Pengertian tersebut juga sesuai seperti yang terdapat pada komik strip menurut Ohio State University Cartoon Research Library (2000) adalah sebagai gambar atau deretan gambar yang bercerita. Ditulis dan digambar oleh seniman kartun yang diterbitkan di koran dan di internet. Ceritanya menggunakan gambar dan sering dikombinasikan dengan kata. 2.1.2
Karakteristik Media Komik Strip
Menurut Plunket (1983:136) komik strip adalah rangkaian gambar dan teks yang menjelaskan cerita. Komik strip memiliki ciri-ciri yaitu terdiri dari rangkaian gambar terpisah, gambar lebih penting dibandingkan teks, didesain untuk dicetak dan bercerita. Ciri komik strip antara lain :
Terdiri dari rangkaian gambar yang mengandung cerita
Gambar lebih dominan dibanding dengan teks
Bersifat komikal
Dirancang untuk dipublikasikan.
2.1.3
Peranan Media Komik Strip
Secara umum, komik sering diartikan sebagai cerita bergambar. Menurut Scott McCloud dalam bukunya Understanding Comics (1993) memberikan pendapat bahwa komik dapat memiliki arti gambar-gambar serta lambang lain yang terjukstaposisi (berdekatan, bersebelahan) dalam urutan tertentu, untuk menyampaikan informasi dan mencapai tanggapan estetis dari pembacanya. Komik sesungguhnya lebih dari sekedar cerita bergambar yang ringan dan menghibur. Komik adalah suatu bentuk media komunikasi visual yang mempunyai kekuatan untuk menyampaikan informasi secara popular dan mudah
6
dimengerti. Hal ini dimungkinkan karena komik memadukan kekuatan gambar dan tulisan, yang dirangkai dalam suatu alur cerita gambar membuat informasi lebih mudah diserap. Teks membuatnya lebih dimengerti, dan alur membuatnya lebih mudah untuk diikuti dan diingat. Menurut Rohani (1997:21) media komik merupakan media yang mempunyai sifat sederhana, jelas, mudah dipahami dan lebih bersifat personal sehingga bersifat informatif dan edukatif. Menurut Waliyanto (2005:51) komik sebagai media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam konteks ini pembelajaran menunjuk pada sebuah proses komunikasi antara pelajar (siswa) dan sumber belajar (dalam hal ini komik pembelajaran). Komunikasi belajar akan berjalan dengan maksimal jika pesan pembelajaran disampaikan secara jelas, runtut, dan menarik. Secara garis besar menurut Trimo (2005:25) media komik dapat dibedakan menjadi dua yaitu komik strip (comic strip) dan buku komik (comic book ). Komik strip adalah suatu bentuk komik yang terdiri dari beberapa lembar bingkai kolom yang dimuat dalam suatu harian atau majalah, biasanya disambung ceritanya, sedangkan yang dimaksud buku komik adalah komik yang berbentuk buku. Komik yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis buku komik karena dari beberapa lembar dan dibuat menjadi bentuk buku. Berdasarkan definisi di atas, komik strip dalam pembelajaran merupakan media yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam memahami suatu materi. Penggunaan analogi dan penggambaran cerita dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu siswa untuk memahami suatu materi. Objek-objek
7
yang terlalu kecil, terlalu besar, berbahaya atau bahkan tidak dapat dikunjungi oleh siswa dapat dihadirkan melalui media komik pembelajaran. 2.1.4
Kelebihan dan Kekurangan Media Komik Strip
Komik strip memiliki kelebihan jika dipakai dalam pembelajaran yaitu :
Komik strip dapat memotivasi siswa selama proses belajar mengajar;
Komik strip terdiri dari gambar-gambar yang merupakan media yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran;
Komik strip bersifat permanen;
Komik strip bisa membangkitkan minat membaca dan mengarahkan siswa untuk disiplin membaca khususnya mereka yang tidak suka membaca;
Komik strip adalah bagian dari budaya popular (Gagne,1978). Komik strip sebagai media pembelajaran juga tidak terlepas dari
kekurangan. Kekurangan-kekurangan tersebut sebagai berikut :
Komik strip membatasi bahkan memungkinkan membunuh imajinasi;
Penyampaian materi pelajaran melalui media komik strip terlalu sederhana;
Penggunaan media komik strip hanya efektif diberikan pada peserta didik yang bergaya visual (Lestari,2009).
