Makna Beberapa Bentuk Kata Kerja dalam Bahasa Arab Mochamad Nur Qomarudin 1 Surabaya, 2 Mei 2013
Dengan Nama Alloh Sang Maha Pengasih Sang Maha Penyayang
Pengantar 2007, sewaktu belajar ilmu nahwu dan shorof di sebuah pesantren, saya dibimbing u ntuk menghafal tashrif dari beberapa wazan fi’il. Terlintas pertanyaan: apa beda? apa makna? dari masing-masing wazan tersebut, lalu saya diminta bersabar. Karena suatu hal, saya berhenti dari pesantren sebelum pertanyaan terjawab. Kini, sewaktu membaca mushaf alQuran, terasa perlu bagiku mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut. Maka saya cari tahu di Google. Alhamdulillah, saya temukan tiga laman internet. Semoga Alloh merahmati dan memberkahi penulisnya. Lalu saya cocokkan dengan kitab Amtsilat At-Tashrifiyyah dan saya buat tulisan ini. Saya tambahkan pula wazan-wazan lain dari karya M. Quraisy Sihab. Tulisan ini bukan hasil pemikiran saya, melainkan dari pustaka di bawah lalu saya himpun dan gabungkan, tambahkan harokat, ubah-sesuaikan beberapa kalimat, rapikan format dan tata letak untuk versi cetak, cetak , dengan harapan dapat memudahkan orang ‘pemula’ seperti saya untuk memahami makna bentuk-bentuk kata kerja dalam bahasa Arab. Ilmu dan pengetahuan saya sangat terbatas, kritik dan koreksi dari Pembaca sangat saya nantikan. Aku berlindung kepada Alloh dari niat yang sesat dan tidak ikhlas.
Daftar Istilah Fi’il , artinya kata kerja Fa’il, artinya pelaku pekerjaan atau Subjek (dalam bahasa Indonesia) Maf’ul, artinya yang dikenai pekerjaan atau Objek (dalam bahasa Indonesia) Fi’il Tsulasi Mujarrod, artinya fi’il yang terbentuk dari tiga huruf saja (tanpa tasydid)
Mashdar, artinya asal kata. Mashdar berwujud kata benda. Contoh: berasal dari mashdar
1
yang artinya pekerjaan
Email:
[email protected]
artinya bekerja,
Wazan, artinya ‘timbangan’ makna kata, atau bentuk tulisan sebuah kata yang memiliki
maka artinya makna tertentu. Contoh: artinya mulia, jika ditulis dengan wazan memuliakan Muthowa’ah, artinya hasil/ bekas/ kesan/ akibat dari suatu pekerjaan Subjek, artinya pelaku pekerjaan Objek, artinya yang dikenai pekerjaan
Prasyarat Sebelum mempelajari materi ini, pembaca perlu memiliki pemahaman dasar tentang: # Pengertian beberapa istilah dasar dalam bahasa Arab, seperti Isim, Fi’il, dan semisalnya # Struktur kalimat dalam bahasa Arab # Pengertian tentang shorof # Bekal hafalan tentang Tashrif
Fa’_’ala Bentuk kata kerja (fi’il) ini memiliki lima kemungkinan makna: 1.
Ta’diyyah, Mengubah fi’il Lazim menjadi fi’il Muta’addi
Fi’il Lazim adalah kata kerja yang tidak memerlukan objek (kata kerja transitif), fi’il Muta’addi (kata kerja intransitif) adalah kata kerja yang memerlukan objek. Makna ini hanya berlaku untuk fi’il Lazim. Contoh I: Kalimat
Arti
Senang
Membuat senang (menghibur/menyenangkan)
Zaid menghibur ‘Amr
Contoh II: Kalimat
Arti
Mulia
Membuat mulia (memuliakan)
2.
Amr memuliakan Zaid
Taktsir, Menunjukkan arti banyak atau membuat objek menjadi banyak
Contoh: Kalimat
Arti
Memotong
3.
Menjadikan beberapa potong
Zain menjadikan tali itu beberapa potong
Menghubungkan atau mengaitkan objek dengan Mashdar (bentuk asal kata)
Contoh: Kalimat
Arti
Kalimat
Arti
Kekafiran
Menghubungkan objek dengan kekafiran
Penjelasan:
Zaid menghubungkan Amr dengan kekafiran
‘Kufron’ adalah Mashdar.
4. Menghilangkan Mashdar fi’il dari objek Contoh: Kalimat
Arti
Kulit
Menghilangkan kulit
Penjelasan: 5.
