MAKALAH STRUKTUR HEWAN
SISTEM PENCERNAAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA
Oleh: ROSMALA DEWI (RSA1C414002) CENDANA (RSA1C414006) DIAN RATNA SARI (RSA1C414008) RITA SYAHARA (RSA1C414013)
Dosen Pengampu: Dr. AFRENI HAMIDAH, S.Pt., M.Si.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI PGMIPA-U JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2014/2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya. Karena izin Tuhanlah penulis dapat menuangkan tinta dan mengukir suatu ilmu pengetahuan dalam bentuk makalah yang berjudul “Sistem Pencernaan Vertebrata dan Invertebrata”. Adapun ribuan kata syukur itu juga terucap karena penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa penulis sampaikan banyak terima kasih kepada Ibu Dr. Afreni Hamidah, S.Pt., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Struktur Hewan. Dan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Tanpa bantuan kalian, mungkin penulis tidak bisa menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk mengisi nilai tugas mata kuliah Struktur Hewan, tetapi juga untuk berbagi ilmu pengetahuan tentang sistem pencernaan vertebrata dan invertebrata. Informasi yang disajikan oleh penulis dalam makalah ini diperoleh dari berbagai sumber seperti buku dan internet. Dalam makalah ini, penulis menyajikan beberapa rincian topik mengenai sistem pencernaan vertebrata dan invertebrata yang semoga bisa menambah ilmu pengetahuan bagi yang membacanya. Penulis mohon maaf, apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan. Penulis sangat menghargai kritik dan saran dari pembaca sehingga kedepannya penulis mampu menulis makalah lebih baik lagi. Semoga makalah atau ilmu ini bisa bermanfaat bagi penulis, terlebih lagi bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Jambi, 20 Maret 2015
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................................1 B. Rumusan Masalah.................................................................................1 C. Tujuan ...................................................................................................2 D. Manfaat .................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Sistem Pencernaan ..............................................................3 B. Sistem Pencernaan Vertebrata ............................................................10 1. Sistem Pencernaan Pisces (Ikan) ..................................................10 2. Sistem Pencernaan Amphibia (Amfibi) ........................................11 3. Sistem Pencernaan Reptilia (Hewan Melata) ...............................13 4. Sistem Pencernaan Aves (Burung) ...............................................14 5. Sistem Pencernaan Mamalia (Hewan Menyusui) .........................16 C. Sistem Pencernaan Invertebrata..........................................................19 1. Sistem Pencernaan Porifera (Hewan Berpori) ..............................19 2. Sistem Pencernaan Coelenterata (Hewan Berongga) ...................20 3. Sistem Pencernaan Platyhelminthes (Cacing Pipih) .....................21 4. Sistem Pencernaan Nemathelminthes (Cacing Gilik) ..................23 5. Sistem Pencernaan Annelida (Cacing Gelang) .............................24 6. Sistem Pencernaan Mollusca (Hewan Lunak) ..............................24 7. Sistem Pencernaan Echinodermata (Hewan Berkulit Duri) .........26 8. Sistem Pencernaan Arthropoda (Hewan Berbuku-buku) .............29 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .........................................................................................33 B. Saran ...................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................36
3
SISTEM PENCERNAAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA ROSMALA DEWI (RSA1C414002) CENDANA (RSA1C414006) DIAN RATNA SARI (RSA1C414008) RITA SYAHARA (RSA1C414013)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sistem pencernaan makanan berhubungan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk di proses oleh tubuh. Makanan adalah tiap zat atau bahan yang dapat digunakan dalam metabolisme guna memperoleh bahan-bahan untuk memperoleh tenaga atau energi. Selama dalam proses pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-zat sederhana dan dapat diserap oleh usus, kemudian digunakan oleh jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat makanan terjadi karena sintesis berbagai enzim yang terkandung dalam berbagai cairan pencernaan. Setiap enzim mempunyai tugas khusus dan bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis makanan lainnya. Agar makan itu berguna bagi tubuh, maka makanan itu harus di distribusi oleh darah sampai pada sel-sel di seluruh tubuh. Sistem pencernaan umumnya terdiri atas suatu saluran panjang yaitu saluran cerna yang dimulai dari mulut sampai anus, dan kelenjar-kelenjar yang berhubungan yang letaknya di luar saluran. Berdasarkan penjabaran di atas, di sini kami mencoba untuk menjelaskan mengenai sistem pencernaan pada hewan yaitu vertebrata dan invertebrata. Untuk lebih jelasnya, kami akan menjabarkan mengenai ramuan tradisional ini pada bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan dijabarkan pada bab-bab selajutnya adalah sebagai berikut.
4
1. Apa itu sistem pencernaan? 2. Bagaimana sistem pencernaan vertebrata? 3. Bagaimana sistem perncernaan invertebrata?
C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang dihadirkan, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Mengerti tentang sistem pencernaan. 2. Mengetahui sistem pencernaan vertebrata. 3. Mengetahui sistem pencernaan invertebrata.
D. Manfaat Makalah yang berjudul “Sistem Pencernaan Vertebrata dan Invertevrata” ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan mengenai sistem pencernaan pada hewan yaitu vertebrata dan invertebrata. Karena sistem pencernaan pada vertebrata dan invetebrata itu berbeda. Bahkan antara satu kelas vertebrata dan kelas vertebrata lainnya itu sudah berbeda, begitu juga antarfilum invertebrata.
5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Pencernaan Sistem pencernaan (digestive system) merupakan sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut melalui anus. Proses pencernaan makanan
ini
melibatkan
organ-organ
pencernaan
dan
kelenjar-kelenjar
pencernaan. Antara proses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan kesatuan sistem pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan- bahan makanan menjadi sari-sari makanan yang siap diserap dalam tubuh. Berdasarkan prosesnya, pencernaan makanan dapat dibedakan menjadi dua macam seperti berikut. 1. Proses mekanis, yaitu pengunyahan oleh gigi dengan dibantu lidah serta peremasan yang terjadi di lambung. 2. Proses
kimiawi,
enzim-enzim
yaitu
pencernaan
pelarutan dengan
dan
pemecahan
mengubah
makanan
makanan
yang
oleh ber-
molekul besar menjadi molekul yang berukuran kecil.
Makanan mengalami proses pencernaan sejak makanan berada di dalam mulut hingga proses pengeluaran sisa-sisa makanan hasil pencernaan. Adapun proses pencernaan makanan meliputi hal-hal berikut. 1. Ingesti adalah pemasukan makanan ke dalam tubuh melalui mulut. 2. Mastikasi adalah proses mengunyah makanan oleh gigi. 3. Deglutisi adalah proses menelan makanan di kerongkongan. 4. Digesti adalah pengubahan makanan menjadi molekul yang lebih sederhana dengan bantuan enzim, terdapat di lambung. 5. Absorpsi adalah proses penyerapan, terjadi di usus halus. 6. Defekasi adalah pengeluaran sisa makanan yang sudah tidak berguna untuk tubuh melalui anus.
