MEASUREMENT THEORY
Penyusun : Farisan Wanaputra Miranti Novita Wardhani Rayhan Sayyid al-Ayyubi
PROGRAM S1 EKSTENSI BIDANG STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA STATEMENT OF AUTHORSHIP “ Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir merupakan murni hasil dari pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini belum/tidak pernah dasajikan/digunakan sebagai bahan makalah/tugas mataajaran lain kecuali makalah/tugas ini saya kumpulkan dapat diperbanyak dan dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagarisme.” Nama
: Farisan Wanaputra
NPM
: 1406645304
Tanda Tangan :
Nama
: Miranti
NPM
: 1406645701
Tanda Tangan :
Nama
: Novita Wardhani
NPM
: 1406645872
Tanda Tangan :
Nama
: Rayhan Sayyid al-Ayyubi
NPM
: 1406645986
Tanda Tangan :
Mata Ajaran
: Teori Akuntansi Keuangan
Judul Makalah/Tugas
: Measurement Theory
Tanggal
: 21 September 2015
Dosen
: Desi Adhariani S.E., Ak., M.Si.
PENDAHULUAN
Pengukuran merupakan bagian yang mampu memberi dampak yang signifikan dalam metode ilmiah. Seperti halnya dalam akuntansi dan instansi2
instansi lain, pengukuran dibuat karena mengingat data kuantitatif dapat memiliki nilai informasi yang lebih besar dibandingkan data kualitatif. Karena pengukuran komponen-komponen akuntansi juga dilaporkan dalam laporan keuangan (contoh: aset dan kewajiban) oleh karena itu pengukuran memiliki fungsi yang penting dalam akuntansi, sangat bermanfaat bagi kita untuk mempelajari teori-teori pengukuran dan asumsi-asumsi dasar mengenai pengukuran dalam akuntansi. Untuk lebih memperdalam pemahaman kita mengenai pengukuran, mengingat betapa pentingnya proses tersebut terutama dalam akuntansi, maka selanjutnya kita akan membahas mengenai definisi dan tujuan pengukuran, jenis skala, perizinan penggunaan skala, tipe-tipe pengukuran, bagaimana memperoleh pengukuran yang handal dan akurat, dan juga sebagai tambahan akan dijelasakan mengenai pengukuran dalam dunia auditor.
Learning Objective 1 Pentingnya Pengukuran Pengukuran merupakan bagian yang sangat penting dalam proses penyelidikan yang bersifat ilmiah. Pengukuran dibuat karena data kuantitatif 3 | Measurement Theory
justru malah memberikan informasi yang lebih akurat dan terpercaya dibandingkan dengan data kualitatif. Pengukuran terhadap komponen laporan keuangan seperti aset, liabilitas, laba, rugi dan lainnya berguna dalam menilai kualitas laporan keuangan. Pentingnya Pengukuran Campbell menyatakan bahwa pengukuran merupakan pekerjaan bersifat numerik yang bukan berasal dari komponen yang bersifat numerik, dalam keutamaan hukum yang mengatur sifat tersebut. Steven, seorang teoris menyatakan bahwa pengukuran adalah pengerjaan bersifat numerik terhadap suatu objek atau kejadian sesuai dengan peraturan yang berlaku. Campbell memisahkan antara sistem dan sifat dari sistem tersebut. ‘Sistem’ yang dimaksud oleh Campbell merupakan ‘objek atau kejadian’ yang dimaksud oleh Steven. Hal ini berarti sistem merupakan objek atau benda yang dapat diartikan sebagai rumah, meja, orang dan lainnya. Sifat merupakan aspek dari suatu benda, seperti panjang, lebar, berat, warna dan lainnya. Sebagai manusia kita selalu mengukur sifat dari sistemnya, bukan bentuk sistem tersebut. Oleh karena itu, definisi dari Campbell lebih akurat dibandingkan Steven. Campbell menyatakan bahwa dibutuhkan komponen numerik untuk mengukur suatu sifat berdasarkan hukum yang mengatur hal tersebut, sedangkan Steven menyatakan pekerjaan hanya membutuhkan ‘sesuai hukum yang berlaku’. Sterling tidak setuju dengan teori Stevens tersebut dengan menyatakan bahwa ‘Peraturan yang berlaku dibutuhkan suatu batasan-batasan’. Semua pekerjaan yang bersifat numerik merupakan pengukuran. Teori semantik dirancang dan digunakan sebagai sistem numerik untuk mengukur suatu objek. Ketika peraturan semantik menyatakan adanya angka dalam suatu objek atau kejadian yang berhubungan dengan hal yang bersifat matematis, maka objek atau kejadian tersebut dapat diukur sifatnya. Steven menyatakan bahwa: Ketika korespondensi antara model umum dan bagian empiris tersebut sangat dekat, maka kita dapat menemukan kebenarannya dengan memeriksa model umum tersebut. 4 | Measurement Theory
Dari pernyataan diatas dapat dikemukakan bahwa pengukuran sama dengan pendekatan teori perhitungan dan percobaan. Sebuah pernyataan bersifat matematis yang lebih mendalam. Ketika terdapat adanya korelasi antara pernyataan yang bersifat matematis terhadap suatu objek atau kejadian, maka pengukuran terhadap suatu objek telah dilakukan. Dalam akuntansi, kita mengukur profit dengan menentukan nilai suatu modal kemudian menghitung keuntungan sebagai perubahan suatu modal setiap periodenya setelah kejadian akuntansi telah lewat.
