MAKALAH MATA KULIAH PSIKOLOGI DALAM PERSPEKTIF ISLAM PSIKOLOGI SH ODA QOH
“
”
Oleh : KELAS A-2016 Muhammad Faruq
(201610230311028) (2016102303110 28)
Andhita Imtiyas
(201610230311021) (201610230311021)
Shindy Paulina
(201610230311054) (201610230311054)
Nastiti Fatirahma
(201610230311060) (201610230311060)
Dosen Pengampu : Siti Fatimah, M.Si.
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2018
A.
Definisi Sedekah
Sedekah berasal dari akar kata sha-da-qa yang bermakna jujur, benar, memberi dengan ikhlas (Baqi, dalam Saadiyah, 2014). Dalam pengertian para fuqahâ’ , sedekah adalah suatu pemberian seorang muslim kepada seseor ang secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu, serta suatu pemberian yang bertujuan sebagai kebajikan yang mengharap ridha Allah SWT dan pahala semata (Abdullah dalam Beni, 2014). Selain itu dalam Hasbi (Beni, 2014) juga disebutkan pengertian sedekah menurut terminologi syari’at bahwa pengertian dan hukum sedekah sama dengan infak akan tetapi sedekah memiliki cakupan arti yang lebih luas dan menyangkut hal-hal yang bersifat nonmaterial. Menurut Sayyid Sabiq (dalam Ratnasari, 2013) sedekah tidak terbatasa pada satu jenis tertentu dari amal kabajikan, tetapi prinsipnya adalah bahwa setiap kebajikan itu berarti sedekah, sebagaiman yang dijelaskan dalam hadist – hadist Nabi SAW. Nabi sendiri menganjurkan banyak macam mengenai sedekah, termasuk diantaanya berdzikir, amar ma’ruf nahi munkar, membuang duri dari jalan, menuntun orang buta, tersenyum dan lain-lain. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW. Dalam hadist riwayat Muslim: “Dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah SAW. Bersabda: Setiap persendian manusia mempunyai kewajiban besedekah setiap hari ketika matahari terbit. Engkau berlaku adil antara dua orang adalah sedekah. Engkau membantu seseoran dengan cara mengangkatnya naik ke atas kendaraannya atau engkau angkatkan barang-barangnya ke atas kendaraan adalah sedekah. Kata-kata yang baik adalah sedekah. Setiap langkah menuju shalat adalah sedekah. Dan menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah. (H.R Muslim)”. Berdasarkan hadist tersebut dapat disimpulkan bahwa sedekah mempunyai makna yang lebih luas daripada sekedar menolong orang lain dengan uang atau barang dan setiap kebajikan adalah sedekah, baik berupa harta, tenaga maupun pikiran.
Selanjutnya dalam Saadiyah (2014) sedekah menurut istilah berarti sesuatu yang dikeluarkan atau di lakukan oleh seorang muslim dari harta atau lainnya dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. yang meliputi sedekah wajib (zakat) dan sedekah sunat (infak). 1. Zakat El-Bantanie (Saadiyah, 2014) mendefinisikan zakat (zakara) yang berarti suci, tumbuh, bertambah, dan berkah yang artinya zakat itu membersihkan atau mensucikan diri seseorang dan hartanya, pahala bertambah, harta bertambah, dan membawa berkah. Zakat adalah harta tertentu yang diberikan kepada orang yang berhak menerianya dengan beberapa persyaratan (Jaya, 2017). Berdasarkan hukum zakat bersifat wajib bagi setiap muslim yang memiliki kemampuan materi dimna penerimanya telah ditentukan di dalam Al-Qur’an (Q.S At-Taubah: 60) yang terdiri dari 8 golongan yaitu, fakir, miskin, amil, penuntut ilmu, musafir, orang yang berhutang, muallaf, dan orang yang berjuang di jalan Allah SWT. 2. Infaq Infak adalah bagian dari sedekah sunah yang berasal dari akar kata ‘nafakah’ yang artinya pemberian sukarela untuk menolong agama, namun dapat juga bermakna ‘al - Imarah’ yang berarti kemakmuran (Saadiyah, 2014). Menurut Jaya (2017) infak adalah mengeluarkan sebagian harta benda yang dimiliki untuk kepentingan yang mengandung kemaslahatan berupa ibadah sosial yang sangat utama. Infak berdasarkan hukumnya bersifat sunnah bagi setiap muslim, dan tidak ada ketentuan nisab sehingga yang diberikan bisa beupa materi ataupun non-materi/jasa. Selain itu dalam infaq juga tidak ada batas an penerima sebagaimana yang ditentukan dalam zakat.
