BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama pada dasaranya adalah sikap dasar manusia yang seharusnya kepada Tuhan. Agama mengungkapkan diri dalam sembah bakti sepenuh hati kepada Tuhan. Berbeda dengan iman yang didasarkan pada pewahyuan Tuhan, agama sebenarnya merupakan hasil usaha manusia, yang dikembangkan dalam rangka mengatur berbagai hal yang berkaitan dengan pengungkapan pengungkapan iman. Seseorang yang beragama beragama baru merupakan sebuah awal dari perjalanan panjang yang harus dilaluinya mengarungi dunia rohani yang tiada batasnya. Disebut tiada batasnya karena perjalanan rohani terutama berkaitan dengan sesuatu yang trasenden atau gaib. Jadi agama lebih merupakan wadah atau lembaga yang mempersatukan dan mengatur berbagai aktivitas berkaitan dengan pengungkapan dan penghayatan penghayatan iman kepada Tuhan.(Anton Tuhan.(Antonius ius Atoskhi Atoskhi !ea, "##$% "##$% Agama Agama Buddha Buddha timbul timbul sekita sekitarr abad abad ke&ena ke&enam m sebelu sebelum m 'asehi 'asehi,, sebag sebagai ai reaksi reaksi terhadapa terhadapa system upaara upaara keagamaa keagamaann )indu Brahmana Brahmana yang yang terlampau terlampau kaku. kaku. *stilah *stilah Buddha berasal dari +ata Bodhi- yang artinya Bangkit- atau Bangun- dan dari kata kerja Bujjhati- berarti mempeeroleh penerahan. 'engetahui dan mengerti sehingga kata Buddha Buddha dapat diartikan diartikan sebagai sebagai seorang seorang yang yang telah memperol memperoleh eh kebijjaksana kebijjaksanaan an sempurna. mat Buddha diseluruh dunia menyatakan ketaatan dan kesetiaan mereka kepada Buddha , Dhamma, dan Sangha dengan kata&kata dalam rumusan +uno yang sederhana namun menyentuh hati. /umusan itu berbunyi0 a. Buddha Buddha saranam saranam gahami gahami 1 aku berlin berlindung dung kepad kepadaa Buddha Buddha b. Dhamma saranam saranam gahami 1 aku berlindung kepada kepada Dhamma . Sangha Sangha saranam saranam gahami gahami&& aku berlin berlindung dung kepad kepadaa Sangha Sangha Tiratana berasal dari bahasa 2ali, sedangkan sedangkan Triratana Triratana dari bahasa Sangsekerta. Sangsekerta. Tiratana Tiratana adalah suatu bagian yang terpenting dan yang menjadi dasar agama Buddha. Tri /atana terdiri dari dua kata yang menjadi dasar agama Buddha Tri- yang berarti tiga dan /atana- yang artinya permata. Sehingga kata tersebut dapat diartikan seara keseluruhan 3 Tiga 2ermata 'ulia- berarti Tiga perlindungan-. ()adi )ilman +, 4556%
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang didapatkan adalah bagaimana perawatan spiritual dalam perspekti7 agama Buddha.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui perawatan spiritual dalam perspekti7 agama budha.
1. Man!aat
'an7aat yang bisa didapatkan dalam penyusunan makalah ini yaitu dapat memahami peran perawat sebagai 7asilitator dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien.
"
BAB II PEMBAHA"AN
2.1 Pera#at Menja$% &as%l%tat'r (e)utuhan "*%r%tual
2eran perawat menjadi 7asilitator klien dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya, yaitu dimana kita ketahui perawat merupakan seorang pelayan yang sangat berperan dalam membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien, baik dengan melakukan pendekatan sharing atau urhat, dengan memberikan penerahan agama atau mengusahakan kemudahan seperti mendatangkan pemuka agama sesuai dengan agama yang diyakini pasien, serta member kelonggaran pada pasien untuk berinteraksi dengan orang lain misalnya keluarga, teman, dsb. Selain itu perawat juga melakukan kolaborasi tidak hanya dengan tenaga medis tetapi juga dengan pemuka agama. Salah satu ontoh perawat menjadi 7asilitator klien dalam pemenuhan spiritual klien yaitu perawat mem7asilitasi tempat ibadah. 2.2 Pr'se$ur Pemenuhan (e)utuhan "*%r%tual +leh Pera#at
4. +omunikasi sebaiknya dilakukan untuk menormalkan suasana perasaan pasien tetapi usahakan jangan terlalu nyata ". 'endengarkan pasien yang akan mengungkapkan kebutuhannya sehingga pasien merasa dihargai 6. 'enanyakan kepada pasien tentang perasaan yang ada di benaknya karena pasien sering takut mengungkapkan hal&hal yang ada dalam pikirannya 8. 'emastikan apa yang di tanyakan pasien dengan mengklari7ikasi dan mere7lesikan kembali ke pertanyaannya 9. Apabila keadaan memungkinkan perawat perlu menyadari kesulitan pasien dengan penyakit terminalnya dan jangan dikurangi, begitu juga jangan mendebat pasien $. 'emastikan bahwa perawat dan pasien membiarakan hal&hal yang sama. Selalu berusaha menookkan pemahaman dan minta umpan balik dengan pasien. :. 'empertahankan keselarasan perilaku verbal dan non verbal ;. 'enyediakan waktu jika pasien ingin biara walaupun kadang&kadang tidak menyenangkan.
