MAKALAH PLANKTONOLOGI
Disusun Oleh Nama : Muh. Asykal Stk
: 215007
Prodi : Ilmu Kelautan
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KELAUTAN BALIK DIWA MAKASSAR 2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Assalamu’alaikum warahmatullahi warahmatullahi wabarakatuh. wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, Alhamdulillahirabbilalam in, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Planktonologi. Shalawat dan salam kami hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun ummat manusia menuju kehidupan yang mulia dan hakiki. Dalam penyusunan tugas makalah ini, pribadi mengucapkan terimakasih kepada mendoakan
kami
kedua orang tua yang yang tak henti-hentinya selalu dan
selalu
memberikan
dukungan,
kasih,
dan
kepercayaan yang begitu besar. Terima kasih juga kepada dosen mata kuliah Planktonologi yakni Bapak Arnold atas segala bimbingan dan ilmu yang telah disalurkan kepada penyusun. Meskipun harapan dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran saran yang membangun agar tugas makalah Planktonologi Planktonologi ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penyusun mengucapkan terimakasih, semoga hasil mak alah ini dapat bermanfaat. Makassar, 05 Januari 2017
Penyusun
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................i DAFTAR ISI...............................................................................................ii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1 1.1
Latar Belakang .............................................................................1
1.2
Rumusan Masalah ........................................................................2
1.3
Tujuan ..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................3 2.1
Produktivitas Primer Fitoplankton .................................................3
2.2
Produktivitas Sekunder Zooplankton.............................................5
2.3
Fenomena Red Tide .....................................................................8
2.4
Distribusi Plankton ......................................................................12
2.5
Peranan Plankton Terhadap Lingkungan Perairan......................14
2.6
Biologi Plankton Subtropis ..........................................................16
BAB III PENUTUP ...................................................................................19 3.1
Kesimpulan.................................................................................19
3.2
Saran ..........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................20
ii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Tingkatan Produktifitas Perairan ...........................................4 Gambar 2. 2 Pengaruh Sinar Matahari Terhadap Fitoplankton ..................5 Gambar 2. 3 Produktivitas Sekunder Zooplankton .....................................6 Gambar 2. 4 Beberapa Jenis Zooplankton.................................................7 Gambar 2. 5 Fenomena Red Tide .............................................................9 Gambar 2. 6 Sebuah mekar terlihat, atau "pasang merah", dari polyedrum dinoflagellata Lingulodinium sepanjang pantai La Jolla, San Diego (foto courtesy of KaiSchumman). .....................................................................10 Gambar 2. 7 Red Tide Di Pantai Sydney, Australia..................................11 Gambar 2. 8 Distribusi Plankton Beserta Pengaruh Dari Sinar Matahari ..12 Gambar 2. 9 Pola Pergerakan Plankton...................................................14 Gambar 2. 10 Peranan Plankton Di Perairan ...........................................15 Gambar 2. 11 Pembagian Daerah Iklim Matahari ....................................17
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun 1887. Yaitu untuk menyebutkan zasat renik (mikroorganisme) yang mengikuti gerakan ombak atau gerakan air yang lain secara pasif (Welch, 1952, dalam Sagala, 1983). Jadi secara singkat yang dimaksud plankton adalah organisme akuatik yang hidupnya melayang-layang dalam badan air. Fitoplankton berfungsi sebagai produsen primer atau penghasil utama dalam ekosistem perairan, sedangkan zooplankton sebagai konsumen primer atau pemakan pertama. Kehidupan plankton di habitat air tawar pada umumnya ditentukan kondisi fisik dan kimiawi perairannya (Welch, 1952; Macan, 1974 dalam Sagala, 1983). Selain itu kondisi lingkungan sekitar badan air pada daerah sempadan perairan seperti sungai juga menentukan kualitas badan air sungai dan perairan lainnya (Odum, 1971; Smith, 1983). Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar. Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makaan untuk kehidupan akuatik. Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makaan utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan
untuk
melawan
arus,
air
pasang
atau
angin
yang
menghanyutkannya. Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus hidup (Anonim, 2011 dalam wikipedia.com). Mata kuliah planktonologi menjadi pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh mahasisiwa pada Prodi Ilmu Kelautan Di Stitek Balik Diwa Makassar. Belajar tentang organisme plankton baik fitoplankton maupun zooplankton tidak lepas dari proses identifikasi. Maka dari itu salah satu
1
yang melatar belakangi
pembuatan tugas makalah ini adalah untuk
memberikan pengetahuan terhadap plankton baik fitoplankton maupun zooplankon.
