MAKALAH SISTEM ENDOKRIN I “PENGKAJIAN PADA SISTEM ENDOKRIN”
Dosen pembimbing : Hj. Siti Sholikah S.kep,Ns M.Kep
Disusun Oleh : Nama : Trully Eko Susanto NIM
: 11.02.02.0832
Kelas
: 8A – Keperawatan
STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN PRODI S1-KEPERAWATAN Tahun 2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT . Karena atas Rahmat dan Karunia-Nyalah, kami selaku penulis makalah yang berjudul ”Pengkajian Pada Sistem Endokrin” yang mana makalah ini sebagai salah satu tugas makalah sistem endokrin I, Alhamdulillah dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Maka dengan terselesainya makalah ini, kami selaku penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada: 1.
Drs H.Budi Utomo,Amd.Kep.M.Kes, selaku ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan.
2.
Arifal
Aris
S.Kep,Ns
M.Kes,
selaku
ketua
prodi
S1
KEPERAWATAN STIKES Muhammadiyah Lamongan. 3.
Hj. Siti Sholikah S.Kep,Ns M.Kep selaku dosen pembimbing tugas makalah Sistem Endokrin I.
4.
Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga dapat digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Lamongan, Maret 2015 Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i KATA PENGANTAR......................................................................................ii DAFTAR ISI....................................................................................................iii BAB I : PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3
Latar Belakang........................................................................1 Rumusan Masalah...................................................................1 Tujuan.....................................................................................1
BAB II: KONSEP DASAR TEORI 2.1 Definisi Sistem Endokrin........................................................2 2.2 Jenis Kelenjar Endokrin..........................................................3 2.3 Kelainan Sistem Endokrin......................................................4 BAB III : PENGKAJIAN SISTEM ENDOKRIN 3.1 Analisa Data............................................................................5 3.2 Diagnosa Keperawatan...........................................................6 3.3 Intervensi................................................................................6 3.4 Implementasi...........................................................................12 3.5 Evaluasi...................................................................................15 BAB IV : PENUTUP 4.1 Kesimpilan..............................................................................17 4.2 Saran.......................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh. Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel. Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh yangsangat luas. Hormon terikat kepada reseptor di permukaan sel atau di dalam sel. Ikatan antara hormon dan reseptor akan mempercepat, memperlambat atau merubah fungsi sel. Terjadinya gangguan pengendalian endokrin akan menyebabkan beberapa kelainan, seperti penyakit gigantisme dan juga kretinisme. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari sistem endokrin ? 2. Apa saja jenis-jenis kelenjar endokrin ? 3. Apa kelainan yang disebabkan dari kelenjar endokrin ? 4. Bagaimana cara melakukan pengkajian pada sistem endokrin (diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi) 1.3 Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari sistem endokrin ? 2. Mengetahui jenis-jenis kelenjar endokrin ? 3. Mengetahui kelainan yang disebabkan dari kelenjar endokrin ? 4. Mengetahui cara melakukan pengkajian pada sistem endokrin (diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi) BAB II PEMBAHASAN
1
2.1 Definisi Sistem Endokrin Sistem endokrin adalah suatu proses dalam tubuh yang dapat memberikan rangsangan berupa rangsangan lambat, seperti pertumbuhan sel. Rangsangan yang cepat seperti pernafasan dan pergerakan tubuh yang dikontrol oleh sistem saraf. Tetapi dapat diketahui bahwa sistem saraf dan sistem endokrin adalah suatu sistem yang terpisah, tetapi kedua sistem tersebut akan bekerja sama terhadap setiap rangsangan fungsi tubuh.
Dasar dari sistem endokrin adalah hormin dan kelenjar (glandula), sebagai senyawa kimia perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi dari sel satu ke sel lainnya. Banyak hormon yang berbeda-beda masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing tipe hormon tersebut bekerja dan memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu. Kelenjar adalah sekelompok sel yang menghasilkan atau mensekresi senyawa kimia. Senyawa kimia yang dihasilkan oleh kelenjar tersebut akan melepaskan diri dari darah atau sekresi senyawa kimia untuk dapat memberikan respon dalam tubuh. Beberapa tipe kelenjar melepaskan senyawa kimia pada lingkungan yang khusus. Sebagai contoh Exocrine gland (kelenjar eksokrin) seperti kelenjar rasa manis dan ludah, pelepasannya dalam kulit atau dalam mulut. Kelenjar endokrin dilain pihak, melepaskan lebih dari 20 jenis hormon yang dibawa dalam aliran darah, yang dapat memberikan rangsangan dari sel yang satu ke sel yang lainnya dalam tubuh.
