BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Semua tidak akan sempurna apabila kesehatan seseorang terganggu. Gangguan kesehatan dapat menghambat segala aktivitas manusia. Oleh sebab itu penting bagi seseorang untuk menjaga kesehatan. Bukan hanya satu organ tubuh saja yang perlu dijaga namun keseluruhan. Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti sering mendengar istilah urin. Bukan hanya mendengar namun kita selalu menemui dan melakukan pembuangan urin atau metabolisme tubuh melalui urin yang biasa kita sebut buang air kecil ( BAK ). Buang air kecil merupakan suatu hal yang normal namun kenormalan tersebut dapat menjadi tidak normal apabila urin yang kita keluarkan tidak seperti biasanya. Mengalami perubahan warna misalnya. Atau merasakan nyeri saat melakukan proses buang air kecil. Dari contoh tersebut tentu saja terdapat sebab mengapa hal itu dapat terjadi. Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita lakukan adalah dengan cara melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan pada urin dapat menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh seeorang. Oleh sebab itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana protein dalam urin, alatalat yang digunakan dan apa saja kegunaan urin dalam menentukan diagnosa suatu penyakit. B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari protein urine ? 2. Bagaimana proses terbentuknya urine ? 3. Apa saja macam – macam – macam macam warna urine ? 4. Apa jenis pemeriksaan urine ? 5. Apakah pengertian protein ? 6. Apakah Protein urine dalam kehamilan? 7. Apa saja Jenis Pemeriksaan Protein Dalam Urin 8. Bagaimana cara membaca hasil pemeriksaan dan nilai rujukan protein urine?
1
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari protein urine 2. Mengetahui proses terbentuknya urine 3. Mengetahui macam – macam – macam macam warna urine 4. Mengetahui jenis pemeriksaan urine 5. Mengetahui pengertian protein 6. Mengetahui Protein urine dalam kehamilan 7. Mengetahui Jenis Pemeriksaan protein dalam urin 8. Mengetahui cara membaca hasil pemeriksaan dan nilai rujukan protein urine
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Urine
Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urine normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan berbau ammoniak, pH berkisar 4,8 – 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine 1,002 – 1,035.Volume normal perhari 900 – 1400 ml.
B. Proses Terbentuknya Urine
Penyaringan darah pada ginjal lalu terjadilah urine.Darah masuk ginjal melalui pembuluh nadi ginjal.Ketika berada di dalam membrae glomenulus, zat-zat yang terdapat dalam darah (air, gula, asam amino dan urea) merembes keluar dari pembuluh darah kemudian masuk ke dalam simpai/kapsul bowman dan menjadi urine primer. Proses ini disebut filtrasi. Urine primer dari kapsul bowman mengalir melalui saluran-saluran halus (tubulus kontortokus proksimal). Di saluran-saluran ini zat-zat yang masih berguna, misalnya gula, akan diserap kembali oleh darah melalui pembuluh darah yang mengelilingi saluran tersebut sehingga terbentuk urine sekunder. Proses ini disebut reabsorpsi. Urine sekunder yang terbentuk kemudian masuk tubulus kotortokus distal dan mengalami penambahan zat sisa metabolism maupun zat yang tidak mampu disimpan dan akhirnya terbentuklah urine sesungguhnya yang dialirkan ke kandung kemih melalui ureter. Proses ini disebut augmentasi. Apabila kandung kemih telah penuh dengan urine, tekanan urine pada dinding kandung kemih akan menimbulkan rasa ingin buang air kecil atau kencing.
3
Banyaknya urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang yang normal sekitar 5 liter setiap hari.Faktor yang mempengaruhi pengeluaran urine dari dalam tubuh tergantung dari banyaknya air yang diminum dan keadaan suhu apabila suhu udara dingin, pembentukan urine meningkat sedangkan jika suhu panas, pembentukan urine se dikit. Pada saat minum banyak air, kelebihan air akan dibuang melalui ginjal. Oleh karena itu jika banyak minum akan banyak mengeluarkan urine. Warna urine setiap orang berbeda-beda.Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan, jenis kegiatan atau dapat pula disebabkan oleh penyakit.Namun biasanya warna urine normal berkisar dari warna bening sampai warna kuning pucat.