Zaid menghilangkan kulit dari delima
‘Qisyron’ adalah Mashdar.
Membuat kata kerja dari kata benda
Contoh: Kalimat
Penjelasan:
Arti
Tenda Mendirikan tenda Mereka mendirikan tenda
‘Khiyaamun’ adalah kata benda
Faa’ala
Bentuk kata kerja ini memiliki empat kemungkinan makna: 1.
Musyarokah, Menunjukkan makna Saling
Contoh: Kalimat
Arti
Kalimat
Arti
Memukul
Saling memukul
Zaid dan Amr saling memukul
2. Taktsir, menunjukkan arti banyak, semakna dengan wazan Fa’ala Contoh: Kalimat
Arti
=
3. Ta’diyyah, mengubah fiil Lazim menjadi fiil Muta’addi, semakna dengan wazan Af’ala Contoh: Kalimat
Arti
=
4. Semakna dengan wazan
(Tsulasi Mujarrod)
Contoh: Kalimat
Arti
Memberkahi
Memberkahi
=
Alloh memberkahi
Af’ala Bentuk kata kerja ini memiliki empat kemungkinan makna: 1.
, Ta’diyyah, sebagai alat untuk me-muta’addi-kan fi’il tsulatsi mujarrod, atau
mengubah fi’il Tsulatsi Mujarrod menjadi fi’il yang membutuhkan objek (maf’ul) Contoh:
Artinya: Aku memuliakan kepada rosul 2.
, menunjukkan makna ‘masuk pada sesuatu’
Contoh:
Artinya: Pengembara itu telah masuk pada waktu sore (Seorang pengembara mengalami waktu sore) 3. Menunjukkan makna ‘nampaknya sesuatu’
Contoh:
Artinya: Pohon itu telah nampak buahnya (Pohon telah berbuah) 4. Contoh:
, menunjukkan makna ‘sangat’
Artinya: Aku betul-betul (sangat) tersibukkan oleh sesuatu 5. Terkena akan sifat (tersifati) Contoh:
Artinya: Aku menyifati-Nya dengan keagungan, pujian dan kebesaran 6. Contoh:
, menyimpan arti ‘menjadi’
Artinya: Suatu negeri (menjadi) pailit/ fakir 7.
, menyimpan makna ‘menyodorkan atau menawarkan’
Contoh:
Artinya: Seorang hamba (menawarkan) diri untuk dibeli 8.
, menyimpan makna ‘hilang atau tercabut’
Contoh:
Artinya: Orang sakit itu telah hilang/ tercabut kesembuhannya 9.
Contoh:
, menyimpan makna ‘telah tiba pada suatu waktu’
Artinya: Seorang petani (telah tiba pada waktu) panen 10. Menunjukkan makna ‘tempat’ Contoh I:
Artinya: Zaid berada di Hijaz Contoh II:
Artinya: Umar berada di Iraq
Tafa’_‘ala Bentuk kata kerja ini memiliki 7 (tujuh) kemungkinan makna: 1.
Contoh:
Muthowa’ah dari fi’il wazan Fa’_‘ala yang
,
bermakna taktsir (banyak)
Artinya: Saya memecah-mecah kaca, maka jadi pecah-pecahlah kaca itu 2. Takalluf, maksudnya subjek (pelaku) berusaha untuk menampakkan sesuatu dari dalam dirinya Contoh:
Artinya: Zaid menampakkan keberaniannya atau Zaid memberanikan diri
3. Fa’il mengambil asal fi’il (mashdar) dari maf’ul (objek) Contoh:
Artinya: Saya mengambil anak (mengadopsi) Yusuf 4. Menunjukan makna menghindari suatu pekerjaan Contoh:
Artinya: Zaid menghindari perbuatan tercela 5. Menunjukkan makna ‘(berubah) menjadi’ Contoh:
Artinya: Perempuan itu menjadi janda 6. Menunjukkan hasil suatu pekerjaan secara berangsur-angsur Contoh:
Artinya: Zaid faham sedikit demi sedikit 7. Menuntut atau meminta sutau hasil pekerjaan Contoh:
Artinya: Zaid meminta penjelasan terhadap ‘Amr
Tafaa’ala Bentuk kata kerja ini memiliki 4 (empat) kemungkinan makna: 1. Menunjukkan arti ‘saling’ (masing-masing fa’il bisa jadi maf’ul) Contoh:
Artinya: Zaid dan ‘Amr saling memukul 2. Menunjukkan arti ‘pura-pura’ Contoh:
Artinya: Zaid berpura-pura sakit
3. Terjadinya pekerjaan secara bertahap
Contoh:
Artinya: Kaum itu datang secara berangsur-angsur 4. Menjadi Muthaw’ahnya wazan Faa’ala Contoh:
,
Artinya: Saya menjauhkannya, maka jadilah dia jauh
If’alla
Bentuk kata kerja ini memiliki 2 (dua) kemungkinan makna: 1. Masuknya fa’il (subjek) pada suatu sifat
Contoh:
Artinya: Buah kurma itu memerah 2. Penekanan terhadap sifat yang dimiliki fa’il (subjek)
Contoh:
Artinya: Malam ini sangat pekat
Istaf’ala
Bentuk kata kerja ini memiliki 6 (enam) kemungkinan makna: 1. Fa’il (Subjek) meminta maf’ul (objek) melakukan suatu pekerjaan.
