Makalah Penyalahgunaan Zat Psikotropika dikalangan Remaja
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.oleh karena berkat
dan
anugrah
serta
tuntutan-Nya,
sehingga
Makalah
dengan
judul
”Penyalahgunaan Zat Psikotropika di Kalangan Remaja ” dapat terselesaikan dengan tepat waktu dan tanpa kendala yang berarti. Untuk itu, kami mengucapkan banyak terima kasih, kepada : 1. Ibu Lis Nurmala Dewi yang sudah memberikan tugas, masukan dan saran yang sangat berguna bagi kami dalam menyelesaikan masalah ini. 2. Teman-teman semua yang telah meluangkan waktu dan pikirannya guna terselesaikannya makalah ini. Kami menyadari bahwa masih ada begitu banyak kekurangan dalam tulisan makalah ini. Oleh karena itu ketika saran serta masukan yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, kiranya makalah ini dapat berguna bagi para pembaca
Mojokerto, Januari 2010 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
i
KATA PENGANTAR.....................................................................................
ii
DAFTAR ISI...................................................................................................
iii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.........................................................
1
B. Rumusan Masalah...................................................................
1
C. Tujuan dan Manfaat................................................................
2
PEMBAHASAN A. Jenis-jenis Narkoba ................................................................
3
B. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba ..........................
6
C. Pencegahan ………................................................................
7
BAB III PENUTUP A.
Kesimpulan …………………………………………………
B.
Saran ………………………………………………………… 10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
10
11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lama sebelum pecahnya perang dunia ke-2 pada zaman penjajahan Belanda, di Indonesia dikenal penggunaan obat-obat opium yang umumnya para pemakai candu tersebut adalah orang-orang Cina. Dizaman itu pemerintah memberikan izin pada tempat-tempat tertentu untuk menghisap candu dan pengadaan (supply) secara legal dibenarkan secara undang-undang orang-orang Cina pada waktu itu menggunakan candu dengan cara tradisional, yaitu jalan menghisap melalui pipa panjang. Pemerintah panduduk Jepang menghapus undang-undang dan melarang pamakaian candu (Brisbane Ordinance). Ganja banyak tumbuh di Aceh dan Sumtra lainnya, dan telah sejak lama digunakan oleh penduduk sebagai bahan ramuan makanan sehari-hari pada waktu itu taman ( Erythrxylon coca) banyak tumbuh di Jawa Timur dan hanya untuk diekspor.Setelah
kemerdekaan, pemerintah
Republik
Indonesia membuat
perundang-undangan yang menyangkut produksi, penggunaan dan distribusi dari obat-obat berbahaya. Baru pada waktu tahun 1970,
masalah obat-obat
berbahaya jenis psikotropika menjadi masalah besar dan nasional sifatnya. Pada Tahun 1970-an, ketika perang Vietnam sedang berlangsung,hamper disemua negeri, terutama di Amerika Serikat dan termasuk Indonesia, penyalahgunaan obat (narkotika) sangat meningkat dan sebagian besar korbannya adalah anakanak muda.
B. Rumusan masalah
dari latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah : 1. Apa pengertian dari psikotropika? 2. Apa saja jenis dari psikotropika? 3. Bagaimana dampak dari psikotropika terhadap perkembangan remaja?
4. Bagaimana cara menanggulangi Kecanduan terhadap zat psikotropika?
C. Tujuan
tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1.
Untuk mengetahui apa pengertian dari psikotropika?
2.
Mengetahui apa saja jenis dari psikotropika?
3.
Untuk mengetahui bagaimana dampak dari psikotropika terhadap
perkembangan remaja? 4.
Agar kita tahu bagaimana cara menanggulangi Kecanduan terhadap
zat psikotropika?
BAB II PEMBAHASAN
A. JENIS-JENIS NARKOBA a) PSIKOTROPIKA
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (definisi menurut undang-undang No.5 tahu n 1997).
1. Ekstasi Ekstasi adalah zat
sintetik
amfetamin yang
dibuat
dalam
bentuk
pil.
Ekstasi
dapat membuat si pemakai memilih energi yang lebih dan juga bias mengalami dehidrasi yang tinggi. sehingga akibatnya dapat membuat tubuh kita untuk teru bergerak. Ekstasi akan medorong tubuh kita untuk melakukan aktivitas yang melampaui batas maxsimum dari kekuatan tubuh itu sendiri. Kekeringan tubuh cairan tubuh dapat terjadi sebagai akibat dari pengeraghan
tenaga
yang
tinggi
dan
lama.
