa a apakah apakah dimen dimensi si sunga sungaii utama pada metro bandung mencukupi untuk mengalirkan debit banjir yang terjadi. Pada Tabel 4.11 berikut dapat dilihat perhitungan kapasitas sungai sungai utama pada DAS metro bandung. Tabel 4.11.
Kapasitas Sungai Utama per DAS
No.
Sungai
A (m2)
p (m)
R (m)
1.
Cikap ikapun undu dun ng
60.2 60.22 2793 793
29.5 29.518 187 78
2.04 2.0403 0326 26
2.
Citarik
58.66477
22 22.27854
3.
Cirasea
74.02459
4.
Cisangkuy
5.
Ciwidey
keterangan A= Luas Luas pena penamp mpan ang g p= keli kelili ling ng basa basah h R= jari jari2 2 hidr hidrol olis is
n
s
Q (m3/s)
0.02 0.025 5
0.04 0.0439 3905 05
812. 812.04 0449 49
2. 2.633241
0.025
0 .0 2 9 5 3
76 768.9523
30.5735
2. 2.421201
0.025
0. 0.014189
63 635.9592
110.5467
48.0256
2.301829
0.025
0.049912
1722.229
67.99689
27.2298
2 .4 9 7 1 5
0.025
0. 0.023579
76 7 6 8 .7 2 5 1
Laporan Akhir
Bab 5 Analisis dan Evaluasi Wilayah Metro Bandung
5.1.
A n al a l i s is is
S tr t r at a t eg eg i
d an an
K e b ij i j ak ak an an
P en en a ta ta an an
R u an an g
M et e t r o po p o l i ta ta n
Bandung
5.1.1. Rencana Struktur Tata Ruang Wilayah Rencana Rencana struktur struktur tata ruang ruang yang akan diterapka diterapkan n di wilayah wilayah Metropol Metropolitan itan Bandung Bandung adalah adalah konsep konsep struktur struktur tata ruang ruang perkotaan perkotaan polisentrik polisentrik (Polisentrik (Polisentrik Urban Urban Region) Region) yang tetap mengacu pada konsep dekonsentrasi planologis. Namun konsep ini perlu
Laporan Akhir Di dalam dalam RTRW RTRW Metro Metro Bandun Bandung g strate strategi gi ruang ruang perko perkotaa taan n ( Urban Urban Spatial Spatial Strategy Strategy ) dibedakan ke dalam dalam 2 tingkatan strategi pembangunan pembangunan perkotaan, perkotaan, yaitu : a.
Manajemen perkotaan.
b.
Dekonsentrasi pertumbuhan kota.
Manajemen perkotaan diskenariokan ke dalam 3 (tiga) skenario strategi pembangunan perko perkotaa taan, n,
yaitu yaitu sesua sesuaii pertum pertumbuh buhan an pasar pasar,, inter interven vensi si minimu minimum m dan dan interv intervens ensii
maksimum. Kelemahan dan keuntungan dari masing-masing strategi dapat dilihat pada tabel 5.1 dan 5.2. Seda Sedang ngka kan, n,
deko dekons nsen entra trasi si pert pertum umbu buha han n kota kota disk disken enar ario ioka kan n ke dala dalam m 2 (dua (dua))
skenario strategi strategi pembangunan pembangunan perkotaan, perkotaan, yaitu: 1. Peng Pengem emba bang ngan an
korid koridor or-k -kor orid idor or
perk perkot otaa aan n
yang yang
diba dibata tasi si
deng dengan an
kawa kawasa san n
berd berdek ekat atan an
den dengan gan
kaw kawasan asan
penyangga tanaman hijau, dan 2. Pert Pertu umbuh mbuhan an
pusa pusatt-pu pusa satt
kota kota
yang yang
tida tidak k
penyangga. Tabel 5.1.
Strategi Pembangunan Pembangunan Perkotaan Melalui Melalui Manajemen Perkotaan
Laporan Akhir Tabel 5.2.
Strategi Pembangunan Pembangunan Perkotaan Melalui Melalui Dekonsentrasi Dekonsentrasi Pembangunan Pembangunan Perkotaan
No. 1.
Alternatif Kori Korido dorr-ko kori rido dor r perkotaan perkotaan yang dibatasi dengan tanaman hijau
Kelemahan
Tidak didukung didukung oleh kebijakan lokal Kehilangan lahan sawah.
Kekuatan
2.
Pert Pertum umbu buha han n Pusa Pusattpusat Kota yang tidak berdekatan dengan daerah penyangga
Sulit untuk untuk dilakukan. dilakukan. Intervensi pada tingkat yang lebih tinggi. tinggi. Biaya ekonomi ekonomi dan kondisi kondisi yang penting. Daerah penyangga penyangga yang tidak berkelanjutan.
Dapat dilakukan. Mengenali Mengenali dan menerapkan menerapkan strategi. Biaya yang yang tinggi tinggi jika mengakses daerah hijau. Meminimumkan pasar yang tidak pada tempatnya Mendukung kebijakan lokal. Melindungi lahan sawah. Meningkatkan Meningkatkan tenaga tenaga kerja di kota kecil.
Sumber Sumber : RTRW RTRW Metro Bandung Tahun Tahun 2005
Berdasar Berdasarkan kan kondisi tersebut, tersebut,
strategi strategi terpilih terpilih adalah adalah strategi intervensi intervensi minimum. minimum.
Kekuatan dari strategi ini adalah memberikan proteksi yang cukup bagi sumber daya alam yang penting, membuka membuka peluang bagi kerjasama dengan dengan swasta, serta responsif
Laporan Akhir Tabel 5.3. No
Kota
Status
1
Bandung
Pusat regional
2
Jatinang angor/ Cileunyi
Pusa Pusatt regio regional nal
3
Cimahi
4
Le Lembang
5
Rancaekek kek/ Cicalengka Ngamprah/ Padalarang Soreang
Pusat subwilayah metropolitan Pusat subwilayah metropolitan Pusat subwilayah Pusat subwilayah Pusat subwilayah Pusat subwilayah Pusat subwilayah Pusat lokal
6 7 8 9 10
Banjaran/ Pameungpeuk Majalaya Ciwidey
Sistem Kota-Kota Aktivitas Metropolitan yang multifungsional Pend Pendid idika ikan, n, perumahan, perdagangan Perumahan, perdagangan, pariwisata Perumahan, perdagangan, pariwisata Perumahan, perdagangan, perdagangan, industri industri Industri, Industri, perumahan, perumahan, perdagangan Administrasi, perumahan Industri, Industri, perumahan, perumahan, perdagangan Industri, Industri, perumahan, perumahan, perdagangan Perumahan, pariwisata
Pembangunan Regional yang tetap terkendali Pertumbuhan Pertumbuhan alami / diarahkan Pusat alami
Pertumbuhan alami
Pusat pertumbuhan sekunder Pusat pertumbuhan Pusat pertumbuhan primer Pusat pertumbuhan sekunder Pusat pertumbuhan primer Pertumbuhan alami
Laporan Akhir
Laporan Akhir
5.2. A n a l i s i s S o s i a l E k o n o m i Berda Berdasar sarkan kan data data kepen kependud duduka ukan n yang yang ada pada pada dokume dokumen n Rencan Rencana a Tata Tata Ruang Ruang Wilay Wilayah ah (RTRW) (RTRW) Kota Kota Bandung Bandung (2001) (2001),, Kota Kota Cimahi Cimahi (2002) (2002),, Kabup Kabupate aten n Bandun Bandung g (1999), (1999), serta RTRW RTRW Kabupate Kabupaten n Sumedang Sumedang (2002), jumlah jumlah penduduk penduduk yang berada berada dii wila wilaya yah h Metro Metropo poli lita tan n Band Bandun ung g menc mencap apai ai 6, 9 juta juta jiwa jiwa,,
dima dimana na seba sebagi gian an besa besar r
terkonsen terkonsentrasi trasi di Kota Bandung (2, 3 juta jiwa) jiwa) dengan dengan tingkat tingkat kepadatan kepadatan mencapai 139 jiwa/ha. jiwa/ha. Kepadatan Kepadatan penduduk penduduk terendah terendah adalah adalah 13 jiwa/ha jiwa/ha terjadi terjadi di Kabupate Kabupaten n Bandung. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bandung pada tahun 2007 merupakan yang tertin tertinggi ggi,,
yaitu yaitu mencap mencapai ai 3, 12%. 12%. Dengan Dengan memper memperha hatik tikan an angka angka proye proyeksi ksi jumla jumlah h
penduduk sampai dengan dengan tahun 2029, menggambarkan menggambarkan bahwa penyebaran penyebaran penduduk di Metro Bandung Bandung sudah sudah mengalam mengalamii perkemba perkembangan ngan,, dimana dimana sebelumya sebelumya jumlah dan laju laju pertum pertumbuh buhan an di Kota Kota Bandu Bandung ng palin paling g tinggi tinggi diband dibanding ingkan kan dengan dengan Kota Kota dan dan Kabupaten Kabupaten lainnya, lainnya, ini disebabkan disebabkan karena banyakny banyaknya a perumaha perumahan n dan permukiman permukiman yang yang berada berada di wilayah wilayah Kabupate Kabupaten n Bandung, Bandung, akan tetapi semakin semakin tinggin tingginya ya tekanan pendu penduduk duk di Kabupa Kabupaten ten Bandun Bandung g dan memun memungki gkinka nkan n terja terjadin dinya ya permas permasal alaha ahan n
Laporan Akhir terd terdis istr trib ibus usii ke wila wilaya yah h seki sekita tarn rnya ya.. Peny Penyeb ebar aran an
akti aktifi fita tas s sosi sosial al ekon ekonom omii dapa dapatt
dilakukan dengan mempertimbang mempertimbangkan kan sumberdaya yang ada pada suatu wilayah, wilayah, baik menyangku menyangkutt sumberday sumberdaya a manusia, manusia, ketersed ketersediaan iaan sumbe sumberday rdaya a alam (laha (lahan, n, air, dll), dll), sert serta a
duku dukun ngan gan
kete keters rsed edia iaan an berb berba agai gai infr infras astr truk uktu turr
perk perkot otaa aan n yang ang
juga juga
diorientasikan untuk memeratakan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan skala pelayanan pelayanan yang direncanakan. direncanakan.
5.3. A n a l i s i s I n f r a s t r u k t u r 5 .3 .3 .1 .1 A n a l i s i s S i s t e m T r a n s p o r t a s i
Untuk Untuk menjamin menjamin tersedia tersedia pelayanan pelayanan publik bagi masyarak masyarakat, at, maka dalam Peraturan Peraturan Pemerinta Pemerintah h No. 25 Tahun Tahun 2000 tentang Kewenan Kewenangan gan Pemerinta Pemerintah h dan Kewenangan Kewenangan Propinsi Propinsi sebagai sebagai Daerah Daerah Otonom, pada pasal pasal 3 butir (3) disebutkan disebutkan bahwa bahwa “Daerah Wajib Wajib Melaksan Melaksanakan akan Pelayan Pelayanan an Minimal”. Minimal”. Dalam Dalam hal ini Standar Standar Pelayana Pelayanan n Minimal Minimal (SPM) merupakan kewenangan dari Pemerintah Pusat (pasal 2 ayat 4 butir b). Untuk bidang jalan, Departemen Departemen Kimpraswil telah mengeluarkan mengeluarkan standar pelayanan pelayanan minimal
Laporan Akhir Tabel 5.5. Kinerja Jaringan Jalan Kab/Kota di Metropolitan Bandung dalam Penyediaan Jaringan Jalan Berdasarkan Indeks Aksesibilitas dan Mobilitas No.
Kab/Kota
Indeks aksesibilitas aksesibilitas (Km/Km2) Eksisting Min Ket
Indks Mobilitas (Km/1.000 Penduduk) Eksisting Min Ket
1 2
Kota Bandung 5, 01 5, 00 (+) 0, 34 5, 00 (- ) Kab. Kab. Band Bandun ung g dan dan Kota Kota 1, 05 5, 00 (- ) 0, 89 2, 00 (- ) Cimahi 3 Kab. Sumedang 0, 35 0, 50 (- ) 0, 06 5, 00 (- ) Sumber : Penelitian Penelitian Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Transportasi W ilayah ilayah T erpadu di Propinsi Propinsi Jawa Barat Keteran Keterangan gan : (+) (+) di atas SPM (-) dibawah dibawah SPM
Kab. Purwakarta
Kota Bandung Kab. Subang Lembang
Padalarang Kab. Sumedang
Cicalengka
Soreang
Laporan Akhir Dalam Dalam penye penyedia diaan an prasar prasarana ana jalan jalan (supp (supply ly)) sampai sampai pada pada tahun tahun 2029 2029 diwila diwilayah yah metr metrop opol olit itan an Band Bandun ung g haru harus s ada ada jari jaring ngan an jala jalan n sepa sepanj njan ang g 5.17 5.170 0 km dan dan jika jika dibandingkan dengan eksisting yang ada (3.990, 6 km) maka harus ada pembangunan jalan baru sepanjang sepanjang 1.179 km Dari sisi moda transportasi transportasi proporsi saat ini didominasi didominasi oleh kendaraa kendaraan n mobil mobil jenis jenis penu penump mpan ang g prib pribad adii sebe sebesa sarr 86%, 86%,
angku angkuta tan n umum umum 2, 5% dan dan sisa sisany nya a 11, 11, 5%
kendaraan Barang. Perge Pergerak rakan an orang orang yang yang terjad terjadii di wilay wilayah ah Metrop Metropol olita itan n Bandun Bandung g seban sebanya yak k 57% menggu mengguna nakan kan angku angkutan tan pribad pribadi. i.
Kondis Kondisii terse tersebut but harus harus diuba diubah h dengan dengan berba berbagai gai
kebija kebijakan kan yang yang ditem ditempu puh h sepert sepertii penye penyedi diaan aan saran sarana a angku angkutan tan umum umum masal masal yang yang memadai memadai baik baik kuantitas kuantitas maupun maupun kualitasny kualitasnya a sehingga sehingga masyarak masyarakat at penggun pengguna a jalan jalan mendapat keuntungan (nilai waktu dan BOK) dari penyelenggaraan sistem transportasi wilayah metropolitan Bandung 5 .3 .3 .2 .2 A n a l i s i s P r a s a ra r a n a d an an S a r an an a P er er m u k i m a n
a
Air Bersih
Laporan Akhir Tabel 5.6.
Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di Metropolitan Metropolitan Bandung Th. 2007-2029 2007-2029
Total Penduduk Metropolitan Bandung Kebutuhan air 3 (m /hari)
Tahun
2007 7.524.231
2009 7.639.820
2014 8.740.476
2019 10.016.136
2029 12.729.816
752423, 1
763.982
874.047, 6
1.001.613, 6
1.272.981, 6
Sumber Sumber : Hasil Analisis, Analisis, 2009
Selain kebutuhan domestik, domestik, kebutuhan non domestik domestik dihitung berdasarkan berdasarkan persentase terh terhad adap ap kebu kebutu tuha han n dome domest stik ik.. Kebu Kebutu tuha han n non non dome domest stik ik meli melipu puti ti perk perkan anto tora ran, n, pendidika pendidikan, n, perdagan perdagangan, gan, rumah sakit, sakit, industri industri kecil kecil dan kegiatan kegiatan sosial. sosial. Persentas Persentase e kebutuhan non domestik antara (10-25)% dari kebutuhan domestik. b.
Drainase
Analisis kebutuhan prasarana drainase dimaksudkan untuk melihat sejauh mana kondis kondisii sistem sistem drain drainase ase dan penge pengenda ndalia lian n banji banjirr yang yang ada, ada,
serta serta perma permasal salaha ahann-
permasalahan apa saja yang menyebabkan banjir. Analisis sistem drainase dilakukan
Laporan Akhir Berkaitan Berkaitan dengan dengan kondisi kondisi topografi topografi Cekungan Cekungan Bandung Bandung dan aliran aliran Sungai Sungai Citarum Citarum yang yang berkel berkelokok-kel kelok ok dan dan mempu mempunya nyaii beda beda eleva elevasi si yang yang renda rendah, h,
maka maka terda terdapat pat
kawa kawasa san n yang yang sang sangat at kriti kritis s terh terhad adap ap anca ancama man n gena genang ngan an air, air,
yait yaitu u Kawa Kawasa san n
Bojongsoang Bojongsoang dan tegalluar, sehingga sebagai sebagai suatu sistem drainase makro dan mikro perlu dilakukan penanganan secara khusus. c.
Air Limba Limbah h (IPA (IPAL L Terp Terpad adu) u)
Sebagaima Sebagaimana na diuraikan diuraikan terdahul terdahulu, u, potensi potensi limbah limbah domestik domestik akan naik pesat pesat seiring kenai kenaikan kan jumla jumlah h pendu penduduk duk,,
poten potensi si dampa dampak k pencem pencemara aran n limba limbah h domes domestik tik naik naik
terhad terhadap ap sistem sistem peraira perairan, n, lahan, lahan, maupun maupun dari dari timbu timbulan lan sampah sampah akan akan dominan dominan di masa masa depan depan (tahun (tahun 2025), 2025), apabi apabila la limba limbah h domes domestik tik yang yang dihas dihasililkan kan terseb tersebut ut tidak tidak diolah terlebih terlebih dahulu. Sistem septik tank hanya efektif untuk skala rumah rumah tangga atau peru peruma maha han n seda sedang ng.. Sema Semaki kin n ting tinggi giny nya a kepa kepada data tan n pend pendud uduk uk,, tersed tersedia, ia,
dan dan laha lahan n yang yang
sistem sistem septic septic tank tank akan akan sulit sulit dibua dibuatt dan tidak tidak efekti efektif. f. Kebera Keberada daan an IPAL IPAL
Domes Domestik tik Bojon Bojongso gsoan ang g saat saat ini masih masih belum belum cukup cukup memba membantu ntu menga mengatas tasii limba limbah h domestik domestik,, karena karena kapasitasny kapasitasnya a diperkirakan diperkirakan baru baru untuk 500.000 500.000 jiwa. jiwa. Apabila Apabila limbah limbah penduduk yang melalui melalui septik tank diperhitungkan diperhitungkan sebesar 30%, maka potensi limbah limbah
Laporan Akhir
Jenis Masalah
Akibat
Ulasan
Ketersediaan dana
Tekanan pembangunan
Perbedaan kepen kepenti tinga ngan n salur saluran an irigasi/drainase
Kapasi Kapasitas tas yang yang tidak tidak mencukupi akibat
Membatasi pekerjaan Mengurangi tingkat pelayanan Memba mbatasi frekuensi dan penurunan luas genangan Memba mbatasi pertumbu mbuhan ekonomi Semakin langkanya ketersediaan lahan Penyempitan Penyempitan sungai dan daerah banjir Naiknya volume aliran permukaan Kenaikan aliran puncak Menaikan frekuensi dan memperluas daerah banjir Stru Strukt ktur ur iriga rigasi si dib dibeber eberap apa a tempat menyebabkan permukaan air naik Pintu air berbeda dengan kepentingan drainase Mengurangi tingkat pelayanan Menyebabkan banjir lokal
Meng Mengura urangi ngi pote potensi nsi wisat wisata a sungai Sem Semu ua sumb sumber er dan dan haru harus s diidentifikasi Cost recover y harus dimaksimalkan
Terj Terjad adiinya nya konf konfllik antar ntara a pembebasan tanah dan tingkat pelayanan Pembuatan Pembuatan kantong-kanton kantong-kantong g air hendaknya digalakan
Meningkatkan banjir Pintu air mem membutuhkan operasi operasi yang baik Bebe Bebera rapa pa ben bendung dung tida tidak k digunakan lagi Memerlukan rehabilitasi Meningkatkan banjir
Laporan Akhir yang yang tida tidak k tero terola lah, h,
terc tercam ampu purr deng dengan an limb limbah ah dome domesti stik, k,
dan dan tida tidak k tahu tahu dibu dibuan ang g
kemana di wilayah Metro Bandung. d.