2.2 Pembelajaran IPA Biologi di Sekolah 2.2.1
Pengertian Pembelajaran IPA Biologi di Sekolah
IPA berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso, Suharto dan Sujoko (1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui
8
metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”. Menurut Abdullah (1998:18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan
observasi,
eksperimentasi,
penyimpulan,
penyusunan
teori,
eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”. Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan dididapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan. Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA terdiri dari tiga aspek yaitu :
1) Fisika : pada apek Fisika IPA lebih memfokuskan pada benda-benda tak hidup.
2) Biologi : pada aspek Biologi IPA mengkaji pada persoalan yang terkait dengan makhluk hidup serta lingkungannya.
3) Kimia : pada aspek Kimia IPA mempelajari gejala-gejala kimia, baik yang ada pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam.
9
2.2.2
Karakteristik Pembelajaran IPA Biologi
Menurut Rustaman (2003:14) pembelajaran biologi memiliki ciri yang khas dalam berpikirnya. Misalnya dalam mempelajari fisiologi, siswa diminta mengembangkan
cara
berpikir
sibernetik,
dalam
mempelajari
taksonomi
dikembangkan keterampilan berpikir logis melalui klasifikasi, dan dalam mempelajari genetika perlu dikembangkan cara berpikir probabilitas. Selain itu, dalam biologi terdapat banyak istilah latin. Istilah latin tersebut merupakan sebuah konsep yang telah disepakati oleh para biologiwan dan dapat dikembangkan atau dikombinasikan dengan membentuk pengertian yang lebih kompleks atau lebih spesifik. Biologi
sebagai
salah
satu
bidang
IPA
menyediakan
berbagai
pengalaman untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja,
mengajukan
pertanyaan,
membuat
hipotesis,
menggolongkan
dan
menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tulisan, menggali dan memilah informasi faktual dan relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 2.2.3
Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA Biologi
Pembelajaran IPA Biologi kebanyakan merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitanya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA Biologi perlu mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
10
guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Guru berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelaja ran IPA Biologi. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA Biologi perlu menerapkan prinsip prinsip pembelajaran yang tepat sebagai berikut: 1) Prinsip Keterlibatan Siswa Secara Aktif Objek IPA terdapat dimana-mana, disekeliling kita merupakan sekumpulan objek IPA, maka tidaklah sulit bagi seorang guru IPA untuk membimbing dan melibatkan siswa dalam belajar IPA. Siswa hendaknya belajar IPA dengan melakukan
pencarian
sendiri,
sehingga
mereka
dapat
memperoleh
pengalaman yang selanjutnya menjadi sebuah kesan atau pengetahuan. Prinsip ini pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif untuk melakukan kegiatan baik aktif berfikir maupun kegiatan yang bersifat motorik. 2) Prinsip Berkesinambungan Seorang guru hendaknya mengetahui apa yang telah diketahui siswanya, sebab pengetahuan dasar siswa akan dijadikan sebagai jembatan untuk memberi mereka pengetahuan yang baru. Untuk menyempurnakan prinsip ini, data minat siswa baik perorangan maupun secara berkelompok dapat menjadi modal dalam mengatasi hambatan yang dihadapi dalam proses pembelajaran.