C. Warna Urine
1. Kuning jernih Urin berwarna kuning jernih merupakan pertanda bahwa tubuh Anda sehat.Urin
ini
tidak
berbau.
Hanya
saja,
beberapa
saat
setelah
meninggalkan tubuh, bakteri akan mengontaminasi urin dan mengubah zat dalam urin sehingga menghasilkan bau yang khas. 2. Kuning tua atau pekat Warna ini disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan cairan.Namun bila terjadi terus, segera periksakan diri Anda ke dokter karena merupakan tahap awal penyakit liver. 3. Kemerahan Urin merah. Kondisi ini bisa menandakan gangguan batu ginjal dan kandung kemih. Namun bisa juga karena mengonsumsi obat pencahar maupun rifampisin secara berlebihan. 4. Oranye Mengindikasikan
penyakit
hepatitis
atau
malaria.
Pyridium,
antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi kandung kemih dan saluran kencing juga dapat mengubah warna urin menjadi oranye. Selain warna, bau urin juga bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit. Misalnya pada penderita diabetes dan busung lapar, urin
4
cenderung berbau manis, sementara jika seseorang mengalami infeksi bakteri E. coli, urinnya cenderung berbau menyengat.
D. Pemeriksaan Urine
a) Pemeriksaan Makroskopik Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin.Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan. b) Pemeriksaan Mikroskopik Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit yaitu meliputi :eritrosit, leukosit, epitel, bilirubin, urobilinogen, silinder, benang lendir, spermatozoa, bakteri, jamur dan parasit. C) Pemeriksaan Kimia Urine Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia.Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit.
E. Protein
a. Pengertian protein Protein adalah komponen dasar dan utama makanan yang diperlukan oleh semua makhluk hidup sebagai bagian dari daging, jaringan kulit, otot, otak, sel darah merah, rambut, dan organ tubuh lainnya yang dibangun dari protein (Sandjaja, 2010). Protein mempunyai fungsi penting yaitu untuk pertumbuhan, memperbaiki sel tubuh yang rusak, bahan pembentuk plasma kelenjar,
5
hormone, dan enzim, cadangan energi jika terjadi kekurangan, menjaga keseimbangan asam basa darah (Sandjaja, 2010). Protein merupakan rangkaian asam-asam amino yang sekuennya ditentukan oleh kode genetik.Beberapa asam amino yang menyusun tidak dapat disintesis dalam tubuh (asam amino esensial) sehingga harus didapatkan dari makanan yang dikonsumsi. b. Proses terbentuknya protei Sintesis protein (bahasa inggris: protein synthesis) yang disebut juga biosintesis protein adalah proses pembentukan partikel protein dalam bahasan biologi molekuler yang didalamnya melibatkan sistesis RNA yang dipengaruhi oleh DNA. Dalam proses sintesis protein, molekul DNA adalah sumber pengkodean asam nukleat untuk menjadi asam amino yang menyusun protein tetapi tidak terlibat secara langsung dalam prosesnya. Molekul DNA pada suatu sel ditranskripsi menjadi molekul RNA. Molekul RNA inilah yang ditranslasi menjadi asam amino sebagai penyusun protein. Dengan demikian molekul RNA la h yang terlibat secara langsung dalam proses sintesis protein. Hubungan antara molekul DNA, RNA, dan asam amino dalam proses pembentukan protein dikenal dengan istilah "Dogma sentral biologi” yang dijabarkan dengan rangkaian proses DNA membuat DNA dan RNA, RNA membuat protein, yang dinyatakan dalam persamaan DNA >> RNA >> Protein. Seperti kebanyakan dogma, terdapat pengecualian pada proses pembentukan protein berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan setelahnya, sehingga dogma ini akhirnya disebut sebagai aturan. C. Metabolisme Protein Pada umumnya protein diserap dalam bentuk asam amino dan bersama-sama dengan darah dibawa ke hati, kemudian dibersihkan dari toksin. Proses masuknya asam amino dapat di katakan tidak bersifat dinamis dan selalu di perbaharui. Asam amino yang masuk tidak sebanding dengan jumlah asam amino yang diperlukan untuk menutupi kekurangan amino yang dipakai oleh tubuh
6
D. Fungsi Protein. Fungsi protein
didalam tubuh sangat erat hubungannya dengan
hayat hidup sel. Selain itu, protein juga berfungsi sebagai zat pertahanan tubuh melawan berbagai mikroba dan zat toksik lain yang datang dari luar dan masuk kedalam milieu interior tubuh. Protein juga sebagai zat pengatur proses-proses metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon. Protein sangat berperan penting untuk pertumbuhan manusia dan terdapat dalam semua makhluk hidup.Jadi tanpa adanya protein tidaklah dapat dibentuk sel makhluk hidup. Menurut sumber lain yang penulis peroleh, dapat kita lihat fungsi protein lainnya, antara lain sebagai berikut : a) Untuk membangun sel jaringan tubuh seorang bayi yang lahir dengan berat badan 3 kg. b) Untuk mengganti sel tubuh yang aus atau rusak. c) Untuk membuat air susu, enzim dan hormon air susu yang diberikan ibu kepada bayinya dibuat dari makanan ibu itu sendiri. d) Membuat protein darah, untuk mempertahankan tekanan osmose darah. e) Untuk menjaga keseimbangan asam basa dari cairan tubuh. f) Sebagai pemberi kalori. g) Untuk pertumbuhan dan pemeliharaan. h) Untuk pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh. i) Untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh. j) Untuk memelihara netralitas tubuh. k) Untuk pembentukan antibodi. l) Untuk mengangkat zat-zat gizi. m) Sebagai sumber energi.
F. Protein Urine Dalam Kehamilan
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di
7
dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan. Penyebab pasti dari kelainan ini masih belum diketahui, namun beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim.
G. Jenis Pemeriksaan Protein Dalam Urin
Pemeriksaan Protein urine
Pemeriksaan terhadap protein termasuk pemeriksaan rutin. Kebanyakan cara rutin untuk menyatakan adanya protein dalam urin berdasarkan kepada timbulnya kekeruhan. Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada, maka menggunakan urin yang jernih
betul
menjadi
syarat
yang
penting
terhadap
protein.
Jika urine yang akan diperiksa jernih, boleh terus dipakai, dan apabila kekeruhan tidak dapat dihilangkan maka bisa dilakukukan penjernihan atau penyaringan pada urine sehingga urin yang digunakan untuk pemeriksaan adalah urin yang benar-benar jernih.
Tujuan Pemeriksaan Protein Urine
Untuk mengetahui kadar protein dalam urin dan juga untuk mengetahui apakah pasien mengalami eklamsi.
a) Pemeriksaan
protein
urin
metode
presipitasi
dengan
asam
sulfosalicyl 20 %.
Presipitasi untuk protein ini dasarnya adalah reaksi pengendapan dengan asam kuat. Konsentrasi asam sulfosalicyl yang digunakan adalah 20 %. Presipitasi ini merupakan tes yang sangat peka karena adanya protein dalam konsentrasi 0,002% dapat dinyatakan dengan tes ini.