Efek Yang Ditimbulkan Oleh Penggunaan Ecstasy Adalah: 1)
Diare, rasa haus yang berlabihan, hiperaktif, sakit kepala dan
pusing,menggigil yang tidak terkontrol, detak jantung yang cepat dan sering mual disertai muntah-muntah atau hilangnya nafsu makan, gelisah tidak bisa diam pucat dan keringat. 2)
Ekstasi menimbulkan ketegangan tangan dan kerusakan otak,
Badan terasa capek luar biasa, depresi dan sebagainya, muntah, diare serta kejang serta koma dan kematian
2. Sabu-Sabu
Nama
aslinya
metilamhetamine kristal
seperti
bumbu
penyedap
berbentuk gula
atau
masakan.
Jenisnya antara lain yaitu; gold river,coconut dan kristal. Sekarang ada yang bentuk tablet. Obat ini dapat ditemukan dalam bentuk kristal dan obat ini tidak mempunyai warna maupun bau,maka ia disebut dengan kata lain yaitu: Ice, obat ini juga mempunyai pengaruh yang kuat terhadap syaraf. Sabu-sabu juga dikenal dengan juluka lain seperti: Glass, Quarts, Hirropon, Ice cream. Efek yang ditimbulkan: menjadi bersemangat, gelisah dan
tidak bisa diam, tidak bisa tidur, tidak bisa makan jangka panjang.
Gejala Pecandu Yang Putus Obat
1. Cepat marah 2. Tidak tenang 3. Cepat lelah 4. yang ditimbulkan: -
Menjadi bersemangat,gelisah dan tidak biasa diam, tidak bisa makan, paranoid, lever, terganggu.
Gejala pecandu yang putus obat :
Kecenderungan untuk bunuh diri orang yang mengalami putus sabusabu seringkali berusaha mengobati sendiri dengan alcohol, sedative, hipnotik, atau obat intensietas seperti diazepam(Vlium). 3. Stimulan adalah
Stimulan
menaikkan
obat-obatan
tingkat
yang
kewaspadaan
di
dalam rentang waktu singkat. Stimulan biasanya dengan
menaikkan menaikkan
efek
samping
efektivitas,
dan
berbagai jenis yang lebih hebat seringkali disalahgunakan menjadi obat yang ilegal atau dipakai tanpa resep dokter.
Stimulan menaikkan kegiatan sistem saraf simpatetik, sistem saraf pusat (CNS), atau kedua-duanya sekaligus. Beberapa stimulan menghasilkan sensasi
kegirangan
yang
berlebihan,
khususnya jenis-jenis yang
memberikan pengaruh terhadap CNS. Stimulan dipakai di dalam terapi untuk menaikkan atau memelihara kewaspadaan, untuk menjadi penawar rasa lelah, di dalam situasi yang menyulitkan tidur (misalnya saat otototot bekerja), untuk menjadi penawar keadaan tidak normal yang mengurangi kewaspadaan atau kesadaran (seperti di dalam narkolepsi), untuk menurunkan bobot tubuh (phentermine), juga untuk memperbaiki kemampuan berkonsentrasi bagi orang-orang yang didiagnosis sulit memusatkan perhatian. Dalam peristiwa yang jarang terjadi, stimulan juga dipakai untuk merawat orang yang mengalami depresi. Stimulan kadang-kadang dipakai untuk memompa ketahanan dan produktivitas, juga untuk menahan nafsu makan. Eforia yang dihasilkan oleh beberapa stimulan mengarah kepada penggunaan rekreasionalnya, meskipun hal ini tidaklah legal di dalam sebagian besar sistem hukum. Kafein, ditemui di dalam minuman seperti kopi dan minuman ringan, seperti halnya nikotin, yang dijumpai pada tembakau, adalah salah satu di antara stimulan yang paling biasa dipakai di dunia. Contoh lain dari stimulan yang dikenal adalah efedrin, amfetamin, kokain, metilfenidat, MDMA, dan modafinil. Stimulan biasa disebutkan di dalam bahasa gaul Amerika sebagai "upper". Stimulan yang berpotensi disalahgunakan diawasi secara ketat di Amerika dan sistem hukum lainnya. Beberapa di antaranya bisa saja tersedia secara sah hanya melalui resep dokter (misalnya metamfetamin, nama dagang Desoxyn, campuran garam amfetamin, nama dagang Adderall, deksamfetamin, nama dagang Dexedrine) atau dilarang sama sekali (misalnya metkatinon).
