1
ii
Makalah Mesin Produksi Dalam
Pengecoran atau Penuangan (Casting)
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah Program Studi Teknik Perancangan dan Konstruksi Mesin Jurusan Teknik Mesin
Disusun Oleh :
Eldi Amrillah NIM: 111234006
Muh Khoerul Umam NIM: 111234020
Valianto Sitanggang NIM: 111234032
Politeknik Negeri Bandung
Desember, 2014
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mesin produksi dengan judul "Pengecoran atau Penuangan (Casting)".
Makalah mesin produksi ini disusun untuk memenuhi salah satu mata perkuliahan pada semester 7 pada jenjang pendidikan diploma empat (D-4) pada Program Studi Teknik Perancangan dan Konstruksi Mesin,Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bandung.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan rasa terima kasih yang tak terkira kepada kedua orang tua tercinta yang telah membesarkan, mendidik penulis dengan pelita kehidupan, do'a dan kasih sayang serta dukungan moril maupun materiil kepada penulis.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak menerima bantuan berupa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna adanya, karena masih banyak kekurangan baik dari segi ilmu maupun susunan bahasanya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan laporan ini.
Akhirul kalam, semoga karya akhir ini dapat lebih bermanfaat bagi kami dan bagi semua pihak yang membutuhkan. Semoga Allah SWT selalu melindungi, memberikan hidayah dan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin.
Bandung, Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1Latar Belakang 1
1.2 Target dan Tujuan 1
1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah 1
1.4 Sistematika Laporan 1
BAB II TINJAUAN PUSTSKA 3
2.1 Mesin Produksi.............................................................................................3
2.2 Pengertian Pengecoran atau Penuangan (Casting) 13
BAB III ISI DAN PEMBAHASAN 15
3.1 Metoda Penuangan 15
3.2 Perhitungan Biaya proses casting 32
BAB IV PENUTUP..............................................................................................39
KESIMPULAN................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................42
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembuatan makalah mesin produksi "Pengecoran atau Penuangan (Casting) dilatar belakangi oleh lingkup khusus program studi D4 TPKM yaitu perancangan yang mana sangat erat kaitannya dengan proses produksi. Seorang perancang diharuskan mengetahui berbagai jenis produksi sebuah produk atau alat agar rancangannya mudah diproduksi.
Target dan Tujuan
Target dan tujuan dari pembuatan makalah mesin produksi "Pengecoran atau Penuangan (Casting) yaitu untuk mengetahui sistem kerja dari proses pengecoran itu sendiri serta mengetahui berapa biaya produksi yang dibutuhkan dalam proses pengecoran.
1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
A. Rumus teoritik untuk menuangkan material cair
B. Waktu yang diperlukan material cair untuk menjadi padat
C. Biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengecoran
1.4 Sistematika Laporan
Sistematika penulisan laporan penelitian sesuai dengan sistematika penulisan yang ditetapkan untuk memudahkan penelitian yaitu sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, asumsi-asumsi, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang studi kepustakaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan dapat digunakan sebagai acuan teori dan dasar dari pemecahan masalah yang dilakukan.
BAB III ISI DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang inti dari masalah yang dibahas dan sedikit pembahasan lebih dalam terhadap hal tersebut.
BAB IV KESIMPULAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dan pengolahan data.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTSKA
Mesin
Dalam menghadapi persaingan yang sangat kompetitif, perusahaan industri diharuskan membuat suatu produk yang sesuai dengan permintaan konsumen, baik spesifikasi maupun jumlahnya, oleh karena itu penggunaan mesin mutlak diperlukan. Penggunaan mesin yang tepat untuk proses produksi akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi suatu proses produksi, apabila mesin yang digunakan tidak memiliki spesifikasi yang sesuai dengan hasil output yang diharapkan, maka proses produksipun akan terganggu.
Dengan tidak terganggunya suatu proses produksi, maka mesin akan mampu beroperasi secara optimal dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan volume kegiatan dari mesin tersebut.
Pengertian Mesin Ditinjau Dari Segi Akuntansi
Sebelum penelitian ini menginjak kepada pengertian tentang Volume Kegiatan Mesin , terlebih dahulu akan diuraikan pengertian Mesin.
Menurut pendapat Sofyan Assaury dalam bukunya yang berjudul Manajement Produksi , mesin dapat diartikan sebagai berikut :
"Mesin adalah peralatan yang di gerakan oleh suatu kekuatan atau tenaga yang dipergunakan untuk membantu manusia dalam mengerjakan produk atau bagian-bagian produk tertentu." "(1999;75)
Sedangkan menurut pendapat Vincent Gaspersz dalam bukunya yang berjudul Manajemen Produktifitas Total mesin dapat diartikan sebagai berikut :
"Mesin adalah input dalam proses produksi yang membutuhkan energi untuk menjalankan aktivitas proses produksi, energi yang dimaksud adalah energi dalam bentuk bahan bakar, minyak pelumas, tenaga listrik, air untuk keperluan pabrik dll."(2000;45)
Dari kedua pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa mesin adalah peralatan yang digunakan dalam proses produksi, digerakan oleh suatu kekuatan atau energi seperti listrik, bahan bakar minyak atau tenaga air yang bertujuan untuk membantu manusia dalam proses produksi.
Mesin dipergunakan oleh suatu perusahaan manufaktur dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas buruh (tenaga kerja) dan memperbanyak produk baik variasi atau ragam maupun jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Mesin merupakan harta yang dimiliki oleh perusahan dalam bentuk aktiva tetap yang berwujud, sedangkan pengertian aktiva tetap itu sendiri menurut Soemarso S.R dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Suatu Pengantar adalah sebagai berikut :
"Aktiva tetap adalah aktiva yang. (1) Jangka waktu pemakaianya lama. (2) Digunakan dalam kegiatan perusahaan (3) Dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta (4) Nilanya cukup besar."(1992;23)
Sedangkan pengertian aktiva tetap menurut PSAK No. 16 adalah sebagai berikut:
"Aktiva tetap adalah aktiva yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun."(2002;16.16)
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap adalah harta atau aset yang dimiliki oleh perusahaan dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu dengan tujuan tidak untuk dijual kembali, memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun, serta digunakan dalam operasi normal perusahaan. Begitupula dengan mesin diperoleh dalam siap pakai atau dibangun terlebih dahulu (perakitan), dipergunakan dengan tujuan tidak untuk dijual kembali serta dipergunakan dalam proses produksi normal perusahaan.