6
Saat melakukan proses-proses pencernaan tersebut diperlukan serangkaian alat-alat pencernaan sebagai berikut.
1. Mulut Makanan pertama kali masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Makanan ini mulai dicerna secara mekanis dan kimiawi. Di dalam mulut terdapat beberapa alat yang berperan dalam proses pencernaan yaitu gigi, lidah, dan kelenjar ludah (glandula salivales). Selain itu di dalam mulut juga terdapat gigi, lidah, dan kelenjar ludah. a. Gigi, berfungsi sebagai alat pencernaan mekanis. Di sini, gigi membantu memecah makanan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Hal ini akan membantu enzim-enzim pencernaan agar dapat mencerna makanan lebih efisien dan cepat. Berdasarkan fungsinya gigi dibedakan menjadi gigi seri (dens insisivus) untuk memotong makanan, gigi taring (dens caninus) untuk merobek makanan, dan gigi geraham (dens premolare) untuk mengunyah makanan. b. Lidah dalam sistem pencernaan berfungsi untuk membantu mencampur dan menelan makanan, mempertahankan makanan agar berada di antara gigigigi atas dan bawah saat makanan dikunyah serta sebagai alat perasa makanan. Selain itu lidah dapat berfungsi sebagai alat perasa makanan karena mengandung banyak reseptor pengecap atau perasa. c. Kelenjar ludah terdapat tiga pasang di dalam rongga mulut, yaitu glandula parotis, glandula submaksilaris, dan glandula sublingualis atau glandula submandibularis. Air ludah berperan penting dalam proses perubahan zat makanan secara kimiawi yang terjadi di dalam mulut. Setelah makanan dilumatkan secara mekanis oleh gigi, air ludah berperan secara kimiawi dalam proses membasahi dan membuat makanan menjadi lembek agar mudah ditelan. Ludah terdiri atas air (99%) dan enzim amilase. Enzim ini menguraikan pati dalam makanan menjadi gula sederhana (glukosa dan maltosa). Makanan yang telah dilumatkan dengan dikunyah dan dilunakkan di dalam mulut oleh air liur disebut bolus. Bolus ini diteruskan ke sistem pencernaan selanjutnya.
7
2. Kerongkongan (Esofagus) Kerongkongan merupakan saluran panjang yang tipis sebagai jalan bolus dari mulut menuju ke lambung. Bagian dalam kerongkongan senantiasa basah oleh cairan yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar yang terdapat pada dinding kerongkongan untuk menjaga agar bolus menjadi basah dan licin. Keadaan ini akan mempermudah bolus bergerak melalui kerongkongan menuju ke lambung. Bergeraknya bolus dari mulut ke lambung melalui kerongkongan disebabkan adanya gerak peristaltik pada otot dinding kerongkongan. Gerak peristaltik dapat terjadi karena adanya kontraksi otot secara bergantian pada lapisan otot yang tersusun secara memanjang dan melingkar.
3. Lambung Lambung merupakan saluran pencernaan yang berbentuk seperti kantung, terletak di bawah sekat rongga badan. Lambung terdiri atas tiga bagian yaitu sebagai berikut. a. Bagian atas (kardiak), merupakan bagian yang berbatasan dengan esofagus b. Bagian tengah (fundus), merupakan bagian badan atau tengah lambung c. Bagian bawah (pylorus), yang berbatasan dengan usus halus. Daerah perbatasan antara lambung dan kerongkongan terdapat otot sfinkter kardiak yang secara refleks akan terbuka bila ada bolus masuk. Sementara itu, di bagian pilorus terdapat otot yang disebut sfinkter pilorus. Otototot lambung ini dapat berkontraksi seperti halnya otot-otot kerongkongan. Apabila otot-otot ini berkontraksi, otot-otot tersebut menekan, meremas, dan mencampur bolus-bolus tersebut menjadi kimus (chyme). Sementara itu, pencernaan secara kimiawi dibantu oleh getah lambung. Getah ini dihasilkan oleh kelenjar yang terletak pada dinding lambung di bawah fundus, sedangkan bagian dalam dinding lambung menghasilkan lendir yang berfungsi melindungi dinding lambung dari abrasi asam lambung, dan dapat beregenerasi bila cidera. Getah lambung ini dapat dihasilkan akibat rangsangan bolus saat masuk ke lambung. Getah lambung mengandung bermacam-macam zat kimia, yang sebagian besar terdiri atas air. Getah lambung juga mengandung
8
HCl/asam lambung dan enzim-enzim pencernaan seperti renin, pepsinogen, dan lipase. Asam lambung memiliki beberapa fungsi berikut. a. Mengaktifkan beberapa enzim yang terdapat dalam getah lambung, misalnya pepsinogen diubah menjadi pepsin. Enzim ini aktif memecah protein dalam bolus menjadi proteosa dan pepton yang mempunyai ukuran molekul lebih kecil. b. Menetralkan sifat alkali bolus yang datang dari rongga mulut. c. Mengubah kelarutan garam mineral. d. Mengasamkan lambung (pH turun 1–3), sehingga dapat membunuh kuman yang ikut masuk ke lambung bersama bolus. e. Mengatur membuka dan menutupnya katup antara lambung dan usus dua belas jari. f. Merangsang sekresi getah usus. Enzim renin dalam getah lambung berfungsi mengendapkan kasein atau protein susu dari air susu. Lambung dalam suasana asam dapat merangsang pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin ini berfungsi memecah molekul-molekul protein menjadi molekul-molekul peptida. Sementara itu, lipase berfungsi mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Selanjutnya, kimus akan masuk ke usus halus melalui suatu sfinkter pilorus yang berukuran kecil. Apabila otot-otot ini berkontraksi, maka kimus didorong masuk ke usus halus sedikit demi sedikit.
4. Usus halus Usus halus merupakan saluran berkelok-kelok yang panjang dengan banyak lipatan yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus. Vili ini berfungsi memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses penyerapan makanan. Lakukan eksperimen berikut untuk mengetahui pengaruh lipatan terhadap proses penyerapan. Usus halus terbagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum (usus 12 jari), jejunum (usus kosong), dan ileum (usus penyerapan).
