makalah pendidikan anak usia dini 2009 May 15 Posted by ujjenk KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan-Nya sehingga tugas Makalah yang berjudul “Peranan Guru TK Dalam Pembelajaran Terpadu” ini dapat saya selesaikan. Makalah ini saya buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas. Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam kepada semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya makalah ini. Akhirnya saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan makalah ini penulis sangat hargai. Penyusun DAFTAR ISI Kata Pengantar 1 Daftar Isi 2 BAB I PENDAHULUAN 3 BAB II PERANAN GURU TK DALAM PEMBELAJARAN TERPADU 4 1. Peranan Guru TK Sebagai Perencana 4 2. Peranan Guru TK Sebagai Pelaksana 6 3. Peranan Guru TK Sebagai Evaluator 7 BAB III PENUTUP 11 1. Kesimpulan 11 DAFTAR PUSTAKA 12 BAB I PENDAHULUAN Sebagaimana kita lihat bahwa rentang usia TK (4 – 6 th) disebut dengan masa usia dini, yang merupakan masa keemasan bagi seseorang karena masa inilah seluruh informasi dapat diserap dengan mudah dan cepat oleh anak melalui seluruh panca indranya. Sebagai analoginya bahwa anak ibarat spons (karet busa) yang mampu menyerap air tanpa peduli apakah air itu bersih atau kotor, oleh karena itu masa ini sering disebut dengan masa kritis untuk memperkenalkan dan menanamkan segala hal yang positif dan berguna bagi perkembangan anak dimasa selanjutnya. Dengan pesatnya perkembangan pada seluruh aspek yang disebabkan oleh perkembangan otaknya yang dapat mencapai 90% dari otak orang dewasa. Oleh karena itu tugas utama dari seorang guru disekolah untuk menyediakan berbagai pengalaman belajar yang menentang anak untuk terus bereksplorasi. Pendekatan pembelajaran terpadu dinilai sesuai untuk digunakan pada anak usia TK karena karakteristik usia TK adalah senang bermain dan dengan bermain mereka belajar. Dengan pembelajaran terpadu anak diajak untuk bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Disini peranan guru sangat penting dan sangat menentukan keberhasilan atau tercapainya tujuan sesuai dengan yang ditetapkan. BAB II PERANAN GURU TK DALAM PEMBELAJARAN TEPADU 1. PERANAN GURU TK SEBAGAI PERENCANA Peranan guru sebagai perancana dalam pembelajaran terpadu adalah guru merencanakan suatu
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan bersama anak didik. Bentuk-bentuk perencanaan dalam proses pembelajaran di TK adalah : a) Perencanaan Tahunan Dalam perencanaan tahunan sudah ditetapkan dan disusun kemampuan keterampilan dan pembiasaan-pembiasaan yang diharapkan dicapai oleh anak didik dalam satu tahun. Perencanaan tahunan dan semester juga memuat tema-tema yang sesuai dengan aspek perkembangan anak dan minat anak serta sesuai dengan lingkungan sekolah setempat. Perencanaan tahunan dibuat bersama antara guru-guru dan kepala sekolah. b) Perencanaan Semester Perencanaan semester merupakan program pembelajaran yang berisi jaringan tema, bidang pengembangan, kompetensi dasar, hasil h asil belajar dan indikator yang ditata secara urut, serta sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema dan sebarannya kedalam semester I dan semester II. c) Perencanaan Mingguan (Satuan Kegiatan Mingguan) Perencanaan mingguan disusun dalam bentuk satuan kegiatan mingguan (SKM). SKM merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai indikator yang telah direncanakan dalam satu minggu sesuai dengan keluasan pembahasan tema dan sub tema. d) Perencanaan Harian (Satuan Kegiatan Harian) Ha rian) Perencanaan harian disusun dalam bentuk satuan kegiatan harian (SKH). SKH merupakan penjabaran dari satuan kegiatan mingguan (SKM). SKH memuat kegiatan-kegiatan pembelajaran, baik yang dilaksanakan secara individual, kelompok, maupun klasikal dalam satu hari. SKH terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat.makan dan kegiatan akhir. Kegiatan awal merupakan kegiatan untuk pemanasan dan dilaksanakan secara klasikal. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain : misalnya berdoa/mengucapkan salam, membicarakan tema atau sub tema. Kegiatan ini merupaka kegiatan yang dapat mengaktifkan perhatian kemampuan sosial dan emosional anak. Kegiatan ini dapat dicapai melalui kegiatan yang memberi kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen sehingga dapat memunculkan inisiatif, kemandirian dan kreativitas anak. Serta kegiatan yang dapat meningkatkan pengertian pengertian, konsentrasi dan mengembangkan kebiasaan bekerja yang baik. Kegiatan inti merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara individu/kelompok. Istirahat/makan merupakan kegiatan yang digunakan untuk mengisi kemampuan anak yang berkaitan dengan makan : misalnya mengenalkan kesehatan makanan yang bergizi, tata tertib makan yang diawali dengan cuci tangan kemudian makan dan berdoa sebelum makan. Setelah kegiatan makan selesai, anak melakukan kegiatan bermain dengan alat permainan diluar kelas dengan maksud untuk mengembangkan motorik kasar anak dan bersosialisasi. Kegiatan ini sesuai dengan kemauan anak, anak makan kemudian bermain atau sebaliknya anak bermain terlebih dahulu baru setelah itu makan. Kegiatan akhir merupakan kegiatan penenangan yang dilaksanakan secara klasikal. Kegiatan akhir yang dapat diberikan misalnya membacakan cerita dari buku, mendramatisasikan suatu cerita, mendiskusikan tentang kegiatan satu hari atau menginformasikan kegiatan esok harinya, menyanyi, berdoa dan sebagainya. Sebagai seorang perencana, guru TK harus memahami langkah-langkah perencanaan dalam pembelajaran terpadu. Sebaiknya perencana pembelajaran disusun untuk waktu tidak kurang dari dua minggu dan dapat diperluas untuk beberapa minggu setelah itu. Sebelum memulai langkah-langkah penyusunan, sebaiknya guru telah memilih dan menentukan tema serta menjabarkannya kedalam sub tema serta menentukan kemampuan yang akan dikembangkan. Langkah-langkah penyususanan perencanaan pembelajaran terpadu seperti yang disarankan oleh
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan bersama anak didik. Bentuk-bentuk perencanaan dalam proses pembelajaran di TK adalah : a) Perencanaan Tahunan Dalam perencanaan tahunan sudah ditetapkan dan disusun kemampuan keterampilan dan pembiasaan-pembiasaan yang diharapkan dicapai oleh anak didik dalam satu tahun. Perencanaan tahunan dan semester juga memuat tema-tema yang sesuai dengan aspek perkembangan anak dan minat anak serta sesuai dengan lingkungan sekolah setempat. Perencanaan tahunan dibuat bersama antara guru-guru dan kepala sekolah. b) Perencanaan Semester Perencanaan semester merupakan program pembelajaran yang berisi jaringan tema, bidang pengembangan, kompetensi dasar, hasil h asil belajar dan indikator yang ditata secara urut, serta sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema dan sebarannya kedalam semester I dan semester II. c) Perencanaan Mingguan (Satuan Kegiatan Mingguan) Perencanaan mingguan disusun dalam bentuk satuan kegiatan mingguan (SKM). SKM merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai indikator yang telah direncanakan dalam satu minggu sesuai dengan keluasan pembahasan tema dan sub tema. d) Perencanaan Harian (Satuan Kegiatan Harian) Ha rian) Perencanaan harian disusun dalam bentuk satuan kegiatan harian (SKH). SKH merupakan penjabaran dari satuan kegiatan mingguan (SKM). SKH memuat kegiatan-kegiatan pembelajaran, baik yang dilaksanakan secara individual, kelompok, maupun klasikal dalam satu hari. SKH terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat.makan dan kegiatan akhir. Kegiatan awal merupakan kegiatan untuk pemanasan dan dilaksanakan secara klasikal. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain : misalnya berdoa/mengucapkan salam, membicarakan tema atau sub tema. Kegiatan ini merupaka kegiatan yang dapat mengaktifkan perhatian kemampuan sosial dan emosional anak. Kegiatan ini dapat dicapai melalui kegiatan yang memberi kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen sehingga dapat memunculkan inisiatif, kemandirian dan kreativitas anak. Serta kegiatan yang dapat meningkatkan pengertian pengertian, konsentrasi dan mengembangkan kebiasaan bekerja yang baik. Kegiatan inti merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara individu/kelompok. Istirahat/makan merupakan kegiatan yang digunakan untuk mengisi kemampuan anak yang berkaitan dengan makan : misalnya mengenalkan kesehatan makanan yang bergizi, tata tertib makan yang diawali dengan cuci tangan kemudian makan dan berdoa sebelum makan. Setelah kegiatan makan selesai, anak melakukan kegiatan bermain dengan alat permainan diluar kelas dengan maksud untuk mengembangkan motorik kasar anak dan bersosialisasi. Kegiatan ini sesuai dengan kemauan anak, anak makan kemudian bermain atau sebaliknya anak bermain terlebih dahulu baru setelah itu makan. Kegiatan akhir merupakan kegiatan penenangan yang dilaksanakan secara klasikal. Kegiatan akhir yang dapat diberikan misalnya membacakan cerita dari buku, mendramatisasikan suatu cerita, mendiskusikan tentang kegiatan satu hari atau menginformasikan kegiatan esok harinya, menyanyi, berdoa dan sebagainya. Sebagai seorang perencana, guru TK harus memahami langkah-langkah perencanaan dalam pembelajaran terpadu. Sebaiknya perencana pembelajaran disusun untuk waktu tidak kurang dari dua minggu dan dapat diperluas untuk beberapa minggu setelah itu. Sebelum memulai langkah-langkah penyusunan, sebaiknya guru telah memilih dan menentukan tema serta menjabarkannya kedalam sub tema serta menentukan kemampuan yang akan dikembangkan. Langkah-langkah penyususanan perencanaan pembelajaran terpadu seperti yang disarankan oleh