1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini antara lain sebagai berikut : 1) Bagaimana produktivitas primer fitoplankton? 2) Bagaimana produktivitas sekunder zooplankton? 3) Seperti apa fenomena ride tide? 4) Bagaimana distribusi plankton? 5) Apa saja peranan plankton terhadap lingkungan perairan? 6) Seperti apa biologi plankton subtropis?
1.3 Tujuan Tujuan yang diharapkan dalam pembuatan makalah ini adalah : 1) Untuk mengetahui produktivitas primer fitoplankton. 2) Mengetahui produktivitas sekunder zooplankton. 3) Untuk mengetahui fenomena ride tide. 4) Untuk mengetahui distribusi plankton. 5) Untuk mengemukakan peranan plankton terhadap lingkungan perairan. 6) mengemukakan biologi plankton subtropis.
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Penyebaran plankton tidak merata dalam suatu perairan karena di pengaruhi faktor, baik kimia maupun fisika, antara lain intensitas cahaya matahari, salinitas, suhu Sedangkan menurut ketidakragaman penyebaran plankton secara horizontal tidak dapat terjadi di daerah yang luas tetapi juga pada danau-danau kecil,
laut
dan tambak. Penyebaran ini
dipengaruhi oleh faktor fisis seperti aliran air, arus, kedalam dan proses “up
welling”
yang
menyebabkan
berfariasinya
nitrat
dan
juga
menyebabkan terjadinya percampuran massa air (Davis, 1955 dalam Handayani, 2005). Fitoplankton merupakan salah satu komponen penting dalam suatu ekosistem karena memiliki kemampuan untuk menyerap langsung energi matahari melalui proses fotosintesa guna membentuk bahan organik dari bahan-bahan anorganik yang lazim dikenal sebagai produktivitas primer. Salah satu pigmen fotosintesa yang paling penting bagi tumbuhan khususnya fitoplankton adalah klorofil a. Produktivitas primer sangat tergantung dari konsentrasi klorofil. Oleh karena itu, kadar klorofil dalam volume air tertentu merupakan suatu ukuran bagi biomasa fitoplankton yang terdapat dalam perairan. Dengan klorofil dapat digunakan untuk menaksir produktivitas primer suatu perairan (Nybakken, 1988). Pengukuran produktivitas primer fitoplankton merupakan satu syarat dasar untuk mempelajari struktur dan fungsi ekosistem perairan (Gocke & Lenz 2004). Fitoplankton merupakan tumbuhan yang paling luas tersebar dan ditemui di seluruh permukaan laut dan pada kedalaman sampai setebal lapisan eufotik. Fitoplankton menghasilkan karbon 1010 ton setiap tahun atau kira-kira 50% dari seluruh karbon yang dihasilkan oleh seluruh tumbuh-tumbuhan (Smayda 1970; Meadows & Campbell 1988) dan diperkirakan 50% produktivitas primer di laut dihasilkan oleh fitoplankton (Falkowski et,al. 1998). Dari perkiraan 20.000 jenis fitoplankton (Falkowski & Raven 1997), hanya sebagian kecil yang berperan penting dalam
3
mengontrol siklus karbon dan bioelemen lainnya di perairan (Rost et al. 2003). Bioelemen terpenting terdiri dari nitrogen (Dore et al. 2002) dan fosfat
(Benitez-Nelson
&
Karl
2002).
Unsur-unsur
bioelemen
ini
ketersediaannya di perairan bervariasi dan saling mempengaruhi dalam memberikan kontribusi bagi produktivitas primer fitoplankton (Rost et al. 2003). Unsur nitrogen dan fosfat dibutuhkan dalam jumlah besar akan tetapi ketersediaannya hanya dalam jumlah sedikit sehingga menjadi pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton (Cloern 2002). Faktor utama lainnya yang mengontrol laju produktivitas primer fitoplankton di perairan adalah cahaya. Aspek dasar dari cahaya yang penting secara biologi adalah kuantitas dan kualitasnya (Parsons et al. 1984), kedua karakter ini berfluktuasi di laut, bergantung kepada waktu, ruang, kondisi cuaca, penyebaran sudut, dan polarisasi (Kennish 1990). Proses fotosintesis didalam perairan hanya dapat berlangsung jika ada cahaya sampai pada kedalaman tertentu tempat fitoplankton berada (Lalli & Parsons 1993). Tingkat penyerapan cahaya oleh fitoplankton sekitar 1.4% di perairan jernih dan 40% di perairan yang sangat keruh (Kishino 1994).