9
Kimus yang berasal dari lambung mengandung molekul-molekul pati yang telah dicernakan di mulut dan lambung, molekul-molekul protein yang telah dicernakan di lambung, molekul-molekul lemak yang belum dicernakan serta zat-zat lain. Selama di usus halus, semua molekul pati dicernakan lebih sempurna menjadi molekul-molekul glukosa. Sementara itu molekul-molekul protein dicerna menjadi molekul-molekul asam amino dan semua molekul lemak dicerna menjadi molekul gliserol dan asam lemak. Pencernaan makanan yang terjadi di usus halus lebih banyak bersifat kimiawi. Berbagai macam enzim diperlukan untuk membantu proses pencernaan kimiawi ini. Hati, pankreas, dan kelenjar-kelenjar yang terdapat di dalam dinding usus halus mampu menghasilkan getah pencernaan. Getah ini bercampur dengan kimus di dalam usus halus. Getah pencernaan yang berperan di usus halus ini berupa cairan empedu, getah pankreas, dan getah usus. a. Cairan Empedu Cairan empedu berwarna kuning kehijauan, 86% berupa air, dan tidak mengandung enzim. Akan tetapi, mengandung mucin dan garam empedu yang berperan dalam pencernaan makanan. Cairan empedu tersusun atas bahanbahan berikut. 1) Air, berguna sebagai pelarut utama. 2) Mucin, berguna untuk membasahi dan melicinkan duodenum agar tidak terjadi iritasi pada dinding usus. 3) Garam empedu, mengandung natrium karbonat yang mengakibatkan empedu bersifat alkali. Garam empedu juga berfungsi menurunkan tegangan permukaan lemak dan air (mengemulsikan lemak). Cairan ini dihasilkan oleh hati. Hati merupakan kelenjar pencernaan terbesar dalam tubuh yang beratnya ± 2 kg. Dalam sistem pencernaan, hati berfungsi sebagai pembentuk empedu, tempat penimbunan zat-zat makanan dari darah dan penyerapan unsur besi dari darah yang telah rusak. Empedu mengalir dari hati melalui saluran empedu dan masuk ke usus halus. Dalam proses pencernaan ini, empedu berperan dalam proses pencernaan lemak, yaitu sebelum lemak dicernakan, lemak harus bereaksi dengan empedu terlebih dahulu. Selain itu, cairan empedu berfungsi
10
menetralkan asam klorida dalam kimus, menghentikan aktivitas pepsin pada protein, dan merangsang gerak peristaltik usus. b. Getah Pankreas Getah pankreas dihasilkan di dalam organ pankreas. Pankreas ini berperan sebagai kelenjar eksokrin yang menghasilkan getah pankreas ke dalam saluran pencernaan dan sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormone insulin. Hormon ini dikeluarkan oleh sel-sel berbentuk pulau-pulau yang disebut pulau-pulau langerhans. Insulin ini berfungsi menjaga gula darah agar tetap normal dan mencegah diabetes melitus. Getah pankreas ini dari pankreas mengalir melalui saluran pankreas masuk ke usus halus. Dalam pancreas terdapat tiga macam enzim, yaitu lipase yang membantu dalam pemecahan lemak, tripsin membantu dalam pemecahan protein, dan amilase membantu dalam pemecahan pati. c. Getah Usus Pada dinding usus halus banyak terdapat kelenjar yang mampu menghasilkan getah usus. Getah usus mengandung enzim-enzim seperti berikut. 1) Sukrase, berfungsi membantu mempercepat proses pe- mecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. 2) Maltase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan maltosa menjadi dua molekul glukosa. 3) Laktase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. 4) Enzim peptidase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan peptida menjadi asam amino. Monosakarida, asam amino, asam lemak, dan gliserol hasil pencernaan terakhir di usus halus mulai diabsorpsi atau diserap melalui dinding usus halus terutama di bagian jejunum dan ileum. Selain itu vitamin dan mineral juga diserap. Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, penyerapannya bersama dengan pelarutnya, sedangkan vitamin yang larut dalam air penyerapannya dilakukan oleh jonjot usus. Penyerapan mineral sangat beragam berkaitan dengan sifat kimia tiap-tiap mineral dan perbedaan struktur bagian-bagian usus.
11
Sepanjang usus halus sangat efisien dalam penyerapan Na+, tetapi tidak untuk Cl–, HCO3–, dan ion-ion bivalen. Ion K+ penyerapannya terbatas di jejunum. Penyerapan Fe++ terjadi di duodenum dan jejunum. Proses penyerapan di usus halus ini dilakukan oleh villi (jonjot-jonjot usus). Di dalam villi ini terdapat pembuluh darah, pembuluh kil (limfa), dan sel goblet. Di sini asam amino dan glukosa diserap dan diangkut oleh darah menuju hati melalui sistem vena porta hepatikus, sedangkan asam lemak bereaksi terlebih dahulu dengan garam empedu membentuk emulsi lemak. Emulsi lemak bersama gliserol diserap ke dalam villi. Selanjutnya di dalam villi, asam lemak dilepaskan, kemudian asam lemak mengikat gliserin dan membentuk lemak kembali. Lemak yang terbentuk masuk ke tengah villi, yaitu ke dalam pembuluh kil (limfa). Melalui pembuluh kil, emulsi lemak menuju vena sedang- kan garam empedu masuk ke dalam darah menuju hati dan dibentuk lagi menjadi empedu. Bahan-bahan yang tidak dapat diserap di usus halus akan didorong menuju usus besar (kolon).
5. Usus besar Usus besar atau kolon terdiri atas kolon ascendens, kolon transversum, dan kolon descendens. Di antara intestinum tenue (usus halus) dan intestinum crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu). Pada ujung sekum terdapat tonjolan kecil yang disebut appendiks (umbai cacing) yang berisi massa sel darah putih yang berperan dalam imunitas. Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong ke bagian belakang dengan gerakan peristaltik. Zat-zat sisa ini masih mengandung banyak air dan garam mineral yang diperlukan oleh tubuh. Air dan garam mineral kemudian diabsorpsi kembali oleh dinding kolon, yaitu kolon ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar selama 1 sampai 4 hari. Pada saat itu terjadi proses pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri Escherichia coli, yang mampu membentuk vitamin K dan B12. Selanjutnya dengan gerakan peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi sedikit ke saluran akhir dari pencernaan yaitu rektum dan akhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus.
12
Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian rektum akibat suatu rangsang yang disebut refleks gastrokolik. Kemudian akibat adanya aktivitas kontraksi rektum dan otot sfinkter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya defekasi. Di dalam usus besar ini semua proses pencernaan telah selesai dengan sempurna.
B. Sistem Pencernaan Vertebrata Organ pencernaan pada hewan vertebrata meliputi saluran pencernaan (tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria).
1. Sistem Pencernaan Pisces (Ikan) Sistem pencernaan pisces meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan meliputi mulut, faring, esophagus, usus, dan anus. Sedangkan kelenjar pencernaannya adalah hati dan pankreas. Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan pada dasar mulut terdapat lidah pendek yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah atau enzim (kecuali pada Agnata (ikat tak berahang)). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umumnya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Hal ini dikarenakan lambung hanya merupakan perbesaran dari usus Pada lambung beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus. Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas. Hati merupakan kelenjar yang berukuran besar, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah punggung.
13
Fungsi hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk membanfu proses pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauary terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim – enzim pencernaan dan hormon insulin. Hati, kantong empedu, dan saluran empedu yang bermuara ke dalam usus. Selain itu pankreas ikan bersatu dengan hati, sehingga disebut hepatopankreas.