Kostelnik adalah sebagai berikut : a. Menuangkan ide kedalam tulisan, masukkan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan tema kedalam rencana kita. Pertimbangkan waktu untuk melaksanakannya dan siapkan kegiatankegiatan yang tidak berhubungan dengan tema untuk memberikan kesempatan kepada anak yang tidak menyukai atau tidak tertarik dengan tema yang telah ditetapkan. b. Periksa rencana pembelajaran tersebut, pastikan bah wa paling sedikit ada tiga jenis kegiatan yang berhubungan dengan tema dalam satu hari. Pastikan dalam satu minggu seluruh aspek perkembangan yang akan dicapai sudah tercantum dan akan dilalsanakan. c. Jika dalam perencanaan kita terdapat kerjasama dengan ahli lain seperti dokter, guru musik, guru tari maka pastikan bahwa kita telah menyampaikan isi tema yang akan kita terapkan pada kegiatan pembelajaran agar kegiatan yang akan dilakukan dalam bidang tersebut dapat mendukung dan sejalan dengan kegiatan pembelajaran yang akan kita laksanakan. d. Persiapkan bahan, alat, media, narasumber dan sarana prasarana. e. Organisasikan kegiatan dengan baik sehingga setiap anak dapat terfokus pada tema. f. Pastikan bahwa dalam rencana kita k ita seluruh konsep, istilah, fakta dan prinsip telah dikembangkan dengan baik dan kegiatan yang akan dilaksanakan cukup bervariasi. g. Ciptakan suasana tematik dalam kelas. 2. PERANAN GURU SEBAGAI PELAKSANA Setelah rencana pembelajaran selesai disusun maka tugas guru selanjutnya adalah melaksanakan apa yang telah direncanakan dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif, sebaiknya guru memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: a) Kembangkan rencana yang telah kita susun dan perhatikan kejadian atau peristiwa spontan yang ditunjukkan oleh anak terhadap materi yang dipelajari pada hari itu. b) Melaksanakan penilaian terhadap minat dan pemahaman anak mengenai tema tersebut dengan menggunakan pengamatan, wawancara, diskusi kelompok maupun contoh hasil kerja anak. c) Bantu anak untuk memahami tentang isi dan proses kegiatan pembelajaran. d) Lakukan percakapan dengan anak tentang hal-hal yang berkaita dengan tema sehingga kita dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman anak tentang tema yang dipelajari pada hari itu. Bantu dan doronglah anak untuk memuaskan rasa ingin tahunya tentang hal-hal yang ingin diketahuinya dengan cara menjawab pertanyaannya atau memberikan kesempatan pada anak untuk mencari dan menemukan jawaban melalui kegiatan eksplorasi terhadap lingkungan sekitarnya. e) Adakan kerjasama dengan orang tua atau keluarga secara timbal balik mengenai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, informasikan tema kepada pihak oang tua atau keluarga sehingga orang tua ikut serta mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran. 3. PERANAN GURU TK SEBAGAI EVALUATOR Peranan guru TK sebagai evaluator adalah melakukan penilaian terhadap proses kegiatan belajar dan penilaian hasil kegiatan. Penilaian dilakukan secara observasi dan pengamatan terhadap cara belajar anak baik individual atau kelompok. Tujuan penilaian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang dicapai oleh anak. Hasil karya anak dapat kita pajang ditempat pemajangan sebagai tanda hasil kegiatan yang telah dilakukan, hal ini dapat membangun rasa kebanggaan pada diri anak dan dapat memotivasi untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Evaluasi harus mampu memperdayakan guru, anak dan orang tua. Guru sebagai evaluator harus melihat penilaian sebagai suatu kesempatan untuk menggambarkan pengalaman anak didik serta sebagai alat untuk mengetahui kemajuan proses maupun belajar anak didik. Setelah mempelajari dan memahami penjelasan mengenai peranan guru, tampaklah bahwa tugas dan tanggung jawab seorang guru TK tidaklah mudah dalam kegiatan pembelajaran terpadu.
Peranan lain yang harus dilakukan guru sebagai pendidik, pembimbing dan pelatih adalah : a. Korektor Guru harus bisa membedakan nilai yang baik dan mana nilai yang buruk, sehingga guru dapat menilai dan mengoreksi semua tingkah laku, sikap dan perbuatan anak didik. Jadi peran guru Tk sebagai korektor ialah mengembangkan kemampuan berprilaku melalui kebiasaan-kebaiasaan yang baik dan menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk. b. Inspirator Guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Disini peran guru ialah menuangkan ide-ide atau gagasan atau melakukan inovasi pembelajaran guna kemajuan anak didik. Misalnya menciptakan atau mengembangkan berbagai media, alat maupun metode-metode pembelajaran. c. Informator Guru memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain materi yang telah diprogramkan sesuai kurikulum. Kemudian guru harus mengembangkan dirinya dengan terus belajar tentang kemajuan-kemajuan teknologi agar tidak “gagap teknologi (gatek)” dan memiliki yang luas diberbagai hal. d. Organisator Guru memiliki kegiatan pengelolan akademik, menyusun tata tertib sekolah dan menyusun kalender akademik. Semua kegiatan harus diorganisasikan dengan baik sehingga tercapai efektivitas dan efesiensi pembelajaran. e. Motivator Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar lebih bersemangat dan aktif dalam belajar, motivasi ini lebih efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak. f. Inisiator Peran guru sebagai pencetus ide-ide dalam kemajuan pendidikan dan pembelajaran. Guru harus mampu mengembangkan dan memberi sumbangsih pemikiran demi kemajuan pendidikan mulai dari yang terkecil seperti dalam kelas dan sampai yang terbesar dalam lingkup sekolah maupun wilayah yang lebih luas lagi. g. Fasilitator Sebagai fasilitator guru hendaknya menyediakan fasilitas yang memudahkan kegiatan belajar dan dapat menyenangkan atau bisa membangkitkan anak didik untuk bereksplorasi serta menyalurkan minat dan keingintahuannya secara aktif. h. Pembimbing Bimbingan yang diberikan guru sebaiknya sesuai dengan kebutuhan anak didik. Jika dilihat anak tersebut mampu melaksanakan tugasnya, namun dia tampak manja atau tidak mau melakukannya maka cobalah untuk bersikap tegas dengan meminta anak untuk mencoba melakukannya sendiri dahulu sampai anak itu benar merasa membutuhkan bantuan barulah guru membantunya. i. Demonstrator Dalam kegiatan pembelajaran tidak semua materi pelajaran dapat dipahami oleh anak mengingat kemampuan setiap anak berbeda-beda. Untuk materi yang sulit dipahami oleh anak didik, sebaiknya guru memperagakan sehingga dapat membantu anak yang belum memahami materi tersebut. Untuk materi yang cukup berbahaya dilakukan oleh anak sendiri, sebaiknya guru bertindak sebagai demonstrator. j. Pengelola Kelas Pengelolan kelas menunjukkan pada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar-mengajar, termasuk pengaturan tempat duduk, ventilasi, pengauran cahaya dan pengaturan penyimpanan barang. k. Mediator
Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media material amaupun nonmaterial. Sehingga guru dapat menentukan media yang paling sesuai untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Selain sebagai mediator, guru juga sebagai penengah dalam proses belajar anak didik khususnya saat kegiatan diskusi kelompok. l. Supervisor Guru dapat membantu, memperbaiki dan menilai secara kritis terhadap proses pembelajaran. Kelebihan yang dimiliki supervisor selain posisinya ada juga karena p engalaman, pendidikan, kecakapan atau keterampilan yang dimilikinya atau memiliki sifat-sifat kepribadian yang menonjol dari pada orang-orang disupervisinya. Dengan peran guru sebagai supervisor, guru juga harus memilki kesadaran untuk dapat menilai kinerjanya sendiri untuk meningkatkan kegiatan pembelajarannya. BAB III PENUTUP Kesimpulan Peranan guru sangat penting demi tercapainya tujuan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan, peranan guru dalam pembelajaran terpadu adalah sebagai perencana, pelaksanan dan sekaligus evaluator. Peranan lain yang harus dilakukan guru sebagai pendidik, pembimbing dan pelatih adalah sbagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilisator, pembimbing, pengelola kelas, demonstrator, mediator dan supervisor. DAFTAR PUSTAKA Aisyah, Siti. (2008). Pembelajaran Terpadu Buku materi Pokok PGTK2501/25KS/Modul 1-6. Jakarta: Universitas Terbuka. from → Uncategorized
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UNESCO dengan komisi Edgar faure telah berhasil meletakan asas pendidikan yang fundamental dan berlaku untuk penyelenggaraan pendidikan, yakni asas pendidikan seumur hidup / Ife long edu cation. Sebagai dampak timbulnya asas pendidikan ini, maka dikenallah berbagai bentuk penyelenggaraan pendidikan dan yang diarahkan bagi pendidikan anak, remaja, orang dewasa maupun orang tua baik mereka yang belum bekerja maupun mereka yang telah bekerja. Penyelenggaraan pendidikan demikian pasti berbeda satu sama lain dan pada umumnya dikenal berbeda system pendidikan yang digunakan, yakni sistem pendidikan sekolah disatu pihak dan system pendidikan luar sekolah di lain pihak. Sebagaimana asas pendidikan seumur hidup, sistem pendidikan luar sekolah telah lama dikenal dan digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang
1.2 Permasalahan Dengan meninjau ciri-ciri dan klasifikasi pendidikan luar sekolah, maka sasaran pendidikan luar sekolah, tidak mudah ditetapkan seperti pendidikan sekolah. Oleh karena itu, beberapa permasalahan dalam makalah ini diantaranya adalah. 1 Apa saja sasaran pendidikan luar sekolah untuk pemuda? 2 Apa saja sasaran pendidikan luar sekolah untuk orang dewasa? 1.3 Tujuan Tujuan penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut: 1 Untuk mengetahui sasaran pendidikan luar sekolah kepada para pemuda. 2 Untuk mengetahui sasaran pendidikan luar sekolah kepada orang dewasa. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Alasan-alasan Timbulnya Sistem Pendidikan Luar Sekolah Secara terperinci dapat diungkapkan bahwa alasan-alasan timbulnya pendidikan luar sekolah adalah: 1 Alasan dari Segi Faktual-Historis a. Kesejarahan Pada umumnya sementara orang beranggapan bahwa bila memperbincangkan masalah pendidikan maka arientasinya ke dunia sekolah dan menghubungkan guru dengan murid. Mereka kurang menyadari bahwa sebelum seseorang anak menjadi murid, anak-anak telah memperoleh pendidikan yang telah diberikan oleh keluarganya terutama ayah dan ibunya Anak-anak bayak belajar di rumah dari ibunya atau orang tuanya di mana dan kapan saja serta menyangkut berbagai hal yang mereka perlukan di dalam petumbuhannya ke arah sempurna Hal ini seperti diungkapkan oleh Drs. SWARNO bahwa: “Di dalam keluargalah anak pertamatama menerima pendidikan, dan pendidikan yang diperoleh dalam keluarga ini merupakan pendidikan yang terpenting atau utama terhadap perkembangan pribadi anak”. Jadi jelas, anggapan sementara orang seperti tersebut di atas merupakan pengingkaran terhadap
