MAKALAH BEDAH PLASTIK
SKIN GRAFT
dr. Erwin Ardian Noor 1706120051
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta 2018
A. DEFENISI Skin graft ( pencangkokan kulit ) merupakan tehnik untuk melepaskan potongan kulit dari suplai darahnya sendiri dan memindahkannya sebagai jaringan bebas ke lokasi yang jauh ( resipen ). Tehknik skin graft dapat digunakan untuk memperbaiki setiap tipe luka dan merupakan bentuk pembedahan rekonstruktif yang lazim digunakan.( Bruner and Sudrath. 2002: 1898 ) Menurut Heriady (2005), skin graft adalah menanam kulit dengan ketebalan tertentu baik sebagian maupun seluruh kulit yang diambil atau dilepaskan dari satu bagian tubuh yang sehat (disebut daerah donor) kemudian dipindahkan atau ditanamkan ke daerah tubuh lain yang membutuhkannya (disebut daerah resipien). Skin graft adalah penempatan lapisan kulit baru yang sehat pada daerah luka. (Blanchard, 2006:1)
Skin graft merupakan pencangkokan lapisan epidermis kulit yang dapat dipindahkan secara bebas. Kulit yang digunakan dapat berasal dari bagian mana saja dari tubuh, namun lazimnya berasal dari daerah paha, pantat, punggung atau perut. (yudini,2007)
B. ANATOMI FISIOLOGI KULIT Kulit adalah organ tubuh yang terluas yang terletak paling luar dan membatasi dari lingkungan hidup manusia, juga merupakan organ essensial dan vital serta sebagai sarana komunikasi non verbal antara individu. Kelembutan kulit bervariasi, begitu juga ketebalan dan elastisitasnya. Luas kulit orang dewasa adalah satu setengah sampai dua persegi. Tebalnya antara satu setengah sampai lima millimeter, tergantung dari letak, umur, jenis kelamin, suhu dan keadaan gizi. Fungsi utama kulit yaitu proteksi, absorpsi, ekskresi, pengindraan sensori, termoregulasi, pembentukan pigmen, produksi vitamin D serta untuk ekspresi emosi. Secara histologis, kulit tersusun atas beberapa lapis yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis serta lapisan subkutis.
2
1.
Epidermis Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang tersusun atas epitel squamos yang terdiri atas terutama oleh keratinosit. Epidermis tidak memiliki pembuluh darah, sehingga mendapatkannya melalui difusi dari dasar dermis, menuju ke membrane basalis yang memisahkan epidermis dan dermis .
3
·
Stratum Korneum Disebut juga lapisan tanduk. Merupakan lapisan kulit yang paling luar, terdiri atas sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk) · Stratum Lusidum Merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel gepeng tidak berinti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan kaki. ·
Stratum granulosum Terdiri dari dua sampai tiga lapis sel gepeng dengan sitoplasma yang kasar yang terdiri atas keratohialin. · Stratum basalis Merupakan dasar epidermis, berproduksi dengan cara mitosis. Terdiri atas dua jenis sel yaitu sel kolumnair dan melanosit. 2. Dermis Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh jaringan elastic dan fibrosa dengan elemen selular, kelenjar dan rambut
4
ssebagai adneksa kulit. Terdiri atas dua bagian yaitu pars papilaris dan pars retikularis. 3. Subkutis Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak. C. ETIOLOGI a. Kerusakan kulit yang hebat sehingga terjadi gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya: luka bakar yang hebat, ulserasi, biopsi, luka karena trauma / area yan terinfeksi dengan kehilangan kulit yang luas. b. luka-luka bekas operasi yang luas sehingga tidak dapat ditutup secra langsung dengan kulit yang ada di skitarnya. D. PEMBAGIAN SKIN GRAFT 1. Berdasarkan letak a) Meshed skin graft Skin graft pada daerah mata dan lubang b) Sheet skin graft Skin graft pada daerah wajah , leher, tangan dan kaki 2. Berdasarkan sumber donornya Beberapa perbedaan jenis skin graft menurut Blanchard (2006) adalah: a) Autograft Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang diperoleh dari kulit pasien sendiri. Graft berasal dari individu yang sama (berasal dari tubuh yang sama). Hal ini dilakukan jika cukup tersedianya kulit sehat dan jika kesehatan pasien memenuhi untuk perawatan tambahannya yaitu perawatan donor. b)Allograft Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang diperoleh dari spesies yang sama (berasal dari tubuh yang lain)