8
Positif palsu terjadi jika pada sampel terdapat kekeruhan, dengan adanya kekeruhan ini dapat memberikan hasil reaksi positif. Sebaiknya menggunakan urin yang jernih, jika urin keruh harus dicentrifuge terlebih dahulu. Adanya Iodida pada sinar radiografi juga dapat memberikan reaksi positif jika pasien sebelumnya melakukan foto rontgen, biasanya berat jenis urin menjadi tidak normal yaitu > 1035. beberapa jenis obat juga dapat memberikan
hasil positif, misalnya
penicilina, sulfonamida, cephalosphorin, tolbutamide dan tolmitin. Positif palsu yang disebabkan oleh beberapa jenis obat ini dapat ditegaskan dengan melihat jenis kristal dari masing-masing jenis obat tersebut di bawah mikroskop. Penentuan proteinuri asam sulfosalicyl 20% ini memberikan beberapa kelebihan,diantaranya adalah harga lebih murah, pembuatan larutan reagent asam sulfosalicyl 20% dapat disesuaikan dengan jumlah pasien sehingga lebih ekonomis, mudah diperbaharui pembuatan reagent Asam Sulfosalicyl 20%. Sedangkan kekurangannya adalah memerlukan waktu yang lebih lama dalam melakukan pemeriksaan. b) Pemeriksaan protein urin metode presipitasi pemanasan dengan asam asetat
Protein dalam keadaan kolloid dipresipitasikan. Pemberian asam asetat untuk mencapai titik isoelektrik protein, pemanasan selanjutnya mengadakan denaturasi dan akhirnya terjadi presipitasi. Proses presipitasi dibantu oleh adanya garam-garam yang ada dalam urin atau yang sengaja ditambahkan. Konsentrasi protein sebanyak 0,004% dapat dinyatakan dengan tes ini. Konsentrasi asam asetat yang dipakai bisa digunakan konsentrasi antara 3 – 6%, yang penting diperhatikan adalah pH yang dicapai dengan pemberian asam asetat. Ada yang lebih suka menggunakan asam penyangga dengan pH 4,5 sebagai pengganti asam asetat. Urin encer yang mempunyai berat jenis rendah tidak baik untuk tes ini. Jika berat jenis berkisar antara 1003 – 1006 ditambah larutan NaCl jenuh sebanyak seperlima dari volume urin.Jika memakai penyangga
9
tidak perlu diberi NaCl. Urin dengan reaksi asam akan memberikan hasil yang baik.
SOP Pemeriksaan Protein Urine dengan Asam Asetat
A. Alat Dan Bahan 1. Persiapan alat dan bahan 2. Status pasien
14. Korek api
3. Alat tulis
16. Urin dalam bengkok
4. Bengkok
17. Spuit 5 cc
5. Sabun cair untuk cuci
18. Spuit 10 cc
6. Handuk kecil pribadi
19. Larutan asam sulfat salisilat
15. Pipet
7. Wastafel
20%
8. Satu buah tabung reaksi
20. Larutan asam asetat 5%
9. Tempat tabung reaksi
21. Sikat tabung reaksi
10. Penjepit tabung reaksi
22. Sabun detergen
11. Lampu spirtus
23. Spon pencuci
12. Corong
24. Kain lap
13. Kertas saring
25. Celemek
B. Persiapan Pasien 1. Menyapa ibu dengan ramah dan sopan 2. Berlaku sopan dalam melakukan pemeriksaan 3. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan 4. Pasien diminta untk BAK dan ditampung dalam botol yang sudah disediakan 5. Memposisikan ibu dengan nyaman selama pemeriksaan
C. Prosedur Pelaksanaa 1. Menyiapkan dan memeriksa kelengkapan alat 2. Mencuci tangan 3. Memakai handscoon 4. Memperhatikan kejernihan urine
10
5. Bila urin keruh disaring dengan kertas penyaring 6. Mengisi kedua tabung dengan urin, masing + 2ml salah satu tabung sebagai bahan pembanding pemeriksaan 7. Menyalakan lampu spirtus 8. Memanaskan tabung sampai mendidih berjarak 2-3 cm membentuk sudut 45 derajat 9. Arahkan tabung yang dipanaskan ketempat yang kosong 10. Bila urin yang dipanaskan keruh tanbahkan 4 tetes asam asetat 6% dan bila kekeruhan hilang maka menunjukkan hasil yang negatif 11. Jika urin tetap keruh maka panaskan sekali lagi dan bandingkan hasilnya 12. Bila setelah diapanaskan urin tetap keruh maka has ilnya positif dan baca hasil pemeriksaan 13. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan 14. Membereskan peralatan 15. Mencuci tangan
Contoh Gambar pemeriksaan protein urine
11
c) Pemeriksaan protein urin metode tes strip urin.