kenyataan yang ada Di samping itu, sudah selayaknya orang tua mempunyai tanggung jawab moral terhadap pendidikan anak-anaknya agar mereka kelak menjadi orang desa yang tidak tercela b. Kebutuhan Pendidikan Kesadaran akan kebutuhan pendidikan dari masyarakat semakin meluas seiring dengan munculnya Negara-negara yang baru merdeka dengan segala kekurangannya akibat penjajahan di masa lampau yang berlangsung berpuluh-puluh tahun atau bahkan beratus-ratus tahun Sisi lain yang berpengaruh akan kesadaran kebutuhan pendidikan ini adalah kemajuan ilmu dan teknologi, perkembangan ekonomi, perkembangan politik, yang melanda hampir di semua belahan dunia Realitas lain adalah makin dibutuhkannya berbagai macam keahlian dalam menyongsong kehidupan yang semakin kompleks dan penuh tuntutan, maka wajar masyarakat menghendaki berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-program keahlian Hal ini berimplikasi pada system dan bentuk-bentuk pendidikan yang dilaksanakan seterusnya dikenal adanya system pendidikan sekolah dan system pendidikan luar sekolah serta ada bentuk pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal c. Keterbatasan Sistem Persekolahan Di sisi lain system persekolahan, mengharuskan siswa berada dalam bentuk menyeluruh dan kahlian yang sejenis sehingga mereka terasing dari pengetahuan dan keahlian lain Kekurang / kelemahan sistem persekolahan inilah yang memungkinkan kegiatan pendidikan luar sekolah menerobosnya sehingga terungkaplah pengetahuan dan keahlian yang selama ini dirasakan sebagai kekurangan. d. Potensi Sumber Belajar Di masyarakat teryata tersebar berbagai sumber belajar yang tidak terbilang ban yaknya dan sumber belajar demikian dapat bersifat makhluk hidup maupun benda-benda mati Orang-oang yang ahli, orang-orang yang pintar, orang-orang yang terampil penuh pengalaman merupakan sumber belajar yang bersifat manusiawi sedangkan kepustakaan desa, Koran, Majalah, Kaset, Film, dan bengkel kerja yang ada, merupakan sumber belajar yang bisa memperoleh ilham untuk menemukan kebutuhan yang berguna bagi seseorang. Sumber-sumber belajar tersebut, memberi lapangan bagi penyelenggaraan pendidikan luar sekolah baik berupa kursus dan latihan yang selama ini belum mereka dapatkan dan alami e. Keterlantaran Pendidikan Luar Sekolah Pada mulanya orang telah menyelenggarakan berbagai kegiatan pendidikan yang pada hakikatnya menggunakan system di luar dunia sekolah dan dilaksanakan bersamaan denga pendidikan sekolah biasa, namun kegiatan-kegiatan banyak yang telah ditinggalkan orang 1 Masseducation pendidikan yang memberikan kecakapan 2 Adult Enducation a. Pendidikan Lanjutan b. Pendidikan Pembaruan c. Pendidikan Kader Organisasi d. Pendidikan Populer 3 Fundamental Education ? Kecakapan berfikir dan bergaul dan berumah tangga ? Kecakapan kerajinan dan kesenian ? Kecakapan kejujuran ? Pengetahuan tentang Lingkungan alam ? Pendidikan jiwa, akhlak dan kesehatan 4 Pendidikan Masyarakat
? Kursus dan Latihan ? Kumpulan Belajar ? Kelas Bebas ? Pama dan Pami ? Sekolah Keliling 5 Pendidikan kemasyarakatan dapat dicontohkan Balai Pengetahuan Rakyat 6 Extention Education ? Amerika Serikat dengan nama Defartemen of Continuation Education, University Extention Departement ? Inggris dengan nama Departemen of Extra Mural Studies 2 Alasan dari segi Analisa-Perspektif a. Palestarian Indentitas Bangsa Perubahan-perubahan yang bermakna ditekankan pada adanya isi perubahan yang berhubunhan dengan identitas bangsa yakni penerusan kebudayaan nasional dari satu generasi ke generasi selanjutnya Tujuan perubahan ini menyangkut keselarasan dan keseniam perkembangan bangsa yang bersangkutan di tengah-tengah kemajuan zaman sekarang ini sehingga bangsa tersebut dapat hidup dan berperan aktif di dunia Perubahan secara sistemtis dimaksudkan bahwa perubahan tersebut melalui langkah-langkah dan saluran-saluran sehingga perubahan dapat diarahkan dan dipertanggung jawabkan tercapainya tujuan yang diinginkan b. Kecenderungan Belajar Individual-Madiri Kecenderungan belajar seseorang tidak bisa dihalangi oleh siapapun dan keinginan untuk belajar ini dapat timbul kapan saja dengan tidak memendang Jenis Kelamin, Usia, Latar belakang pendidikan, tempat tinggal dan kecenderungan ini juga diperkuat oleh kemajuan ilmu dan teknologi seperti: Radio, Televisi, Mass media cetak dan kemudahan komunikasi antar daerah. Tersebarnya ahli pengetahuan yang lebih propesional semakin dapat memenuhi keinginan belajar mendiri. 3 Alasan dari Segi Formal-Kebijakan a. Undang-undang Dasar 1945 1 Pembukaan UUD 1945 menyebutkan Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. 2 Batang tubuh UUD 1945 menyebutkan pula: Pasal 31, ayat (1) : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”. Pasal 31, ayat (2) : Pemerintah mengusahakan dan menyelengarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang”. b. Garis-garis Besar Haluan Negara 1 Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat 2 Pendidikan juga menjangkau program-program luar sekolah yaitu pendidikan yang bersifat kemasyarakatan, termasuk kepramukaan, latihan-latihan keterampilan dan pemberantasan buta huruf dengan mendaya gunakan sarana dan prasarana yang ada c. Pelita Ketiga PLS merupakan salah satu subsistem dari satu sistem pendidikan nasional, yang turut membentuk manusia seutuhnya dan membina pelaksanaan konsep pendidikan seumur hidup.
Kedua subsistem pendidikan sekolah dan luar sekolah, yang saling menunjang dan saling melengkapi 2.2 Definisi Pendidikan Luar Sekolah Penbahasan tentang pendidikan luar sekolah memang merupakan hal yang menarik, karena: 1 Pendidikan luar sekolah merupakan sistem baru dalam dunia pendidikan yang bentuk dan pelaksanaanya berbeda dengan system sekolah yang sudah ada 2 Dalam pendidikan luar sekolah terdapat hal-hal yang sama-sama pentingnya bila dibandingkan dengan pendidikan luar sekolah, seperti: bentuk pendidikan, tujuannya, sasarannya, pelaksanaannya dan sebagainya. 3 Jadi dengan pendidikan luar sekolah telah terkandung semua unsure yang disyaratkan oleh sesuatu sistem seperti anak didik, pendidik, waktu, materi dan tujuan. Dengan sistem pendidikan luar sekolah berarti adanya suatu pola tertentu untuk melakukan pekerjaan / fungsi yakni mendidik, pekerjaan / fungsi mana berbeda dengan pekerjaan / fungsi system pendidikan formal. 4 Mengajar bagaimana caranya belajar 5 Peranan guru makin sebagai partner anak didik dalam hal belajar 6 Ada jalinan hubungan antara sekolah dengan masyarakat dan agar anak-anak tidak terasing dari masyarakat 7 Sekolah harus merupakan system nyang terbuka, bagi anak-anak. Dalam hubungannya dengan penerapan asas pendidikan seumur hidup “ sistem pendidikan di sekolah disebut multi ezit etry system ”. Sebab dalam asas pendidikan seumur hidup ini semua orang dapat saja disebutkan sebagai anak didik. Sehingga pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah dapat dipandang sebagai makro maupun mikro dalam hubungannya dengan sistem pendidikan. 2.3 Ciri-ciri Pendidikan Luar Sekolah 1. The diverse types of out-of school education are designed to accomplish many purposes 2. The boundary is a skifting one between what many be considered as formal education and these many complementary types of education. 3. Tanggung jawab penyelenggaraan lembaga pendidikan luar sekoalah di bagi oleh pengawasan umum / masyarakat, pengawasan pribadi atau kombinasi keduanya. 4. Beberapa lembaga pedidikan luar sekolah disiplinkan secara ketat tehadap waktu pengajaran, teknologi modern, kelengkapan dan buku-buku bacaan 5. Guru-guru mungkin dilatih secara khusus un tuk tugas tertentu atau hanya mempunyai kualifikasi professional di mana tidak termasuk identitas guru 6. Penekanan pada penyebaran program teori dan praktek secara relatif dari pada pendidikan luar sekolah 7. Tidak seperti pendidikan formal, tingkat sistem pendidikan luar sekolah terbatas yang diberikan kredensial. 2.4 Sasaran Pendidikan Luar Sekolah Adapun sasaran pendidikan luar sekolah dapat dibagi menjadi 2 sasaran pokok yaitu: 1 Pendidikan Luar Sekolah untuk Pemuda a. Sebab-sebab timbulnya 1) Banyak anak-anak usia sekolah tidak memperoleh pendidikan sekolah yang cukup 2) Mereka memperoleh pendidikan yang tradisional 3) Mereka memperoleh latihan kecakapan khusus melalui pola-pola pergaulan 4) Mereka dituntut mempelajari norma-norma dan tanggung jawab sebagai sangsi dari masyarakat. b. Kelompok-kelompok kegiatan pendidikan luar sekolah antara lain 1) Klub Pemuda