Contoh pisces adalah Petromyzon sp. (lamprey atau belut laut), Carassius auratus (ikan mas), Ameiurus melas (ikan lele), dan Sardinops coerulea (ikan sarden).
2. Sistem Pencernaan Amphibia (Amfibi) Sistem pencernaan apmhibia meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan meliputi rongga mulut, rahang, esofagus, vertikulus (lambung), intestinum (usus), usus tebal, dan anus. Sedangkan kelenjar pencernaannya adalah hati dan pankreas. Alat pencernaan makanan diawali oleh rongga mulut (cavum oris) dan di akhiri oleh anus. Di dalam rongga mulut terdapat gigi, gigi vomerin pada langitlangit, lidah (menangkap mangsa), dan kelenjar ludah. Dari cavum oris makanan akan melalui faring, esofagus yang menghasilkan sekresi alkalis dan mendorong makanan masuk ke dalam vetriculus (lambung) yang berfungsi sebagai gudang pencernaan. Pada katak, lambung dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus, Kontraksi dinding otot
14
ventriculus meremas makanan menjadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim, yang merupakan katalisator. Enzim yang dihasilkan oleh ventriculus dan intestinum terdiri atas pepsin, tripsin, erepsin untuk protein, lipase untuk lemak. Di samping itu ventrikulus menghasilkan asam klorida untuk mengasamkan bahan makanan. Gerakan yang menyebabkan bahan makanan berjalan dalam saluran disebut gerak peristaltik. Makanan masuk ke dalam intestinum dari ventriculus melalui klep pyloris. Intestinum (usus) ini dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus meliputi duodenum, jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya. Sedangkan usus tebal berakhir pada rektum dan menuju anus. Amfibi darat juga memiliki kelenjar intermaksilari pada dinding mulutnya. Ada beberapa amfibi yang lidahnya tidak dapat bergerak, tetapi sebagian besar bangsa amfibi mempunyai lidah yang dapat dijulurkan ke luar serta katak dan kodok lidah digulung ke lambung. Usus menunjukkan berbagai variasi. Pada Caecillia menunjukkan ada gulungan kecil dan tidak dibedakan antara usus kecil dan usus besar, pada katak dan kodok terdapat usus yang relatif panjang, menggulung yang membuka kloaka. Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan pancreas yang memberikan hasil sekresinya pada usus. Hati terdiri dari beberapa lobus. Hati berfungsi menghasilkan bilus (zat empedu) yang dihasilkan akan ditampung sementara dalam vesica felea, yang kemudian akan dituangkan dalam intestinum melalui ductus Cystecus dahulu kemudian melalui ductus cholydocus yang merupakan saluran gabungan dengan dengan saluran yang dari pankreas. Fungsi bilus untuk mengemulsikan zat lemak. Pankreas berwarna kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari (duadenum). pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum.
15
Contoh
amphibia adalah
Megalobatrachus
japonicus
(salamander
raksasa), Ichtyosis glutinous (salamander cacing), dan Rana pipiens (katak hijau).
3. Sistem Pencernaan Reptilia (Hewan Melata) Sistem pencernaan reptilia meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan meliputi mulut, esophagus, lambung, usus halus, usus besar,dan anus (kloaka). Sedangkan kelenjar pencernaannya adalah hati, kantong dan pankreas. Reptil umumnya karnivora (pemakan daging). Saluran pencernaan di mulai dari mulut. Adapun pada bagian rongga mulut ini disokong oleh rahang atas dan bawa yang masing-masing memiliki deretan gigi berbentuk kerucut. Deretan gigi tersebut menempel pada gusi dan sedikit melengkung ke arah
rongga mulut.
Pada umumnya reptil tidak
mengunyah makanannya, sehingga giginya berfungsi sebagai penangkap mangsa. Selain gigi di dalam rongga mulut juga terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua. Lidah berfungsi untuk menangkap mangsa dan kelenjar ludah untuk mempermudah penelanan mangsa. Setelah itu kerongkongan (esophagus) yaitu
merupakan saluran di belakang rongga mulut yang
menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Di dalam esophagus tidak terjadi proses pencernaan. Dari esofagus, makanan masuk ke lambung (ventrikulus) yang merupakan tempat
penampungan
makanan
dan pencernaan
makanan 16
berupa saluran pencernaan yang membesar dibelakangesophagus. Disini makanan baru mengalami proses pencernaan. Pada bagianfundus pylorus makanan dicerna secara mekanik dan kimia. Setelah di proses di lambung, selanjutnya masuk ke intestinum (usus) yang terdiri dari usus halus dan usus tebal yang bermuara pada anus. Dalam usus halus terjadi proses penyerapan dan sisanya menuju ke rectum, kemudian diteruskan ke anus untuk dibuang. Kelenjar pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas. Hati pada reptilia memiliki dua lobus (gelambirf) dan berwarna kemerahan.
Kantung
empedu
terletak
pada
tepi
sebelah
kanan
hati.
Pankreas berada di antara lambung dan duodenum, berbentuk pipih kekuningkuningan.
Contoh reptilia adalah Lacerta agilis (kadal), Hemidactylus frenatus (cicak), Varanus komodoensis (komodo), Boiga sp. (ular pohon), Naja tripudians (ular kobra), Chelydra sepentia (kura-kura air tawar), Chelonia mydas (penyu), Crocodylus sp. (buaya), Aligator sp. (aligator), dan
Sphenodon punctatus
(tuatara).
4. Sistem Pencernaan Aves (Burung) Sistem pencernaan aves meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan meliputi mulut, esophagus, krop atau tembolok, lambung kelenjar (proventrikulus), lambung otot atau empedal (ventrikulus) berdinding tebal, usus halus (intestinum tenue), usus besar (intestinum crassum) yang terdapat sepasang usus buntu di antara usus halus dan usus besar, serta anus (di bawah ekor). Kelenjar pencernaannya adalah hati, kantung empedu, dan
17
pankreas. Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buahbuahan. Saluran pencernaan aves dimulai mulut yang berupa paruh sebagai adaptasi dari bentuk makanannya. Selanjutnya ditelan dan melewati esofagus. Pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini yang disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan cepat. Dari tembolok makanan masuk ke lambung. Lambung terdiri dari proventrikulus (lambung
kelenjar)
dan
ventrikulus
(lambung
pengunyah/empedal).
Proventrikulus (lambung kelenjar) dinding ototnya tipis dan banyak menghasilkan enzim pencernaan. Sedangkan ventrikulus (lambung pengunyah/empedal) dinding ototnya tebal dan berguna untuk membantu pencernaan pada burung pemakan biji-bijian, yang mana sering kali terdapat kerikir dan pasir yang ikut tertelan bersama biji-bijian yang dimakan. Hal ini disebut ” hen’s teeth”. Kelenjar pencernaan burung meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada burung merpati tidak terdapat kantung empedu.
