MAKALAH KARASTERISTIK MYCOPLASMAS
DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH Nama : Yusra Hanna Daulay Nim : 170301080
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS PERTANIAN Tahun Ajaran 2017/2018
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi te rhadap pembaca.
Jakarta, Maret 2015
Penyus un
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................ i Daftar Isi......................................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1 A. Latar Belakang.......................................................................................................…………..1 B. Rumusan masalah................................................................................................................... 2 C.Tujuan........................................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................…3 A. Pengertian Mikoplasma............................................................................................................3 B. Epidemiologi Mycoplasma pneumoniae..................................................................................3 C. Patologi Mycoplasma pneumoniae......................................................................................….3 D. Patogenese...................................................................................................................……….4 E. Manifestasi Klinik................................................................................................................... 4 F. Komplikasi.................................................................................................................................6 G. Gastrointestinal..........................................................................................................................6 H. Kulit......................................................................................................................................... 6 I. Darah...............................................................................................................................………7 J. Neurologi.....................................................................................................................................7 K. Kardiovaskuler......................................................................................................................... 7 L. Muskuloskeletal.................................................................................................................…….7 M. Diagnosa.................................................................................................................................. 8 N. Pengobatan............................................................................................................................... 9 O. Prognosa...................................................................................................................................10 BAB III PENUTUP.......................................................................................................................11 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikoplasma adalah mikroorganisme unisel yang sangat mirip kerjanya dengan bakteri kecuali ukurannya yang lebih kecil dan tidak memiliki dindinng sel peptidoglikan. Contoh penyakit pada manusia yang disebabkan oleh mikoplasma adalah mikoplasma pneumonia. Mycoplasma pneumoniae merupakan salah satu penyebab infeksi saluran nafas akut (ISNA) yang sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Di negara berkembang termasuk Indonesia penyebab pneumonia yang paling sering ditemui yang disebabkan oleh bakteri, sedangkan di negara maju seringkali disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae. Sekitar 30% dan semua pneumonia pada penduduk secara umum disebabkan oleh M. pneumoniae. Di negara kita laporan mengenai infeksi M.pneumonia sebagai salah satu penyebab infeksi saluran nafas akut masih sangat jarang. Ini mungkin karena kita masih terlalu disibukkan oleh tugas