2) Klub-klub Pemuda tani 3) Kelompok Pergaulan 2 Pendidikan Luar Sekolah untuk orang Dewasa Pendidikan ini timbul oleh karena: a. Orang-orang dewasa tertarik terhadap profesi kerja. b. Orang dewasa tertarik terhadap keahlian. Dalam rangka memperoleh pendidikan di atas dapat ditempuh melalui: 1) Khursus-khursus Pendek 2) In Service-training 3) Surat-menyurat Sesuai dengan rancangan Peraturan Pemerintah maka sasaran pendidikan luar sekolah dapat meliputi: ? Ditinjau dari Segi Sasaran Pelayan, berupa: 1) Usia Pra-Sekolah (0-6 tahun) Fungsi lembaga ini mempersiapkan anak-anak menjelang mereka pergi sekolah (Pendidikan Formal) sehingga mereka telah terbiasa untuk hidup dalam situasi yang berbeda dengan lingkungan keluarga. 2) Usia Pendidikan Dasar (7-12 tahun) Usia ini dilaksanakan dengan penyelenggaraan program kejar paket A dan kepramukaan yang diselenggarakan secara sesame dan terpadu 3) Usia Pendidikan Menengah (13-18 tahun) Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah untuk usia semacam ini diarahkan untuk pengganti pendidikan, sebagai pelenggkap dan penambah program pendidikan bagi mereka 4) Usia Pendidikan Tinggi (19-24 ntahun) Pendidikan luar sekolah menyiapakan mereka untuk siap bekerja melalui pemberian berbagai keterampilan sehingga mereka menjadi tenaga yang produktif, siap kerja dan siap untuk usaha mandiri ? Ditinjau dari Jenis Kelamin Program ini secara tugas diarahkan pada kaum wanita oleh karena jumlah mereka yang besar dan partisipasinya kurang dalam rangka produktivitas dan eferiensi kerja maka pendidikan luar sekolah membanntu mereka melalui program-program PKK, Program KB dan lain-lainnya ? Berdasarkan Lingkungan Sosial Budaya Sasaran pendidikan luar sekolah dapat berupa: 1) Masyarakat Pendesaan Masyarakat ini meliputi sebagian besar masyarakat Indunesia dan program diarahkan pada program-program mata pencarian dan projgran pendayagunaan sumber-sumber alam 2) Masyarakat Perkotaan Masyarakat perkotaan yang cepat terkena perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga masyarakat perlu memperoleh tambahan tersebut melalui pemberian informasi dan khursuskhursus kilat 3) Masyarakat Terpencil Untuk itu masyarakat terpencil ini perlu ditolong melalui pendidikan luar sekolah yang mereka dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan nasional ? Berdasarkan kekhususan Sasaran Pelajar 1) Peseta didik yang dapat digolongkan terlantar, seperti anak yatim piatu 2) Peserta didik yang karena berbagai sebab sosial, tidak dapat mengikuti program pendidikan persekolahan
? Berdasarkan Pranata Dalam pendidikan luar sekolah memiliki pranata yang bermacam-macam seperti: pendidikan keluarga, pendidikan perluasan wawasan dasa dan pendidikan keterampilan ? Berdasarkan Sistem Pengajaran Sistem Pengajaran dalam proses penyelenggaraan dan pelaksanaan program pendidikan luar sekolah meliputi: 1) Kelompok, organisasi dan lembaga 2) Mekenisme sosial budaya seperti perlombaan dan pertandingan 3) Kesenian tradisioanal, seperti wayang, ludruk, ataupun teknologi modern seperti televisi, radio, film, dan sebagaimana 4) Prasarana dan sarana seperti balai desa, masjid, gereja, sekolah dan alat-alat pelengkapan kerja. ? Berdasarkan Segi Pelembangan Program Pelembagaan program yang dimaksud keseluruhan proses pengintegrasian anhtara program pendidikan luar sekolah dan perkembangan masyarakat 1) Program antara sektoral dan swadaya masyarakat seperti PKK, PKN, dan P2WKSS. 2) Kordinasi perencanaan dasa atau pelaksana program pembangunan 3) Tenaga pengarahan di tingkat pusat, propinsi, kabupaten, kecamatan dan desa 2.5 Wadah Kegiatan Pendidikan Luar Sekolah 1 Kursus Kursus tetap memenuhi unsur belajar-mengajar seperti warga belajar, sumber b elajar, program belajar, tempat belajar dan pasilitas. Sistem pengajaran dapat b erupa ceramah, diskusi, latihan, praktek dan penugasan. Dan pada akhirnya kursus ada evaluasi untuk menentukan keberhasilan dalam Bentuk STTB 2 Kelompok Belajar Kelompok belajar adalah lembaga kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu tergantung pada kebutuhan warga belajar. Program belajar dapat berupa paket paket belajar dan dapat disusun bersama antara sumber belajar dan warga belajar 3 Pusat Pemagangan Pusat pemagangan adalah suatu lembaga kegiatan belajar mengajar yang merupakan pusat kegiatan kerja atau bengkel sehingga peserta didik dapat belajar dan bekerja Dalam hal ini ada 2 macam a) Apprenti peship b) Internaship 4 Pusat Kegiatan Belajar PKB terdapat di dalam masyarakat lyas seperti pesantren, perpustakaan, gedung kesenian, took, rumah ibadat, kebun percobaan dan lain-lain lembega-lembaga tersebut para peserta dapat memperoleh proses belajar-mengajar sesuai yang mereka inginkan 5 Keluarga Keluarga adalah lembaga pertama dan utama yang dialami oleh seseorang dimana proses belajar yang terjadi tidak berstruktur dan pelaksanaannya tidak terikat oleh waktu. Program ini meliputi: nilai-nilai sosial-budaya, sosial politik, agama, idielogi, dan pertahanan keamanan. 6 Belajar Sendiri Di pihak lain setiap individu dapat belajar sendiri di manapun dan kapanpun melalui buku-buku bacaan ilmiah, modul, buku paket belajar dan sebagainya 7 Kegiatan-kegiatan Lain
Kegiatan ini dapat meliputi penyuluhan, seminar, dakwah, lokakarya, diskusi panel dan sebgainya BAB III KONTRIBUSI 3.1 Kajian Secara Teoritis Kajian secara teoritis pada makalah yang berjudul “ Pendidikan Luar Sekolah” ini yaitu. Fundamental Education artinya Pendidikan Dasar yang dilancarkan sendiri oleh UNESCO, terutama menolong masyarakat untuk mencapai kemajuan sosial-ekonomi, agar dengan demikian mereka dapat menduduki tempat yang lanyak dalam dunia modern. Pendidikan ini jelas ditujukan kepada masyarakat dan daerah yang terbelakang agar masyarakat dan daerah ini dapat menyamai dengan masyarakat sekitarnya yang telah maju 3.2 Kajian Secara Praktis Kajian secara praktis pada makalah ini yaitu wahana untuk meleksanakan program-program belajar dalam usaha menciptakan suasana menunjang perkembangan peserta didik dalam kaitanya dengan perluasan wawasan peningkatan keterampilan dan kesejahteraan keluarga. Adapun bentuk-bentuknya yaitu: a. Kursus b. Kelompok Belajar c. Pusat Pemagangan BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pendidikan luar sekolah disebut juga suatu sistem pendidikan yang didalamnya terdapat keumpalan komponen (unsur-unsur) yang saling berhungan dan diorganisir untuk mencapai tujuan. Jadi dengan pendidikan luar sekolah telah terkandung semua unsur yang disyaratkan oleh suatu sistem seperti anak didik, pendidik, waktu, materi dan tujuan Dengan sistem pendidikan luar sekolah berarti adanya suatu pola tertentu untuk melakukan pekerjaan / fungsi yakni mendidik, pekerjaan / fungsi mana berbeda dengan perjaklanan / fungsi sistem pendidikan formal. Misalnya, sekolah tidak lagi bertugas utama memberikan pelajaran yang berupa faktor-faktor dan pengetahuan hafalan kepada murid dan sekolah tidak lagi merupakan sistem tertutup. Artinya sekolah hendaknya selalu memberi kesempatan pada anak setiap saat untuk memperoleh pendidikan, sehingga: sekolah harus merupakan sistem yang terbuka bagi anak-anak 4.2 Saran Sebagai suatu proses yang dinamis, pendidikan akan senantiasa berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan yang terjadi di lingkungan umumnya. Salah satu ciri dari perkembangan pendidikan adalah adanya perubahan-perubahan dalam berbagai komponen sistem pendidikan seperti kurikulum strategi belajar-mengajar, alat bantu mengajar, sara dan prasarana, sumber-sumber dan sebagainya. Perkembangan ini sudah tentu akan mempengaruhi kehidupan para siswa baik dalam bidang akademik, sosial maupun pribadi Oleh karena itu para siswa diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan setiap perkembangan pendidikan yang terjadi untuk mencapai sukses yang berarti dalam keseluruhan proses belajar. DAFTAR PUSTAKA Joesoef, Prof Drs. Soeleiman. 1992. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Bumi Aksara. Jakarta
1. Pendidikan Luar Sekolah sebagai Subtitute dari pendidikan sekolah. Artinya, bahwa pendidikan luar sekolah dapat menggantikan pendidikan jalur sekolah yang karena beberapa hal masyarakat tidak dapat mengikuti pendidikan di jalur persekolahan (formal). Contohnya: Kejar Paket A, B dan C 2. Pendidikan Luar Sekolah sebagai Supplement pendidikan sekolah. Artinya, bahwa pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk menambah pengetahuan, keterampilan yang kurang didapatkan dari pendidikan sekolah. Contohnya: private, les, training 3. Pendidikan Luar Sekolah sebagai Complement dari pendidikan sekolah. Artinya, bahwa pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk melengkapi pengetahuan dan keterampilan yang kurang atau tidak dapat diperoleh didalam pendidikan sekolah. Contohnya: Kursus, try out, pelatihan dll
menyadari bahwa SDM kita masih rendah, dan tentunya kita masih punya satu sikap yakni optimis untuk dapat mengangkat SDM tersebut. Salah satu pilar yang tidak mungkin terabaikan adalah melalui pendidikan non formal atau lebih dikenal dengan pendidikan luar sekolah (PLS). Seperti kita ketahui, bahwa rendahnya SDM kita tidak terlepas dari rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, terutama pada usia sekolah. Rendahnya kualitas SDM tersebut disebabkan oleh banyak hal, misalnya ketidakmampuan anak usia sekolah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sebagai akibat dari kemiskinan yang melilit kehidupan keluarga, atau bisa saja disebabkan oleh oleh angka putus sekolah, hal yang sama disebabkan oleh factor ekonomi Oleh sebab itu, perlu menjadi p erhatian pemerintah melalui semangat otonomi daerah adalah mengerakan program pendidikan non formal tersebut, karena UU Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara lugas dan tegas menyebutkan bahwa pendidikan non formal akan terus ditumbuhkembangkan dalam kerangka mewujudkan pendidikan berbasis masyarakat, dan pemerintah ikut bertanggungjawab kelangsungan pendidikan non formal sebagai upaya untuk menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Dalam kerangka perluasan dan pemerataan PLS, secara bertahap dan bergukir akan terus ditingkatkan jangkauan pelayanan serta peran serta masyarakat dan pemerintah daerah untuk menggali dan memanfaatkan seluruh potensi masyarakat untuk mendukung penyelenggaraan PLS, maka Rencana Strategis baik untuk tingkat propinsi maupun kabupaten kota, adalah : 1.