4. HALUSINOGEN
Halusinogen adalah jenis dadah asli dan sintetik yang mengubah pencerapan deria.Ia mengubah pandangan visual dan menyebabkan ilusi sehingga amat susah membezakan yang benar dan yang tidak.Jika diambil dalam dos yang tinggi,bahan-bahan ini menyebabkan halusinasi LSD juga dikenali sebagai lysergide dan LSD-25.LSD adalah serbuk habluran tidak berwarna atau berbau dan larut dalam air dan alkohol.LSD selalunya dijumpai dalam bentuk cecair,serbuk atau dititik ke atas gula dadu,gelatin atau kertas blotter dan hanya sedikit sahaja diperlukan untuk mengeluarkan kesan halusinasi.Kesan LSD adalah seperti berikut:•
anak mata membesar
•
tekanan darah menigkat
•
pencerapan deria yang berubah(merasa,memgang,warna atau
bunyi) •
pengalaman psikik(good trip-menyeronokkan atau bad trip-
menakutkan)
B. FAKTOR
PENYEBAB PENYALAGUNAAN PSIKOTROPIKA
a) Remaja Beresiko Tinggi Dalam Penyalagunaan Narkoba
Remaja adalah kelompok usia yang berada dalam peralihan masa kanakkanak ke masa dewasa. Secara umum kepribadian remaja berada dalam masa pencarian jati diri yang ditandai oleh pemerontakan terhadap aturan dominasi
orang tua dan orang dewasa mengikuti tren model perilaku kelompok sebayanya. b) Penyalagunaan Narkoba Dikalangan Remaja Disebabkan Oleh :
1. Mudah dipengaruhi oleh teman Remaja masi memiliki jiwa yang lebih dan memcari jati diri, sehingga mudah dipengaruhi dan ikut-ikutan teman 2. Rasa ingin tau yang tinggi Remaja yang suka mencoba hal-hal baru termasuk yang dapat membahayakan dirinya 3. Solidaritas yang tinggi Kuatnya rasa solidaritas remaja menimbulkan dia sulit untuk menolak tekanan
anggota
kelompoknya
termasuk
tawaran
mengkonsumsi
narkoba. 4. Ingin tampil menonjol Remaja sring mencari perhatian dengan harapan terlihat berani, percaya diri dan tambil beda 5. Menghilangkan rasa bosan dan stres
Remaja sering menganggap narkoba dapat menyelesaikan maslah-maslah yang dihadapinya karena tidaka mampu untuk menyelesaikannya . 6. Keinginan yang mebrontak Sebagian remaja menganggap narkoba dapat menyelesaikan reaksi pemberontakan terhadap kekuasaan dan sikap otoriter dari orang tua.
c)
Faktor Penyebab Kerentanan Remaja Terhadap Penyalagunaan
Psikotropika, adalah :
a. Faktor lingkungan b. Faktor individu
c. Faktor social budaya d. Faktor sekolah e. Faktor zat
C. PENCEGAHAN
a)
Pencegahan meliputi:
-
Peningkatan kesehatan dan budaya hidup sehat
-
Pendewasaan kepribadian
-
Peningkatan kemampuan mengatasi masalah
-
Peningkatan harga diri,rasa percaya pada diri sendiri
-
Peningkatan hubungan intra dan kemampuan social
b)
Tujuan pencegahan -
Meningkatkan kemampuan untuk mengatasi masalah
-
Meningkatkan kemampuan untuk mengambil keputusan yang baik
-
Meningkatkan harga diri dan rasa percaya diri
-
Meningkatkan kemampuan social
-
Meningkatkan kemampuan menolak untuk menyalahgunakan narkoba
Upaya
pencegahan
penyalahgunaan
narkoba
bagi
remaja
Hindari perbuatan dan kebiasaan merokok dan minum-minuman keras Berusaha untuk mengebangkan dir,harga diri dan kepercayaan diri
Kembangkan cara berpikir alternative untuk meluruskan keyakinan yang salah.