Persampa Persampahan han (Tempat (Tempat Pembuanga Pembuangan n Akhir Akhir Sampah Sampah - TPA) TPA)
Jumlah penduduk penduduk Metropolitan Bandung Bandung yang diperkirakan diperkirakan mencapai lebih kurang kurang 11 juta jiwa pada tahun 2010 dan mencapai lebih kurang 14 juta jiwa pada tahun 2020, akan akan mengha menghasil silkan kan timbul timbulan an sampa sampah h sekit sekitar ar 6.000 6.000 ton/ha ton/hari ri pada pada tahun tahun 2010, 2010, dan dan sekitar 8.000 ton/hari pada tahun 2025. Kondisi ini memerlukan penanganan khusus, sistem pengelolaan sampah terpadu untuk wilayah Metropolitan Bandung merupakan pili piliha han n yang yang tida tidak k dapa dapatt dita ditawa war, r,
meng mengin inga gatt kete keterb rbat atas asan an laha lahan n TPA TPA dan dan TPS. TPS.
Kapasitas Kapasitas TPA yang ada sekarang sekarang (TPA Leuwi Gajah, Gajah, TPA Jelekong) Jelekong) dengan sistem sistem opera operasi si yang yang digun digunaka akan n diper diperkir kiraka akan n hanya hanya mampu mampu menamp menampun ung g sampa sampah h untuk untuk 5 tahun ke depan. Berdasar Berdasarkan kan perkiraan perkiraan kebutuhan kebutuhan tersebut, tersebut, maka ketersedia ketersediaan an TPA Regional Regional yang mempunyai kapasitas besar (minimal 8.000 ton/hari) dan berlokasi strategis dari sisi daya daya dukung dukung lahan lahan diperl diperluka ukan n untuk untuk mengol mengolah ah sampah sampah di seluru seluruh h wilay wilayah ah Metro Metro
Laporan Akhir Leuwi Leuwigaj gajah ah yang sebena sebenarny rnya a sudah sudah tidak layak layak dari dari lokas lokasii dan sistem sistem opera operasin sinya ya dapat dapat direhabilita direhabilitasi, si, diganti diganti sistem sistem operasinya, operasinya, difungsika difungsikan n sebagai sebagai TPS. Beberapa Beberapa TPA Regiona Regionall perlu perlu dibangun dibangun untuk untuk melayan melayanii pengelol pengelolaan aan sampah sampah Metro Metro Bandung. Bandung. Beberapa TPA Regional Regional yang telah diusulkan adalah di daerah Cipatat Cipatat untuk melayani Wilayah Wilayah Barat dan Kota Bandung Bandung Barat, Barat, Pasir Pasir Durung untuk melayani melayani wilayah wilayah Timur dan Bandung Bandung Timur, dan Jelekong Jelekong untuk melayani melayani wilayah wilayah Kota Bandung Bandung Selatan, Selatan, Soreang, Soreang, dan Banjaran. Banjaran. Khusus untuk wilayah wilayah Bandung Bandung Utara fungsi TPA Pasirbul Pasirbuluh uh dapa dapatt diti diting ngka katk tkan an sist sistem em oper operas asii dan dan tekn teknol olog ogin inya ya untu untuk k TPA TPA loka lokal, l,
kere kerena na
memperhitungkan memperhitungkan aksesibilitasnya. aksesibilitasnya. Dari Dari sistem sistem distri distribus busii lokas lokasii dan perbaika perbaikan n sistem sistem penge pengelo lolaa laan n sampa sampah h
terseb tersebut ut
diharapka diharapkan n di masa depan depan dampak-da dampak-dampak mpak negatif negatif dari sektor sektor persampa persampahan han akan dapt dapt dimi dimini nima mali lisa sasi si,,
dan dan fungs fungsii-fun fungs gsii pela pelaya yana nan n terh terhad adap ap masy masyar arak akat at dapa dapatt
meningkat.
5.4.
A n a l i s i s Gu Gu n a L a h a n
Pert Pertum umbu buha han n
laha lahan n
terb terban angu gun n
dala dalam m
kuru kurun n
waktu aktu
1994 1994-2 -200 006 6
menu menunj nju ukkan kkan
Laporan Akhir Tabel 5.8.
Luasan Kawasan Lindung dan Budidaya
Lahan Lahan Kenaikan LUAS (Ha) Terbangun Terbangun Kenaikan (%) 1994 2001 Hutan Konservasi 21.431, 8 42, 8 152, 8 110.0 257, 00 Hutan Lindung 72.715, 5 393, 4 1.558, 2 1.164, 8 296, 08 Lindung Non Hutan 50.122, 4 886, 8 2.518, 0 1.631, 2 183, 94 SUB TOTAL 144.269, 7 1.323 4.229 2.906 219.65 Hutan Produksi 12.393, 9 150, 9 592, 2 441, 3 292, 44 Budidaya 183.067.2 39.558, 1 54.592, 9 15.034, 8 38, 00 Diluar terbangun 143.504, 0 128.416, 4 -15.087, 6 -10, 51 SUB TOTAL 195.461, 1 183.213 183.601, 5 388, 5 21, 20 Danau/ W aduk/Situ 7.805, 4 7.805, 4 7.805, 4 TOTAL 347.536, 2 41.032.0 59.414, 1 18.382, 10 Sumbe Sumberr : Hasi Hasill Anali Analisi sis, s, Bapeda Bapeda 2006 2006 Keterangan Keterangan : luasan berdasarkan berdasarkan pola tata ruang tersebut tersebut adalah luasan luasan normatif normatif berdasarkan berdasarkan kriteria kriteria yang ditetapkan ditetapkan dalam RTRWP. POLA TATA RUANG
Tabel di atas memperlihatkan bahwa secaram totalitas perkembangan lahan terbangun dalam kurun waktu 1994-2006 terjadi di kawasan lindung dan hanya sedikit saja yang terj terjad adii di kawa kawasa san n budi budida daya ya.. Bila Bila kece kecend nder erun unga gan n ini ini teta tetap p berl berlan angs gsun ung g maka maka diproyeksikan perkembangan lahan terbangun akan mengancam keberadaan kawasan
Laporan Akhir seluas
94.056,
1
Ha,
dengan
pertim timbangan
utama
adalah
masih
teta tetap p
mempertah mempertahanka ankan n lahan lahan sawah sawah eksisting. eksisting. Dari sisi kebutuhan kebutuhan lahan lahan untuk untuk perumaha perumahan n yang yang diproy diproyeks eksika ikan n selua seluas s 18.34 18.344, 4, 67 Ha pada tahun tahun 2025, 2025, kondis kondisii di atas atas masih masih cukup cukup memenu memenuhi hi.. Cima Cimahi hi
Permas Permasal alaha ahan n utama utama cende cenderun rung g terjad terjadii di Kota Kota Band Bandung ung dan dan
yang yang memp mempun unya yaii ting tingka katt kepa kepada data tan n pend pendud uduk uk ting tinggi gi dan dan luas luas kawa kawasa san n
terban terbangun gun eksistin eksisting g di atas atas 60%, 60%,
sehin sehingga gga pada pada wilaya wilayah h ini pemanfaa pemanfaatan tan lahan, lahan,
terutama perumahan. harus diarahkan secara vertikal. Pengemba Pengembangan ngan kawasan kawasan budi daya di luar wilayah wilayah Kota Bandung Bandung dan Cimahi, Cimahi, harus harus tetap
mengacu
kep kepada
keb kebijakan
pola
tata
rua ruang
untuk
menjaga
dan
mempertah mempertahanka ankan n luas kawasa kawasa lindung, lindung,
sehingga sehingga pola pengemban pengembangana ganan n kawasan kawasan
tida tidak k
bagi bagian an Utar Utara a dan Selat Selatan an yang yang berfu berfung ngsi si
melu meluas as
dan dan menga mengara rah h ke arah arah
sebagai sebagai kawasan yang berfungsi lindung. lindung. Melihat Melihat kondisi fisik wilayah wilayah,, ketersedi ketersediaan aan infra infrastr struk uktur tur,, dan pola pola arah arah angin angin di Metro Metro Bandu Bandung, ng, maka maka arah arah pengem pengemba banga ngan n kawasan kawasan budidaya budidaya seharusnya seharusnya diarahkan diarahkan pada koridor Barat – Timur, Timur, karena karena akan akan meminimi meminimisasi sasi potensi potensi dampak dampak negatif negatif yang muncul, muncul, karena karena penyebara penyebaran n permukiman permukiman akan akan terjaga, terjaga, dinam dinamika ika transp transpor ortt poluta polutan n udara udara terja terjaga ga pada arah arah Timur Timur Barat Barat dan dan
Laporan Akhir dan rehabilitas rehabilitasii sumber-s sumber-sumbe umberr air tidak segera segera dilakukan. dilakukan. Analisis Analisis terhadap terhadap rasio rasio ketersedi ketersediaan aan dan kebutu kebutuhan han air air baku menun menunjukka jukkan n bahwa bahwa laju kebutuha kebutuhan n air akan akan mening meningkat kat
seirin seiring g dengan dengan pesatny pesatnya a pertam pertamba bahan han pendud penduduk uk dan
jenis jenis kegiata kegiatan. n.
Pada Pada tahun tahun 2010, 2010, diper diperkir kiraka akan n tingka tingkatt kebutu kebutuhan han air air telah telah melamp melampui ui poten potensi si yang yang dapat dimanfaatkan, dimanfaatkan, kenaikan terutama untuk untuk rumah tangga dan kegiatan kegiatan perkotaan. Kondisi Kondisi tersebut tersebut merupaka merupakan n indikator indikator,, bahwa bahwa efisiensi efisiensi pemanfa pemanfaatan atan air dan upaya upaya – upaya upaya lain untuk untuk memperoleh memperoleh sumber sumber-sum -sumber ber baru baru untuk tambahan tambahan air air baku
harus harus
mulai mulai dilakukan dilakukan saat saat ini. Potensi Potensi terbesar terbesar adalah adalah dari dari air permukaa permukaan, n, baik baik dari sungai sungai dan dan waduk waduk ,
yang yang dipe diperk rkir irak akan an lebi lebih h dari
5 milya milyarr m3/tah m3/tahun un..
Reha Rehabi bili lita tasi si dan dan
pemul pemulih ihan an kondisi kondisi air bawa bawah h tanah, tanah, selai selain n dihar diharap apkan kan sebagai sebagai sumbe sumberr air air bersi bersih h utama penduduk, penduduk, akan berdampak berdampak pada pada meningkatnya meningkatnya fungsi-fungsi fungsi-fungsi konservasi, konservasi, baik konse konserva rvasi si air air maupun maupun lahan lahan.. Air permu permukaa kaan n dan air air tanah tanah
walau walaupun pun wuju wujud d dan
keberada keberadaany anya a berbedaberbeda-beda beda namun sumberda sumberdaya ya air tersebut tersebut memiliki memiliki keterkaita keterkaitan n anta antara ra satu satu dan dan lainn lainnya ya,, memb memben entu tuk k satu satu kesat kesatua uan n sist sistem em tata tata air air dalam dalam suat suatu u wilayah Daerah Daerah Airan Sungai Sungai (DAS), yakni DAS Citarum. Citarum. Krit Kritis isny nya a kead keadaa aan n airta airtana nah h di Ceku Cekung ngan an Band Bandun ung, g,
sala salah h satu satuny nya a dita ditand ndai ai oleh oleh
Laporan Akhir
LINGKUNGAN PENURUNAN PENURUNA N MUKA AIR TANAH TANAH UTAMA 3,11 – 5,12
CICAHEUM
CIBALIGO
1,63 – 2,12
3,11 – 5,12
CIPADUNG KIARACONDONG
LEUWIGAJAH
1,61 – 3,1
UJUNGBERUNG
1,63 – 2,12
1,63 – 2,12
3,11 – 5,12
GEDEBAGE
HUSEIN
1,63 – 2,12 CIMANGGUNG
1,27 – 4,32
0,52 – 3,85 CIMINDI
CIKERUH
3,11 – 5,12
0,52 – 3,85
KEBONWARU 1,61 – 3,1
CIJERAH
CIKERUH
1,27 – 4,32
0,52 – 3,85
ARJUNA CIKANCUNG
1,27 – 4,32 MALEBER PASIRKALIKI
0,52 – 3,85
1,27 – 4,32
MAJALAYA
1,27 – 4,32 BANJARAN
0,32 – 3,9
Laporan Akhir cukup dominan dominan berada di Metro Metro Bandung, Bandung, merupaka merupakan n industri industri yang berpotensi berpotensi tinggi menghasilkan limbah cair dalam volume besar dan bersifat B3. Limbah domestik diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk penduduk,, sehingga sehingga potensi potensi pencemara pencemaran n oleh limbah limbah domesti domestik k juga akan bertambah bertambah besar di masa depan apabila tidak ada upaya pengelolaan. Pertimbangan inilah yang harus harus diper diperhat hatika ikan n untuk untuk konsep konsep pengem pengemba bang ngan an Metro Metro Bandun Bandung, g,
teruta terutama ma dari dari
struktur penyediaan sistem air baku dan air bersih. Alternatifnya adalah apakah melakukan upaya rehabilitasi kondisi kualitas air permu permukaa kaan n denga dengan n berbag berbagai ai upaya upaya pengur penguran angan gan emisi emisi limba limbah h cair, cair, stan standa darr baku baku mutu, mutu,
penge pengetat tatan an
baru baru melara melarang ng peman pemanfa faat atan an air tanah tanah oleh oleh indus industri tri,,
melaku melakukan kan upaya upaya relokas relokasii industri industri
yang yang sebenar sebenarny nya a jauh jauh efekti efektiff
atau atau
denga dengan n resiko resiko
investasi tinggi, tinggi, atau melakukan melakukan kedua-duanya. kedua-duanya. Dari Dari tinjau tinjauan an peta peta pengen pengendal dalian ian peman pemanfaa faatan tan air air tanah tanah,, daera daerah h Kota Kota Bandu Bandung, ng, Cimah Cimahi, i,
Baleen Baleendah dah,,
mempe memperli rliha hatka tkan n bahwa bahwa
Ranca Rancaeke ekek, k, Padal Padalara arang ng merupa merupakan kan
daera daerah h daerah daerah kritis kritis dan dan rawan rawan untuk untuk peman pemanfaa faatan tan air tanah tanah.. Daera Daerah h Utara Utara dan dan
Laporan Akhir 285, 8 m3/detik /detik.. Dampa Dampak k ini ini akan akan terus terus terjad terjadii dalam dalam skala skala yang yang lebih lebih luas luas apabil apabila a upaya upaya untuk untuk menor menormal malisa isasi si rasio rasio debit debit minimu minimum m dan maksim maksimum um tidak tidak dilaku dilakukan kan.. Fenomena Fenomena banjir banjir juga juga akan semaki semakin n diperparah diperparah dan dan meluas meluas apabila apabila tidak ada ada upaya upaya untuk untuk memperba memperbaiki iki sistem sistem draina drainase se perkotaa perkotaan, n, mengurang mengurangii air larian larian (run off), off), dan normalisa normalisasi si daya tampung sungai, sungai, tidak tidak dilakuka dilakukan. n. Penataan Penataan infrastrukt infrastruktur ur perkotaan, perkotaan, konsistensi antara pemanfaatan pemanfaatan ruang dengan pengendalian pengendalian pemanfaatannya pemanfaatannya sangat diperlukan dalam penataan ruang Metro Bandung ke depan. c.
Analis nalisis is Sumu Sumurr resa resapa pan n
Salah upaya menurunkan debit limpasan air hujan, run off, adalah dengan membangun sumu sumurr resa resapa pan, n, khus khusus usny nya a di laha lahan n terb terban angu gun. n. Kema Kemamp mpua uan n sumu sumurr resa resapa pan n meresa meresapk pkan an air air hujan hujan adalah adalah sekita sekitarr 240 240 m 3/hari. /hari. Angka Angka ini adala adalah h untuk untuk sumur sumur resapan individual dengan kedalaman akifer mulai kedalam 3,0 m dengan ketebalan akifer rata-rata 1,5 m. Konsul Konsultan tan lebih lebih merek merekome omenda ndasi sikan kan upaya upaya konser konservas vasii yang yang diprio dipriorit ritask askan an adala adalah h sumur resapan, karena seperti yang sudah disampaikan sebelumnya sumur resapan
Laporan Akhir Tabel 5.10.
Kebutuhan Sumur Resapan Resapan Berdasarkan Tataguna Lahan 2029 2029 Volume Air total (m3/hari)
Target Volume Hujan yang diresapkan (50%) (m3/hari)
0,48
24.754.888
13.513.842
56.308
520,04
0,39
26.702.955
15.559.041
64.829
131,35
427,30
0,27
15.196.662
6.216.249
25.901
Ci Cisangkuy
118,38
408,50
0,30
14.478.296
6.765.429
28.189
5
Ciwidey
104,74
514,72
0,43
23.035.579
14.436.867
60.154
6
Cimeta
127,07
265,86
0,35
11.762.583
5.614.162
23.392
7
Cihaur
126,62
245,38
0,41
12.752.533
6.849.239
28.538
8
Ciminyak
121,01
588,65
0,26
18.662.612
6.410.251
26.709
Curah hujan periode periode 25 thn (mm/hari)
Luas DAS km2
No
DAS
1
Ci Cikapundung
132,03
386,99
2
Citarik
130,27
3
Cirasea
4
Co
Jumlah Sumur Resapan Yang Dibutuhkan (unit)
Sumber: Sumber: Analisa Analisa Konsultan, Konsultan, 2009
Berikut kami sampaikan efektivitas sumur resapan terhadap penurunan puncak banjir
Laporan Akhir
5.6. R e s u m e 5.6.1. S o s i a l - e k o n o m i Pertum Pertumbu buhan han pendud penduduk uk wilay wilayah ah metrop metropoli olitan tan Band Bandung ung ratarata-rat rata a 2, 7 % per tahun tahun dengan tingkat pertumbuhan tertinggi berada di wilayah Kota Bandung dan sekitarnya sekitar 3, 7 %. Dengan asumsi bahwa sampai dengan tahun 2025 belum ada upaya pengenda pengendalian lian mobilita mobilitas s penduduk penduduk secara secara efektip efektip maka laju pertumbu pertumbuhan han pendudu penduduk k akan akan tetap tetap tumbuh tumbuh rata-ra rata-rata ta 2, 86 % atau atau 14, 14, 67 Juta Jiwa pada pada tahun tahun 2025. 2025. Dari Dari perki perkiraa raan n jumla jumlah h pendu pendudu duk k terseb tersebut ut maka maka 70 % atau atau sekita sekitarr 10 Juta Juta merup merupaka akan n pendu penduduk duk perkot perkotaan aan yang yang bermu bermukim kim diseki disekitar tar wilay wilayah ah Kota Kota Bandun Bandung g sepert sepertii Kota Kota Cimah Cimahi, i,
Padal Padalara arang ng dan dan Ranca Rancaeke ekek k yang yang merup merupaka akan n wilay wilayah ah pelim pelimpa pahan han arus arus
urbanisasi ke kota Bandung. Tabel 5.12.
