MANAJEMEN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Manajemen Patient Safety
Disusun Oleh :
Lilis
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang di berikan dosen dengan judul "Patient Safety".
Tujuan kami menyusun makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata
kuliah "Manajement Patient Safety" guna untuk mengetahui dan lebih memahami
tantang "Patient Safety" yang telah di berikan oleh dosen.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih belum sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang masih berhubungan dengan makalah ini
sangat kami harapkan untuk menyempurnaan makalah ini.
Bandung, 19 September 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
............................................................................
.................... i
Daftar Isi
............................................................................
............................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
....................................................................
............ 1
2. Rumusan Masalah
....................................................................
....... 2
3. Tujuan
....................................................................
......................... 2
4. Manfaat
....................................................................
....................... 2
5. Sistematika Uraian
....................................................................
...... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Patient Safety
..................................................................
............... 4
2.2 Aspek Hukum Patient
Safety............................................................ 17
2.3 Implementasi Patient Safety
............................................................ 20
2.4 Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit
..................................... 23
2.5 Indikator Patient Safety
.................................................................... 24
2.6 Pengembangan Budaya Patient Safety
............................................. 25
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ........
............................................................................
..... 29
3.2 Saran
............................................................................
.................... 29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi risiko. Banyaknya
jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan
staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi
terjadinya kesalahan medis (medical errors).
Menurut Institute of Medicine (1999), medical error
didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be completed
as intended (i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to
achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya kesalahan medis
didefinisikan sebagai: suatu kegagalan tindakan medis yang telah
direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu
kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu
tujuan (yaitu kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam
proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse
Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian
akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai
pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena keberuntungan
(misalnya, pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak
timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal
akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum
obat diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal
diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).
Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan
suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada
pasien karena suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan bukan karena
"underlying disease" atau kondisi pasien.
WHO mencanangkan World Alliance for Patient Safety, program
bersama dengan berbagai negara untuk meningkatkan keselamatan pasien
di rumah sakit. Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor
496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang
tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di
rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan
bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia (PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan
mengajak semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian
keselamatan pasien di Rumah Sakit.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
makalah ini adalah:
Apa patient safety?
Bagaimana aspek hukum patient safety?
Bagaimana Implementasi Patient Safety ?
Apa yang menjadi program keselamatan patient safety?
Apa yang menjadi indikator patien safety?
Bagaimana pola budaya yang mempengaruhi patient safety?
3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana manajemen patien Safety di Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pengertian Patien Safety.
Untuk mengetahui aspek hukum patient safety.
Untuk mengetahui sasaran keselamatan patient safety.
Untuk mengetahui indikator patien safety.
Untuk mengetahui pengembangan budaya yang mempengaruhi patient safety.
4. Manfaat
Manfaat penulisan ini antara lain :
1. Dapat mengetahui pengertian Patien Safety.
2. Dapat mengetahui aspek hukum patient safety.
3. Dapat mengetahui sasaran keselamatan patient safety.
4. Dapat mengetahui indikator patien safety.
5. Dapat mengetahui pengembangan budaya yang mempengaruhi patient safety.
5. Sistematika Uraian
Penyusunan sistematika uraian yang diterapkan sesuai kaidah tata tulis
karya ilmiah yang dibakukan, sehingga penulis merujuknya dalam suatu
kesatuan penyusunan secara sistematis. Adapun sistematikanya adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN, berisi mengenai latar belakang masalah, permasalahan,
tujuan dan manfaat penyusunan makalah serta sistematika uraian.
BAB II ISI, berisi mengenai tinjauan teori.
BAB III KESIMPULAN, makna yang diberikan penyusun terhadap hasil uraian
yang telah dibuat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Patient Safety
1. Definisi Patient Safety
Tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan
(Kohn, Corrigan & Donaldson, 2000).
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya
cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut
dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko, meliputi:
1) Assessment risiko
2) Identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko
pasien
3) Pelaporan dan analisis insiden
4) Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5) Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Menurut IOM, Keselamatan Pasien (Patient Safety) didefinisikan
sebagai freedom from accidental injury. Accidental injury
disebabkan karena error yang meliputi kegagalan suatu perencanaan
atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan. Accidental
injury juga akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).
