Makalah Koloid Kimia Dasar II
Oleh : Khairunnajah Amaliah 082001600008
Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Arsitekur Lansekap dan Teknologi Lingkungan 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Kimia, yaitu berjudul “Makalah Koloid” tepat pada waktunya. Dalam penulisan ini, penulis sangat banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang kepada pihak-pihak yang telah membantu keberhasilan jalannya tulisan ini. Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetauan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat dapat meperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki sangat kurang, oleh karena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan masukan yang bersifat membangun me mbangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................... .......................................... ............................................ ..........................................i ....................i DAFTAR ISI ......................... ............................................... ............................................ ............................................... ...........................ii ..ii BAB I PENDAHULUAN ................... ......................................... ............................................. ......................................1 ...............1 1.1. Latar Belakang ....................... ............................................. ............................................ .....................................1 ...............1 1.2. Rumusan Masalah ...................... ............................................ .............................................. ..................................1 ..........1 1.3. Tujuan ...................... ............................................ ............................................ ............................................. ............................1 .....1 BAB II PEMBAHASAN ..................... ........................................... ............................................... .....................................2 ............2 2.1. Pengertian Koloid………………………………………………………… Koloid…………………………………………………………3 3 2.2. Pengelompokan Koloid…………………………………………………... Koloid …………………………………………………...3 3 2.3. Jenis-Jenis Koloid………………………………………………………... Koloid………………………………………………………...3 3 2.4. Sifat-Sifat Koloid Koloid…………………………………………………………. ………………………………………………………….4 4 2.5. Kestabilan koloid……………………………………………………….… koloid……………………………………………………….…6 6 2.6. Cara pembuatan koloid…………………………………………………… koloi d……………………………………………………7 7 2.7. Penggunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari…………………………. sehari-hari ………………………….9 9 BAB III PENUTUP………………………………………………………………...11 PENUTUP ………………………………………………………………...11 3.1. Kesimpulan ..................... ........................................... ............................................. ............................................1 .....................11 1 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… PUSTAKA ………………………………………………………………12 12
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem koloid merupakan bentuk campuran dari dua atau lebih suatu bentukcampuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikelterdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall (adalah efekyang terjadi jika suatu larutan terkena sinar).Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki olehcampuran biasa (suspensi).Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai dalam kehidupan seharihari.Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Koloid? 2. Apa jenis-jenis Koloid? 3. Apa sifat-sifat Koloid? 4. Seperti apa pembuatan sistem Koloid? 5. Seperti apa kegunaan Koloid? 