Perkiraan Distribusi Jumlah Penduduk Penduduk Perkotaan Perkotaan Sampai Dengan Dengan Tahun 2029
No
Zona
Kawasan Perkotaan
Luas (Ha)
Jumlah Penduduk Kaw. Perkotaan
Kepadatan (jiwa/Ha)
Laporan Akhir sebesar 27, 2 % terhadap PDRB atas dasar harga konstan sedangkan sedangkan sektor jasa dan perda perdagan gangan gan tumbuh tumbuh denga dengan n laju laju 19, 19, 24 % denga dengan n kontri kontribus busii sekita sekitarr 33 %. Untuk Untuk Wilayah Wilayah Kabupaten Kabupaten Bandung sektor sektor dominan dominan yang yang berkemban berkembang g didarah didarah ini adalah adalah sektor Industri Pengolahan yang tumbuh dengan laju rata-rata sebesar 9, 11 % dengan kontri kontribus busii sebesa sebesarr 51, 51, 8 % terhad terhadap ap PDRB PDRB atas atas dasar dasar harga harga konsta konstan n sedang sedangkan kan sektor perdanganagn tumbuh sebesar 3, 4 % dengan kontribusi sebesar 14, 8 % dan sektor pertanian tumbuh dengan laju 0, 49 % per tahun dengan kontribusi sebesar 10, 3 % atas dasar harga konstan. Berdasar Berdasarkan kan hasil hasil perhitun perhitungan gan Location Locational al Quetion Quetion (LQ) didapat didapat bahwa bahwa sektor-se sektor-sektor ktor basis yang menjadi tulang punggung punggung perekonomian perekonomian diwilayah Metropolitan, Metropolitan, adalah : 1. Industri Industri Pengola Pengolahan han 2. Listri Listrik, k, Gas dan air air bers bersih ih;; 3. Bangunan/K Bangunan/Konst onstruksi ruksi 4. Perdagang Perdagangan, an, Hotel dan restoran restoran 5. Pengangku Pengangkutan tan dan dan Komun Komunikasi ikasi;; 6. Keuangan Keuangan persew persewaan aan dan jasa jasa perusaha perusahaan an
Laporan Akhir merupa merupakan kan salah salah satu satu kunci kunci dari dari perw perwuju ujudan dan struk struktur tur Metro Metropol polita itan n Bandun Bandung g yang yang direncan direncanakan akan.. Salah Salah satu strategi strategi yang perlu dilakukan dilakukan dalam pengemb pengembanga angan n sistem sistem transporta transportasi si Metropol Metropolitan itan Bandung Bandung adalah adalah pengemba pengembangan ngan sistem sistem angkutan angkutan masal masal terp terpad adu u (Mas (Mass s Rapi Rapid d Tranp Tranpor ortt Syste System) m) khus khusus usny nya a di wila wilaya yah h inti inti Metro Metropo poli lita tan n Bandung. Bandung. Kebijaksa Kebijaksanaa naan n ini sangat sangat penting penting dalam dalam kerangka kerangka menguran mengurangi gi terjadin terjadinya ya kemacetan di wilayah Kota Bandung dan sekitarnya. Penyediaan infrastruktur drainase yang terintegrasi merupakan salah satu kebutuhan dala dalam m
mend menduk ukun ung g
peng pengem emba bang ngan an pemb pemban angu guna nan n
teru teruta tama ma dari dari kemu kemung ngki kina nan n
terjadinya ancaman banjir.
5.6.3. D a y a D u k u n g Kondi Kondisi si daya daya dukun dukung g lingku lingkung ngan an di cekun cekungan gan Bandung, Bandung, saat saat ini kondi kondisin sinya ya sudah sudah sangat sangat kritis menjadi menjadi factor pembatas pembatas bagi pengemban pengembangan gan pembanguna pembangunan n di Wilayah Metropolitan Bandung kedepan. Walaupun dengan asumsi terjadi upaya penanganan dan dan reha rehabi bili lita tasi si ling lingku kung ngan an seca secara ra terp terpad adu, u,
namu namun n upay upaya a pemu pemuli liha han n terh terhad adap ap
perbaikan perbaikan kondisi kondisi lingkung lingkungan an ini akan memerluk memerlukan an waktu waktu yang yang relatip relatip cukup lama.
Laporan Akhir mengiku mengikuti ti pola pola jarin jaringan gan jalan jalan utama utama (ribon (ribon devel developm opment ent)) serta serta penge pengemba mbanga ngan n permukima permukiman n disekitar disekitar pinggiran pinggiran Kota Bandung Bandung dan Cimahi Cimahi besifat besifat tidak tidak terintegr terintegrasi asi (sprawl development) yang mengakibatkan tidak efisien penyediaan infrastruktur dan fasil fasilita itas s serta serta semak semakin in mendo mendoron rong g terjad terjadiny inya a penuru penurunan nan daya daya dukun dukung g lingk lingkun ungan gan perkotaan. Bert Bertit itiik
tola tolak k
peng penge emban mbanga gan n
dari dari
pert pertim imba ban ngan gan
Metro etropo poli lita tan n
diat diatas as
Band Bandun ung g
maka maka samp sampai ai
arah rah
pen pengemb gemban anga gan n
deng dengan an
2005 2005,,
stru strukt ktu ur
seha seharu rusn snya ya
mempertimbangkan aspek-aspek berikut : 1. Pengembangan Pengembangan ekonomi diarahkan pada kegiatan yang berbasis daya dukung yaitu mengar mengarah ahkan kan kegia kegiatan tan pemba pembangu ngunan nan dan dan permu permukim kiman an tidak tidak kearah kearah kawasa kawasan n konservasi; 2. Pengembangan Pengembangan ekonomi di wilayah Metropolitan Bandung diarahkan diarahkan pada kegiatan yang yang capita capitall intens intensif if bukan bukan pada pada kegia kegiatan tan ekonom ekonomii yang yang labour labour inten intensi siff denga dengan n mempe memperhi rhitun tungka gkan n perba perbandi ndinga ngan n antar antara a nilai nilai tambah tambah ekono ekonomi mi yang yang tinggi tinggi dan dan beban biaya lingkungan yang harus ditanggung; 3. Peng Pengem emba bang ngan an
sist sistem em
trans transpo port rtas asii
diar diarah ahka kan n
dala dalam m
rang rangka ka
memp memper erku kuat at
Laporan Akhir
Bab 6 Kelembagaan
6 .1 .1 . P e m b a g i a n K e w e n a n g a n P e m e r i n t a h P u s a t d a n D a er er a h
Pembagia Pembagian n urusan urusan pemerinta pemerintahan han antara antara pemerin pemerintah tah pemprov pemprov dan pemkab/pe pemkab/pemkot mkot telah telah diatur diatur dalam dalam Peraturan Peraturan Pemerinta Pemerintah h Republ Republik ik Indonesia Indonesia Nomor. Nomor. 38 tahun tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota yang antara lain sebagai berikut: Pada Bab II Pasal 2 ayat : (3) Urusan Urusan pemer pemerin intah tahan an yang yang dibagi dibagi bersa bersama ma antar antar tingka tingkatan tan dan/a dan/atau tau
susuna susunan n
peme pemeri rint ntah ahan an seba sebaga gaim iman ana a dima dimaks ksud ud pada pada ayat ayat (1) (1) adal adalah ah semu semua a urus urusan an
Laporan Akhir
o.
koperasi dan dan usaha kecil dan menengah;
p.
penanaman modal;
q.
kebudayaan dan pariwisata;
r.
kepemudaan dan olah raga;
s.
kesatuan bangsa bangsa dan politik dalam dalam negeri; negeri;
t.
otono otonomi mi daera daerah, h, pemer pemerint intah ahan an umum, umum, admin administ istras rasii keuan keuangan gan daera daerah, h, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian;
u.
pemberdayaan pemberdayaan masyarakat masyarakat dan dan desa;
v. statistik; w. kearsipan; x. perpustakaan; y.
komunikasi dan informatika;
z.
pertanian dan ketahanan pangan;
aa. kehutanan kehutanan;; bb. energi energi dan sumber sumber daya minera mineral; l; cc. kelautan kelautan dan perikanan perikanan;;
Laporan Akhir h. kepemuda kepemudaan an dan dan olahraga olahraga;; i.
penana penanaman man modal; modal;
j.
koperasi dan usaha kecil dan menengah;
k. kependudu kependudukan kan dan dan catata catatan n sipil; sipil; l.
ketena ketenagak gaker erjaa jaan; n;
m. ketahanan ketahanan pangan pangan;; n. pemberdayaan pemberdayaan perempuan perempuan dan perlindungan perlindungan anak; anak; o. keluarga keluarga berencan berencana a dan keluarga keluarga sejahte sejahtera; ra; p. perhubun perhubungan; gan; q. komunikas komunikasii dan dan inform informatika atika;; r.
perta pertana naha han; n;
s. kesatuan kesatuan bangsa bangsa dan dan politik politik dalam dalam negeri; negeri; t.
oton otonom omii daer daerah ah,, peme pemeri rint ntah ahan an umum umum,, admi admini nist stra rasi si keua keuang ngan an daer daerah ah,, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian;
u. pemberday pemberdayaan aan masyar masyarakat akat dan dan desa; desa; v. sosi sosial al;;
Laporan Akhir (4)
Ketentuan Ketentuan lebih lebih lanjut lanjut menge mengenai nai tata cara cara pelaksan pelaksanaan aan ketentuan ketentuan sebagaim sebagaimana ana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan peraturan presiden.
6 .1 .1 .2 .2 . P e n g e l o l a a n U r u s a n P e m e r i n t a h a n L i n t a s D a e r a h
Pengelolaan urusan pemerintahan lintas daerah diatur dalam Bab IV, Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2) sebagi berikut :
(1)
Pelaksana Pelaksanaan an urusan urusan pemerin pemerintahan tahan yang mengakib mengakibatkan atkan dampak lintas lintas daerah dikelola bersama oleh daerah terkait.
(2)
Tata Tata cara cara penge pengelol lolaan aan bersam bersama a urusan urusan pemeri pemerinta ntahan han sebag sebagaim aiman ana a dima dimaks ksud ud pada pada ayat ayat (1) (1) berp berped edom oman an pada pada pera peratu tura ran n peru perund ndan anggundangan.
6.1.3. Pembagian Urusan Otonomi Daerah Antara Pemerintahan Provinsi d a n P em em e r in i n t ah a h K a b u p at a t en e n /K / K o t a u n t u k P ra r a s ar ar an a n a D r ai ai n as as e , A i r l i m b a h d a n P e r s am am p a h a n .
A. Sub Bidang
: Drainase
Laporan Akhir 2. Sub-sub Bidang Bidang : Pembinaan Pembinaan a. Pemerinta Pemerintah h 1. Fasi Fasili lita tasi si
bant bantua uan n
tekn teknis is
pemb pemban angu guna nan, n,
peme pemeli liha hara raan an
dan dan
pengelolaan pengelolaan drainase. 2. Peni Peningk ngkata atan n kapasi kapasitas tas
tekni teknik k dan manaje manajeme men n peny penyele elengg nggara ara
drainase dan pematusan genangan secara nasional. b. Pemerintahan Provinsi 1. Bantuan teknis pembangunan, pembangunan, pemeliharaan dan pengelolaan). pengelolaan). 2. Peni Peningk ngkata atan n kapasi kapasitas tas
tekni teknik k dan manaje manajeme men n peny penyele elengg nggara ara
drainase dan pematusan genangan di wilayah provinsi. c. Pemerintah Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota 1. Peni Peningk ngkata atan n kapasi kapasitas tas tekni teknik k dan dan manaje manajeme men n penye penyele lengg nggara ara drainase dan pematusan genangan di wilayah kabupaten/kota. 3. Sub-sub Bidang Bidang : Pembangunan a. Pemerinta Pemerintah h
Laporan Akhir c. Pemerintah Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota 1. Penyelesaian Penyelesaian masalah dan permasalahan permasalahan operasionalisasi sistem drainase drainase dan penanggu penanggulan langan gan banjir banjir di wilayah wilayah kabupaten kabupaten/kota /kota serta koordinasi dengan daerah sekitarnya. 2. Penyelenggaraan Penyelenggaraan pembangunan pembangunan dan pemeliharaan PS drainase di wilayah kabupaten/kota. 3. Penyusunan Penyusunan rencana induk PS drainase skala kabupaten/kota. kabupaten/kota. 4. Sub-sub Bidang Bidang : Pengawasan Pengawasan a. Pemerinta Pemerintah h 1. Evaluasi kinerja penyelenggaraan penyelenggaraan sistem drainase dan pengendali banjir secara nasional. 2. Pengawasan Pengawasan dan pengenda pengendalia lian n penyelen penyelenggara ggaraan an drainase drainase dan pengendalian banjir secara lintas provinsi. 3. Pengawasan Pengawasan dan pengendalian pengendalian atas pelaksanaan NSPK. b. Pemerintahan Provinsi
Laporan Akhir Pemeri Pemerinta ntah h
berke berkewa wajib jiban an menye menyeles lesai aikan kan permas permasala alahan han draina drainase se dan
pena penang nggu gula lang ngan an
banj banjir ir
yang yang
lint lintas as
prop propin insi si,,
Pemp Pempro rov v
berke berkewa waji jiba ban n
menye menyele lesai saikan kan permas permasal alaha ahan n yang yang sama sama untuk untuk linta lintas s kabup kabupate aten/k n/kota ota sedang sedangkan kan Pemkab Pemkab/Pe /Pemko mkott berke berkewa wajib jiban an dan dan bertan bertanggu ggung ng jawab jawab untuk untuk masal masalah ah drain drainase ase dan penang penanggul gulan angan gan banji banjirr yang yang terjad terjadii wilay wilayah ah yang yang menjadi kewenangannya. kewenangannya. Pembe Pembentu ntukan kan Balai Balai Besar Besar Wilaya Wilayah h Sungai Sungai (BBWS) (BBWS) yang yang mengel mengelol ola a DAS sung sungai ai besa besarr (dan (dan panj panjan ang) g) yang yang meli melint ntas asii anta antarr prov provin insi si meru merupa paka kan n implemen implementasi tasi dari tanggung tanggung jawab jawab Pemerinta Pemerintah h seperti seperti yang yang diamana diamanatkan tkan dalam PP 38/ 2007 ini. Di wilayah Jawa Barat, BBWS yang dibentuk adalah BBWS Citarum (Jabar-DKI), BBWS Cimanuk-Cisanggarun Cimanuk-Cisanggarung g (Jabar-Jateng), (Jabar-Jateng), BBWS Ciliwung-Cisadane Ciliwung-Cisadane (Jabar-DKI-Banten). (Jabar-DKI-Banten). Dalam kaitan ini Pemprov mempunyai kewajiban yang sama untuk wilayah kabupaten kabupaten/kota /kota yang pengemb pengembanga angannya nnya tidak tidak bisa dipisahka dipisahkan n atau harus harus teri terint nteg egra rasi si
den dengan gan
peng penge emban mbanga gan n
wilay ilayah ah
kabu kabupa pate ten/ n/ko kota ta
yang ang
berba berbatas tasan an karena karena secar secara a fisik fisik wilay wilayahn ahnya ya sudah sudah bersat bersatu u atau atau secara secara
Laporan Akhir rusak air, dan system informasi sumber daya air yang disusun dengan memperhatikan kondisi wilayah masing-masing”. masing-masing”. Demi Demikia kian n jelas jelas bahwa bahwa upaya-upaya konservasi dan pendaya gunaan sumber daya air (termasuk air (termasuk yang yang beras berasal al dari dari curah curah hujan) hujan) merupa merupakan kan hal hal yang yang harus dikedepankan dalam dalam pengelo pengelolaan laan sistem sistem drainase drainase dan penanggu penanggulan langan gan banjir banjir ini. ini. Upaya Upaya konservas konservasii ini fisikn f isiknya ya berupa berupa antara antara lain, lain, reboisa reboisasi si hutan dan lahan lahan kritis, kritis, pembangunan waduk, embung, sumur resapan, parit resapan, pengamanan sempadan sungai, perluasan hutan kota dan kawasan terbuka hijau dll. Karena dengan upaya konservasi ini minimal ada 3 (tiga) hal manfaat utama yang kita dapatkan, yaitu : 1. Mengurangi run off sehingga mengurangi kebutu kebutuhan han dimens dimensii salura saluran n drain drainase ase,, 2. mengu menguran rangi gi tingka tingkatt bahay bahaya a akibat banjir dan 3. Meningkatkan cadangan air tanah (sumber daya air). air) . Salah satu pemkot yang sudah melaksanakan upaya konservasi ini adalah Pemkot Cimahi, berupa pembuatan sumur resapan dengan alokasi dana dari APBD Kota Cimahi. Jumlah sumur resapan yang sudah dibangun di Kota Cimahi, sementara ini adalah:
Laporan Akhir
STANDAR PELAYANAN UNTUK JENIS PELAYANAN DASAR BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG BIDANG : DRAINA DRAINASE SE LOKASI LOKASI : PERKOT PERKOTAAN AAN & PE PERDE RDESA SAAN AN KOTA KOTA METRO, METRO, BE BESA SAR, R, SE SEDAN DANG G & KECIL KECIL No
STANDAR PELAYANAN CAKUPAN
1
2
1
Tida Tidakk terj terjad adii genangan akibat banjir di kawasan kota > 10 Ha
INGKAT PELAYANAN 3
Penanganan genangan genangan > 10 Ha melalui drainase Makro Penanganan Genangan Genangan < 10 Ha melalui drainase Mikro Pemeliharaan Pemeliharaan menerus saluran – saluran drainase sebagai pematus air Penyuluhan > 2 kali pertahun pertahun
4
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
KETERANGAN
KUALITAS Bila masih terjadi genangan rata – rata < 30 cm, dan lama genangan < 2 jam Frekwensi kejadian banjir < 2 kali setahun Terbebasnya saluran drainase dari sampah sehingga mampu berfungsi sebagai pematus air hujan Berkurangnya genangan genangan permanent dan temporer hingga 75% dari kondisi eksisting
5
Untuk Kriteria desai mengacu kepada : - SNI M.18-1989 Untuk standar/metode perhitungan debit banjir - SNI T -07-1990-F -07-1990-F
VI - 9
Laporan Akhir B. Sub Bidang
: Air Limbah
1. Sub-sub Sub-sub Bidan Bidang g : Pengatu Pengaturan ran a. Pemerintah
:
1. Penetapan kebijakan dan strategi nasional pengembangan PS air limbah. 2. Pembentu Pembentukan kan lembaga lembaga penyelen penyelenggara ggara pelayana pelayanan n PS air limbah limbah lintas provinsi. 3. Penetapan Penetapan norma, standar, standar, prosedu prosedur, r, dan kriteria kriteria pelayana pelayanan n PS air limbah secara nasional termasuk SPM. 4. Member Memberika ikan n izin izin penye penyelen lengga ggaraa raan n PS air limba limbah h yang yang bersi bersifat fat lintas provinsi. 5. Penetapan Penetapan standar kompetensi kompetensi teknis SDM untuk kelompok kelompok ahli dan terampil bidang air limbah. b. Pemerintahan Provinsi 1. Peneta Penetapan pan peratu peraturan ran daera daerah h kebija kebijakan kan pengem pengemban bangan gan PS air
Laporan Akhir 2. Sub-sub Bidang Bidang : Pembinaan Pembinaan a. Pemerinta Pemerintah h 1. Fasilitasi penyelesaia penyelesaian n permasalahan permasalahan antar provinsi provinsi yang yang bersifat khu khusus,
stra trategi tegis s
baik
yang
bersi rsifat fat
nasional
maupun
internasional. 2. Fasi Fasili lita tasi si pera peran n sert serta a duni dunia a usah usaha a tin tingkat gkat nasi nasion onal al dala dalam m penyelenggaraan pengembangan PS air limbah. 3. Fasilitasi penyelenggaraan penyelenggaraan (bantek) pengembangan pengembangan PS air limbah. b. Pemerintahan Provinsi 1. Fasilitas tasi
penyelesaian
masalah
yang
bersifat fat
lintas tas
kabupaten/kota. 2. Fasi Fasili lita tasi si pera peran n sert serta a duni dunia a usah usaha a dan dan masy masyar arak akat at dala dalam m penyelenggaraan penyelenggaraan pengembangan pengembangan PS air limbah kabupaten/kota. kabupaten/kota. 3. Fasilitasi penyelenggaraan penyelenggaraan (bantek) pengembangan pengembangan PS air limbah lintas kabupaten/ko k abupaten/kota. ta.
