PEMERIKSAAN IgM SALMONELLA TYPHI I.
TUJUAN
I.1 I.1 Untu Untuk k mend mendete eteks ksii adan adanya ya anti antibo bodi di IgM IgM terh terhad adap ap anti antige gen n O9 lipopolisakarida (LPS) Salmonella typhi secara semi-kuantitatif.
II.
METODE
Metode Metode pemeri pemeriksaa ksaan n yang yang diguna digunakan kan adalah adalah Inhibi Inhibitio tion n Magnet Magnetic ic Binding Immunoassay (IMBI).
III.
PRINSIP
Pemerik Pemeriksaan saan ini mendet mendeteksi eksi kebera keberadaa daan n antige antigen n O9 dalam dalam serum serum pasien dengan menilai kemampuan mereka untuk menghambat reaksi antara kedua tipe partikel reagen yaitu antibodi monoklonal anti O9 (reagen berwarna berwarna biru) dan lipopolisak lipopolisakarida arida (LPS) Salmonell Salmonellaa typhi (reag (reagen en berw berwar arna na cokl coklat at). ). Sete Setela lah h sedi sedime ment ntasi asi part partik ikel el deng dengan an kekuatan magnetik, konsentrasi partikel indikator yang tersisa dalam cairan menunjukkan daya inhibisi. Tingkat inhibisi yang dihasilkan adalah setara dengan konsentrasi antibodi IgM Salmonella typhi dalam sampel sampel.. Hasil Hasil dibaca dibaca secara secara visual visual dengan dengan memban membandin dingka gkan n warna warna akhir reaksi terhadap skala warna.
IV.
DASAR TEORI
Demam Demam typhoi typhoid d atau atau enteri entericc fever fever adalah adalah sindro sindrom m klinik klinik yang yang dihasilkan oleh organisme salmonella tertentu. Istilah ini mencakup istilah demam yang disebabkan oleh S. typhi, dan demam paratyphoid yang disebabkan disebabkan oleh S. paratyphi A, S. paratyphi B, S.paratyphi C, dan kadag-kadang serotip salmonella lain (Nelson, 2000)
Penyakit Tifus atau Demam Tifoid merupakan penyakit dengan gejala yang tidak khas yang sering menjangkit masyarakat di negara berkembang terutama dengan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Oleh karena itu, pendeteksian penyakit ini harus melalui tes laboratorium sebagai penunjang di samping gejala klinis masih merupakan faktor yang paling menentukan. Penyebab keterlambatan diagnosis penyakit tifus, antara lain : selang waktu antara infeksi dan permulaan sakit yang terlalu lama (berkisar 8-14 hari) dan metode pemeriksaan yang digunakan tidak dapat mendeteksi secara cepat dan tepat. Beberapa tahun kebelakang dan sepertinya masih popular hingga saat ini, pemeriksaan Widal menjadi pemeriksaan laboratorium yang dipercaya bisa mendeteksi penyakit tifus secara dini. Walaupun diketahui belakangan bahwa Tes Widal memiliki banyak kekurangan. Sehingga di kembangkan metode baru untuk tes pendeteksian demam tifoid. Pemeriksaan yang dapat dijadikan alternatif untuk mendeteksi penyakit demam typhoid lebih dini adalah mendeteksi antigen spesifik dari kuman Salmonella ( lipopolisakarida O9) melalui pemeriksaan IgM Anti Salmonella ( Tubex TF).
4.1 Kelemahan Pemeriksaan Widal dari IgM Salmonella typhi
1. Sensitivitas dan spesifisitasnya rendah dengan hasil positif dan negatif palsu yang tinggi. 2. Mendeteksi antivodi Salmonella typhi non-spesifik. 3. Pemeriksaan yang ideal membutuhkan serum ganda. 4. Hasil bervariasi tergantung setiap laboratorium.
4.2 Keunggulan Pemeriksaan IgM Salmonella Typhi
1. Mendeteksi secara dini infeksi akut akibat Salmonella typhi, karena IgM muncul pada hasi ke-3-4 terjadinya demam (sensitifitas > 95%) 2. Lebih
spesifik
dalam
mendeteksi
salmonella
typhi
dibandingkan dengan tes widal sehingga dapat membedakan secara tepat berbagai infeksi dengan gejala yang mirip (spesifisitas > 93%). 3. Antigen yang digunakan dalam pemeriksaan ini responsif terhadap keberadaan antibodi spesifik terutama pada pasien anak-anak, sehingga sensitifitasnya juga baik pada kelompok tersebut. 4. Hanya membutuhkan sampel serum tunggal, sedangkan pada widal idealnya dilakukan dua kali dengan jarak pemeriksaan antara 5-7 hari. 5. Hasil dapat diperoleh lebih cepat.