11
3) Prinsip Motivasi Motivasi dalam pembelajaran IPA dapat diartikan sebagai dorongan untuk belajar IPA.dorongan itu dapat bersumber dari kebutuhan (a) kebutuhan Fisiologis, (b) kebutuhan rasa aman, (c) kebutuhan rasa cipta, (d) kebutuhan rasa cinta, (e) kebutuhan akan pengakuan atas kemampuannya untuk melakukan sesuatu, termasuk kemampuan untuk berhasil dalam cita-citanya. Motivasi dapat bersifat internal dan eksternal. Beberapa penulis atau ahli yang lain menyebutnya motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi internal atau motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan suatu aktivitas. Motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu. Motivasi eksternal melalui proses belajar dan interaksi individu dengan lingkungannya dapat berubah menjadi motivasi internal. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994:41) proses perubahan dari motivasi ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik pada seseorang disebut “transformasi motif”. 4) Prinsip Multi Metode Didasari bahwa daya serap tiap siswa berbeda-beda, demikian pula jenis metode pembelajaran yang disenangi juga berbeda. Tugas guru adalah mengorganisasi belajar sedemikian rupa sehingga siswa tidak merasa bosan dan dapat menangkap materi pelajaran yang diberikan. 5) Prinsip Penemuan Untuk memahami suatu konsep, atau simbol dalam IPA, maka dengan prinsip penemaun siswa tidak disuapi, akan tetapi mereka diajak untuk melakukan
12
suatu kegiatan, sehingga nantinya siswa akan memperoleh pengalaman yang sekaligus menjadi pengantar untuk memahami konsep atau simbol IPA tersebut. 6) Prinsip Totalitas Prinsip totalitas bertolak dari paham bahwa siswa belajar dengan segenap kemampuan yang ia miliki sebagai makhluk hidup, yaitu panca inderanya, perasaan dan pikirannya. Dalam proses belajar siswa tidak hanya tergantung pada materi yang diajarkan, tetapi semua faktor-faktor atau kondisi yang berada disekitarnya turut menjadi penentu akan keberhasilan belajar yang dilakukan. Faktor atau kondisi yang dimaksud termasuk guru, metode, fasilitas, lingkungan, teman-temannya, pencahayaan, bahkan semua yang dapat mempengaruhi jiwa raganya ikut mempengaruhi keberhasilann ya. 7) Prinsip Perbedaan Individu Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri, yang berbeda-beda satu sama lain. Karena hal inilah setiap siswa belajar menurut kecepatannya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa yang lain akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri. Implikasi adanya prinsip perbedaan individual dalam, bagi siswa diantaranya adalah menentukan tempat duduk di kelas dan menyusun jadwal belajar. Dengan kata lain prinsip ini dapat berpengaruh pada aspek fisik maupun psikis siswa. Jadi perbedaan individual berpengaruh pada cara dan hasil
13
belajar siswa. Perbedaan tersebut terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Ketujuh prinsip itu perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA yang kontekstual di SD. Hal ini bertujuan agar pembelajaran IPA lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa maksimal. 2.2.4
Teori Pembelajaran IPA Biologi
Telah kita ketahui bahwa bahwa Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains merupakan pengetahuan manusia tentang gejala-gejala alam dan kebendaan yang diperoleh dengan cara observasi, eksperimen/penelitian, atau uji coba yang berdasarkan pada hasil pengamatan manusia. Pengamatan manusia dapat berupa fakta-fakta, aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan lain sebagainya. Komponen penting dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu ada tiga. Komponen tersebut yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan, komponen IPA tersebut yaitu: 1) produk ilmiah, 2) proses ilmiah, dan 3) sikap ilmiah. a) Ilmu Pengetauan Alam sebagai Produk Ilmiah Maslichah (2006:8) berpendapat bahwa sains sebagai produk merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori. Iskandar (1997:2) menyatakan bahwa fakta adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif.
Fakta
diperoleh
dari
hasil
14
observasi
secara
intensif
dan