5
c) Zenograft atau heterograft Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang diperoleh dari spesies yang lain / berbeda (binatang) Biasanya yang digunakan adalah kulit babi. 3. Berdasarkan ketebalannya a) Split Thickness Skin Graft (STSG)
Split thickness yaitu skin graft yang tipis, sedang atau tebal.Skin graft yang dilakukan mencakup dermis dan sebagian dermis. STSG merupakan tindakan definitive sebagai penutup defek yang permanen atau hanya sebagai tindakan yang sementara sambil menunggu tindakan yang defenitif. Tindakan ini dimaksudkan untuk mengontrol serta mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dan menutup struktur vital tubuh. STSG diindikasikan untuk menutup defek kulit yang luas. STSG digunakan pada saat kosmetik tidak menjadi pertimbangan utama atau jika ukuran defek terlalu luas sehingga tidak dapat dilakukan FTSG. Penggunaan lainnya untuk menutup ulkus kulit yang kronik yang tidak sembuh-sembuh serta menutup menutup daerah luka akibat luka bakar yang bertujuan untuk mengurangi tubuh kehilangan cairan. Kontraindikasi penggunaan STSG yaitu tidak digunakan jika dari segi kosmetik sangat diperhatikan seperti daerah wajah atau leher. Keuntungan dari STSG yaitu : Kemungkinan take lebih besar Dapat dipakai untuk menutup defek yang luas Donor dapat diambil dari daerah tubuh mana saja Daerah donor dapat sembuh sendiri/reepitelisasi Kerugian dari STSG yaitu : Mempunyai kecendrungan kontraksi lebih besar Memiliki kecenderungan terjadi perubahan warna Permukaan kulit mengkilat Secara estetik kurang baik Terbagi atas tiga yaitu:
6
a. Thin Split Thickness Skin Graft , ketebalan kulit 0,008-0,012 mm, terdiri dari epidermis dan ¼ bagian lapisan dermis. i. Keuntungan dari penggunaan Thin STSG yaitu : 1. Vaskularisasi lebih mudah terjadi dan transplatasi lebih bertahan lama 2. Penyembuhan daerah donor lebih cepat terjadi dan bisa digunakan kembali dalam waktu singkat, sekitar tujuh sampai sepuluh hari. ii. Kerugian dari penggunaan Thin STSG yaitu : 1. Kecendrungan untuk terjadi kontraksi lebih besar 2. Kurang menyamai tekstur kulit asli b. Intermedict (medium) Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit 0,012-0,018 mm, terdiri dari epidermis dan ½ bagian dermis. c. Thick Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit 0,018-0,030 mm, terdiri dari epidermis dan ¾ bagian dermis. i. Keuntungan Thick STSG yaitu : 1. Lebih sedikit terjadi kontraksi, lebih tahan terhadap trauma 2. Lebih menyamai seperti kulit normal ii. Kerugian dati Thick STSG yaitu : 1. Vaskularisasi lebih sedikit 2. Penyembuhan daerah donor lebih lambat, sekitar sepuluh sampai delapan belas hari b) Full Thickness Skin Graft (FTSG)
Full thickness yaitu tergantung dari banyaknya dermis yang ikut dalam spesimen. Skin Graft yang terdiri dari epidermis dan seluruh bagian d ermis. FTSG sering dijumpai sebagai tindakan defenitif untuk memperbaiki kerusakan pada kulit wajah. Hal ini disebabkan karena kecendrungan kontraksi lebih kecil, resistensi terhadap trauma lebih besar. Akan tetapi jumlah dan ukuran donor sangat terbatas. Derah donor FTSG meliputi kepala dan leher, retroaurikuler, supraklavikuler, dapat pula diambil dari daerah abdomen atau paha.