2
2.2 Jenis Kelenjar Endokrin
a. Kelenjar
Pituitari Kelenjar
pituitari ini
dikenal
sebagai master of glands (raja dari semua kelenjar) karena pituitari itu dapat mengkontrol kelenjar endokrin lainnya. Sekresi hormon dari kelenjar pituitari ini dipengaruhi oleh faktor emosi dan perubahan iklim. Pituitari dibagi 2 bagian, yaitu anterior dan posterior. Bagian anterior menghasilkan hormon pertumbuhan, prolaktin, tirotropin, kortikotropin, endorfin,
dan
hormon
seks.
Sedangkan
pada
bagian
posterior
menghasilkan hormon antidiuretik (ADH) dan oksitosin. 1. Adrenolcorticoid hormone (ACTH) 2. Prolaktin asi 3. Tyroid Simulating hormone (TSH) 4. Gonadotropin FSH : spermatogenesis dan oogenesis LH : ovulasi 5. Somatropin : untuk pertumbuhan tulang b. Kelenjar Tiroid Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap hormon lainnya. Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih besar oleh epoprostenol. Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid (TSH) hipofisis, dibawah kendali hormon pelepas tirotropin (TRH) hipotalamus melalui sistem umpan balik hipofisis-hipotalamus. Faktor utama yang mempengaruhi laju sekresi TRH dan TSH adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi dan laju metabolik tubuh.
3
c. Kelenjar Paratiroid Ada 2 jenis sel dalam kelejar paratiroid, ada sel utama yang mensekresi hormon paratiroid (PTH) yang berfungsi sebagai pengendali keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh melalui peningkatan kadar kalsium darah dan penuurunan kadar fosfat darah dan sel oksifilik yang d. e. f. g.
merupakan tahap perkembangan sel chief. Adrenalin Pankreas : Kelenjar ini menghasilkan hormon insulin Testis : Menghasilkan hormon testosteron Ovum Menghasilkan hormon estrogen yang berfungsi untuk menebalkan dinding rahim dan progesteron yang berfungsi untuk menjaga ketebalan dinding rahim.
2.3 Kelainan Sistem Endokrin a. Kekurangan tiroksin mengakibatkan badan seseorang menjadi kerdil yang biasa disebut kretinisme. b. Kelebihan tiroksin mengakibatkan tangan seseorang menjadi keringetan dan mata keluar yang biasa disebut basedowi c. Pada orang dewasa kekurangan hormon tiroksin mengakibatkan gondok d. Kekurangan hormon somatropin mengakibatkan kekerdilan atau dwarftisme e. Kelebihan hormon somatropin mengakibatkan gigantisme (raksaksa) f. Pada orang dewasa mengakibatkan akromegali yaitu penebalan tulang pipih. BAB III PENGKAJIAN SISTEM ENDOKRIN 3.1 Analisa Data No 1
Data Ds: pasien mengatakan badannya terasa panas.