1.3 Tujuan 1. Menjelaskan Pengertian Koloid 2. menjelaskan Pengelompokan dari koloid 3. Menjelaskan Jenis-jenis koloid 4. Menjelaskan Sifat-sifat koloid 5. Menjelaskan Kestabilan koloid 6. Menjelaskan Cara pembuatan koloid 7. menjelaskan Penggunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Koloid Koloid adalah salah satu jenis campuran homogen yang memiliki sifat berbeda dengan larutan yang selama ini anda ketahui. Perbedaan sifat ini dis ebabkan oleh ukuran partikel zat terlarut yang lebih besar dibandingkan dengan larutan. Koloid memiliki aplikasi luas mencakup banyak material yang ada di alam maupun yang dikembangkan di industry, seperti kosmetik, obat-obatan, pengolahan air minum, sampai material bangunan. Kata koloid berasal dari bahasa yunani kolla yang berarti lem, karena dahulu koloiddianggap mirip lem. Klasifikasi koloid yang pertama diajukan oleh Von Weimar dan Ostwald, istilah sistem terdispersi diperkenalkan, dan ukuran partikel digunakan sebagai faktor utamadalam klasifikasi dan karakterisasi koloid. Koloid adalah zat yang terdiri atas medium homogen dan partikel yang terdispersi didalamnya. namun, tidak semua sistem terdispersi merupakan koloid. Menurut Lumiere dan Staudinger, semua koloid dapat digolongkan menjadi koloidmo lekuler dan koloid asosiasi (miselar). Partikel koloid molekuler adalah makromolekul tunggal, dan strukturnya kurang lebih sama dengan struktur molekul kecil, yaitu atom-atom terikat oleh ikatan kimia sejati. sejati . Contoh& tepung, polyvinyl polyvinyl chloride (PVC), spherocolloids seperti glikogen,albumin, dan sebagainya. Thomas Graham (1805-1809) banyak mempelajari tentang kecepatan difusi (gerak) partikel materi sehingga ia dapat merumuskan hukum tentang difusi. difusi. Dari pengamatannya,ter nyata gerakan partikel zat dalam larutan laruta n ada yang cepat dan lambat. Umumnya yang berdifusicepat adalah zat berupa kristal sehingga disebut kristaloid, contohnya NaCl dalam air. "kantetapi, istilah ini tidak ti dak populer karena ada zat yang bukan kristal berdifusi cepat, contohnya HCldan H2SO4. Y ang lambat berdifusi disebabkan oleh partikelnya mempunyai daya tarik (perekat) satu sama lain, contohnya putih telur dalam air. Zat seperti ini disebutkoloid (bahasa Yunani : cola = perekat). perekat). Kecepatan difusi menurut graham bergantung pada massa partikel, makin besar massamakin kecil kecepatannya. Massa ada hubungannya dengan ukuran partikel, yang massanya besar akan besar pula ukuran partikelnya. Berdasarkan ukuran partikel, campuran dapat dibagimenjadi tiga golongan yaitu larutan sejati (misalnya larutan gula), koloid (misalnya larutan susu),dan suspensi kasar (misalnya larutan pasir). Dalam larutan sejati, seperti larutan gula atau larutan garam,partikel zat terlarutmenga ndung ion atau molekul tunggal. Pada sisi lain ada yang disebut dengan suspensi,yangmana sus pensi,yangmana partikelnya mengandung lebih dari dari satu molekul dan cukup besar untuk dilihat dilihat oleh mata atau dibawah mikroskop .Diantara keduanya akan ditemukan suatu koloid,yang mana partikelnya mungkin mengandung lebih dari satu molekul tetapi tidak cukup besar untuk dapat dilihat dengan mikroskop biasa (Laider1982). Partikel-paritkel yang terletak dalam jarak jar ak ukuran koloidal mempunyai luas permukaanyang sangat besar dibanding dengan luas permukaan partikel-partikel yang lebih besar dengan volume yang sama. (Moechtar,1989) (Moechtar,1989) Diameter partikel dalam larutan sejati lebih kecil dari 1m . Bila diameter partikel - partikel dalam larutan terletak diantara 1- 100 m ,sistem disebutcampuran kasar atau dispersi kasar kas ar (Sukardjo,1997). Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat terbagi halus atau terdispersi dalam zatlain, koloid merupakan suatu sistem dispersi, karena terdiri dari dua fasa, yaitu fasa terdispersi (fasa yang tersebar halus) dan fasa pendispersi. Base terdispersi umumnya memiliki jumlah yanglebih kecil atau mirip dengan zat terlarut dan
fasa pendispersi jumlahnya lebih besar atau mirip pelarut dalam suatu larutan(Yazid,2005). Zat yang yang terdispersi terdispersi tersebut berjarak ukuran antara dimensi partikel-partikel partikel-partikel atomik dan molekular sampai partikel-partikel partikel-partikel yang berukuran milimeter, ukurannya ukurannya dapat diklasifikasikan diklasifikasikan baik yang sebagai membentuk dispersi molekular maupun dispersi koloidal.Beberapa suspensi dan emulsi dapat mengandung suatu jarak ukuran partikel sedemikian sehingga partikel partikelnya yang kecil masuk dalam jarak koloidal, sedangkan yang besar besar dapat di klasifikasikan sebagai partikel partikel kasar (Moechtar,1989).