7
Penggunaan FTSG diindikasikan pada defek dimana jaringan disebelahnya tidak bebas, juga digunakan jika jaringan disebelahnya memiliki lesi premaligna atau maligna dan menghalangi penggunaan flap. Lokasi yang sering digunakan pada FTSG yaitu ujung hidung, dahi, kelopak mata, kantus medial, konka dan jari. Keuntungan dari penggunaan FTSG yaitu :
Kecendrungan untuk terjadinya kontraksi lebih kecil Kecendrungan untuk terjadinya berubah warna lebih kecil Kecendrungan permukaan kulit mengkilat lebih kecil Secara estetik lebih baik dari STSG
Kerugian dari penggunaan FTSG yaitu : Kemungkinan take lebih kecil dibanding dengan STSG Hanya dapat menutup defek yang tidak terlalu luas Donor harus dijahit atau ditutup oleh STSG bila luka donor agak luas sehingga tidak dapat ditutup primer Donor terbatas pada tempat-tempat tertentu
E. DAERAH DONOR DAN DAERAH RESIPIEN SKIN GRAFT 1. Daerah donor SG a. Daerah donor untuk FTSG - Bagian yang di gunakan untuk menutup luku pada wajah dan leher : di bawah atau di atas tulang selangka (klavikula), kelopak mata, perut, lipat paha dan lipat siku, kulit belakang telinga. - Bagian yang digunakan untuk menutup luka pada bagian kulit yang tidak ditumbuhi rambut dan berfungsi untuk melapisi tangan : batas tulang hasta, telapak kaki dengan penyesuaian warna, tekstur dan ketebalan yang tepat. - Bagian yang digunakan untuk menutup luka pada graft dengan pigmen yang lebih gelap : triposium (kulup), scrotu , labia minora. b. Daerah donor untuk STSG - Dapat di ambil dari mana saja di tubuh seperti perut, dada, punggung, pantat, anggota gerak lainnya
8
- Umumnya yang sering dilakukan diambil dari kulit daerah paha. - Daerah pantat juga digunakan namun akan menimbulkan rasa nyeri setelah operasi. 2. Daerah Resipien Skin Graft • Komponen penting yang menjamin suksesnya skin graft adalah persiapan pada daerah resipien. • Skin graft tidak akan dapat bertahan hidup pada jaringan yang tidak dialiri darah. • Skin graft akan dapat bertahan hidup pada periosteum, perikondrium, dermis, fasia, otot, dan jaringan granulasi. • Luka juga harus bebas dari jaringan yang mati dan bersih dari bakteri. F. INDIKASI 1. Luka yang luas 2. Luka bakar 3. Operasi yang membutuhkan skin graft untuk penyembuhan 4. Area yang pernah terinfeksi dengan skin loss 5. Kosmetik dan pembedahan rekonstruksi Skin-thickness skin graft digunakan untuk setiap luka yang tidak dapat ditutup secara primer. Full-thickness skin graft digunakan jika banyak kulit yang hilang seperti pada fracture terbuka pada tungkai bawah.