6
2.3 Tujuan Pemenuhan (e)utuhan "*%r%tual
+ebutuhan spiritual adalah suatu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi karena
sebagai
semangat,
atau
motivasi
untuk
hidup,
kebutuhan
untuk
mempertahankan
2. "*%r%tual%tas Dalam (eh%$u*an "ehar%,Har%
Sebagai umat Buddha, sudah selayaknya jika memiliki sebuah altar Buddha atau gambar Sang Buddha didalam rumah kita, bukan sebagai barang pameran tetapi sebagai objek penghargaan dan penghormatan. =ukisan indah dari Sang Buddha, yang melambangkan 'etta (inta kasih%, kesuian dan kesempurnaan, berguna sebagai sumber hiburan dan inspirasi untuk menolong, mengatasi segala kesulitan, keresahan atau kesalahpahaman yang perlu hadapi dalam kegiatan sehari&hari di dunia yang penuh kesukaran ini. 2enghidupan penuh dengan perangkap. 2erangkap demikian dapat dihindari jika ingat untuk melaksanakan ajaran&ajaran mulia dari !uru Agung. Sambil menghormati Sang Buddha, adalah suatu tugas yang paling menguntungkan, bila dapat bermeditasi walaupun sebentar saja, dengan memusatkan pikiran pada si7at&si7at agung dan mulia dari Sang Buddha, sehingga dapat menyempurnakan diri melalui inspirasinya. 8
2..1 Melaksanakan (eh%$u*an "ehar%,har%
Sebagai penganut agama budha, hendaknya membiasakan diri memberi penghormatan kepada !uru Agung ini setiap hari. *ni dapat dilakukan pada dini hari (pagi&pagi sekali% atau malam hari sebelum tidur. Sambil melakukan ini, adalah ber7aedah, jika diusahakan untuk membaakan beberapa sutta. *nilah ara hidup nan mulia dari umat Buddha. >rang tua harus menananamkan kebiasaan&kebiasaan agama yang berman7aat dan dihormati sepanjang ?aman ini diantara anak&anak mereka sehingga mereka dapat menyadari dan menghargai pusaka mereka yang berharga. 2ara orang tua yang beragama Buddha dianjurkan untuk menyekolahkan anak&anaknya di Sekolah 'inggu Buddhis atau kelas&kelas agama untuk melatih anak&anak itu menjadi anak&anak yang patuh dan menjadi warga negara yang baik. Selain umat Buddha dianjurkan untuk melaksanakan ketentuan& ketentuan agama didalam keluarganya, mereka diingatkan untuk tidak melupakan atau mengabaikan kewajiban&kewajiban bersama terhadap kegiatan& kegiatan di vihara tempat kebaktian&kebaktian diadakan seara teratur pada hari& hari bulan purnama dan bulan madu (tanggal 4 dan 49 @andrasankala%. Berkunjung ke wihara dan turut serta dalam kebaktian&kebaktian dapat dianggap sebagai perbuatan yang berjasa. 2elaksanaan delapan sila (ATT)A S*=A% selama hari&hari tersebut (tanggal 4 dan 49 =unar @alender% oleh para penganut merupakan suatu perbuatan yang layak dan berjasa. 'ereka yang turut melaksanakan ini diminta untuk berpakaian putih sederhana dan tinggal di vihara selama 4 hari, dengan menurahkan waktunya pada soal&soal keagamaan seperti meditasi, diskusi agama, rnembaa buku&buku agarna dan memanarkan inta kasih ('etta%.