B.
Dasar Hukum Sedekah
Anjuran untuk melaksanakan sedekah telah banyak ditemukan dalam ayatayat Al-Qur’an dan Hadist, diantaranya: 1. Q.S Al-Baqarah: 261.
“Perumpamaan orang -orang yang membelanjakan hartanya pada jalan Allah, ialah sama seperti sebiji benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, tiap-tiap tangkai itu mengandung seratus biji. Dan (ingatlah) Allah akan melipatgandandakan pahala bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui”.
2. Q.S An-nisaa’: 114
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan -bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhan Allah, maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar.”
3. Q.S Al-Hadid: 18
“Sesungguhnya orang -orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pahalaniya) kepada mereka dan baggi mereka paha yang banyak”.
4.
Q.S Al-Munafiqun: 10
“Infakkanlah sebagian dari apa yang Aku berikan kepada kalian, sebelum kematian mendatangi kalian, kemudian dia meng-iba: Ya Rab, andai Engkau menunda ajalku sedikit saja, agar aku bisa bersedekah dan aku menjadi orang yang sholeh.”
5. Hadist Riwayat Muslim
“ Apabila anak Adam wafat putuslah amalnya kecuali tiga hal yaitu sodaqoh jariyah, pengajaran dan penyebaran ilmu yang dimanfaatkannya untuk orang lain, dan anak (baik laki-laki maupun perempuan) yang mendoakannya” (HR. Muslim no. 1631).
C.
Macam-macam Sedekah
Menurut Wajih Mahmud (Ratnasari, 2013) sedekah tidak terbatas hanya pada suatu jenis tertentu dari amal-amal kebajikan, tetapi prinsipnya ialah, bahwa setiap kebajikan itu berarti sedekah yang dapat dilakukan oleh sema orang termasuk juga anak-anak. Berikut ada macam-macam bersedekah dalam Ratnasari (2013). 1. Sedekah dengan hati. Seorang hamba bisa mendapatkan pahala yang setara dengan orang yang bersedah dengan jumlah harta yang banyak jika sedekah diniatkan dengan niat yang tulus. Sebagaiman dalam sabda Rasulullah SAW. “Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan serta telah menjelaskannya dalam kitab-Nya. Barangsiapa yang sudah berniat untuk berbuat kebaikan, namun tidak jadi mengerjakannya, maka akan dituliskan untuknya satu kebaikan yang sempurna. Jika kemudian dia benar-benar mengerjakannya maka Allah akan menuliskan untuknya 10 hingga 700 kebaikan, bahkan bisa lebih banyak lagi. Barangsiapa yang sudah
berniat
untuk
berbuat
keburukan,
namun
tidak
jadi
mengerjakannya, maka akan dituliskan untuknya satu kebaikan yang sempurna. Jika kemudian dia benar-benar mengerjakannya, maka Allah akan menuliskan satu keburukan untuknya.” (H.R Al -Bukhari & Muslim) 2. Sedekah lisan. a. Berdzikir dan amal ma’ruf nahi munkar
“Dari Abu Dzar r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda: “setiap persendian kalian bisa bersedekah, setiap ucapan tasbih adalah sedekah, setiap ucapan tahmid adalah sedekah, setiap ucapan tahlil adalah sedekah, dan setiap ucapan takbir adalah sedekah, serta menganjurkan berbuat kebaikan adalah sedekah, mencegah perbuatan munkar adalah sedekah, dan ganjaran yang setimpal denan amalan di atas adalah melaksanakan shalat dhuha dua rakat.” (H.R Muslim: 720).
b. Bertutur kata yang baik.
“Perkataan yang baik adalah sedekah.” (H.R Al -Bukhari)
c. Mengucapkan salam. Setiap muslim yang mengucapkan salam akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang bersedakah.
3. Sedekah dengan perbuatan a. Mengajarkan ilmu yang bermanfaat. b. Membantu naik kendaraan
“Membantu seseorang untuk menaiki kendaraanya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah.” (H.R Al-Bukhari & Muslim) c. Mendamaikan orang yang berselisih
“Berlaku adil antara dia orang adalah sedekah.” (H.R Al-Bukhari) d. Menjaga kebersihan masjid e. Senyum adalah sedekah
“Senyumanmu kepada saudaramu adalah sedekah....” (H.R Tirmidzi & Al-Albani)
D.