Perluasan pemerataan dan jangkauan pendidikan anak usia dini;
2.
Peningkatan pemerataan, jangkauan dan kualitas pelayanan Kejar Paket A setara SD dan B setara SLTP;
3.
Penuntasan buta aksara melalui program Keaksaraan Fungsional;
4.
Perluasan, pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan perempuan (PKUP), Program Pendidikan Orang tua (Parenting);
5.
Perluasan, pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan berkelanjutan melalui program pembinaan kursus, kelompok belajar usaha, magang, beasiswa/kursus; dan
6.
Memperkuat dan memandirikan PKBM yang telah melembaga saat ini di berbagai daerah di Riau.
Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, maka program PLS lebih berorientasi pada kebutuhan pasar, tanpa mengesampingkan aspek akademis. Oleh sebab itu Program PLS mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, profesionalitas, produktivitas, dan daya saing dalam merebut peluang pasar dan peluang usaha, maka yang perlu disusun Rencana strategis adalah : 1. Meningkatkan mutu tenaga kependidikan PLS; 2.
Meningkatkan mutu sarana dan prasarana dapat memperluas pelayanan PLS, dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil;
3.
Meningkatkan pelaksanaan program kendali mutu melalui penetapan standard kompetensi, standard kurikulum untuk kursus;
4.
Meningkatkan kemitraan dengan pihak berkepentingan (stakholder) seperti Dudi, asosiasi profesi, lembaga diklat; serta
5.
Melaksanakan penelitian kesesuain program PLS dengan kebutuhan masyarakat dan pasar. Demikian pula kaitan dengan peningkatan kualitas manajemen pendidikan.
Strategi PLS dalam rangka era otonomi daerah, maka rencana strategi yang dilakukan adalah : 1.
Meningkatkan peranserta masyarakat dan pemerintah daerah;
2. Pembinaan kelembagaan PLS; 3.
Pemanfaatan/pemberdayaan sumber-sumber potensi masyarakat;
4.
Mengembangkan sistem komunikasi dan informasi di bidang PLS;
5. Meningkatkan fasilitas di bidang PLS Semangat Otonomi Daerah PLS memusatkan perhatiannya pada usaha pembelajaran di bidang keterampilan lokal, baik secara sendiri maupun terintegrasi. Diharapkan mereka mampu mengoptimalkan apa yang sudah mereka miliki, sehingga dapat bekerja lebih produktif dan efisien, selanjutnya tidak menutup kemungkinan mereka dapat membuka peluang kerja. Pendidikan Luar Sekolah menggunakan pembelajaran bermakna, artinya lebih berorientasi dengan pasar, dan hasil pembelajaran dapat dirasakan langsung manfaatnya, baik oleh masyarakat maupun peserta didik itu sendiri.. Di dalam pengembangan Pendidikan Luar Sekolah, yang perlu menjadi perhatian bahwa, dalam usaha memberdayakan masyarakat kiranya dapat membaca dan merebut peluang dari otonomi daerah, pendidikan luar sekolah pada era otonomi daerah sebenarnya diberi kesempatan untuk berbuat, karena mustahil peningkatan dan pemberdayaan masyarakat menjadi beban pendidikan formal saja, akan tetapi pendidikan formal juga memiliki tanggungjawab yang sama. . Oleh sebab itu sasaran Pendidikan Luar Sekolah lebih memusatkan pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan berkelanjutan, dan perempuan. Selanjutnya Pendidikan Luar Sekolah harus mampu membentuk SDM berdaya saing tinggi, dan sangat ditentukan oleh SDM muda (dini), dan tepatlah Pendidikan Luar sekolah sebagai a lternative di dalam peningkatan SDM ke depan. PLS menjadi tanggungjawab masyarakat dan pemerintah sejalan dengan Pendidikan Berbasis Masyarakat, penyelenggaraan PLS lebih memberdayakan masyarakat sebagai perencana, pe laksanaan serta pengendali, PLS perlu mempertahankan falsafah lebih baik mendengar dari pada didengar, Pemerintah daerah propinsi, kabupaten dan kota secara terus menerus memberi perhatian terhadap PLS sebagai upaya peningkatan SDM, dan PLS sebagai salah satu solusi terhadap permasalahan masyarakat, terutama anak usia sekolah yang tidak mampu melanjutkan pendidikan, dan anak usia putus sekolah..Semoga.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa dan kota memiliki corak kehidupan yang berlatar belakang. Umumnya desa bercorak agraris dan penuh dengan ketenangan serta kesederhanaan. Sedangkan kota banyak diartikan sebagai cermin dari pembangunan dan modernisasi yang identik dengan industri, perdagangan, jasa, dan lain-lain. Berbeda dengan di desa, kota berpenduduk padat dan umumnya ramai. Perbedaan corak kehidupan tersebut menimbulkan daya tarik masing-masing sehingga antara keduanya terjadilah interaksi. Banyak hal positif akibat interaksi tersebut. Namun, terlepas dari itu, interaksi tersebut menimbulkan masalah yang sama sekali tidak menguntungkan. Di antara banyak masalah, salah satunya adalah penyempitan lahan pertanian di wilayah pedesaan. 1.2. Rumusan Masalah 1.A pa penyebab terjadinya penyempitan lahan pertanian di wilayah pedesaan? 2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari penyempitan lahan pertanian? 3. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan penyempitan lahan pertanian? 1.3. Tujuan 1.Mengetahui penyebab terjadinya penyempitan lahan di wilayah pedesaan. 2.Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari penyempitan lahan di pertanian. 3.Mengetahui pencegahan dan penyempitan lahan pertanian. 1.4. Manfaat 1. Diharapkan dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyempitan lahan pertanian. 2. Diharapkan dapat menyadari akan dampak atau bahaya yang ditimbulkan dari penyempitan lahan pertanian. 3. Diharapkan dapat berusaha mencegah dan menanggulangi penyempitan lahan pertanian. Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 2
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Desa dan Kota 2.1.1. DesaDalam arti umum, desa adalah permukiman manusia y ang letaknya di luar kota dan penduduknya berpangupa jiwa agraris. Secara khusus, desa memiliki definisi yang bermacam-macam menurut beberapa vers i. Definisi-definisi itu diantaranya : y
Menurut
Bintarto, desa adalah perwujudan geograf is yang ditimbulkan oleh unsure-unsur geografis, sosial, ekonomis, politis, dan cultural yang ada di situ, dalam hubungannya dan pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lain. y
Menurut
Sutardjo Kartohadikusumo, desa adalah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan
pemerintahan sendiri. Desa memiliki tiga unsur yang sangat pen ting, yaitu daerah, penduduk, dan tata kehidupan. Daerah dalam arti tanah-tanah pekarangan dan pertanian beserta penggunaannya termasuk pula aspek lokasi, luas, batas, yang kesemuanya merupakan lingkungan geografis setempat. Kemudian penduduk meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, penyebaran, serta mata pencaharian penduduknya. Lalu tata kehidupan, berkaitan dengan ajaran tentang tata hidup, tata pergaulan, dan ikatan-ikatannya sebagai warga masyarakat desa. Desa memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari kota, diantaranya : y
Perbandingan lahan dengan manusia (man land ratio cukup besar), y
Lapangan kerja yang dominan adalah sektor pertanian, y
Hubungan
antar warga masih sangat akrab,
y
Sifat-sifat masyarakatnya masih memegang teguh tradisi yang berlaku. Desa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kategori, yaitu : y
Berdasarkan luas : desa terkecil (<2km2), desa kecil (2-4 km2), desa sedang (46 km2), desa besar (6-8 km2), dan desa terbesar (8-10 km2). Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 3 y
Berdasarkan kepadatan penduduk : desa terkecil (<100 jiwa/km2), desa kecil (100-500 jiwa/km2), desa sedang (500-1500 jiwa/km2), desa besar (1500-3000 jiwa/km2), dan desa terbesar (3000-4500 jiwa/km2). y
Berdasarkan potensi desa : desa nelayan, desa pertanian, dll. y
Berdasarkan perkembangannya : desa swadaya (desa terbelakang), desa swakarya (desa sedang berkembang), dan desa swasembada (desa maju). 2.1.2. Kota Menurut Bintarto, kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya materialistis. Kota juga dapat diartikan sebagai benteng budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non-alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya (hinterland). Kota memiliki tiga unsure penting. Menurut Berry, ketiga unsure tersebut adalah kerangka (jaringan jalan), daging (kompleks perumahan penduduk), dan darah (manusia dengan kegiatannya).Ada pula geograf lain yang menafsirkan lebih luas bahwa daging sebagai lembaga-lembaga kemasyarakatan yang wadahnya berupa kompleks pasar (ekonomi), kampus/sekolah (pendidikan), rumah sakit (kesehatan), rumah ibadat (agama), dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Svend Riemer, tiga unsur tersebut adalah konstruksi materi, relasi sosial, dan transportasi. Kota dapat dibedakan dengan melihat beberapa aspek, seperti aspek morfologi, jumlah penduduk, hukum, ekonomi, dan sosial. y
Dilihat dari morfologi atau kenampakan fisiknya, kota terdiri dari gedung- gedung atau bangunan-bangunan besar yang saling berdekatan, serta dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas seperti pasar, bioskop, pegadaian, rumah sakit, sekolah, listrik, jalan raya, dan lain-lain. y
Dilihat dari jumlah penduduknya, dibandingkan dengan desa, kota memiliki jumlah penduduk yang besar. Di Indonesia, ada standar yang menentukan besar kecilnya kota berdasarkan jumlah penduduk, yaitu kota kecil (20.000-50.000 jiwa), kota sedang (50.000-100.000 jiwa), kota bes ar (100.000 hingga 1 juta jiwa), kota metropolitan (1 juta ± 10 juta jiwa), dll. y
Pengertian kota dilihat dari hukum, dikaitkan dengan adanya hak-hak hukum tersendiri bagi penghuni kota.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui seberapa besar pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikan yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini memuat tentang “Pengaruh Perpustakaan Sekolah terhadap Mutu Pendidikan di Sekolah” dan sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia pendidikan. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru/dosen pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih. Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH B. IDENTIFIKASI MASALAH C. PEMBATASAN MASALAH. D. PERUMUSAN MASALAH. BAB II PEMBAHASAN A. TUJUAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH. B. FUNGSI PERPUSTAKAAN SEKOLAH.