Laporan Akhir b. Pemerintahan Provinsi 1. Fasilitasi Fasilitasi pengemban pengembangan gan PS air limbah limbah lintas lintas kabupaten kabupaten/kota /kota di wilayah provinsi. 2. Penyusun Penyusunan an rencana rencana induk induk pengemb pengembanga angan n PS air limbah limbah lintas lintas kabupaten/kota. 3. Penanganan bencana bencana alam tingkat tingkat provinsi. c. Pemerintah Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota 1. Pen Penye yele leng ngga gara raan an pemb pemban angu guna nan n
PS air air limb limbah ah untu untuk k daer daerah ah
kabupaten/kota dalam rangka memenuhi SPM. 2. Peny Penyus usun unan an renc rencan ana a indu induk k
peng penge emban mbanga gan n PS air air limb limbah ah
kabupaten/kota. 3. Penanganan bencana bencana alam tingkat lokal (kabupaten/kota). (kabupaten/kota). 4. Sub-sub Bidang Bidang : Pengawasan Pengawasan a. Pemerinta Pemerintah h 1. Penge engen ndali alian
dan
pen pengaw gawasan san
atas atas
penye nyelengg enggar ara aan
Laporan Akhir Penjelasan : Air limbah sangat erat kaitannya dengan sistem drainase dan penanggulangan penanggulangan banjir. Drainase, air limbah dan persampahan merupakan rangkaian hal yang tidak dapat dipisahkan baik dalam permasalahan maupun penanggulangannya. Perbai Perbaikan kan fisik fisik sistem sistem draina drainase se tidak tidak akan akan lama lama bertah bertahan an jika jika tidak tidak secara secara komp kompre rehe hens nsiv iv dita ditang ngan anii pula pula perma permasa sala laha han n air air limb limbah ah dan dan peng pengel elol olaa aan n sampahnya. Pada umumnya air limbah domestik di kota-kota di Indonesia, belum ditangani secara off site sistem. Hanya beberapa kota saja yang telah mempunyai sistem sewerage, dan itupun belum bisa melayani seluruh penduduk kota. Limbah dari closet closet (blac (blackwa kwater ter)) umumn umumnya ya dibuan dibuang g ke septic septic tank, tank, dan limba limbah h air air bekas bekas (greywater) dibuang ke saluran drainase. Dibuangnya limbah domestik ke saluran drainase ini menyebabkan percepatan pengendapan dan tumbuhnya gulma air di badan air. Kita tahu limbah domestik mengad mengadun ung g organ organik ik yang yang merupa merupakan kan pupu pupuk/h k/hara ara bagi bagi tumbuh tumbuhan an.. Proses Proses dekomp dekomposi osisi si atau atau euthr euthrifi ifikas kasii zat zat organi organik k yang yang terkan terkandu dung ng dalam dalam limba limbah h
Laporan Akhir Mesk Meskip ipun un dala dalam m bebe bebera rapa pa kond kondis isii terte tertent ntu u bisa bisa memi memint nta a bant bantua uan n dari dari Pemeri Pemerinta ntah, h, teruta terutama ma untuk untuk pencap pencapai aian an stand standar ar pelay pelayana anan n minimu minimum m yang yang harus dicapai.
Laporan Akhir
STANDAR PELAYANAN UNTUK JENIS PELAYANAN DASAR BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG BIDANG : AIR LIMBAH LIMBAH LOKASI LOKASI : PERKOT PERKOTAAN AAN & PE PERDE RDESA SAAN AN (NASIO (NASIONAL NAL)) No 1
CAKUPAN 2
1
70,10% jumlah penduduk yang terlayani (s/d tahun 2010)
2
75,34% jumlah penduduk yang terlayani (s/d tahun 2015)
STANDAR PELAYANAN TINGKAT PELAYANAN 3
1) Jamban Pribadi a. Dengan tangki septic - IPLT dengan truk tinja - SBS / Small Bore Sewer + IPLT b. Tanpa Tangki septic - Cubluk - Modular/full Sewerage dengan jaringan perpipaan + IPAL 2) Fasilitas Umum a. Dengan tangki septic - IPLT dengan truk tinja - SBS + IPAL b. Tanpa tangki septic - Cubluk - Modular/ full sewerage dengan jaringan perpipaan + IPAL - Jamban modular (WC bergerak) 3) Penyuluh Penyuluhan an > 2 kali
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
KETERANGAN
KUALITAS 4
2) Systim Systim On Site / Setempa Setempat t - Grey water (mandi,cuci) terpisah dengan black water (kakus) disalurkan ke sumur resapan. - Saluran tertutup untuk black water ke tangki septik tidak bocor dan tidak berbau - Tidak terjadi kontak langsung cairan dari tangki septic ke air tanah - Efisiensi BOD removal dan SS > 85% - Tidak ada keluhan masyarakat atas kegiatan penyedotan lumpur tinja dari tangki septic yang selanjutnya dibawa ke IPLT 3) Sistim Sistim Off Site Site / Terpusat Terpusat - Sistim terpisah/separate gray water, black water terpisah dengan storm water/air hujan - Tidak terjadi kebocoran pada sistim perpipaan - Efisiensi BOD removal dan SS >
5
Systim On Site / Setempat - Lebih diarahkan untuk kawasan dengan kepadatan < 200 jiwa /ha dengan tarap muka air tanah > 2 m yaitu untuk kota sedang dan kecil yang potensi pemulohan biayanya / cost recovery belum mendukung untuk membangun baik modullar atau full sewerage system terpusat baik cairan maupun - Kualitaa hasil pengolahan limbah terpusat padatan wajib memperhatikan standar baku mutu air buangan sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku - Jarak antara subluk, bidang resapan dengan sumur dangkal > 10 m dipindah – - Air limbah dari jamban / WC modular yang dapat dipindah pindah dapat dibawa ke fasilitas umum dengan tangki septic menggunakan - Kawasan permukiman padat > 200 jiwa/ha bila menggunakan On Site Systim setidaknya menggunakan tangki septic dengan up flow filter, dimana efisiensi BOS dan SS mencapai 100% Systim Off Site / Terpusat
- Dapat diterapkan sepanjang didukung oleh kemampuan Pemerintah Kab/Kota
- Desain Sewerage dapat dibenarkan dengan systim tercampur (combine systim)
VI - 15
Laporan Akhir pertahun
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
90% dan Eserchia Colli > 99,9%
- Untuk criteria desain mengacu kepada - SK SNI T-07-1989-F - Kep.DJCK No. 07/KPTS tahun 1999
VI - 16
Laporan Akhir
STANDAR PELAYANAN UNTUK JENIS PELAYANAN DASAR BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG : AIR LIMBAH LOKASI LOKASI PERKOTAA PERKOTAAN N : KOTA METRO & BES BESAR AR No 1
CAKUPAN 2
1
74,58% jumlah penduduk yang terlayani (s/d tahun 2010)
2
78,82% jumlah penduduk yang terlayani (s/d tahun 2015)
STANDAR PELAYANAN TINGKAT PELAYANAN 3
1) Jamban Pribadi a. Dengan tangki septic - IPLT dengan truk tinja - SBS / Small Bore Sewer + IPLT b. Tanpa Tangki septic - Cubluk - Modular/full Sewerage dengan jaringan perpipaan + IPAL 2) Fasilitas Umum a. Dengan tangki septic - IPLT dengan truk tinja - SBS + IPAL b. Tanpa tangki septic - Cubluk - Modular/ full sewerage dengan jaringan perpipaan + IPAL - Jamban modular (WC bergerak) 4) Penyuluha Penyuluhan n > 2 kali kali
KUALITAS 4
1) Systim On Site Site / Setempat Setempat i. - Grey water (mandi,cuci) terpisah dengan black water (kakus) disalurkan ke sumur resapan. - Saluran tertutup untuk black water ke tangki septik tidak bocor dan tidak berbau - Tidak terjadi kontak langsung cairan dari tangki septic ke air tanah - Efisiensi BOD removal dan SS > 85% - Tidak ada keluhan masyarakat atas kegiatan penyedotan lumpur tinja dari tangki septic yang selanjutnya dibawa ke IPLT 2) Sistim Off Site Site / Terpusat Terpusat Sistim terpisah/separate gray water, black water terpisah dengan storm water/air hujan ii. Tidak terjadi kebocoran pada sistim perpipaan Efisiensi BOD removal dan SS > 90%
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
KETERANGAN 5
Systim Systim On Site / Setempa Setempat t untuk kawasan dengan kepadatan kepadatan < 200 - Lebih diarahkan untuk jiwa /ha dengan tarap muka air tanah > 2 m yaitu untuk kota sedang dan kecil yang potensi pemulihan biayanya / cost recovery belum mendukung untuk membangun baik modullar atau full sewerage system - Kualitaa hasil pengolahan limbah terpusat baik cairan maupun padatan wajib memperhatikan standar baku mutu air buangan sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku dengan sumur dangkal - Jarak antara subluk, bidang resapan dengan > 10 m jamban / WC modular yang dapat dipindah – - Air limbah dari jamban pindah dapat dibawa ke fasilitas umum dengan tangki septic - Kawasan permukiman padat > 200 jiwa/ha bila menggunakan On Site Systim setidaknya menggunakan tangki septic dengan up flow filter, dimana efisiensi BOS dan SS mencapai 100% Systim Systim Off Site / Terpusat Terpusat 1. Dapat diterapkan sepanjang didukung oleh kemampuan Pemerintah Kab/Kota 2. Desain Sewerage dapat dibenarkan dengan systim
VI - 17
Laporan Akhir pertahun
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
dan Eserc hi hia Colli > 99,9
erc am ampur (c om ombine sys ttiim) 3. Untuk criteria desain mengacu mengacu kepada a. SK SNI T-07-1989-F T-07-1989-F b. Kep.DJCK Kep.DJCK No. No. 07/KPTS 07/KPTS tahun 1999
VI - 18
Laporan Akhir
STANDAR PELAYANAN UNTUK JENIS PELAYANAN DASAR BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG : AIR LIMBAH LOKASI LOKASI PERDESA PERDESAAN AN : KOTA METRO, METRO, BESA BESAR, R, SEDANG SEDANG & KECIL KECIL No 1
CAKUPAN 2
1
65,67% jumlah penduduk yang terlayani (s/d tahun 2010)
2
71,39% jumlah penduduk yang terlayani (s/d tahun 2015)
STANDAR PELAYANAN TINGKAT PELAYANAN 3
1) Jamban Pribadi a. Dengan tangki septic - Lumpur Tinja dipendam b. Tanpa Tangki septic - Cubluk 2) Fasilitas Umum a. Dengan tangki septic - Lumpur tinja dipendam
KETERANGAN
KUALITAS 4
1) Systim Systim On Site / Setempa Setempat t - Grey water (mandi,cuci) terpisah dengan black water (kakus) disalurkan ke sumur resapan. - Saluran tertutup untuk black water ke tangki septik tidak bocor dan tidak berbau - Tidak terjadi kontak langsung cairan dari tangki septic ke air tanah - Efisiensi BOD removal dan SS > 85%
5
i.
Systim Systim On Site / Setempat Setempat - Lebih diarahkan untuk kawasan dengan kepadatan < 200 jiwa /ha dengan tarap muka air tanah > 2 m Syatem, maka harus - Bila akan menggunakan Off Site Syatem, mengacu pada systim perkotaan - Jarak antara subluk, bidang resapan dengan sumur dangkal > 10 m 1. Untuk criteria criteria desain desain mengac mengacuu kepada kepada a. SK SNI T-07-1989-F T-07-1989-F b. Kep.DJCK Kep.DJCK No. No. 07/KPTS 07/KPTS tahun 1999
b. Tanpa tangki septic - Cubluk 3) Penyuluha Penyuluhan n > 2 kali kali pertahun
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
VI - 19
Laporan Akhir
STANDAR PELAYANAN UNTUK JENIS PELAYANAN DASAR BIDANG PEKERJAAN UMUM
No 1
SUB BIDANG LOKASI LOKASI PEK PEKOTA OTAAN AN
: AIR LIMBAH : KOTA KOTA SEDAN SEDANG G & KOTA KOTA KECIL KECIL
CAKUPAN
STANDAR PELAYANAN TINGKAT PELAYANAN
2
1
65,67% jumlah penduduk yang terlayani (s/d tahun 2010)
2
71,39% jumlah penduduk yang terlayani (s/d tahun 2015)
3
1) Jamban Pribadi a. Dengan tangki septic - Lumpur Tinja dipendam b. Tanpa Tangki septic - Cubluk 2) Fasilitas Umum a. Dengan tangki septic - Lumpur tinja dipendam
KUALITAS
KETERANGAN
4
5
1) Systim On Site Site / Setempat Setempat - Grey water (mandi,cuci) terpisah dengan black water (kakus) disalurkan ke sumur resapan. - Saluran tertutup untuk black water ke tangki septik tidak bocor dan tidak berbau - Tidak terjadi kontak langsung cairan dari tangki septic ke air tanah - Efisiensi BOD removal dan SS > 85%
i. Systim On Site / Setempat - Lebih diarahkan untuk kawasan dengan kepadatan < 200 jiwa /ha dengan tarap muka air tanah > 2 m Syatem, maka harus - Bila akan menggunakan Off Site Syatem, mengacu pada systim perkotaan - Jarak antara subluk, bidang resapan dengan sumur dangkal > 10 m 1. Untuk criteria desain mengacu mengacu kepada a. SK SNI T-07-1989-F b. Kep.DJCK No. 07/KPTS tahun 1999
b. Tanpa tangki septic - Cubluk 3) Penyuluha Penyuluhan n > 2 kali kali pertahun
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
VI - 20
Laporan Akhir C. Sub Bidang
: Persampahan
1. Sub-sub Sub-sub Bidan Bidang g : Pengatu Pengaturan ran a. Pemerintah
:
1. Penetap Penetapan an kebija kebijakan kan dan dan strateg strategii nasio nasiona nall pengem pengemban bangan gan PS persampahan.. 2. Penetapan Penetapan lembaga lembaga tingkat tingkat nasional nasional penyelen penyelenggar ggara a pengelo pengelolaan laan persampahan (bila diperlukan). 3. Pene Penetap tapan an NSPK NSPK pengel pengelol olaan aan persam persampah pahan an secara secara nasio nasional nal termasuk SPM. 4. Memberi Memberikan kan izin penyeleng penyelenggara gara pengelol pengelolaan aan persampa persampahan han lintas lintas provinsi. b. Pemerintahan Provinsi 1. Pene Peneta tapa pan n
pera peratu tura ran n daer daerah ah kebi kebija jaka kan n
peng pengem emba bang ngan an PS
persampah persampahan an lintas lintas kabupate kabupaten/kot n/kota a di wilayah wilayah provinsi provinsi mengacu mengacu pada kebijakan nasional.
Laporan Akhir 2. Sub-sub Bidang Bidang : Pembinaan Pembinaan a. Pemerinta Pemerintah h 1. Fasilitasi penyelesaian penyelesaian masalah dan permasalahan antar provinsi. provinsi. 2. Peni Pening ngka kata tan n kapa kapasi sita tas s mana manaje jeme men n dan dan fasi fasili lita tasi si kerj kerjas asam ama a pemda pemda/du /duni nia a usaha usaha dan dan masya masyarak rakat at dalam dalam penye penyelen lengga ggaraa raan n pengembangan PS persampahan. 3. Fasil Fasilita itasi si bantu bantuan an teknis teknis penye penyelen lengga ggaraa raan n penge pengemba mbang ngan an PS persampahan. b. Pemerintahan Provinsi 1. Fasi Fasili lita tasi si
peny penyel eles esai aian an
masa masala lah h
dan dan
perm permas asal alah ahan an
anta antar r
kabupaten/kota. 2. Peni Pening ngka kata tan n kapa kapasi sita tas s mana manaje jeme men n dan dan fasi fasili lita tasi si kerj kerjas asam ama a pemda pemda/du /duni nia a usaha usaha dan dan masya masyarak rakat at dalam dalam penye penyelen lengga ggaraa raan n pengembangan pengembangan PS persampahan persampahan lintas kabupaten/kota. kabupaten/kota. 3. Memberikan bantuan bantuan teknis dan pembinaan lintas kabupaten/kota. kabupaten/kota.
Laporan Akhir c. Pemerintah Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota 1. Penyelengaraan
dan
pembiayaan
pembangunan
PS
persampahan di kabupaten/kota. 2. Peny Penyusu usunan nan rencan rencana a induk induk penge pengemba mbanga ngan n PS persam persampah pahan an kabupaten/kota. 4. Sub-sub Bidang Bidang : Pengawasan Pengawasan a. Pemerinta Pemerintah h 1. Pengaw Pengawasa asan n dan penge pengenda ndalia lian n pengem pengemba bang ngan an persam persampah pahan an secara nasional. nasional. 2. Eval Evalua uasi si kine kinerj rja a peny penyel elen engg ggar araa aan n PS pers persam ampa paha han n seca secara ra nasional. 3. Pengawasan Pengawasan dan pengendalian pengendalian atas pelaksanaan NSPK. b. Pemerintahan Provinsi 1. Pengawa Pengawasan san dan pengend pengendalia alian n pengemba pengembangan ngan persampah persampahan an di wilayah provinsi.
Laporan Akhir bert bertan angg ggun ung g
jaw jawab
pada pada
peny penyel elen engg ggar araa aan n
yang yang
di
dala dalam m
wilay ilayah ah
kewenangannya (Tingkat II). Dalam standar pelayanan untuk drainase ada salah satu persyaratan kualitas drain drainase ase yang yang disya disyarat ratkan kan,, yaitu yaitu : ”Terbebas ”Terbebasnya nya saluran saluran drainase drainase dari sampah sampah sehing sehingga ga mampu mampu berfun berfungsi gsi sebag sebagai ai pematu pematus s air hujan” hujan”.. Ini sangat sangat relevan relevan dengan dengan kondisi kondisi sistem sistem drainase drainase dan karakter karakter di lingkunga lingkungan n perkotaan. Terjadinya banjir cileuncang di jalan, lebih banyak disebabkan karena : 1. Banyakny Banyaknya a sampah sampah disalur disaluran an drainase drainase,, sehingga sehingga menghalan menghalangi gi jalannya jalannya air (kemudian meluap ke jalan) dan 2. Terhalan Terhalangnya gnya street street inlet dimana dimana air di jalan tidak bisa masuk masuk ke saluran saluran drainase (menjadikan jalan jadi saluran air). Jadi Jadi dala dalam m hal hal ini ini perm permas asal alah ahan an dan dan kend kendal ala a di sekto sektorr drai draina nase se tida tidak k terl terlep epas as dari dari perm permas asal alah ahan an dan dan kend kendal ala a dala dalam m peng pengel elol olaa aan n bida bidang ng persampahan. Sebagai gambaran timbulan sampah di Kota Bandung saat ini yang sekitar
Laporan Akhir Berikut kami sampaikan standar pelayanan dasar bidang pekerjaan umum, sub bidang persampahan sbb:
Laporan Akhir
STANDAR PELAYANAN UNTUK JENIS PELAYANAN DASAR BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG BIDANG : PERSAMP PERSAMPAHAN AHAN LOKASI LOKASI : PERKOT PERKOTAAN AAN & PE PERDE RDESA SAAN AN (NASIO (NASIONAL NAL)) No
STANDAR PELAYANAN CAKUPAN
INGKAT PELAYANAN
1
2
3
1
60% jumlah penduduk yang terlayani (s/d tahun 2010)
1) Penanganan Penanganan melalui Systim pengelolaan pengelolaan Untuk kawasan pusat kota/Business Centre District /BCD dan pasar – pasar ditangani secara penuh. Untuk kawasan permukiman dengan kepadatan > 100 jiwa / ha ditangani secara penuh Untuk kawasan permukiman dengan kepadatan kepadatan > 100 jiwa / ha ditangani rata – rata 80% nya Untuk limbah industri ditangani secara penuh Untuk limbah bahan buangan berbahaya / B3 dan buangan limbah medis/medical waste ditangani secara penuh 2 ) Penanganan Penanganan secara setempat Untuk sisa dari penanganan melalui system 3) Pembakaran setempat setempat harus dihindari 4) Pengambilan an sampah dari setiap RT > 2 kali seminggu 5) Frekwensi pengangkutan pengangkutan dari TPS ke TPA > 2 kali seminggu 6) Pengambilan an sampah dari TPS ke TPA > 2 kali seminggu 7) Pengurangan Pengurangan sampah dari sumbernya > 50% dari dari total samapah yang dihasilkan (tahun dihasilkan (tahun 2010) 8) Kuantitas sampah sampah yang diolah di TPA TPA > 80% dari jumlah sampah yang diproduksi (tahun diproduksi (tahun 2015) 9) Tersedianya fasilitator fasilitator > 1 orang orang per kota
4
5)
2
66% jumlah penduduk yang terlayani (s/d tahun 2015)
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
KETERANGAN
KUALITAS
6)
Systim Systim On On Site Site / Setempat Setempat Ditangani secara individual dan saniter / tidak mencemari Lingkungan. Reduce, Reuse, Reuse, dan Recycle / 3R (Daur Ulang Recycle dengan dengan teknologi tepat tepat guna seperti seperti Composting Penanganan melalui systim pengolahan Ditangani oleh unit pengelola seperti antara lain Dinas Kebersihan (DK), Badan Layanan Umum (BLU), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau swasta Ditangani secara terintegrasi antara pewadahan, pengumpulan, pengumpulan, pengangkutan s/d pengolahan akhir Tersedianya tempat pewadahan sesuai dengan kapasitasnya Pengumpulan an dan pengangkutan dilakukan secara regular Penangana akhir tidak berupa open dumping ng Tidak dibenarkan pembuangan pembuangan secara liar Tingkat daur ulang minimal 10% Penanganan Penanganan akhir sampah dengan teknologi Sanitari teknologi Sanitari Landfill Penanganan Penanganan secara 3R ditetapkan pada setiap industri Penanganan Penanganan dengan teknologi padat modal antara lain Waste to Energy / WTE untuk daerah mampu sudah dapat dilakukan diawali dengan kegiatan uji coba Madical waste dan B3 ditangani secara khusus secara : Swakelola
5
Untuk Kriteria desai mengacu kepada : - SNI-T_12 1999-03 tentang Tata cara pengelolaan sampah permukiman - SNI-19-2454-1999 - SNI-T-13-1990 tentang Tata cara pengelolaan sampah perkotaan
VI - 26
Laporan Akhir 10) Penyuluhan > 2 kali pertahun
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
Swasta Untuk dimusnahkan melalui teknologi tepat guna antara lain Incenerator Air Lindi / Leachate memenuhi standar baku mutu yang berlaku.