G. FASE PENYEMBUHAN SK I N GR AF T SECARA FISIOLOGIS Terdapat dua tahap pemulihan skin graft yaitu : 1. Imbibisi plasmic (24-48 jam pertama setelah graft) Dalam proses ini, jaringan donor akan mendapatkan nutrisi melalui penyerapan plasma dari kulit dibawahnya melalui kapilerkapiler, sehingga STSG dikatakan memiliki kemungkinan berhasil yang lebih besar karena cairan plasma yang diserap lebih efektif. 2. Fase penyembuhan/inokulasi (48-72 jam sampai 1 minggu setelah graft)
9
Kelenjar limfe akan terbentuk pada jaringan graft kira-kira 1 minggu, dan reinervasi graft akan mulai pada minggu-minggu pertama. Proses revaskularisasi skin graft sebagai berikut: a) Hubungan anastomose langsung antara graft dengan pembuluh darah resipen (autoinokulasi) b) Pertumbuhan dari pembuluh darah resipie ke dalam saluran endothelial graft. c) Penetrasi pembuluh darah baru ke dalam dermis graft. Menurut Rives (2006), masa penyembuhan dan kelangsungan hidup graft terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1. Perlekatan dasar. Setelah graft ditempatkan, perlekatan dasar luka melalui jaringan fibrin yang tipis merupakan proses sementara hingga sikulasi dan hubungan antar jaringan telah benar-benar terjadi. 2. Penyerapan Plasma Periode waktu antara pemindahan kulit dengan revaskularisasi pada graft merupakan fase penyerapan plasma. Graft akan menyerap eksudat pada luka dengan aksi kapiler melalui struktur seperti spon pada graft dermis dan melalui pembuluh darah dermis.Ini berfungsi untuk mencegah pengeringan terutama pada pembuluh darah graft dan menyediakan makanan bagi graft. Keseluruhan proses ini merupakan respon terhadap kelangsungan hidup graft selama 2 – 3 hari hingga sirkulasi benar benar adekuat. Selama tahap ini berlangsung, graft akan mengalami edema dan beratnya akan meningkat hingga 30-50%. 3. Revaskularisasi Revaskularisasi pada graft dimulai pada hari ke 2-3 post skin graft dengan mekanisme yang belum diketahui. Tanpa memperhatikan mekanisme, sirkulasi pada graft akan benar-benar diperbaiki pada hari ke 6 – 7 setelah operasi. Tanpa adanya perlekatan dasar, imbibisi plasma dan revaskularisasi, graft tidak akan mampu bertahan hidup.
4. Pengerutan luka
10
Pengerutan pada luka merupakan hal yang serius dan merupakan masalah yang berhubungan dengan segi kosmetik tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan pada luka. Pengerutan pada wajah mungkin dapat menyebabkan terjadinya ektropion, serta retraksi pada hidung. Kemampuan skin graft untuk melawan terjadinya pengerutan berhubungan dengan komponen ketebalan kulit yang digunakan sebagai graft. 5. Regenerasi Epitel tubuh perlu untuk beregenerasi setelah proses pencangkokkan kulit berlangsung. Pada STSG, rambut akan tumbuh lebih jarang atau lebih sedikit pada daerah graft yang sangat tipis. Graft mungkin akan kering dan sangat gatal pada tahap ini. Pasien sering mengeluhkan kulit yang tampak kemerahan. Salep yang lembut mungkin akan diberikan pada pasien untuk membantu dalam menjaga kelembaban pada daerah graft dan mengurangi gatal. 6. Reinnervasi Reinnervasi pada graft terjadi dari dasar resipien dan sepanjang perifer. Kembalinya sensibilitas pada graft juga merupakan proses sentral. Proses ini biasanya akan dimulai pada satu bulan pertama tetapi belum akan sempurna hingga beberapa tahun. 7. Pigmentasi Pigmentasi pada FTSG akan berlangsung lebih cepat dengan pigmentasi yang hampir serupa dengan daerah donor. Pigmentasi pada STSG akan terlihat lebih pucat atau putih dan akan terjadi hiperpigmentasi dengan kulit tampak bercahaya atau mengkilat. Untuk mengatasi hal ini biasanya akan dianjurkan untuk melindungi daerah graft dari sinar matahari secara langsung selama 6 bulan atau lebih.
H. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL SKIN GRAFT Yang beresiko mengalami komplikasi selama operasi skin graft diantaranya : Usia lanjut ( > 60 tahun ) atau bayi baru lahir Merokok Penderita penyakit kronis Menggunakan obat hipertensi, insulin, relaksan otot 1. Faktor – Faktor Penyebab Kegagalan Skin Graft
11
Hematoma dapat menghalangi proses revaskularisasi. Untuk mencegah hematoma dapat dipakai metode mesh grafting dengan membuat insisi kecil ultiple dengan jarak teratur untuk drainase darah atau eksudat dan juga untuk memperluas kulit.