kontinu/terus-menerus. Contoh dari fakta Sains adalah garam rasanya asin, besi tengelam dalam air, tanggal 27 Mei 2006 terjadi gempa bumi di Bantul (DIY) dan lain sebagainya. Konsep merupakan ide yang mempersatukan fakta-fakta atau dengan kata lain konsep merupakan suatu penghubung antara fakta-fakta yang saling berhubungan. Contoh konsep tentang zat cair (kelompok benda-benda seperti air, minyak, alkohol, bensin, dan spiritus) adalah zat yang mempunyai ciri-ciri bentuk selalu berubah sesuai bentuk wadah/tempat yang ditempatinya, volume dan beratnya selalu tetap, dapat mengalir dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah, tidak dapat dimampatkan. Prinsip adalah generalisasi tentang hubungan antara konsep-konsep yang berkaiatan. Prinsip IPA bersifat analitik, sebab merupakan generalisasi induktif yang ditarik dari berapa contoh. Contoh yang merupakan prinsip adalah air jika dipanaskan akan menguap. Prinsip yang menghubungkan adalah konsep air, konsep panas, dan konsep penguapan. Hukum adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima meskipun bersifat tentatif (dapat berubah), tetapi lebih bersifat kekal dari pada prinsip karena telah berkali-kali mengalami pengujian. Contohnya, energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat diubah dalam bentuk lain, misalnya dari kinetik diubah menjadi energi panas. Teori adalah generalisasi tentang berbagai prinsip yang dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena alam. Contoh dari teori adalah teori meteorologi memprediksi kapan akan mulai musim hujan dan teori terjadinya hujan, sehingga manusia/ilmuan dapat membuat hujan buatan. Untuk mendapatkan produk ilmiah seperti tersebut
15
diatas para ilmuan melakukan kegiatan yang dikenal dengan proses ilmiah. Oleh sebab itu, sains sebagai suatu produk tidak bisa lepas dari sains sebagai suatu proses. b) Ilmu Pengetauan Alam sebagai Proses Ilmiah Menurut Iskandar (1997:5) IPA sebagai proses, menyangkut proses atau cara kerja untuk memperoleh hasil (produk), inilah yang kemudian dikenal sebagai proses ilmiah. Melalui proses-proses ilmiah akan didapatkan temuan-temuan ilmiah. Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan. Dalam melakukan proses sains dibutuhkan berbagai macam keterampilan, antara lain keterampilan: 1) Mengamati/mengobservasi adalah kegiatan yang melibatkan satu atau lebih alat indera. Pada tahap pengamatan orang hanya mengatakan kejadian yang mereka lihat, dengar, raba, rasa, dan cium. 2) Menggolongkan/klasifikasi adalah memilah berbagai obyek dan/atau peristiwa berdasarkan persamaan sifat khususnya, sehingga diperoleh kelompok sejenis dari obyek atau peristiwa yang dimaksud. 3) Mengukur adalah kegiatan membandingkan benda yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan mengukur memerlukan bantuan alat-alat ukur yang sesuai dengan benda yang diukur. 4) Mengkomunikasikan adalah kegiatan menyampaikan perolehan fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk audio, visual, dan/atau audio visual. Cara-cara komunikasi yang sering digunakan dalam ilmu
16
pengetahuan selain dengan bahasa tulis maupun lisan adalah melalui sajian bentuk
grafik,
tabel,
gambar,
bagan,
simbol/lambang,
persamaan
matematika. 5) Menginterpretasi adalah memberi makna pada data yang diperoleh dari pengamatan karena data tidak berarti apa-apa sebelum diartikan. Menginterpretasi berarti memberi arti/makna, misalnya: mengartikan tabel data, mengartikan grafik data. Menginterpretasi juga diartikan menduga dengan pasti sesuatu yang tersembunyi dibalik fakta yang teramati. 6) Memprediksi/menginferensi adalah menduga sesuatu yang akan terjadi berdasarkan pola-pola peristiwa atau fakta yang sudah terjadi. Prediksi biasanya dibuat dengan cara mengenal kesamaan dari hasil berdasarkan pada pengetahuan yang sudah ada, mengenal bagaimana kebiasaan terjadinya suatu peristiwa berdasarkan pola kecenderungan. 7) Menggunakan alat adalah kegiatan merangkai dan memakai alat-alat untuk kegiatan pengujian atau kegiatan percobaan/eksperimen. 8) Melakukan percobaan adalah keterampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide itu. 9) Menyimpulkan adalah keterampilan memutuskan keadaan suatu objek berdasarkan fakta, konsep, prinsip yang diketahui.
17
c) Ilmu Pengetauhan Alam sebagai Sikap Ilmiah Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Beberapa kriteria yang termasuk dalam sikap ilmiah utama dalam berproses sains yaitu: 1) Objektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri oleh angapan pribadi, baik perasaan senang atau tidak senang. 2) Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung kesimpulan itu. 3) Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri. Sementara itu, jika gagasan orang lain memiliki cukup data yang mendukung gagasan tersebut maka ilmuwan tersebut tidak ragu menolak temuannya sendiri. 4) Sikap hati-hati. Sikap ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk cara kerja yang didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan penuh kehati-hatian berdasarkan fakta-fakta pendukung yang benar-benar akurat. 5) Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi. Bagi seorang ilmuwan hal yang dianggap biasa oleh orang pada umumnya, hal itu merupakan hal penting dan layak untuk diselidiki.
18
6) Tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat. Seorang ilmuan harus dapat membedakan mana yang fakta dan mana yang pendapat.