Contoh:
Artinya: Saya meminta Alloh mengampuni saya (Saya memohon ampun kepada Alloh) 2. Menemukan suatu sifat yang dimiliki oleh maf’ul Contoh:
Artinya: Saya menemukan keagungan dari diri Muhammad 3. Perubahan keadaan fa’il kepada asal fi’il
Contoh:
Artinya: Tanah ini membatu 4. Takalluf, maksudnya pelaku berusaha lebih untuk menampakkan sesuatu dari dalam dirinya Contoh:
Artinya: Muhammad memberanikan diri 5. Semakna dengan wazan
Mujarrod
Contoh: Artinya: Tetap (Semakna dengan
)
6. Menjadi muthow’ah-nya wazan dan Contoh:
,
Artinya: Saya telah mengukuhkannya, maka jadilah ia kukuh
Ifta'ala 1. Contoh:
Artinya: Aku kumpulkan unta itu, maka unta itu menjadi berkumpul 2. Contoh:
(Membuat)
Artinya: Zaid membuat roti 3. Contoh:
(Menambah arti mubalaghoh)
Artinya: Zaid berkerja keras (susah payah)
4. "
"
Contoh:
Artinya: Zaid menarik
"
5.
(bermakna ‘saling’ melakukan pekerjaan)
"
Contoh:
Artinya: Zaid dan Amar (saling) bertengkar 6.
Contoh:
Artinya: Zaid meminta Amar agar bekerja keras # Dari beberapa faidah wazan
yang sering dijumpai dan sering dipakai adalah
faidah
Infa’ala
1. " " Contoh:
Artinya: Aku pecahkan kaca itu, maka kaca itu menjadi pecah 2.
" "
Contoh:
Artinya: Dia mengusirnya, maka terusirlah dia
1.
If'alla
(Menunjukkan masuknya fa’il pada suatu sifat)
Contoh:
Artinya: Buah kurma itu telah merah 2.
(Melebihkan pada sifat)
Contoh:
“Malam itu sangat gelap”
3.
Contoh:
Artinya: Zaid menjadi buta sebelah matanya. # Dari beberapa faidah wazan
yang sering dijumpai dan sering dipakai adalah faidah
dan
If’au’ala
1.
Contoh:
Artinya: Zaid sangat bungkuk
" "
2.
Contoh:
Artinya: Kurma itu manis
1.
If’aalla
(Memaksimalkan makna masuk pada sifat)
Contoh:
Artinya: Pisang itu sangat kuning
1.
If’auwala
(Memaksimalkan makna lazim)
Contoh:
Artinya: Unta itu berjalan sangat cepat
Tafa’lala "
1. "
Contoh:
Artinya: Aku mengglincirkan batu itu, maka tergelincirlah batu itu 2. Contoh:
Artinya: Kaca itu berkilauan 3. a. Contoh:
Artinya: Aku memakaikan jubah pada Zaid, maka ia menjadi berjubah b. Contoh:
(Menyerupakan pada asal fi’il)
Artinya: Amar berbuat seperti perbuatan syeitan
1.
If’anlala
" "
Contoh:
Artinya: Aku kumpulkan unta-unta itu, maka menjadi berkumpul unta-unta itu 2. a. Contoh:
Artinya: Orang laki-laki itu sangat menonjol keluar dadanya
1.