Sesuai dengan PSAK No 17 tentang ketentuan-ketentuan aktiva tetap yang harus disusutkan, maka mesin yang merupakan aktiva tetap berwujud perusahaan harus pula disusutkan dengan menggunakan metode yang sistematis dan konsisten. Adapun metode penyusutan yang dikemukakan dalam PSAK No. 17 paragraf 09 adalah :
"1. Berdasarkan waktu.
Metode garis lurus (Straight-line methode)
Metode pembebanan yang menurun.
- Metode jumlah angka tahun (Sum- of- the – years – digit methode)
- Metode saldo menurun/ saldo menurun ganda (Declining/ double- declining methode)
Berdasarkan penggunaan.
Metode jam jasa (Service-hours methode)
Metode jumlah unit produksi (Produktive-output methode)
Berdasarkan kriteria lainnya
Metode berdasrkan jenis dan kelompok (Group and composite methode)
Metode anuitas (Annuity methode)
Sistem persediaan (Inventory systems)."(2002;16.17)
Dari uraiaan diatas dapat disimpulkan bahwa mesin adalah harta yang dimiliki oleh perusahaan dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dulu dengan tujuan tidak untuk dijual kembali, digunakan dalam proses produksi yang digerakan oleh suatu kekuatan atau energi dan berdasarkan ketentuan PSAK No. 17 mesin yang diperlakukan sebagai aktiva tetap harus pula disusutkan dengan menggunakan metode penyusutan yang dibenarkan dengan cara sistematis dan kosisten. Dalam neraca laporan keuangan, informasi mesin disajikan dalam sisi aktiva didalam pos aktiva tetap.
Jenis-Jenis Mesin
Untuk melaksanakan proses produksi yang sesuai dengan spesifikasi barang yang akan diproduksi, maka mesin yang akan dipergunakanpun harus sesuai dengan spesifikasi dari barang tersebut.
Pemilihan jenis mesin yang akan dipergunakan dalam proses produksi memiliki peranan yang sangat penting, diantaranya untuk menjamin bahwa mesin yang dipergunakan dapat menghasilkan barang yang sesuai dengan kebutuhan pasar, mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan dengan diberdayakannya penggunaan mesin dalam proses produksi tersebut.
Walaupun sebenarnya jenis-jenis mesin yang ada banyak variasinya, tetapi pada prinsipnya jenis mesin dapat dibedakan atas dua macam yaitu : mesin yang bersifat umum dan mesin yang bersifat khusus.
Menurut pendapat Sofyan Assaury dalam buku yang berjudul Manajemen Produksi menyebutkan bahwa mesin menurut sifatnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Mesin yang bersifat umum diartikan sebagai suatu mesin yang dibuat untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tertentu untuk berbagai jenis barang/ produk atau bagian dari produk.
2. Mesin yang bersifat khusus adalah mesin yang dirancang dan di buat untuk mengerjakan satu atau beberapa jenis kegiatan yang sama.
Dari pengertian tentang jenis-jenis mesin diatas dapat disimpulkan bahwa mesin yang bersifat umum digunakan untuk memproduksi suatu produk yang memiliki tingkat spesifikasi yang rendah sehingga mesin tersebut mampu memproduksi berbagai jenis barang dengan spesifikasi yang hampir sama, sedangkan mesin yang bersifat khusus adalah mesin yang mampu memproduksi barang yang tingkat spesifikasinya cukup tinggi, sehingga mesin ini hanya mampu memproduksi satu jenis barang atau satu jenis bagian suatu barang.
Volume Kegiatan Mesin
Sesuai dengan tujuan perusahaan untuk tetap mempertahankan eksistensinya dalam dunia industri, maka setiap perusahaan terutama perusahaan industri harus terus-menerus mengadakan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik.
Perubahan itu berlaku pula dalam kegiatan volume produksi, yang berarti perubahan dalam volume kegiatan mesin, perubahan ini didorong oleh beberapa faktor diantaranya adalah memenuhi kebutuhan konsumen, memelihara pangsa pasar dan memperbaharui produk yang sudah ada. Tetapi pada intinya perubahan kegiatan perusahaan didorong oleh keinginan perusahaan untuk melakukan perbaikan dari periode sebelumnya. Tingkat kegiatan pada setiap unit perusahaan dikenal dengan istilah volume kegiatan.
Menurut beberapa pendapat, volume kegiatan dapat dijadikan dasar dalam perhitungan BOP ataupun dapat dipandang sebagai faktor terjadinya biaya dalam suatu kegiatan ( Cost Driver).
Menurut pendapat Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Biaya Volume kegiatan dapat dipandang sebagai berikut :
"Volume kegiatan mesin dapat dijadikan dasar untuk penggolongan Biaya Overhead Pabrik (BOP) menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan . yang dibagi menjadi tiga golongan yaitu BOP tetap, BOP variable, BOP semi variabel." (2000; 209)
Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwa volume kegiatan dapat dijadikan dasar penggolongan biaya overhead pabrik yang digolongkan dalam tiga jenis BOP yaitu : BOP tetap adalah BOP yang tidak berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu, BOP variable adalah BOP yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan, BOP semi variable adalah BOP yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Sedangkan menurut pendapat Hongren, Datar dan Foster dalam bukunya Cost Accounting volume kegiatan dapat dipandang sebagai Cost Driver, Cost Driver dapat diartikan sebagai berikut :
"A cost driver is a variable, such as the level of activity or volume, that causally affect cost over a given time span, that is, there is a cause and effect relationship betweena change in the level of avtivity or volume and a change in the level of total cost" (2003;34)
Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa cost driver (pemicu biaya) adalah biaya variabel, seperti tingkatan aktivitas atau volume, karena cost driver dapat mempengaruhi atas biaya yang telah ditentukan, suatu cost driver dapat menyebabkan dan memepengaruhi hubungan antara suatu perubahan di dalam tingkatan aktivitas atau volume dan suatu perubahan di dalam tingkatan total biaya.