Learning Objective 2 Skala Pengukuran dibuat berdasarkan pada skalanya. Dalam peraturan semantik suatu objek yang dikorelasikan dengan hal yang bersifat matematis akan memunculkan suatu skala. 5 | Measurement Theory
Skala menunjukkan informasi mengenai angka dan memberikan makna/maksud tentang angka tersebut. Model/tipe skala dapat digunakan sesuai dengan peraturan semantik yang digunakan. Menurut Steven, skala dapat digambarkan sebagai suatu nominal, urutan, interval atau rasio. Pengukuran tersebut muncul dengan cara memeriksa struktur matematis yang digunakan. Skala Nominal Dalam skala nominal, angka hanya digunakan sebagai teks/penanda/nama. Sebagai contoh adalah angka/nomor punggung pemain sepakbola yang tidak ada makna suatu ukuran. Dalam skala nominal, angka tidak dapat dijadikan suatu patokan ukuran. Menurut Torgensen, pengukuran berkaitan terhadap sifat suatu objek, sedangkan skala nominal menjadikan angka sebagai suatu penanda dalam objek. Tujuannya hanya sebagai identifikasi terhadap suatu objek agar dapat dibedakan. Dalam akuntansi, skala nominal adalah klasifikasi terhadap suatu aset atau liabilitas yang dibedakan menjadi beberapa bagian. Skala Urutan Skala urutan muncul ketika suatu objek diperingkatkan/diurutkan sesuai dengan sifat/kategori yang diberikan. Misalkan investor memiliki 3 (tiga) investasi, dan investasi tersebut diurutkan menjadi 1, 2, dan 3 berdasarkan pada NPV. NPV tertinggi berada di urutan 1 dan NPV terendah berada diurutan 3. Urutan tersebut menunjukkan adanya perbedaan angka, yang berarti jumlah nilai investasi dari yang besar menuju yang kecil. Angka dari urutan tersebut menunjukkan urutan dari besarnya NPV dari ketiga investasi tersebut, sehingga dapat diukur berdasarkan profitability-nya. Kelemahan dari skala urutan tersebut adalah tidak menjelaskan secara penuh adanya perbedaan signifikan terhadap sifat yang ditunjukkan. Seperti pada kasus investasi diatas, NPV dari investasi 1 hanya sedikit lebih bayak dari investasi 2, dan nilai investasi 3 hanya sedikit berbeda dengan investasi 2. Kelemahan lain yaitu skala urutan tidak dapat menandakan seberapa banyak sifat 6 | Measurement Theory
yang dimiliki suatu objek. Namun, skala urutan memiliki zero point, sebagai penanda bahwa terdapat objek yang bersifat ‘netral’, artinya memiliki makna bahwa investasi diatas dapat menjadi lebih profitable disatu sisi dan disisi yang lain menjadi kurang profitable. Hal ini menjadikan adanya arti positif dan bisa berarti negatif. Skala Interval Skala interval dapat membedakan informasi lebih dalam dibandingkan skala
urutan.