VI - 27
Laporan Akhir
STANDAR PELAYANAN UNTUK JENIS PELAYANAN DASAR BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG BIDANG : PERSAMP PERSAMPAHAN AHAN LOKA LOKASI SI : PE PERK RKOT OTAA AAN N SE SEDA DANG NG & KE KECI CILL No
STANDAR PELAYANAN CAKUPAN
INGKAT PELAYANAN
1
2
3
1
72% jumlah penduduk yang terlayani (s/d tahun 2010)
1) Penanganan Penanganan melalui Systim pengelolaan pengelolaan Untuk kawasan pusat kota/Bentre business District /BCD dan pasar – pasar ditangani secara pebuh. Untuk kawasan permukiman dengan kepadatan > 100 jiwa / ha ditangani secara penuh Untuk kawasan permukiman dengan kepadatan kepadatan > 100 jiwa / ha ditangani rata – rata 80% nya Untuk limbah industri ditangani secara penuh Untuk limbah bahan buangan berbahaya / B3 dan buangan limbah medis/medical waste ditangani secara penuh 2 ) Penanganan Penanganan secara setempat Untuk sisa dari penanganan melalui system 3) Pembakaran setempat setempat harus dihindari 4) Pengambilan an sampah dari setiap RT > 2 kali seminggu 5) Frekwensi pengangkutan pengangkutan dari TPS ke TPA > 2 kali seminggu 6) Pengambilan an sampah dari TPS ke TPA > 2 kali seminggu 7) Pengurangan Pengurangan sampah dari sumbernya > 50% dari dari total samapah yang dihasilkan (tahun dihasilkan (tahun 2010) 8) Kuantitas sampah sampah yang diolah di TPA TPA > 80% dari jumlah sampah yang diproduksi (tahun diproduksi (tahun 2015)
4
7)
2
80% jumlah penduduk yang terlayani (s/d tahun 2015)
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
KETERANGAN
KUALITAS
8)
Systim Systim On On Site Site / Setempat Setempat Ditangani secara individual dan saniter / tidak mencemari Lingkungan. Reduce, Reuse, Reuse, dan Recycle / 3R (Daur Ulang Recycle dengan dengan teknologi tepat tepat guna seperti seperti Composting Penanganan melalui systim pengolahan Ditangani oleh unit pengelola seperti antara lain Dinas Kebersihan (DK), Badan Layanan Umum (BLU), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau swasta Ditangani secara terintegrasi antara pewadahan, pengumpulan, pengumpulan, pengangkutan s/d pengolahan akhir Tersedianya tempat pewadahan sesuai dengan kapasitasnya Pengumpulan an dan pengangkutan dilakukan secara regular Penangana akhir tidak berupa open dumping ng Tidak dibenarkan pembuangan pembuangan secara liar Tingkat daur ulang minimal 10% Penanganan Penanganan akhir sampah dengan teknologi Controlled teknologi Controlled Landfill yang harus ditingkatkan ke Sanitari Landfill Penanganan Penanganan secara 3R ditetapkan pada setiap industri Madical waste dan B3 ditangani secara khusus secara : Swakelola Swasta Untuk dimusnahkan melalui teknologi tepat
5
Untuk Kriteria desai mengacu kepada : - SNI-T_12 1999-03 tentang Tata cara pengelolaan sampah permukiman - SNI-19-2454-1999 - SNI-T-13-1990 tentang Tata cara pengelolaan sampah perkotaan
VI - 28
Laporan Akhir
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
guna antara lain Incenerator Air Lindi / Leachate memenuhi standar baku mutu yang berlaku.
VI - 29
Laporan Akhir
STANDAR PELAYANAN UNTUK JENIS PELAYANAN DASAR BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG BIDANG : PERSAMP PERSAMPAHAN AHAN LOKA LOKASI SI : KOTA KOTA METR METRO O DAN DAN KOTA KOTA BE BESA SAR R No
STANDAR PELAYANAN CAKUPAN
INGKAT PELAYANAN
1
2
3
1
72% jumlah penduduk yang terlayani (s/d tahun 2010)
1) Penanganan Penanganan melalui Systim pengelolaan pengelolaan Untuk kawasan pusat kota/Bentre business District /BCD dan pasar – pasar ditangani secara pebuh. Untuk kawasan permukiman dengan kepadatan > 100 jiwa / ha ditangani secara penuh Untuk kawasan permukiman dengan kepadatan kepadatan > 100 jiwa / ha ditangani rata – rata 80% nya Untuk limbah industri ditangani secara penuh Untuk limbah bahan buangan berbahaya / B3 dan buangan limbah medis/medical waste ditangani secara penuh 2 ) Penanganan Penanganan secara setempat Untuk sisa dari penanganan melalui system 3) Pembakaran setempat setempat harus dihindari 4) Pengambilan an sampah dari setiap RT > 2 kali seminggu 5) Frekwensi pengangkutan pengangkutan dari TPS ke TPA > 2 kali seminggu 6) Pengambilan an sampah dari TPS ke TPA > 2 kali seminggu 7) Pengurangan Pengurangan sampah dari sumbernya > 50% dari dari total samapah yang dihasilkan (tahun dihasilkan (tahun 2010) 8) Kuantitas sampah sampah yang diolah di TPA TPA > 80% dari jumlah sampah yang diproduksi (tahun diproduksi (tahun 2015) 9) Tersedianya fasilitator fasilitator > 1 orang orang per kota
2
80% jumlah penduduk yang terlayani (s/d tahun 2015)
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
KETERANGAN
KUALITAS 4
9)
Systim Systim On On Site Site / Setempat Setempat Ditangani secara individual dan saniter / tidak mencemari Lingkungan. Reduce, Reuse, Reuse, dan Recycle / 3R (Daur Ulang Recycle dengan dengan teknologi tepat tepat guna seperti seperti Composting 10) Penanganan melalui melalui systim pengolahan pengolahan Ditangani oleh unit pengelola seperti antara lain Dinas Kebersihan (DK), Badan Layanan Umum (BLU), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau swasta Ditangani secara terintegrasi antara pewadahan, pengumpulan, pengumpulan, pengangkutan s/d pengolahan akhir Tersedianya tempat pewadahan sesuai dengan kapasitasnya Pengumpulan an dan pengangkutan dilakukan secara regular Penangana akhir tidak berupa open dumping ng Tidak dibenarkan pembuangan pembuangan secara liar Tingkat daur ulang minimal 10% Penanganan Penanganan akhir sampah dengan teknologi Sanitari teknologi Sanitari Landfill Penanganan Penanganan secara 3R ditetapkan pada setiap industri Penanganan Penanganan dengan teknologi padat modal antara lain Waste to Energy / WTE untuk daerah mampu sudah dapat dilakukan diawali dengan kegiatan uji coba Madical waste dan B3 ditangani secara khusus secara : Swakelola
5
Untuk Kriteria desai mengacu kepada : - SNI-T-12 1999-03 tentang Tata cara pengelolaan sampah permukiman - SNI-19-2454-1999 - SNI-T-13-1990 –F tentang Tata cara pengelolaan sampah perkotaan
VI - 30
Laporan Akhir 10) Penyuluhan > 2 kali pertahun
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
Swasta Untuk dimusnahkan melalui teknologi tepat guna antara lain Incenerator Air Lindi / Leachate memenuhi standar baku mutu yang berlaku.
VI - 31
Laporan Akhir
STANDAR PELAYANAN UNTUK JENIS PELAYANAN DASAR BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG BIDANG : PERSAMP PERSAMPAHAN AHAN LOKASI LOKASI : PERDE PERDESA SAAN AN KOTA KOTA METRO, METRO, BE BESA SAR, R, SE SEDAN DANG G & KECIL KECIL No
STANDAR PELAYANAN CAKUPAN
1
2
1
45% jumlah penduduk yang terlayani (s/d tahun 2010)
2
INGKAT PELAYANAN 3
1) Penanganan Penanganan SECARA On Site Site
4
11) Systim On Site / Setempat Setempat Ditangani secara individual dan saniter / tidak mencemari Lingkungan. Reduce, Reuse, dan Recycle / 3R (DaurUlang) Recycle dengan teknologi tepat guna seperti Composting Tersedianya tempat pewadahan sesuai dengan kapasitasnya Penanganan Penanganan akhir dengan penimbunan Penangana akhir tidak berupa open dumping ng Tidak dibenarkan pembuangan pembuangan secara liar Tingkat daur ulang minimal 10%
Pembakaran setempat harus dihindari dihindari
50% jumlah penduduk yang terlayani (s/d tahun 2015)
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
KETERANGAN
KUALITAS
5
Untuk Kriteria desai mengacu kepada : - SNI-M-36 1991-03 - SNI-19-2454-1991 - SNI-T-03-32411994 - Kep.DJCK No. 07/KPTS/1999 - SNI-033242-1994 Tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman
VI - 32
Laporan Akhir Intisari atau hakikat PP 38/2007 ini adalah membagi tanggung jawab antara Pemerintah,
Pemprov
dan
Pemkab kab/Pemkot. kot.
Pemprov rov
maupun
Pemkab/Pemkot harus mampu mengelola daerahnya masing-masing sesuai dengan dengan kemampua kemampuan n SDM dan karakteri karakteristik stik dan daya daya dukung dukung wilayahn wilayahnya. ya. Peratu Peraturan ran ini ini merupa merupakan kan konse konsekue kuensi nsi logis logis dari dari diber diberla lakuk kukann annya ya UU 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah.
Laporan Akhir 6 .2 .2 . P e r a tu tu r a n P e m e r i n t a h T en en t a n g P e n g e l o l a a n S u m b e r D ay ay a A i r
Peraturan Pengelolaan Sumber Daya Air tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republ Republik ik Indone Indonesia sia Nomor Nomor.. 42 Tahun Tahun 2008. 2008. Penjel Penjelasa asan n mengen mengenai ai landa landasan san pengelolaan sumber daya air tercantum dalam Bab II bagian kesatu umum pasal 4 yang berbunyi: (1) Pengelolaan sumber daya air diselenggarakan dengan berlandaskan kepada: a. Kebijakan Kebijakan pengelol pengelolaan aan sumber daya air pada tingkat nasional, nasional, provinsi, provinsi, dan kabupaten/ko k abupaten/kota; ta; b. Wilayah Wilayah sungai sungai dan cekunga cekungan n air tanah tanah yang ditetap ditetapkan; kan; dan c. Pola pengel pengelolaa olaan n sumber sumber daya air yang yang berbasis berbasis wilayah wilayah sungai sungai (2) Pengelolaan air tanah pada cekungan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur dalam peraturan pemerintah tersendiri.
Bagian kedua Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air
Laporan Akhir Kebi Kebija jaka kan n peng pengel elol olaa aan n sumb sumber er daya daya air air anta antara ra peme pemeri rint ntah ah prov provin insi si dan dan kabupaten/kota dijelaskan pada pasal 8 yaitu: (1) (1) Kebi Kebija jaka kan n pen pengelo gelola laan an sumb sumber er daya daya air air pada pada ting tingka katt prov provin insi si atau atau kabu kabupa pate ten/ n/ko kota ta
dapa dapatt
dite diteta tap pkan kan
seba sebaga gaii
kebi kebija jaka kan n
ters tersen endi diri ri
atau atau
terintegr terintegrasi asi kedalam kedalam kebijaka kebijakan n pembangu pembangunan nan provinsi provinsi atau kabupaten kabupaten/kota /kota yang bersangkutan. bersangkutan. (2) Kebijakan Kebijakan pengelo pengelolaan laan sumber sumber daya daya air yang yang ditetapkan ditetapkan secara secara tersendir tersendirii sebaga sebagaima imana na dimaks dimaksud ud pada pada ayat ayat (1) menjad menjadii salah salah satu satu acuan acuan dala dalam m penyu penyusun sunan an,,
peninj peninjau auan an kembal kembali, i, dan/at dan/atau au penye penyempu mpurna rnaan an kebija kebijakan kan
pembangunan di wilayah provinsi atau kabupaten/kota (3) Dalam hal kebijakan pengelolaan sumber daya air diintegrasikan ke dalam kebi kebija jaka kan n keb kebijakan
pemb pemban angu guna nan n pembangunan
prov provin insi si
atau atau
provinsi
kabu kabupa pate ten/ n/ko kota ta,,
atau tau
mempertimbangkan kondisi sumber daya air.
Bagian Ketiga
peny penyus usun unan an
kab kabupaten/kota kota
harus
Laporan Akhir (3) Kerja Kerjasa sama ma sebaga sebagaima imana na dimak dimaksud sud pada pada ayat ayat (1) dapat dapat dilak dilakuka ukan n dalam dalam penyelenggaraan: a. Konservasi sumber daya air b. Pendayagunaan sumber daya air; dan/atau c. Pengendalian Pengendalian daya rusak rusak air. (4) (4) Pel Pelak aksa sana naan an kerja kerja sama sama seba sebaga gaim iman ana a dima dimaks ksud ud pada pada ayat ayat (3) (3) haru harus s berpedoman pada rencana dan/atau program pengelolaan sumber daya air yang telah ditetapkan pada wilayah sungai yang bersangkutan. Secara rinci kewenanan penanganan drainase dapat dilihat pada Gambar 6.1.
Laporan Akhir Gambar 6.1. Kewenangan Penanganan Penanganan Drainase
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
VI - 37
Laporan Akhir
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
VI - 38
Laporan Akhir
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
VI - 39
Laporan Akhir Pembagian kewenangan sub-bidang drainase dan penanggulangan banjir di Wilayah Metro Bandung adalah sebagai berikut : 1.
Kabu Kabupa pate ten/ n/Ko Kota ta
bert bertan angg ggun ung g
jaw jawab
terh terhad ada ap
peng pengel elol olaa aan n
drai draina nase se
dan dan
penanggulangan banjir yang ada di wilayah administrasinya, seperti yang sudah disa disamp mpai aika kan n pada pada Bab Bab 3, dan dan seba sebagi gian an tert terte era pada pada gamb gamba ar 6.1 6.1 sert serta a direkomendasikan pada Bab. 8 2.
Pemprov bertanggung jawab terhadap pengelolaan pengelolaan drainase drainase dan penanggulan penanggulangan gan banjir di lintas batas kabupaten/kota, seperti yang tertera pada gambar 6.1 serta direkomendasikan pada Bab. 8
3.
Pemerinta Pemerintah h melalui melalui Ditjen Cipta Cipta Karya, bertanggun bertanggung g jawab terhadap terhadap upaya-up upaya-upaya aya konservasi pengelolaan darinase dan penanggunalangan banjir di kawasan Metro Bandung ini. Upaya-upaya ini adalah khususnya untuk pembangunan waduk dan embung yang telah dirancang di Wilayah Metro (baca: Cekungan) Bandung yang bertujuan bertujuan selain selain mengend mengendalika alikan n potensi potensi banjir banjir juga sebagi sebagi bagian bagian dari strategi pengelolaan keandalan sumber air baku.
Jumlah waduk dan embung ini adalah sebagai berikut:
Laporan Akhir
Bab 7 Permasalahan Drainase di Wilayah Metro Bandung
7.1. P e r m a s a l a h a n Pena enanga nganan nan
drain raina ase
di
Wil Wilayah
Metro etro
Bandu andun ng
meme memerl rlu ukan kan
upay paya
dan
kesun kesunggu gguhan han yang yang tinggi tinggi,, karena karena perma permasal salaha ahan n yang yang dihada dihadapi pi sangat sangat komple kompleks. ks. Terutama di Kota Bandung, yang merupakan kota yang banyak penduduknya, dengan kepada kepadatan tan yang yang tinggi tinggi pula. pula. Permas Permasala alahan hannya nya bukan bukan hanya hanya karena karena sistem sistem tidak tidak berfungsi dengan baik, tapi lebih disebabkan karena faktor dan komponen lain, seperti tataguna lahan, alih fungsi lahan, sistem pengelolaan sampah, pengelolaan air limbah,
Laporan Akhir tumbu tumbuh h suburn suburnya ya jenis jenis tumbuh tumbuhan an terten tertentu tu di salura saluran n dan badan badan air. air. Disam Disampi ping ng itu limb limbah ah dome domest stiik yang yang dibu dibuan ang g ke salu salura ran n drai draina nase se,, pada pada musi musim m kema kemara rau u, mengen mengendap dap,, karen karena a menga mengandu ndung ng padata padatan n tersus tersuspe pensi nsi yang yang relati relativ v cukup cukup tinggi tinggi (sek (sekit itar ar 150 150 – 200 200 mg/l mg/l), ), dan dan tida tidak k terg tergel elon onto tor. r. Seba Sebaga gaii gamb gambar aran an ting tinggi giny nya a pencemar pencemaran an yang yang ditimbulk ditimbulkan an oleh limbah domestik adalah sbb: kandungan kandungan BOD 5 dalam dalam greywater greywater sekitar sekitar 190 mg/l, dimana dimana rata-rata rata-rata setiap setiap orang orang membuang membuang limbah greyw greywate aterny rnya a sekita sekitarr 90 l/hari l/hari.. Denga Dengan n demik demikia ian n setiap setiap orang orang membe memberi ri kontri kontribus busii pencemaran sebesar 17,10 gr BOD 5/org/hari. Bisa dibayangkan berapa ton perhari zat pencemar yang diterima diterima oleh badan air di wilayah metro bandung. bandung. Endapan Endapan yang menumpuk menumpuk semasa semasa musim musim kemarau kemarau tersebut tersebut menjadik menjadikan an tersumbat tersumbat atau kurang lancarnya limpasan air (run off) pada waktu musim hujan. Disampin Disamping g itu, dalam dalam standar standar pelayana pelayanan n untuk untuk drainase drainase ada salah salah satu persyarata persyaratan n kulita kulitas s draina drainase se yang yang disya disyarat ratkan kan,, yaitu yaitu : ”T ”Terbeb erbebasny asnya a saluran saluran drainase drainase dari sampa sampah h sehing sehingga ga mampu mampu berfun berfungsi gsi sebag sebagai ai pematu pematus s air hujan hujan”. ”. Ini sangat sangat releva relevan n dengan dengan kondi kondisi si sistem sistem drain drainase ase dan dan karakt karakter er di lingk lingkun ungan gan perkota perkotaan an di
Laporan Akhir menjadi saluran ”drainase”, yang secara sistem tentunya sangat bertolak belakang. Hal ini menjadikan timbulnya genangan dan banjir lokal menjadi sulit dihindari. Kendala lain yang timbul adalah rendahnya kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi membersihkan saluran drianase lingkungannya masing-masing, dan masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah ke saluran drainase dan badan air. 7 .2 .2 .
