10
SEJARAH PAUD DUNIA dan INDONESIA
PENULIS :
Jamuna Ulfah
KONSEP DASAR PENDIDIKAN PRA-SEKOLAH
DOSEN PENGAMPU :
Susilawati,S.Pd.I,M.S.I
PRODI PGRA
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)
SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN SAMBAS
TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga pada akhirnya makalah ini dapat disusun dan disajikan dengan waktu yang telah ditetapkan. Terima kasih kepada keluarga, dosen, sahabat yang selalu setia, tak pernah lelah, dan tak pernah bosan-bosannya untuk mengajari, mengingatkan maupun memberi nasehat kepada kami.
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah yang diberikan. Selain daripada itu dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi, struktur penulisan maupun hal-hal lainnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran positif yang membangun dari pembaca sekalian untuk perbaikan dikemudian hari.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat berguna dan dapat digunakan sebagai literatur tambahan bagi rekan-rekan mahasiswa lain.
Sambas, 19 April 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN
Sejarah PAUD Dunia 2
Sejarah PAUD Indonesia 5
Persamaan Sejarah PAUD Dunia dan Indonesia 8
Perbedaan Sejarah PAUD Dunia dan Indonesia 8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 9
Saran 10
Daftar Pustaka 11
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dunia pendidikan di Indonesia terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Dimulai dengan pendidikan ala jaman penjajahan, hingga pendidikan jaman sekarang yang terus disesuaikan dengan kondisi dan situasi. Penyesuaian-penyesuaianpun terus dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia ini. Proses pengajaran di dalam dunia pendidikan pun terus mengalami penyesuaian yang sangat pesat.
Salah satunya di tingkat TK/PAUD. Banyak guru yang kurang memahami bagaimana sejarah panjang perjalanan pendidikan AUD hingga dapat diakui keberadaannya sampai detik ini. Hal ini menyebabkan loyalitas guru menjadi rendah dalam mendedikasikan diri demi menunjang kemajuan perkembangan pendidikan AUD ke arah yang lebih baik guna menumbuhkan generasi yang cerdas, kreatif dan berkualitas serta berguna bagi bangsa dan negaranya.
Rumusan Masalah
Bagaimana kronologi sejarah PAUD dunia?
Bagaimana kronologi sejarah PAUD Indonesia?
Apa persamaan sejarah PAUD dunia dan Indonesia?
Apa perbedaan sejarah PAUD dunia dan Indonesia?
Tujuan Penulisan
Memahami kronologi sejarah PAUD dunia.
Memahami bagaimana kronologi sejarah PAUD Indonesia.
Mengerti persamaan sejarah PAUD dunia dan Indonesia.
Mengerti perbedaan sejarah PAUD dunia dan Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah PAUD Dunia
Deklarasi Konferensi Dunia tentang Pendidikan untuk semua tahun 1990, bersama-sama disponsori oleh lembaga-lembaga pemerintah Internasional utama termasuk UNESCO, UNICEF, UNDP, dan Bank Dunia, yang diselenggarakan di Jontien, Thailand maret 1990 merupakan tahap baru dalam perkembangan kemajuan dan promosi PAUD. Dimana dalam deklarasi ini disebutkan bahwa "belajar dimulai saat lahir" dan sepuluh tahun kemudian di Dakar mereka menyelipkan tujuannya yaitu "memperluas dan meningkatkan perawatan anak-anak usia dini yang komprehensif dan mendidik serta kegiatan pembangunan awal termasuk keluarga dan intervensi komunitas, terutama bagi anak-anak yang paling rentan dan kurang beruntung (cacat dan miskin).
Sejarah perkembangan PAUD dunia terbagi menjadi tiga abad, berikut akan kita bahas satu persatu.
Abad 18 dan sebelumnya
Kelas TK resmi pertama yang didasarkan pada filosofi berpegang teguh dengan nilai-nilai Agama tradisional dan keyakinan dalam pembelajaran sambil bermain, didirikan di Jerman pada awal 1800 namun istilah "Kindegarden" atau taman kanak-kanak baru dipakai Frobel tahun 1837. Beberapa tokoh penting seperti Martin Luther, Comenius (1592-1670), Aries (1992), Ellen (1956), Locke (1632-1704), Pestalozzi (1747-1827), Darwin (1959), Saguin dan Rosseau (1712-1778) memberi sumbangan yang tak ternilai untuk menyarankan agar anak laki-laki sebaiknya di beri pendidikan formal yang didasarkan pada pernyataan bahwa anak laki-laki suatu saat akan menjadi tulang punggung keluarga yang memiliki tanggung jawab yang tinggi dan tugas yang berat maka dari itu mereka dituntut untuk memiliki kecerdasan, ilmu pengetahuan serta keahlian yang memadai guna mendukung semua tanggung jawabnya tersebut. (Frost dan Kissinger 1976).