Faktor mekanik, berupa kegagalan bergeserdan revaskularisasi tidak terjadi
imobilisasi
sehingga skin
graft
Infeksi
Tekhnik yang salah, diantaranya adalah : Menempelkan skin graft pada daerah yang masih berepitel o o Skin graft terbalik Skin graft terlalu tebal o
Jika skin graft dapat bertahan dalam waktu 72 jam tanpa ada infeksi maka umumnya tidak aka nada reaksi penolakan dan umumnya skin graft dapat berhasil. 2. Faktor-Faktor Keberhasilan Skin Graft Suksesnya transplantasi dari suatu Skin Graft ing berhubungan dengan take dari graft tersebut. Take dari graft tergantung dari
Vaskularisasi yang adekuat Suatu skin graft memerlukan aliran darah yang adekuat dari daerah resipien untuk dapat bertahan hidup. Skin Graft yang dilakukan pada daerah resipien yang kaya akan pembuluh darah mempunyai kemungkinan untuk take yang lebih besar. Aliran darah dari daerah resipien ke graft kemudian akan melewati fase imbibisi plasmic, inoskulasi, hingga akhirnya terbentuk bridging pembuluh darah yang baru ke graft. Untuk itu, hal-hal yang menghalangi aliran darah ke graft seperti jaringan granulasi harus disingkirkan terlebih dahulu. Kontak yang baik antara skin graft dengan daerah resipien Agar proses pembentukan bridging pembuluh darah yang baru dari daerah ke graft dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan kontak yang baik antara skin graft dengan daerah resipiennya. Untuk itu yang harus diperhatikan adalah tekanan yang adekuat pada graft, ada tidaknya kumpulan cairan antara graft dengan resipien, dan pergerakan antara graft dengan resipiennya.
12
Tekanan yang adekuat Tekanan yang adekuat dapat dicapai dengan melakukan fiksasi yang baik yaitu dengan penjahitan interuptus dipinggir kemudian dilanjutkan dengan beberapa jahitan kasur diatas skin graft untuk menjamin kontak dan mencegah pergeseran. Penjahitan yang terlalu longgar akan menyebabkan bergesernya graft sehingga tidak dapat terbentuk bridging pembuluh darah yang baru. Sedangkan penjahitan yang terlalu kuat akan menyebabkan tarikan yangkemudian akan merusak graft itu sendiri.
Mencegah timbunan cairan antara graft dengan resipien Darah, serum dan bahan purulen akan memisahkan graft dari resipiennya, menghalangi vaskularisasi sehingga akan menghalang take dari skin graft tersebut dan menyebabkan kegagalan graft. Perdarahan yang terjadi pada proses penempelan graft biasanya akan berhenti sendiri dalam 5-10 menit, sehingga sebelum operasi dilanjutkan, harus dilakukan evakuasi terhadap bekuan darah yang mungkin terjadi. Bila dicurigai akan adanya seroma, hematoma atau pus di bawah kulit, sebaiknya dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan skin graft . Seroma, hematoma atau bekuan darah harus segera di evakuasi dengan melakukan insisi kecil pada graft tepat di atas seroma, hematoma atau bekuan darah tersebut, selanjutnya dilakukan pembalutan lagi. Perawatan dan penggantian pembalut dilakukan tiap hari sampai seroma, hematoma dan bekuan darah tidak ada lagi di bawah skin graft . Imobilisasi yang baik Adanya pergerakan antara graft dengan daerah resipien akan menghancurkan bridging kapiler yang baru sehingga mengalami terbentuknya vaskularisasi graft. Untuk menjaga agar tidak terjadi pergerakan antara graft dengan resipien dapat digunakan spalk untuk daerah ekstrimitas, leher dan aksila, untuk melindungi skin graft dari gerakan-gerakan tubuh yang dapat merusak skin graft serta mencegah kontraksi yang terjadi karena posisi anatomis. Pada daerah wajah, imobilisasi dapat dilakukan dengan balutan tie over.
13
I.
