KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Pemberian “Pemberian Pupuk Organik Pada Tanaman Buah Naga ” Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Jatinangor, Oktober 2017
Penyusun
DAFTAR ISI BAB I .................................................................................................................................. 3 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3 1.1
Latar Belakang .................................................................................................... 3
1.2
Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3
Tujuan ................................................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................. 5 ISI........................................................................................................................................ 5 2.1
Pengertian Pupuk Organik .................................................................................. 5
2.2
Macam-Macam Pupuk Organik .......................................................................... 6
2.3
Studi Kasus Pemberian Pupuk Organik pada Tanaman Buah Naga ................... 8
BAB III ............................................................................................................................. 14 PENUTUP ........................................................................................................................ 14 3.1
Kesimpulan ....................................................................................................... 14
3.2
Saran ................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian organik merupakan sistem manajemen produksi mengikuti irama alam (working with nature) untuk meningkatkan kesehatan tanah, kualitas ekosistem tanah dan produksi tanaman secara berkelanjutan ( sustainable) dengan bertumpu pada penggunaan input yang terbarukan dan bersifat alami serta menghindari penggunaan input sintesis (pupuk buatan, insektisida, herbisida, fungisida, hormon tumbuh, dan lain-lain) dan produk rekayasa genetika (GMO). Pertanian organik dalam mencapai hasil produksi yang maksimal tetap mengutamakan keseimbangan agroekosistem. Sistem pertanaman pada pertanian organik cenderung sistem tanam berganda (multiple cropping ) dengan sistem rotasi, pemupukan dengan bahan organik dan amelioran, pengendalian hama dan penyakit dengan metode alamiah. Salah satu tujuan dari sistem petanian organik adalah mendaur ulang limbah asal tumbuhan dan hewan untuk mengembalikan nutrisi ke dalam tanah sehingga meminimalkan penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Ketersediaan pupuk organik dalam jumlah yang cukup dibutuhkan dalam pertanian organik sehingga perlu diketahui potensi pupuk organik yang berasal dari limbah pertanian. Selain dua komponen tersebut, karakteristik sosial ekonomi penduduk juga perlu dikaji karena petani merupakan pelaku utama dalam pertanian (Rusiyah et al. 2012). Pupuk organik dapat diterapkan di beberapa sistem budidaya, baik budidaya tanaman pangan, hortikultura, maupun perkebunan. Makalah ini dibuat dengan tujuan mengetahui lebih
lanjut mengenai studi kasus pemberian pupuk organik pada tanaman buah buahan, khususnya buah naga. 1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini, yaitu : 1.2.1
Apa kelebihan dan kekurangan pupuk organik?
1.2.2
Apa saja macam-macam pupuk organik yang digunakan dalam budidaya tanaman?
1.2.3
Bagaimana penerapan pupuk organik pada sistem pertanaman buah?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu : 1.3.1
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pupuk organik
1.3.2
Untuk mengetahui macam-macam pupuk organik
1.3.3
Untuk memahami studi kasus pupuk organik pada tanaman buah tertentu.
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari alam yang berupa sisasisa organisme hidup, baik sisa tanaman maupun sisa hewan. Pupuk organik mengandung unsur-unsur hara, baik makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh tumbuhan supaya dapat tumbuh dengan subur. Beberapa jenis pupuk yang termasuk pupuk organik adalah pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan pupuk guano (Winarni et al. 2013). Pupuk organik memiliki kelebihan, yaitu dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Pupuk organik memiliki kekurangan, yaitu diperlukan dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan pupuk anorganik dalam luasan yang sama (Purnomo et al. 2013). Jumlah yang banyak menyebabkan biaya operasional juga bertambah untuk pengangkutan dan implementasinya sehingga menjadi beban bagi petani. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk organik tidak secepat pemberian pupuk anorganik. Kelebihan lain yang dimiliki pupuk organik, yaitu mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Pupuk organik mengandung asam-asam organik, seperti asam humik, asam fulfik, hormon dan enzim yang sangat berguna bagi tanaman, lingkungan dan mikroorganisme. Pupuk organik mengandung makro dan mikro organisme tanah yang mempunyai pengaruh sangat baik terhadap sifat biologis tanah. Pupuk organik dapat memperbaiki dan menjaga struktur t anah, menyangga pH tanah, menjaga kelembaban tanah dan tidak merusak lingkungan. Penggunaan pupuk organik harus memenuhi empat tepat, yaitu tepat dosis, tepat tempat, tepat waktu dan tepat cara. Tepat dosis berarti dosis yang diberikan pada tanaman harus sesuai dengan kebutuhan tanaman, tidak lebih dan tidak kurang karena produksi akan maksimal jika dosis yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tepat tempat berarti tempat penaburan
pupuk harus tepat. Misalnya untuk kelapa sawit harus ditabur di piringan dengan jarak 50 cm dari batang, sedangkan untuk palawija berjar ak 20 cm dari batang. Tepat waktu berarti pemberian pupuk dilakukan sesuai dengan tanaman membutuhkan pupuk dan sesuai dengan karakteristik pupuk untuk menghindari terjadinya kehilangan unsur hara. Misalnya tanaman kelapa sawit membutuhkan unsur fosfor secara terus-menerus sepanjang tahun sehingga jika kita menggunakan pupuk TSP maka kurang cocok karena TSP merupakan pupuk pelepas cepat sehingga hanya tersedia dalam waktu singkat. Pemupukan kelapa sawit dianjurkan menggunakan pupuk rock fosfat karena pupuk tersebut pelepas lambat dan harganya lebih murah. Tepat cara berarti cara memberikan pupuk ke tanaman harus tepat, yaitu dengan cara disebar agar risiko kehilangannya lebih sedikit. Jika keempat tepat di atas dipenuhi maka hasil pemupukan tanaman akan optimal dan produksi tanaman akan maksimal. 2.2 Macam-Macam Pupuk Organik
2.2.1
Pupuk Kompos Kompos adalah hasil pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara 12-15% (Rinsema 1993). Ciri-ciri fisik kompos yang baik adalah berwarna cokelat kehitaman, agak lembab, gembur dan bahan pembentuknya sudah tidak tampak. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah akan meningkat untuk membantu tanaman menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit (Djuarni et al. 2006).
2.2.2
Pupuk Kandang Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak. Kualitas pupuk kandang sangat tergantung pada jenis ternak,
kualitas pakan ternak dan cara penampungan pupuk kandang. Keuntungan
penggunaan
pupuk
kandang,
yaitu
memperbaiki
kesuburan fisika tanah melalui perubahan struktur; memperbaiki kesuburan kimia tanah karena mengandung unsur N, P, K, Ca, Mg dan Cl; serta meningkatkan kegiatan mikroorganisme tanah yang berarti meningkatkan kesuburan biologis. Ciri-ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimiawi. Ciri fisiknya yaitu berwarna kehitaman, cukup kering, dan tidak berbau menyengat. Ciri kimiawinya yaitu C/N rasio kecil (bahan pembentuknya sudah tidak terlihat) dan temperaturnya relatif stabil (Novizan 2005). 2.2.3
Pupuk Hijau Pupuk hijau adalah pupuk yang terbuat dari tanaman atau komponen tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah (Isroi 2008). Keuntungan pupuk hijau, yaitu mampu memperbaiki struktur tanah, tekstur
tanah
dan
infiltrasi
air;
mencegah
erosi;
membantu
mengendalikan hama dan penyakit; serta bermanfaat pada daerah yang sulit dijangkau untuk suplay pupuk anorganik. Kekurangan pupuk hijau, yaitu tanaman hijau sebagai kendala waktu, tenaga, lahan dan air; pada pola tanam rotasi dengan tanaman legume dapat mengundang hama atau penyakit; serta dapat menimbulkan persaingan dengan tanaman pokok. 2.2.4
Pupuk Cair Pupuk cair lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena unsur-unsur didalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa. Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman.
Setelah
beberapa
minggu
dan
melalui
beberapa
perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair (Pranata 2004). Pupuk cair menyediakan nitrogen dan unsur mineral
lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, seperti pupuk nitrogen kimia. 2.2.5
Pupuk Humus Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi atau pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk (mengalami dekomposisi) yang akhirnya mengubah humus menjadi bunga tanah, kemudian menjadi tanah. Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman, berperan baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah. Senyawa humus berperan dalam pengikatan bahan kimia toksik dalam tanah dan air. Humus dapat meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, membantu menahan pupuk anorganik larut air, serta mencegah penggerusan tanah (Hadisuwito 2012).