Kesimpulan dari pernyataan tokoh-tokoh penting mengenai anak yaitu anak-anak dari lahir adalah batu tulis kosong yang belajar secara spontan dalam bermain apapun yang dalam tahun-tahun tersebut memungkinkan terungkapnya bakat individu secara alami yang dapat ditunjang melalui sarana pendidikan Sekolah Ibu karena semua anak berhak mendapat kesempatan belajar di sekolah maupun belajar di rumah.
Jean Jacques Rousseau (1712-1778) ia menuangkan pikirannya mengenai PAUD dalam novelnya "Emile". Ia menuangkan pebdapat bahwa anak adalah miniatur orang dewasa dan menyarankan agar anak di didik sebagaimana kodratnya. Menurutnya, anak usia lahir sampai lima tahun belajar terbanyak melalui aktivitas fisiknya. Sementara anak usia lima tahun sampai dua belas tahun belajar melalui pengalaman langsung dan melalui eksplorasi terhadap lingkungannya.
Johan Heinrick Pestalozzi (1747-1827) ia menyarankan agar belajar dari benda-benda real/nyata dan rekreasi serta bermain dimasukkan sebagai bagian dari pendidikan TK. Pendidikan TK pada saat itu lebih bersifat keagamaan diamana beberapa TK yang tercatat seperti Ammon School di Amerika Serikat dan Orbelin "Knitting Schools" di perinci masih menekankan pada pembelajaran membaca terutama membaca kitab suci seperti injil. Oleh karena itu TK di Amerika dibawah pengawasan gereja dan tes pemahaman anak disarkan pada tingkat pemahaman anak terhadap ayat-ayat dalam injil (spondek, 1986).
Abad 19
Salah satu tokoh pendiri TK pada zaman ini adalah Friedrich Wilhem Froebel (1782-1852) ia disebut sebgai Bapak taman kanak-kanak karena TK yang ia dirikan memiliki pengaruh besar dan terus berkembang sampai awal seribu sembilan ratusan. Ia mendirikan TK pada tahun 1837 di Jerman yang diberi nama Kindergarden (kinder=anak dan garden=taman). Yang menarik dari TK nya yaitu
adanya "gift" (adanya benda-benda real untuk sarana belajar anak berupa bangun geometris yang beragam seperti kubus, prisma, bola dan kerucut) dan "occupation" (berupa serentetan aktivitas yang urut seperti menata balok menjadi suatu bentuk bangunan).
Ia pernah belajar di Pertalozzi, dan dilahirkan dari keluarga yang religius. Ia berpendapat bahwa manusia merupakan pengejawantahan (kesatuan antara makhluk yang satu dengan yang lain dengan alam semesta) ide dari tuhan.
Salah satu tokoh PAUD di Amerika Serikat yaitu Robert Owen (1771-1850) tepat pada tahun 1816 mendirikan sekolah The Institution for the Formation of Character di New Lanark, Scotlandia. Kesamaannya dengan sekolah Froebel yaitu menekankan agar anak belajar dari benda-benda konkret namun Owen lebih menekankan pada kegiatan empiris (ilmu pengetahuan di peroleh dari hasil interaksi anak dengan objek dan sesuatu yang dikatakan benar bila sesuai dengan kenyataan yang ada).
Abad 20
Aliran empirisme yang menekankan pada pentingnya pengalaman dan fakta untuk memperoleh pengetahuan serta menggunakan observasi dan eksperimen sebagai dasar memperoleh pengetahuan mewarnai kurikulum pendidikan anak yang semakin berkembang di zaman ini.
Satu lagi tokoh yang menerapkan cara berfikir tersebut dalam TK yang ia dirikan yaitu Maria Montessori yang dilahirkan di Chiaravalle, Ancona, Italia pada tahun 1870. Ia mendirikan sekolah yang bernama Casa Dei Bambini atau Children House (rumah anak) pada tahun 1907. Di sekolah ini anak-anak dilatih untuk membaca, menulisdan aritmatik sarta dapat menguasai keterampilan yang akan di capai seumur hidup (long-life-skills) seperti mengancing baju, menali sepatu, memakai kaos kaki dll.