Menurut Blocher, Chen dan Lin dalam bukunya yang berjudul Cost Management yang diterjemahkan oleh Susty Ambarriani, Cost Driver dapat diartikan sebagai berikut :
"Pemicu biaya yang dapat digunakan untuk membebankan biaya aktivitas kepada output yang secara struktural berbeda dengan system biaya konvensional."(1999;72)
Dari uraian diatas dapt disimpulkan bahwa volume kegiatan dapat di pandang sebagai Cost Driver atau faktor penyebab biaya dan dapat pula dijadikan dasar sebagai penggolongan BOP menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
2.1.4 Perencanaan Reparasi dan Pemeliharaan
Setiap kegiatan di bidang industri maupun bidang-bidang yang lain termasuk di dalamnya. Kegiatan reparasi ataupun pemeliharaan merupakan suatu aktivitas yang mutlak diperlukan demi terjaminnya suatu proses produksi yang lancar.
Menurut pendapat Suwandi Suparlan dalam modul Perawatan Mesin: Planned maintenance diartikan sebagai berikut :
"Suatu pekerjaan dalam bidang maintenance yang terorganisir dan dilakukan dengan melihat jauh kedepan yang menyangkut juga masalah pengendalian dan pendapatan."(1999;4)
Menurut Suwandi Suparlan dalam modul yang sama keuntungan dengan adanya perencanaan pemeliharaan yaitu:
" (1) Berkurangnya kemungkinan terjadinya perbaikan atau perawatan darurat. (2) Berkurangnya waktu terhentinya mesin (down-time). (3) Kesiapan instalansi untuk berproduksi bertambah. (4) berkurangnya penggantian sparepart yang tidak diperlukan. (5) Terjaminnya kerja mesin selama proses produksi."(1999;45)
Menurut pendapat Suwandi Suparlan dalam modul yang sama kerugian-kerugian yang ditimbulkan dengan tidak adanya perencanaan pemeliharaan yang baik adalah sebagai berikut :
"(1) Pekerjaan atau proses produksi tidak selesai. (2) Terjadinya keterlambatan. (3) Terjadinya kerugian material yang diakibatkan oleh berhentinya proses produksi akibat dari tidak beroperasinya mesin dikarenakan perawatan yang tidak direncanakan. (4) Terjadinya interupsi pekerjaan (pemberhentian sementara waktu produksi). (5)Terjadinya kekurangan dan kelebihan pekerjaan. (6)Terjadinya ketidak efisienan kinerja." (1999;54)
Langkah-langkah yang perlu diambil menurut Suwandi Suparlan untuk membuat perencanaan pemeliharaan yang efektif dalam modulnya yaitu :
"(1) Tentukan jenis pekerjaan yang akan dilakukan. (2) Buat rencana kerja untuk mengatasi pekerjaan yang telah ditentukan diatas. (3) Tentukan jumlah pekerja terampil yang diperlukan. (4) Tentukan waktu yang diperlukan. (5) Rencanakan dan lakukan pemesanan suku cadang dan material lain yang diperlukan. (6) Buat urutan prioritas pekerjaan, misalnya keadaan mergency, urgent,deferrable. (7) Hitung biaya yang diperlukan. (8) Buat perintah kerja." (1999;54-55)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan suatu pekerjaan pemeliharaan yang terorganisir dengan melihat jauh kedepan yang menyangkut juga masalah pengendalian dan pendapatan akan mengurangi kemungkinan terjadinya reparasi atau pemeliharaan darurat, berkurangnya downtime mesin, bertambahnya kesiapan instalasi untuk berproduksi, berkurangya pemakiaan sparepart dan terjaminnya kinerja mesin selam proses produksi.Apabila pekerjaan reparasi dan pemeliharaan tidak terorganisir maka dapat mengakibatkan proses produksi tidak selesai, terjadinya keterlambatan, kerugian material, terjadinya downtime mesin dan pada akhirnya akan mengkibatkan ketidak efisienan kinerja perusahaan.
Pengorganisasian kegiatan reparasi dan pemeliharaan akan berjalan dengan baik apabila perusahaan memperhatikan jenis reparasi yang akan dilakukan,membuat rencana kerja, memetukan jumlah tenaga terampil, menentukan waktu kegiatan tersebut, membuat urutan prioritas pekerjaan dan membuat perintah kerja.
2.1.5 Pengaruh Volume Kegiatan Mesin Terhadap Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Dalam perusahaan manufaktur, kelancaran proses produksi merupakan hal penting untuk dapat mencapai target produksi, oleh karena itu segala sesuatu yang berkaitan baik langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi harus benar-benar diperhatikan. Perusahaan manufaktur yang dalam proses produksinya menggunakan mesin harus dapat menyiapkan mesin berada dalam kondisi yang baik dan mampu bekerja secara optimal sebelum proses produksi dimulai, untuk itu kegiatan reparasi dan pemeliharaan yang teratur dan efektif harus diselenggarakan.
Pemeliharaan yang akan dilaksanakan dapat merupakan pemeliharaan corrective, prediktive atau pemeliharaan yang bersifat preventive tergantung kepada kondisi perusahaan dan kondisi mesin yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi jenis pemeliharaan ini bukanlah pilihan jika perusahaan benar-benar ingin menkaga aset yang dimiliki oleh perusahaan, maka perusahaan harus mengaplikasikan ketiga jenis pemeliharaan tersebut yang mampu menjamin mesin selalu berada dalam kondisi siap pakai dalam kegiatan proses produksi.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa volume kegiatan merupakan tingkat kegiatan pada suatu periode serta biaya reparasi dan pemeliharaan merupakan biaya yang timbul akibat adanya aktivitas reparasi dan pemeliharaan, dengan demikian munculnya reparasi adalah karena suatu alat mesin digunkan, maka kegiatan mesin merupakan penyebab dari adanya biaya reparasi dan pemeliharaan. Maka jika terjadi perubahan volume kegiatan mesin akan menyebabkan perubahan biaya reparasi dan pemeliharaan mesin yang dibutuhkan.