Tes strip urin yang dipakai untuk menemukan proteinuri berdasarkan fenomena “kesalahan penetapan pH oleh adanya protein”. Indicator tertentu memperlihatkan warna lain dalam cairan yang bebas protein dan cairan yang berisi protein dengan pH tertentu. Derajat perubahan warna ditentukan oleh kadar protein dalam cairan, sehingga perubahan warna menjadi ukuran semi kuantitatif pada proteinuri. Indikator yang biasanya ada pada tes strip adalah tetabrom phenol blue yang berwarna kuning pada pH 3 dan menjadi hijau sampai hijau biru sesuai banyaknya protein yang ada dalam Urin. Tes strip yang digunakan untuk penentuan proteinuri ini tidak hanya untuk penentuanprotein, tetapi juga untuk penentuan berat jenis (spesifik gravity), pH, blood (darah), leucocyte (sel darah putih),nitrite, glukosa, ketone, bilirubin dan urobilinogen. Tes
strip
merupakan
reagent
kering
(dry
reagent)
dalam
penyimpanannya harus tertutup rapat karena sifatnya yang mikroskopis, harga lebih mahal dan tidak ekonomis, tetapi mempunyai kelebihan yaitu dalam pemantauan proteinuri tidak memerlukan waktu yang lebih lama.
12
Contoh Gambar Pemeriksaan Protein Urine Dengan Test Strip
H. Proteinuria
Proteinuria yaitu urin manusia yang terdapat protein yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m2. Dalam keadaan normal, protein didalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional.Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat menjadi gejala awal
13
dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang serius.Walaupun penyakit ginjal yang penting jarang tanpa adanya proteinuria, kebanyakan kasus proteinuria biasanya bersifat sementara, tidak penting atau merupakan penyakit ginjal yang tidak progresif.Lagipula protein dikeluarkan urin dalam jumlah yang bervariasi sedikit dan secara langsung bertanggung jawab untuk metabolisme yang serius.Adanya protein di dalam urin sangatlah penting, dan memerlukan
penelitian
lebih
lanjut
untuk
menentukan
adanya
penyebab/penyakit dasarnya. Adapun proteinuria yang ditemukan saat pemeriksaan penyaring rutin pada orang sehat sekitar 3,5%.Jadi proteinuria tidak selalu merupakan manifestasi kelainan ginjal. Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas 200mg/hari.pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit diatas nilai normal.Dikatakan proteinuria massif bila terdapat protein di urin melebihi 3500 mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin.Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang cukup besar atau beberapa gram protein plasma yang melalui nefron setiap hari, hanya sedikit yang muncul didalam urin. Ini disebabkan 2 faktor utama yang berperan yaitu: a. Filtrasi glomerulus b. Reabsorbsi protein tubulus
1. Patofisiologi Proteinuria Proteinuria dapat meningkatkan melalui salah satu cara dari ke-4 jalan yaitu: a) Perubahan permeabilitas glumerulus yang mengikuti peningkatan filtrasi dari protein plasma normal terutama abumin. b) Kegagalan tubulus mereabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal difiltrasi. c) Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal,Low Molecular Weight Protein (LMWP) dalam jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.
14
d) Sekresi yang meningkat dari mekuloprotein uroepitel dan sekresi IgA dalam respon untuk inflamasi. Sejumlah besar protein secara normal melewati kapiler glomerulus tetapi tidak memasuki urin.Muatan dan selektivitas dinding glomerulus mencegah transportasi albumin, globulin dan protein dengan berat molekul besar lainnya untuk menembus dinding glomerulus. Protein yang lebih kecil (100 kDal) sementara foot processes dari epitel/podosit akan memungkinkan lewatnya air dan zat terlarut kecil untuk transpor melalui saluran yang sempit. Saluran ini ditutupi oleh anion glikoprotein yang kaya akan glutamat,aspartat, dan asam silat yang bermuatan negatif pada pH fisiologis. Muatan negatif akan menghalangi transpor molekul anion seperti albumin. Mekanisme lain dari timbulnya proteinuria ketika produksi berlebihan dari proteinuria abnormal yang melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus. Ini biasanya sering dijumpai pada diskrasia sel plasma (mieloma multipel dan limfoma) yang dihubungkan dengan produksi monoklonal imunoglobulin rantai pendek.Rantai pendek ini dihasilkan dari kelainan yang disaring oleh glomerulus dan di reabsorbsi kapasitasnya pada tubulus proksimal. Bila ekskersi protein urin total melebihi 3,5 gram sehari, sering dihubungkan dengan hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (sindrom nefro
2. Proteinuria Fisiologis Proteinuria sebenarnya tidaklah selalu menunjukkan kelainan/penyakit ginjal.Beberapa keadaan fisiologis pada individu sehat dapat menyebabkan proteinuria.Pada keadaan fisiologis sering ditemukan proteinuria ringan yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan bersifat sementara. Misalnya, pada keadaaan demam tinggi, gagal jantung, latihan fisik yang kuat terutama lari maraton dapat mencapai lebih dari 1 gram/hari, pasien hematuria yang ditemukan proteinuria masif, yang sebabnya bukan karena kebocoran protein dari glomerulus tetapi karena banyaknya protein dari eritrosit yang pecah dalam urin akibat hematuri tersebut (positif palsu proteinuria masif).