C. SUMBANGAN PERPUSTAKAAN TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN DI SEKOLAH. BAB III PENUTUP A. SIMPULAN B. SARAN Daftar Pustaka.
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia. Bangsa Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak akan bisa maju selama belum memperbaiki kualitas sumber daya manusia bangsa kita. Kualitas hidup bangsa dapat meningkat jika ditunjang dengan sistem pendidikan yang mapan. Dengan sistem pendidikan yang mapan, memungkinkan kita berpikir kritis, kreatif, dan produktif. Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa negara kita ingin mewujudkan masyarakat yang cerdas. Untuk mencapai bangsa yang cerdas, harus terbentuk masyarakat belajar. Masyarakat belajar dapat terbentuk jika memiliki kemampuan dan keterampilan mendengar dan minat baca yang besar. Apabila membaca sudah merupakan kebiasaan dan membudaya dalam masyarakat, maka jelas buku tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Dalam dunia pendidikan, buku terbukti berdaya guna dan bertepat guna sebagai salah satu sarana pendidikan dan sarana komunikasi. Dalam kaitan inilah perpustakaan dan pelayanan perpustakaan harus dikembangkan sebagai salah satu instalasi untuk mewujudkan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan merupakan bagian yang vital dan besar pengaruhnya terhadap mutu pendidikan. Judul makalah ini sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia pendidikan. B. IDENTIFIKASI MASALAH (LATAR BELAKANG) Sesuai dengan judul makalah ini “Pengaruh Perpustakaan Sekolah terhadap Mutu Pendidikan di Sekolah”, terkait dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah
dan fungsi serta sumbangan perpustakaan terhadap pelaksanaan program tersebut. Berkaitan dengan judul tersebut, maka masalahnya dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Bagaimana peran perpustakaan terhadap pelaksanaan program pendidikan di sekolah 2. Bagaimana cara agar perpustakaan sekolah benar-benar dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ? C. PEMBATASAN MASALAH. Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah : a. Peran perpustakaan terhadap pelaksanaan program pendidikan di sekolah; b. Cara-cara agar perpustakaan sekolah benar-benar dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. D. Perumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana deskripsi peran perpustakaan terhadap pelaksanaan program pendidikan di sekolah ? 2. Bagaimana deskripsi cara agar perpustakaan sekolah benar-benar dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ?
BAB II PEMBAHASAN
Perpustakaan merupakan bagian intergral dari lembaga pendidikan sebagai tempat kumpulan bahan pustaka, baik berupa buku maupun bukan buku. Sesuai dengan judul makalah ini, pembahasan meliputi tujuan perpustakaan, fungsi perpustakaan dan sumbangan perpustakaan terhadap pelaksanaan program pendidikan. A. TUJUAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH. Tujuan utama penyelenggaraan perpustakaan sekolah adalah meningkatkan mutu pendidikan bersama-sama dengan unsur-unsur sekolah lainnya. Sedangkan tujuan lainnya adalah menunjang, mendukung, dan melengkapi semua kegiatan baik kurikuler, ko-kurikuler dan ekstra kurikuler, di samping dimaksudkan pula dapat membantu menumbuhkan minat dan mengembangkan bakat murid serta memantapkan strategi belajar mengajar. Namun secara operasional tujuan perpustakaan sekolah bila dikaitkan dengan pelaksanaan program di sekolah, diantaranya adalah : 1. Memupuk rasa cinta, kesadaran, dan kebiasaan membaca.
2. Membimbing dan mengarahkan teknik memahami isi bacaan. 3. Memperluas pengetahuan para siswa. 4. Membantu mengembangkan kecakapan berbahasa dan daya pikir para siswa dengan menyediakan bahan bacaan yang bermutu. 5. Membimbing para siswa agar dapat menggunakan dan memelihara bahan pustaka dengan baik. 6. Memberikan dasar-dasar ke arah studi mandiri. 7. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk belajar bagaimana cara menggunakan perpustakaan dengan baik, efektif dan efisien, terutama dalam menggunakan bahan-bahan referensi. 8. Menyediakan bahan-bahan pustaka yang menunjang pelaksaanan program kurikulum di sekolah baik yang bersifat kurikuler, kokurikuler, maupun ekstra kurikuler. B. FUNGSI PERPUSTAKAAN SEKOLAH. Berdasarkan tujuan perpustakaan sekolah, maka dapat dirumuskan beberapa fungsi perpustakaan, sebagai berikut : 1. Fungsi Edukatif. Yang dimaksud dengan fungsi edukatif adalah perpustkaan menyediakan bahan pustaka yang sesuai dengan kurikulum yang mampu membangkitkan minat baca para siswa, mengembangkan daya ekspresi, mengembangkan kecakapan berbahasa, mengembangkan gaya pikir yang rasional dan kritis serta mampu membimbing dan membina para siswa dalam hal cara menggunakan dan memelihara bahan pustaka dengan baik. 2. Fungsi Informatif. Yang dimaksud dengan fungsi informatif adalah perpustakaan menyediakan bahan pustaka yang memuat informasi tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan yang bermutu dan uptodate yang disusun secara teratur dan sistematis, sehingga dapat memudahkan para petugas dan pemakai dalam mencari informasi yang diperlukannya. 3. Fungsi Administratif Yang dimaksudkan dengan fungsi administratif ialah perpustakaan harus mengerjakan pencatatan, penyelesaian dan pemrosesan bahan-bahan pustaka serta menyelenggarakan sirkulasi yang praktis, efektif, dan efisien. 4. Fungsi Rekreatif. Yang dimaksudkan dengan fungsi rekreatif ialah perpustakaan disamping menyediakan buku-buku pengetahuan juga perlu menyediakan buku-buku yang bersifat rekreatif (hiburan) dan bermutu, sehingga dapat digunakan para pembaca untuk mengisi waktu senggang, baik oleh siswa maupun oleh guru. 5. Fungsi Penelitian Yang dimaksudkan dengan fungsi penelitian ialah perpustakaan menyediakan bacaan yang dapat dijadikan sebagai sumber / obyek penelitian sederhana dalam
berbagai bidang studi. C. SUMBANGAN PERPUSTAKAAN TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN DI SEKOLAH. Bila diperhatikan secara jenih, maka perpustakan sekolah sesungguhnya memberikan sumbangan terhadap pelaksanaan program pendidikan di sekolah. Sumbangan / peranan perpustakaan antara lain : 1. Perpustakaan merupakan sumber ilmu pengetahuan dan pusat kegiatan belajar. 2. Perpustakaan merupakan sumber ide-ide baru yang dapat mendorong kemauan para siswa untuk dapat berpikir secara rasional dan kritis serta memberikan petunjuk untuk mencipta. 3. Perpustakaan akan memberikan jawaban yang cukup memuaskan bagi para siswa, sebagai tuntutan rasa keingintahuan terhadap sesuatu, benar-benar telah terbangun. 4. Kumpulan bahan pustaka (koleksi) di perpustakaan memberika kesempatan membaca bagi para siswa yang mempunyai waktu dan kemampuan yang beraneka ragam. 5. Perpustakaan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mempelajari cara mempergunakan perpustakaan yang efisien dan efektif. 6. Perpustakaan akan membantu para siswa dalam meningkatkan dalam kemampuan membaca dan memperluas perbendaharaan bahasa. 7. Perpustakaan dapat menimbulkan cinta membaca, sehingga dapat mengarahkan selera dan apresiasi siswa dalam pemilihan bacaan. 8. Perpustakaan memberikab kepuasan akan pengetahuan di luar kelas. 9. Perpustakaan merupakan pusat rekreasi yang dapat memberikan hiburan yang sehat. 10. Perpustakaan memberikan kesempatan kepada para siswa dan guru untuk mengadakan penelitian. 11. Perpustakaan merupakan batu loncatan bagi para siswa untuk melanjutkan kebiasaan hidup membaca di sekolah yang lebih tinggi. 12. Kegairahan / minat baca siswa yang telah dikembangkan melalui perpustakaan sangat berpengaruh positif terhadap prestasi belajarnya. 13. Bila minat membaca sudah tumbuh dan berkembang pada diri siswa, maka perpustakaan juga dapat mengurangi jajan anak, yang ini biasanya dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan anak. 14. Bahkan perpustakaan juga bagi anak-anak dapat menjauhkan diri dari tindakan kenakalan, yang bisa menimbulkan suasana kurang sehat dalam hubungan berteman diantara mereka. BAB III PENUTUP
A. SIMPULAN Berdasarkan uraian bahasan “Peranan Perpustakaan Sekolah terhadap Mutu
Pendidikan di Sekolah” dapat disimpulkan bahwa : 1. Peranan perpustakaan sangat menunjang prestasi pendidikan di sekolah. 2. Perpustakaan sangat penting dan harus ada pada setiap sekolah di semua jenjang pendidikan. 3. Pengelolaan perpustakaan harus dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan fungsinya B. SARAN Bertolak dari peranan perpustakaan yang begitu banyak sumbangsihnya dalam pelaksanaan program pendidikan di sekolah, penyusun memberikan saran sebagai berikut: 1. Sebaiknya perpustakaan dikelola sesuai dengan tujuan dan fungsinya. 2. Peran pengelola perpustakaan / pustakawan yang profesional hendaknya mendapatkan bekal yang cukup sehingga menjadi pustakawan yang handal dan profesional. DAFTAR PUSTAKA - Buku Pendidikan Kewarganegaraan You might also like: • • • •