Pengertian Pengecoran atau Penuangan (Casting)
Pengecoran atau penuangan (casting) merupakan salah satu proses pembentukan bahan baku/bahan benda kerja yang relative mahal dimana pengendalian kualitas benda kerja dimulai sejak bahan masih dalam keadaan mentah. Komposisi unsur serta kadarnya dianalisis agar diperoleh suatu sifat bahan sesuai dengan kebutuhan sifat produk yang direncanakan namun dengan komposisi yang homogen serta larut dalam keadaan padat.
Proses penuangan juga merupakan seni pengolahan logam menjadi bentuk benda kerja yang paling tua dan mungkin sebelum pembentukan dengan panyayatan (chipping) dilakukan. Sebagai mana ditemukan dalam artifacts kuno menunjukkan bukti keterampilan yang luar biasa dalam pembentukan benda dari bahan logam dengan menuangkan logam yang telah dicairkan (molten metals) kedalam cetakan pasir khusus menjadi bentuk tertentu.Pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir juga merupakan teknologi yang menuangkan larutan cair dari logam secara hati-hati kedalam cetakan pasir yang sudah dipersiapkan dengan hasil yang mendekati sempurna.
Dalam perkembangannya pembentukan benda kerja melalui penuangan ini tidak hanya pada lingkup seni dan konsumsi kalangan aristocrat semata, namun juga pada pengembangan teknologi penuangan itu sendiri termasuk pengembangan peralatan dan mesin-mesin perkakas moderen sebagaimana yang kita gunakan pada saat ini, sehingga metoda penuangan dengan cetakan pasir (sand casting) menjadi salah satu metoda penuangan dimana berbagai metoda penuangan tersebut antara lain meliputi :
Sand casting (penuangan dengan cetakan pasir)
Die casting (penuangan dengan cetakan matres)
Centrifugal casting (penuangan dengan cetakan putar)
Continuous casting
Shell moulding
Investment casting.
BAB III
ISI DAN PEMBAHASAN
Metoda Penuangan
Sand Casting (Penuangan dengan Cetakan Pasir).
Proses pembentukan benda kerja dengan metoda penuangan logam cair kedalam cetakan pasir (sand casting), secara sederhana cetakan pasir ini dapat diartikan sebagai rongga hasil pembentukan dengan cara mengikis berbagai bentuk benda pada bongkahan dari pasir yang kemudian rongga tersebut diisi dengan logam yang telah dicairkan melalui pemanasan (molten metals). Proses pembentukan cetakan pasir ini harus dilakukan secara hati-hati dan memperlakukannya seperti mendirikan periuk emas murni atau perak atau tembaga. Kendati sekarang telah benar-benar mampu melakukan loncatan kemampuan dalam pekerjaan pengecoran (casting) seperti pembuatan sejumlah poros luar dari mesin kapal laut Queen Mary yang sangat besar dan panjang juga rel kereta api.
Cetakan pasir untuk pembentukan benda tuangan melalui pengecoran harus dibuat dan dikerjakan sedemikian rupa dengan bagian- bagian yang lengkap sesuai dengan bentuk benda kerja sehinggadiperoleh bentuk yang sempurna sesuai dengan yang kitA kehendaki. Bagian-bagian dari cetakan pasir ini antara lain meliputi:
Pola, mal atau model (pattern), yaitu sebuah bentuk dan ukuran benda yang sama dengan bentuk asli benda yang dikehendaki, pola ini dapat dibuat dari kayu atau plastik yang nantinya akan dibentuk pada cetakan pasir dalam bentuk rongga atau yang disebut mold jika model ini dikeluarkan yang kedalamnya akan dituangkan logam cair.
Inti (core), inti ini merupakan bagian khusus untuk yang berfungsi sebagai bingkai untuk melindungi struktur model yang akan dibentuk, dengan demikian keadaan ketebalan dinding, lubang dan bentuk-bentuk khusus dari benda tuangan (casting) tidak akan terjadi perubahan.
Cope, yaitu setangah bagian dari bagian atas dari cetakan pasir.
Drag, yakni setengah bagian bawah dari cetakan pasir tersebut.
Gate ialah lubang terbuka dimana dituangkannya logam cair kedalam cetakan diatara core dan drag
Riser ialah lubang pengeluaran yang disediakan untuk mengalirnya sisa lelehan logam cair dari dalam cetakan sertasedikit reserve larutan logam cair
Komponen-komponen utama untuk pembuatan cetakan tersebut diatas merupakan komponen utama yang digunakan dalam pembuatan cetakan untuk pengecoran logam. Kelengkapan lainnya adalah Chaplet, yakni kelengkapan pendukung Cores, walaupun pemakaian pendukung cores ini dianggap kurang praktis, dan beberapa peralatan yang lain tidak ada dalam perdagangan.
Bahan Cetakan dan Bahan Teras
Pasir Cetakan
Cetakan dan teras merupakan bagian yang akan bekerja menerima panas dan tekanan dari logam cair yang dituang sebagai bahan produk,oleh karena itu pasir sebagai bahancetakan harus dipilih sesuai dengankualifikasi kebutuhan bahan yang akan dicetak baik sifat penuangannyamaupun ukuran benda yang akan dibentuk dalam penuangan ini dimanasemakin besar benda tuangan maka tekanan yang disebut tekananmetallostatic akan semakin besar dimana cetakan maupun teras harusmemiliki kestabilan mekanis yang terandalkan. Beberapa jenis bahan cetakan dan teras yang sering digunakan antara lain :
Pasir tanah liat
Pasir kering
Pasir basah
Pasir minyak
Pasir dammar buatan (resinoid)
Pasir kaca air
Pasir semen
Die Casting
Sebagaimana telah bahas pada uraian terdahulu tentang proses pengecoran denga cetakan Logam, bahwa cetakan logam ini dirancang tidak saja pada bentuk benda kerja yang dikehendaki akan tetapi karakteristik serta kualitas dari benda tuangan itu sendiri pentingmenjadi pertimbangan dimana kualitas dari benda tuangan ini juga dipengaruhi oleh proses penuangan yang dilakukannya. Proses penuangan sebagaimana dilakukan dengan sentrifugal casting memiliki tujuan tertentu yang berbeda dengan proses penuangan dengan metoda yang lain, antara lain metoda penuangan pada dies casting ini dibedakan menjadi dua selain metoda sentrifugal yang telah diuraikan diatas, antara lain :
1. Pressure die casting
2. Gravity die casting
Pressure die casting
Pressure die casting merupakan salah satu proses pengecoran yang cepat, dimana proses pengecoran dilakukan pada mesin penekan yang akan menekan logam cair kedalam cetakan, mesin ini juga dilengkapi dengan bagian yang dapat membuka dan menutup cetakan untuk memudahkan dalam melepaskan hasil cetakan dari benda tuangan. Tentu saja dengan mesin yang otomatis ini akan menghasilkan benda tuangan yang memiliki tingkat akurasi tinggi, namun demikian proses ini hanya cocok digunakan pada proses pengecoran benda-benda yang berukuran kecil dimana ukuran kapasitas mesin yang biasanya terbatas serta tidak dapat dilakukan pada semua jenis bahan logam tuangan dan sangat baik digunakan dalam pengecoran bahan paduan seng (zinc base alloy). Gambar berikut illustrasi yang memperlihatkan prinsip kerja pengecoran dengan metoda pressure die casting.