Accidental injury dalam prakteknya akan berupa kejadian tidak
diinginkan (KTD = missed = adverse event) atau hampir terjadi
kejadian tidak diinginkan (near miss). Near miss ini dapat
disebabkan karena: keberuntungan (misal: pasien terima suatu obat
kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu
obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain
mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), atau
peringanan (suatu obat dengan over dosis lethal diberikan,
diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).
2. Tujuan Sistem Patient Safety
Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah:
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2) Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3) Menurunnya KTD di Rumah Sakit
4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi penanggulangan KTD
Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:
1) Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara
benar)
2) Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang
efektif)
3) Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan
keamanan dari pengobatan resiko tinggi)
4) Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery
(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan
pasien, kesalahan prosedur operasi)
5) Reduce the risk of health care-associated infections
(mengurangi risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan)
6) Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko
pasien terluka karena jatuh)
3. Isu, Elemen, dan Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum dalam
Patient Safety
5 isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu:
a) keselamatan pasien;
b) keselamatan pekerja (nakes);
c) keselamatan fasilitas (bangunan, peralatan);
d) keselamatan lingkungan;
e) keselamatan bisnis.
1) Elemen Patient Safety:
a) Adverse drug events(ADE)/ medication errors (ME)
(ketidakcocokan obat/kesalahan pengobatan)
b) Restraint use (kendali penggunaan)
c) Nosocomial infections (infeksi nosokomial)
d) Surgical mishaps (kecelakaan operasi)
e) Pressure ulcers (tekanan ulkus)
f) Blood product safety/administration (keamanan produk
darah/administrasi)
g) Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba)
h) Immunization program (program imunisasi)
i) Falls (terjatuh)
j) Blood stream – vascular catheter care (aliran darah –
perawatan kateter pembuluh darah)
k) Systematic review, follow-up, and reporting of
patient/visitor incident reports (tinjauan sistematis,
tindakan lanjutan, dan pelaporan pasien/pengunjung laporan
kejadian)
2) Most Common Root Causes of Errors (Akar Penyebab Kesalahan yang
Paling Umum):
a) Communication problems (masalah komunikasi)
b) Inadequate information flow (arus informasi yang tidak
memadai)
c) Human problems (masalah manusia)
d) Patient-related issues (isu berkenaan dengan pasien)
e) Organizational transfer of knowledge (organisasi transfer
pengetahuan)
f) Staffing patterns/work flow (pola staf/alur kerja)
g) Technical failures (kesalahan teknis)
h) Inadequate policies and procedures (kebijakan dan prosedur
yang tidak memadai)
[AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality) Publication
No. 04-RG005, December 2003]
4. Standar Keselamatan Pasien
A. Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada "Hospital Patient
Safety Standards" yang dikeluarkan oleh Joint Commision on
Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun
2002), yaitu:
1) Hak pasien
Standarnya adalah pasien & keluarganya mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi tentang rencana & hasil pelayanan
termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak
Diharapkan). Kriterianya adalah sebagai berikut:
a) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
c) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan
penjelasan yang jelas dan benar kepada pasien dan
keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan
atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya KTD
2) Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah RS harus mendidik pasien & keluarganya
tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien. Kriterianya adalah keselamatan dalam pemberian
pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien
adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS
harus ada sistim dan mekanisme mendidik pasien & keluarganya
tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien &
keluarga dapat:
a) Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur
b) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
c) Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
d) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
f) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
g) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan
dengan kriteri sebagai berikut:
a) Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
b) Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya
c) Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
d) Komunikasi dan transfer informasi antar profesi
kesehatan
4) Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.