Kumpulan Kata-kata Bijak dan Mutiara para Tokoh Ujian Nasional Yg Harus Diulang Situs/website Universitas Terbuka ( UT ) - www.ut.ac.id www.kemenag.go.id | info & cara daftar LinkWithin
Diposkan oleh Admin
0 komentar: Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langgan: Poskan Komentar (Atom)
Lagi Baca •
Video pesta seks Bintang Liga Inggris | download video bintang Premier Liga
•
Foto Hantu Cekik di Bogor | Penampakan video
•
Daftar Harga HP Nokia Terbaru 2011 | Handphone nokia
•
Foto Kecelakaan Kereta api Banjar | Video tabrakan KA Banjar
•
Foto Jupe Toples | Hot & syur waktu tidur
•
gemscool
•
gemscool point blank
•
redtube
Pengikut
Artists directory Indonesia directory
Lagi Baca © 2009 | Simple SEO Template | Themes By tube8|redtube Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 4 y
Dilihat dari segi ekonomi, struktur mata pencaharian kota termasuk nonagraris, didominasi oleh industri, perdagangan, jasa, d ll. y
Dilihat dari segi sosial, hubungan antarpenduduk k ota disebut impersonal, yaitu orang bergaul s erba lugas, sepintas lalu.Mereka hidup seperti terkotak-kotak oleh kepentingan yang berbeda-beda dan bebas memilih hubungannya dengan siapa saja yang diinginkannya. 2.1.3. Interaksi Desa-Kota SosiologHoselitz mengatakan bahwa kota besar melancarkan sifat-sifat parasiternya terhadap pedesaan dengan perincian : menelaah habis investasi, menyedot tenaga manusia, mendominasi pola manusiawi, mengganggu perkembangan kota-kota lain yang lebih kecil, dan cenderung memiliki konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan produksinya. PaulHarrison dalam bukunya yang berjudul Inside The Third World (1984), menulis bahwa : Relasi antara kota dan pedesaan di Dunia Ketiga mirip sekali dengan relasi antara negara-negara yang kaya dan miskin. Pedesaan menghasilkan barang- barang yang serba murah dibandingkan dengan segalanya yang didatangkannya dari kota. Pedesaan tak memiliki sistem organisasi dan koordinasi yang mampu memaksa pihak kota untuk membayar hasilnya dengan harga yang lebih tinggi. Sebetulnya, hal yang hampir sama juga terjadi di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Kota dipandang sebagai pusat-pusat kemajuan dan modernisasi. Dengan lengkapnya berbagai macam fasilitas, tentu hampir semua orang tergiur oleh kehidupan di kota. Karena itu, pihak yang berwenang terus berusaha mengembangkan kota, mengadakan perluasan ke daerah-daerah pinggiran kota. Dilakukan urbanisasi besar yang bertahap, dalam artian menyangkut proses menjadi kawasan perkotaan, migrasi masuk kota, berubah pangupajiwa dari bertani ke yang lain, juga menyangkut perubahan dalam pola perilaku manusia. Sedikit demi sedikit, budaya masyarakat desa diubah, dan tentu saja lahan-lahan di desa pun terambil demi melaksanakan urbanisasi yang dipandang sebagai suatu indikator modernisasi dan kemajuan ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu dampak dari interaksi antara desa dan kota adalah terjadinya urbanisasi yang berimbas pada penyempitan lahan pertanian di wilayah pedesaan. Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 5
2.2. Penyempitan Lahan Pertanian di Desa Lahan pertanian, identik dengan wilayah pedesaan yang corak mata pencahariannya bergerak di sektor agraris. Penyempitan lahan pertanian merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi dimana lahan pertanian di pedesaan sudah banyak berkurang. Di Indonesia sendiri, masalah tersebut sudah terjadi selama bertahun-
tahun.Menurut data dari Dinas Pertanian dan Peternakan, dari tahun 1999- 2002 diperkirakan mencapai 330.000 ha atau setara dengan 110.000 ha/tahun. 2.2.1. Faktor Penyebab Menyempitnya Lahan Pertanian Penyempitan lahan pertanian disebabkan oleh berbagai macam faktor, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Urbanisasi Belum lama berselang, urbanisasi dan pertumbuhan kota dipandang sebagai suatu indikatordari modernisasi dan kemajuan. Pada tahun 1958 sosiolog Daniel Lerner masih berpendapat bahwa urbanisasi di Dunia Ketiga merupakan prakondisi untuk modernisasi dan pembangunan. Urbanisasi yang menstimulasikan kebutuhan dan partisipasi menyediakan syarat-syarat yang dibutuhkan untuk apa yang disebut tinggal landas oleh Rostow. Di negara-negara yang sedang berkembang, urbanisasi melampaui tingkat yang secara normal dapat diimbangi oleh struktur ekonomi dan sosial intern dari negara yang bersangkutan. Struktur tersebut cenderung ditentukan oleh pengaruh kuat dari pihak yang ber sistem kapitalis dunia.Adapun hubungan dengan sektor pertanian di pedesaan acap kali bersifat ekstraktif atau eksploitatif. Kota-kota menyedot sumber-sumber daya alam dan tenaga manusia. Gambaran lebih jelasnya, mungkin seperti ini : Kota, baik di negara maju maupun berkembang merupakan cerminan hidup modern dan cenderung memiliki taraf hidup yang sedikit lebih tinggi darial pada desa. Dengan berkembangnya teknologi informasi, desa berinteraksi dengan kota, yang berdampak pada perubahan mental yang terjadi pada orang-orang desa, meskipun hal tersebut terjadi sedikit demi sedikit. Dari tontonan di televisi, atau interaksi dalam dunia maya (internet), terjadi penularan mental orang-orang kota ke orang-orang desa menjadi materialistis. Perubahan mental inilah yang mendorong orang-orang desa berurbanisasi, dalam artian bermigrasi ke wilayah Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 6
perkotaan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Migrasi ini menyebabkan lahan-lahan pertanian di wilayah pedesaan tersebut terbengkalai. Sementara itu, kota terus mengadakan perluasan ke beberapa daerah di sekitarnya untuk mencapai kemakmuran. Kota yang menuntut cepatnya perputaran uang tentu lebih berpihak pada sektor industri, perdagangan, dan jasa, dibandingkan dengan sektor pertanian yang perputaran uangnya cenderung lambat. Dalam rangka perluasan kota, pemerintah daerah dan beberapa pihak swasta rela membeli lahan-lahan pertanian untuk dikembangkan menjadi pusat
industri, perdagangan, wisata, atau apapun yang dapat menghasilkan uang dengan cepat dan dalam jumlah yang besar. Sayangnya, lahan-lahan itu umumnya masih sangat produktif, dan apabila sudah dialihfungsikan, maka lahan tersebut tidak dapat dipakai lagi menjadi lahan pertanian. Dan sangat disayangkan pula, bahwa orang-orang desa sebagian besar bersedia menjual lahan-lahan pertanian mereka. Disini, terjadi pengalihan mata pencaharian penduduk sekitar, dari bertani menjadi industri, perdagangan, atau yang lainnya. Hal tersebut terjadi karena pembangunan kegiatan perekonomian baru yang dibangun ini pun merekrut banyak tenaga kerja sehingga muncul lapangan kerja baru, disertai hilangnya lapangan kerja lama karena hilangnya lahan pertanian. Dari gambaran tersebut, terlihat sangat jelas bahwa urbanisasi, baik dalam artian perpindahan penduduk desa ke kota maupun dalam arti perluasan kota, menyebabkan lahan-lahan pertanian yang produktif semakin berkurang. 2. Spekulasi Tanah di Perkotaan Kehidupan di kota-kota nampak mewah pada kaum etnik minoritas dan orang kaya, seperti misalnya di Malaysia dan Indonesia, sehingga mendatangkan akibat serius bagi pemilikan tanah di kota. Di kota terjadi k onsumsi yang serba mewah, penggunaan tanah sebagai lambang status dan penumpukkan harta. Harga tanah bergerak secara spiral, bahkan kota-kota di Dunia Ketiga dilanda gelombang spekulasi tanah segera setelah terjadinya perkembangan ekonomi. Spekulasi tanah di pusat-pusat metropolitan Asia memang telah meningkat sedemikian rupa, sehingga har ga tanah di kota lebih tinggi di negara-negara sedang berkembang di Asia,
daripada di negara-negara maju sekalipun. Hal tersebut dikemukakan dalam laporan PBB tahun 1968. Hans-Dieter Evers dalam bukunyaSosi ol ogi Perk otaan (1982) menulis bahwa spekulasi tanah merajalela di Jakarta dan sekitarnya. Para pegawai negeri dan Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 7
perwira militer terlibat dalam pemborongan tanah pertanian di desa-desa. Hal ini merupakan akibat dari berlakunya Undang-Undang Landreform tahun 1960 yang isinya : hanya anggota ABRI dan pejabat-pejabat pemerintah diperkenankan memiliki tanah di luar wilayah tempat tinggalnya. Disimpulkan bahwa bentuk khas pembangunan yang terjadi di pusat-pusat kota negara-negara Dunia Ketiga menjurus kepada meningkatnya spekulasi tanah, memperkaya kaum elit kota pemilik tanah, dan meningkatkan pemilikan tanah secaraabs ent ee di kawasan pedesaan sekitar kota. Dengan demikian, timbul ketergantungan sosial ekonomi yang semakin besar dari daerah pedesaan kepada kota. Lalu, perluasan kota jangkauannya lebih luas daripada daerah-daerah pinggiran kota dimana pembangunan kota berlangsung. 3. PertumbuhanAlami Penduduk