2.2.6
Pupuk Daun Pemberian pupuk daun diberikan melalui pencampuran pupuk dengan tanah agar diserap melalui akar. Penggunaan pupuk daun sebagai penambah unsur hara bagi tanaman agar tumbuh lebih sehat, kuat dan lebih cepat sehingga mampu melawan hama dan penyakit. Pupuk daun biasanya dibuat dari bahan yang mengandung hara yang diperlukan tanaman, seperti besi, belerang, nitrogen dan kalium. Tanaman tersebut misalnya sejenis Solanum nigrum (terung leuca). Pemberian hara tambahan ini pada tanaman akan membantunya tumbuh lebih kuat dan lebih sehat (Lingga dan Marsono 2004).
2.3 Studi Kasus Pemberian Pupuk Organik pada Tanaman Buah Naga Buah naga termasuk kelompok tanaman kaktus atau famili Cactaceae dan subfamili Hylocereanea. Buah naga masih tergolong dalam tanaman kaktus yang hidup di daerah kering dan agak berpasir. Tanaman ini mempunyai tulang daun yang banyak mengandung air sehingga tahan terhadap panas (Renasari 2010). Tanaman buah naga perlu sinar matahari penuh atau tidak membutuhkan naungan karena jika ada naungan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan produksi buah. Ada empat jenis buah naga yang dikembangkan, yaitu buah naga daging putih ( Hylocereus
undatus), buah naga daging merah ( Hylocereus polyrhizus), buah naga daging super merah ( Hylocereus costaricensis) dan buah naga kulit kuning daging putih (Selenicereus megalanthus). Bagi masyarakat yang sudah membudidayakan buah naga dengan menggunakan pupuk berbahan kimia, awalnya hasil panen dari buah naga banyak tetapi lama-kelamaan hasil panen turun secara drastis, buah naga yang dihasilkan berukuran kecil, rasa tidak terlalu manis dan buah menjadi tidak segar. Penggunaan pupuk organik bagi tanaman buah naga juga dapat meningkatkan hasil panen, buah akan menjadi besar dan rasanya lebih manis. Panen yang dilakukan akan berlangsung terus-menerus karena kondisi tanah yang subur dan unsur hara tercukupi bagi tanaman (Rochmadhona 2017). Oleh karena itu, budidaya buah naga saat ini diarahkan pada sistem budidaya organik. Keuntungan budidaya buah naga secara organik, yaitu buah lebih sehat karena tanpa adanya residu bahan kimia yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia dan lingkungan. Pencemaran lingkungan baik berupa air, udara, maupun tanah oleh paparan pestisida dapat dikurangi. Penggunaan bahan organik juga dapat mengembalikan kesuburan tanah sehingga tanah dapat digunakan untuk proses budidaya pertanian yang berkelanjutan. Teknik Budidaya Buah Naga secara Organik
2.3.1
Penentuan Lokasi Budidaya Pemilihan lokasi yang tepat dapat menentukan keberhasilan budidaya buah naga. Setelah menentukan lokasi budidaya, kemudian mengukur pH tanah untuk menentukan jumlah pemberian kapur pada tanah masam (pH < 6,5).
2.3.2
Pembibitan Pembibitan dimulai tiga bulan sebelum musim hujan. Seleksi berguna untuk keseragaman, kekuatan dan kesehatan bibit. Secara umum, 1.100 tanaman dapat diakomodasi dalam 10 x 10 m ruang pembibitan.
2.3.3
Bidang Tegakan Tanaman buah naga lebih menyukai sinar matahari penuh sehingga daerah terbuka paling cocok untuk ditanam. Tanah harus memiliki drainase yang baik agar tidak terjadi penggenangan air.
2.3.4
Persiapan Lahan Penyiangan diperlukan pada semua lokasi penanaman buah naga hingga 1 m dengan diameter sekitar lubang tanam. Jika ditanam di padang rumput, rumput harus dibersihkan sekitar 1 m dengan diameter sekitar lokasi penanaman.
2.3.5
Jarak Tanam Jarak
tanam
tergantung
pada
ukuran
dan
kemiringan
perkebunan. Jarak yang lebih lebar akan memberikan sirkulasi udara yang memadai dan mengurangi serangan penyakit. Jarak tanam juga tergantung pada jenis tonggak yang digunakan untuk teralis . 2.3.6
Pembuatan Tiang Panjatan Buah naga memerlukan beton atau penyangga kayu, pagar, dinding dan pohon-pohon untuk memanjat. Tiang harus kuat menyangga tanaman selama 3-4 tahun dan mampu menahan berat sekitar 100 kg. Ukuran diameter tiang yang disarankan adalah 100-150 mm dengan ketinggian 2 m dan dibenamkan ke dalam tanah sepanjang 40 cm. Ban yang digunakan sebagai palang ditempatkan pada bagian atas tiang agar tanaman dapat merambat di tiang tersebut.