2..2 Tra$%s% Dan A$at Ist%a$at
2elaksanaan tradisi dan adat istiadat kebangsaan tidak perlu dibuang bila seseorang menjadi umat Buddha atau mengikuti ajaran Sang Buddha. Sesungguhnya Sang Buddha menasihati para pengikutnya untuk menghormati tradisi dan adat istiadat mereka sendiri jika hal itu mempunyai arti penting dan tidak merugikan. Sebaliknya, jika praktik&praktik itu bertentangan dengan atau 9
melanggar prinsip&prinsip Buddhis yang 7undamental, membahayakan orang lain, atau menyusahkan, maka praktik&praktik itu hendaknya dibuang, betapapun hal itu ditujukan untuk maksud baik. Bahkan dalam mengatur 7ungsi& 7ungsi keagamaan kita, adalah tugas kita untuk menyusun 7ungsi&7ungsi itu dengan ara&ara terhormat tanpa menyusahkan orang lain. 2engertian ini sangat penting dalam pelaksanaan agama kita dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai suku.
2..3 Pengh'rmatan Pa$a De#a
Di banyak rumah umat Buddha, pesta&pesta tertentu atau perayaan&perayaan khusus diadakan untuk menghormati berbagai dewa dan roh sui yang dipuja di dalam rumah mereka atau di kuil&kuil. alaupun tidak ada keberatan khusus sepanjang hal itu tidak melanggar a?as&a?as pokok Buddhis, namun harus ditarik suatu perbedaan terhadap kenyataan bahwa perayaan&perayaan yang demikian si7atnya tidaklah mernbantu dalam kemajuan batin kita keuali untuk kemajuan duniawi. )al&hal itu harus dengan jelas dibedakan dari Buddha Dhamma sendiri. >leh karena itu kita jangan memperkenalkan kebiasaan& kebiasaan menurut adat atau tradisi ini sebagai kebiasaan&kebiasaan agama Buddha. 'enurut ajaran&ajaran Sang Buddha ara yang tepat untuk mengenang atau menghormati dewa&dewa ini adalah melalui pemindahan jasa&jasa dengan jalan melaksanakan perbuatan&perbuatan berjasa dan memanarkan inta kasih ('etta% kita kepada mereka melalui meditasi.
2.- (e*era#atan "*%r%tual +rang "ak%t
Seseorang yang sakit, selain menempuh pengobatan medis biasa, sebaiknya juga rnengundang para bhikkhu untuk melakukan suatu pemberkahan keagarnaan yang bertujuan memperepat kesembuhan si pasien. 2emberkahan seperti itu dapat menanamkan pengaruh spiritual dan kejiwaan pada si pasien sehingga memperepat penyembuhannya. +hususnya bila penyakit itu kebetulan berhubungan dengan sikap batin si sakit, suatu pelayanan spiritual oleh seorang bhikkhu akan sangat menolong (Silva,"##9%. Dalam hal terdapat keperayaan bahwa suatu penyakit disebabkan oleh pengaruh buruk dari luar atau roh&roh jahat, maka suatu kebaktian 2emberkahan dapat menjadi $
obat penawar yang baik. Tetapi, sebagai urnat Buddha yang mengerti, kita jangan menyerahkan diri pada keperayaan atau khayalan keliru bahwa roh&roh jahat merupakan sebab penyakit kita (Silva,"##9%. Casihat Sang Buddha0 Bilamana badanmu sakit, jangan biarkan pikiranmu menjadi sakit juga", sungguhlah benar. Sesuai dengan nasehat ini, kita harus mempergunakan
keerdasan dan pikiran sehat kita untuk menari pengabatan medis yang ook untuk penyakit kita daripada menyerah pada tahyulan 'eskipun demikian, kita harus senantiasa ingat bahwa sakit merupakan bagian dan bidang dari kehidupan kita sehari& hari didunia ini, dan kita harus menerimanya dengan tenang (Silva,"##9%.
2.-.1 Peran Pera#at Terha$a* (e)utuhan "*%r%tual
Sang Buddha menasehati murid&muridCya tentang pentingnya pelayanan kepada orang sakit. Beliau bersabda 0-Seseorang yang merawat orang sakit, berarti ia telah merawat Saya-. 2ernyataan terkenal ini dibuat oleh ang Terberkati saat Beliau menemukan seorang bhikkhu yang sedang berbaring dalam jubah kotornya 'enurut agama Buddha menyebutkan si7at&si7at yang harus dimiliki oleh seorang .