Proses pengecoran dengan pressure die casting (injection moulding) dilakukan dengan langkah-langkah sebagaimana diperlihatkan pada gambar illustrasi berikut, antara lain:
Sesuai gambar :
A. Pemasangan dan penyesuaian kedudukan die pada mesin injeksi (injection moulding machine)
B. Penyetelan posisi dari kedua bagian dies yang biasanya dalam pembentukan bagian luar dari dies diberi tanda penyesuai antara keduanya.
C. Proses Injeksi yakni memasukan bahan tuangan (logam cair) ke dalam rongga cetakan.
D. Tekanan dihentikan jika lubang-lubang saluran dibelakang telah terisi melepaskan tekanan dengan menggeser bagian cetakan (moving platen)
E. Benda tuangan dapat dikeluarkan.
Gambar III.1 Pressure Die Casting
Dies dibuat melalui proses pembentukan dipemesinan sesuai dengan bentuk yang dikehendaki, bagian dari badan dies disesuaikan dengan bentuk kedudukan pada Mesin injeksi yang digunakan atau dapat disesuaikan dengan pamakaian Jig
Gambar III.2 Skematik diagram dari proses injection molding dalam operasi kerja dimana mold dalam keadaan tertutup
Gambar III.3 Skematik diagram dari proses injection molding dalam operasi kerja dimana mold dalam keadaan terbuka
b
Gravity die casting
Gravity die Casting (penuangan curah) ialah proses penuangan logam cair kedalam cetakan dengan cara dicurahkan melalui saluran-saluran cetakan yang telah disediakan pada cetakan dengan menggunakan panci tuang (ladle). Proses penuangan ini dilakukan sebagaimana dijelaskan pada contoh dalam pengecoran bahan roda gigi.
Gambar III.4Electric with component
Gambar III.5Touner housing untuk suku cadang televisi dibuat dengan die casting dengan injection mold
3.1.3 Centrifugal Casting (Pengecoran)
Proses penuangan (pengecoran) denga metoda sentrifugal dilakukan pada pengecoran dengan menggunakan cetakan logam (die casting), tidak semua bentuk benda tuangan dapat dilakukan dengan metoda ini, benda-benda bulat silinder dan simetris sesuai dengan konstruksinya dapat di cor dengan metoda sentrifugal ini. Secara prinsip proses pengecoran dengan sentrifugal ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar III.6Centrifugal Casting
Penuangan (pengecoran) dengan cara centrifugal ini ialah menggunakan putaran yang tinggi dari dies dengan demikian logam cair yang cukup berat akan terlempar keluar dari posisi penuangan yakni ke posisi bentuk dies sebagai bentuk benda kerja yang kita kehendaki.
Pada Gambar diatas diperlihatkan proses penuangan dengan system centrifugal pada posisi Horizontal, sebenarnya proses penuangan sentrifugal ini dapat dilakukan pula secara Vertikal atau semi sentrifugal, hal ini tergantung bentuk benda kerja yang akan dicor tersebut.
Jadi walaupun sebenarnya centrifugal casting memiliki keunggulan seperti hasil penuangan yang padat, permukaan tuangan yang halus serta dapat membentuk dinding tuangan pada ukuran yang tipis dan lain-lain, namun hal ini akan bergantung pula pada kemungkinan pengecoran yang paling baik yang dapat dilakukan untuk menghasilkan benda cor yang memuaskan menurut bentuk yang dikehendaki.
Pada gambar berikut diperlihatkan prinsip pengecoran dengan centrifugal secara Vertical dan semi centrifugal.
Gambar III.7Vertical Centrifugal Casting
Gambar III.8Horizontal Centrifugal Casting
3.1.4 Continous Casting
Teknik convesional yang lain penerapan proses pembentukan melalui
penuangan (pengecoran) dengan cetakan ini ialah pembuatan baja batangan (Ingot), dimana pemanasan ulang pada ingot untuk menghasilkan bentuk serta ukuran yang sesuai dan dikehendaki.
Bongkahan-bongkahan (billets), dan lembaran-lembaran (slabs) dibentuk dalam keadaan panas merupakan dasar metoda pembentukan ulang pada hot working processesyang akan kita bahas lebih lanjut. Pada gambar berikut diperlihatkan prinsip-prinsip tersebut dalam penerapannya pada penuangan (pengecoran).
Gambar III.9 Prinsip dasar penuangan Continouos Casting
Proses penuangan berlanjut (Continouos Casting) bertujuan untuk menghasilkan benda tuangan yang panjang yang dapat dipotong ssuai dengan kebutuhan benda kerja. Mesin penuangan (Continouos Casting machine) terdiri atas bagian yang sejajar dengan saluran pada bejana dimana logam cair dituangkan dan mengalir ke dalam cetakan (Mould) dari bahan tembaga yang berbentuk pipa sepanjang ± 1m dengan dinding yang dilapisi dengan chromium bagian ini dilengkapi juga dengan air pendingin. Setelahcasting melewati cetakan juga didinginkan yang selanjutnya ditarik dan diarahkan oleh roller khusus (straightening roller). Mesin ini juga memiliki sistem pengendalian gerakkan casting hingga masuk pebagian pemotongan (flyingshears) yang akan memotong casting ini sepanjang yang diinginkan.