Contoh aves adalah Gallus domestica (ayam buras), Struthio camelus (burung unta), Casuarius galeatus (burung kasuari), Columba fasciata (merpati), Geopelia struata (perkutut), Chaetura pelagica (walet), Passer montanus (burung gereja), dan Paradisea apoda (burung cendrawasih).
18
5. Sistem Pencernaan Mamalia (Hewan Menyusui) Pencernaan pada mamalia pada umumnya mirip dengan pencernaan manusia. Proses pencernaan dimulai dari rongga mulut (cavum oris) dan berakhir di anus. Berdasarkan struktur anatomi sistem pencernaannya, hewan mamalia dibedakan menjadi hewan ruminansia dan hewan nonruminansia. Hewan ruminansia merupakan hewan yang memiliki empat lambung, diantaranya rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Sistem pencernaan ini disebut juga dengan polygastrik. Sedangkan ternak non-ruminansia hanya memiliki satu lambung atau sering disebut dengan monogastrik. Semua pencernaan terjadi dalam usus halus, dan asam amino adalah hasil pencernaan yang diserap oleh tubuh. Seperti yang dijelaskan di sebelumnya, pada hewan ruminansia terdapat modifikasi lambung yang dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu: rumen (perut besar), retikulum
(perut
jala),
omasum
(perut
kitab),
dan
abomasum
(perut
masam).Lambungnya terdiri atas empat bagian : perut besar (rumen), perut jala (retikulum), perut kitab-kitab (omasum) dan perut masam ( abomasum). Bagianbagian lambung ini memiliki ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retlkulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasums 7-8%. Abomasum merupakan lambung yang sesungguhnya pada hewan ruminansia. Perut besar merupakan tempat sementara untuk mencerna makanan setelah dicerna di mulut. Dai perut besar, makanan masuk ke perut jala. Di perut jala makanan mengalami pelunakan sehingga terbentuk gumpalan-gumpalan kecil. Ketika hewan itu istirahat, gumpalan makanan itu dikembalikan ke mulut untuk dikunyah lagi oleh geraham. Setelah itu, makanan ditelan lahi masuk ke perut kitab-kitab yang mempunyai kelenjar. Di sana terjadi penyerapan air dan pengunyahan. Dari perut kitab-kitab makanan selanjutnya masuk ke intestinum kemudian ke usus besar. Usus sangat panjang yang didalamnya hidup koloni bakteri yang bersimbiosis mutualisme membantu menghancurkan dinding sel tumbuhan . Selanjutnya Sisa makanan menuju rektum dan dikeluarkan lewat anus. Dari perut kitab-kitab makanan diteruskan ke perut masam. Di sini makanan dicerna lagi secara kimiawi oleh enzim-enzim untuk selanjutnya masuk ke
19
intestinum kemudian ke usus besar. Sisa makanan menuju rektum dan dikeluarkan lewat anus.
Pada hewan nonruminansia seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti halnya pada sapi untuk fermentasi selulosa. Hewan nonruminansia ini hanya memiliki satu lambung atau disebut dengan monogastric.Proses fermentasi atau pembusukan yang dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banvak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi dilambung. Akibatnya, kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yaitu pada sekum. Sedangkan pada sapi, proses pencernaan terjadi dua
20
kali, yaitu pada lambung dan sekum keduanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu. Pada hewan nonruminansia contohnya kelinci alat pencernaannya terdiri dari mulut, esophagus, perut, usus halus, usus besar dan anus. Adapun proses pencernaan dimulai di mulut, dimana makanan akan diremukkan oleh gigi dan dicampur dengan liurnya. Ketika makanan sudah terasa halus, kelinci akan menelan makanan melewati kerongkongan dan makanan akan berpindah ke lambung. Di lambung terjadi kontraksi otot yang akan meremas dan memutar makanan, memisahkan partikel-partikel dan mencampurkan mereka dengan cairan lambung. Namun fungsi utama lambung sendiri sebagai organ penyimpanan dan sterilisasi sebelum makanan dipindah ke usus halus.Bagian penting dari pencernaan baru akan dimulai di usus halus, dimana asam lambung dineutralisir dan enzim-enzim dari hati dan pankreas dicampur dengan makanan. Enzim ini penting untuk mencerna dan menyerap karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Kemudian 90% fruktosa, protein, dan sari-sari makanan lain akan diserap, namun selulosa dan serat lain yang tidak dapat dicerna dengan baik (termasuk kulit pohon yang sering digerogoti kelinci maupun serat yang ada di pellet mereka) akan disingkirkan. Dalam cecum, bakteri akan mencerna selulosa, hampir semua jenis gula, sari-sari makanan dan protein berlebih yang tidak tercerna di usus halus. Setiap 3 sampai 8 jam cecum akan berkontraksi dan memaksa material yang ada di dalamnya untuk kembali ke usus besar, dimana sisa-sisa tersebut akan dilapisi oleh lendir, dan berpindah ke anus. Sisa-sisa ini akan menjadi kotoran yang berbentuk seperti anggur hitam kecil-kecil yang disebut “cecothropes” atau “cecal pills”. Kelinci biasanya akan memakan cecothropesnya kembali langsung dari anus untuk mencerna kembali sari-sari makanan yang tidak tercerna tadi dan menerima nutrisi yang lebih banyak. Sedangkan partikel-partikel besar dari serat yang tidak tercerna yang dibuang ke usus besar akan membentuk kotoran keras berbentuk bundar (fecal pills). Cecal pills berbentuk anggur dan sedikit basah karena terbentuk dari sisa-sisa makanan dan partikel serat kecil. Fecal pills berbentuk bulat dan keras karena terbentuk dari serat kasar dan dibuang secara melingkar.
21
Contoh mamalia adalah Ornithorynchus anatinus (platipus), Macropus (kangguru), Myotes (kelelawar), Mus musculus (tikus), Equus caballus (kuda), Bos indicus (sapi), Elephas maximus (gajah sumatera), Canis familiaris (anjing), Felis leo (singa), dan Pongo pygmaeus (orang utan).
C. Sistem Pencernaan Invertebrata 1. Sistem Pencernaan Porifera (Hewan Berpori) Pencernaan makananan pada porifera adalah intraseluler, intraseluler merupakan pencernaan makanan yang terjadi di tingkat sel / didalam sel. Proses tersebut diawali dari masuknya air melalui pori – pori tubuh porifera (ostium), selanjutnya air akan masuk kedalam tubuh bersamaan dengan plankton dan bakteri yang menjadi sumber makanannya. Melalui mikrofili yang terdapat pada sel koanosit lapisan endodermis porifera, plankton dan bakteri akan tersaring. Makanan ditangkap oleh mikrofili dan kemudian dicerna di dalam vakuola
22
makanan. Sel amoeboid memiliki tugas untuk mengedarkan hasil ‘tangkapan’ tersebut keseluruh tubuh porifera. Sisa-sisa makanan yang tidak berguna dikeluarkan oleh mikrofili ke dalam air di dalam spongosol dan seterusnya melalui lubang yang berada di pusta tubuhnya yaitu oskulum.