Manfaat Sedekah dalam Islam
Menurut M. Syafi’ie el-Bantanie (dalam Beni ,2014) dalam bukunya yang berjudul Zakat, Infak, dan sedekah dijelaskan bahwa ada empat hikmah besar dari sedekah yaitu sebagai berikut. 1. Sedekah Membuka Pintu Rezeki Sedekah
tidak
mengurangi
harta,
melainkan
sedekah
akan
melipatgandakan sebanyak sepuluh kali lipat. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt. dalam Q.S At- Taubah (9): 99 2. Mengikis Sifat Bakhil Salah satu sifat tercela yang bisa melekat pada diri manusia adalah bakhil atau kikir. Sedekah mampu mengikis sifat ini sampai ke akar-akarnya. Melalui sedekah, Islam mengajarkan umatnya agar memiliki kepekaan dan kepedulian sosial. 3. Membersihkan Harta Sedekah akan membersihkan harta dari kemungkinan diperoleh dengan jalan tidak halal atau tercampur antara rezeki yang halal dan haram. 4. Menolak Musibah Menurut Rasulullah ada satu amalan yang dapat menolak bala. Artinya bala itu akan diangkat oleh Alah swt dengan sebab amal yang kita perbuat. Amal tersebut adalah sedekah. Dalam Mirza (2013) juga disebutkan bahwa bersedekah memberikan ban yak manfaat bagi siapa saja terutama yang memberi sedekah, diantaranya: a. Dapat menenangkan jiwa, yaitu dijauhkan dari rasa gelisah, resah, bingung, dan bimbang atas semua urusan dunia. b. Ada perasaan bahagian karena menolong orang lain. c. Akan ditingkatkan derajatnya di mata Allah SWT. d. Dimudahkan urusan dunia oleh Allah SWT. e. Diberikan solusi terbaik dari segala permasalahannya. Wahyu (dalam Mirza, 2013) juga menyebutkan manfaat lain yang akan diperoleh dari bersedekah adalah mensucikan hati dan sifat bakhil, serta membersihkan harta dari terambilnya hak-hak orang lain.
Selanjutnya dalam Saadiyah (2014) dijelaskan bawa menurut M. Syafi’ie terdapat terdapat tiga aspek yang terkait dengan pelaksanaan keajiban bersedekah, yaitu: 1) Aspek moral dan psikologis. Dari segi ini diharapkan sedekah wajib berupa zakat yang mengikis ketamakan dan keserakahan manusia. 2) Aspek sosial, Dari segi ini zakat infak dan sedekah bertindak sebagai instrumen yang diberikan Islam untuk menghapus tingkat kemiskinan, sekaligus menyadarkan orang-orang kaya akan tanggung jawab sosial yang dibebankan agama kepada mereka. 3) Aspek ekonomi Zakat, infak dan sedekah difungsikan untuk mencegah penumpukan harta pada sebagian kecil orang dan mempersempit kesenjangan ekonomi dalam masyarakat.
E.
Penelitian Tentang Sedekah dan Hubungannya Dengan Kesehatan Mental
Sebagaimana yang telah diketahui oleh setiap muslim tentang anjurananjuran bersedekah dan maanfaatnya melalui ayat-ayat Al-Qur’an dan hadisthadist, ternyata tidak sedikit penelitian yang juga mengkaji manfaat sedekah melalui penelitian ilmiah baik luar negeri maupun dalam negeri. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Dunn, et al. dalam “Spending Money On Other Promotes Happines” yang dimuat dalam Sciencemag, vol. 319 pada tahun 2008 ternyata menunjukkan bahwa respondennya yang mengeluarkan uang untuk membantu orang lain merasa bahagia daripada responden yang mengeluarkan uang untuk diri sendiri. Selanjutnya Vohs, et al dalam “The Psychological Consequences Of Money” (2006) juga menjelaskan efek negatif uang terhadap pikiran manusia menyebabkan seseorang kurang suka untuk menolong orang lain, berdonasi, ataupun sekedar menghabiskan waktu dengan orang lain, uang membuat seseorang lebih suka untuk bekerja sendiri.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Aknin, et al dalam “ Prosocial Spending And Well-Being: Cross-Cultural Evidence For A Psychological Universal ” (2010) terhadap 136 negara diketahui bahwa manusia di seluruh dunia mendapatkan keuntungan emosional dari penggunaan keuangan mereka untuk membantu orang lain, atau dapat diartikan bahwa pengeluaran dalam membantu orang lain secara konsisten berkaitan dengan kebahagiaan yang lebih besar.