Standarnya adalah : RS harus mendesain proses baru atau
memperbaiki proses yang ada, memonitor & mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, &
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP
dengan criteria sebagai berikut:
a) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan
(design) yang baik, sesuai dengan"Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit".
b) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data
kinerja
c) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
d) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan
informasi hasil analisis
5) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standarnya adalah:
a) Pimpinan dorong & jamin implementasi program KP melalui
penerapan "7 Langkah Menuju KP RS".
b) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif
identifikasi risiko KP & program mengurangi KTD.
c) Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi
antar unit & individu berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang KP
d) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta
tingkatkan KP.
e) Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinya
dalam meningkatkan kinerja RS & KP, dengan criteria
sebagai berikut:
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan dan program meminimalkan insiden,
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari rumah sakit terintegrasi dan
berpartisipasi
4) Tersedia prosedur "cepat-tanggap" terhadap insiden,
termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah,
membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian
informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal
berkaitan dengan insiden,
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis
insiden
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara
sukarela antar unit dan antar pengelola pelayanan
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang
dibutuhkan
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi
efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan
keselamatan pasien
6) Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standarnya adalah:
a) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi
untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan
KP secara jelas.
b) RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan & memelihara kompetensi
staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam
pelayanan pasien, dengan kriteria sebagai berikut:
1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru
yang memuat topik keselamatan pasien
2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam
setiap kegiatan inservice training dan memberi
pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin
dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
7) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
Standarnya adalah:
a) RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi
KP untuk memenuhi kebutuhan informasi internal &
eksternal.
b) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat,
dengan criteria sebagai berikut:
1) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain
proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi
tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang
ada.
B. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS (berdasarkan KKP-RS
No.001-VIII-2005) sebagai panduan bagi staf Rumah Sakit
1) Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien, "ciptakan
kepemimpinan & budaya yang terbuka dan adil"
Bagi Rumah sakit:
a) Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden, langkah
kumpul fakta, dukungan kepada staf, pasien, keluarga
b) Kebijakan: peran & akuntabilitas individual pada insiden
c) Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden
d) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian KP
Bagi Tim:
a) Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada
insiden
b) Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta
pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat
2) Pimpin dan dukung staf anda, "bangunlah komitmen & focus yang
kuat & jelas tentang KP di RS anda"
Bagi Rumah Sakit:
a) Ada anggota Direksi yang bertanggung jawab atas KP
b) Di bagian-bagian ada orang yang dapat menjadi
"Penggerak" (champion) KP
c) Prioritaskan KP dalam agenda rapat Direksi/Manajemen
d) Masukkan KP dalam semua program latihan staf
Bagi Tim:
a) Ada "penggerak" dalam tim untuk memimpin Gerakan KP
b) Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan
KP
c) Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan
insiden
3) Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, "kembangkan sistem
& proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi &
asesmen hal yang potensial bermasalah"
Bagi Rumah Sakit:
a) Struktur & proses menjamin risiko klinis & non klinis,
mencakup KP
b) Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan
risiko
c) Gunakan informasi dari sistem pelaporan insiden &
asesmen risiko & tingkatkan kepedulian terhadap pasien
Bagi Tim:
a) Diskusi isu KP dalam forum-forum, untuk umpan balik
kepada manajemen terkait
b) Penilaian risiko pada individu pasien
c) Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas
tiap risiko, & langkah memperkecil risiko tsb.
4) Kembangkan sistem pelaporan, "pastikan staf Anda agar dengan
mudah dapat melaporkan kejadian/insiden serta RS mengatur
pelaporan kepada KKP-RS"
Bagi Rumah Sakit:
a) Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden,
ke dalam maupun ke luar yang harus dilaporkan ke KKPRS –
PERSI
Bagi Tim:
a) Dorong anggota untuk melaporkan setiap insiden & insiden
yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, sebagai
bahan pelajaran yang penting
5) Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, "kembangkan cara-
cara komunikasi yang terbuka dengan pasien"
Bagi Rumah Sakit:
a) Kebijakan : komunikasi terbuka tentang insiden dengan
pasien & keluarga
b) Pasien & keluarga mendapat informasi bila terjadi
insiden
c) Dukungan, pelatihan & dorongan semangat kepada staf agar
selalu terbuka kepada pasien & keluarga (dalam seluruh
proses asuhan pasien)
Bagi Tim:
a) Hargai & dukung keterlibatan pasien & keluarga bila
telah terjadi insiden
b) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien & keluarga bila
terjadi insiden
c) Segera setelah kejadian, tunjukkan empati kepada pasien
& keluarga.