Pengalamannya dalam mendidik anak ditulis dalam buku "Scientific Paedagogy as Applied to Child Education in the Children House". Ia menggambarkan kodrat anak sebagai makhluk yang memiliki daya serap informasi yang tinggi baik secara sadar maupun tidak sadar dari lingkungannya yang dapat di alogikan;diibaratkan; diumpamakan sebagai daya serap kertas tisu terhadap air yang dikenal dengan teori absorbent of mind (Montessori 1984).
Pada abad ini muncul pula tokoh pendidikan yang pemikirannya sangat berpengaruh terhadap perkembangan TK yaitu Erikson, B.F Skinner dan Jean Piaget,Bloom mengembangkan tujuan pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang bertahap. Skinner merupakan seorang behaviorist yang menyatakan bahwa perilaku individu dapat diamati untuk mengukur perolehan atau tingkat keberhasilan dalam belajar. Sedangkan Piaget mengembangkan teori perkembangan anak baik aspek intelektual maupun aspek moral.
Sejarah PAUD Indonesia
Pola perkembangan PAUD di Indonesia dikelompokkan menjadi 2 periode yaitu sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan. Sebelum kemerdekaan terbagi menjadi tiga fase yaitu zaman kerajaan, zaman Belanda (1908-1941), zaman Jepang (1942-1945). Dan setelah kemerdekaan terdapat lima fase tahun 1945-1965, 1965-1998, 1998-2003, 2003-2009, 2010-sekarang.
Pertama-tama kita bahas periode pertama pada zaman kerajaan. Pada zaman ini anak-anak raja belajar dari Empu, dimana Empu tersebut mengajarkan membaca, menulis, berhitung dan kesastraan, ilmu kanuragan dan filsafat pembelajaran yang digunakan pada zaman ini adalah pembelajaran menggunakan sistem cantik (mereka bekerja sebagaimana yang dikerjakan keluarga gurunya seperti mencangkul, mencuci baju dll).
Zaman Belanda menginjak abad ke 19 Belanda masih menjajah Indonesia dan saat itu juga mereka mendirikan TK yang di prioritaskan untuk anak-anak mereka sendiri yang memiliki dua tipe yaitu Europese
Lagere School (ELS) dan Froebel School. Usaha pendidikan anak prasekolah di Indonesia telah berlangsung sejak taun 1914 pada saat Pemerintah Hindia Belanda membuka kelas persiapan (Voorklas) yang fungsinya menyiapkan anak-anak memasuki HIS (bentuk SD/Sekolah Dasar di Indonesia pada zaman penjajahan Belanda dari kedua sekolah tersebut hanya anak-anak Indonesia dari golongan tertentu yang dapat memasuki sekolah tersebut dimana setiap anak yang masuk harus bisa/menguasai bahasa Belanda karena bahasa Belanda dijadikan sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran di sekolah tersebut.
Pada zaman Jepang ketika setelah Belanda sudah tidak lagi menguasai Indonesia kemudian Jepang menggantikan kekuasaan tersebut dimana sistem pembelajaran TK di Indonesia beralih ke sistem Nippon (yang digunakan untuk mengubah budaya Indonesia menjadi budaya Jepang.
Awal fase pertama tahun 1945-1965 yang ditandai dengan berdirinya Yayasan Pendidikan Lanjutan Wanita yang mendirikan Sekolah Pendidikan Guru TK Nasional di Jakarta. Dan di Era ini Pemerintah dan Swasta mulai membangun banyak TK. Pada tahun 1950, melalui UU No.4 tahun 1950, melalui tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah keberadaan TK resmi diakui sebagai bagian dari sistem Pendidikan Nasional.
Pada fase kedua tahun 1965-1998 ditandai dengan diperkenalkannya silabus kurikulum baru tahum 1968 yang menggantikan kurikulum versi 1964 (kurikulum gaya baru). Upaya lebih luas dalam pengadaan Pendidik PAUD oleh perguruan tinggi terjadi pada tahun 1993/1994-1996/1997, peningkatan kualifikasi guru prasekolah dari SPG ke D-2 PGTK yang penyelenggaraannya dimulai dari IKIP Jakarta, IKIP Medan, IKIP Yogyakarta dan kemudian IKIP Bandung.
Saat fase ketiga tahun 1998-2003 ditandai dengan otonomi pendidikan yang berpengaruh terhadap tata kelola penanganan PAUD di pusat maupun di daerah. Saat itu banyak lembaga-lembaga pendidikan
prasekolah yang mengkhususkan perhatian terhadap usia TK dengan berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 1989 dan kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1990 yang menyatakan bahwa intinya Pemerintah mulai mendukung berkembangnya PAUD di jalur pendidikan nonformal dalam bentuk Kelompok Bermain (KB), TPA (Taman Penitipan Anak) dan satuan PAUD sejenis dalam bentuk pengintegrasian layanan PAUD dengan Posyandu.