penanggulangan penyakit infeksi bakterial. Pada akhir tahun 1930 ditemui adanya grup pneumonia yang digambarkan tidak menyerupai bakteri tipikal dari pneumonia, karena penyebab dari pneumonia ini tidak diketahui. Gambaran radiologis paru yang tidak spesifik dan angka mortalitas yang rendah, membedakan kasus ini dari pneumonia bakterial sehingga disebut Pneumonia Atypical Primer (PAP.). Chanock dkk tahun 1969 berhasil mengisolasi penyebab pneumonia ini yang menunjukkan bahwa mikro organisme ini termasuk famili Mycoplasmatacea dari Class Mollicutes dan sejak saat itu disebut Mycoplasma Pneumonia (Baum, 1985). Ada dua jenis Mycoplasma yang menyebabkan penyakit pada manusia yaitu Mycoplasma pneumonia yang menyebabkan penyakit pada saluran nafas dan Mycoplasma urealyticum yang menyebabkan infeksi pada saluran genitalia (Mansel, 1989Tidak mempunyai dinding sel dan merupakan organisme yang terkecil yang terkenal hidup di alam bebas. Mycoplasma ini mempunyai afinitas selektif untuk sel epitel saluran nafas misalnya bronkus, bronkiolus, alveoli yang akan menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2). Insidensnya sering ditemui pada anak-anak dan dewasa muda. Puncak insiden menurut para ahli tidak banyak berbeda, ada yang mengatakan antara usia 5-20 tahun,7 usia 5-15 tahun 6,11 dan usia 10-15 tahun (Denny,1984). Penulisan ini makalah ini bertujuan agar pembaca mengetahui tentang Pneumonia mikoplasma, mengenal epidemiologi, patologi, patogenese, manifestasi klinik, komplikasi, diagnosis, pengobatan dan prognosisnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah itu Mycoplasma pneumoniae? 2. Bagaimanakah diagnosis, pengobatan dan prognosis Mycoplasma pneumoniae? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan makalah ini: 1. Menjelaskan pengertian Mycoplasma pneumoniae. 3 2. Menjelaskan diagnosis, pengobatan dan prognosis Mycoplasma pneumoniae.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mycoplasma Mycoplasma adalah mikroorganisme unisel yang sangat mirip kerjanya dengan bakteri kecuali ukurannya yang lebih kecil dan tidak memiliki dindinng sel peptidoglikan. Contoh penyakit pada manusia yang disebabkan oleh mikoplasma adalah mikoplasma pneumonia (Hata, 1990). B. Epidemiologi Mycoplasma pneumonia Infeksi M.pneumonia dapat dijumpai di seluruh dunia dan bersifat endemik. Prevalensi kasus yang paling banyak dijumpai biasanya pada musim panas sampai ke awal musim gugur yang dapat berlangsung satu sampai dua tahun. Infeksi tersebar luas dan satu orang ke orang lain dengan percikan air liur (droplet) sewaktu batuk. itulah sebabnya infeksi kelihatan menyebar lebih mudah antara populasi yang padat manusianya misalnya di sekolah, asrama, pemukiman yang padat dan kemp militer (Witjodiarjo, 1988). Laporan kasus Singer dkk menemukan dalam satu keluarga 3 anak berturut-turut masuk ke Rumah Sakit dengan keluhan gejala respiratorik yang mana sebelum masuk RS telah mendapat pengobatan Ampisilin tapi tidak menunjukkan adanya perbaikan. Setelah pemeriksaan serologik ditemui kenaikan 4 kali atau lebih titer antibodi fiksasi (Singer, 1987). Komplemen untuk Mycoplasma Pneumoniae pada ketiga anak tersebut. Masa inkubasi penyakit ini relatif lama kira-kira 2-3 minggu, itulah sebabnya biasanya dalam beberapa anggota keluarga tidak terjadi sakit dalam waktu yang bersamaan. Biasanya penyakit ini akan memakan waktu beberapa lama untuk menyebar dalam rumah tangga tersebut (Warren, 1978). M.pneumonia yang sudah lama berada pada host yang telah terinfeksi ini mungkin merupakan suatu faktor penting juga dalam penyakit epidemik yang disebabkan oleh organisme ini (Denny, 1984). C. Patologi Mycoplasma pneumonia Baru sedikit informasi yang diperoleh mengenai gambaran histopatologi infeksi M. pneumonia ini pada manusia, penyakit ini jarang menyebabkan kematian. Pada beberapa kematian yang telah pernah dilaporkan ditemui gambaran interstitial pneumonia dan bronkiolitis yaitu penebalan dinding bronkus karena edema, penyempitan pembuluh darah dan infiltrat dari sel mononuklear (Knight, 1980). 