Contoh porifera adalah Sycon, Clathrina, Euplectella, Pheronema, Euspongia, Phyllospongia, Spongilla, dan Callyspongia.
2. Sistem Pencernaan Coelenterata (Hewan Berongga) Saluran pencernaan pada hewan ini tidak sempurna,yaitu berupa rongga gastrovaskuler yang terletak di tengah tubuh dan berperan sebagai anus. Rongga tubuh (coelom) berupa rongga gastrovaskuler yang berfungsi sebagai alat pencernakan dan sirkulasi makanan. Sistem pencernaan berlangsung secara ekstraseluler (dalam gastrovaskuler) dan intraseluler (dalam sel endoderm). Makanannya antara lain berupa udang-udangan tingkat rendah dan larva insekta. Makan ditangkap dengan tentakel-tentakelnya kemudian dimasukkan ke dalam mulut dan diteruskan ke dalam rongga gastrovaskular. Dinding gastrovaskular mengeluarkan enzim untuk mencerna makanan. emacam tripsin untuk mencerna protein oleh sel kelenjar enzim padagastrodermis. Makanan akan hancur menjadi partikel-partikel kecil seperti bubur dan dengan gerakan flagela diaduk secara merata. Sel otot pencerna mempunyai pseudopodia untuk menangkap dan menelan partikel makanan, dan pencernaan dilanjutkan secara
23
intraseluler. Sari-sari makanan diserap oleh sel-sel usus, kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh secara difusi. Cadangan makanan berupa lemak danglikogen. Sisa makanan yang tidak terpakai dibuang melalui anus.
Contoh coelenterata adalah Hydra, Aurelia autita (ubur-ubur), Metridium, Oculina, Tubipora musiza, dan Corallium mobile.
3. Sistem Pencernaan Platyhelminthes (Cacing Pipih) Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem gastrovaskuler, dimana peredaran makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus. Sistem pencernaan cacing pipih dimulai dari mulut, faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan. Di belakang kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh.
24
Dengan demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengedarkan makanan ke seluruh tubuh. Sedangkan sisa makanannya dibuang melalui mulut.
a. Kelas Tubellaria (Cacing Getar) Saluran pencernaannya terdiri dari mulut,faring, dan usus, tidak mempunyai anus. Mulut terdapat di bagian ventral, kurang lebih di bagian tengah tubuh. Faring dapat dijulurkan dan berhubungan dengan usus (rongga gastrovaskuler). Usus bercabang tiga: satu cabang ke arah anterior dan dua cabang ke arah posterior. Tiap-tiap cabang usus tersebut bercabang lagi ke seluruh tubuh melalui cabang-cabang usus, sedangkan sisa makanan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut.
Contoh Turbellaria adalah Planaria.
b. Kelas Trematoda (Cacing Isap) Alat pencernaannya terdiri dari mulut, kerongkongan pendek, dan usus yang bercabang dua.
25
Contoh Trematoda adalah Fasciola hepatica (parasit pada hati domba), Clonorchis sinensis (parasit pada manusia, ditularkan melalui ikan), dan Schistosoma japonicum.
c. Kelas Cestoda (Cacing Pita) Cacing ini tidak memiliki mulut dan saluran pencernaan,karena makanan diserap langsung berupa sari makanan oleh permukaan tubuh.
Contoh Cestoda adalah Taenia saginata (inang perantaranya adalah sapi) dan Taenia solium (inang perantaranya adalah babi).
4. Sistem Pencernaan Nemathelminthes (Cacing Gilik) Sistem pencernaan cacing ini telah lengkap, terdiri dari mulut, faring, usus, dan anus. Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat pada ujung posterior. Beberapa jenis ada yang memiliki kait pada mulutnya. Memiliki cairan pseudoselom yang membantu sirkulasi makanan ke seluruh tubuh.Saluran pencernaan berupa pipa lurus yang dimulai dari kerongkongan (esofagus) dilanjutkan ke usus (intestinum) dan berakhir di anus.
26
Contoh nemathelmintes adalah
Ascaris lumbricoides (cacing gelang),
Ancylostoma duodenale (cacing tambang), dan Trichinella spiralis (cacing otot).
5. Sistem Pencernaan Annelida (Cacing Gelang) Annelida telah memiliki sistem pencernaan lengkap yang terdiri atas mulut, faring, kerongkongan (esofagus), tembolok, lambung otot (empedal), usus halus, dan anus yang memanjang sesuai dengan sumbu tubuh.
Contoh annelida adalah Eunice viridis (cacing pololo), Lysidice (cacing wawo), Lumbricus terestris (cacing tanah), Hirudo medicinalis (lintah), dan Haemodipsa (pacet).
6. Sistem Pencernaan Mollusca (Hewan Lunak) Sistem pencernaan Mollusca lengkap, terdiri atas mulut, esofagus, lambung, usus dan anus. Kecuali pada Pelecypoda, di dalam rongga mulut
27
Mollusca terdapat radula (lidah parut). Radula terdiri atas tulang muda (odontophore) yang di atasnya terdapat beberapa baris gigi kitin yang ujungnya mengarah ke dalam. Radula berfungsi untuk mengerok lumut, merumput, mengebor, dan menangkap mangsa. Anus terletak di tepi dorsal rongga mantel, di bagian posterior. Sisa pencernaan berupa pelet yang padat, sehingga tidak mencemari rongga mantel. Di samping itu juga terdapat kelenjar pencernaan yang sudah berkembang baik.
a. Kelas Polyplacophora Organ pencernaan dimulai dari mulut yang dilengkapi radula dan gigi, faring, perut, usus halus (intestinum), dan terakhir anus. Kelenjar pencernaannya adalah hati yang berhubungan dengan perut. Contoh Polyplacophora adalah Chiton.
b. Kelas Gastropoda Alat pencernaan meliputi rongga mulut, kerongkongan, kelenjar ludah, tembolok, lambung kelenjar, anus. Saluran pencernaan berbentuk U. Makanan dipotong-potong oleh rahang tanduk dan dikunyah oleh radula serta dibasahi dengan lendir dari kelenjar ludah. Kemudian makanan ditelan ke kerongkongan dan berturut-turut menuju tembolok, lambung, dan dibuang lewat anus yang terdapat di kepala.
Contoh Gastropoda adalah Achatina fulica (bekicot).
28
c. Kelas Chepalopoda Organ pencernaan dimulai dari rongga mulut yang dikelilingi tentakel, dan berturut-turut menuju faring, esofagus,lambung, usus halus, dan berakhir di anus. Di faring terdapat radula dan hati.