Masih mengenai
keterkaitan sedekah dan well-being sebuah penelitian dalam negeri yang berjudul “Subjective Well-Being Pada Anggota Komunitas Laskar Sedekah Surakarta” oleh Amalia (2016) menemukan bahwa para responden yang bergabung dalam komunitas laskar sedekah Surakarta memiliki subjective well-being yang dapat dilihat dari bagaimana perasaan bahagia, terharu, dan terenyuh muncul pada diri responden saat melakukan kegiatan sosial atau aksi menyalurkan sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan serta dari tanggapan yang diterima oleh responden berupa ucapan terimakasih dan doa dari orang yang diberikan bantuan. Subjective well-being menurut Kirmani, Sharma, Anas, dan Sanam (Amalia, 2016) adalah perasaan subjektif yang meliputi kebahagiaan, rasa kepuasaan menjalani hidup, pekerjaan dan prestasi, pemaknaan hidup, tidak adanya tekanan dan ketidakpuasaan serta rasa khawatir. Berdasarkan uraian dari beberapa hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bersedekah dengan membantu meringankan beban orang lain melalui bentuk materi atau non-materi membawa kebahagiaan bagi yang melakukannya. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Burhan, Khusaini & Ashar (n.d) menjelaskan mengenai motiv sedekah bahwa para responden akan merasa sedih jika melihat orang lain disekitarnya merasa kesusahan, sebaliknya para responden merasa bahagia jika mereka bisa memberikan bantuan/kebahagian kepada orang disekitarnya, dan mereka juga mengakui diri mereka merasa lebih sehat. Pada penelitian tersebut juga menjelaskan hasil dari beberapa penelitian yang kemudian disimpulkan bahwa orang yang senang memberi atau berbuat baik terhadap orang lain akan merasakan aliran gairah euforia yang akan diikuti dengan periode
rasa
tenang
dan
bahagia
“Luks
Helper’s
High”
yang
dapat
mengindikasikan adanya penurunan tingkat stress dan melepeskan hormon endorphin.
Dalam sebuah buku “The Miracle of Endorphine” yang ditulis oleh Dr. Shigeo Haruyama menuturkan bahwa di dalam tubuh manusia terdapat hormon yang bermanfaat yaitu Beta-Endorphin yang ia sebut dengan “hormon kebahagiaan” yang mana dapat membuat seseorang mer asa tenang, nyaman, dan rileks. Haruyama juga mengatakan horman endorphin ini akan muncul saat kita merasa senang, bahagia, dan mampu mengontrol emosi (positive thinking) dan dengan demikian hormon endorphin ini memberikan efek positif bagi tubuh yaitu membantu badan untuk menjadi sehat dan menghilangkan penyakit dari tubuh. Penjelasan mengenai kesehetan dalam Notosoedirjo & Latipun (2016) bahwa kesehatan tidak hanya mengenai fisik tetapi juga psikis/jiwa, keduanya tidak dapat dipisahkan. Bahkan Goldberg (Notosoedirjo & Latipun, 2016) menjelaskan bahwa orang yang sakit mental dapat disebabkan oleh sakit fisiknya, dan sebaliknya, artinya orang yang menderita sakit secara fisik dapat menimbulkan gangguan secara mental, dan gangguan mental juga turut memperparah kondisi sakit fisiknya. Dalam menjelaskan sakit tersebut, maka sedekah dapat menjadi penawar yang tepat dalam mengobati penyakit seseorang dan memperpanjang usia, sebagaimana yang disebutkan dalam salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Thabrani: Nabi SAW bersabda: sesungguhnya sedekahnya orang muslim itu dapat menambah umurnya, dapat mencegah kematian yang buruk (su’ul khotimah), Allah akan menghilangkan darinya sifat sombong, kefakiran dan sifat bangga pada diri sendiri“. (H .R. Thabrani)
Berdasarkan hadist dan beberapa penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dikatakan perilaku sedekah dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang. Melalui penelitian-penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan sedekah baik materi atau non-materi dapat menimbulkan perasaan bahagia dan menurunkan tingkat stress pada seseorang. Perasaan bahagia tersebut hadir karena tidak adanya perasaan tamak, kikir, atau arogan yang dapat membuat seseorang merasa cemas dan terlalu menyayangi harta dunia. Sebagaimana yang diketahui dalam kalangan psikolog bahwa kecemasan dapat menimbulkan stress pada seseorang dan dapat mempengaruhi pikiran seseorang dalam melihat hal-hal yang rasional atau tidak rasional. Kecemasan yang berlebihan jika tidak ditangani
akan menyebabkan gangguan kejiwaan yang mungkin lebih serius. Oleh karenanya sedakah perlu dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi kecemasan seseorang terhadap harta dunia, karena dengan sedekah dan perasaan bahagia yang ditimbulkan ketika dapat meringankan beban orang lain dapat melepaskan hormon endorphin yang memiliki manfaat pada kesehatan tubuh manusia. Terakhir, adanya hubungan positif antara perilaku sedekah dengan kesehatan yang dikaji melalui penelitian-penelitian ilmiah dengan hadist yang diriwayatkan oleh Thabrani tersebut menunjukkan kebenaran akan menfaat sedekah yang telah disebutkan oleh Allah SWT. di dalam Al-Qur’an maupun hadist-hadist rasul yang dinukil oleh para perawi atau ulama.