2.2 Pengelompokan Sistem Koloid Sistem koloid adalah campuran yang heterogen. Telah diketahui bahwa terdapat tiga fase zat yaitu padata, cair, cair , dan gas. Dari ketiga fase zat ini dapat dibuat Sembilan kombinasi campuran fase zat, tetapi yang dapat membentuk system koloid hanya delapan. Kombinasi campuran fase gas dan fase gas selallu menghasilkan campuran homogeny (satu fase) sehingga tidak dapat membentuk system koloid. 1. Sistem Koloid Fase Padat-Cair (Sol) Sistem koloid fase padat-cair disebut sol. Sol terbentuk dari fase terdispersi berupa zat padat dan fase pendispersi berupa cairan. Sol yang memadat disebut disebut gel. Berikut contoh-contoh system koloid fase padat-cair. a. Agar-agar Padatan agar-agar yang terdispersi didalam air pa nas akan menghasilkan system koloid yang disebut sol. Jika konsentrasi agar-agar rendah, pada keadaan dingin sol ini akan tetap berwujud cair. Sebaliknya, jika konsentrasi agar-agar tinggi pada keadaan dingin sol menjadi padat dan kaku. Keadaan seperti ini disebut gel. b. Pektin Pektin adalah tepung yang diperoleh dari buah papaya muda, apel, dan kulit jeruk. Jika pektin didispersikan didalam air, terbentuk suatu sol yang yang kemudian memadat sehingga membentuk gel. Pektin biasa digunakan untuk pembuatan selai . c. Gelatin Gelatin adalah tepung yang diperoleh dari hasil perebusan kulit atau kaki binatang, misalnya sapi. Jika gelatin didispersikan di dalam air, terbentuk suatu sol yang kemudian memadat dan membentuk gel. Gelatin banyak digunakan untuk pembuatan cangkang kapsul. Agar-agar, pektin, dan gelatin juga digunakan untuk pembuatan makanan, seperti jelly atau permen yang kenyal (gummy candies). 2. Sistem Koloid Fase Padat-Padat (Sol Padat)
Dengan fase terdispersi berupa zat padat dan d an medium pendispersi berupa zat padat. Contoh sol padat yaitu kaca berwarna dan logam campuran (aloi) seperti sta inless steel (campuran antara besi, nikel, dan kromium). 3. Sistem Koloid Fase Padat-Gas (Aerosol Padat) Dengan fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat gas. Contoh aerosol padat yaitu asap. 4. Sistem Koloid Fase Cair-Gas (Aerosol)
Dengan fase terdispersi berupa zat cair cai r dan medium pendispersi berupa zat gas. Contoh aerosol yaitu kabut, awan, parfum, hairspray, cat semprot dan lain-lain. 5. Sistem Koloid Fase Cair-Cair (Emulsi) Dengan fase terdispersi berupa zat cair cai r dan medium pendispersi berupa zat cair. Contoh emulsi yaitu campuran antara minyak yang bersifat nonpolar dengan air yang bersifat polar, susu, air santan, dan krim. Dalam emulsi terdapat emulgator yaitu zat penghubung penghubung yang menyebabkan pembentukkan emulsi, contoh zat emulgator adalah s abun, detergen, lesitin dan kasein (dalam susu). 6. Sistem Koloid Fase Cair-Padat (Emulsi Padat) Dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat padat. Contoh emulsi padat yaitu keju, mentega, dan mutiara. 7. Sistem Koloid Fase Gas-Cair (Busa) Dengan fase terdispersi berupa zat gas dan medium pendispersi berupa zat cair. Contoh busa yaitu buih. 8. Sistem Koloid Fase Gas-Padat (Busa Padat) Dengan fase terdispersi berupa zat gas dan medium pendispersi berupa zat padat. Contoh busa padat yaitu karet busa dan batu apung. apung. 2.3. Jenis Koloid Karena baik solut maupun pelarut mempunyai tiga macam fase; yaitu gas, cair dan padat maka terdapat 8 macam sistem koloid (sebab campuran gas dengan fasa gas akan membentuk sistem homogen ) seperti pada tabel berikut :
Fasa Terdispersi
Fasa Pendispersi
Penyebutan
Nama
Contoh
Gas Gas Cair Cair Cair Padat Padat padat
Cair Padat Gas Cair Padat Gas Cair padat
Gas dalam cair Gas dalam padat Cair dalam gas Cair dalam cair Cair dalm padat Padat dalam gas Padat dalam cair Padat dlm padat
Buih Busa padat Aerosol cair Emulsi Emulsi padat Aerosol pdt Sol Sol padat
Busa sabun Karet busa Kabut Susu Mentega Asap Lart kanji Camp logam ( perunggu )
2.3.1. Jenis partikel koloid 1. Koloid Liofil Koloid liofil adalah koloid yang suka berikatan dengan mediumnya sehingga sulit dipisahkan atau sangat stabil. Liofil berarti suka cairan (Yunani: lio = lio = cairan, philia cairan, philia = = suka). Contohnya agar-agar, tepung kanji, gelatin dalam air panas , lem karet, protein, sabun, detergen, dan cat. 2. Koloid Liofob Koloid liofob adalah koloid yang tidak menyukai mediumnya sehingga cenderung memisah, dan akibatnya tidak stabil. Liofob berarti takut cairan (Yunani = phobia = phobia = = takut/benci). Koloid liofob biasanya terdiri atas zat anorganik semula. Contoh koloid liofob adalah sol emas.