Continouos casting ini dapat diterapkan dalam pembentukan bagian yang berukuran kecil serta menghasilkan produk dengan kualitas baik dan mendekati kualitas yang dihasilkan oleh hot working processesserta dengan gerakan kerja secara otomatis.
Shell Moulding
Shell Moulding merupakan salah satu bentuk cetakan pasir dimana cetakan tipis bentuk benda yang terbagi atas dua bagian dan dibuat dari pasir dengan perekat resin-bond, cetakan dihasilkan melalui pemanasan model yang diperoleh dari proses pengerasan kimiawi bahan resinoid, dengan demikian maka akan diperoleh bentuk dan ukuran yang akurat dari cetakan yang diinginkan, namun dalam pembuatannya memerlukan teknik serta biaya yang relatif mahal. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar III.10 Prinsip dasar penuangan berlanjut (continuous casting) langkah pembuatan cetakan (mould) pada sistem shell moulding
Gambar III.11 Langkah pembuatan cetakan (mould) pada system shell moulding
Invesment Casting
Investment casting merupakan salah satu cara/metoda pembentukan produk melalui proses pengecoran dimana berbeda dengan metoda yang telah dibahas seperti sand casting, dies casting dan lain-lain terutama dalam proses pembentukan cetakannya. Proses pembentukan cetakan dimana cetakan dibuat dari pasir cetak (sand casting)diawali dengan pembuatan model (pattern) dan untuk model yang dipakai dalam proses ini ialah dipilih dari bahan-bahan yang memiliki titik cair sangat rendah misalnya lilin (wax), inidigunakan dalam berbagai pembuatan model dengan bentuk yang sangat rumit, dalam proses ini model dibentuk dengan bahan lilin, selanjutnya dilapisi dengan bahan pelapis seperti ethil atau sodium silikat untuk menghaluskan permukaan model. Kemudian model ini ditempatkan (invested) didalam bahan cetakan seperti "resin" yang, selanjutnya investment dikeringkan melalui pemanasan, proses pengeringan dengan pemanasan dari 1000sampai 1100C ini akan mengakibatkan lilinsebagai model (pattern) ini menjadi lumer dan mengalir melalui pori-pori bahan cetakan sehingga membentuk rongga sesuai dengan bentuk produk yang diinginkan, kemudian pemanasan dilanjutkan sampai 10000C untuk mengeraskan cetakan tersebut.
Proses pengecoran dengan Investment casting ini menghasilkan produk yang akurat karena cetakan (mould)nya sangat kaku (rigid) serta digunakan hanya untuk satu buah produk dan untuk produk berikutnya harus membentuk mould baru, namun dalam satu rangka cetak dapat terdiri dari beberapa buah pola untuk beberapa buah produk yang tersusun dengan perencanaan saluran tunggal untuk proses penuangan (mono-shelles Mold).
Gambar III.12Valve assy merupakan salah satu bentuk hasil pengecoran dengan investment casting
Proses pengecoran dengan metode Investment Casting ini dilakukan pada dapur Vacum untuk mengindari terbentuknya rongga yang diakibatkan oleh gelembung uap atau udara. Investment Casting memungkinkan untuk membentuk benda tuangan yang tidak mungkin untuk dibentuk dengan metode-metode yang lain seperti Sand Casting dan lain-lain yang menuntut kemudahan dalam melepas model (Pattern) sebagaimana terjadi dalam metoda Sand Casting atau mungkin kemudahan dalam mengeluarkan benda hasil penuangan dari dalam cetakan sebagaimana yang tejadi dalam Dies Casting.
Gambar III.13Vacuum-furnace
Investment casting relatif mahal tetapi sering dilakukan hanya untuk produk-produk tertentu yang tidak mungkin dibentuk dengan berbagai metode pembentukan seperti pemesinan, dan lain-lain, hal ini karena investment casting menghasilkan produk dengan permukaan yang sangat halus yakni hingga 5 sampai 10 μ dengan penyimpangan sebesar 0,05 sampai 0,1
Gambar III.14Land-base turbine airfoils salah satu produk pengecoran dengan metoda investment casting
3.2 Perhitungan Biaya proses casting
Proses pengecoran logam tidak lepas dari kebutuhan biaya material, proses dan operasi. Kebutuan akan biaya tersebut dapat diperhitungkan melalui berbagai macam cara, salah satu cara menghitung biaya proses casting adalah sebagai berikut.
Perhitungan biaya proses sand casting
Cpi= Rt0,313Nsp1,27+0,085Ap1,2n0,7
Dimana,
Rt = toolmaking (pattern shop) rate
Nsp = jumlah permukaan,
Ap = projected area of impressions, [cm2]
n = number of identical impressions
Nsp (the number of surface "patches") adalah jumlah area permukaan benda kerja yang kontinyu, seperi sebuah cakram memiliki tiga buah permukaan, sedangkan jika terdapat lubang, akan berarti memiliki empat buah permukaan.
Variable costs tiap jam:
N = jumlah cavity yang akan digunakan dalam satu siklus (kurang dari atau sama dengan 100),
n = jumlah pola yang harus dimanufaktur (kurang dari atau sama dengan N),
V = volume part yang akan di cor [mm3]
A = area yang digunakan untuk menempatkan kotak sebagai cetakan, dengan asumsi jarak aman dari kotak tersebut adalah 100 mm tiap sisinya [mm2]
ρ = densitas material [gr/mm3]
m = harga material [Rp/gr]
Up = upah pekerja tiap jam [Rp/jam]
Tj = Waktu yang dibutuhkan pekerja melakukan satu buah pekerjaan [jam]
Harga material untuk N benda dalam satu kali penuangan digunakan persamaan:
Mc=1.03 ×N ×m ×ρ ×V
Persamaan ini diasumsikan terdapat 2% limbah yang akan dihasilkan.