perawat baik (Silva,"##9% *a harus mampu memberikan obat, ia harus mengetahui apa yang berman7aat untuk pasien dan apa yang tidak berman7aat. *a harus menjauhkan apa yang tidak berman7aat dan hanya memberikan apa yang berman7aat bagi pasien. *a harus mempunyai inta kasih dan murah hati, ia harus melakukan kewajibannya atas kesadaran untuk melayani dan bukan hanya untuk imbalan ( mettacitto gilanam upatthati no amisantaro %. *a tidak boleh merasa jijik terhadap air liur, lendir, air
kening, tahi, luka, dll. *a harus mampu menasehati dan mendorong pasien dengan ide&ide mulia, dengan pembiaraan Dhamma (A.iii,488% (Silva,"##9%. 2atut diperhatikan di sini bahwa perawat tidak hanya diharapkan akap dalam merawat badan dengan memberi makanan dan obat yang tepat, tetapi ia juga diharapkan untuk merawat kondisi batin pasien. *tulah sebabnya inta kasih ( metta% dan belas kasihan ( karuna%, yang juga merupakan perasaan&perasaan mulia (brahmavihara%, dianggap sebagai si7at&si7at yang patut dipuji dalam seorang perawat. Sutta&sutta menambahkan dimensi lain bagi pro7esi perawatan dengan memasukkan elemen spiritual dalam pembiaraan perawat. +eadaan sakit adalah saat seseorang sedang menghadapi kenyataan&kenyataan hidup dan kondisi ini adalah suatu kesempatan baik untuk menanamkan suatu kesadaran spiritual yang mendesak, bahkan dalam batin yang paling materialistis :
sekalipun. =ebih lanjut lagi, seseorang yang sedang sakit tentunya mempunyai perasaan takut pada kematian yang lebih besar daripada saat ia sedang sehat. @ara& ara yang paling bagus untuk menenangkan perasaan takut ini adalah dengan mengalihkan perhatian kepada Dhamma. Dalam pengawasannya, perawat diharapkan memberikan bimbingan spiritual kepada pasien sebagai suatu bagian dan paket dari kewajiban seorang perawat (Silva,"##9%. 'etode Buddhis untuk melayani orang sakit, seperti yang ditunjukkan dari teks&teks di atas, tidak hanya menyatakan pentingnya pengobatan dan perawatan yang tepat, tetapi juga pengendalian pikiran pasien ke pikiran&pikiran baik. Campaknya terdapat suatu keyakinan bahwa perhatian pada topik&topik berhubungan dengan Ajaran, terutama pengingatan tentang kebajikan&kebajikan yang telah dikembangkan oleh seseorang, memiliki si7at&si7at penyembuhan (Silva,"##9%.
2ada waktu sakit parah, perhatian ditujukan pada si7at&si7at spiritual seseorang, maka kegembiraan yang luar biasa akan memenuhi pikirannya, dan 7aktor&7aktor yang meningkatkan kesehatan menjadi akti7 dalam tubuh, mungkin dengan ara pengeluaran hormon&hormon yang mengembalikan kesehatan. 'ungkin dengan ara demikianlah individu&individu berspiritual tinggi mendapatkan kesehatannya kembali saat sutta&sutta yang tepat dibaakan (Silva,"##9%. 2ertanyaan yang mungkin timbul adalah seberapa e77ekti7 bimbingan spiritual jika pasien menjelang kematian sedang tidak sadar. Sebenarnya apa yang penting di sini adalah kita benar&benar tidak mengetahui kondisi batin pasien pada saat kematian. 2ara dokter dan penonton mungkin menyimpulkan bahwa pasien tidak sadar karena ia tidak bereaksi terhadap sekelilingnya dan pertanyaan&pertanyaan yang ditujukan kepadanya. =ima inderanya mungkin sebagian atau sama sekali tidak ber7ungsi, tetapi tidak ada yang memastikan apakah 7ungsi pikirannya akti7 atau tidak. +ita tentunya tidak tahu potensi&potensi spesial apa yang ada dalam pikirannya saat kematian. +emungkinan besar bahwa bagian pikiran adalah yang paling akti7 pada saat yang penting ini. 'ungkin pada saat inilah seseorang mempunyai perjuangan batin yang paling keras, keinginan hidup yang kuat yang berasal dari kebiasaan kuat menentang dan memprotes kematian (Silva,"##9%. ;
Sangat tepat untuk menyimpulkan karangan ini dengan memikirkan apa yang harus kita lakukan saat kita mengunjungi pasien menjelang kematian. Sikap normal kita adalah kesedihan dan perasaan kasihan, tetapi Buddhisme menganggap salah mempunyai pikiran&pikiran negati7 pada saat demikian. 2endapat saya adalah akan lebih membantu bagi pasien menjelang kematian dan bagi pasien siapapun, jika kita memanarkan pikiran&pikiran metta, inta kasih kepadanya. +arena pikiran pasien menjelang kematian mungkin sedang bekerja pada saat penting ini, tak terhalangi oleh keterbatasan yang dibebankan oleh 7ungsi&7ungsi jasmani, kemungkinan bahwa batin seseorang akan lebih sensiti7 dan mudah menerima gelombang&gelombang pikiran spiritual di sekitarnya. Jika kesedihan dan tangisan menghasilkan gelombang pikiran negati7, maka orang yang akan meninggal mungkin terpengaruh. Tetapi jika pikiran&pikiran baik tentang inta kasih dipanarkan, pikiran&pikiran demikian dapat ber7ungsi sebagai penenang batin yang menghilangkan penderitaan dan keemasan dari datangnya kematian dan dapat menyelubungi pikiran seseorang dalam selimut yang hangat, tenang dan melindungi (Silva,"##9%.