If’alalla
Contoh:
Artinya: Kulit itu sangat kusut
Wazan-Wazan Lain
(Fu’la) adalah bentuk muanats (feminin) dari wazan yang bermakna superlatif (tingkat perbandingan tertinggi) Contoh:
artinya Terbaik
adalah bentuk muanats dari
(Fa’lan) memiliki makna ‘kesempurnaan atau kesementaraan’
Contoh:
artinya sempurna Pemurahnya (Fa’iilun) memiliki makna ‘kesinambungan atau kemantapan’ Contoh:
artinya Kasih sayang yang berkelanjutan dan mantap
Fu’ailun )
(
Didapat dari pengajian riyadus sholihin masjid manarul ilmi surabaya, kamis 28 no p 2013, oleh ustadz misbahul munir Wazan fu’ailun (
) adalah wazan untuk isim yang memberi faidah / makna (
“mengecilkan”. Contoh 1
Artinya: orang yang bermanfaat
Artinya: orang yang sedikit manfaatnya Contoh 2
Artinya: seorang budak / hamba
Artinya: seorang hamba yang kecil Contoh 3
)
Artinya: kemerah-merahan
Artinya: sedikit kemerah-merahan
Contoh Kasus: Gugatan terhadap Sholawat Nariyah Bacaan shalawat Nariyah itu:
Artinya: Ya Allah berikan rahmat yang langgeng dan kesejahteraan yang sempurna kepada sayyidina Muhammad yang dengannya segala ikatan lepas dan segala kesedihan akan lenyap karenanya, dan dengan Nabi Muhammad segala cita – cita tercapai, segala kebutuhan akan diraih dan awan menurunkan hujan dengan nya sejumlah tiap kedip atau nafas dan sebanyak seluruh apa yang Engkau ketahui Pihak Penggugat: Uraian ini saya ringkas dari (1). Sebagian kaum muslimin menggugat sholawat ini mengandung makna kesyirikan (men-dua-kan Alloh dengan Nabi Muhammad), berikut penjelasannya: “... yang dengannya segala ikatan lepas, segala kesedihan akan lenyap karenanya ” Kata ganti ‘nya’ di kalimat ini mewakili Nabi Muhammad, sehingga diartikan bahwa segala kesulitan akan terselesaikan dengan Nabi Muhammad bukan dengan Allah. Ringkasnya, sholawat ini dianggap mengandung permohonan kepada Nabi, bukan kepada Alloh. Pihak Pembela: Uraian ini saya salin dari (2). #
= yang
Penjelasan:
#
disini adalah Isim maushul tunggal laki2 yg menjadi na’at/shifat dari
= dengannya akan terlepas-lah beberapa ikatan (kesusahan2)
Penjelasan:
adalah fiil mudlori’ dari madli
berfaidah menjadi Muthowaahnya
yang mengikuti
yang
dan menjadi shilahnya isim maushul
yang
artinya adalah akan terlepas. Muthowa'ah adalah hasilnya bekas/kesan/akibat tatkala fi'il muta'adi berhubungan dengan maf'ulnya. Contoh Muthowa’ah:
Artinya: Allah telah melepas beberapa ikatan (kesusahan), maka beberapa ikatan tersebut (kesusahan) terlepas. (atau terlepaslah beberapa ikatan tersebut) Jadi terlepasnya beberapa ikatan (kesusahan) akibat dari Allah telah melepasnya. Begitu
juga pada kalimat
menjadi jelas bahwa yg melepas adalah Allah karena faidah
kalimat tsb adalah hasilnya bekas/kesan/akibat.
#
= dan dengannya akan terbuka-lah beberapa kesulitan
Penjelasan:
adalah fi’il mudlori’ mabni ma’lum ( kalimat aktif) dari madli
mengikuti
yang berfaidah menjadi Muthowaahnya
maushul
dengan menggunakan huruf athof wawu yang artinya adalah akan terbuka.
Penjelasannya sama dgn #
dan menjadi shilahnya isim
dan tidak perlu di ulang.