Proses penuangan logam cair dan menyetel cetakan: Sm = Up× Tj
Proses pendinginan logam cair: Cd = 0.3 × A × Up
Total harga tiap jam adalah: TPH = Mc + Sm + Cd
Maka, total harga untuk proses ini adalah: TH = TPH/N
Perhitungan biaya proses die casting
Biaya dasar = 1000 + 10.58 x A x (d + 6) ^ (. 4) (Rp)
Biaya Mold mesin = 75 A0,5 + 2.700 * (. 08 + 04 * SP)1.27 + 300 + 120 * A1,2(Rp)
Sebuah wilayah = diproyeksikan (di2)
d = bagian dalamnya (di)
SP = jumlah patch permukaan pada bagian
Biaya variabel per bagian adalah biaya bahan ditambah waktu biaya pendinginan (asumsi Rp 500.000 / jam untuk mesin) yang adalah sebagai berikut:
Material = 1,03 * (biaya bahan untuk satu tembakan) (Rp / shot)
Mesin pendingin waktu biaya = β hmax / 60 (Rp / shot)
Perhitungan biaya proses injection molding
Injection molding membutuhkan perkakas relatif mahal. Untuk alasan ini, molding injection adalah cocok untuk volume produksi yang besar. Tingkat produksi bisa tinggi terutama untuk cetakan kecil. Cetakan multi-rongga yang sering digunakan. Cetakan prototipe dapat dibuat dengan menggunakan cetakan rongga tunggal bahan yang lebih murah. Biaya cetak injeksi terutama didorong oleh biaya bahan, peralatan yang dibutuhkan (press) waktu siklus pada mesin, dan diperlukan perkakas peralatan.
Ukuran alat ditentukan oleh kekuatan penjepit yang ditentukan oleh ukuran bagian dan jumlah cavitities. Namun, kami tidak akan model ukuran mesin yang berbeda dan biaya eksplisit dalam IPD.
Siklus waktu molding pada mesin terdiri dari waktu injeksi (yang tergantung pada ukuran ditembak dan mesin listrik, tetapi biasanya kecil: 1-2 detik) dan waktu pendinginan (ini biasanya mendominasi). Waktu pendinginan dapat diperkirakan sebagai berikut, yang sebagian besar didorong oleh kuadrat dari ketebalan dinding maksimal:
Waktu pendinginan
hmax = maksimum ketebalan dinding
Tx = direkomendasikan suhu ejeksi bagian, C
Tm = suhu temperatur cetakan direkomendasikan, C
Ti = Suhu injeksi polymer, C
α = koefisien difusivitas termal, mm2/s
Namun, disini akan menggunakan model yang disederhanakan. Lihat bagian biaya variabel di bawah ini.
Estimasi Biaya Mold
Biaya cetakan terdiri dari biaya dasar cetakan, dan biaya rongga dan inti fabrikasi. Kami akan mendekati biaya ini menggunakan versi sederhana dari logika di Botthroyd, Dewhurst dan Ksatria (2002)
Biaya dasar cetakan
Biaya dasar cetakan adalah biaya bahan baku yang akan mesin untuk membuat bagian. Hal ini tergantung pada daerah proyeksi bagian (s) dan kedalaman yang dibutuhkan. Untuk mendapatkan angka-angka ini, menarik bagian Anda dalam persegi, seolah-olah Anda sedang melihat ke bawah pada alat seeing adalah panjang dan lebar, tetapi tidak mendalam. Artinya, sketsa garis besar bagian-bagian dan menggambar persegi di sekitarnya (atau mereka, jika Anda membuat beberapa bagian dengan satu tembakan). Tinggalkan 100 mm antara setiap bagian dan bagian lain, dan setiap bagian dan tepi alun-alun. Ini 100 mm kelonggaran untuk meninggalkan ruang untuk runner, saluran pendinginan, dan hal-hal lain yang dibutuhkan alat. Jadi, misalnya, jika akan membuat 5 bagian dalam satu tembakan Anda akan memiliki 5 lubang yang semuanya minimal 100 mm dari satu sama lain dan 100 mm dari tepi persegi.
Project Area = diproyeksikan (di2) = area untuk produk dan 100mm batas di semua sisi.
d = bagian dalamnya (dalam), ini berasal dari mengukur kedalaman bagian yang sebenarnya, karena akan berbaring di dalam kotak. Tidak perlu menambahkan batas ini, hanya mengukur bagian itu sendiri.
Biaya dasar cetakan:
Biaya = 1000 + 10.58 A (d + 6) 0,4 Rp
Biaya rongga dan Core Manufacturing
Kegiatan-kegiatan berikut selama manufaktur cetakan adalah biaya utama:
- Rolling rongga
- Lubang pengeboran mendalam untuk saluran pendingin
- Side Action
- Sistem Ejector
Boothroyd, Dewhurst dan Ksatria mengutip sejumlah studi yang memperkirakan biaya cetakan sebagai fungsi dari berbagai masukan. Sebagai contoh, jumlah pin ejector diperlukan dalam alat ini kurang lebih sama dengan akar kuadrat dari daerah yang diproyeksikan. Dan, perkiraan kasar adalah 2,5 jam per manufaktur ejector pin untuk sistem ejector. Biaya tenaga kerja keluar ini di Rp 30 / jam menghasilkan biaya untuk sistem ejector dari:
(30) (2,5) (A)0,5 = 75 A0,5 (Rp)
di mana A = luas proyeksi dari kotak yang dijelaskan di atas.
Kompleksitas bagian ditentukan oleh jumlah "patch permukaan," yang merupakan permukaan kontinyu. Ini menentukan sebagian besar biaya mesin, sehingga menghitung secara seksama. Biaya mesin:
2700 (08 + 02 SP)1,27 (Rp)
di mana SP = jumlah patch permukaan.
Selain kompleksitas, ukuran cetakan mempengaruhi biaya mesin dengan menambahkan istilah
300 + 120 A 1,2 (Rp)
biaya alat. Jadi, dalam ringkasan, biaya untuk memproduksi cetakan adalah:
75 A0,5+ 2.700 * (. 08 + 04 * SP)1,27 + 300 + 120 * A1,2 (Rp)
Sebuah wilayah = diproyeksikan (di2)
SP = jumlah patch permukaan.