V.
ALAT, BAHAN DAN REAGEN V.1 Alat
1. Mikropipet 2. Stopwatch 3. Skala warna V.2 Bahan
1. Serum 2. Reaction well strip TUBEX/sumur uji
3. Sealing tape TUBEX 4. Yellow tip V.3 Reagen
1. Brown reagent 2. Blue reagent 3. Kontrol negatif 4. Kontrol positif
VI.
PROSEDUR KERJA
1. Alat dan bahan disiapkan dan dikondisikan pada suhu ruang. 2. Reaction well strip/sumur uji ditempatkan di atas meja, nomor sumur diletakkan menghadap ke depan (Sumur uji jangan ditempatkan
pada
skala
warna
dahulu).
Brown
reagent
ditambahkan 45 µl pada setiap sumur. 3. Kontrol positif, kontrol negatif, dan sampel serum ditambahkan 45 µl pada sumur yang sesuai. 4. Secara hati-hati dihomogenkan dengan cara dipipet ke atas dan ke bawah 10 kali. Pencampuran yang merata sangat penting dan hindari terbentuknya gelembung (busa). Gunakan tip baru untuk setiap sampel. 5. Inkubasi dilakukan selama 2 menit. 6. Blue reagent ditambahkan 90 µl pada setiap sumur. 7. Reaction well strip/sumur uji ditutup dengan sealing tape. Tekan sealing tape dengan keras untuk mencegah kebocoran. 8. Langkah penghomogenan:
a. Reaction well strip/sumur uji dipegang pada salah satu ujung dengan ibu jari dan jari telunjuk. b. Reaktion well strip/sumur uji dimiringkan horizontal (90 o) untuk menempatkan permukaan sumur secara maksimal untuk pencampuran. c. Reaction well strip/sumur uji dikocok secara cepat kedepan dan kebelakang selama 2 menit. Dipastikan seluruh isi mengalir mengenai permukaan sumur. 9. Reaction well strip/sumur uji ditempatkan pada skala warna. Pemisahan
dibiarkan
selama
5
menit
untuk
mendapatkan
supernatan yang jelas.
VII.
INTERPRETASI HASIL
Nilai ≤2
Interpretasi Negatif-tidak ada indikasi demam typhoid saat
3
diperiksa. Hasil seperti kontrol negatif. Hasil tidak meyakinkan. Ulangi analisis. Jika masih tidak meyakinkan, ulangi sampling pada hari
4
berikutnya. Positif lemah. Mengindikasikan demam typhoid saat
6-10
diperiksa. Positif. Terindikasi kuat mengalami demam typhoid
saat diperiksa. Hasil seperti kontrol positif. Indeterminate Tidak ada nilai jelas yang diperoleh karena: (tidak menentu)
1. Prosedur kerja yang tidak sesuai. Ulangi analisis. 2. Kualitas sampel yang buruk. Ulangi sampling dan analisis.
Interval nilai hasil adalah 0 (merah muda jernih) sampai 10 (biru pekat). Nilai menengah dari 1, 3, 5, 7, dan 9 tidak diperlihatkan pada skala warna pada kit, tetapi dapat diinterpretasikan. Untuk mengetahui apakah kit yang digunakan dalam kondisi baik, kontrol negatif harus bernilai ≤ 2 dan kontrol positif harus bernilai ≥ 8.
DAFTAR PUSTAKA http://www.prodiakalimantan.com/artikel-kesehatan/100waspadai-gejala-tifus-segera-periksakan-diri-anda.html http://id.scribd.com/doc/71596916/Pemeriksaan-Serologi-UntukSalmonella-Typhi-Telah-Banyak-Berkembang Nelson, Waldo et. Al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Volume 2. Jakarta: EGC.
http://buletinkesehatan.com/anti-salmonella-typhi-igm/#moved http://www.tanyadok.com/anak/tanya-jawab-talkkids-3-anakku-demamanakku-kena-tifes