6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien,
"dorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk
belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul"
Bagi Rumah Sakit:
a) Staf terlatih mengkaji insiden secara tepat,
mengidentifikasi sebab
b) Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar
Masalah (Root Cause Analysis/RCA) atau Failure Modes &
Effects Analysis (FMEA) atau metoda analisis lain,
mencakup semua insiden & minimum 1 x per tahun untuk
proses risiko tinggi
Bagi Tim:
a) Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis
insiden
b) Identifikasi bagian lain yang mungkin terkena dampak &
bagi pengalaman tersebut
7) Cegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan pasien,
"Gunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan"
Bagi Rumah Sakit:
a) Tentukan solusi dengan informasi dari sistem pelaporan,
asesmen risiko, kajian insiden, audit serta analisis
b) Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian
pelatihan staf & kegiatan klinis, penggunaan instrumen
yang menjamin KP
c) Asesmen risiko untuk setiap perubahan
d) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
e) Umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang
diambil atas insiden
Bagi Tim:
a) Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman
b) Telaah perubahan yang dibuat tim & pastikan
pelaksanaannya
c) Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden
yang dilaporkan
5. Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang
dibuat, mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal
dari proses pelayanan kesehatan. Sembilan Solusi ini merupakan
panduan yang sangat bermanfaat membantu RS, memperbaiki proses
asuhan pasien, guna menghindari cedera maupun kematian yang dapat
dicegah.
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS-RS di
Indonesia untuk menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan
Pasien Rumah Sakit, atau 9 Solusi, langsung atau bertahap, sesuai
dengan kemampuan dan kondisi RS masing-masing.
a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-
Alike Medication Names).
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang membingungkan
staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering
dalam kesalahan obat (medication error) dan ini merupakan suatu
keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada
saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya
kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau generik serta
kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk
pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label, atau
penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan
resep secara elektronik.
b. Pastikan Identifikasi Pasien
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk
mengidentifikasi pasien secara benar sering mengarah kepada
kesalahan pengobatan, transfusi maupun pemeriksaan; pelaksanaan
prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan
keluarganya, dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk
verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan
pasien dalam proses ini; standardisasi dalam metode identifikasi
di semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan; dan
partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan
protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang
sama.
c. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan
pasien antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim
pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan,
pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan
cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki
pola serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk
mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis; memberikan
kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima,dan melibatkan para
pasien serta keluarga dalam proses serah terima.
d. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat
dicegah. Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru
atau pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah
akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau
informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak
kontribusinya terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah
tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi.
Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang
tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan;
pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang
akan melaksanakan prosedur; dan adanya tim yang terlibat dalam
prosedur Time out sesaat sebelum memulai prosedur untuk
mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan
dibedah.
e. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).
Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media
kontras memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang
digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.
Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit
ukuran dan istilah; dan pencegahan atas campur aduk/bingung
tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.
f. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat
transisi/pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan)
medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah salah
obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien.
Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling
lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima
pasien juga disebut sebagai "home medication list", sebagai
perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan/atau
perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi; dan
komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut
dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
g. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).
Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus
didesain sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya
KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera
atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah,
serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.
Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas
medikasi secara detail/rinci bila sedang mengenjakan pemberian
medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan
bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya
menggunakan sambungan & slang yang benar).
h. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan
HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari
jarum suntik. Rekomendasinya adalah penlunya melarang pakai
ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik
para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya
tentang prinsip-pninsip pengendalian infeksi,edukasi terhadap
pasien dan keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui
darah;dan praktek jarum sekali pakai yang aman.
i. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan
lnfeksi Nosokomial.
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang
di seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah
sakit. Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran preventif
yang pimer untuk menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya
adalah mendorong implementasi penggunaan cairan "alcohol-based
hand-rubs" tersedia pada titik-titik pelayan tersedianya sumber
air pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan
taangan yang benar mengingatkan penggunaan tangan bersih
ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan
tangan melalui pemantauan/observasi dan tehnik-tehnik yang lain.