Tidak adanya infeksi Sukses tidaknya penutupan luka tergantung pada ada tidaknya infeksi luka. Infeksi luka ditentukan oleh keseimbangan antara daya tahan luka dan mikroorganismenya. Bila jumlah mikroorganismenya lebih dari 104 / gram jaringan, maka resiko infeksi adalah sebesar 89%. Skin graft yang dilakukan pada jaringan yang mengandung lebih dari 105/gr jaringan akan selalu gagal. Streptococcus beta hemolyticus masih dianggap sebagai faktor infeksi yang menyebabkan kegagalan skin graft . Demam yang tidak tinggi disertai adanya bau atau kemerahahn pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan hari ke-4 pasca bedah apalagi bilai disertai rasa nyeri yang semakin bertambah akan lebih menyokong adanya infeksi pada daerah operasi. Pada pasien dibetes atau mereka yang mendapat terapi imunosupresan lebih mudah mendapatkan infeksi. Pencegahan infeksi dilakukan dengan kompres NaCl 0.9% dan memberikan antbiotik yang sesuai dengan mikroorganisme yang dapat merusak graft
PERAWATAN SKIN GRAFT PADA DONOR DAN RESIPEN
a. Daerah resipen Bila diyakini tindakan hemostatis daerah resipen telah dilakukan dengan baik dan fiksasi skin graft telah dilakukan dengan baik, balutan dibuka hari ke-5 untuk mengevaluasi hasil dari skin graft dan benang fiksasi/jahitan dicabut. Skin graft take yang dimaksud adalah terjadi revaskularisasi dimana skin graft memperoleh cukup vaskularisasi untuk hidup seperti parasit ditempat baru. Apabila baik dilakukan perawatan tiap 2-3 hari. Disarankan pada penderita tindakan skin graft diekstremitas tetap memakai pembalut elastic sampai pematangan graft kurang 3-6 bulan. Bila diduga akan adanya hematoma atau bekuan darah dibawah kulit sebaiknya dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan skin graft . Karena bila terjadi seroma, hematoma atau bekuan darah dibawah skin graft akan mengurangi kontak skin dengan resipen sehingga akan menghalangi take dari skin grat tersebut. Pada pengamatan ini dilakukan pembukaan balutan dengan hati-hati jangan sampai merusak skin graft (terangkat atau tergeser). Seroma, hematoma atau bekuan
14
darah harus segera dievakuasi dengan melakukan insisi kecil pada skin graft tepat diatas seroma/hematoma/bekuan darah tersebut selanjutnya dilakukan pembalutan lagi. Perawatan dan pergantian balutan dilakukan tiap hari sampai seroma/hematoma bekuan darah tidak ada lagi dibawah skin graft . Bila evakuasi seroma/hematoma/bekuan darah dilakukan dalam 24 jam pertama, graft masih dapat terjamin take 100%. Infeksi pada skin graft tidak akan menimbulkan kenaikan suhu badan dalam 24 jam pertama pasca bedah. Demam yang tidak tinggi disertai adanya bau atau kemerahan pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan ke-4 pasca bedah. b. Daerah donor Pada donor split thickness skin graft balutan luka dibuka setelah proses epitelisasi. Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi. Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi untuk thin split thickness skin graft 7- 9 hari, intermediate split thickness skin graft 10 – 14 hari sedangkan thick split thickness skin graft memerlukan 14 atau lebih. Perawatan split thickness skin graft secara umum diambil rata-rata 14 hari. Balutan dibiarkan sekitar 14 hari kecuali bila balutan kotor diganti bagian luarnya saja. Balutan pada donor biasanya melekat erat dengan kulit. Saat melepas balut/tulle harus hati-hati dan jangan dipaksa. Bila balutan masih melekat erat tidak diangkat. Hal yang terbaik balutan dapat terpisah/terlepas spontan. Bagian yang masih melekat dibiarkan sampai dapat terlepas sendiri karena telah terjadi epitelisasi bila pelepasan balut/tulle dipaksa akan berdarah disertai rasa nyeri, ini merusak proses epitelisasi dan penyembuhan akan bertambah lama. Luka donor full thickness skin graft diperlakukan seperti luka jahitan biasa yaitu hari ke-3 kontrol luka dan hari ke-7 jahitan dapat diangkat atau bila diyakini hasil tindakan tidak akan timbul masalah control dapat langsung hari ke-7. Pada donor full thickness skin graft yang tidak dapat ditutup primer, dilakukan penutupan dengan split thickness skin graft , perawatannya seperti perawatan luka split thickness graft. J. KOMPLIKASI Skin graft banyak membawa resiko dan potensial komplikasi yang beragam tergantung dari jenis luka dan tempat skin graft pada tubuh. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain (Blanchard, 2006:2): 1. Kegagalan graft