5 Adanya hiperemis pada cabang trakeobronkial dan paru pada umumnya dan pada trakea terlihat penurunan yang jelas dari aksi cilia dan diikuti dengan hilangnya cilia dan kemudian terkelupasnya sel epitelnya (Baum, 1985). D. Patogenese Peranan imunitas (kekebalan) tubuh manusia pada patogenese Pneumonia mikoplasma masih banyak yang belum jelas. Beberapa penelitian te1ah mernperlihatkan bahwa anak yang kecil mungkin telah pernah terinfeksi M. pneumoniae, tapi menunjukkan gejala klinis. Ini oleh karena antigen antibodi yang menimbulkan infiltrat kurang intensitasnya, sehingga kalau reaksi yang sangat lemah ini tidak menimbulkan gejala klinik. Tetapi apabila terjadi infeksi yang berulang akan
menyebabkan akumulasi imunitas yang sehingga gejala klinis akan nampak jelas (Wirjodiarjo, 1988). Perawatan di Chapel Hill membuktikan bahwa anak yang lebih kecil dari 5 tahun Apabila terinfeksi M. pneumoniae jarang menimbulkan gejala klinis walaupun mempunyai antibodi yang beredar, tapi limfosit yang beredar itu tidak dapat distimulir oleh antigen M. pneumoniae, sebaliknya anak umur 5 lebih selain mempunyai beredar, juga mempunyai limfosit yang respon terhadap antigen M. pneumoniae spesifik (Denny, 1984). Respon imun yang khas ditimbulkan yakni respon imun yang spesifik dan non spesifik. Respon imun yang non spesifik yaitu Antibodi Aglutinin dingin, antibodi fiksasi komplemen, dan respon imun yang spesifik yaitu pembentukan respon imun humoral dan respon imun selular. Teknik diagnostik secara serologik pada umumnya terjadinya respon imun non spesifik (Denny, 1984). E. Manifestasi Klinik Manifestasi klinis infeksi Mycoplama pneumonia sangat bervariasi dari yang ringan sampai berat bahkan ada yang dapat menimbulkan kematian (Witjodiarjo , 1989) tapi hal ini sangat jarang terjadi. Infeksi M.pneumonia yang sangat ringan atau sub klinis biasannya manifestasi klinik apapun. Sedangkan infeksi yang berat dapat menimbulkan bermacam manifestasi atau komplikasi baik respiratorik maupun non respiratorik. Diantara yang terkena infeksi M. pneumonia hanya kira-kira 5-10% yang perlu rawat mondok (Mansel, 1989) paru adalah merupakan tempat infeksi yang terutama (Denny, 1984). Penyakit ini termasuk Self limited, tapi pada keadaan tertentu atau adanya immunodefisiensi dapat mengalami komplikasi yang berat (Mansel, 1989) tanpa adanya pengobatan, ISNA berakhir (sembuh) 1-3 minggu dan Pneumonia dapat menetap sampai 4-6 minggu. Tapi dengan pengobatan yang cepat dan tepat dapat memperpendek manifestasi klinik, kira- kira setengah kali lebih cepat (Baum, 1985) gejala yang umum pada infeksi M. Pneumonia dan yang kepala, malaise (Murray, 1988). Demam merupakan manifestasi 100% (Wirjodiarjo, 1988) Penderita mengalami demam, tapi biasanya jarang lebih dari 39,5 (Murray, 1988) batuk juga diyemu hampir 100% pada penderita M. Pnemonia (Wirjodiarjo, 1988) yang bersifat paroxismal dan non produktif dan biasanya menjadi prominen 2 atau 3 hari setelah demam. Keadaan ini sering memerlukan obat batuk untuk menekan batuknya. Batuk ini dapat mengeluarkan sputum yang encer berwarna putih, tapi jarang terjadi sputum yang purulent (Murray, 1988). Malaise kirakira 75% dari penderita dan sakit kepala sering terjadi mengawali dari gejala. Beberapa pasien juga ada yang mengeluh sakit dada, pilek, serak, gemetar (Wirjodiarjo, 1988). Infeksi saluran nafas atas juga dapat menyertai infeksi. M.Pneumonia yaitu Faringitis hampir 50% dari penderita (Wirjodiarjo, 1988) infeksi telinga kira-kira 20% terdiri dari otitis media, otitis externa dan bullous myringitis, semua keadaan ini telah pernah dijumpai berhubungan dengan infeksi M.pneumonia (Denny, 1984) Atau kira-kira 1/4 â“ 1/2 dari pasien yang menderita M.pneumonia akan selalu mcnderita demam ditambah infeksi saluran nafas atas disertai myringitis, faringitis, bronkitis atau kombinasi ketiganya (Mansel, 1989). Pada pemeriksaan fisik (auskultasi) ditemui ronki basah hampir pada 75% dari kasus yang biasanya di sebelah bawah paru kanan (Har, 1985). Har dkk menemui ronki 66% dari kasus.