Gambar 2. 1 Tingkatan Produktifitas Perairan
4
Gambar 2. 2 Pengaruh Sinar Matahari Terhadap Fitoplankton
Distribusi cahaya dan unsur hara di perairan pada umumnya tidak serasi
dengan
kebutuhan
fitoplankton.
Adanya
kekeruhan
yang
disebabkan oleh partikel-partikel tersuspensi mengakibatkan adanya perbedaan potensi tumbuh fitoplankton pada suatu kolom air. Hal ini akan berpengaruh
pada
produktivitas
primer
fitoplankton.
Penelitian
ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara produktivitas primer fitoplankton dengan intensitas cahaya, ketersediaan unsur hara dan klorofil-a di perairan Teluk Banten.
2.2 Produktivitas Sekunder Zooplankton Zooplankton merupakan biota yang berperan penting terhadap produktivitas sekunder, karena berperan sebagai penghubung produsen primer dengan konsumen yang lebih tinggi. Zooplankton juga merupakan konsumen pertama dalam perairan yang memanfaatkan produsen primer yaitu fitoplankton (Romimohtarto dan Juwana, 2001). Lebih lanjut menurut Muhammad (2005) bahwa, keberadaan zooplankton pada suatu perairan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat produktivitas suatu perairan, karena
kelimpahan
zooplankton
pada
suatu
perairan
dapat
menggambarkan jumlah ketersediaan makanan, maupun kapasitas lingkungan/daya dukung lingkungan yang dapat menunjang kehidupan biota.Oleh karenanya perubahan yang terjadi pada suatu wila yah perairan dapat diketahui dengan melihat perubahan kelimpahan biota zooplankton.
5
Menurut Asriyana (2012) usia muda dari fauna akuatik (larva) sebagian besar berada di ekosistem mangrove dan larva dikategorikan sebagai zooplankton, karena termasuk fauna yang pergerakannya masih dipengaruhi oleh pergerakan air, sebagaimana pengertian dari plankton itu sendiri. Dinamika zooplankton dipengaruhi oleh berbagai faktor kimia, fisik dan
biologi
lingkungan
disekitarnya.
Faktor-faktor
tersebut
akan
mempengaruhi pola imigrasi dan pertumbuhan zooplankton. Beberapa faktor yang memegang peranan penting dalam dinamika zooplankton adalah cahaya, temperatur, salinitas, kondisi hidrografi dan perilaku makan zooplankton.
Gambar 2. 3 Produktivitas Sekunder Zooplankton
Kelompok zooplankton yang paling umum ditemukan antara lain Kopepoda, Rotifera, Cladocera, amphipod, kaetognat, dan misid.
Zooplankton merupakan biota yang sangat penting peranannya dalam rantai makanan dilautan. Mereka menjadi kunci utama dalam transfer energi dari produsen utama ke konsumen pada tingkatan pertama dalam tropik ecologi, seperti ikan laut, mamalia laut, penyu dan hewan terbesar dilaut seperti halnya paus pemakan zooplankton (Baleens whale). Selain itu zooplankton juga berguna dalam regenerasi nitrogen dilautan
6
dengan proses penguraiannya sehingga berguna bagi bakteri dan produktivitas phytoplankton di laut.
Gambar 2. 4 Beberapa Jenis Zooplankton
Peranan lainnya yang tidak kalah penting adalah memfasilitasi penyerapan
Karbondioksida
(CO2)
dilaut.