Menginjak fase keempat tahun 2003-2009 yang ditandai dengan keluarnya UU No.2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan jawaban atas tuntunan reformasi dalam semua aspek kehidupan. Dimana melalui UU ini untuk pertama kalinya PAUD di atur secara khusus dalam sebuah UU yaitu pasal 1 butir 14 tentang pengertian PAUD, pasal 28 yang secara khusus mengatur tentang PAUD.
Menuju fase terakhir tepatnya tahun 2010-sekarang awalnya ditandai dengan kebijakan penggabungan pembinaan PAUD formal dan PAUD nonformal dibawah Direktorat Jenderal PAUD, nonformal dan informal (PAUDNI) melalui Peraturan Presiden No.24 tahun 2010 tentang kedudukan, tugas, fungsi dan tata kerja Kementrian Negara Republik Indonesia sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden No.67 tahun 2010.
Indonesia juga memiliki salah satu pelopor yang berperan penting/ikut serta menyumbangkan jasa dan pemikiran serta ide-ide kreatif selama masa perkembangan TK/PAUD di Indonesia yaitu Ki Hadjar Dewantara. Pada tahun 1922 beliau mendirikan Taman Indria (yang dianalogikan seperti taman yang nyaman dan menyenangkan bagi anak) yang memberikan pelayanan bagi anak berusia dibawah 7 tahun dengan menggunakan sistem pembelajaran among (suatu gabungan antara kodrat dan iradat) di kota Gede, Yogyakarta.
Pada tanggal 3 Juli 1992 merupakan hari penting bagi anak Indonesia karena mulai hari itu anak Indonesia diakui haknya untuk tumbuh dan berkembang menurut bakat dan pembawaannya.
Begitulah sekilas kronologi sejarah PAUD di Indonesia. Dimana pada akhirnya terjadi kristalisasi bentuk-bentuk satuan PAUD dengan berbagai karakteristiknya. Yang meliputi TK (termasuk Taman Kanak-Kanak Bustanul Athfal/TK-BA), RA (Roudhatul Athfal), KB (Kelompok Bermain), TPA (Taman Penitipan Anak), satuan PAUD sejenis serta PAUD berbasis keluarga/lingkungan.
Persamaan Sejarah PAUD Dunia dan Indonesia
Menggunakan dasar teori dari tokoh yang sama yakni Froebel, Pestalozzi, Montessori dan tokoh lainnya.
Pada awalnya pendidikan pra-sekolah baik di dunia maupun di Indonesia sama-sama bertujuan untuk mempersiapkan anak ke jenjang selanjutnya yakni Sekolah Dasar.
Perbedaan Sejarah PAUD Dunia dan Indonesia
Di Indonesia pendidikan pra-sekolah sudah ada sejak tahun 1914 yang didirikan oleh pemerintah Belanda dengan nama Voorklas (kelas persiapan) kemudian Ki Hadjar Dewantara mendirikan Taman Indria pada tahun 1922 untuk anak berusia dibawah 7 tahun sedangkan diluar khususnya Jerman, PAUD sudah ada sejak tahun 1873 yang didirikan oleh Froebel dengan nama Kindergarden.
Di Indonesia pendidikan pra-sekolah pada awalnya hanya diperuntukkan untuk golongan ningrat dan anak pemerintah Belanda sedangkan di Dunia PAUD atau yang disebut dengan ECEC (Early Childhood Education and Care) diperuntukkan golongan kurang mampu dan anak berkebutuhan khusus.
Kindergarden yang didirikan oleh Froebel pada awalnya masih bersifat keagamaan sedangkan di Indonesia awal pendidikan pra-sekolah masih banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Negara Belanda dan Jepang yang pada saat itu masih menduduki wilayah Indonesia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Deklarasi Konferensi Dunia tentang Pendidikan untuk semua tahun 1990, bersama-sama disponsori oleh lembaga-lembaga pemerintah Internasional utama termasuk UNESCO, UNICEF, UNDP, dan Bank Dunia, yang diselenggarakan di Jontien, Thailand maret 1990 merupakan tahap baru dalam perkembangan kemajuan dan promosi PAUD. Dimana dalam deklarasi ini disebutkan bahwa "belajar dimulai saat lahir" dan sepuluh tahun kemudian di Dakar mereka menyelipkan tujuannya yaitu "memperluas dan meningkatkan perawatan anak-anak usia dini yang komprehensif dan mendidik serta kegiatan pembangunan awal termasuk keluarga dan intervensi komunitas, terutama bagi anak-anak yang paling rentan dan kurang beruntung (cacat dan miskin). Sejarah perkembangan PAUD dunia terbagi menjadi tiga abad, yaitu abad 18 dan sebelumnya, abad 19 dan abad 20.