Tidak
hanya
membedakan
beberapa
objek
berdasarkan
peringkat/urutan berdasarkan aspeknya, namun juga membedakan jarak/interval dari urutan objek tersebut. skala interval juga memiliki zero point. Kelemahan dari skala interval ini adalah penentuan zero point yang bersifat subyektif/sewenang-wenang. Misalnya adalah menghitung tinggi badan seseorang berdasarkan skala interval. Apabila tinggi si A adalah 3 cm diatas ratarata maka ditempatkan pada kelompok +3, apabila tinggi si B adalah 5 cm dibawah rata-rata maka dikelompokkan di -5. Namun kita tidak dapat mengetahui tinggi A dan B sebenarnya, B mungkin yang terpendek di dalam grup tetapi bisa jadi B berada di antara orang-orang yang tertinggi di dalam grup dan sebaliknya. Penggunaan skala interval pada akuntansi terlihat jelas pada akuntansi biaya. Standar pengukurannya mungkin berdasarkan kinerja yang teoritis, ratarata, praktis dan normal. Pilihan yang digunakan juga lebih atau kurang bersifat arbitrary, sehingga standar perhitungan dan variannya menghasilkan skala interval. Jika variannya nol maka menandakan adanya netralitas, namun dipilih dengan kesewenang-wenangan. Skala Rasio Skala rasio menandakan:
Jika urutan suatu objek atau kejadian berdasarkan sifat telah
diketahui Jika interval antara objek telah sama dan diketahui Zero point yang bersifat netral dan natural diketahui
7 | Measurement Theory
Skala rasio menyatakan informasi yang lebih akurat. Sebagai contoh ukuran panjang, apabila A panjangnya 10 meter dan B panjangnya 20 meter. Kita tidak hanya dapat mengukur bahwa panjang B 10 meter lebih panjang dari A, tetapi B juga dua kali lebih panjang dari A. Kita juga dapat menyatakan bahwa ukuran A merupakan setengah dari B. Contoh akuntansi dari skala rasio adalah penggunaan mata uang sebagai ukuran biaya. Jika aset A memiliki biaya $10.000 dan aset B memiliki biaya $20.000 maka dapat disimpulkan bahwa harga B dua kali harga A. Dan natural zero point juga muncul, yaitu 0, karena 0 menandakan bahwa tidak ada aset yang dibeli.
Learning Objective 3 Perizinan Penggunaan Skala-skala Suatu alasan mengapa mendiskusikan topik ini adalah karena beberapa tipe pengukuran skala hanya diizinkan untuk diterapkan pada aplikasi matematis tertentu. Skala rasio diizinkan untuk semua metode aritmatika, algebra, analisis
8 | Measurement Theory
geometri dan metode statistika. Sebuah skala rasio akan tetap sama (tetap) ketika dikalikan dengan sebuah konstanta. Sebagai contoh X’=cX Jika X menunjukan semua titik pada skala, dan semua titik tersebut dikalikan dengan sebuah konstanta, hasil dari skala X’ akan tetap menjadi skala rasio. Hal tersebut karena struktur dari skala tersebut tetap tidak berubah,
Rank order titik-titik tersebut tidak berubah Rasionya tidak berubah Titik nolnya tidak berubah Hal ini berarti jika kita mengukur panjang dari sebuah ruangan dan
menghasilkan angka 400 cm dan mengubahnya menjadi dalam meter (4 m) dengan mengalikannya dengan konstanta 1/100 kita dapat memastikan bahwa panjang ruangan tersebut tidaklah berubah, meskipun bentuk skalanya berbeda. Hal ini juga berlaku untuk pengkonversian nilai historical cost, $100.000 untuk sebuah peralatan dalam skala dolar nominal menjadi skala dolar pada purchasing power-nya katakanlah 120/10 hingga menjadi $120.000. $120.000 tetap menjadi nilai historis peralatan tersebut. Dengan sifat suatu skala yang invariance tersebut kita dapat mengetahui bahwa sebuah teori atau peraturan pada dasarnya adalah sama, meskipun skala nya diekspresikan dalam unit yang berbeda, seperti dari cm ke m atau dari dolar nominal dan dolar konstan. Tanpa sifat invariance, kita tidak mungkin dapat mengetahui bahwa X lebih 2 kali lebih panjang dari Y ketika diukur menggunakan cm, namun 3 kali lebih panjang jika diukur menggunakan m. Dalam akuntansi, skala dari current cost berbeda dengan historical cost, karena komponen pengukurannya yang berbeda. Ketika sebuah mesin diukur dengan menggunakan historical cost bernilai $90.000, namun ketika diukur menggunakan current cost nilainya mungkin $110.000. Unit pengukurannya sama-sama menggunakan dolar, namun skala pengukurannya yang berbeda. Namun dalam perubahan skala dolar nominal dengan skala purchasing power nilainya adalah sama karena strukturnya tidak berubah.