Zooplankton
memakan
phytoplankton yang menyerap CO2 dan kemudian setiap harinya turun ke bagian dasar laut untuk menghindari pemangsa di permukaan seperti ikan predator, sehingga carbon yang berada di dalam zooplankton tersebut dapat terendapkan di sedimen yang kemudian terendapkan dan
7
terdegradasi. Oleh karena itu zooplankton memegang peranan dalam pendistribusian CO2 dari permukaan ke dalam sedimen didasar laut. Ada beberapa hal yang menyatakan bahwa zooplankton juga dipengaruhi oleh terjadinya perubahan iklim, yaitu antara lain : 1) Zooplankton merupakan biota poikilothermic, yaitu biota yang sistem pencernaan, pernafasan dan reproduksinya sangat sensitif terhadap temperatur. 2) Siklus hidup zooplankton singkat (< 1 tahun), oleh karena itu iklim berhubungan erat dengan populasi dinamiknya. 3) Berbeda dengan ikan ataupun biota komersil lainnya(kecuali udang-udangan terhadap
respon
dan
ubur-ubur),
zooplankton
penelitian
terhadap
mengenai
trend
lingkungannya
yang
dibandingkan dengan trend ekploitasinya masih belum banyak dikaji. 4) Distribusi zooplankton merefleksikan temperatur dan arus dilaut, karena zooplankton terapung bebas hampir sebagian besar siklus hidupnya dan produktivitas reproduksinya pun didisitribusikan oleh arus. 5) Arus laut
merupakan mekanisme
yang paling
ideal dalam
penyebaran larva secara luas, karena sebagian besar hewan laut mengalami fase planktonic dalam siklus hidupnya. Dikarenakan hal-hal tersebut jika terjadi perubahan pada temperatur di perairan laut seperti terjadinya pemanasan suhu permukaan laut, tentunya akan berpengaruh pada zooplankton dan hal ini juga berdampak secara luas bagi biota laut lainnya, karena zooplankton merupakan bagian yang penting dalam rantai makanan dilautan terlebih lagi zooplankton itu sendiri merupakan salah satu bagian dari fase biota laut.
2.3 Fenomena Red Tide Retaid (red-ticle) adalah fenomena alam yang sering terjadi di ekosistem perairan baik laut lnaupun tawar. Retaid mengcsankan
8
perubahan warna air laut dari biru atau biru--hijau menjadi merah, merahcoklat, hijau kekuningan atau bahkan putih (Prascno & Sugcstiningsih, 2000) atau menjadi putih susu (Abidin, 1990, komunikasi pribadi). Fitoplankton penyebab Red tide umumnya dari kelas dinoflagellata kelompok Pyrrophyta. Air laut berubah menjadi merah karena ganggang mikroskopik
berkembang
biak
secara
massal
sehingga
menutupi
permukaan air laut. Pada malam hari, warna lautan itu bisa berubah menjadi biru terang. Itulah fenomena Red Tides. Kondisi seperti ini tidak lepas dari dinamika populasi anggota kornunitas algae di perailan. Praseno
dan
Sugestiningsih
sselanjutnya
mengatakan
bahwa
penyebabnya adalah mikroalgae. Warna yang muncul tergantung pigmen rrrikloalgae yang sedang blooming. Hal ini merupakan manifetasi konsentrasi zat hara di perairau berarti ada kenaikan kesuburun pelairan, terjadi karena fitoplankton sebagai produser ekosistem perairan.
Gambar 2. 5 Fenomena Red Tide
Meski terlihat sangat indah dan menawan, Red Tide adalah pembunuh massal biota laut ,merubah struktur komunitas ekosistem
9
perairan, berdampak meracuni dan juga bisa menyebabkan kematian pada manusia. Lebih dari 100 ton ikan dan biota laut mati karena racun yang dikeluarkan fitoplankton(ganggang mikroskopik) yang menutupi lautan itu. Faktor yang mempengaruhi fenomena Red Tides yaitu termasuk suhu permukaan laut yang hangat, salinitas rendah, kandungan gizi yang tinggi, dan laut yang tenang. Selain itu, fitoplankton tersebut dapat menyebar dengan jauh oleh angin, arus, dan badai. Badai ini mengubah system pergerakan air laut yang mengakibatkan bertumpuknya plankton di lautan tertentu.plankton merupakan makanan ikan,tetapi kalau plankton berjumlah sangat banyak,maka otomatis banyak plankton yang tidak termakan oleh ikan dan akhirnya membusuk di dasar laut.plankton yang membusuk ini menghasilkan plankton baru bersifat toksin yang disebut dinoflagellata .pada kondisi tertentu plankton busuk tersebut meledak ke permukaan laut.plankton-plakton itu mengeluarkan toksin
berwarna
kuning
keemasan,merah
keemasan,atau
hijau
kekuningan. Otomatis setiap binatang laut yang memakan atau melewati Red Tides ini akan mati.
Gambar 2. 6 Sebuah mekar terlihat, atau "pasang merah", dari polyedrum dinoflagellata Lingulodinium sepanjang pantai La Jolla, San Diego (foto courtesy of KaiSchumman).