F.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas maka dapat disumpulkan bahwa sedekah memiliki cakupan yang luas tidak hanya sekedar membantu orang lain dengan memberi secara materi namun sedekah juga dapat dilakukan dengan memberikan bantuan non-materi, seperti membantu dengan jasa, ataupun sekedar mendoakan orang lain. Sehingga sedekah tidak hanya mengenai zakat dan infaq, tapi lebih dua hal tersebut. Manfaat yang dapat diperoleh dari melakukan sedekah juga sudah banyak dikaji dalam penelitian ilmiah baik dari dalam negeri maupun dunia internasional. Bahkan hasil dari penelitian-penelitian ilmiah tersebut menunjukkan keseseuain dengan Al-Qur’an dan hadist-hadist yang berisi keutamaan dalam bersedekah dimana sedekah dapat menimbulkan perasaan bahagia bagi yang melakukannya sehinga berdampak pada kesehatan tubuh dan psikis/jiwa yang positif.
DAFTAR PUSTAKA
Aknin, L.B., et al . (2013). Prosocial Spending And Well-Being: Cross-Cultural Evidence For A Psychological Universal. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 104. Amalia, Yessy. (2016). Subjective Well-Being Pada Anggota Komunitas Laskar Sedekah Surakarta. Publikasi Ilmiah. Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Beni. (2014). Sedekah Dalam Perspektif Hadis. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Burhan, Umar., Moh. Khusaini., dan K. Ashar. (n.d). Memaknai Perilaku Muslim Dalam Bersedekah (Studi Fenomenologi Pengalaman Muzakki LAGZIS Sabilit Taqwa Bululawang). Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang. Dunn, Elizabeth W., et al . (2008). Spending Money on Others Promotes Happines. Sciencemag.
Vol.
319.
Diperoleh
online
dari
http://science.sciencemag.org/content/319/5870/1687 pada 5 Maret 2018. Haruyama, Shigeo. (2011). The Miracle of Endorphin, Sehat Mudah dan Praktd Dengan
Hormon
Kebahagiaan.
Diperoleh
online
dari
http://bavetboyolali.disnakkeswan.jatengprov.go.id/assets/uploads/2014-1220-09-00-13_The%2BMiracle%2Bof%2BENDORPHIN.pdf pada 10 Maret 2018 Jaya, Nurman. (2017). Konsep Sedekah Prespektif Yusuf Mansur Dalam Buku The Miracle of Giving. Skripsi. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Mirza, Fandi Fuad. (2013). Pengaruh Perilaku Sedekah Terhadap Perkembangan Usaha (Studi Kasus Peserta Komunitas Usaha Mikro Muamalat Berbasis Masjid (KUM3) di KJKS BMT An-Najah Wiradesa). Skripsi. Institute Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang.
Notosoedirdjo, M., dan Latipun. (2016). Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan Edisi Keempat. Malang: UMM Press. Ratnasari, Mardiah. (2013). Konsep Sedekah Dalam Perspektif Pendidikan Islam. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saadiyah, HJ. (2014). Sedekah Dalam Pandangan Al-Quran. Rausyan Fikr. Vol. 10, No. 2. Vohs, K.D., Mead, N.L., & Goode, M.R. (2006). The Psychological Consequences Of Money. Science, Vol.314.