F .Komplikasi Komplikasi yang berat dapat terjadi pada keadaan tertentu tapi jarang, misalnya SwyerJames Syndrom atau Mc Leod Syndrom, ( Witjodiarjo, 1988) massive pleural effusi, Pulmonari fibrosis, Bronkiolitis obliterans dan Respiratori distress syndrom pada dewasa (Mansel, 1989) yang dapat menyebabkan kematian. Komplikasi extra pulmonal biasanya terjadi sebagai komplikasi dan penyakit pulmonal, tapi pada beberapa kasus tidak ditemui gejala pneumonia. Di Sini diagnosa ditegakkan hanya dengan pemeriksaan kultur yang positif dari M.pneumonia (Baum, 1985) atau adanya kenaikan empat kali atau lebih dari titer antibodi komplemen fiksasi terhadap M.pneumonia (Chusid, 1973). G. Gastrointestinal Komplikasi Gastrointestinal jarang, gejala yang ringan dapat berupa diare, mual, muntah dan anoreksia (Witjodiarjo, 1989) Mansel dkk pernah menemui kasus dengan hepatomegali dan hepatosplenomegali pada penelitiannya (Mansel, 1989). H. Kulit Komplikasi Pada kulit jarang, (Hata, 1990) dan biasanya bersifat sementara terlihat rash yang bervariasi dari makular, vesikular sampai eritema multiforme mayor (Stevens Johnson Syndorm). Beberapa pasien dengan M.pneumonia mendapat lesi yang melepuh pada mulut, mata, kulit,7 laporan kasus adanya dijumpai lest bullous pada seluruh muka, telapak tangan dan kaki, bibir yang edema dan pecah-pecah yang berdiameter antara 3 mm.-4 cm.l,l7 Umumnya, lesi ini akan sembuh sempurna tanpa meninggalkan cacat apabila diobati dengan baik, 1,7 tapi apabila lesi sudah mengenai cornea dapat menyebabkan kebutaan (Baum, 1985). J. Darah Hemolitik Anemi dapat terjadi pada pasien yang mempunyai titer Aglutinin dingin yang sangat tinggi, yang menyebabkan hemolisa yang cepat dan berat, (Baum, 1985). Penurunan angka hematokrit sampai 50%, keadaan ini dapat terjadi pada minggu ke 2-3 dari perjalanan penyakitnya (Baum, 1985). J. Neurologi Aseptik meningitis, meningoencephalitis, Guillen Barre Syndrom (Baum, 1985) tapi komplikasi ini jarang ditemui. Warren melaporkan kasus Poliomyelitis dengan adanya peninggian titer Aglutinin dingin dan Antibodi komplemen fiksasi terhadap M.pneumonia (Warren, 1978) Ataksia cerebellar yang berat pernah dijumpai pada M.pneumonia (Mansel, 1989).