2.3 Media Komik Strip sebagai Media Belajar pada IPA Biologi
Dalam perancangan sebuah komik strip yang akan digunakan sebagai media pembelajaran, adapun tahap-tahap yang harus kita tempuh dalam proses pembuatan antara lain: 2.3.1
Tahap Pengidentifikasian Target
Dalam pembuatan komik, kita harus dapat mengidentifikasikan siapa yang akan menjadi target kita. Dalam hal ini, target adalah si pembaca, kita harus dapat mengerti selera si pembaca berdasarkan umur yaitu kalangan anak pra sekolah (3-5 tahun), pada usia ini biasanya anak lebih menyukai komik dengan tokoh hewan, misalnya miki tikus,donal bebek dan doraemon, yang berpakaian dan berbicara seperti manusia. Tetapi anak-anak di usia pra sekolah tidak menyukai komik yang berunsur teror. Anak pada usia sekolah (6-12 tahun) biasanya mereka menyukai komik yang mengandung cerita petualangan,misteri dan ketegangan. Karena pada usia ini anak lebih cenderung menyukai hal-hal yang berbau petualangan seiring dengan perkembangan sosialnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Pada usia remaja (15-20 tahun) mereka telah mengalami perkembangan yang ketat, baik dari segi sosial,berfikir,berimajinasi dan menanggapi rangsangan dari luar. Oleh karena itu, sebaiknya komik yang akan disajikan untuk kalangan anak remaja yaitu hal-hal yang berhubungan dengan roman dan percintaan.
19
Karena pada usia ini anak mulai memperhatikan lawan jenisnya dan saling tertarik antara satu dengan yang lain. Pada saat anak beranjak dewasa (20-25 tahun) terkadang selera mereka berubah,mereka cenderung
menyukai hal-hal
yang berhubungan dengan
humor,kejahatan dan masalah-masalah sosial,budaya,ekonomi dan politik yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Karena pada usia inilah anak sudah mulai berfikir luas seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan intelektualitasnya. 2.3.2
Tahap Pengidentifikasian Warna
Warna yang akan dipilih oleh si pembuat komik haruslah menyesuaikan dengan selera si pembaca. Dalam mengklasifikasikan selera si pembaca yaitu dengan mengklasifikasikan umur si pembaca tersebut. Pada usia pra sekolah (3-5 tahun) mereka biasanya menyukai hal yang bercorak warna-warni, karena pada usia anak mulai dikenalkan berbagai jenis warna dan pada usia inilah daya fantasi anak sangat tinggi. Di usia sekolah (6-12 tahun) mereka masih cenderung menyukai berbagai jenis warna. Akan tetapi di usia 12 tahun mereka hanya menyukai beberapa warna saja. Oleh karena itu kontras warna yang akan dipilih sedikit sederhana. Pada usia remaja dan dewasa mereka biasanya tidak menyukai banyak warna,mereka sudah mempunyai selera warna tersendiri. Oleh karena itu pembuatan komik untuk kalangan remaja dan dewasa janganlah didominasi corak berbagai warna.
20
2.3.3
Tahap Pembuatan Skenario
Skenario merupakan jantung proses pembuatan komik karena skenario yang memberikan arah pembuatan cerita komik. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan skenario komik antara lain : 1) Tema 2) Alur 3) Setting dalam komik 4) Jendela 5) Halaman 6) Karakter tokoh (emosi) Keenam hal tersebut sangat berperan penting dalam proses pembuatan skenario komik karena diantara satu dengan yang lain mempunyai ketergantungan dalam kesempurnaan pesan yang akan disampaikan. Dan dalam proses pembuatan skenario juga harus memperhatikan selera dan minat si pembaca. Dalam hal menentukan skenario haruslah menyesuaikan materi yang akan disampaikan. 2.3.4
Tahap Pemilihan Gaya Bahasa
Dalam pemilihan gaya bahasa yang akan digunakan dalam pembuatan komik harus disesuaikan dengan umur si pembaca karena setiap pembaca mempunyai daya serap dan intelektualitas yang berbeda-beda. Untuk gaya bahasa dalam komik yang akan dibuat untuk kalangan anak pra sekolah sebaiknya tidak terelalu sulit dan rumit akan tetapi penuh dengan fantasi atau sesuatu yang menyenangkan.
21
Pada usia sekolah biasanya anak cenderung menyukai bahasa-bahasa yang penuh motivasi dan memacu andrenalin. Di usia ini pun anak belum menguasai istilah-istilah bahasa yang sulit dan rumit sehingga penggunaan gaya bahasa sedikit dipermudah. Pada usia remaja dan dewasa, gaya bahasa sedikit ada istilah-istilah bahasa
yang bermutu bahkan menggunakan istilah asing karena harus
menyesuaikan perkembangan-perkembangan yang ada di masyarakat. Dan juga gaya bahasa digunakan untuk menambah pengetahuan. 2.3.5
Tahap Pengaturan Unsur Visual
a) Huruf Dalam hal pemilihan huruf, haruslah memperhatikan warna pada latar belakang komik tersebut. Karena jika tidak menyesuaikan dengan warna latar maka bisa menyebabkan efek negatif bagi si pembaca yaitu iritasi mata. Huruf yang digunakan harus mudah dibaca dan jelas. Sebaiknya tidak menggunakan huruf yang berbentuk latin yang rumit. b) Bentuk dan Garis Buatlah gambar yang sederhana tetapi jelas. Artinya dalam bentuk tidak perlu bersifat naturalis. Hindari garis dan bentuk yang ruwet. c) Keseimbangan Dalam penggunaan bentuk,garis,warna dan huruf harus disusun secara seimbang, misalnya huruf yang ingin disusun secara simetris/asimetris maka haruslah seimbang sehingga kesan yang disampaikan dapat dterima dengan baik.