Etiologi Peningkatan
Masalah Hipertermi
metabolik
Do: -
Badan teraba panas
-
Kulit klien memerah
TTV: Suhu:37,9 C
4
Nadi: 110 x /menit RR: 27 x / menit 2
TD: 130/80 mmHg Ds: Klien mengatakan sering sesak nafas
Hiperventilasi
(dispnea)
Pola nafas tidak
Do :
Efektif
- RR : 27x /menit 3
- Nafas klien pendek Ds: pasien mengatakan mudah lelah dan
Kelelahan
merasa tidak enak badan
Intoleransi aktivitas
Do : - lelah 4
- Berkeringat Ds: klien mengeluh terganggu dengan kondisi tubuhnya yang edema
Ikterus dan
Gangguan
edema
integritas
Do :
kulit
- ada ikterus
5
- Ada kerusakan kulit - Edema Ds: klien mengeluh malu untuk
Perubahan
bersosialisasi dengan lingkungan dan
pada
tidak percaya diri
tubuh
Gangguan
struktur citra diri
Do : - kondisi tubuh klien terganggu - Mobilitas terganggu - Pasien tidak bisa mandiri
3.2 Diagnosa Keperawatan 1) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolik 2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi. 3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, letargi, dan malaise (tidak enak badan) 4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ikterus dan edema
5
5) Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan pada struktur tubuh, kebutaan,
disfungsi
seksual,
masalah
mobilitas,
dan
masalah
kemandirian. 3.3 Intervensi No 1
Diagnosa Hipertermi
Tujuan & KH Setelah dilakukan
b.d
tindakan asuhan
peningkatan
keperawatan
metabolik
selama 2 x 24 jam diharapkan Suhu tubuh klien kembali normal
intervensi 1. monitor suhu sesering mungkin 2. anjurkan klien
Rasional 1. untuk membantu suhu kembali normal 2. mengonsumsi
untuk
banyak air untuk
mengonsumsi
mengembalikan
banyak air
suhu normal
minum 3. kolaborasi KH :
dalam
K :klien
pemberian
mengetahui
antipiretik
3. baik untuk menurunkan suhu tubuh
penyebab terjadinya hipertermi A :klien mampu menunjukkan cara untuk mengatasi hipertermi P :klien mampu melakukan cara untuk mengatasi hipertermi P : - Suhu : 36,537ºC
6
- Kulit diraba 2
Pola nafas
tidak hangat Setelah dilakukan
tidak efektif
tindakan
frekuensi, ritme,
pernafasan
b.d
keperawatan
kedalaman
bervariasi
hiperventilasi
selama 1x24 jam
pernafasan
tergantung derajat
1.monitor
diharapkan klien dapat bernafas
2.ajarkan teknis
secara efektif
nafas dalam
3. atur posisi klien semi fowler
terjadinya
nafas A : klien mampu
kenyamanan dan mempermudah pernafasan 4. maksimalkan
ketidak efektifan pola
dalam dapat nafas lebih baik 3. memberikan
K: klien penyebab
gagal nafas 2. teknik nafas membantu pola
KH : mengrtahui
1. kedalaman
4. koleborasi
bernafas dan
dalam
turunkan kerja
pemberian
nafas
menunjukkan
oksigen
cara untuk
tambahan
mengatasi ketidak efektifan pola nafas P : klien mampu melakukan cara untuk mengatasi ketidak efektifan pola nafas P : - RR : 18-24
7
x/menit -
ber
nafas mudah tida -
k ada dispnea tida k didapat
3
Intoleransi
nafas pendek Setelah dilakukan
aktivitas
1. kaji tingkat
1. menyediakan
tindakan
toleransi
dasar bagi
b.d
keperawatan
aktivitas dan
pengkajian dan
kelelahan,
selama 2x24 jam
derajat
kriteria
letargi, dan
diharapkan ada
kelelahan,
selanjutnya untuk
malaise
peningkatan
letargi dan
mengkaji
(tidak enak
toleransi terhadap
malaise
efektivitas
badan)
aktivitas KH : K : klien mengetahui penyebab terjadinya intoleransi aktivitas A : Klien mampu
2. bantu dalam pelaksanaan aktivitas dan kebersihan diri bila pasien
istirahat bila
cara untuk
lelah atau bila
mengatasi
terdapat keluhan
intoleransi
nyeri atau tidak
melakukan cara untuk mengatasi
dan kebersihan diri dalam tingkat toleransi pasien
lelah 3. anjurkan pasien merasa
P : klien mampu
sebagian latihan
masih merasa
menunjukkan
aktivitas
tindakan 2. meningkatkan
enak badan 4. bantu memili latihan dan aktivitas yang di
3. menyimpan tenaga agar tidak kelelahan
4. merangsang minat pasien dalam menyeleksi aktivitas
8
intoleransi
inginkan
aktivitas P : - ada peningkatan aktivitas -
tida k ada kelelahan
-
tida k ada rasa nyeri dan tidak
4
Gangguan
enak badan Setelah dilakukan
integritas
tindakan
nyaman pada
menentukan
kulit
keperawatan
kulit karena
strategi yang
b.d
ikterus dan
selama 2x24 jam
edema