P en en g e m b a n g a n D r ai a i n a s e M e tr tr o B a n d u n g
Pengembangan sistem drainase tidak bisa dilepaskan dengan penanggulangan banjir dan dan upaya upaya konser konservas vasi. i. Jadi Jadi memang memang harus harus ditan ditangan ganii secara secara terin terinteg tegras rasii antara antara ketiganya. Di wilayah Metro Bandung ini sebenarnya sudah ada rencana membangun waduk (5 bh) bh) dan dan embun embung g (13 bh) bh) yang yang selai selain n berfun berfungsi gsi mengen mengendal dalika ikan n banji banjirr juga juga untuk untuk meningkatkan keandalan sumber daya air sebagai air baku untuk air minum. Hany Hanya a saya sayang ngny nya a renc rencan ana a yang yang sang sangat at bagu bagus s ini, ini, belu belum m ada ada satu satupu pun n yang yang direalisasikan, karena berbagai macam kendala, terutama kesulitan anggaran. Berikut
Laporan Akhir
STRATEGI PENYEDIAAN AIR BAKU DAN PENGENDALIAN BANJIR
S. Cimahi S.Cibeureum
WADUK CIRATA
Waduk Cirata
CIKALONGWETAN
G. Tangkuban Parahu
$
%
CIPEUNDEUY % %
CISARUA ZONA LEMBANG %
%
LEMBANG
PARONGPONG
CIPATAT
S . C i b e u r e u m
% %
ZONA PADALARANG PADALARANG
ng .Ci kapu ndu S .Ci kapu
Waduk Sukawana
Waduk S.Cikapundung
NG AMPRAH
%
PADALARANG
%
SUKASARI %
%
CIMENYAN
KOTACIMAHI
CILENGKRANG
%
BATUJAJAR
%
%
TANJUNGSARI ZONA JATINANGOR JATINANGOR
KOTABANDUNG
Waduk Saguling
CILEUNYI
RONGGA
CIPONGKOR
JATINANGOR
%
%
MARGAASIH
%
%
ZONA BANDUNG
%
WADUK SAGULING
KABUPATENS UMEDANG S.Citarik Hulu %
MARGAHAYU
CILILIN
%
%
itari k S. S . C
RANCAEKEK
BOJONGSOANG %
SOREANG
KATAPANG
CICALENGKA m a ru it a ru . C S
%
% %
%
%
%
BANJARAN
%
d ey iw i d . C iw S . C
CIWIDEY
MAJALAYA
ARJASARI
%
CIMAUNG
KABUPATENBAN DUNG
PASIRJAMBU
%
PACET
S.Ciwidey RANCABALI
Waduk.Ciwidey I & 2
u u l l u H m u r i a t C . S
S . C
i s a n g k y u
%
PANGALENGAN
S.Cisangkuy/Cibatarua Waduk Santosa %
KERTASARI
$ G. Patuha
%
NAGREG %
PASEH
G. Mandalawangi IBUN
%
%
%
ZONA RANCAEKEK RANCAEKEK
%
ZONA GN.HALU - CIWIDEY
S . C i t a r ik
CIKANCUNG
%
%
SINDANGKERTA
%
%
CIPARAY
ZONA SOREANG
GUNUNGHALU
%
SOLOKAN JERUK
BALEENDAH
PAMEUNGPEUK
CIMANGGUNG
Gua Walet (Mata airG.Cigalumpit Krenceng dan Sirah Cijagra) $
%
DAYEUHKOLOT
$
Laporan Akhir
7.2.1. P e r m a s a l a h a n d i L a p a n g a n Kontru Kontruksi ksi penan penangan ganan an draina drainase se dilap dilapang angan an sering sering mengal mengalami ami hamba hambatan tan sepert sepertii desain kontruksi jembatan tidak sepadan dengan lebar draianse atau sungai yang ada hal ini menyebabkan penyempitan saluran seperti gambar dibawah ini:
Kaki jembatan tidak sama lebar saluran dan terjadi penyempitan
Laporan Akhir
Kondisi saluran pada saat sampah menyangkut di sistem perpipaan PDAM
Peletakan pipa yang disyaratkan
Laporan Akhir
Peningkatan kesadaran masyarakat masyarakat terhadap terhadap lingkungan lingkungan antara lain lain menyangkut menyangkut pembuangan sampah/limbah di sungai/saluran drainase, tidak membuat bangunan pada/di atas saluran drainase, dsb.
Sosialisasi Sosialisasi rencana tata ruang kawasan.
Penin Peningka gkatan tan kepatu kepatuhan han aparat aparat dan masyar masyarak akat at terhad terhadap ap rencan rencana a penat penataa aan n kawasan rantara lain yang menyangkut tata guna lahan.
Penyebarluasan/kampan Penyebarluasan/kampanye ye pembangunan yang yang berwawasan lingkungan, lingkungan, antara lain lain menya menyangk ngkut ut persy persyara aratan tan-pe -persy rsyara aratan tan khusus khusus yang yang harus harus dipenu dipenuhi hi dalam dalam pemberian ijin bagi pembangunan kawasan pemukiman.
Laporan Akhir
Bab 8 Rekomendasi Perencanaan Induk Drainase Di Wilay Wilayah ah Metro Bandung
8.1. U m u m Sepe Seperti rti yang yang tela telah h disa disamp mpai aika kan n pada pada bab bab sebe sebelu lumn mnya ya,, bahw bahwa a peng pengem emba bang ngan an rencana induk drainase ini adalah mensinergikan potensi dan daya dukung lingkungan terhadap terhadap pengemb pengembanga angan n sistem sistem drainase drainase atau pengerin pengeringan gan kawasan kawasan secara secara efektiv efektiv (dan efisien) secara jangka panjang. Tentunya upaya-upaya ini harus didukung dengan hasil kajian yang komprehesiv, baik tinjauan terhadap kajian yang telah dilaksanakan sebelumnya, maupun terhadap kajian yang saat ini sedang dilaksanakan.
Laporan Akhir
Yang terangkut ke TPA hanya sekitar (70 – 80)% nya. Bisa diduga sisa yang tidak terangkut tersebut sebagian besar akan dibuang ke sungai dan saluran drainase. Demikian juga halnya dengan air limbah domestik yang pada umumnya masih dibuang ke saluran drainase yang akan menyebabkan terjadinya percepatan sedimentasi dan pend pendan angk gkal alan an salu salura ran n.
Seda Sedang ngka kan n
dila dilain in piha pihak k
angg anggar aran an atau atau biay biaya a
untu untuk k
pemelih pemeliharaan araan saluran saluran (baca: (baca: pengeru pengerukan) kan) umumnya umumnya belum belum teralokasi teralokasikan kan atau bisa terlaksana secara rutin. Pembua Pembuatan tan sumur sumur-su -sumu murr resap resapan an di kawasa kawasan n perkota perkotaan an akan akan sangat sangat memba membantu ntu dalam dalam mengenda mengendalika likan n terjadiny terjadinya a banjir banjir cileunc cileuncang ang tersebut. tersebut. Besarny Besarnya a limpasan limpasan air hujan hujan meman memang g sangat sangat tergan tergantun tung g dari dari nilai nilai Koefis Koefisien ien Run Run Off, Off, C, dima dimana na semaki semakin n banyak lahan yang tertutup bangunan dan perkerasan akan semakin menambah debit limpasan air hujan yang jatuh dan mngalir di permukaan tanah tersebut. Sumur Sumur resap resapan an dapat dapat mengur menguran angi gi volum volume e limpa limpasan san air hujan hujan menja menjadi di lebih lebih kecil kecil,, karena sebagian limpasan tersebut dimasukkan kedalamnya, bahkan bisa lebih kecil dari sebelumnya, tergantung dari konstruksi dan kedalaman sumur resapan dimaksud. Disamping itu penerapan sumur resapan akan meningkatkan cadangan air tanah yang
Laporan Akhir
LINGKUNGAN PENURUNAN PENURUNA N MUKA AIR TANAH TANAH UTAMA 3,11 – 5,12
CICAHEUM
CIBALIGO
1,63 – 2,12
3,11 – 5,12
CIPADUNG KIARACONDONG
LEUWIGAJAH
1,61 – 3,1
UJUNGBERUNG
1,63 – 2,12
1,63 – 2,12
3,11 – 5,12
GEDEBAGE
HUSEIN
1,63 – 2,12 CIMANGGUNG
1,27 – 4,32
0,52 – 3,85 CIMINDI
CIKERUH
3,11 – 5,12
0,52 – 3,85
KEBONWARU 1,61 – 3,1
CIJERAH
CIKERUH
1,27 – 4,32
0,52 – 3,85
ARJUNA CIKANCUNG
1,27 – 4,32 MALEBER PASIRKALIKI
0,52 – 3,85
1,27 – 4,32
MAJALAYA
1,27 – 4,32 BANJARAN
0,32 – 3,9
Laporan Akhir
diketa diketahui hui sumur sumur resap resapan an dapat dapat dibuat dibuat deng dengan an kedala kedalaman man berva bervaria riasi si sesuai sesuai dengan kedalaman lapisan akifer ditempat tersebut, Untuk menentukan karakteristik tanah untuk sumur resapan diwilayah Metro Bandung ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah: 1.
Kecepatan Kecepatan melolos meloloskan kan air minimum minimum 2 cm/menit cm/menit (ditentuka (ditentukan n dengan dengan test perkolasi perkolasi))
2.
Kedalama Kedalaman n aquife aquiferr minimum minimum 3 meter meter
Kedalaman aquifer air tanah dapat ditentukan berdasarkan kondisi geologi setempat, kondisi ini dapat dilihat pada peta geohidrologi dibawah ini;
Laporan Akhir
Gambar 8.2. Peta Geohidrologi Daerah Daerah Cekungan Bandung Bandung
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
V II I - 5
Laporan Akhir Berdasar Berdasarkan kan hasil hasil analisis analisis kebutuhan kebutuhan sumur resapan resapan untuk untuk wilayah wilayah metro Bandung Bandung dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 8.1. Kebutuhan Sumur Resapan Di Wialyah Metro Bandung Berdasarkan Wilayah Administrasi No 1. 2. 3. 4. 5.
Lokasi Sumur Resapan Kota Bandung Kabupaten Bandung Kota Cimahi Kabupaten Bandung Barat 5 Kecamatan di Kabupaten Sumedang
Jumlah Sumur Resapan (unit) 56.308 114.244 5.308 78.639 64.829
Sumber: Analisa Analisa Konsultan, Konsultan, 2009
Kewenangan pengelolaan drainase di wilayah Metro Bandung dibagi menjadi 2 (dua) kewenanga kewenangan n pengelo pengelolaa laan, n, yakni kewenanga kewenangan n pusat pusat dan daerah daerah kewenang kewenangan an pusat pusat dalam dalam hal pengatura pengaturan n sedangkan sedangkan daerah daerah sebagai sebagai pelaksana pelaksanaan an teknis. teknis. Pelaksana Pelaksanaan an urusan urusan pemerin pemerintahan tahan yang mengakib mengakibatkan atkan dampak dampak lintas lintas daerah daerah dikelol dikelola a bersama bersama oleh daerah terkait, tata cara pengelolaan bersama urusan pemerintahan berpedoman
Laporan Akhir Tabel 8.2. Rencana Pembangunan Pembangunan Waduk dan Embung Sebagai Sumber Air Baku No. No.
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Nama Nama Wadu Waduk/ k/Em Embu bung ng Waduk Waduk Cipamokolan Waduk Sukawana Waduk Tegalluar Waduk Santosa Embung E. Cikuda E. Peuris Hilir E. Sekejolang E. Cangkorah E. Babakan E. Bojongjambu E. Ciwidey E. Pangalengan E. Lembang E. Cikapundung E. Pasirsangiang E. Citarum E. Cikalong
Kapasitas Juta M3/tahun M3/tahun
Daerah Pelayanan
30 12,44 30 31,1
82.192 34.082 82.192 85.205
Cilengkrang-Cimenyan-Cileunyi Daerah Cimahi dan sekitarnya Da Daerah Kertasari dan sekitarnya Dayeuhkolot-Baleendah-Bojongsoang
1,6 3,56 1,25 4 2,71 3,95 13 26 6,22 1,56 13,5 15 1,71
4.384 9.753 3.425 10.959 7.425 10.822 35.616 71.233 17.041 4.274 36.986 41.096 4.685
Cilengkrang Cilengkrang Cimenyan Pasirjambu Ciwidey Sindangkerta Ciwidey Pangalengan Lembang S. Cikapundung Cilengkrang Pacet dan Ibun Cikalong W etan
Secara rinci rencana pengembangan embung dapat dilihat pada Gambar 8.3.
Laporan Akhir Gambar 8.3. Peta Rencana Pengembangan Pengembangan Embung Embung
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
V III - 8
Laporan Akhir
STRATEGI TEGI PENYEDIA PENYEDIAAN AN AIR BAKU BAKU DAN PENGEND PENGENDALIA ALIAN N BANJIR BANJIR
S. Cimahi S.Cibeureum
WADUK CIRATA
Waduk Cirata
CIKALONGWETAN
G. Tangkuban Parahu
$
%
CIPEUNDEUY % %
CISARUA ZONA LEMBANG %
%
%
kapu ndu n g S . Ci kapu ndu
Waduk Sukawana
Waduk S.Cikapundung
NG AMPRAH
%
PADALARANG
ZONA PADALARANG
%
LEMBANG
PARONGPONG
CIPATAT
S . C i b e u r e u m
%
SUKASARI %
%
CIMENYAN
KOTACIMAHI
CILENGKRANG
%
BATUJAJAR
%
%
TANJUNGSARI
ZONA JATINANGOR KOTABANDUNG
Waduk Saguling
CILEUNYI
RONGGA
CIPONGKOR
JATINANGOR
%
%
MARGAASIH
%
%
ZONA BANDUNG
%
WADUK SAGULING
MARGAHAYU
CILILIN
%
Hulu % CIMANGGUNG Gua Walet (Mata airG.Cigalumpit Krenceng dan Sirah Cijagra) $
%
DAYEUHKOLOT %
KABUPATENSU MEDANG S.Citarik C itari k S . C itari
RANCAEKEK
BOJONGSOANG
CICALENGKA
%
SOREANG
KATAPANG
m a ru it a ru . C S
%
% %
SOLOKAN JERUK
CIPARAY
%
%
ZONA SOREANG
GUNUNGHALU
%
%
BALEENDAH
PAMEUNGPEUK
%
SINDANGKERTA
BANJARAN
%
ZONA RANCAEKEK RANCAEKEK MAJALAYA
ARJASARI
ey i d C iw i d S . C iw
CIWIDEY
%
IBUN
%
CIMAUNG
KABUPATENBAND UNG
PASIRJAMBU
%
PACET
%
S.Ciwidey RANCABALI %
Waduk.Ciwidey I & 2
l u H m r u a i t i t . C S
S . C i s a n g k u y
u
%
PANGALENGAN
S.Cisangkuy/Cibatarua Waduk Santosa %
KERTASARI
$ G. Patuha
%
NAGREG %
PASEH
G. Mandalawangi %
ZONA GN.HALU - CIWIDEY
S . C i t a r ik
CIKANCUNG
% %
%
$
Laporan Akhir l p d m 0 0 0 2
UPAYA DALAM KONTEKS HULU-HI -HILIR
DAERAH ALIRAN ALIRAN SUNGAI SUNGAI
t0
Hulu t1
Tengah t2
Reboisasi hutan (GRLK (GRLK dan GNRHL) pohon di rumah Penanaman pohon rumah penduduk terhadap Kontrol ketat terhadap pembangunan pembangunan rumah Sumur resapan Pemberdayaan masyarakat cinta lingkungan waduk, dam Pembangunan waduk, penahan, dam pengendali Penegakan hukum
Normalisasi sungai dan penguatan tanggul Optimalisasi kapasitas saluran drainase dan saluran irigasi Sumur Resapan Pendidikan masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai Pengamanan sempadan sungai Perbaikan bendung strategis
t3 Hilir pemeliharaan Perbaikan / pemeliharaan drainase perkotaan Penanggulangan sampah sungai Perluasan daerah resapan air (sumur resapan) hutan kota dan Perluasan hutan kawasan terbuka hijau permukiman di Penataan permukiman sempadan sungai Revitalisasi sistem polder dan pompa
Koordinasi kelembagaan dan stakeholder
Laporan Akhir bagi bagi setia setiap p bangun bangunan an yang yang mempun mempunyai yai IMB, IMB, baik baik bangun bangunan an priba pribadi di maupu maupun n gedung gedung pemerinta pemerintah. h. Untuk Untuk gedung gedung pemerinta pemerintah h yang yang belum belum mempunya mempunyaii sumur sumur resapa resapan, n, insta instansi nsi terseb tersebut ut harus harus sege segera ra menyi menyiap apkan kan biaya biaya untuk untuk pembu pembuata atan n sumu sumurr resa resapa pan n ters terseb ebut ut,, sesu sesuai ai deng dengan an krit kriter eria ia tekn teknis isny nya. a. Disa Disamp mpin ing g itu itu pemkot/pemkab terkait harus secara konsisten menganggarkan biaya pembuatan sumur sumur resapan resapan secara secara bertahap bertahap setiap setiap tahun, tahun, sampai sampai target target kebutuha kebutuhan n seperti seperti yang yang samp sampai aika kan n pada pada Bab Bab 4, meng mengen enai ai juml jumlah ah sumu sumurr resa resapa pan n yang yang haru harus s dibangun secara bertahap. 3.
Bangunan Bangunan pribadi pribadi (seperti (seperti pemukima pemukiman n dan toko) instansi instansi yang berwen berwenang ang harus harus dapat dapat “mema “memaksa ksa”” pemil pemilik ik bangu bangunan nan terseb tersebut ut agar agar membu membuat at sumur sumur resap resapan an.. Dalam hal ini perlu upaya sosialisasi yang baik di semua fasilitas media (langsung, media massa, radio, tv).
4.
Peng Pengem emba bang ng yang yang memb memban angu gun n pemu pemuki kima man n atau atau kawa kawasa san n kome komers rsia ial, l, perl perlu u diperketa diperketatt dalam dalam proses proses perijina perijinanny nnya a agar upaya upaya konservas konservasii dimaksud dimaksud (sumur (sumur resapan, biopori dsb) bisa terwujud.
5.
