BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Manajemen lalu lintas adalah pengelolaan dan pengendalian arus
lalu lintas dengan melakukan optimasi penggunaan prasarana yang ada untuk memberikan kemudahan kepada lalu lintas secara efisien efisi en dalam penggunaan ruang jalan serta memperlancar sistem pergerakan. Hal ini berhubungan dengan kondisi arus lalu lintas dan sarana penunjangnya pada saat sekarang dan bagaimana mengorganisasikannya untuk mendapatkan penampilan yang terbaik. Dengan mengacu kepada Undang-undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Manajemen lalu lintas didefinisikan sebagai upa ya untuk mengatur pergerakan lalu lintas supaya memenuhi kriteria keselamatan, kelancaran, efisiensi, dan murah. Manajemen lalu lintas selanjutnya meliputi kegiatan perencanaan lalu lintas, pengaturan lalu lintas, pengawasan lalu lintas, dan pengendalian lalu lintas diantaranya adalah : a. usaha peningkatan kapasitas jalan ruas, persimpangan, dan/atau jaringan jalan b. pemberian prioritas bagi jenis kendaraan atau pemakai jalan tertentu c. penyesuaian antara permintaan perjalanan dengan tingkat pelayanan antar moda. d. penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan dan/atau perintah bagi pemakai jalan
1.2
Rumusan Masalah 1. Bagaimana Perkembangan Transportasi di kota surabaya ? 2. Penyebab kemacetan di kota surabaya ? 3. Bagaimana solusi menekan kemacetan dikota subaya ?
2
BAB II MANAJEMEN DAN PENGELOLAAN LALU LINTAS DI SURABAYA 2.1
Kota Surabaya
Nama Surabaya muncul sejak awal pertumbuhan kerajaan Majapahit. Nama Surabaya diambil dari simbol ikan Sura dan Buaya. Simbol itu sesungguhnya untuk menggambarkan peristiwa heroik yang terjadi di kawasan Ujung Galuh (nama daerah Surabaya di masa silam), yakni pertempuran antara tentara yang dipimpin Raden Widjaja dengan pasukan tentara Tar Tar pada tanggal 31 Mei 1293. Tanggal itulah yang kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya Kota Surabaya. Awalnya Surabaya adalah kawasan perkampungan atau pedesaan di pinggiran sungai. Nama-nama kampung yang kini masih ada seperti Kaliasin, Kaliwaron, Kalidami, Ketabangkali, Kalikepiting, Darmokali, dan
3
sebagainya adalah bukti yang menjelaskan bahwa kawasan Surabaya adalah kawasan yang memiliki banyak aliran air / sungai. Secara geografis ini sangat masuk akal, karena memang kawasan Surabaya merupakan kawasan yang berada di dekat laut dan aliran sungai besar (Brantas, dengan anak kalinya). Lokasi Surabaya yang berada di pinggir pantai, merupakan wila yah yang menjadi lintasan hilir mudik manusia dari berbagai wil ayah. Surabaya, menjadi pertemuan antara orang pedalaman pulau Jawa dengan orang dari luar. Pada tahun 1612 Surabaya sudah merupakan bandar perdagangan yang ramai. Peranan Surabaya sebagai kota pelabuhan sangat penting seja k lama. Saat itu sungai Kalimas merupakan sungai yang dipenuhi perahu-perahu yang berlayar menuju pelosok Surabaya. Surabaya memiliki luas sekitar 350,54 km² dengan penduduknya berjumlah 2.765.487 jiwa (2010). Daerah metropolitan Surabaya yaitu Gerbang kertosusila yang berpenduduk sekitar 10 juta jiwa, adalah kawasan metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah Jabodetabek. Surabaya dilayani oleh sebuah bandar udara, yakni Bandar Udara Internasional Juanda, serta dua pelabuhan, yakni Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Ujung.
4
2.2
Perkembangan Transportasi Lalu Lintas Kota Surabaya
Surabaya memiliki luas wilayah administratif yang cukup besar, lebih kurang 32,6 hektar. Sebagai kota dagang dan jasa menjadikan aktifitas warganya sangat membutuhkan akses yang cepat, terutama transportasi. Kota Surabaya memiliki infrastruktur transportasi darat, laut, dan udara yang mampu melayani perjalanan lokal, regional, maupun internasional. Satlantas Polrestabes Surabaya pada September 2010 jumlah kendaraan bermotor di Surabaya mencapai 3.895.061 unit. Dan setiap bulan secara terus menerus mengalami peningkatan sebanyak 12.000 unit, Sehingga pada tahun 2011 bertambah menjadi 120.000 unit dari tahun sebelumnya. Dari data tersebut maka jumlah kendaraan pribadi dari tahun ke tahun akan terus bertambah.