15
Adanya hubungan yang kurang baik pada graft atau kurangnya perlekatan pada dasar daerah resipien. Timbulnya hematom dan seroma dibawah graft akan mencegah hubungan dan perlekatan pada graft dengan lapisan dasar luka. Pergerakan pada graft atau pemberian suhu yang tinggi pada graft juga dapat menjadi penyebab kegagalan graft. Sumber kegagalan yang lain diantaranya adalah daerah resipien yang buruk. Luka dengan vaskularisasi yang kurang atau permukaan luka yang terkontaminasi. Teknik yang salah juga dapat menyebabkan kegagalan graft. Memberikan penekanan yang terlalu kuat, peregangan yang terlalu ketat atau trauma pada saat melakukan penanganan dapat menyebabkan graft gagal baik sebagian ataupun seluruhnya. 2. Reaksi penolakan terhadap skin graft. Diperlihatkan melalui beberapa gejala: - Hiperpigmentasi. - Kulit berwarna kemerahan pada sekitar daerah graft. - Infeksi pada daerah donor atau daerah resipien. - Cairan yang mengalir keluar dari daerah graft. 3. Infeksi pada daerah donor atau daerah resipien. Kuman memakan jaringan pada daerah donor / daerah resipien karena : a. daerah resipien tidak bersih saat skin graft b. gizi OS jelek ( protein rendah sekali ). Protein normal ( albumin ) kurang lebih 3,5-4 mg% 4. Nyeri - Nyeri dapat terjadi karena penggunaan staples pada proses perlekatan graft atau juga karena adanya torehan, tarikan atau manipulasi jaringan atau organ (Long, 1996:60). - Hal ini diduga bahwa ujung-ujung saraf normal yang tidak menstransmisikan sensasi nyeri menjadi mampu menstransmisikan sensasi nyeri (Smeltzer, 2002:214). - Reseptor nyeri yang merupakan serabut saraf mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah lokal, sel mast, folikel rambut, kelenjar keringat dan melepaskan histamin, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam asam yang tergolong stimuli kimiawi terhadap nyeri. Nosiseptor berespon mengantar impuls ke batang otak untuk merespon rasa nyeri
16
5. Hematom - Hematom atau timbunan darah dapat membuat kulit donor mati. Hematom biasanya dapat diketahui lima hari setelah operasi. Jika hal ini terjadi maka kulit donor harus diambil dan diganti dengan yang baru (Perdanakusuma, 2006:1). - Hematom juga menjadi komplikasi tersering dari pemasangan graft. 6. Kontraktur
DAFTAR PUSTAKA
17
1. Blanchard, D. K, Lin, P & Lumsden, A. (2006). Skin graft. (Online), (www.debakeydepartmentofsurgery.org/home/content.cfm?proc_name=Skin+ Graft+&content_id=272-19k- diakses tanggal 31 Juli 2006 2. Grabbe D. Skin Grafting [online].Sept 19th 2006 [cited 2008 Agustus 10th]; Available from URL:http://www.emedicine.com/ plastic/TOPIC382.HTM 3. Skin Graft-Reconstructive Plasric Surgery [online].March 5rd 2007 [cited 2008 Agustus 10th]. Available from URL :http://www.penhealth.com/medlineplus/encyclopedia.htm. 4. Skin Grafting.[online]. March 14th 2006 [cited 2008 Agustus 10th] . Available from : URL : http://www.healthztoz.com.healthatoz/atoz/common/standard/trans.html 5. Christensen D, Christopher Arpey, Duane C. Whittaker. Skin g rafting. In : Surgery of the Skin – Procedural Dermatology. 1St published. Editors : June K. Robinson et all. Philadelphia : Elsevier Mosby, 2005 6. Vistnes L. Grafting of Skin. In : The Surgical Clinics of North America. Vol 57. Editor : Hugh A. Johnson. Philadelphia : WB Saunders Company, 1977.
18