diharapkan ada perbaikan integritas kulit KH :
1. kaji rasa tidak
edema 2. perhatikan dan
penyebab terjadinya gangguan integritas kulit A : klien mampu menunjukkan cara untuk mengatasi gangguan
tepat 2. Memberikan
catat derajat
dasar untuk
ikterus serta
mendeteksi
luasnya edema
perubahan dan mengevaluasi
K : klien mengetahui
1. Membantu dalam
3. jaga agar kuku pasien tetap pendek dan tidak lancip 4. lakukan perawatan kulit dengan sering, hindari penggunaan
efektifitas terapi 3. Mencegah ekskoriasi kulit dan infeksi karena garukan 4. Menjaga kebersihan kulit, dan mencegah kekeringan kulit
obat dan lotion dengan bahan
integritas kulit 9
P : klien mampu melakukan cara untuk mengatasi
beralkohol 5. lakukan masase pada daerah
mobilisasi edema
penonjolan
agar tidak
tulang, sering
terjadi
membalik tubuh 6. Gunakan kasur
gangguan integritas kulit P : - tidak ada
dengan tekanan yang berubah
6. Meminimalkan tekanan yang
kerusakan
lama pada daerah
kulit
penonjolan tulang
-
kuli
-
t tidak kering tida
yang rentan terhadap kerusakan kulit
k ada edema 5
5. Meningkatkan
Gangguan
Setelah dilakukan
citra diri b.d
tindakan
faktor yang bisa
negatif pada diri
perubahan
keperawatan
mengancam
pasien
pada struktur
selama 2x24 jam
harga diri dan
tubuh,
diharapkan klien
ungkapan
kebutaan,
mampu percaya
pasien yang
disfungsi
diri dan bisa
negatif
seksual,
menerima kondisi
masalah
tubunya dengan
mobilitas,
baik
dan masalah
KH :
kemandirian.
K : klien mengetahui penyebab terjadinya gangguan citra diri
1. kaji faktor-
(dekubitus) 1. menghindari hal
mengenainya 2. buat pasien bahwa reaksinya terhadap stresor
2. memberikan informasi yang benar kepada pasien
adalah normal dan reaksi itu tidak sama pada setiap individu 3. bantu pasien mempertahanka
3. dapat
10
A : klien mampu
n seoptimal
meningkatkan rasa
menunjukkan
mungkin
percaya diri
cara untuk
kemandirian
pasien, dan
mengatasi
dalam
membantu pasien
gangguan citra
melakukan
agar tidak
diri
aktivitas hidup
ketergantungan
sehari-hari dan
dengan orang lain
P : klien mampu melakukan cara untuk mengatasi gangguan citra
kontrol pribadi 4. bantu pasien
4. membantu pasien
mencari makna pengalaman
diri
penyakitnya dan
P : - ada rasa percaya diri
mengatasi situasi
-
menerima keadaan dirinya dengan baik, mencari jalan untuk mengatasi masalah
bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
-
kon disi psikologis klien baik
-
klie n bisa mandiri
3.4 Implementasi Tanggal 11-03-2015 07.30 WIB
No Dx 1
Implementasi
Respon Pasien
Ttd
Observasi tanda tanda S : klien merasa badanya sedikit panas
vital klien. O:
TD : 120/80mmHg
11
RR : 28 x/menit T : 38 0 C N : 150 x/menit 07.45 WIB
2
Mengajarkan
klien S : klien merespon tindakan
teknik nafas dalam
yang diajarkan perawat dengan baik O : klien sedikit meringis karena nyeri saat menarik nafas
08.00 WIB
1 08.30 WIB
Berikan klien terapi S : klien bersedia diberikan cairan dan anjurkan terapi cairan minum air putih yang O : klien minum air putih banyak sesuai dengan yang dianjurkan perawat kaji tingkat toleransi
3 09.00 WIB
aktivitas dan derajat S : klien mengatakan kelelahan,
letargi
dan malaise
kesulitan beraktivitas karena lemas dan cepat lelah
09.40 WIB
O : aktivitas klien dibantu berikan posisi yang
10.00 WIB
nyaman pada klien
keluarga, wajah klien tampak lemas
(semi fowler) 2
S : klien menuruti tindakan kaji dan catat derajat
yang diberikan perawat
ikterus serta luasnya O : klien kooperatif edema 10.30 WIB
4
kaji
faktor-faktor S : klien mengatakan tidak 12
yang
bisa
mengancam
nyaman karena edema
harga O : -
diri dan ungkapan 5
pasien yang negatif S :klien mengungkapkan mengenainya
11.00 WIB
semua perasaan tentang dirinya kepada perawat O : - wajah klien tampak
anjurkan
bila pasien merasa
12.00 WIB
lelah
atau
terdapat 12.30 WIB
sedih.
istirahat
- klien bisa membina hubungan saling
bila
percaya dengan
keluhan
perawat
nyeri atau tidak enak 3
S : Klien dan keluarga
badan lakukan
paham akan saran yang perawatan
diberikan oleh keluarga
kuku, dan masase O: Klien dan keluarga pada daerah tampak antusias saat
13.00 WIB
penonjolan tulang
perawat memberikan saran.