2.3.7
Penanaman Kedalaman lubang tanam 30 cm dan lebar 20 cm. Tanah harus digemburkan di sisi lubang dinding dan dasar untuk membantu pengembangan sistem perakaran. Tiang penyangga ditanam di tengah lubang tanam dengan melekatkan beton. Lubang harus diisi tanah sejajar dengan tanah yang telah digali. Tanaman buah naga ditempatkan di dekat tiang penyangga untuk memanjat. Penanaman
dilakukan pada saat awal musim hujan, terutama di daerah kering musiman. Waktu terbaik pada sore hingga petang hari. 2.3.8
Pengairan Buah naga membutuhkan banyak air untuk pertumbuhannya. Irigasi diperlukan untuk menjamin kelembaban tanah selama musim kemarau. Tanah harus memiliki kelembaban yang cukup untuk perkembangan bunga dan buah. Sistem mikro-irigasi berguna untuk mengontrol
kelembaban
tanah.
Mulsa
diperlukan
untuk
mempertahankan kelembaban di dalam tanah. Irigasi tidak boleh berlebihan karena dapat mengundang penyakit bakteri dan jamur. 2.3.9
Pemupukan Komposisi media tanam yang digunakan dalam satu alur adalah 20 kg tanah top soil , 20 kg pupuk kandang dan 20 kg sekam bakar. Campuran media tanam tersebut dimasukkan ke dalam lubang alur. Lakukan penyiraman pada media hingga basah dan biarkan kering terkena sinar matahari selama satu minggu. Pengeringan tersebut bertujuan agar media tanam bebas dari patogen atau penguapan akibat proses dekomposisi. Tambahkan agensia hayati untuk mencegah adanya serangan penyakit setelah penanaman. Dosis pupuk organik yang diberikan sebanyak 2-5 g/tanaman pada fase vegetatif dan 5-10 g/tanaman pada fase generatif. Frekuensi pemberian pupuk dilakukan setiap dua bulan sekali. Pemberian pupuk dengan cara menggali lubang di sekitar tanaman. Jangan terlalu dekat ke bagasi karena dapat melukai akar tanaman. Pupuk ditaburkan, kemudian ditutup dengan tanah.
Setelah
semua
pupuk
ditutup
dengan
tanah,
lakukan
penyiraman. Pupuk akan bereaksi sehingga mudah diserap oleh akar tanaman. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil panen meningkat dilihat dari berat buah dan lingkar buah naga, yaitu dengan pemberian pupuk organik karena dengan pemupukan yang dilakukan akan memperbaiki unsur-unsur hara yang terkandung dalam tanah setelah
penggunaan pupuk kimia serta dapat memilihara dan menjaga kesuburan tanah yang dipengaruhi oleh bahan organik yang terkandung dalam pupuk organik (Sintia 2011). Rochmadhona
(2017)
melakukan
penelitian
dengan
memberikan perlakuan pupuk organik kotoran kambing dengan jerami padi terhadap tanaman buah naga merah. Perlakuan kontrol tanpa pemberian pupuk organik. KKJ1 dengan pemberian pupuk organik kotoran kambing dengan jerami padi sebanyak 5 kg. KKJ2 dengan pemberian pupuk organik kotoran kambing dengan jerami padi sebanyak 10 kg. KKJ3 dengan pemberian pupuk organik kotoran kambing dengan jerami padi sebanyak 15 kg.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik kotoran kambing dengan jerami padi berpengaruh nyata terhadap panjang buah naga merah karena kandungan unsur hara N, P, K dan Ca yang terdapat pada kotoran kambing. Pemberian pupuk organik kotoran kambing dengan jerami padi sebanyak 5 kg berpengaruh nyata terhadap lingkar buah naga merah. Pemberian pupuk organik kotoran kambing dengan jerami padi berpengaruh nyata
terhadap berat buah naga merah. Pemberian pupuk organik kotoran kambing dengan jerami padi pada tanaman buah naga merah tidak berpengaruh pada daya simpan buah naga merah karena semua perlakuan
tidak
menunjukkan
perubahan
yang
signifikan.