1. Aspek Hukum Terhadap Patient Safety
Aspek hukum terhadap "patient safety" atau keselamatan pasien adalah
sebagai berikut:
UU Tentang Kesehatan & UU Tentang Rumah Sakit
a. Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum
1) Pasal 53 (3) UU No.36/2009
"Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan
nyawa pasien."
2) Pasal 32n UU No.44/2009
"Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di Rumah Sakit.
3) Pasal 58 UU No.36/2009
a) "Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang,
tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang
menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya."
b) "…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam
keadaan darurat."
a. Tanggung jawab Hukum Rumah sakit
1) Pasal 29b UU No.44/2009
"Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi,
dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan
standar pelayanan Rumah Sakit."
2) Pasal 46 UU No.44/2009
"Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian
yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di
RS."
3) Pasal 45 (2) UU No.44/2009
"Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam
rangka menyelamatkan nyawa manusia."
b. Bukan tanggung jawab Rumah Sakit
1) Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit
"Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien
dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang
dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis
yang kompresehensif. "
c. Hak Pasien
1) Pasal 32d UU No.44/2009
"Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang
bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional"
2) Pasal 32e UU No.44/2009
"Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan
efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi"
3) Pasal 32j UU No.44/2009
"Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan"
4) Pasal 32q UU No.44/2009
"Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah
Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak
sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana"
d. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien
1) Pasal 43 UU No.44/2009
a) RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien
b) Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan
insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam
rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.
c) RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang
membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri
d) Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan
ditujukan untuk mengoreksi sistem dalam rangka meningkatkan
keselamatan pasien.
2. Implementasi Patient Safety
1. Langkah-langkah Kegiatan Pelaksanaan Patient Safety
a. Di Rumah Sakit
1) Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah
Sakit, dengan susunan organisasi sebagai berikut: Ketua:
dokter, Anggota: dokter, dokter gigi, perawat, tenaga
kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya.
2) Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan
dan pelaporan internal tentang insiden
3) Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia
4) Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah
sakit dan menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien
rumah sakit.
5) Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis
berdasarkan hasil dari analisis akar masalah dan sebagai
tempat pelatihan standar-standar yang baru dikembangkan.
b. Di Provinsi/Kabupaten/Kota
1) Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit-
rumah sakit di wilayahnya
2) Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya
dukungan anggaran terkait dengan program keselamatan pasien
rumah sakit.
3) Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit
c. Di Pusat
1) Membentuk komite keselamatan pasien Rumah Sakit dibawah
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
2) Menyusun panduan nasional tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit
3) Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien
ke Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah dan
rumah sakit pendidikan dengan jejaring pendidikan.
4) Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatan
pasien.
2. Manajemen Patient Safety
Pelaksanaan Patient Safety ini dilakukan dengan system
Pencacatan dan Pelaporan serta Monitoring san Evaluasi
a. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pada Patient Safety
1) Di Rumah Sakit
a) Setiap unit kerja di rumah sakit mencatat semua kejadian
terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera,
Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) pada
formulir yang sudah disediakan oleh rumah sakit.
b) Setiap unit kerja di rumah sakit melaporkan semua kejadian
terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera,
Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) kepada Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada formulir yang sudah
disediakan oleh rumah sakit.
c) Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit menganalisis akar
penyebab masalah semua kejadian yang dilaporkan oleh unit
kerja
d) Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit merekomendasikan solusi
pemecahan dan mengirimkan hasil solusi pemecahan masalah
kepada Pimpinan rumah sakit.
e) Pimpinan rumah sakit melaporkan insiden dan hasil solusi
masalah ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
setiap terjadinya insiden dan setelah melakukan analisis
akar masalah yang bersifat rahasia.