4
berikan
obat
antipiretik
S : klien bersedia dan terlihat nyaman saat dilakukan perawatan O:-
bantu mencari 1
pasien makna S : klien bersedia meminum
pengalaman penyakitnya
dan
mengatasi situasi 5
observasi
obat O:-
kembali S : klien mengatakan sudah bisa menerima 13
TTV
kondisinya O:-
S : klien mengatakan
1
panasnya agak berkurang O : TD : 120/80 mmHg N: 135 x/menit T : 37,5 0 C RR : 25 x/menit
3.5 Evaluasi Tanggal 11-03-2015
Dx 1
Evaluasi S : Klien paham dan mengerti akan penjelasan yang
13.30 WIB
diberikan perawat untuk memberikan minum yang banyak agar dapat menurunkan suhu tubuh ke kondisi normal dan klien bersedia untuk diberikan O:
terapi cairan Klien mampu meminum air putih sebanyak 2 liter /
hari, dan minum obat penurun panas dengan teratur TTV : TD : 120/80 mmHg N: 135 x/menit T : 37,5 0 C RR : 25 x/menit A: Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan 11-03-2015
2
13.30 WIB
S :
klien mengatakan pola nafas kembali efektif dan Klien mengaku lebih rileks dan sesak nafasnya
berkurang. O: Klien tampak masih beristirahan diatas tempat tidur A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan 11-03-2015 13.30 WIB
3
S : klien mengatakan sudah berenergi dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari meskipun dengan 14
bantuan keluarga O : wajah klien tampak rileks A : masalah teratasi sebagian P : intervensi dilanjutkan
11-03-2015
4
13.30 WIB
S : klien mengatakan nyaman karena tidak ada edema O :Ikterus tidak ada, tidak ada edema, turgor kulit kembali normal < 2 dtk A : masalah teratasi P : Intervensi dihentikan S : klien mengatakan sudah mulai bisa bersosialisasi dengan baik di lingkupan tempat tinggalnya, meskipun
11-03-2015 13.30 WIB
5
terkadang kurang percaya diri O : klien bisa mandiri A : masalah teratasi sebagian P : intervensi dilanjutkan
15
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Kelainan sistem endokrin adalah tidak berfungsinya salah satu atau sebagian hormin dan kelenjar (glandula), sebagai senyawa kimia perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi dari sel satu ke sel lainnya. Banyak hormon yang berbeda-beda masuk ke aliran darah dengan baik. Menyebabkan kelainan diantaranya: a. Kekurangan tiroksin mengakibatkan badan seseorang menjadi kerdil b.
yang biasa disebut kretinisme. Kelebihan tiroksin mengakibatkan tangan seseorang menjadi keringetan
c. d.
dan mata keluar yang biasa disebut basedowi Pada orang dewasa kekurangan hormon tiroksin mengakibatkan gondok Kekurangan hormon somatropin mengakibatkan kekerdilan atau
e. f.
dwarftisme Kelebihan hormon somatropin mengakibatkan gigantisme (raksaksa) Pada orang dewasa mengakibatkan akromegali yaitu penebalan tulang pipih.
4.2 Saran Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurang-kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik dari sekarang, dan kami juga berharap, setelah membaca makalah ini kita menjadi lebih mengetahui bagaimana atau tindakan apasaja yang harus kita berikan kepada klien dengan gangguan atau kelainan pada sistem endokrin agar kembali pada keadaan semula dan kebutuhan dasar manusianya pun bisa tepenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
16
Vinay. Kumar, Romzi. S . Cotran, Stanley L Robbins . 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC Hudak,Curolyn M. 1996. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik ed.6. Jakarta : EGC Doenges,Merilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian pereawatan pasien. Jakarta:EGC. Silvia A. Price, Lorraine M.Wilson 2006. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
17