9 | Measurement Theory
Skala interval, tidak dapat digunakan dalam semua operasi matematis. Penambahan dan pengurang dapat digunakan untuk angka – angka tertentu dalam interval, namun tidak dengan perkalian dan pembagian. Alasannya adalah karena sebuah skala interval bersifat tetap dalam berbagai perubahan yang linear. X’=cX+b Perubahan dari satu skala interval yang mengukur properti tertentu menjdi skala interval yang mengukur properti yang sama, dibentuk dari mengalikan tiap titik skala pertama X dengan konstanta c dan kemudian ditambah dengan konstanta b. Alasan pemakaian b adalah karena tidak ada nilai nol yang absolut pada sebuah skala interval. Sebagai contoh, untuk merubah dari celcius ke fahrenheit, kita mengalikan tiap drajat dengan 9/5 dan ditambah dengan 32. Angka 9/5 digunakan karena skala celcius memiliki 100 derajat sebagai kebalikan dengan fahrenheit yang memiliki 180 derajat, dan 32 ditambahkan karena fahrenheit memiliki titik beku pada 32 derajat. Kondisi tetap tersebut menunjukan kita dapat mengalikan dan membagi pada interval, namun tidak dapat melakukannya hanya pada suatu atau beberapa skala tertentu. Sebagai ilustrasi X’=X+10 Perhatikan jika objeknya berada pada skala titik 3 dan 6. Untuk berubah menjadi X’ maka ditambah 10 akan menjadi 13 dan 16. Rasio 13 dan 16 sekarang tidak kembali sama karena penambahan tersebut hanya berlaku pada kedua titik itu. Perkalian dan pembagian tidak diperbolehkan hanya pada angka – angka tertentu. Oleh karena itu, jika Robyn memeperoleh 90 pada ujiannya dan Maria memperoleh 45, tidak dapat dikatakan bahwa Robyn memperoleh 2 kali lipat nilai Maria, karena tidak ada nilai nol pada ujian. Jikapun ada mahasiwa yang mendapat nilai nol, tidak dapat dikatakan pula bahwa mahasiswa tersebut sama sekali tidak memiliki pengetahuan. Dalam contoh tersebut yang dapat kita simpulkan hanyalah Robyn lulus ujian sedangkan Maria tidak, namun kita tidak dapat secara komparatif membandingkan pengetahuan yang dikuasai mereka berdua. Skala ordinal, tidak dapat digunakan pada satupun skala matematis. Kita tidak dapat menambah, mengurangi, mengalikan maupun membagi pada skala interval karena skala ordinal memiliki informasi yang terbatas.
10 | M e a s u r e m e n t T h e o r y
Learning Objective 4 Tipe Pengukuran Seperti yang kita bahas sebelumnya, proses pengukuran hampir sama dengan pendekatan ilmiah pada teori konstruksi. Diskusi kita mengenai skala hampir sama dengan kita membahas proses konstruksi dan penerapan teorinya. Harus terdapat sebuah peraturan mengenai angka-angka sebelum kemudian masuk ke proses pengukuran. Campbell menyebutkan terdapat dua tipe pegukuran : fundamental dan turunan. Mengingat kembali bahwa definisi Campbell mengenai pengukuran 11 | M e a s u r e m e n t T h e o r y
bahwa angka-angka ditetapkan berdasarkan hukum yang berlaku. Bagi Campbell, pengukuran dapat berlaku hanya ketika telah terdapat teori (hukum) empiris yang mendukung pengukuran tersebut. 1. Pengukuran Fundamental (Fundamental Measurement) Pengukuran fundamental adalah suatu jenis pengukuran di mana angkaangkanya dapat ditetapkan
berdasarkan referensi hukum alaminya dan tidak
bergantung pada pengukuran variabel-variabel yang lain. Properti seperti panjang, daya tahan listrik, angka dan volume dapat diukur secara fundamental. Skala rasio masing-masing properti dapat dirumuskan berdasarkan peraturan mengenai jenis pengukuran yang berbeda-beda (kuantitas) pada tiap-tiap properti. Interpretasi angka-angka tersebut bergantung dari konfirmasi teori yang telah ditetapkan untuk masing-masing pengukuran. Sebagai hasilnya, properti fundamental dapat ditambahkan. Oleh karena itu, mudah untuk menemuka paralel fisik pada operasi arimatik. Sebagai contoh, menambahan panjang objek X ke objek Y adalah paralel dalam operasinya dengan meyambungkan dua tangkai yang lurus dari ujung ke ujung, dengan salah satu tangkainya memiliki panjang sebesar X dan lainnya sebesar Y. Kita dapat secara fisik mengukur jumlah kedua batang tersebut. Karena paralel fisik tersebut, ilmuwan dapat secara mudah menunjukan operasi matematisnya tanpa harus menggunakan eksperimen untuk panjang. 2. Pengukuran Turunan (Derived Measurement) Menurut Campbell, sebuah pengukuran turunan adalah suatu jenis pengukuran yang bergantung pada pengukuran dua atau lebih kuantitas. Contohnya adalah pengukuran kepekatan (density). Pengukuran tersebut bergantung pada pengukuran masa dan volume. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa pengukuran turunan bergantung pada pengukuran fundmental. Dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa pengukuran seperti temperatur, yang bergantung hanya pada satu pengukuran lain. Untuk mengukur temperatur, kita hanya perlu mengukur tekanan, volume atau daya tahan istrik.