K. Kardiovaskular
Komplikasi kardiovaskular jarang dijumpai, tapi perikarditis, miokarditis, rheumatic fever-like syndrom pernah dijumpai (Denny, 1980) tapi biasanya dapat sembuh tanpa menimbulkan sequele (Baum, 1985). L. Muskuloskeletal Artralgia merupakan komplikasi yang sering pada Muskulosketal, sedangkan artritis adalah kompIikasi yang paling jarang terjadi. Apabila keadaan ini terjadi maka artritis. akan berlanjut lebih lama, sedangkan manifestasi klinik yang lain sudah menghilang (Baum, 1985). M. Diagnosa Secara umum kita akan curiga adanya infeksi M. pneumoniae apabila ditemui : Pneumonia pada anak usia sekolah dan dewasa muda terutama dengan batuk paroximal sebagai gejala awal (Baum, 1985). · Penderita dengan gejala klinik sesuai dengan Pneumonia tapi tidak memberi respon terhadap pemberian antibiotika golongan enicillin. · Pneumonia interstisial yang terjadi pada dewasa muda · Gejala klinis sesuai dengan gejala Pneumonia, tapi pemeriksaan darah hitung leukosit normal Pemeriksaan laboratorium, hitung leukosit biasanya dalam batas normal atau sedikit meninggi (Denny, 1984) Kultur dari sputum atau hapusan tenggorokan, dengan menemukan M.pneumonia adalah merupakan diagnosa pasti, tapi hal ini tidak dapat dilakukan secara rutin oleh karena memakan waktu yang lama, 2-3 minggu baru ada pertumbuhan kuman, sehingga tidak dapat dipakai sebagai diagnosa untuk membenkan terapi inisial (Baum, 1985). Beberapa peneliti mengatakan bahwa pemeriksaan serologik lebih unggul dibandingkan dengan pemeriksaan isolasi atau kultur.) Pemeriksaan serologik dengan cara mengukur titer antibodi spesifik terhadap M.pneumonia dalam serum penderita merupakan diagnostik yang cukup sensitif dan spesifik (Baum, 1985). Pemeriksaan serologik yang umum dipakai saat ini adalah pemeriksaan terhadap antibodi IgM spesifik. Antibodi Ig G spesifik, Antibodi f1uoresense, Inhibisi pertumbuhan, fiksasi komplemen dan Aglutinin dingin (Baum, 1985). Metode yang dipakai untuk pemeriksaan serologik ialah Efisa (Enzym linked immunosorbent assay) atau EIA (Enzym immuno assay).4,18 Kriteria diagnosa serologik adalah : 1. Peningkatan empat kali lipat atau lebih dari titer antibodi fikasasi komplemen terhadap M.pneumnioa (Williams, 1982) 2. Titer tunggal sama atau lebih besar dari 1: 160 ( Har, 1985) 3. Pemeriksaan titer serum biasa digunakan sepasang serum, dimana serum pertama diambil pada fase akut dan serum kedua pada fase konvalesent (Wirjodiarjo, 1988) diagnosa ditegakkan jika titer serum kedua sedikitnya naik dua kali lipat titer serum pertama. Beberapa peneliti mendapatkan kenaikan titer serum kedua 4 kali lipat dan titer serum pertama (Chusid, 1973) Mansel dkk menjumpai Antibodi IgM spesifik terhadap M.Pneumonia positif pada 93% infeksi yang aktif (Mansel, 1989).
Tapi Aglutinin dingin ini tidak spesifik untuk M.Pneumonia karena dapat positif juga. pada penyakit lain, misalnya pada penyakit hemolitik anemi, penyakit liver dan virus lainnya (Witjodiarjo, 1989) Diagnosa cepat untuk M.Pneumonia saat sekarang ini yaitu dengan DNA probe test Hata dkk menemui nilai khusus untuk mendeteki infeksi M.Pneumonia. DNA probe test mempunyai sensitivitas 76% dan sensitivitas 91,7% dibandingkan dengan kultur (Hata, 1990). N. Pengobatan 1. Antibiotik Ampisilin tidak sensitif terhadap infeksi M.Pneumonia ini, karena memperlihatkan sensitivitas terhadap Eritromisin dan Tetrasiklin (Baum, 1985) obat ini merupakan drug of choice untuk M.Pneumonia.16 Pada anak yang lebih kecil dari 10 tahun obat pilihan adalah eritromisin, sedangkan Tetrasiklin dianjurkan