Selain urbanisasi, ada faktor lain yang menyebabkan menyempitnya lahan pertanian, yaitu pertumbuhan penduduk yang berlangsung secara alami. Kita mengetahui bahwa sifat setiap manusia berbeda. Jika tadi diuraikan bahwa sebagian besar orang-orang desa rela menjual lahan pertaniannya, maka disini penulis mengemukakan bahwa, sebagian kecil petani tidak rela menjual lahan pertaniannya. Hal itu dikarenakan oleh filosofi petani yang sifatnya senang mengumpulngumpulkan harta, untuk diwariskan kepada anak-cucunya. Penduduk tumbuh secara alami, dan hal ini sangat sulit dicegah. Adanya anggapan banyak anak banyak rejeki, mendorong sebagian orang desa yang pikirannya masih kolot terus bereproduksi. Sementara itu jumlah anggota keluarga semakin bertambah, ditambah lagi terjadinya pernikahan pada anak-anak mereka. Hal tersebut mendorong kebutuhan akan tempat tinggal baru, karena suatu rumah tidak mungkin dapat menampung sebuah keluarga yang nantinya anggotanya terus bertambah. Karena itu, lahan-lahan pertanian yang dimiliki mereka diwariskan kepada anak cucu mereka untuk dijadikan tempat tinggal. Meskipun
tidak mungkin semua lahan pertanian itu digunakan sebagai
permukiman (tempat tinggal), tetapi setidaknya lahan tersebut makin berkurang. Dan seiring berjalannya waktu, pertumbuhan terjadi secara alamiah sehingga pada suatu saat, kebutuhan akan tempat tinggal baru bagi anak cucunya di masa depan akan muncul d an tentu saja lahan pertanian y ang diwariskan turun temurun itu makin lama makin menyempit. Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 8
2.2.2. Dampak dari Penyempitan Lahan Pertanian di Pedesaan Penyempitan lahan pertanian merupakan suatu akibat dari banyak faktor. Selain itu, penyempitan lahan pertanian juga dapat berimbas pada hal-hal lain yang berdampak negatif baik pada orang-orang desa itu sendiri, maupun pada lingkungan. Dampak-dampak tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Perubahan tata ekologis pedesaan Pembangunan ekonomi nasional dilakukan salah satunya dengan industrialisasi.Akibat hal tersebut, muncul sumbersumber ekonomi baru di ko ta seperti industri modern, bank multinasional, badan-badan pern iagaan, dan lain- lain. Sementara itu, kota terus berkembang ke wilayah pedesaan. Sebagian lahan pertanian µdikorbankan¶ untuk dibangun industri atau permukiman, dan sisanya masih berupa lahan pertanian, meskipun sudah sangat sempit.Masuknya pengaruh dominasi kota ke desa memunculkan modernisasi di pertanian dalam arti luas. Didorong o leh meningkatnya kebutuhan pokok penduduk yang pesat bertambah dan menciutnya lahan pertanian, maka diusahakan intensifikasi dan menjalar ke lahan-lahan marginal seperti rawa-rawa, hutan b akau di pantai, dan lereng-lereng g unung. Bersama itu, kelestarian lingkungan menjadi terancam.
y
Pertanian di tanah rawa lekas macet juga. Karena air di sana asin, akhirnya tanahnya menjadi mati. y
Hutan
bakau yang semula merupakan tempat bertelurnya ikan laut, setelah disawahkan, fungsinya yang lama berhenti. y
Pembukaan hutan untuk membuka lahan pertanian baru mengakibatkan rusaknya lingkungan. Bila hujan deras, terjadi erosi dan banjir yang dapat merusak permukiman penduduk, bahkan bangunan irigasi. y
Air limbah industry dapat mematikan ikan, tanaman, dan dapat
mengganggu kesehatan penduduk di sekitarnya. 2.Macetnya Perkembangan di Pedesaan Dengan menyempitnya lahan pertanian, para petani akan menggarap tanahnya secara intensif agar dapat bertahan hidup.Akhirnya, yang terjadi adalah kemiskinan yang merata, karena bersama proses itu juga gotong royong masih berlaku di pedesaan, terutama di kalangan p etani.Hal tersebut dapat ditafsirkan sebagai macetnya perkembangan perekonomian. Selain itu, penduduk yang Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 9
semakin bertambah mengakibatkan lahan pertanian semakin sempit. Hal tersebut berdampak pada macetnya perkembangan pertanian. 3.Menurunnya produksi pangan yang berimbas pada sulitnya masyarakat untuk mengakses pangan sehingga masih bergantung pada impor. 2.2.3. Pencegahan dan Penanggulangan Penyempitan Lahan Pertanian Penyempitan lahan pertanian ternyata membawa banyak dampak negatif baik bagi lingkungan, maupun manusia.Masalah ini terjadi akibat adanya interaksi antara desa dan kota. Andai saja interaksi tersebut tidak pernah ada, maka mungkin masalah penyempitan lahan pertanian ini pun tidak akan muncul. Namun, seperti yang kita ketahui bahwa interaksi antara desa dan kota sulit dicegah sehingga masalah ini pun sulit juga dicegah. Jika masalah ini sudah terjadi, perlu penanggulangan yang tepat. Berikut ini adalah usaha-usaha yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi dan mencegah bertambahnya penyempitan lahan pertanian : y
Untuk menjamin ketersediaan lahan pertanian yang cukup, mencegah dan mengendalikan terjadinya alih fungsi lahan pertanian serta menjamin akses masyarakat petani terhadap lahan yang tersedia, pemerintah khususnya Komisi IV menegaskan perlunya ditopang peraturan perundang-undangan. RUU yang direncanakan ini bernama Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. y
Peningkatan nilai jual produk pertanian yang dilakukan dengan pemilihan komoditas pertanian yang pas, sehingga ketika panen harga jualnya tetap tinggi. Dengan tingginya nilai jual produk pertanian, petani diharapkan dapat sebisa mungkin mengolah dan mempertahankan lahan pertaniannya agar tidak dijual kepada sektor non-agraris.
y
Meningkatkan
produktivitas lahan dengan menggunakan tidak hanya urea,
tapi berbagai macam pupuk dalam porsi yang seimbang agar hasilnya lebih baik. Dalam hal ini, perlu diadakan penyuluhan bagi petani mengenai keterampilan dan pengetahuan mengenai bertani atau bercocok tanam. y
Memperketat
pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada masyarakat. Dalam hal ini, Dinas Tata Ruang Kota perlu ambil andil. Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah itu hampir tidak memiliki kecacatan. Namun dalam prakteknya, tetap saja dijumpai kendala-kendala yang menghambat penanggulangan masalah tersebut. Seperti yang terjadi di kota Solok, Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 10
masyarakat mengelabui pemerintah untuk membangun bangunan-bangunan di atas lahan-lahan pertanian yang produktif.Mereka membuat lahan-lahan produktif menjadi tidak produktif dengan cara tidak mengairinya dengan irigasi. Setelah lahan tersebut menjadi lahan kritis, masyarakat akan dengan mudah mendapatkan izin mendirikan bangunan. Selain kendala dari masyarakat, terkadang pemerintah pun kurang bisa mempraktekkan hal-hal tersebut dengan baik, mengingat banyak terjadi kasus suap oleh pihak-pihak swasta (atau pihak lainnya) yang bermaksud mendirikan bangunan di atas lahan yang masih produktif. Oleh karena itu, sebetulnya tidak banyak y ang dapat kita lakukan untuk mencegah atau menanggulangi penyempitan lahan pertanian di wilayah pedesaan. Banyak usaha yang telah dilakukan, namun belum tentu semuanya berhasil. Hal tersebut terjadi karena tiap-tiap orang memiliki pandangan dan kepentingan yang berbeda. Tidak semua orang dapat mengerti dan peduli terhadap akibat dari apa yang mereka telah atau akan mereka perbuat. Sehingga akhirnya, hal ini perlu kita renungkan pada diri kita masing-masing.Hal terkecil, sekaligus terbesar yang d apat kita lakukan dalam masalah ini adalah menanamkan pada diri masing-masing untuk lebih peduli akan dampak yang akan ditimbulkan akibat penyempitan lahan pertanian. Sebab, semua kebijakan-kebijakan itu akan dilaksanakan oleh kita dan dalam prakteknya sendiri semuanya tergantung kepada bagaimana kita melaksanakannya. Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 11
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Dari uraian-uraian tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa : y
Penyempitan lahan pertanian merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi dimana lahan pertanian di pedesaan sudah banyak berkurang. y
Penyempitan lahan pertanian diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah urbanisasi, spekulasi tanah di perkotaan, dan pertumbuhan penduduk secara alamiah. y
Dampak dari penyempitan lahan pertanian diantaranya adalah perubahan tata ekologis yang berhubungan dengan kerusakan lingkungan hidup, juga macetnya perkembangan di pedesaan, dan menurunnya produktivitas pangan. y
Pencegahan dan penanggulangan penyempitan lahan pertanian yang telah dilakukan oleh pemerintah yaitu berupa beberapa kebijakan perlindungan lahan pertanian, serta peningkatan nilai jual hasil produksi per tanian dan peningkatan produktivitas lahan. 3.2. Saran Mengenai masalah penyempitan lahan pertanian ini, penulis menyarankan : y
Bagi pemerintah, sebaiknya lebih meningkatkan kualitas perealisasian dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan yang sudah dikeluarkan, seperti mengadakan penyuluhan kepada masyarakat, khususnya kaum petani, juga mengadakan kontrol agar pembangunan kota tidak menggerogoti lahan-lahan pertanian dan diusahakan pembangunan tersebut tidak merugikan sebelah pihak. Dan kesemuanya itu diharapkan dapat terlaksana dengan jujur. y
Bagi masyarakat, sebaiknya perlu menanamkan pemahaman dan rasa peduli terhadap lingkungan agar tidak merugikan pihak lain atau bahkan pihak sendiri hanya karena mengatasnamakan pembangunan.