Farikha (2013) menyatakan bahwa hal tersebut karena buah yang disimpan dalam suhu ruang lebih cepat busuk dibandingkan dengan buah yang disimpan pada suhu dingin. 2.3.10 Pemanenan Ciri-ciri buah naga siap panen, yaitu umur buah telah mencapai 50-55 hari setelah bunga muncul, buah mengkilap dengan warna kulit sisik berubah dari hijau ke merah, mahkota buah telah menyusut, kedua basis layu dan kering buah, bentuk buah bulat sempurna dan besar dengan perkiraan berat 400-600 gram. Waktu panen antara jam 6 sampai 9 pagi atau jam 3 sampai 5 sore. Panen dilakukan pada saat cuaca cerah dan tidak hujan. Hindari pemanenan dalam kondisi lembab karena dapat memicu serangan patogen selama penyimpanan. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong batang buah secara hati-hati, tidak melukai kulit dan cabang buah. Buah yang telah dipanen kemudian dibungkus dengan koran dan dimasukkan ke dalam keranjang dengan posisi tangkai buah menghadap ke bawah. Bagian bawah keranjang dan bagian atas buah dilapisi daun kering atau koran untuk mengurangi tekanan pada lapisan buah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Macam-macam pupuk organik, yaitu pupuk kompos, pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk cair, pupuk humus dan pupuk daun. Pemberian pupuk organik pada pertanaman buah naga dilakukan dengan cara ditaburkan di sekitar tanaman, kemudian tutup dengan tanah. Dosis pupuk organik yang diberikan sebanyak 2-5 g/tanaman pada fase vegetatif dan 5-10 g/tanaman pada fase generatif. Pemberian pupuk organik kotoran kambing dengan jerami padi berpengaruh nyata terhadap panjang, lingkar dan berat buah naga merah. 3.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan yaitu sebaiknya petani lebih sering menggunakan pupuk organik dalam melakukan budidaya tanaman buah karena pupuk organik dapat mempengaruhi kualitas buah. Pupuk organik juga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sebagai media pertumbuhan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Farikha I. 2013. Pengaruh jenis dan konsentrasi bahan penstabil alami terhadap karakteristik fisikokimia sari buah naga merah ( Hylocereus polyrhizus) selama penyimpanan. J Teknosains Pangan 2 (1). Hadisuwito S. 2012. Membuat pupuk cair. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Isroi. 2008. Masalah analisa rasio C/N kompos. Tkks. Lingga P, Marsono. 2004. Petunjuk penggunaan pupuk. Jakarta (ID): penebar Swadaya. Novizan. 2005. Petunjuk pemupukan yang efektif. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Pranata AS. 2004. Pupuk organik cair aplikasi dan manfaatnya. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Purnomo R, Santoso M, Heddy S. 2013. Pengaruh berba gai macam pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.). J Produksi Tanaman 1 (3): 93 – 100. Renasari N. 2010. Budidaya tanaman buah naga super red di Wana Bakti Handayani. Skripsi. Universitas sebelas Maret. Surakarta. Rinsema. 1993. Pupuk dan cara pemupukan. Jakarta (ID): Bharata. Rochmadhona VU. 2017. Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap
hasil
panen dan daya simpan buah naga merah ( Hylocereus polyrhizus) sebagai desain sumber belajar biologi SMA. J Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO 2 (1): 34 – 48. Rusiyah, Widiatmoko DS, Yunianto T. 2012. Studi pengembangan pertanian padi sawah organik berdasarkan kesesuaian lahan dan potensi pupuk organik dari limbah pertanian di Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo. Majalah Geografi Indonesia 26 (2): 190 – 203.
Sintia M. 2011. Pengaruh beberapa dosis kompos jerami padi dan pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis ( Zea mays saccharata Sturt). J Tanaman Pangan. Winarni E, Ratnani RD dan Riwayanti I. 2013. Pengaruh jenis pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman kopi. J Momentum 9 (1): 35 – 39.
PEMBERIAN PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN BUAH NAGA Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Pertanian Berkelanjutan Organik
Disusun oleh : Kelompok 1 1. Rizkia Berliani Habibah
150510150029
2. Bill Divend Sihombing
150510150065
3. Ayu Nurul Hikmah
150510150068
4. Dita Agustin
150510150072
5. Emma Gynta Ramadhani
150510179001
6. Endah Trisnasari
150510179003 Kelas C
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2017