= dan dengannya akan dipenuhi/ditunaikan beberapa kebutuhan
Penjelasan:
adalah fi’il mudlori’ mabni majhul (kalimat pasif) dari madli
menjadi shilahnya isim maushul
dengan menggunakan huruf athof wawu.
dan
adalah naibul fa’ilnya. Fi’il Mabni Majhul adalah Fi’il yg tidak menyebutkan fa’ilnya (subyek) karena sudah diketahui atau disamarkan. Dan yang mengganti posisi fa’il dinamakan naibul fa’il. Naibul Fa’il adalah Isim yg dirofa’kan baik secara lafadh atau mahal, menggantikan dan menempati tempatnya Fa’il yg tidak disebutkan. Contoh:
Artinya: Allah akan memenuhi beberapa kebutuhan
Karena yg memenuhi kebutuhan hanyalah Allah (sudah diketahui), maka fa’ilnya tdk disebutkan dan fi’ilnya dijadikan mabni majhul, menjadi
#
Artinya: dan akan diperoleh beberapa keinginan dan kematian yang baik (husnul khotimah) dan awan menurunkan hujan (kesedihan menjadi kebahagiaan) dengan wajahnya yang mulia Penjelasan: Semua fi’il2-nya berbentuk Majhul (tidak menyebutkan fa’il) karena sdh diketahui fa’ilnya yakni Alloh. Penjelasannya sama seperti sebelumnya. #
= dengannya/ sebab beliau
Penjelasan: ba’ adalah Huruf jar yang mempunyai arti sababiyyah (sebab) dan berta’alluq (terhubung) pada fi’il. Jadi nabi dijadikan sebab (wasilah/perantara) atas terlepasnya beberapa ikatan (kesusahan2) dan terbukanya beberapa kesulitan, dst. Hikmah: Layakkah gugatan ‘syirik’ itu disebarluaskan? Silakan pembaca menilai sendiri dengan hati dan fikiran yang jernih dari godaan nafsu dan setan.
Pustaka Semoga Alloh merahmati dan memberkahi penulis-penulis dari karya berikut: 1. Shalawat Nariyah yang syirik. myquran. [Online] October 25, 2012. [Cited: July 11, 2013.] http://myquran.org/forum/index.php?topic=83056.0. 2. Wahabi Bilang Redaksi Shalawat Nariyah Mengandung Kemusyrikan, Benarkah ? Dayah Salafiyah Al-Qurani Aswaja. [Online] January 2013. [Cited: July 11, 2013.] http://dayahalqurani.blogspot.com/2013/01/wahabi-bilang-redaksi-shalawatnariyah.html#axzz2YkeUncxJ. 3. Ma'shum, Muchammad. Al-Amtsilat At-Tashrifiyyah. Jombang : s.n., 1965. 4. Shihab, M. Quraisy. Asma'ul Husna. 5. Pesantren Darul Hidayah. Makna-Makna Wazan. Pesantren Darul Hidayah. [Online] Mei 5, 2010. [Cited: Juni 12, 2013.] http://darulhidayahku.blogspot.com/2010/05/makna-maknawazan.html. 6. Faidah Penambahan Huruf pada Wazan-Wazan Bahasa Arab. Obat Pintar. [Online] June 6, 2013. [Cited: July 5, 2013.] http://m4n4n4.blogspot.com/2013_06_06_archive.html.
7. Makna Wazan Fi'il Jamid dan Mutasharrif. Kajian Ilmu. [Online] February 2011. [Cited: Juni 12, 2013.] http://aam-ezaam.blogspot.com/2011/02/makna-wazan-fiil-jamid-danmutasharrif.html. 8. Pesantren Darul Hidayah. Makna-Makna Wazan. [Online] Mei 5, 2010. [Cited: J uni 12, 2013.] http://darulhidayahku.blogspot.com/2010/05/makna-makna-wazan.html. Pustaaka Sertaan: Al-Ghalayiny, Musthafa, Jami’u Ad-Durusu Al-Arabiyyah, Kairo: Dar El-Hadith, 2005. Hakim, Taufiqul, Shorfiyyah Metode Praktis Memahami Shorof dan I’lal, Cet 2, Jepara: AlFalah Offset, 2004. Isma’il, Muhammad Bakar, Qowa’idu As-Shorfi Bi Ushlubi Al-Ashri, Kairo: Dar Al-Manar, 2000. Kholiq, Abdul, Al-Amtsilah At-Tashrifiyyah dan Keterangan berikut I’lalnya, Kediri: Ponpes Daarus Salaam, TT. Ma’shum, Muhammad, Al-Masarrah Al-Imdadiyyah Fi Syarhi Wa Bayani Al-Amtsilah AtTashrifiyyah, Kediri: Dar Al-Amin, TT. Mubtadi’in, Madrasah Hidayatul, Taqrirat Mandhumati Al-Qawa’idi As-Sharfiyyah, Kediri: Madrasah Hidayatul Mubtadi’in, 2009. Muhammad, Sayyid, Talkhishu Al-Asaasi, Semarang: Toha Putra, TT.