Pola perkembangan PAUD di Indonesia dikelompokkan menjadi 2 periode yaitu sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan. Sebelum kemerdekaan terbagi menjadi tiga fase yaitu zaman kerajaan, zaman Belanda (1908-1941), zaman Jepang (1942-1945). Dan setelah kemerdekaan terdapat lima fase tahun 1945-1965, 1965-1998, 1998-2003, 2003-2009, 2010-sekarang.
Persamaan yang pertama menggunakan dasar teori dari tokoh yang sama yakni Froebel, Pestalozzi, Montessori dan tokoh lainnya dan yang kedua awalnya pendidikan pra-sekolah baik di dunia maupun di Indonesia sama-sama bertujuan untuk mempersiapkan anak ke jenjang selanjutnya yakni Sekolah Dasar.
Terdapat tiga perbedaan yang pertama di Indonesia pendidikan pra-sekolah sudah ada sejak tahun 1914 yang didirikan oleh pemerintah Belanda dengan nama Voorklas (kelas persiapan) kemudian Ki Hadjar Dewantara mendirikan Taman Indria pada tahun 1922 untuk anak
berusia dibawah 7 tahun sedangkan diluar khususnya Jerman, PAUD sudah ada sejak tahun 1873 yang didirikan oleh Froebel dengan nama Kindergarden. Kedua, di Indonesia pendidikan pra-sekolah pada awalnya hanya diperuntukkan untuk golongan ningrat dan anak pemerintah Belanda sedangkan di Dunia PAUD atau yang disebut dengan ECEC (Early Childhood Education and Care) diperuntukkan golongan kurang mampu dan anak berkebutuhan khusus. Dan yang ketiga kindergarden yang didirikan oleh Froebel pada awalnya masih bersifat keagamaan sedangkan di Indonesia awal pendidikan pra-sekolah masih banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Negara Belanda dan Jepang yang pada saat itu masih menduduki wilayah Indonesia.
Saran
Banyak orang pintar yang bilang "belajarlah dari sejarah" dengan filosofi tersebut kita berpegang dan tak henti-hentinya bahkan tak bosan-bosannya membahas dan menggali sajarah-sejarah yang ada. Sebuah negara bisa berkembang terlebih maju apabila negara tersebut mau berkaca pada sejarah yang terlibat dalam negaranya sendiri. Hal ini tidaklah jauh berbeda dengan sejarah dalam bidang pendidikan.
Dengan sejarah, prospek manapun bisa dibandingkan dan bisa menghasilkan sesuatu atau pemikiran/ide yang luar biasa. Jika seorang tenaga pendidik AUD tidak mengetahui sejarah adanya AUD maka akan berpengaruh pada proses, kurikulum, sistem dan hal lainnya dalam proses menjalankan pendidikan AUD yang pada akhirnya akan berdampak buruk (-) pada peserta didik.
Teruslah mendalami dan mencari sejarah dari ilmu atau pendidikan yang kita geluti karena itu penting. Sejarah tak pernah mati, hanya waktu yang berputar.
DAFTAR PUSTAKA
Risqi, Agung. (2011, Agustus). Strategi Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice)
Santrock, JW. (2002). Life Span Development:Perkembangan Masa Hidup Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Santrock., JW (2010). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group.
http://abstrak.digilib.upi.edu (diakses pada tanggal 15 April 2015)
http://elingsetiyati.blogspot.com/2015/01/normal-0-false-false-false-arn-cl-x.html (diakses tanggal 14 April 2015).
http://paudjateng.blogspot.com/2015/03/sejarah-paud-di-indonesia-dan-perkembangan-asal-usul-paud.html (diakses pada tanggal 17 April 2015)
http://repository.unpad.ac.id (diakses pada tanggal 15 April 2015)
http://selidik86.blogspot.com/2013/03/makalah-paud-developmentally.html (diakses pada tanggal 16 April 2015)
http://srijasmaindra.blogspot.com/2012/12/sejarah-lahirnya-pendidikan-anak-usia.html (diakses pada tanggal 15 April 2015)
4
5
6
7
8
9
3
2
1
11
i
ii