Upaya Upaya mengurangi mengurangi potensi potensi pendangka pendangkalan lan saluran saluran drainase drainase yang yang diakibatkan diakibatkan oleh oleh
Laporan Akhir yang yang bisa diimple diimplementa mentasikan sikan untuk untuk penangan penanganan an sampah sampah di bantaran bantaran-ban -bantara taran n sungai, yang selama ini kurang terperhatikan, seperti menggalakkan pelaksanaan Program 3R (Reduce, Reuse, Recycled). 9.
Upaya Upaya konservasi konservasi lain, lain, seperti pemban pembanguna gunan n waduk dan embun embung g harus direali direalisasi sasi secara bertahap dengan program dan strategi yang jelas targetnya.
10. Dalam Dalam menguran mengurangi gi resiko resiko terjadiny terjadinya a banjir banjir cileunca cileuncang ng di jalan jalan yang yang mempunya mempunyaii kemiringan yang terjal, dimana air yang jatuh di jalan tidak bisa masuk ke saluran yang ada di kiri dan kanan jalan, mengalir di tengah jalan, karena sistem street inlet inlet yang yang tidak tidak baik, atau tersumbat tersumbat,, perlu perlu dibuat dibuat saluran saluran yang melintang melintang jalan yang yang penu penutu tup p atas atasny nya a terb terbua uatt dari dari gril grilll baja baja,, agar agar limp limpas asan an air air ters terseb ebu ut “tertangkap” dan segera dialirkan ke saluran jalan tersebut. Sebagai contoh untuk di Kota Kota Bandu Bandung, ng, lokas lokasii terseb tersebut ut diata diatas s antar antara a lain lain di jalan jalan Ir. H. Juanda Juanda,, Jln. Jln. Setiabudhi, Daerah Terminal Ledeng dll. 11. Pelaksana Pelaksanaan an penangan penanganan an dan penanggul penanggulanga angan n bahaya bahaya banjir banjir perlu dilakukan dilakukan dalam dalam bentu bentuk k sosial sosialisa isasi, si, sepert sepertii simula simulasi si bencan bencana a bajir bajir dan dan perto pertolo longa nganny nnya, a, himbauan dari media elektronik,(TV,Radio) media cetak (surat kabar, pamlet dll,
Laporan Akhir Metro Metro Bandun Bandung g ini. ini. Upaya Upaya-up -upay aya a ini ini adala adalah h khusus khususny nya a untuk untuk pemba pembangu nguna nan n waduk waduk dan embung yang telah dirancang dirancang di Wilayah Wilayah Metro (baca: (baca: Cekungan Cekungan)) Bandung yang bertujuan selain mengendalikan potensi banjir juga sebagi bagian dari dari strate strategi gi pengel pengelola olaan an keand keandal alan an sumbe sumberr air air baku. baku. Waduk Waduk dan Embun Embung g direkomendasikan dan diprioritaskan untuk ditangani adalah antara lain : Waduk Sukawana dan Embung Cikapundung. Direkomendasikan hal ini untuk ditangani oleh oleh Ditje Ditjen n Cipta Cipta Karya Karya karen karena a keduan keduanya ya terle terletak tak di perkot perkotaan aan,, yakni yakni Kota Kota Cima Cimahi hi (Wadu (Waduk k Suka Sukawa wana na)) dan dan Kota Kota Band Bandun ung g (Emb (Embun ung g Cika Cikapu pund ndun unggRancabentang). 8.2.2. Pemprov Jawa Barat
Sesu Sesuai ai deng dengan an kew kewajib ajiban an
dan dan
kew kewenan enanga gann nnya ya,,
Pemp Pempro rov v
haru harus s
mena menang ngan anii
permasala permasalahan han drainase drainase dan penanggul penanggulanga angan n banjir banjir yang berlokas berlokasii lintas lintas kabupate kabupaten n kota di Wilayah Metro Bandung, seperti yang sudah diidentifikasi sebelumnya. Lokasi-lokasi dimaksud adalah sebagai berikut : Tahun Anggaran 2010
Laporan Akhir adanya pembebasan lahan yang membutuhkan biaya cukup mahal. Pola penanganan saluran drainase di kota Bandung harus dilakukan secara bertahap yaitu: 1. Pemerintah Pemerintah kota Bandung Bandung harus harus melaksana melaksanakan kan PERDA PERDA secara secara konsisten konsisten bahwa bahwa setiap setiap insta instasi si pemeri pemerinta ntah, h, swast swasta, a, penge pengemba mbang ng peruma perumahan han dan masya masyarak rakat at umumny umumnya a harus harus membu membuat at sumur sumur resapa resapan n yang yang tujuan tujuanny nya a untuk untuk meres meresap apkan kan sebagian air limpasan sekaligus sebagai cadangan penyimpanan air di dalam tanah. Kantor Kantor yang dibawah dibawah kewenan kewenangan gan Pemkot, Pemkot, harus harus dialokasi dialokasikan kan anggara anggaran n biaya biaya untuk pembuatan resapan dimaksud. Hal ini juga sebagai sosialisasi tidak langsung, masy masyar arak akat at
jadi jadi
meng menge etahu tahuii
kese keseri rius usan an
pemk pemkot ot
dala dalam m
upay upaya a
men mengata gatasi si
permasalahan drainase ini. 2. Menin Meningkatka gkatkan n pelayana pelayanan n bidang bidang pengelo pengelolaan laan pesampah pesampahan, an, dengan dengan menamba menambah h armada pengangkut sampah, agar semua timbulan sampah bisa terangkut ke TPA. Hal ini tentunya diikuti juga dengan program lainnya seperti pelaksanaan 3R dan kompos kompos di TPSS. Salah satu contoh kota yang yang sudah sudah melaksana melaksanakan kan pembuata pembuatan n kompos di TPSS adalah Kota Malang. 3. Melaku Melakukan kan pembinaa pembinaan n terhadap terhadap masyaraka masyarakatt untuk untuk tidak tidak membuan membuang g sampah sampah ke
Laporan Akhir Tabel 8.3. No
Lokasi saluran di Kota Bandung yang memerlukan memerlukan pemeliharaan pemeliharaan
Nama Lokasi
1.
Kawasan Sapan
2.
Andir
3.
Buah Batu
4.
Ujung Berung
5.
Manggahang
7.
Jalan Cikut kutra Barat rat
8.
Jala Jalan n Terus Terusan an Past Pasteur eur-Sukawarna
Penyebab Permasalahan - banyaknya tumpukan sampah dan endapan di saluran drainase - banyaknya tumpukan sampah dan endapan di saluran drainase - banyaknya tumpukan sampah dan endapan di saluran drainase - banyaknya tumpukan sampah dan endapan di saluran drainase - banyaknya tumpukan sampah sampah dan endapan endapan di saluran drainase - ba banya nyakny knya tump tumpu ukan kan sampah dan endapan di saluran drainase - banyakny banyaknya a tumpuk tumpukan an sampah dan endapan di saluran drainase
Rekomendasi - pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin.
- pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - harus adanya peninggian/pe peninggian/pengalih ngalihan an pipa PDAM - pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran
Laporan Akhir
No
Nama Lokasi
Penyebab Permasalahan
16. 16.
Fly Fly Ov Over er Kiar Kiarac acon ondo dong ng
-
17.
Cina Cinamb mboo-Ge Gede de Bag Bage
-
-
18. 18.
Cika Cikaka kakk- Jln. Jln. Pasi Pasirr Kalik Kalikii
-
-
19. 19.
Jala Jalan n Cipa Cipagan ganti ti – Setiabudi/Cikalintu
-
20.
Jalan Cibogo
-
yang melintang di tengah saluran drainase bany banyak akny nya a tump tumpuk ukan an sampah dan endapan di saluran drainase bany banya akny knya samp sampah ah dan dan endapan endapan di saluran drainase dan S. Cinambo dimensi dimensi saluran saluran tidak memenuhi dengan debit yang ada bany banyakn aknya ya tumpu tumpukan kan sampah dan endapan di saluran adanya adanya lint lintasa asan n rel KA yang menghambat aliran air sampah sampah dan dan endapa endapan n di saluran longsornya longsornya pennyangga pennyangga salur drainase saluran sebagian rusak sampah sampah dan dan endapa endapan n di
Rekomendasi
- pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - sudah ditangani ditangani oleh oleh Pemerintah Pemerintah Kota Kota Bandung dengan pelebaran pelebaran dimensi saluran - pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin.
- harus dibuatnya dibuatnya terowongan terowongan yang melintasi Rel KA sehingga aliran air menjadi lancar - pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - sement sementara ara ditang ditangani ani oleh Pemerin Pemerintah tah Kota Bandung - pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - harus dilakukan dilakukan perbaikan perbaikan - pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran
Laporan Akhir
No 29. 30. 30. 31. 32.
Nama Lokasi Jalan Jalan Sukamuly Sukamulya a – Kali Kali Cipedes Jala Jalan n Sukah Sukahaj ajii teru terusa san n Jln. Ir. H. Sutami Pasar Sederhana
36.
Kali Kali Cibunut Cibunut-Bel -Belakan akang g BSM Kali Kali Cibunut Cibunut Gudang Gudang Utara Jala Jalan.M n.Moc och h Toha Toha – Sungai Cipalasari Sungai Sungai Cirang Cirangrang rang RW.01/RT.01 Jalan Nilem
37.
Cibo Cibore rete te - Alam Alama anda nda
38. 38.
Cija Cijalu lupa pang ng Leger Leger Jalan Jalan
39. 39.
Jala Jalan n Cibo Ciboda das s Antapani
33. 34. 34. 35.
Penyebab Permasalahan - banyakny banyaknya a sampah sampah dan endapan endapan di saluran - banyakny banyaknya a sampah sampah dan endapan endapan di saluran - ba banya nyaknya sampa mpah dan endapan endapan di saluran - banyakny banyaknya a sampah sampah dan endapan endapan di saluran - banyakny banyaknya a sampah sampah dan endapan endapan di saluran - banyakny banyaknya a sampah sampah dan endapan endapan di saluran - banyakny banyaknya a sampah sampah dan endapan endapan di saluran - banyaknya sampah dan endapan endapan di saluran - bany banyak akny nya a samp sampah ah dan dan endapan endapan di saluran - bany banyakn aknya ya sampa sampah h dan endapan endapan di saluran - banyakny banyaknya a sampah sampah dan endapan endapan di saluran
-
40
Jala Jalan n A.H A.H Nasu Nasuti tion on
Banyakny Banyaknya a sampah sampah dan dan
Rekomendasi pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. harus adanya adanya perbaikan perbaikan dan pelebaran pelebaran saluran pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran
Laporan Akhir
No 53. 53. 54. 54. 55
Nama Lokasi Kebon Jeruk Jala Jalan n Kacap Kacapir iring ing – Saluran Cikudapateuh Jala Jalan n Padas Padasuka uka-Saluran Ciparungpung Cigon Cigondew dewah ah Gempo Gempols lsar arii
Penyebab Permasalahan -
56.
Sungai ngai Cibeureu reum
-
57.
-
60.
Persimp Persimpang angan an Pasir Pasir Koja – Leuwi Limus 1 Salu Salura ran n Irig Irigas asii Dungusema Jal Jalan Cibaduyut/dibawah Jermbatan Jermbatan Tol JL.Moch Toha
61.
Salura Saluran n Cijagr Cijagra/ a/ Jalan Jalan
58. 58. 59.
-
endapan di saluran banyakny banyaknya a sampah sampah dan endapan endapan di saluran banyakny banyaknya a sampah sampah dan endapan endapan di saluran bany banyakn aknya ya sampa sampah h dan endapan endapan di saluran dimensi dimensi saluran saluran terlalu kecil adanya adanya alih alih fungsi fungsi saluran irigasi dengan drainase bany banya akny knya sampa mpah dan dan endapan endapan di saluran banyakny banyaknya a sampah sampah dan endapan endapan di saluran banyakny banyaknya a sampah sampah dan endapan endapan di saluran banyakny banyaknya a sampah sampah dan endapan endapan di saluran
- banyaknya sampah dan endapan endapan di saluran - banyakny banyaknya a sampah sampah dan
-
Rekomendasi secara rutin pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. semen mentara diusulkan kan perbaika aikan n saluran drainase pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. Harus dilakukan dilakukan pelebaran pelebaran dimensi dimensi saluran drainase
- pengerukan pengerukan dan dan secara rutin. - pengerukan pengerukan dan dan secara rutin. - pengerukan pengerukan dan dan secara rutin. - pengerukan pengerukan dan dan secara rutin.
pemeliharaan pemeliharaan saluran pemeliharaan pemeliharaan saluran pemeliharaan pemeliharaan saluran pemeliharaan pemeliharaan saluran
- pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pengerukan pengerukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran
Laporan Akhir 8.2.4. Penanganan Drainase Drainase di Wilayah Wilayah Kabup aten Bandung
Penangana Penanganan n drainase drainase Kabupate Kabupaten n Bandung Bandung di beberapa beberapa lokasi lokasi masih masih dimungki dimungkinkan nkan untuk memperbesar dimensi salurannya tetapi harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. Pola penanganan drainase Kabupaten Bandung dapat dilaksanakan dalam beberapa alternatif yaitu: 1.
Memperbes Memperbesar ar dimen dimensi si saluran saluran drainase drainase
2.
Meru Meruba bah h kebi kebias asaa aan n masy masyar arak akat at yang yang memb membua uang ng samp sampah ah ke dala dalam m salu salura ran n drainase dan badan air penerima (sungai).
3.
Mene Menerb rbit itka kan n PERD PERDA A untu untuk k memb membua uatt sumu sumurr resa resapa pan n pada pada seti setiap ap inst instan ans si pemerinta pemerintah, h, swasta, swasta, pengemban pengembang g perumaha perumahan n (DEVELO (DEVELOPER) PER) serta serta perumaha perumahan n masyarakat.
4.
Mela Melaku kuka kan n
peme pemeli liha hara raan an salu salura ran n
drai draina nase se seca secara ra terp terpro rogr gram am,,
ruti rutin n
dan dan
berkesinambungan. Rekomendasi pembuatan sumur di kabupaten Bandung berjumlah 35.828 unit tersebar
Laporan Akhir
6.
Nama Lokasi Subdas Citarik Sungai Wir Wirahma
7.
Sungai Bihbul
8.
Sungai Cibiuk
9.
Sungai Cihanyi nyir
10.
Sungai Cibuni
11.
Sungai ngai Cigentu ntur
12
Sungai Ciburial
13.
Sungai ngai Cipariuk iuk
14. 14.
Sung Sungai ai Ciba Cibangk ngkon onol ol
15. 16.
Sung Sungai ai Cipondoh/Ciguruwik Sungai ngai Cijamb jambe e
17.
Sungai ngai Cinapel pel
No
Penyebab Permasalahan
Rekomendasi
- Sampa mpah dan endapan di saluran - Sampah dan endapan di saluran - Sampah dan endapan di saluran
- pengerukan pengerukan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran saluran secara rutin. - pengerukan pengerukan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran saluran secara rutin. - pengerukan pengerukan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin.
- Sampa mpah dan endapan di saluran - Banya nyaknya tumpukan sampah di saluran - Banya nyakny knya tumpu mpukan kan sampah di saluran - Banya nyaknya tumpukan sampah di saluran - Bany Banya akny knya tumpu mpukan kan sampah di saluran - Bany Banyakn aknya ya tumpu tumpukan kan sampah di saluran - Banyaknya Banyaknya tumpukan sampah di saluran - Bany Banya akny knya tumpu mpukan kan sampah di saluran - Banya nyakny knya tumpu mpukan kan sampah di saluran
- pengerukan pengerukan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pengerukan pengerukan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pengerukan pengerukan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pengerukan pengerukan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pengerukan pengerukan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pengerukan pengerukan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pengerukan pengerukan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pengerukan pengerukan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pengerukan pengerukan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin.
Laporan Akhir No 31.
Nama Lokasi Subdas Citarik Sungai Cipurut
Penyebab Permasalahan
- Banya nyaknya tumpukan sampah di saluran 32. 32. Sung Sungai ai Pany Panyan anda daan an - Bany Banyak akny nya a tump tumpuk ukan an sampah di saluran 33. Sungai ngai Cibuntu ntu - Banya nyakny knya tumpu mpukan kan sampah di saluran 34. 34. Sung Sungai ai Ciha Cihala lara rang ng - Bany Banyak akny nya a tump tumpuk ukan an sampah di saluran Sumber: Data Data sekunder Dinas Dinas SDAPE Kab. Bandung, 2009
Tabel 8.5.
Rekomendasi - pengerukan pengerukan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pengerukan pengerukan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pengerukan pengerukan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pengerukan pengerukan dan pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin.
Lokasi saluran di kabupaten Bandung yang memerlukan pemeliharaan pemeliharaan yang berada di Subdas Ciwidey
No
Nama Lokasi Subdas Ciwidey
1.
Luapan Citarum rum
2.
Cikapundung
3.
Cigede
4.
Cipalasari
Penyebab Permasalahan - saluran tidak bisa menampung air buangan rata-rata luapan 2 kali lipat - Sampah dan endapan di saluran - Sampah dan endapan di saluran - Sampah dan endapan di
Rekomendasi - pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - harus adanya adanya pelebaran pelebaran dimensi dimensi saluaran - pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin.
Laporan Akhir Tabel 8.6.
Lokasi saluran di Kabupaten Bandung yang memerlukan memerlukan pemeliharaan pemeliharaan di Subdas Cisangkuy
1.
Nama Lokasi Subdas Cisangkuy Cisangkuy
2.
Cikasungka
3.
Cibanjaran
4.
Citalutug
5.
Cibintinu
- musim hujan tidak bisa menampung air buangan dibagian hilir
- pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - harus dilaksanakan dilaksanakan pengerukan pengerukan sedimen minimal 6 bulan sekali
6.
Citaliktik
- musim hujan tidak bisa menampung air buangan
- pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - harus dilaksanakan dilaksanakan pengerukan pengerukan
No
Penyebab Permasalahan - Banyaknya endapan sedimen sedimen dan sampah didasar sungai - Sebagian rus sungai mengalami penyempitan dimensi - tidak bisa menampung air buangan rata-rata - tidak bisa menampung air buangan rata-rata - tidak bisa menampung air buangan buangan rata-rata rata-rata luapan 3 -4 kali lipat.
Rekomendasi - pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - harus dilaksanakan dilaksanakan pengerukan pengerukan sedimen minimal 6 bulan sekali
- pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - harus dilaksanakan dilaksanakan pengerukan pengerukan sedimen minimal 6 bulan sekali - pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - harus dilaksanakan dilaksanakan pengerukan pengerukan sedimen minimal 6 bulan sekali
Laporan Akhir No
Nama Lokasi Subdas Cirasea
Penebab Permasalahan - terjadi terjadi penyempita penyempitan n dimensi saluran karena tergeser permukiman - banya nyakny knya endapan sedimen sedimen dan sampah didasar sungai - sebagian sebagian ruas sungai mengalami penyempitan dimensi - banyakn banyaknya ya enda endapan pan dan dan sampah didasar sungai
6.
Saluran Cimari mariu uk
7.
Salu Salura ran n Sapark Saparkon onen eng g
8.
Saluran Tari Tariko kollot
- banya nyakny knya sampa mpah disaluran
9.
Salu Salura ran n Cisu Cisung nggal galah ah
10.