2) Di Propinsi
Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah menerima produk-
produk dari Komite Keselamatan Rumah Sakit
3) Di Pusat
a) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
merekapitulasi laporan dari rumah sakit untuk menjaga
kerahasiaannya
b) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) melakukan
analisis yang telah dilakukan oleh rumah sakit
c) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) melakukan
analisis laporan insiden bekerjasama dengan rumah sakit
pendidikan dan rumah sakit yang ditunjuk sebagai
laboratorium uji coba keselamatan pasien rumah sakit
d) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) melakukan
sosialisasi hasil analisis dan solusi masalah ke Dinas
Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah, rumah sakit terkait
dan rumah sakit lainnya.
b. Monitoring dan Evaluasi
1. Di Rumah sakit
Pimpinan Rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi pada
unit-unit kerja di rumah sakit, terkait dengan pelaksanaan
keselamatan pasien di unit kerja.
2. Di propinsi
Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah melakukan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan Program Keselamatan
Pasien Rumah Sakit di wilayah kerjanya.
3. Di Pusat
a) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan monitoring
dan evaluasi pelaksanaan Keselamatan Pasien Rumah Sakit di
rumah sakit-rumah sakit
b) Monitoring dan evaluasi dilaksanakan minimal satu tahan
satu kali.
3. Program "Keselamatan Pasien Rumah Sakit" sebagai Langkah Strategis
Keselamatan Pasien Rumah Sakit- KPRS (patient safety) adalah suatu
sistem dimana RS membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ni termasuk:
asesment risiko, "Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, "Peloporan dan analisis insiden, "Kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta "implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Menurut Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit (Depkes R.I.
2006) terdapat tujuh langkah menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit:
a. Membangun Kesadaran Akan Nilai KP, menciptakan kepemimpinan &
budaya yang terbuka & adil
b. Memimpin dan Dukung Staf Anda, membangun komitmen & fokus yang
kuat & jelas tentang KP di RS Anda
c. Mengintegrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko, mengembangkan
sistem dan proses pengelolaan risiko, serta melakukan
identifikasi & asesmen hal yang potensial bermasalah
d. Mengembangkan Sistem Pelaporan, memastikan staf agar dengan
mudah dapat melaporkan kejadian / insiden, serta RS mengatur
pelaporan kepada KKP-RS
e. Melibatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien, mengembangkan cara-
cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
f. Melakukan Kegiatan Belajar & Berbagi Pengalaman Tentang KP,
mendorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk
belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul
g. Mencegah Cedera Melalui Implementasi Sistem KP, menggunakan
informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan
4. Indikator Patient Safety
Indikator patient safety merupakan ukuran yang digunakan untuk
mengetahui tingkat keselamatan pasien selama dirawat di rumah sakit.
Indikator ini dapat digunakan bersama dengan data pasien rawat inap yang
sudah diperbolehkan meninggalkan rumah sakit. Indikator patient safety
bermanfaat untuk menggambarkan besarnya masalah yang dialami pasien
selama dirawat di rumah sakit, khususnya yang berkaitan dengan berbagai
tindakan medik yang berpotensi menimbulkan risiko di sisi pasien. Dengan
mendasarkan pada IPS ini maka rumah sakit dapat menetapkan upaya-upaya
yang dapat mencegah timbulnya outcome klinik yang tidak diharapkan pada
pasien. (Dwiprahasto, 2008).
Secara umum IPS terdiri atas 2 jenis, yaitu IPS tingkat rumah sakit
dan IPS tingkat area pelayanan.
a. Indikator tingkat rumah sakit (hospital level indicator)
digunakan untuk mengukur potensi komplikasi yang sebenarnya
dapat dicegah saat pasien mendapatkan berbagai tindakan medik di
rumah sakit. Indikator ini hanya mencakup kasus-kasus yang
merupakan diagnosis sekunder akibat terjadinya risiko pasca
tindakan medik.
b. Indikator tingkat area mencakup semua risiko komplikasi akibat
tindakan medik yang didokumentasikan di tingkat pelayanan
setempat (kabupaten/kota). Indikator ini mencakup diagnosis
utama maupun diagnosis sekunder untuk komplikasi akibat tindakan
medik.