Contoh Chepalopoda adalah Nautilus sp., Octopus (gurita), Sepia (sotong) dan Logigo (cumi-cumi).
d. Kelas Pelecypoda Makanan masuk bersama air ke mulut karena adanya silia pada palpus labialis. Esofagus pendek menghubungkan mulut dengan lambung, makanan kemudian diserap di usus dan sisanya dibuang ke anus.
Contoh Pelecypoda adalah Pecten sp. (kerang).
7. Sistem Pencernaan Echinodermata (Hewan Berkulit Duri) Sistem pencernaannya lengkap tetapi sederhana. Akan tetapi ada beberapa spesies yang tidak mempunyai anus.
29
a. Kelas Asteroidea (Bintang Laut) Saluran pencernaan dimulai dari mulut yang berhubungan dengan kerongkongan yang sangat pendek dan selanjutnya bersambung dengan kantung yang berperan sebagai lambung. Lambung terdiri dari dua bagian, bagian muka (kardiak) berukuran lebih besar daripada bagian belakang (pilorus), dalam proses pencernaan,lambung mengeluarkan sekresi mukosa. Dari pilorus muncul saluran ke masing-masing lengan. Lengan bercabangcabang menjadi dua yang disebut caeca hepatis (warnanya hijau) atau disebut juga sakus pilorus; di sini dilakukan sekresi enzim untuk mencerna tubuh lunak moluska mangsanya. Di atas lambung terdapat usus, berupa saluran pendek yang terbuka pada daerah anus. Bahan makanan dicerna dengan bantuan mukosa dan enzim, sedangkan bahan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut. Cairan dala selom mengandung zat makanan yang diedarkan oleh silia ke seluruh tubuh.
Contoh Astereidea adalah Astropecten irregularis, Achanthaster planci, Crossaster papposus, dan Culeita.
b. Kelas Ophiuroidea (Bintang Ular) Alat-alat pencernaan makanan terdapat dalam bola cakram, dimulai dari mulut yang terletak di pusat tubuh kemudian lambung yang berbentuk kantung. Hewan ini tidak memiliki anus. Di sekeliling mulut tedapat rahang yang berupa
30
5 kelompok lempeng kapur. Bahan makanan yang tidak tercerna dibuang keluar melalui mulut.
Contoh Ophiuroidea adalah Ophiopholis aculeata.
c. Kelas Echinoidea (Landak Laut) Sistem pencernaan berupa saluran panjang dan melingkar dalam cangkang. Saluran pencernaan dimulai dari mulut, terletak di daerah oral kemudian kerongkongan yang memiliki saluran sifon dan bersilia. Mulut berukuran besar dikelilingi oleh 5 rangka samping yang ada dalam cangkang. Saluran sifon menghubungkan kerongkongan dengan usus. Saluran pencernaan berikutnya adalah lambung yang diperluas oleh kantung-kantung dan berakhir di rektum. Anus terletak di daerah permukaan aboral, yaitu di pusat tubuh di antara lempeng kapur yangn mengandung 2,4 sampai 5 lubang genital. Beberapa Echinoidea memiliki mulut dan anus di bagian pinggir tubuhnya, tetapi ada pula yang mulutnya terletak di tengah.
Contoh Echinoidea adalah Arbacia puncutulata, Eucidaris, Tripneustes, dan Colobocentrotus.
31
d. Kelas Holothuroidea (Teripang/ Timun Laut) Saluran pencernaannya bulat panjang dengan posisi merentang di atas rongga tubuh dalam selom. Kerongkongan pendek merupakan sambungan dari mulut ke lambung. Dari lambung saluran pencernaan berikutnya adalah usus yang panjang dan berhubungan dengan kloaka. Saluran pencernaan berakhir dengan sebuah anus di daerah posterior.
Contoh Holothuroidea adalah Holothuria edulis.
8. Sistem Pencernaan Arthropoda (Hewan Berbuku-buku) Saluran pencernaan arthropoda lengkap yaitu terdiri dari dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Anus terdapat pada segmen posterior.
a. Kelas Crustacea (Udang-udangan)
Pada Crustacea, mulutnya memiliki sepasang mandibula, maksila dan dua pasang maksila pipet. Makanan Crustacea berupa bangkai hewan-hewan kecil dan tumbuhan. Alat pencernaan makanannya meliputi mulut yang terletak pada bagian anterior tubuhnya sedangkan esophagus, lambung (ventrikulus), usus dan anus terletak di bagian posterior. Hati (hepar) terletak di dekat lambung. Sisa pencernaan selain dibuang melalui anus, juga dibuang melalui alat eksresi disebut kelenjar hijau yang terletak di dalam kepala.
32
Contoh Crustacea adalah Daphnia sp., Artemia sp., Aboilia sp., Assellus aquaticus, Gammarus, Lernaea, Portunus sexdentatus (kepiting), dan Penaeus monodon (udang windu).
b. Kelas Insekta (Serangga)
Pada insekta mulut terdiri dari sepasang mandibula dan sepasang maksila labium. Serangga adalah hewan pemakan segala zat organic. Saluran pencernaan itu biasanya berasal dari mulut hingga anus. Namun pada serangga alat pencernaanya berbeda-beda disesuaikan dengan jenis makanan yang dikonsumsinya. Terdapat tiga saluran utama dalam system pencernaan serangga yaitu stromodeum (saluran pencernaan depan) yang terdiri dari usus depan (foregut), usus tengah (midgut) dan usus belakang (kindgut); mesenteron (saluran pencernaan tengah) yang terdiri dari kantung gastric dan ventrikulus; serta proktodeum (saluran pencernaan belakang) yang terdiri dari ileum, kolon dan rektum. Stromodeum dan proktodeum dilapisi dengan lapisan kotikula, sedangkan mesentron tidak. Usus depan (foregut) ini dilapisi oleh lapisan kotikula dan berfungsi sebagai pencernaan awal dan tempat menyimpan makanan, bagian ini dimulai dari bagian mulut, eshopagus, crop dan proventiculus. Usus tengah (midgut) berfungsi untuk mencerna makanan dan absobsi nutrisi ke dalam tubuh serta di dalam bagian akhir midgut terdapat tubulus Malpighi yang berperan sebagai organ ekresi pada serangga. Usus belakang (kindgut) berfungsi untuk mencerna kembali makanan yang tidak
33
berhasil dicerna di usus tengah, dan mengoptimalkan kembali hasil eksresi yang berasal dari tubulus Malpighi ke dalam hemolimpa. Kindgut ini dilapisi kotikula serta tersusun atas ileum, rectum dan berakhir di anus.