10
Tetapi
ada
juga
Red
Tides
yang
di
sebabkan
oleh
ulah
manusia.Limbah buangan atau zat-zat kimia beracun di perairan akan membuat plankton-plankton membusuk di dasar laut. Fenomena ini tidak sebesar seperti yang diakibatkan oleh badai. Namun tetap saja akan membuat binatang laut kehabisan makanan dan mati karena makan plankton beracun. Selain berdampak secara ekologi, fenomena red tide mengganggu kesehatan manusia seperti sindrom keracunan akibat memakan ikan mati karena red tide atau makan kerang yang diambil dari perairan yang mengalami red tide. Selain itu, bisa terjadi iritasi kulit dan mata karena berenang atau mandi di perairan yang sedang mengalami red tide. Keracunan akibat memakan kerang-kerangan paling berbahaya karena hewan tersebut mampu mengakumulasi racun, sementara kerangnya sendiri tidak terpengaruh. Secara ekonomi, jelas menimbulkan kerugian. Banyaknya ikan dan biota laut lain yang mati menyebabkan hasil tangkapan nelayan menurun. Konsumen atau pembeli ikan mentah maupun sea food juga bisa berkurang karena kuatir terkontaminasi racun. Dunia pariwisata pun terimbas karena limbah ikan yang tersebar di pantai disertai bau busuk menyengat. Wisatawan harus diperingatkan supaya tidak melakukan aktivitas di lokasi red tide agar terhindar dari keracunan.
Gambar 2. 7 Red Tide Di Pantai Sydney, Australia.
11
Red Tide umumnya terjadi antara bulan Agustus-Februari di pantai dengan perairan hangat seperti Teluk Meksiko. Fenomena laut ini sendiri tercatat pernah terjadi di pantai Bali, laut sekitar Sulawesi, Kalimantan Timur, Peru dan Chili. Fenomena Red Tides terjadi kira-kira lima tahun sekali sesuai dengan siklus badai yang terjadi dilaut.
2.4 Distribusi Plankton Lingkungan media hidup plankton sangat bermacam-macam, hal tersebut dipengaruhi oleh perubahan secara temporal seperti temperatur, nutrien yang ada diperairan dan cahaya yang masuk keperairan. Distribusi spasial adalah pola penyebaran kelimpahan plankton yang dilihat berdasarkan tempat. Pola penyebaran plankton sangat dipengaruhi oleh parameter fisik dan kimiawi perairan. Selain itu, distribusi plankton memiliki pengaruh besar terhadap produktivitas suatu perairan.
Gambar 2. 8 Distribusi Plankton Beserta Pengaruh Dari Sinar Matahari
12
Berikut distribusi plankton di perairan : a) Ditribusi Horizontal Distribusi fitoplankton secara horizontal lebih banyak dipengaruhi faktor fisik berupa pergerakan masa air. Oleh karena itu pengelompokan (pathciness) plankton lebih banyak terjadi pada daerah neritik terutama yang dipengaruhi estuaria dibandingkan dengan oseanik. Faktor-faktor fisik yang menyebabkan distribusi fitoplankton yang tidak merata antara lain arus pasang surut, morfo-geografi setempat, dan proses fisik dari lepas pantai berupa arus yang membawa masa air kepantai akibat adanya hembusan angin. Selain itu keter-sediaan nutrien pada setiap perairan yang berbeda menyebabkan perbedaan kelimpahan fito-plankton pada daerah-daerah tersebut. Pada daerah dimana terjadi upwelling atau turbulensi, kelimpahan plankton juga lebih besar dibanding daerah lain yang tidak ada. b) Distribusi Vertikal Distribusi vertikal plankton sangat berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitasnya, selain kemampuan pergerakan atau faktor ling-kungan yang mendukung plankton mampu bermigrasi secara ver-tikal. Menurut Seele dan Yentch (1960) dalam Parsons dkk (1984), distribusi fitoplankton di laut secara umum menunjukkan densitas maksimum dekat lapisan permukaan (lapisan fotik) dan pada waktu lain berada dibawahnya. Hal ini menunjukan bahwa distribusi vertikal sangat berhubungan dengan dimensi waktu (temporal). Selain faktor cahaya, suhu juga sangat mendukung pergerakannya secara vertikal. Hal ini sangat berhubungan dengan densitas air laut yang mampu menahan plankton untuk tidak tenggelam. Perpindahan seca-ra vertikal ini juga dipengaruhi oleh kemampuannya ber-gerak atau lebih tepat mengadakan adaptasi fisiologis sehingga terus melayang pada kolom air. Perpaduan kondisi fisika air dan mekanisme mengapung me-nyebabkan plank-ton