c) Pencegahan meliputi : 1)
Pencegahan primer(primary prevention) - Tujuan:untuk
menghindari
diri
dari
pengaruh
buruk
lingkungan penyalahgunaan narkoba - Saran:kepada para anak-anak dan generasi mudah yang belum
mengenal narkoba baik didalam lingkungan sekolah maupun diluar sekolah - Kegiatan:kegiatan dibentuk penyalahgunaan dalam pendidikan
Seperti: Penyuluhan tata muka seperti ceramah dan diskusi.dan seminar - Media massa cetak surat kabar,brosir.buletin,stiker dan lain-
lain Penyuluhan Penyuluhan
pada
orang
kedalam
tua
tentang
kegiatan-kegiatan
pengsuh
anak
masyarakat
seperti:Pkk,pertemuan rutin tokoh masyarakat dan lain-lain 2)
Pencegahan sekunder(secondary prevention) - Tujuan:untuk menghindari diri dari pengaruh lingkungan
penyalahgunaan narkoba - Sasaran:ditunjukan
kepada anak-anak yang sudah mulai
mencoba-coba narkoba maka sector-sektor masyarakat dapat membantu
anak-anak
tersebut
agar
berhenti
dari
penyalahgunaan narkoba sebelum terlamba - Kegiatan:dengan
memetikberatkan pada kegiatan deteksi
secara dini terhadap anak penyalahgunaan narkoba dengan konseling perorangan dan keluarga penyalahguna narkoba
3)
Pencegahan tersier (tersiary prevention) - Tujuan:pengobatan korban narkoba dan pemulihan kondisi
fisik,mental dan morar dan social bekas korban penyalahgunaan narkoba dengan tujuan untuk mencegah jangan sampai mereka kembuh
dan
terjerumus
kembali
kedalam
masalah
penyalahgunaan narkoba. - Sasaran:ditunjukan
kepada
korban
narkoba
dan
sector
masyarakat yang biasa membantu bekas korban narkoba untuk menghindari diri dari penyalahgunaan narkoba - Kegiatan:Kegiatannya
dalam
bentuk
bimbingan
social
terhadap yang bersangkutan serta kelompok sebaya sehingga sikorban mempunyai
keinginan kuat untuk sembuh dan
memperlakukanyan secara wajar serta mengawasinya agar jangan
sbekas
korban
kembali
narkoba.
BAB II PENUTUP 3.1 Kesimpulan
kedalam
penyalahgunaan
Masalah penyalahguanaan Zat Psikotropika khususnya pada remaja adalah ancaman yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya dan suatu bangsa pada umumnya. Pengaruh NAPZA sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan pribadinya, maupun dampak sosial yang ditimbulkannya. Masalah pencegahan penyalahgunaan NAPZA bukanlah menjadi tugas dari sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan sejak dini sangatlah baik, tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan tersebut. 3.2 Saran
Harapan kami agar di negara kita terutama masyarakat umum menyadari akan bahaya memakai atau mengkonsumsi Narkotika. Peran orang tua dalam keluarga dan juga peran pendidik di sekolah sangatlah besar bagi pencegahan penanggulangan terhadap NAPZA. tidak memberikan pengaruh kepada remaja. remaja banyak terpengaruh dan terjerumus pemakaian Zat Psikotropika disebabkan : 1.
Teman sebaya memberikan kontribusi yang cukup besar kepada
remaja dalam hal ini jika orang tua perlu waspada terhadap kelompok teman sebaya anak-anaknya. 2. Perilaku pecandu zat psikotropika lebih didasarkan atas pertimbangan
emosional. Berkaitan dengan masalah tersebut upaya preventif maupun kuratif sebaiknya tidak menggunakan pendekatan kognitif seperti pemberian informasi bahaya-bahaya atau dampak negatif dari pekamakaian zat psikotropika.
DAFTAR PUSTAKA
(www.anti.or.id).
Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat (2001). Buku Pedoman Umum Tim
Pembina, Tim Pengarah & Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa. Direproduksi oleh Proyek Peningkatan Kesehatan Khusus APBD 2002.
Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo & Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.
Kozier, B (1991). Fundamental of Nursing : Concept, Process, and Prac tice.
Fourth Edition. California : Addison-Wesley Publishing Company.
Mappiare, A. (1992). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Stuart & Sundeen (1998). Principle and Practice of Psychiatric Nursing . 6