2.3
Kemacetan di Kota Surabaya
Pada saat ini, kemacetan lalu-lintas telah banyak di jumpai di kotakota besar di Indonesia khususnya pada jam-jam sibuk. Salah satu indikator dari kemacetan lalu-lintas adalah kecepatan perjalanan atau waktu perjalanan pada ruas-ruas jaringan jalan kota. Data tersebut menunjukkan bahwa laju pertumbuhan kendaraan di Surabaya jauh lebih cepat dibandingkan penambahan panjang ruas jalan di Surabaya. Dengan kondisi ini, pada tahun 2013 Kota Surabaya mengalami kemacetan total. Kemacetan lalu lintas mengakibatkan meningkatnya biaya operasi kendaraan (BOK), menurunnya
kecepatan
perjalanan
5
rata-rata,
kerugian
nilai
waktu
disebabkan hilangnya kesempatan beraktifitas akibat penundaan waktu perjalanan dan kerugian psikis akibat stress serta perilaku yang tidak produktif (Widiantono, 2008).
Apabila dilihat dari data yang ada pada gambar 1, Proyeksi konsumsi bahan bakar Di Surabaya pada 2010 sudah mencapai 66 Juta KL (Warta Pertamina, 2011). Berdasarkan data tersebut jumlah pemborosan bahan bakar di Surabaya sebesar 22 Juta Kilo Liter. Menurut survey yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Surabaya (2010), Kecepatan rata – rata kendaraan di Surabaya hanya 29,03 km/jam. Apabila melihat dari segi efisiensi kendaraan, Kecepatan yang paling efisien sekitar 40 – 50 km/jam. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi ketidakefisiensian penggunaan bahan bakar sebesar 30%. Penurunan fungsi penggunaan bahan bakar sebanyak 30 %, mengakibatkan bahwa 30% bahan bakar di Surabaya dihabiskan akibat kemacetan di Surabaya.
6
Penyebab Kemacetan di kota surabaya : a) Banyak pengguna jalan yang tidak tertib b) Kurangnya jumlah petugas lalu lintas dalam mengatasi/mengatur jalannya lalu lintas terutama di jalan-jalan yang rawan macet c) Persimpangan jalan tidak dikendalikan dengan lampu lalu lintas/traffic light d) Terjadi konflik antara kendaraan arah lurus dengan kendaraan arah belok e) Adanya kendaraan yang parkir di badan jalan
Kerugian akibat kemacetan lalu lintas : a) Meningkatnya biaya operasional akibat menurunnya kecepatan rata-rata b) Kerugian nilai waktu akibat hilangnya kesempatan berproduksi akibat tundaan waktu perjalanan c) Kerugian psikis akibat stres serta perilaku yang tidak produktif
7
2.4
Surabaya Intelligent Transport System (SITS)
Surabaya Intelligent Transport System (SITS) merupakan salah satu hasil program sistem cerdas (intelligent ) untuk solusi kemacetan di kota surabaya. Sistem ini berupa sebuah Adaptive Traffic Control System (ATCS) sebagai upaya modernisasi ATCS konvensional yang telah dimiliki oleh Surabaya. Upaya ini didukung oleh jaringan CCTV Suraba ya sebagai bagian dari Traffic Management System. Intelligent Transport Sistem yaitu Sistem cerdas untuk mendukung manajemen transportasi dengan memanfaatkan teknologi (informasi, komunikasi, sensor, kontrol dan komputerisasi) untuk membangun sistem informasi dan manajemen transportasi secara otomatis. Adapun tujuan adanya Intelligent Transport System (ITS) diantaranya :
1. Meningkatkan
keselamatan
lalu
lintas,
diantaranya
dengan
cara
mencegah/mengurangi kecelakan lalu lintas dan mengurangi kerusakan akibat kecelakaan. 2. Meningkatkan
kelancaran
lalu
lintas,
diantaranya
dengan
cara
mengoptimalkan siklus lampu lalu lintas baik secara otomatis maupun secara manual.