1. Tujuan penggunaan Indikator Patient Safety
Indikator patient safety (IPS) bermanfaat untuk mengidentifikasi area-
area pelayanan yang memerlukan pengamatan dan perbaikan lebih lanjut,
seperti misalnya untuk menunjukkan:
a. adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu.
b. bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi standar
klinik atau terapi sebagaimana yang diharapkan
c. tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi pelayanan
d. disparitas geografi antar unit-unit pelayanan kesehatan
(pemerintah vs swasta atau urban vs rural) (Dwiprahasto, 2008).
Selain penjelasan di atas metode tim perlu menjadi strategi dalam
penanganan patient safety karena metode tim merupakan metode pemberian
asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat profesional memimpin sekelompok
tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok
pasien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Sitorus, 2006). Pada
metode ini juga memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
Adanya pemberian asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
(Nursalam, 2002). Jadi dengan pemberian asuhan keperawatan yang
menyeluruh kepada pasien diharapkan keselamatan pasien dapat
diperhatikan, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan.
5. Pengembangan Budaya Patient Safety
Menurut Hasting G, 2006, ada delapan langkah yang bisa dilakukan untuk
mengembangkan budaya Patient safety ini:
a. Put the focus back on safety
Setiap staf yang bekerja di RS pasti ingin memberikan yang
terbaik dan teraman untuk pasien. Tetapi supaya keselamatan pasien
ini bisa dikembangkan dan semua staf merasa mendapatkan
dukungan, patient safety ini harus menjadi prioritas strategis dari
rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya. Empat CEO RS
yang terlibat dalamsafer patient initiatives di Inggris mengatakan
bahwa tanggung jawab untuk keselamatan pasien tidak bisa
didelegasikan dan mereka memegang peran kunci dalam membangun dan
mempertahankan fokus patient safety di dalam RS.
b. Think small and make the right thing easy to do
Memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien mungkin
membutuhkan langkah-langkah yang agak kompleks. Tetapi dengan
memecah kompleksitas ini dan membuat langkah-langkah yang lebih
mudah mungkin akan memberikan peningkatan yang lebih nyata.
c. Encourage open reporting
Belajar dari pengalaman, meskipun itu sesuatu yang salah adalah
pengalaman yang berharga. Koordinator patient safety dan manajer RS
harus membuat budaya yang mendorong pelaporan. Mencatat tindakan-
tindakan yang membahayakan pasien sama pentingnya dengan mencatat
tindakan-tindakan yang menyelamatkan pasien. Diskusi terbuka
mengenai insiden-insiden yang terjadi bisa menjadi pembelajaran
bagi semua staf.
d. Make data capture a priority
Dibutuhkan sistem pencatatan data yang lebih baik untuk
mempelajari dan mengikuti perkembangan kualitas dari waktu ke
waktu. Misalnya saja data mortalitas. Dengan perubahan data
mortalitas dari tahun ke tahun, klinisi dan manajer bisa melihat
bagaimana manfaat dari penerapan patient safety.
e. Use systems-wide approaches
Keselamatan pasien tidak bisa menjadi tanggung jawab individual.
Pengembangan hanya bisa terjadi jika ada sistem pendukung yang
adekuat. Staf juga harus dilatih dan didorong untuk melakukan
peningkatan kualitas pelayanan dan keselamatan terhadap pasien.
Tetapi jika pendekatan patient safety tidak diintegrasikan secara
utuh kedalam sistem yang berlaku di RS, maka peningkatan yang
terjadi hanya akan bersifat sementara.
f. Build implementation knowledge
Staf juga membutuhkan motivasi dan dukungan untuk mengembangkan
metodologi, sistem berfikir, dan implementasi program. Pemimpin
sebagai pengarah jalannya program disini memegang peranan kunci. Di
Inggris, pengembangan mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan
pasien sudah dimasukkan ke dalam kurikulum kedokteran dan
keperawatan, sehingga diharapkan sesudah lulus kedua hal ini sudah
menjadi bagian dalam budaya kerja.