15
3. Proteinuria Patologis Sebaliknya, tidak semua penyakit ginjal menunjukkan proteinuria, misalnya pada penyakit ginjal polikistik, penyakit ginjla obstruksi, penyakit ginjal akibat obat-obatan analgestik dan kelainan kongenital kista, sering tidak
ditemukan
proteinuria.Walaupun
demikian
proteinuria
adalah
manifestasi besar penyakit ginjal dan merupakan indikator perburukan fungsi ginjal.Baik pada penyakit ginjal diabetes maupun pada penyakit ginjal non diabetes. 3 macam proteinuria yang patologis: Proteinuria yang berat, sering kali disebut masif, terutama pada keadaan nefrotik, yaitu protein didalam urin yang mengandung lebih dari 3 gram/24 jam pada dewasa atau 40 mg/m2/jam pada
anak-anak,
biasanya
berhubungan
secara
bermakna
dengan
lesi/kebocoran glomerulus. Sering pula dikatakan bila protein di dalam urin melebihi 3,5 gram/24 jam. Penyebab proteinuria masif sangat banyak, yang pasti keadaan diabetes melitus yang cukup lama dengan retinopati dan penyakit glomerulus. Terdapat 3 jenis proteinuria patologis: 1) Proteinuria glomerulus, misalnya: mikroalbuminuria, proteinuria klinis. 2) Proteinuria tubular 3) Overflow proteinuria
4. Proteinuria Glomerulus Bentuk proteinuria ini tampak pada hampir semua penyakit ginjal dimana albumin adalah jenis protein yang paling dominan pada urin sedangkan sisanya protein dengan berat molekul rendah ditemukan hanya sejumlah kecil saja. Dua faktor utama yang menyebabkan filtrasi glomerulus protein plasma meningkat: 1) Ketika barier filtrasi diubah oleh penyakit yang dipengaruhi glomerulus, protein plasma, terutama albumin, mengalami kebocoran pada filtrat glomerulus pada sejumlah kapasitas tubulus yang berlebihan yang menyebabkan proteinuria. Pada penyakit glomerulus dikenal penyakit
16
perubahan minimal, albuminuria disebabkan kegagalan selularitas yang berubah. 2) Faktor-faktor hemodinamik menyebabkan proteinuria glomerulus oleh tekanan
difus
yang
meningkat
tanpa
perubahan
apapun
pada
permeabilitas intrinsik dinding kapiler glomerulus. Proteinuria ini terjadi akibat kebocoran glomerulus yang behubungan dengan kenaikan permeabilitas membran basal glomerulus terhadap protein.
5. Proteinuria Klinis Pemeriksaan ditentukan dengan pemeriksaan semi kuantitatif misalnya dengan uji Esbach dan Biuret.Proteinuria klinis dapat ditemukan antara 1-5 g/hari.
6. Proteinuria Tubular Jenis proteinuria ini mempunyai berat molekul yang rendah antara 100150 mg/hari, terdiri atas β-2 mikroglobulin dengan berat molekul 14000 dalton. Penyakit yang biasanya menimbulkan proteinuria tubular adalah: renal tubular acidosis (RTA), sarkoidosis, sindrom Faankoni, pielonefritis kronik dan akibat cangkok ginjal. \
7. verflow Proteinuria Diskrasia sel plasma (pada mieloma multipel) berhubungan dengan sejumlah besar ekskresi rantai pendek/protein berat molekul rendah (kurang dari 4000 dalton) berupa Light Chain Imunoglobulin, yang tidak dapat di deteksi dengan pemeriksaan dipstik/ yang umumnya mendeteksi albumin/ pemeriksaan rutin biasa , tetapi harus pemeriksaan khusus. Protein jenis ini disebut protein Bence Jonespenyakit lain yang dapat menimbulkan protein Bence Jones adalah amiloidosis dan makroglobulinemia.