13
mampu bermigrasi secara vertikal sehingga distribusinya berbeda secara vertikal dari waktu ke waktu. c) Distribusi harian dan musiman Distribusi plankton dari waktu ke waktu lebih banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan. Distribusi temporal banyak dipengaruhi oleh pergerakan matahari atau dengan kata lain cahaya sangat mendominasi pola distribusinya. Distribusi harian plankton, terutama pada daerah tropis, mengikuti perubahan intensitas cahaya sebagai akibat pergerakan semu matahari. Pada pagi hari dimana intensitas cahaya masih rendah dan suhu permukaan air masih relatif dingin plankton berada tidak jauh dengan permukaan. Pada siang hari plankton berada cukup jauh dari pemukaan karena ’menghindari’ cahaya yang terlalu kuat. Pada sore hingga malam hari plankton begerak mendekati bahkan berada pada daerah permukaan (Gross,1988)
Gambar 2. 9 Pola Pergerakan Plankton
2.5 Peranan Plankton Terhadap Lingkungan Perairan Kesuburan suatu perairan antara lain dapat dilihat dari keberadaan organisme planktonnya, karena plankton dalam suatu perairan dapat menggambarkan tingkat produktivitas perairan tersebut. Dalam sistem
14
trofik ekosistem perairan, termasuk ekosistem rawa gambut, organisme plankton sangat berperan sebagai produsen dan berada pada tingkat dasar, yaitu menentukan keberadaan organisme pada jenjang berikutnya berupa berbagai jenis ikan-ikan. Oleh karena itu, keberadaan plankton di suatu perairan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikanikan di perairan tersebut, terutam bagi ikan-ikan pemakan plankton atau ikanikan yang berada pada taraf perkembangan awal.
Gambar 2. 10 Peranan Plankton Di Perairan
a) Peranan Positif Plankton Seiring berjalannya berkembang pesatnya ilmu pengetahuan, penelitian mengenai plankton pun banyak dilakukan. Melalui penelitian yang telah dilakukan terungkap manfaat- manfaat di perairan yang terdapat pada plankton, yaitu :
Plankton bisa menjadi peneduh yang melindungi biota air karena dapat merasa aman dari sifat kanibalisme.
15
Plankton adalah pakan alami bagi biota air karena mengandung banyak karbohidrat dan protein untuk pertumbuhannya.
Fitoplankton dapat menambah kadar oksigen terlarut dalam air (DO) yang diberikan melalui proses fotosintesis.
Plankton dapat menjaga kestabilan suhu air. Plankton sebagai katalisator penyerap karbon. Beberapa plankton dapat menurunkan zat beracun. Secara tidak langsung plankton membantu proses terciptanya awan.
b) Peranan Negatif Plankton Selain memiliki dampak positif, plankton pun memiliki dampak negatif yang merugikan bagi bidang perairan, yaitu :
Fitoplankton menyebabkan blooming. Beberapa Cyanophyta dapat menghasilkan Geosmine yang menyebabkan bau lumpur pada daging ikan dan udang.
Banyaknya bangkai zooplankton yang mengendap didasar tanah dapat menjadi racun.
Cyanobacteria menghasilkan metabolit yang bersifat racun bagi organisme
terresteral
(darat)
maupun
akuatik
dengan
cara
menghambat proses sintesis protein pada organ tubuh yang diserang.
Pada plankton Heterosigma akashiwa plankton ini dapat membuat pernafasan ikan menjadi tersendat karena plankton ini menempel di insang.
2.6 Biologi Plankton Subtropis Subtropis adalah wilayah Bumi yang berada di utara dan selatan setelah wilayah tropis yang dibatasi oleh garis balik utara dan garis balik selatan pada lintang 23,5° utara dan selatan. Kondisi iklim subtropis
16
diwarnai dengan gangguan dan rintangan dari alam seperti badai, hujan salju, atau tornado.
Gambar 2. 11 Pembagian Daerah Iklim Matahari
Variasi musiman kelimpahan plankton di daerah subtropis sangat nyata sekali, tetapi di daerah tropis, variasi musiman kurang menonjol. Umumnya pada variasi musiman kelimpahan Fitoplankton di daerah tropis bukan disebabkan karena perubahan suhu, tetapi karena adanya pergantian arah angin (Raymont et al., 1984). Tingginya nilai kelimpahan jenis fitoplankton tersebut diduga karena adanya hubungan nutrien dan intensitas cahaya matahari yang cukup pada
daerah
subtropis.