12 | M e a s u r e m e n t T h e o r y
Namun demikian, dalam kasus ini pun pengukurannya masih bergantung dengan hukum alaminya. Saat ini, karena para ilmuwan telah mengetahui bahwa terdapat banyak sekali hubungan antar properti fisik, mereka dapat secara mudah menurunkan pengukuran berdasarkan pengukuran fundamentalnya. Namun sayangnya tidak semua ilmuwan setuju akan pendapat tersebut. Dalam akuntansi, contoh dari pengukuran turunan adalah profit. Profit diturunkan dari penambahan dan pengurangan antara income dan expenses. 3. Pengukran Fiat (Fiat Measurement) Adalah sebuah tipe pengukuran dalam sains dan juga akuntansi, yang menggunakan definisi sewenang-wenang (arbitrary) untuk mengobservasi sebuah properti/variabel dan membentuk sebuah konsep, tanpa mengkonfirmasinya dengan teori yang ada. Sebagai contoh dalam akuntansi kita tidak mengetahui bagaimana mengukur profit secara langsung. Kita dapat mengasumsikan variabel seperti revenues, expense, gain dan loss, berhubungan dengan konsep profit yang kemudian mengantarkan kita pada pengukuran profit secara tidak langsung. Kita menggunakan definisi sewenang-wenang (arbitrary) untuk menghubungkan variabel-variabel tersebut dengan konsep profit, yang kemudian menggunakan penjumlahan aljabar pada variabel-variabel tersebut untuk mengukur profit. Namun demikian, menurut klasifikasi Campbell, pengukuran hanya dapat dibuat jika telah dikonfirmasi oleh teori empiris pendukungnya. Berdasarkan syarat dari Campbell, banyak pengukuran dalam ilmu sains sosial tidak dapat dikategorikan sebagai pengukuran, termasuk pengukuran profit. Untuk menilai sebagian besar pengukuran pada ilmu sains sosial , Torgerson berpendapat bahwa perlu ditambah satu kategori pada daftar syarat Campbell : Pengukuran oleh Fiat (Fiat berarti surat keputusan, dekrit). Pengukuran semacam itu tentu dapat mencakup definisi sewenang-wenang yang kita sebutkan tadi. Namun demikian, Torgerson menggaris bawahi bahwa terdapat 13 | M e a s u r e m e n t T h e o r y
banyak permasalahan terkait dengan Pengukuran oleh Fiat tersebut, karena pengukuran fiat tidak menggunakan teori yang telah disetujui, maka akan terdapat banyak cara dalam membentuk skalanya. Dalam akuntansi, sebagai contoh, banyak standar akuntansi yang mengadopsi pengukuran fiat dalam menentukan skala akuntansinya, bukan menggunakan referensi teori pengukuran yang telah disetujui. Oleh karena itu munculah banyak alternatif pengukuran sehingga menyebabkan kepercayaan pada skala-skala tertentu mungkin rendah. Kembali kecontoh awal kita, apakah kita mengetahui bahwa cara kita dalam mengukur profit benar-benar valid? cara tersebut mungkin merupakan salah satu dari ratusan cara dalam mengukur profit, dan sepanjang cara kita tidak berdasar pada sebuah teori yang telah disetujui, maka tidak ada alasan untuk benar-benar mempercayai cara tersebut. Salah satu alasan pendekatan pengukuran dalam teori akuntansi adalah diharapkan bahwa teori akuntansi dapat dibuktikan secara empiris, dibandingkan dengan pengukuran fiat kita dapat menggunakan pengukuran fundamental dalam hal ini karena pengukuran fundamental dianggap lebih dapat diuji kebenarannya dibandingkan pengukuran fiat. Untuk menguji validitas pengukurannya, ilmuwan sosial melakukan berapa studi. Sebagai contoh, jika kita ingin mengukur kemampuan aritmatika seseorang, kita mungkin memilih untuk memberikan tes aritmatika pada mereka. Namun, tidak terdapat teori empiris yang mendukung metode pengukuran yang kita pilih tersebut. Kita mungkin memprediksi bagi seseorang yang memiliki hasil yang tinggi di tes aritmatika tersebut juga akan memiliki nilai yang baik universitas jurusan matematika. Satu-satunya cara untuk memvalidasi metode pengukuran kita adalah dengan melihat hasil nilai individu tersebut di universitas. Dalam hal ini, terdapat korelasi positif antara kemampuan aritmatika seseorang dengan nilai matematikanya di universitas, sehingga kita mampu peracaya diri akan keandalan dari metode pengukuran tersebut.