17
8. Proteinuria Isolasi Sejumlah protein yang ditemukan dalam urin tanpa gejala pada pasien sehat yang tidak mengalami gangguan fungsi ginjal atau penyakit sistemik.proteinuria
ini
hampir
ditemukan
secara
kebetulan
dapat
menetap/persisten, dapat pula hanya sementara, yang mungkin saja timbul karena posisi lordotik tubuh pasien.
H. Nilai Rujukan
1. Protein Total Dewasa : 6.0 - 8.0 g/dl Anak : 6.2 - 8.0 g/dl Bayi : 6.0 - 6.7 g/dl Neonatus : 4.6 - 7.4 g/dl 2. Albumin Dewasa : 3.5 - 5.0 g/dl Anak : 4.0 - 5.8 g/dl Bayi : 4.4 - 5.4 g/dl Neonatus : 2.9 - 5.4 g/dl 3. Protein Urin Urin sewaktu : negatif (≤15 mg/dl) Urin 24 jam : 25 – 150 mg/24 jam.
I. Interpretasi Hasil
Interpretasi Hasil : Kadar Protein
Tingkatan Hasil
Kriteria
Negatif (-)
Tidak ada kekeruhan
< 0,01
Positif 1 (+)
Kekeruhan ringan (tidak berbutir)
0,01-0,05
Positif 2 (++)
Kekeruhan jelas (berbutir)
0,05-0,2
Positif 3 (+++)
Kekeruhan hebat (berkeping-keping)
0,2-0,5
Positif 4 (++++)
Menggumpal
>0,5
(g/dL)
18
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
Pemeriksaan albumin urine adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan kadar albumin yang terkait dengan protein dalam urine. Pemeriksaan albumin urine ini merupakan bagian dari pemeriksaan fungsi ginjal. Karena ginjal adalah tempat pembentukan urine di mulai dari tahap Filtrasi, Reabsorbsi dan Sekresi/Augmentasi. Urine adalah cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal yang kemudian akan di keluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalis. Ekskresi urin diperlukan untuk membuang molekulmolekul sisa dalam darah yang di saring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostatis cairan tubuh. Urine dalam ginjal di bawa melalui ureter menuju kantung kemih dan di buang secara umum. Urine berwarna kuning keemasan dan jika di diamkan cukup lama maka urine akan mengeluarkan bau yang sangat khas. Dengan menggunakan prosedur baik dan benar serta pengetahuan tentang pemeriksaan protein urine, kita dapat mengetahui kandungan dan kelainan yang terdapat dalam urine sehingga kita dapat lebih cepat mencegah dan menanggulanginya. Pada proses pemeriksaan protein urine harus mempersiapkan alat-alatnya dengan lengkap dan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan bila pasien sadar serta mengetahui dengan baik tentang tata cara pelaksanaannya.
2. Saran
Bagi petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan protein urine diharapkan dapat melakukan dengan SOP dari masing-masing jenis pemeriksaan mengingat hasil yang diperoleh sngat penting karena dapat menentukan tindakan terapi selanjutnya jika terjadi kelainan sehingga kejadian yang tidak diininkan dapat dihindari.
19
DAFTAR PUSTAKA
Montgomery, Rex dkk. 1993. Biokimia jilid I. Yogjakarta : Gajah Mada University Press
Jati, wijaya. 2007. Aktif Biologi. Jakarta : Ganeca exact.
Wilmar musram, 2000, Praktikum Urine, Penuntun Praktikum Biokimia, Widya Medika, Jakarta.
Guyton, A.C, 1983, Buku Teks Fisiologi Kedokteran, edisi V, bagian 2, terjemahan Adji Dharma et al.,E.G.C., Jakarta.
Toha, 2001, Biokimia, Metabolisme Biomolekul, Bandung, Alfabeta
20