Salu Salura ran n Cibo ibotor tor
- ting tinggi giny nya a sedi sedimen men dida didasar sar saluran - banyaknya banyaknya tumpukan sampah didasar saluran - tingg inggin iny ya enda endapa pan n di dasa dasar r saluran - banyaknya banyaknya tumpukan sampah didasar saluran
Rekomendasi penangkap sampah secara otomatis model trsrake - pemeliharaan pemeliharaan saluran saluran secara rutin. rutin. - harus dilaksan dilaksanakan akan pengerukan pengerukan sedimen minimal 6 bulan sekali
- pemeliharaan pemeliharaan saluran saluran secara rutin. rutin. - harus ditingkatka ditingkatkannya nnya sistem sistem pengelolaan sampah yang berbasis kemasyarakatan - pemeliharaan pemeliharaan saluran saluran secara rutin. rutin. - harus dilaksan dilaksanakan akan pengerukan pengerukan sedimen minimal 6 bulan sekali - pemeliharaan pemeliharaan saluran saluran secara rutin. rutin. - harus dilaksan dilaksanakan akan pengerukan pengerukan sedimen minimal 6 bulan sekali - pemeliharaan pemeliharaan saluran saluran secara rutin rutin - harus adanya adanya penertiban penertiban bangunan bangunan yang mengganggu saluran - harus ditingkatka ditingkatkannya nnya sistem sistem
Laporan Akhir 8.2.5. Penanganan Drainase Drainase di Wilayah Wilayah Ko ta Cimahi Cimahi
Penang Penangana anan n draina drainase se di wilay wilayah ah kota Cimah Cimahii sesuai sesuai denga dengan n pola pola tataru tataruan ang g dan dan peru perunt ntu ukann kannya ya sert serta a daya daya duku dukun ng ling lingku kung nga an ada ada bebe bebera rapa pa hal hal yang yang perl perlu u dipertimbangkan dipertimbangkan yaitu: 1.
Untuk Untuk wilaya wilayah h utara utara kota kota Cimah Cimahii yang yang berba berbatas tasan an dengan dengan Kabupat Kabupaten en Bandung Bandung Barat, Barat, izin izin mendirik mendirikan an bangunan bangunan (IMB) (IMB) harus harus diperketat diperketat karena karena akan terjadiny terjadinya a perub perubaha ahan n fungsi fungsi lahan lahan menjad menjadii permu permukim kiman an,,
dampa dampak k dari dari alih alih fungsi fungsi lahan
tersebut akan menimbulkan banjir pada daerah kota Cimahi. 2.
Untuk Untuk wilay wilayah ah ini sistem sistem draina drainase se harus harus dides didesai ain n khusus khusus,, karen karena a mempu mempuny nyai ai kemiring kemiringan an lahan lahan yang yang terjal, terjal, sehingga sehingga kemiringan kemiringan dasar dasar saluran, saluran, slope, slope, harus harus dibu dibuat at
lebi lebih h
dari daripa pada da
kemi kemiri ring ngan an
perm permuk uka aan
tana tanah. h.
Deng Dengan an
demi demiki kia an
konse konsekue kuensi nsiny nya a harus harus dibuat dibuat terjun terjunan an (semac (semacam am dropm dropmanh anhole ole)) dibeb dibebera erapa pa tempat tempat diruas diruas drainase drainase dimaksud dimaksud untuk untuk menselara menselaraskan skan lagi dengan dengan kemiring kemiringan an permu permuka kaan an tana tanah, h, khus khusus us yakn yaknii dibu dibuat atka kan n trap trap (pem (pemec ecah ah arus arus)) sist sistem em ini ini diterapkan untuk mencegah terjadinya longsoran tebing tanah.
Laporan Akhir
No
Nama Lokasi
3.
Cima Cimahi hi RW. 03, 05
4.
Padasu dasuka ka RW.2 W.20
5.
Seti Setiam aman anah ah RW.06, W.06, 07, 12, 14 Cibe Cibebe berr RW.04, W.04, 07, 07, 08, 09, 10, 11, 12, 13 dan 16 Leuw Leuwig igaj ajah ah RW.09, W.09, 11, 12, 13, 16
6.
7.
8. 9. 10. 16. 16.
17. 17.
Uta Utama RW.02 W.02,, 12, 12, 13, 14 Baros RW . 23 Pasirka Pasirkalik likii RW.02, RW.02, 05, 07 Cigug Cigugurt urten engah gah RW.03, 04, 06, 08, 10, 11, 14 Cibeu Cibeurem rem RW. 08, 08, 09, 16, 27
Penyebab Permasalahan
Rekomendasi
- Ba Banyak nyakny nya a tump tumpuk ukan an sampah di saluran - Banya nyakny knya tumpu mpukan kan sampah di saluran - Banyaknya Banyaknya tumpukan sampah di saluran - Banyaknya Banyaknya tumpukan sampah di saluran
- pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - harus adanya adanya peninggian peninggian tanggul tanggul - pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin.
- Banyaknya Banyaknya tumpukan sampah di saluran
- pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - harus adanya adanya pelebarab pelebarab dimensi dimensi saluran - pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin.
- Banyaknya Banyaknya tumpukan sampah di saluran - Banyaknya tumpukan sampah di saluran - Banyaknya Banyaknya tumpukan sampah di saluran - Banyaknya Banyaknya tumpukan sampah di saluran - Banyaknya Banyaknya tumpukan sampah di saluran
- pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin.
- pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin.
- pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin.
Laporan Akhir
No
Nama Lokasi
Penyebab Permasalahan
Rekomendasi
23.
Jl. Kebon Kopi
- Banya nyaknya tumpu mpukan sampah di saluran
- pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin.
24. 24.
Peru Perumah mahan an Parmi Parmind ndo o
- Bany Banyakn aknya ya tumpu tumpukan kan sampah di saluran
- pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin.
25.
Bumi Asri RW.0 W.02
- Ba Banya nyakny knya tumpu mpukan kan sampah di saluran
- pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin.
26. 26.
Kali Kali Ciuj Ciujung ung Perumahan Wijaya RW. 10
- Banyaknya Banyaknya tumpukan sampah di saluran
- pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin.
Laporan Akhir
No
Nama Lokasi
Penyebab Permasalahan
Rekomendasi
30. 30.
Ranc Rancaba abali li Gunun Gunung g Batu
- Banyaknya Banyaknya tumpukan sampah di saluran
- pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin.
31
Jala Jalan n Budi Budi Kelu Kelurah rahan an Sariwangi Parongpong
- Banyaknya Banyaknya tumpukan sampah di saluran - Terjadi luapan air air limpasan limpasan karean adimensi saluran terlalu kecil
- harus adanya adanya sodetan sodetan dan pelebaran pelebaran dimensi saluran drainase - sedang sedang dibuat DED-nya DED-nya tahun 2009 2009
32. 32.
Jala Jalan n Cimin Cimindi di Rel Rel KA.
- Bany Banyakn aknya ya tumpu tumpukan kan sampah di saluran - Adanya Adanya utilitas utilitas umum umum kabel listrik - Adanya Adanya penyempitan penyempitan dimensi saluaran
- pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin. - harus adanya adanya pelebaran pelebaran dimensi dimensi saluran drainase - harus adnya adnya pelebaran pelebaran dan dan pembonglaran dimensi saluaran
Sumber: Data Data Sekunder DPU Cipta Cipta Karya Kota Cimahi, 2009
Laporan Akhir 8.2.6. Penanganan Drainase Drainase di Wilayah Wilayah Kabup aten Bandung B arat
Penang Penangana anan n draina drainase se diwil diwilaya ayah h Kabupa Kabupaten ten Bandu Bandung ng Barat Barat sesuai sesuai dengan dengan pola pola ketataruangan dan tofografinya ada beberapa hal yang perlu di pertimbangakan antara lain: 1.
Untuk
wilayah
perumahan
BPI,
Baloper,
Graha
direk direkome omenda ndasi sikan kan membu membuat at sumur sumur resapa resapan n komuna komunal, l,
Cipta
Madiri
harus
hal ini harus harus dilaku dilakukan kan
untuk mengurangi debit air limpasan. 2.
Melakukan pemeliharaan pemeliharaan waduk/situ Ciburuy sebagai tempat penampungan air.
3.
Mela Melaku kuka kan n onal onal dan dan Peme Pemeli liha haaa aan n (OP) (OP) di ruas ruas – ruas ruas salu salura ran n drai draian anse se yang yang bermasalah.
Jumlah Jumlah sumur sumur resapan resapan yang direkomen direkomendasi dasikan kan untuk wilayah wilayah kabupaten kabupaten Bandung Bandung Barat 78.639 unit, sedangkan ruas saluran drainase yang memerlukan pemeliharaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 8.9. Lokasi 8.9. Lokasi prioritas di Kabupaten Kabupaten Bandung Bandung Barat yang memerlukan memerlukan pemeliharaan
Laporan Akhir No
Nama Lokasi
Penyebab Permasalahan
Rekomendasi
4.
Peru Peruma maha han n KPAD KPAD Padalarang
- dimensi dimensi saluran saluran terlalu kecil - bayaknya bayaknya tumpukan tumpukan sampah sampah di saluran drainase - aliran air terlalu terlalu deras deras
- pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin - DED pelebaran pelebaran dimensi dimensi saluran saluran drainase sementara disusun - haru harus s dibu dibuat atka kan n pold polder er-p -pol olde derr dan dan sumur resapan
5.
Jalan Raya aya Cimareme
- pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin
6.
Jalan Raya aya Batujajar
7.
Jala Jalan n Gunu Gunun ng Kambang
- banyaknya banyaknya sampah sampah di saluran drainase - banyaknya banyaknya endapan endapan di saluran drainase - Tidak ada salura saluran n drainase drainase karena tertutup endapan - Adanya tumpukan tumpukan tumpukan sampah dalam saluran - dimendi dimendi saluran saluran terlal terlalu u kecil kecil
8.
Jala Jalan n Raya Raya Pasa Pasar r Padalarang
9.
Jala Jalan n Raya Raya Cipa Cipata tat, t,
- banyaknya banyaknya endapan endapan di dalam saluran - banyaknya banyaknya tumpukan sampah di dalam saluran banyaknya banyaknya sampah sampah dan
- pemeli pemelihara haraan an dan pengeruka pengerukan n salur saluran an secara rutin - harus rus adany anya pele elebara baran n dimen mensi saluran drainase - pemeli pemelihara haraan an saluran saluran secara secara rutin rutin - harus adanya adanya pelebaran pelebaran dimensi dimensi saluran drainase - pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin - harus adanya adanya pengerukan pengerukan saluran saluran drainase pemeli pemelihara haraan an dan pengeruka pengerukan n salur saluran an
Laporan Akhir No
Nama Lokasi
15. 15.
Jala Jalan n Ngamp Ngampar arah ah
Penyebab Permasalahan
- banyaknya sampah dan endapan di dalam saluran drainase
Rekomendasi - pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin - harus adanya adanya penyesuain penyesuain dimensi dimensi saluran drainase
- dimensi saluran sudah tidak bias menampung debit puncak Sumber: Data Sekunder Sekunder DPU Cipta Karya Kab. Bandung Barat & Identifikasi Konsultan, Konsultan, 2009
Drainase di Wilayah Wilayah Kabup aten Sum Sum edang 8.2.7. Penanganan Drainase
Wilayah kabupaten Sumedang sesuai dengan RTRWN yang tergabung dalam wilayah Metro Bandung terdiri dari 6 Kecamatan yaitu: 1.
Kecama Kecamatan tan Jatin Jatinan anggo ggor r
2.
Kecama Kecamatan tan Tanjun Tanjungsa gsari ri
3.
Kecama Kecamatan tan Sukas Sukasari ari
4.
Kecama Kecamatan tan Ciman Cimanggu ggung ng
Laporan Akhir Tabel 8.10.
Lokasi prioritas di Kabupaten Sumedang Sumedang yang memerlukan pemeliharaan
No
Nama Lokasi
Permasalahan
Keterangan dan Rekomendasi
1.
Jal Jalan Raya aya Cimande Sindang Pakuwon Kec. Cimanggung
- Pendangkalan Pendangkalan saluran saluran akibat akibat tingginya sedimen - Tanggul Tanggul penahan air air terlalu pendek
- pemeliharaan pemeliharaan saluran secara rutin - haru harus s adan adany ya peni pening nggi gian an sal saluran uran drainase
2.
Jemb Jembat atan an Sung Sungai ai Cimande Ds. Cihanjuang Perbatasan Kabupaten Sumedang Sumedang dan Kabupaten Bandung
- adanya adanya penyempitan penyempitan saluran saluran akibat sedimen - adanya adanya pipa pertamina pertamina dibawah jembatan yang menghambat aliran air - dimensi saluran saluran sudah tidak tidak bias menampung saat debit puncak - banyaknya banyaknya tumpukan sampah yang menempel
- pemeliharaan pemeliharaan saluran - harus adanya adanya pemindahan pemindahan utilitas utilitas umum yang melintas di bawah jembatan Cimande - harus adanya adanya pelebaran pelebaran dan peninggian dimensi saluran
Laporan Akhir No
Nama Lokasi
Permasalahan
Keterangan dan Rekomendasi
Kabupaten Bandung
6.
Asra Asrama ma STPD STPDN N
- sal salura uran drai draina nase se tida tidak k jel jelas aotlet-nya - tingginya tingginya sedimen sedimen disaluran disaluran drainase
7.
Depan pasar Tanjungsari
8.
Desa Desa Saya Sayang ng depa depan n perumahan BRIMOB
- saluran saluran drainase drainase kondisinya kondisinya rusak berat - banyaknya banyaknya sedimen sedimen dan dan sampah di saluran drainase - kondisi kondisi saluran saluran rusak rusak - banyaknya banyaknya tumpukan sampah di saluaran saluaran drainase drainase - banyaknya banyaknya sedimen sedimen di di saluaran darainase
- pemeliharaan pemeliharaan saluran saluran secara rutin rutin - harus dilakukan dilakukan pembuata pembuatan n sumur resapan resapan untuk mengurangi debit air limpasan - harus dilakukan dilakukan pembenahan pembenahan saluran saluran drainase sampai pembuang akhir (badan air penerima) penerima) - pemelih pemeliharaa araan n salu saluran ran - harus adanya adanya rehabilitasi rehabilitasi saluran saluran drainase - pemelih pemeliharaa araan n salu saluran ran - harus adanya adanya rehabilitasi rehabilitasi saluran saluran drainase - harus adnya adnya pengerukan pengerukan drainase drainase secara rutin
Laporan Akhir 8.2.8. Penanganan Drainase Drainase Regional Regional di Wilayah Wilayah Metro Metro Bandu ng
Pena Penang ngan anan an
drai draina nase se
regi region onal al
lint lintas as
wila wilaya yah h
haru harus s
diko dikoor ordi dina nasi sika kan n
anta antar r
kabupate kabupaten/kot n/kota, a, lokasi-l lokasi-lokasi okasi perbatasan perbatasan yang selama selama ini belum dikelola dikelola baik oleh pemerinta pemerintah h perovin perovinsi si maupun maupun pemerinta pemerintah h kabupaten kabupaten/kota /kota dapat dapat dilihat dilihat dalam dalam table table dibawah ini: Tabel 8.11.
Lokasi prioritas prioritas di perbatasan yang memerlukan memerlukan rehabilitasi rehabilitasi dan pemeliharaan
No 1.
Nama Lokasi Fly Over Cimindi/dibawah Jembatan Cimindi. Perbatasan antara Kota Bandung dan Kota Cimahi
Penyebab Permasalahan
Rekomendasi
- Dimiensi Dimiensi saluran saluran terlau kecil - Banyaknya Banyaknya tumpukan tumpukan sampah di dalam saluran drainase - Banyaknya Banyaknya sedimen di dasar saluran drainase - Adanya utilita utilitas s umum seperti seperti kabel listrik yang melintang melintang di tengah saluran saluran drainase drainase
- harus adanya adanya pemeliharaan pemeliharaan saluran saluran drainase secara rutin - harus adanya adanya koordinasi koordinasi lintas wilayah wilayah - harus adanya adanya pelebaran pelebaran dimensi dimensi saluran drainase - panjang panjang dimensi saluran saluran yang perlu perlu ditangani ± 500 meter - belum ada penangan penangan baik baik dari pemprov pemprov maupun kab/kota
Laporan Akhir No
Nama Lokasi
Penyebab Permasalahan
Bandung Barat dan Kota Cimahi, Kelurahan SariwangiParongpong Bandung Barat
5.
Jala Jalan n Reng Rengas as-Ranca MalangCigondewah, Perbatasan antara Kota Bandung dan Kabupaten Bandung
Rekomendasi ditangani ditangani ±.1000 m eter - DED pelebaran pelebaran dan peninggi peninggian an drainase drainase sementara sementara disusun pada tahun 2009 - sedang sedang dalam proses proses penanganan penanganan pemprov
- dimensi saluran saluran terlalu terlalu kecil kecil - banyaknya banyaknya endapan endapan di saluran drainase - banyaknya banyaknya tumpukan sampah disaluran drainase
- harus adanya dan pemeliharaan pemeliharaan saluran drainase secara rutin - harus adanya adanya koordinasi koordinasi lintas wilayah wilayah - panjang panjang dimensi saluran saluran yang perlu perlu ditangani ditangani ±.2.500 meter - DED pelebaran pelebaran dan peninggi peninggian an drainase drainase sementara sementara disusun pada tahun 2009 - sedang sedang dalam proses proses penanganan penanganan pemprov
Laporan Akhir No
Nama Lokasi
Penyebab Permasalahan
Rekomendasi
7.
Kali Citarik, rik, perbatasan antara kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang
- banyaknya banyaknya tumpukan sampah disaluran - tingginya tingginya endapan endapan sedimen sedimen
- harus adanya dan pemeliharaan pemeliharaan saluran drainase secara rutin - harus adanya adanya koordinasi koordinasi lintas wilayah wilayah - panjang panjang dimensi saluran saluran yang perlu perlu ditangani ditangani ±.2.000 meter - belum ada penagana penaganan n baik dari pemprov maupun kab/kota
8.
Gedebage, perbatasan antara Kota Bandung dan Kabupaten Bandung
- dimensi saluran saluran sudah tidak tidak biasa menampung pada saat debit puncak - banyaknya banyaknya tumpukan sampah di saluran darinase - banyaknya banyaknya sediman sediman di dasar dasar saluran
9.
Ujung Berung/CijambeCilengkarang
- saluran saluran drainase terlalu terlalu kecil kecil - rendahnya rendahnya kordinasi kordinasi antar antar wilayah
- harus adanya dan pemeliharaan pemeliharaan saluran drainase secara rutin - harus adanya adanya koordinasi koordinasi lintas wilayah wilayah - panjang panjang dimensi saluran saluran yang perlu perlu ditangani ditangani ±.2.000 meter - sebagian sebagian telah ditangani ditangani oleh oleh Pemerintah Pemerintah Kota Bandung tetapi belum tuntas - harus adanya dan pemeliharaan pemeliharaan saluran drainase secara rutin harus adanya adanya koordinasi koordinasi lintas wilayah wilayah
Laporan Akhir
Bab 9 Indikasi Program Penanganan Drainase
Pada bab ini akan diuraikan diuraikan indikasi indikasi program program penangan penanganan an drainase drainase untuk wilayah wilayah Metropol Metropolitan itan Bandung Bandung yang mencakup mencakup uraian uraian kegiatan, kegiatan, lokasi lokasi penanga penanganan, nan, tahapan tahapan penanganan, dan kelembagaan yang menangani. Secara Secara rinci rinci indikasi indikasi program program penangan penanganan an untuk untuk setiap setiap wilayah wilayah dapat dilihat dilihat pada Tabel 9.1. sampai Tabel 9.5.
Laporan Akhir Tabel 9.1.
Indikasi Program Penanganan Drainase di Kota Kota Bandung
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
IX - 2
Laporan Akhir Tabel 9.2.
Indikasi Program Penanganan Drainase di Kota Kota Cimahi
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
IX - 3
Laporan Akhir Tabel 9.3.
Indikasi Program Program Penanganan Drainase di Kabupaten Kabupaten Bandung Bandung
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
IX - 4
Laporan Akhir Tabel 9.4.
Indikasi Program Penanganan Drainase di di Kabupaten Kabupaten Bandung Bandung Barat Barat
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
IX - 5
Laporan Akhir Tabel 9.5.
Indikasi Program Penanganan Drainase di di Kabupaten Kabupaten Sumedang Sumedang
Perencanaan Induk Drainase Di Wilayah Metro Bandung
IX - 6