8
3. Menjaga kelestarian lingkungan dengan cara mengurangi polusi kendaraan akibat antrian kendaraan di ruas dan persimpangan. Dengan meningkatnya waktu tempuh dan berkurangnya waktu antrian dipersimpangan, diharapkan polusi kendaraan juga makin berkurang.
2.5
ATCS (Area Traffic Control System)
ATCS (Area Traffic Control System) adalah sebuah sistem pengaturan lalu lintas bersinyal terkoordinasi yang diatur mencakup satu wilayah secara terpusat. dengan ATCS maka dapat dilakukan upaya manajemen rekayasa lalu lintas yang mengkoordinasikan semua titik-titik persimpangan bersinyal melalui pusat kontrol ATCS, sehingga diperoleh suatu kondisi pergerakan lalu lintas secara efisien. Teknologi ATCS sendiri telah banyak diterapkan di berbagai kota-kota besar di negaranegara maju. Dengan ATCS, penataan siklus lampu lalu lintas dilakukan berdasar input data lalu lintas yang diperoleh secara real time melalui kamera cctv pemantau lalu lintas pada titik-titik persimpangan. penentuan waktu siklus lampu persimpangan dapat diubah berkali-kali dalam satu hari sesuai kebutuhan lalu lintas paling efisien yang mencakup keseluruhan wilayah tersebut. Untuk itu maka pengoperasian atcs diatur dengan sebuah sistem kontrol terpadu yang melibatkan beberapa komponen berupa : 1. Pengatur arus persimpangan berupa lampu lalu lintas 2. Penginput data lalu lintas berupa kamera cctv pemantau
9
3. Pengirim data berupa jaringan kabel data atau pemancar gelombang 4. Software sistem ATCS 5. Ruang kontrol (central control room) atcs plus operatornya
10
2.6
Park And Ride
Park and Ride adalah kegiatan parkir kendaraan pribadi di tempat parkir dan kemudian melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus atau kereta api. Banyak ditemukan di stasiun kereta api di pinggir kota ataupun stasiun/shelter busway di pinggir kota. Manfaat pengembangan fasilitas parkir dan menumpang antara lain adalah : a) Membantu mengurangi kemacetan lalu lintas di pusat-pusat kegiatan b) Mendorong masyarakat untuk meningkatkan penggunaan angkutan umum c) Mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi Gas rumah kaca karena angkutan umum menghasilkan emisi gas rumah kaca per penumpang km yang lebih rendah ketimbang menggunakan kendaraan pribadi d) Mengurangi kebutuhan ruang parkir di pusat kota
11
2.7
Surabaya Mass Rapid Transit (SMART) Tram and Monorail
2.7.1
Pengertian MRT MRT (Mass Rapid Transit) adalah suatu sistem transfortasi
perkotaan yg mempunyai 3 kriteria utama mass (daya angkut besar), rapid (waktu tempuh cepat dan frekuensi tinggi), dan transit (berhenti di banyak stasiun di titik utama perkotaan). MRT (mass rapid transit) secara harfiah dapat diartikan sebagai moda angkutan yang mampu mengangkut penumpah dalam jumlah banyak (masal) dengan frekuensi dan kecepatan yang sangat tinggi (rapid). Menurut modanya, MRT dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis, antara lain: bus (buslane/busway), subway, tram, dan monorail. Tram merupkan bentuk MRT dengan moda angkutan mirip dengan kereta api, tetapi jalur operasinya dapat terintegrasi dengan jalan raya. Dalam operasinya, dikenal dua jenis tram: a) Tram yang jalur operasinya menyatu dengan jalur lalu lintas kendaraan b) Tram yang memiliki jalur operasional tersendiri yang dikenal dengan istilah light trail.