14 | M e a s u r e m e n t T h e o r y
Learning Objectives 5 Keandalan dan Keakuratan Sumber Kesalahan
Metode Pengukuran dinyatakan dengan tidak jelas. Beberapa metode tidak dinyatakan dengan jelas dan metode juga tidak diinterpretasikan dengan benar. Contoh, cara menghitung profit ada banyak cara seperti salah satunya klasifikasi biaya dan klasifikasi asset, pengklasifikasian ini
15 | M e a s u r e m e n t T h e o r y
diinterpretasikan berbeda pada setiap akuntan. Terkadang beberapa metode
bahkan tidak cocok untuk digunakan di beberapa jenis perusahaan. Pengukur. Terkadang pengukur salah menginterpretsikan aturan bahkan bias, atau salah membaca dan memahami aturan. Yang perlu diperhatikan adalah para akuntan akan bias demi meningkatkan profit atau asset
perusahaan. Instrument. Beberapa metode membutuhkan instrument atau alat mengukur, yang mana bisa terjadi kesalahan dalam alat tersebut. Atal dalam akuntansi bukan berarti alat yang berbentuk fisik, tapi alat seperti
grafik atau tabel daftar harga. Lingkungan. Lingkungan dalam melakukan metode penguuran dapat mempengaruhi
hasil
pengukuran.
Contoh,
lingkungan
dapat
mempengaruhi pengukur atau alat ukur. Umumnya, yang dipengaruhi adalah pengukur, karena pengukur dapat desakan dari manajer yang akan berpengaruhi pada keputusan pengukur yang dalam hal ini akuntan. Jika tekanan disebabkan oleh akuntan yang bias maka kesalahan dapat dirundingkan. Apabila tekanan disebabkan karena akuntan lelah dan stress maka kesalahan yang terjadi akan bersifat random dan dapat disebut juga sebagai faktor lingkungan. Faktor lingkungan juga bisa terjadi karna manajemen perusahaan yang contohnya memberikan bonus atau insentif
dari setiap profit perusahaan. Atribut yang tidak jelas. Apa yang akan diukur bisa jadi tidak jelas, khususnya apabila yang harus diukur terlinat dengan konsep yang tidak dapat diukur secara langsung. Contoh, kita ingin mengukur kemampuan seseorang, hal tersebut tidak dapat kita ukur secara langsung. Pertamatama atribut sulit didefinisikan. Pengukuran untuk itu hanya dapat diukur dengan beberapa respons. Dalam akuntansi ketidakjelasan dalam mengukur sudah biasa ditemukan. Contoh, dalam mengukur nilai sebuah aset tetap, banyak cara mengukurnya apakah dengan present value, harga jual, nilai akuisisi atau harga sekarang. Masalah terjadi bukan karena
metode pengukuran tapi atribut yang diukur itu sendiri. Resiko dan ketidakpastian. Hal ini terkait dengan distribusi return dalam asset tidak tidak berwujud. Contoh, return asset tidak berwujud sangat beresiko tapi asset tersebut kurang lebih sama dan harga dapat diketahui.
16 | M e a s u r e m e n t T h e o r y
Dalam mengukur return suatu asset dapat kurang atau lebih estimasi tapi distribusi hasil return tersebut dapat diketahui. Pengukuran yang Andal Apa yang dimaksud pengukuran yang andal? Keandalan merujuk pada bukti konsistensi pada hasil yang memuaskan dari suatu operasi atau hasil tersebut digunakan untuk maksud tertentu. Dugaan keandalan terdiri dari dua aspek : keakuratan dan kepastian dalam pengukuran, dan pengungkapan yang jujur dalam transaksi ekonomi. Aspek pengukuran focus pada ketepatan dalam mengukur.kata ketepatan memiliki dua kontek, biasanya ketepatan dalam bentuk angka,atau dapat merujuk kepada metode pengukuran. Contohnya : untuk ketepatan angka seperti penilaian 90 padahal nilai sebenanya 90,2. Kepetapan dengan metode pengukuran, seperti tingkat perbaikan dalam performanya atai persetujuan hasil suatu pengukuran yang dilakukan terus menerus. Pengukuran yang Akurat Meskipun prosedur pengukuran mungkin sangat handal, memberikan hasil yang sangat tepat, namun tidak mungkin menghasilkan hasil yang akurat. Alasannya adalah akurasi berhubungan dengan seberapa dekat pengukuran menuju ‘nilai sejati’ dari atribut pengukuran. Sifat fundamental, seperti panjang dari suatu objek, dapat ditentukan secara akurat dengan membandingkan objek dengan standar yang mewakili nilai sebenarnya. Masalahnya adalah pada beberapa pengukuran nilai yang sebenarnya tidak diketahui. Untuk menentukan ketepatan dalam akuntansi, kita perlu tahu atribut apa yang perlu kita ukur untuk mencapai tujuan pengukuran. Tujuan dari akuntansi untuk menyajikan informasi yang berguna. Oleh karena itu akurasi pengukuran berkaitan dengan gagasan pragmatis dari ‘kegunaan’, tetapi akuntan tidak sama dalam menentukan spesifikasi dan standar kuantitatif yang harus diterapkan.