Ringkasan biaya tetap untuk injection molding
Biaya tetap total untuk injection molding akan menjadi biaya dasar ditambah biaya mesin, di mana
Biaya dasar = 1000 + 10.58 x A x (d + 6)0,4 (Rp)
Biaya Mold mesin = 75 A0,5 + 2.700 * (0,08 + 04 * SP)1,27 + 300 + 120 * A1,2 (Rp)
d = bagian dalamnya (di)
SP = jumlah patch permukaan pada bagian
Biaya Variabel
Biaya variabel per bagian yang dihasilkan adalah biaya bahan ditambah biaya mesin waktu. Biaya mesin waktu didorong oleh waktu pendinginan, yang pada gilirannya tergantung pada kuadrat dari ketebalan dinding maksimal. Berikut adalah model-model untuk menggunakan:
Material
Hitunglah volume material di setiap tembakan (jumlah dari volume bagian dalam masing-masing ditembak, jika hanya satu bagian dibuat per ditembak itu adalah volume bagian) dan kalikan 1,03 untuk memperhitungkan kerugian tingkat memo dan pelari.
Machining Time
Persamaan perpindahan panas di atas dapat diperkirakan dalam bentuk disederhanakan untuk memperkirakan waktu pendinginan (dalam detik) sebagai
131 hmax ^ 2 / α (detik)
dimana
α = difusivitas termal dari grafik di bawah ini (mm ^ 2 / detik)
hmax = maksimal ketebalan dinding (mm)
Dengan estimasi biaya Rp 600.000 mesin waktu / jam, sehingga biaya akan
2.18 hmax ^ 2 / α (Rp / shot)
Nilai dari koefisien difusivitas termal untuk injection molding secara umum dapat dilihat dari table di bawah ini.
Tabel III.1 Injection Molding Data
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Mesin adalah harta yang dimiliki oleh perusahaan dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dulu dengan tujuan tidak untuk dijual kembali, digunakan dalam proses produksi yang digerakan oleh suatu kekuatan atau energi dan berdasarkan ketentuan PSAK No. 17 mesin yang diperlakukan sebagai aktiva tetap harus pula disusutkan dengan menggunakan metode penyusutan yang dibenarkan dengan cara sistematis dan kosisten Pemilihan jenis mesin yang akan dipergunakan dalam proses produksi memiliki peranan yang sangat penting, diantaranya untuk menjamin bahwa mesin yang dipergunakan dapat menghasilkan barang yang sesuai dengan kebutuhan pasar, mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan dengan diberdayakannya penggunaan mesin dalam proses produksi tersebut. pada prinsipnya jenis mesin dapat dibedakan atas dua macam yaitu : mesin yang bersifat umum dan mesin yang bersifat khusus.
Menurut pendapat Sofyan Assaury dalam buku yang berjudul Manajemen Produksi menyebutkan bahwa mesin menurut sifatnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Mesin yang bersifat umum diartikan sebagai suatu mesin yang dibuat untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tertentu untuk berbagai jenis barang/ produk atau bagian dari produk.
2. Mesin yang bersifat khusus adalah mesin yang dirancang dan di buat untuk mengerjakan satu atau beberapa jenis kegiatan yang sama.
Sesuai dengan tujuan perusahaan untuk tetap mempertahankan eksistensinya. kegiatan perusahaan didorong oleh keinginan perusahaan untuk melakukan perbaikan dari periode sebelumnya. Tingkat kegiatan pada setiap unit perusahaan dikenal dengan istilah volume kegiatan. Menurut pendapat Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Biaya Volume kegiatan dapat dipandang sebagai berikut :
"Volume kegiatan mesin dapat dijadikan dasar untuk penggolongan Biaya Overhead Pabrik (BOP) menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan . yang dibagi menjadi tiga golongan yaitu BOP tetap, BOP variable, BOP semi variabel." (2000; 209)
Adapun suatu pekerjaan pemeliharaan mesin yang terorganisir dengan melihat jauh kedepan yang menyangkut juga masalah pengendalian dan pendapatan akan mengurangi kemungkinan terjadinya reparasi atau pemeliharaan darurat, berkurangnya downtime mesin, bertambahnya kesiapan instalasi untuk berproduksi, berkurangya pemakiaan sparepart dan terjaminnya kinerja mesin selam proses produksi.Apabila pekerjaan reparasi dan pemeliharaan tidak terorganisir maka dapat mengakibatkan proses produksi tidak selesai, terjadinya keterlambatan, kerugian material, terjadinya downtime mesin dan pada akhirnya akan mengkibatkan ketidak efisienan kinerja perusahaan. Pemeliharaan yang akan dilaksanakan dapat merupakan pemeliharaan corrective, prediktive atau pemeliharaan yang bersifat preventive tergantung kepada kondisi perusahaan dan kondisi mesin yang dimiliki oleh perusahaan.
Pengecoran atau penuangan (casting) merupakan salah satu proses pembentukan bahan baku/bahan benda kerja yang relative mahal dimana pengendalian kualitas benda kerja dimulai sejak bahan masih dalam keadaan mentah. Proses penuangan juga merupakan seni pengolahan logam menjadi bentuk benda kerja yang paling tua dan mungkin sebelum pembentukan dengan panyayatan (chipping) dilakukan. Sebagai mana ditemukan dalam artifacts kuno menunjukkan bukti keterampilan yang luar biasa dalam pembentukan benda dari bahan logam dengan menuangkan logam yang telah dicairkan (molten metals) kedalam cetakan pasir khusus menjadi bentuk tertentu. Dalam perkembangannya pembentukan benda kerja melalui penuangan ini tidak hanya pada lingkup seni dan konsumsi kalangan aristocrat semata, namun juga pada pengembangan teknologi penuangan itu sendiri termasuk pengembangan peralatan dan mesin-mesin perkakas moderen sebagaimana yang kita gunakan pada saat ini.
salah satu metoda penuangan dimana berbagai metoda penuangan tersebut antara lain meliputi :
Sand casting (penuangan dengan cetakan pasir)
Die casting (penuangan dengan cetakan matres)
Centrifugal casting (penuangan dengan cetakan putar)
Continuous casting
Shell moulding
Investment casting.
DAFTAR PUSTAKA
Sofyan Assaury, Manajement Produksi, 1999
Vincent Gaspersz, Manajemen Produktifitas Total, 2000
Soemarso S.R , Akuntansi Suatu Pengantar, 1992
Mulyadi, Akuntansi Biaya, 2000
Hongren foster, Cost Accountin, 2003
Blocher, Chen dan Lin, Cost Management, 1999
Suwandi Suparlan, Perawatan Mesin, 1999