2.-.2 Hal,Hal ang Da*at D%!as%l%tas% +leh Pera#at
Dalam agama Buddha, tidak diakui adanya makhluk&agung atau dewa&agung yang padanya kita harus bermohon. mat Buddha peraya akan hukum karma yang menyatakan kebahagian dan ketidakbahagiaan adalah hasil dari perbuatan kita sendiri. +ejayaan dan kesengsaraan diiptakan individu itu sendiri oleh perbuatan, uapan dan pikirannya sendiri. )ukum karma tidak hanya untuk orang& orang tertentu, tidak ada perantara
b. Sekurang&kurangnya ke Eihara setiap hari posatha untuk bersembahyang seara pribadi, berdoa bersama, kebaktian membaa trivitaka. Berusaha selama "8 jam untuk melatih diri di jalan kesuian yaitu tidak berbuat jahat, selalu berbuat kebajikan, suikan hati dan pikran. . Sekurang&kurangnya setiap posatha melakukan puasa Buddha yaitu ; pantangan. Saat umat Buddha bersembahyang benda&benda yang di taruh di meja sembahyang biasanya yaitu patung Buddha, dupa, kembang, makanan dan minuman serta tidak jarang yang menaruh 7oto&7oto bhikkhu. Dari semua benda tersebut maka benda yang dapat di7asilitasi oleh seorang perawat kepada pasiennya yang sedang dirawat diantaranya yaitu0 a. 2atung Buddha 2atung buddha
membantu seseorang mengingat keagungan si7at&si7at
baik
4#
BAB III PENUTUP 3.1 (es%m*ulan
+ebutuhan spiritual adalah suatu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi karena
sebagai
semangat,
atau
motivasi
untuk
hidup,
kebutuhan
untuk
mempertahankan
dalam membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien. 44
*a harus mampu memberikan obat, ia harus mengetahui apa yang berman7aat untuk pasien dan apa yang tidak berman7aat. *a harus menjauhkan apa yang tidak berman7aat dan hanya memberikan apa yang berman7aat bagi pasien. *a harus mempunyai inta kasih dan murah hati, ia harus melakukan kewajibannya atas kesadaran untuk melayani dan bukan hanya untuk imbalan ( mettacitto gilanam upatthati no amisantaro%. *tulah sebabnya inta kasih ( metta% dan belas kasihan ( karuna%, yang juga merupakan perasaan& perasaan mulia ( brahmavihara%, dianggap sebagai si7at&si7at yang patut dipuji dalam seorang perawat. Sutta&sutta menambahkan dimensi lain bagi pro7esi perawatan dengan memasukkan elemen spiritual dalam pembiaraan perawat.
3.2 "aran
Sebagai perawat yang selalu menghadapi berbagai maam agam pasien, hendaknya perawat bisa mengenal kebutuhan spiritual setiap agama.
Bukan mengikuti ajaran
agamanya, tetapi perawat bisa menghormati batasan norma spiritual setiap pasien. Dengan seperti itu, maka pengenalan perspekti7 keperawatan spiritual setiap agam itu lebih baik diperkenlkan sejak dini.
DA&TAR PU"TA(A
Atoskhi Antonius !ea, Coor /ahmat, dkk.("##$%. Relasi dengan Tuhan. Jakarta0 2T FleG 'eedia +omputindo )adi )ilman +. (4556%. Antropologi Agama I . Bandung0 2T. @itra Aditua Bhakti CC."#49. Agama Buddha. H>nlineI. Tersedia0 http0<
=ily de."##9. Pelayanan epada !rang akit
dan
#enjelang
ematian .
H>nlineI.Tersedia0 http0<
idya,edaswari.("#46%. Peran Pera$at %alam Pemenuhan ebutuhan piritual lien . H>nlineI.Tersedia0 http0<
46