17 | M e a s u r e m e n t T h e o r y
Learning Objective 6 Pengukuran dalam Akuntansi Perhitungan yang paling fundamental dalam ilmu akuntansi adalah perhitungan modal dan laba. Modal dinilai berasal dari transaksi dan penilaian ulang yang terjadi di pasar modal. Laba berasal dari perbandingan dari beban dan pendapatan, juga perubahan modal dalam satu periode akuntansi. Modal dapat dinilai dan dihitung dengan berbagai cara, contoh: historical cost, operasional, keuangan, atau nilai wajar. Sejarah menunjukkan pada kita bahwa konsep perhitungan atas modal dan laba telah berubah dan berkembang dari waktu ke waktu dan menghasilkan beberapa konsep perhitungan yang fundamental. Yang terkini, standar pelaporan keuangan internasional telah membuat konsep lebih tepat yaitu konsep “nilai wajar”. Beberapa pengamat beragumen dan mengkritik konsep “nilai wajar” ini. Bahwa konsep ini merubah konsep alokasi ke pendekatan penilaian, di mana akan menunjukkan perbedaan tergantung atas situasi dan interpretasi yang subjektif. Perubahan ini lebih fokus pada penilaian “Balance Sheet”, mengalihkan akuntansi dari perhitungan alokasi laba yang sederhana dan lebih menekankan pada relevasi pada realita komersil dan pengambilan keputusan oleh investor dibandingkan kebenarannya. Proyek bersama FASB/IASB mengenai presentasi laporan keuangan menitikberatkan pemikiran IASB mengenai pengukuran pendapatan dan asset, tentunya menganai aplikasi pengukuran metode nilai wajar. Konsep yang disetujui bersaama yaitu : a) Informasi akuntansi harus ditujukan untuk para pengambil keputusan dalam membuat keputusan ekonomi perusahaan. b) Perusahaan harus menyediakan laporan satuan yang berisikan seluruh pendapatan dan beban yang diakui sebagai komponen laporan keuangan. c) Laporan harus memiliki : a. Harus didalamnya termasuk efek dari perubahan net asset dan kewajiban selama tahun berjalan, selain dari transaksi dengan pemilik.
18 | M e a s u r e m e n t T h e o r y
b. Asset dan kewajiban harus dinilai sesuai dengan nilai wajar yang dapat mencerminkan harga pasar tapi mengganti discounted future cash flows, nilai pasar terdepresiasi, atau asset pricing models dapat digunakan dalam ketidak hadiran pada liquid market. c. Penentuan pendapatan harus dibagi menjadi laba sebelum pengukuran kembali dan efek pengukuran kembali. d) Seluruh pendapatan dan beban harus dikategorikan dan disajikan dengan cara a. Meningkatkan pemahaman pengguna dalam pencapaian kinerja b. Membantu dalam membentuk ekspektasi kinerja di masa depan e) Laba tidak seharusnya didasari oleh dugaan dari realisasi f) Fokus terhadap : a. Transparansi b. Informasi yang berguna untuk investor dan data yang relevan untuk pengambilan keputusan c. Konsep dari keandalan sudah digantikan dengan kejujuran dalam penyajian Dalam pendekatan ini laporan laba rugi akan menjadi nilai sisa antara net asset awal dan net asset ketika penutupan, bukan dengan menjadikan neraca sebagai nilai sisa untuk biaya yang belum dialokasi kan setelah proses kecocokan, yang menjadi kasus pengukuran historical cost.