Fitoplankton
mengandung
klorofil
yang
mempunyai kemampuan berfotosintesis yakni menyadap energi matahari untuk mengubah bahan inorganik menjadi bahan organik (Nontji, 2006). Fitoplankton
dalam
melakukan
fotosintesis
membutuhkan
cahaya
matahari. Penyinaran cahaya matahari akan berkurang secara cepat dengan makin tingginya kedalaman. Ini sebabnya fitoplankton sebagai produsen primer hanya didapat pada daerah atau kedalaman dimana sinar matahari dapat menembus pada perairan (Hutabarat dan Evans, 1986).
17
Beberapa karakteristik Plankton pada daerah Subtropis : a) Tingkat Produktivitas Plankton Intensitas sinar matahari di laut subtropis bervariasi menurut musim (dingin, semi, panas dan gugur). Tingkat produktivitas akan berbeda pada setiap musim. Pada musim semi tingkat produktivitasnya tinggi dan pada musim dingin sangat rendah. Ini akan menyebabkan adanaya perbedaaan pada produktivitas plankton di perairan tersebut. b) Jenis Predator Tertinggi Dalam Rantai Makanan Predator tertinggi di laut subtropis adalah lumba-lumba, anjing laut, singa laut, ikan paus dan burung-burung laut. Predator lainnya adalah ikan salem dan cumi-cumi. Plankton sebagai komponen dasar dalam struktur kehidupan di laut dapat dijadikan sebagai salah satu parameter dalam pemantauan kualitas lingkungan perairan. Aspek-aspek yang dapat diamati meliputi nilai kualitatif dan kuantitatif plankton. Aspek kualitatif meliputi pemahaman terhadap komposisi plankton yang berkaitan dengan keberadaan jenis jenis plankton yang dapat menimbulkan bencana terhadap lingkungan perairan ataupun terhadap manusia, dalam hubungannya sebagai pengguna lingkungan atau konsumer langsung organisme laut sebagai bahan makanan. Aspek kuantitatif meliputi pemahaman terhadap fungsi dan
tingkat
kemampuan
perairan
sebagai
pendukung
kehidupan
organisme perairan. Pemahaman plankton secara kuantitatif berhubungan erat dengan penilaian perairan yang dapat berfungsi sebagai daerah penangkapan maupun lokasi budidaya laut (Thoha, 2004).
18
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Plankton merupakan
makhluk ( tumbuhan atau hewan ) yang
hidupnya, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya terbatas sehingga mudah terbawa arus. Plankton berbeda dengan nekton yang berupa hewan yang memiliki kemampuan aktif berenang bebas, tidak tergantung pada arus air. Plankton memiliki banyak manfaat diperairan, seperti untuk pakan ikan, Penambahan DO, penstabil kualitas air dan sebagainya. Aspek-aspek yang berhubungan dengan kehidupan plankton maupun yang berkaitan dengan seperti produktivitas, distribusi, biologi dan fenomena yang dapat di timbulkan merupakan hal yang perlu di ketahui mengenang peranan plankton yang begitu besar terhadap kehidupan.