22
d) Kesatuan Kesatuan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain harus diperhatikan. Hendaknya kesatuan unsur tersebut terlihat jelas, misalnya judul harus dibuat senyawa dengan apa yang akan dijelaskan dalam komik. e) Penekanan Dalam menyajikan pesan atau materi pembelajaran dalam bentuk komik, maka diperlukan adanya penekanan pada unsur-unsur pokok pesan yang akan disampaikan. Misalnya jika si pengarang akan menjelaskan makanan 4 sehat 5 sempurna, maka dalam menjelaskan susu sebaiknya tampilkan gambar susu di tengah-tengah makanan lainnya karena warna susu itu lemah (putih) bila dibandingkan dengan warna makanan lainnya. f) Layout (susunan,tata letak) Unsur-unsur visual seperti gambar, kata-kata, bentuk simbol dan lainnya harus terlebih dahulu direncanakan bagaimana susunannya dalam medan visual yang akan disajikan. Susunan harus dapat menempatkan semua unsur secara harmonis (Budiningsih, 2003:112). Dalam proses pembuatan komik strip harus memperhatikan tahap-tahap tersebut karana kesalahan atau kekurangan dari salah satu unsur dapat mempengaruhi unsur-unsur yang lain sehingga pesan yang akan disampaikan tidak menarik perhatian si pembaca.
23
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1
Kesimpulan
3.1.1
Peranan Media Komik Strip Dalam Pembelajaran IPA Biologi di
Sekolah
Berdasarkan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan media komik strip dalam pembelajaran IPA Biologi di sekolah ialah dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam memahami suatu materi. Penggunaan analogi dan penggambaran cerita dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu siswa untuk memahami suatu materi. Objek-objek yang terlalu kecil, terlalu besar, berbahaya atau bahkan tidak dapat dikunjungi oleh siswa dapat dihadirkan melalui media komik pembelajaran. 3.1.2
Karakteristik Media Komik Strip yang Baik Dalam Pembelajaran
IPA Biologi
Berdasarkan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik media komik strip yang baik dalam pembelajaran IPA Biologi di sekolah sebagai berikut:
Terdiri dari rangkaian gambar yang mengandung cerita
Gambar lebih dominan dibanding dengan teks
Bersifat komikal
Dirancang untuk dipublikasikan.
24
3.1.3
Kelebihan dan Kekurangan Media Komik Strip Dalam Pembelajaran IPA Biologi di Sekolah
Berdasarkan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa kelebihan dan kekurangan media komik strip dalam pembelajaran IPA Biologi di sekolah sebagai berikut: Kelebihan:
Komik strip dapat memotivasi siswa selama proses belajar mengajar.
Komik strip terdiri dari gambar-gambar yang merupakan media yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran;
Komik strip bersifat permanen;
Komik strip bisa membangkitkan minat membaca dan mengarahkan siswa untuk disiplin membaca khususnya mereka yang tidak suka membaca;
Komik strip adalah bagian dari budaya popular (Gagne,1978).
Kekurangan:
Komik strip membatasi bahkan memungkinkan membunuh imajinasi;
Penyampaian materi pelajaran melalui media komik strip terlalu sederhana;
Penggunaan media komik strip hanya efektif diberikan pada peserta didik yang bergaya visual (Lestari,2009).
3.2
Saran
Diharapkan Guru hendaknya menggunakan media komik strip dalam pembelajaran, sebab penggunaan media komik dapat mempermudah siswa memahami materi yang disampaikan karena disajikan secara ringan dan sederhana. Selain itu kelebihan penggunaan media ini dapat membuat suasana
25
kelas menjadi lebih kondusif, tidak terkesan monoton dan membuat anak lebih konsentrasi dan fokus pada proses pembelajarannya.
26