Learning Objective 7 Masalah Pengukuran Bagi Auditor
Perubahan pengukuran profit dari menghitung revenue dan expense ke penilaian atas nilai wajar aset bersih, menciptakan masalah bagi auditor. Ketika 19 | M e a s u r e m e n t T h e o r y
profit ditentukan dengan menghitung pendapatan dan beban pada periode tersebut, auditor dapat berkonsentrasi untuk mengumpulkan bukti bahwa transaksi tersebut telah ditangani dengan tepat oleh sistem akuntansi perusahaan klien. Namun, ketika profit ditentukan dengan perubahan nilai wajar atas aset, sulit bagi auditor untuk mengumpulkan bukti atas estimasi manajemen. Sebagai contoh, pengukuran profit dengan menilai perubahan nilai wajar dari aset bersih ditujukan oleh akuntansi standar IAS 36 / AASB 136. Pernyataan ini mensyaratkan penurunan nilai aset diakui sebagai rugi penurunan nilai. Manajemen perusahaan diminta untuk menilai pada tanggal pelaporan apakah ada indikasi bahwa aset mungkin mengalami kerusakan. Jika ada indikasi tersebut, manajemen harus mengestimasi berapa biaya untuk memulihkan aset tersebut. Jika biaya pemulihan kurang dari nilai bawaan aset tersebut, maka nilai bawaaan aset tersebut harus dikurangi dengan biaya pemulihan. Pengurangan tersebut disebut juga dengan penurunan nilai. Penurunan nilai tersebut kemudian harus segera diakui di laba dalam banyak kasus. Pedoman standar audit internasional untuk audit atas kerugian penurunan nilai dan estimasi nilai wajar lainnya terkandung di dalam ISA 540. Auditor diminta untuk mengumpulkan bukti untuk menilai apakah manajemen telah mengikuti standar akuntansi secara tepat dan apakah jumlah penurunan nilai wajar masuk akal. Untuk melakukan hal ini, auditor harus memutuskan apakah manajemen telah memilih asumsi dan metode penilaian yang tepat. Jika standar akuntansi tidak menentukan metode penilaian untuk aktiva dan kewajiban yang sedang dipertimbangkan, auditor dapat menerima metode penilaian apapun yang masuk akal. Contohnya, paling tidak ada 12 metode dalam penilaian aset tidak berwujud yang bisa digunakan. Ini artinya sulit bagi auditor untuk tidak setuju dengan metode yang digunakan manajemen, yang juga digunakan oleh perusahaan lain. Auditor harus mengumpulkan bukti bahwa metode digunakan secara konsisten, sehingga manajer tidak memilih berbagai metode dari tahun ke tahun bergantung pada profit yang mereka inginkan. Auditor juga harus menilai apakah nilai aset atau liabilitas ditentukan secara tepat berdasarkan asumsi manajemen, model penilaian dan data yang relevan. Data tersebut mencakup suku 20 | M e a s u r e m e n t T h e o r y
bunga yang digunakan untuk mendiskonto arus kas, nilai pasar yang digunakan oleh perusahaan pembanding, data royalti, dan sebagainya. Secara keseluruhan, mengingat keberadaan berbagai macam metode penilaian, tidak memungkinkan bagi auditor untuk menolak pilihan manajemen selama bukti audit menunjukkan manajemen telah menerapkan metode yang benar dan menggunakan data yang sesuai. Dalam situasi ini, auditor mungkin akan menghadapi tekanan dari manajemen atau jika tidak mereka kehilangan audit untuk auditor lain yang lebih menyenangkan. Selain isu-isu yang berkaitan dengan penggunaan nilai wajar serta isu-isu terkait, auditor juga menghadapi masalah yang disebabkan oleh variabilitas dalam tingkat keandalan dan akurasi pengukuran biaya historis. Misalnya, untuk menghitung standar biaya manufaktur, didasari oleh biaya historis dari berbagai input, berapa volume yang diolah, metodenya seperti apa, dan berapa biaya overhead antara produk, proses dan departemen-departemen terkait. Semua faktor ini mempengaruhi biaya persediaan yang ada pada periode dan barang yang dijual selama periode tersebut. Dalam konteks ini, auditor perlu menguji kewajaran prosedur yang diterapkan dan penggunaan metode yang konsisten. Biaya persediaan per unit mungkin akan terlihat sangat tepat, tetapi perubahan kondisi operasi dapat menghasilkan varian yang signifikan dan membuat asumsi dasar untuk alokasi tidak valid
Daftar Pustaka Godfrey, Jayne, et al. Accounting Theory. Australia: John Wiley & Sons, 2010.
21 | M e a s u r e m e n t T h e o r y