12
Monorail merupakan MRT yang memiliki jalur tertentu dan biasanya tidak mengambil ruang kota yang luas. MRT jenis ini biasanya memiliki jalur di atas jalan raya dan yang ditopang dengan tiang-tiang yang sekaligus berfungsi untuk membentuk lintasan monorail. Berbeda dengan MRT lainnya, monorail biasanya hanya terdiri atas satu rute dengan sistem lintasan loop dengan beberapa stasiun pemberhentian yang menghubungkan dengan MRT lainnya maupun langsung ke lokasi kegiatan tertentu. 2.7.2
Pembangunan Rencana pengembangan transportasi massal Surabaya Mass Rapid
Transit (SMART) dapat menjadi alternatif solusi dalam mengatasi persoalan perangkutan di Surabaya. Dengan adanya MRT, ruang jalan akan jauh lebih efisien karena penggunaan kendaraan pribadi dapat diminimalisir. Pembangunan MRT di Surabaya diharapkan mampu mengurangi kepadatan jumlah kendaraan di jalan yang juga mampu meningkatkan kapasitas transportasi publik. Selain itu, dengan terealisasinya MRT, secara perlahan akan merubah perilaku masyarakat untuk beralih ke transportasi publik. Rencana pengembangan Surabaya MRT sendiri terbagi menjadi dua yang terdiri dari jalur trem at-grade berupa surotrem yang memiliki nilai historis di sepanjang koridor Utara-Selatan dan elevated monorail yang memiliki nama boyorail di sepanjang koridor Barat-Timur. Saat ini, fokus prioritas pengerjaan proyek adalah pembangunan surotrem yang merupakan tahap awal dari rencana pembangunan Surabaya MRT yang direncanakan akan beropersi pada akhir tahun 2017. Surotram akan dibangun dari
13
Joyoboyo hingga Jembatan Merah pada tahap pertama dan selanjutnya diteruskan hingga Perak dengan panjang rute sekitar 17,14 km. Surotram direncanakan memiliki 26 titik halte transit termasuk di dalamnya salah satu tramstop yang menjadi studi kasus penelitian yaitu berada di Koridor Embong Malang. Koridor yang merupakan salah satu CBD di Kota Surabaya ini tentu menjadi salah satu koridor yang potensial. Tentu sangat penting untuk menyiapkan kawasan di sekitar titik tramstop pada koridor Embong Malang sehingga penggunaan lahan lebih optimal saat MRT sudah beroperasi. Daerah di sekitar rencana titik transit tramstop merupakan kawasan yang potensial bagi pengembangan pembangunan. Hal ini terkait dengan kemudahan akses yang dekat dengan fasilitas transit dan aktivitas yang akan dibangkitkan oleh kegiatan di kawasan tersebut. Salah satu konsep mengenai hubungan antara titik transit dan area di sekitarnya yaitu konsep Transit Oriented Development (TOD) yang telah banyak diwujudkan di berbagai kota di dunia TOD merupakan strategi pengembangan suatu kawasan yang padat dengan tata guna lahan lainnya dengan berfokus pada titik transit. Manfaat konsep pembangunan berbasis TOD, antara lain: penurunan penggunaan mobil pribadi; peningkatan pejalan kaki dan pengguna; menghidupkan kembali kawasan
pusat
kota
dan
meningkatkan
pembangunan di sekitar area transit.
14
intensitas
serta
densitas
BAB III KESIMPULAN
Surabaya memiliki luas sekitar 350,54 km² dengan penduduknya berjumlah 2.765.487 jiwa (2010). Daerah metropolitan Surabaya yaitu Gerbang kertosusila yang berpenduduk sekitar 10 juta jiwa, adalah kawasan metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah Jabodetabek. Surabaya dilayani oleh sebuah bandar udara, yakni Bandar Udara Internasional Juanda, serta dua pelabuhan, yakni Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Ujung. Sebagai salah satu dari kota-kota besar di Indonesia, kota Surabaya berkembang dengan cukup pesat dari tahun ke tahun. Namun kekurangan pemerintah akan penyediaan prasarana serta sarana transportasi menyebabkan timbulnya permasalahan yang menyebabkan munculnya kemacetan di banyak titik di kota Surabaya. Beberapa solusi yang dilakukan pemerintah untuk pengurangan kemacetan adalah : 1) Penggunaan teknologi canggih seperti ATCS 2) Sistem parkir Park And Ride 3) MRT berupa Tram dan Monorail
15
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Kendali_Lalu_lintas_Kendaraan https://id.wikibooks.org/wiki/Manajemen_Lalu_Lintas/Fasilitas_pendukung http://www.pens.ac.id/post/20130813144934-285 https://www.slideshare.net/irvanwahyu1/surabaya-intelligent-transportationsystem-sits http://pendidikansrg.blogspot.co.id/2015/10/problematika-kemacetantransportasi.html
16