3.2 Saran Saya menyadari bahwa makalah yang saya selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
19
DAFTAR PUSTAKA Adiwilaga, E. M., & Damar, A. (2004). PRODUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN UNSUR HARA DAN CAHAYA DI PERAIRAN TELUK BANTEN 1 ( Phytoplankton Primary Productivity and its Relationship to Nutrients and Light Availabilities in Banten Bay ), 1, 21 –26. Arjuna, A., Si, S., Armanda, S., & Farmasetik, L. (2010). Penuntun praktikum, 1 –59. Asisten, T., & Planktonologi, P. (2015). Jurnal Praktikum Planktonologi. Fita, F., Zakaria, I. J., & Syamsuardi. (2013). Produktivitas Primer Fitoplankton di Teluk Bungus, 2 (1), 59 –66. For, T., Template, C., King, I., & Martha, B. (2015). Jurnal Praktikum Planktonologi 2015 PDF DOWNLOAD HERE [ PDF ] Jurnal Praktikum Planktonologi 2015 PDF. Jayapura, K., Ekologi, L., Ugm, F. B., Biologi, J., & Uncen, F. (2010). Retaid di perairan, 17 (3). Ltd, L. R. (2012). Purposive sampling, 3(3), 56. https://doi.org/10.4135/9781412950589.n774 Melay, S., Program, M., Ilmu, M., & Unpatti, K. (2014). STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON PADA EKOSISTEM MANGROVE DI OHOI / DESA KOLSER Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unpatti , Zooplankton merupakan biota yang sebagai penghubung produsen primer dengan konsumen yang lebih tinggi . Zooplankton perairan yang memanfaatkan produsen primer yaitu fitoplankton ( Romimohtarto dan digunakan untuk mengetahui tingkat produktivitas suatu perairan , karena perairan dapat menggambarkan jumlah ketersediaan makanan , maupun kapasitas suatu wilayah perairan dapat diketahui dengan melihat perubahan kelimpahan biota termasuk fauna yang pergerakannya masih dipengaruhi oleh
20
pergerakan air , Faktor-faktor dan pertumbuhan zooplankton . Beberapa dalam dinamika zooplankton adalah cahaya , Komponen abiotik yang lain : suhu , arus dan pasang surut , flora dan fauna termasuk didalamnya satunya adalah zooplankton . Salah satu pesisir Maluku Tenggara , Kecamatan Kei Kecil Ohoi Kolser , merupakan salah satu telah diteliti di Kabupaten Maluku Tenggara , zooplankton khususnya di perairan hutan mangrove Ohoi Kolser belum pernah Pada ekosistem manngrove di Ohoi / Desa Kolser , jenis tanahnya berlumpur , berlempung atau berpasir Lahannya tergenang air laut secara berkala , pada saat pasang purnama . Frekuensi genangan ini akan menentukan komposisi vegetasi ekosistem mangrove sendiri . Wilayah Ohoi / Desa Kolser , Kabupaten Maluku Tenggara , merupakan, 1(1), 101 –110. Nekton, K., Gambut, R., Jungkal, L., Pampangan, K., Ogan, K., & Ilir, K. (2009). Potensi Komunitas Plankton dalam Mendukung Kehidupan Komunitas Nekton di Perairan Rawa Gambut, Lebak Jungkal di Kecamatan Pampangan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Propinsi Sumatera Selatan, 2009(D), 53 –58. River, J., River, L., Village, K., Hutabarat, S., Purnomo, P. W. , Studi, P., … Diponegoro, U. (2015). http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/maquares, 4, 84 –90. Simanjuntak, M. (2009). Hubungan Faktor Lingkungan Kimia, Fisika Terhadap Distribusi Plankton Di Perairan Belitung Timur, Bangka Belitung. Jurnal Perikanan, 11(1), 31 –45. Singkat, T., Tide, R., Red, P., Terhadap, T., Wardiatno, Y., Damar, A., … Damar, A. (2004). A Short Review on the Recent Problem of Red Tide in Jakarta Bay : Effect of Red Tide on Fish and Human. Jurnal IlmuIlmu Perairan Dan Perikanan Indonesia, 11(1), 67 –71.
Umar, N. A. (n.d.). DINAMIKA POPULASI PLANKTON DALAM AREA PUSAT PENANGKAPAN BENUR DAN NENER DI PERAIRAN
21
PANTAI KECAMATAN SUPPA KABUPATEN PINRANG , SULAWESI SELATAN NUR ASIA UMAR. Wulandari, D. Y., Tunjung, N., Pratiwi, M., & Adiwilaga, E. M. (2014). Distribusi Spasial Fitoplankton di Perairan Pesisir Tangerang ( Spatial Distribution of Phytoplankton in the Coast of T angerang ), 19(3), 156 – 162. Richardson, A. J. 2008. In hot water: zooplankton and climate change. – ICES Journal of Marine Science, 65: 279 –295 Nontji, A. 2008. Plankton Laut. LIPI Press. Jakarta. 331 hal. Davis, C. C. (1955). “ The Mar ine and Fresh – Water Plankton” Michigan State University Press. Chicago. Pp. 27 – 31. Anonim. 2010. Plankton. www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 11 Desember 2011. Handayani, S., Mufti, P. 2005. Komunitas Zooplankton di Perairan Waduk Kreceng, Cilegon, Banten. Makara, Sains, Vol. 9, No. 2. Universitas Indonesia. Jakarta. Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.
22