Contoh Insekta adalah Lepisma sacharina (kutu buku), Tenodera aridifolia (belalang sembah), Phasmida (belalang daun), Hemeogtyllus japanicus (jangkrik), dan Musca deomestica (lalat rumah).
c. Kelas Arachnida (Laba-laba)
Pada Arachnida, mulutnya terdiri dari sepasang kalisera dan pedipalpus. Sistem pencernaan Arachnida dimulai dari mulut, perut, usus halus, usus besar, kantung feses dan anus. Alat pencernaan dilengkapi dengan lima pasang usus buntu yang terletak di bagian depan dan hati di bagian abdomen. Makanan ditangkap dengan jaring tepi dan ada pula yang diisap dari inangnya oleh Arachnida yang hidup sebagai parasit.
34
Contoh Arachnida adalah Thelyphonus contudus (kalajengking), Mastigopractus giganteus (laba-laba raksasa), dan Dermacentor variabilis (caplak anjing).
d. Kelas Myriapoda (Lipan)
Pada Myriapoda, mulutnya memiliki sepasang mandibula dan dua pasang maksila pada subkelas Chilopoda, sedangkan subkelas Diplopoda hanya memiliki sepasang mandibula dan maksila. Chilopoda bersifat karnivor dengan gigi beracun pada segmen pertama, sedangkan Diplopoda bersifat herbivore (pemakan sampah dan daun-daunan). Sistem pencernaan makanan dari mulut masuk ke esofagas, kemudian ke lambung (ventrikulus). Dari lambung, makanan dibawah ke usus dan sisa makanan dikeluarkan lewat anus yang terletak di posteriol tubuh. Pada jangkrik, terdapat pelebaran esafogus berbentuk tabung bulat yang berotot, yang disebut tembolok atau krop. Contoh Myriapoda adalah Scolopendra subspinepes (lipan).
35
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara proses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan kesatuan sistem pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan-bahan makanan menjadi sari-sari makanan yang siap diserap dalam tubuh. Vertebrata dibedakan menjadi beberapa kelompok hewan yang memiliki sistem pencernaan yang berberda-beda yaitu sebagai berikut. 1. Sistem pencernaan pisces (ikan) meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan meliputi mulut, faring, esophagus, usus, dan anus. Sedangkan kelenjar pencernaannya adalah hati dan pankreas. 2. Sistem pencernaan amphibia (amfibi) meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan meliputi rongga mulut, rahang, esofagus, vertikulus (lambung), intestinum (usus), usus tebal, dan anus. Sedangkan kelenjar pencernaannya adalah hati dan pankreas. 3. Sistem pencernaan reptilia (hewan melata) meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan meliputi mulut, esophagus, lambung, usus halus, usus besar,dan anus (kloaka). Sedangkan kelenjar pencernaannya adalah hati, kantong dan pankreas. 4. Sistem pencernaan aves meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan meliputi mulut, esophagus, krop atau tembolok, lambung kelenjar
(proventrikulus),
lambung otot
atau
empedal
(ventrikulus)
berdinding tebal, usus halus (intestinum tenue), usus besar (intestinum crassum) yang terdapat sepasang usus buntu di antara usus halus dan usus besar, serta anus (di bawah ekor). Kelenjar pencernaannya adalah hati, kantung empedu, dan pankreas. 5. Pencernaan pada mamalia pada umumnya mirip dengan pencernaan manusia. Proses pencernaan dimulai dari rongga mulut (cavum oris) dan berakhir di anus. Berdasarkan struktur anatomi sistem pencernaannya, hewan mamalia
36
dibedakan menjadi hewan ruminansia dan hewan nonruminansia. Hewan ruminansia merupakan hewan yang memiliki empat lambung, diantaranya rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Sistem pencernaan ini disebut juga dengan polygastrik. Sedangkan ternak non-ruminansia hanya memiliki satu lambung atau sering disebut dengan monogastrik. Semua pencernaan terjadi dalam usus halus, dan asam amino adalah hasil pencernaan yang diserap oleh tubuh. Invertebrata dibedakan menjadi beberapa kelompok hewan yang memiliki sistem pencernaan yang berberda-beda yaitu sebagai berikut. 1. Sistem pencernaan porifera (hewan berpori) berlangsung secara intraseluler, intraseluler merupakan pencernaan makanan yang terjadi di tingkat sel / didalam sel. Proses tersebut diawali dari masuknya air melalui pori – pori tubuh porifera (ostium) dan diakhiri dengan dikeluarkannyay sisa-sisa makanna bersama air melalui oskulum. 2. Sistem pencernaan coelenterata (hewan berrongga) tidak sempurna,yaitu berupa rongga gastrovaskuler yang terletak di tengah tubuh dan berperan sebagai anus. Rongga tubuh (coelom) berupa rongga gastrovaskuler yang berfungsi sebagai alat pencernakan dan sirkulasi makanan. Sistem pencernaan berlangsung secara ekstraseluler (dalam gastrovaskuler) dan intraseluler (dalam sel endoderm). 3. Sistem
pencernaan
platyhelminthes
(cacing
pipih
disebut
sistem
gastrovaskuler, dimana peredaran makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus. Sistem pencernaan cacing pipih dimulai dengan masuknya makanan ke mulut dan berakhir dengan keluarnya sisa makanan melalui mulut pula. 4. Sistem pencernaan nemathelminthes (cacing gilik) telah lengkap, terdiri dari mulut, faring, usus, dan anus. Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat pada ujung posterior. Beberapa jenis ada yang memiliki kait pada mulutnya. 5. Sistem pencernaan annelida (cacing gelang) lengkap yang terdiri atas mulut, faring, kerongkongan (esofagus), tembolok, lambung otot (empedal), usus halus, dan anus yang memanjang sesuai dengan sumbu tubuh.
37
6. Sistem pencernaan mollusca (hewan lunak) lengkap, terdiri atas mulut, esofagus, lambung, usus dan anus. Kecuali pada Pelecypoda, di dalam rongga mulut Mollusca terdapat radula (lidah parut). 7. Sistem pencernaan echinodermata (hewan berkulit duri) lengkap tetapi sederhana. Akan tetapi ada beberapa spesies yang tidak mempunyai anus. 8. Saluran pencernaan arthropoda (hewan berbuku-buku) lengkap yaitu terdiri dari dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Anus terdapat pada segmen posterior.
B. Saran Tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu juga halnya malakah ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca juga bagi penulis sendiri.
38
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1983. Hijauan Makanan Ternak: Potong, Kerja, & Perah. Yogyakarta: Kanisius. Anonim. 2014. Sistem Pencernaan. https://ml.scribd.com/doc/242813809/Sistem-Pencernaan. Diakses pada 20 maret 2015 21:01 WIB. Anonim. 2015. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). http://www.academia.edu/8119622/RENCANA_PELAKSANAAN_PEM BELAJARAN_RPP. Diakses pada 20 maret 2015 21:07 WIB. Anonim. 2015. Sistem Pencernaan pada Makhluk Hidup. http://www.academia.edu/9902435/Sistem_Pencernaan_Pada_Makhluk_H idup. Diakses pada 20 maret 21:34 WIB. Campbell, Neil A. dkk. 2004. Biologi Jilid 3, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
39