g. Involve patients in safety efforts
Keterlibatan pasien dalam pengembangan patient safety terbukti
dapat memberikan pengaruh yang positif. Perannya saat ini mungkin
masih kecil, tetapi akan terus berkembang. Dimasukkannya perwakilan
masyarakat umum dalam komite keselamatan pasien adalah salah satu
bentuk kontribusi aktif dari masyarakat (pasien). Secara sederhana
pasien bisa diarahkan untuk menjawab ketiga pertanyaan berikut: apa
masalahnya? Apa yang bisa kubantu? Apa yang tidak boleh kukerjakan?
h. Develop top-class patient safety leaders
Prioritisasi keselamatan pasien, pembangunan sistem untuk
pengumpulan data-data berkualitas tinggi, mendorong budaya tidak
saling menyalahkan, memotivasi staf, dan melibatkan pasien dalam
lingkungan kerja bukanlah sesuatu hal yang bisa tercapai dalam
semalam. Diperlukan kepemimpinan yang kuat, tim yang kompak, serta
dedikasi dan komitmen yang tinggi untuk tercapainya tujuan
pengembangan budaya patient safety. Seringkali RS harus bekerja
dengan konsultan leadership untuk mengembangkan kerjasama tim dan
keterampilan komunikasi staf. Dengan kepemimpinan yang baik, masing-
masing anggota tim dengan berbagai peran yang berbeda bisa saling
melengkapi dengan anggota tim lainnya melalui kolaborasi yang erat.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya
cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu: keselamatan
pasien; keselamatan pekerja (nakes); keselamatan fasilitas (bangunan,
peralatan); keselamatan lingkungan; keselamatan bisnis.
Elemen Patient Safety yaitu: Adverse drug events(ADE)/ medication
errors (ME) (ketidakcocokan obat/kesalahan pengobatan), Restraint use
(kendali penggunaan), Nosocomial infections (infeksi nosokomial),
Surgical mishaps (kecelakaan operasi), Pressure ulcers (tekanan ulkus),
Blood product safety/administration (keamanan produk
darah/administrasi), Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba),
Immunization program (program imunisasi), Falls (terjatuh), Blood
stream – vascular catheter care (aliran darah – perawatan kateter
pembuluh darah), Systematic review, follow-up, and reporting of
patient/visitor incident reports (tinjauan sistematis, tindakan
lanjutan, dan pelaporan pasien/pengunjung laporan kejadian).
2. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya dapat
memahami tentang keselamatan pasien di lingkungan pelayanan Poli
Klinik. Diharapkan dalam proses asuhan medis ini tidak ada yang
mengakibatkan cedera pada pasien, berupa Near Miss atau Adverse Event
(Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
DAFTAR PUSTAKA
Komalawati, Veronica. (2010) Community&Patient Safety Dalam Perspektif
Hukum Kesehatan.
Lestari, Trisasi. Knteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan
Langkah Untuk Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol
II/Nomor.04/2006 Hal.1-3
Pabuti, Aumas. (2011) Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah
Sakit. Proceedings of expert lecture of medical student of Block
21st of Andalas University, Indonesia
Panduang Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). 2005
Yahya, Adib A. (2006) Konsep dan Program "Patient Safety". Proceedings
of National Convention VI of The Hospital Quality Hotel Permata
Bidakara, Bandung 14-15 November 2006.
Nursalam (2002). Manajemen Keperawatan. Penerapan dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam (2007). Manajemen Keperawatan. Edisi 2. Penerapan dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Vestal, K.W. (1995). Nursing Management: Concepts and Issues. Lippincott.
Philadelphia.
LAMPIRAN
Kepala Ruangan Rawat Jalan
Euis Rohani, S.Kep.Ners,
-----------------------
ii
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
'()QR^gvwyz~éÑéº "p"]pN"5"0jhD'Íh¿eóCJOJQJUaJmHnHuh"Hxh¿eóCJOJQJa
J$hD'Íh¿eóCJOJQJaJmH!sH!h"HxCJOJQJaJhD'Íh¿eóCJOJQJaJ(hD'Íh¿eóCJOJPJQJaJnH!tH
!3hD'Íh¿eó5?CJOJPJQJaJmH!nH!sH!tH!-hÌ\5?CJOJPJQJaJmH!nH!sH!tH!.hD
25
26
27
28
29
1