oleh karena adanya efek samping terhadap anak. Obat baru saat sekarang ini yang banyak dipakai adalah Roxytromycin yaitu Antibiotik dari golongan Makrolide ternyata cukup efektif terhadap M.pneumonia dengan efek samping yang sedikit dengan pemberian yang sederhana dengan dosis 5-10 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis diberi per ora1, diberikan selama 7-14 hari (Williams, 1982) Steroid dapat diberi bila ditemui komplikasi Stevens-Johnson Syndrom (Stutman, 1987). II. Simptomatik, yaitu : - Istirahat - analgetik/antipiretik - Antitussive - Asupan cairan O. Prognosa Infeksi M. pneumonia pada umunya baik, tetapi beberapa laporan kasus ada yang fatal dengan adanya immunodefisiensi. BAB III PENUTUP Mikoplasma adalah mikroorganisme unisel yang sangat mirip kerjanya dengan bakteri kecuali ukurannya yang lebih kecil dan tidak memiliki dindinng sel peptidoglikan. Contoh penyakit pada manusia yang disebabkan oleh mikoplasma adalah mikoplasma pneumonia. M. pneumonia merupakan salah satu penyebab infeksi saluran nafas akut dan penyebab pneumonia yang paling sering dijumpai pada usia sekolah dan dewasa muda. Diagnosa ditegakkan dengan kombinasi manifestasi klinik, radiologik dan pemeriksaan serologik. Pengobatan memberi hasil yang cukup baik dengan Eritromisin, Tetrasiklin dan Roxitromycin. Pneumonia merupakan penyakit yang Self limited, tetapi pada keadaan tertentu dapat menyebabkan komplikasi yang berat dan Prognosa pada umumnya baik.
BAB III Kesimpulan
A . Kesimpulan Mycoplasma pneumonia adalah salah satu jenis atipikal pneumonia. Mycoplasma pneumonia adalah infeksi bakteri di saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae. Mycoplasma pneumonia kadang dianggap sebagai infeksi yang agak ringan, namun gejalanya dapat berlangsung lama jika radang paru-paru tidak segera diobati dengan benar dan cepat. Gejala Gejalanya biasanya ringan dan muncul selama periode 1 sampai 3 minggu. Mereka mungkin menjadi lebih parah pada beberapa orang. Gejala umum meliputi: sakit kepala, demam (mungkin tinggi), menggigil, keringat berlebihan, batuk kering, batuk berlendiri. nyeri dada, atau sakit tenggorokan. Gejala yang jarang muncul pada penderita antara lain: ruam pada kulit, mata sakit atau nyeri, nyeri otot dan kekakuan sendi, benjolan di leher, dan sakit telinga. Pencegahan Bayi dan orang-orang yang kesehatan rentan, pengidap HIV, pasien yang dengan transplantasi organ, atau kondisi lain, harus menghindari kontak dengan orang-orang dengan Mycoplasma pneumonia.
DAFTAR PUSTAKA Chusid,MJ, Lachman BS, Lazerson,J : Severe mycoplasma pneumonia and vesicular eruption, in SC hemoglobinopathy. J. Pediatrics 93 : pp 449-451,1973 Murray JF. : Atypical pneumonia syndrome, in Murray J.F, Madel J.A.Text Book of Respiratory medicine. WB.Saunders Company, Philadelphia pp :837-839, 1988 Witjodiarjo, M.; Ghazali M.V., Said M, ; Boediman,I, ; Rahajoe, N.N.: Pengalaman tentang pemakaian Roxitromycin untuk ISNA bagian bawah pada anak. Simposium Infeksi Saluran nafas Akut, Beberapa segi kIinis praktis penanggulangannya, Jakarta 18 February 1989. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. M.; Sigarlaki JM., Boediman L, Rahajoe,N.N.; Mycoplasma sebagai penyebab infeksi saluran nafas akut (ISNA) pada anak . MKI 38, hal 518-522, 1988 Mansel JK., Rosenow E.C., Smith F.T. and Martin, .J.W. : Mycoplasma pneumoniac, Chest 95 :pp 639-646, 1989 Williams, H.E. : Mycoplasma pneumoniae pneumonia, in Phelan, P.D.,Court D, Respiratory illness in children. Blackwell scientific Publications Oxford, pp :53-54,1982