Macam Koloid Berdasarkan Interaksinya dengan Pelarut ( Air ) 1. Koloid Hidrofil ; yaitu koloid yang dapat campur dengan air , dapat diencerkan dan lebih stabil . Contohnya klid dari senyawa-senyawa organik, misalnya kanji (amilum), agar-agar, dsb 2. Koloid Hidrofob ; kebalikan dari koloid hidrofil, yaitu tidak campur dengan air, sehingga tidak dapat dapat diencerkan dan kurang stabil. Contoh : Kebanyakan Kebanyakan koloid dari senyawa anorganik, misalnya sol belerang ( S ) , Fe(OH) 3 , dsb 2.4. Sifat-Sifat Koloid
2.4.1. Sifat Fisika Sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenis koloidnya. Pada koloid hidrofob sifat-sifat seperti rapatan, tegangan permukaan dan viskositasnya hampir sama dengan medium pendispersinya. pendispersinya. Pada koloid koloid hidrofil hidrofil karena terjadi hidrasi, sifat-sifat fisikanya fisikanya sangat berbeda dengan mediumnya. Viskositasnya lebih besar dan tegangan permukaannya lebih kecil. 2.4.2. Sifat Koligatif Suatu koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligaif. Sifat ini hanya bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat koligatif koloid umumnya lebih rendah daripada lautan sejati dengan jumlah partikel yang sama (Yazid, 2005). Ini disebabkan karena butir-butir koloid terdiri atas beribu-ribu molekul,sedangkan pengaruh terhadap sifat koligatif hanya ditentukan oleh jumlah molekul (Sukardjo, 1997) 2.4.3. Sifat Optis Walaupun secara definisi partikel koloid terlalu kecil untuk dapat dilihat oleh mikroskop biasa mereka dapat dideteksi secara optikal. Ketika cahaya dilewatkan melalui medium yang mengandung partikel yang tidak lebih besar daripada 10-9 m, berkas cahaya tersebut tidak dapat dideteksi dan medium tersebut disebut optically clear. Ketika partikel koloid hadir, bagaimanapun, sebagian cahaya akan dihamburkan, dan sebagian lagi akan diteruskan dalam intensitas yang rendah. Penghamburan ini dikenal dengan nama efek Tyndall (Laider, 1982). Efek Tyndall dapat digunakan untuk mengamati partikel-partikel koloid dengan menggunakan mikroskop. Karena intensitas hamburan cahaya bergantung pada ukuran partikel, maka efek Tyndall juga dapat digunakan untuk memperkirakan berat molekul koloid. Partikel-partikel koloid yang mempunyai ukuran kecil, cendrung untuk menghamburkan cahaya dengan panjang gelombang pendek. Sebaliknya partikel-partikel koloid yang mempunyai ukuran besar cendrung untuk menghamburkan cahaya dengan panjang gelombang yang lebih panjang (Bird, 1993).
= , Jika partikel berbentuk bola maka: 4 3 = dimana 3= 3 atau = √ 3 3 4 4 Keterangan: Vm= Volume partikel m = massa partikel d = rapat partikel atau massa jenis n = mol 2.4.4. Sifat kinetik a. Gerak Brown Partikel koloid bila diamati dibawah mikroskop ultra akan nampak sebagai bitik bintik bercahaya yang selalu bergerak secara acak dengan jalan berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersinya disebut gerak Brown. Terjadinya gerakan ini disebabkan oleh banyaknya tabrakan molekulmolekul medium pendispersi tidak sama (tidak setimbang) (Yazid, 2005).
b. Pengendapan (sedimentasi) Partikel-partikel koloid mempunyai kecendrungan untuk mengendap karena pengaruh gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap mediumnya. Jika
rapat massa partikel lebih besar dari medium pendispersinya, maka partikel tersebut akan mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan mengapung. Koagulasi endapan koloid dapat dipercepat oleh suhu tinggi dan pengadukan serta dengan penambahan elektrolit tertentu. Dengan suhu tinggi berarti akan menurunkan viskositas dan menaikkan selisih rapatan. Namun faktor-faktor ini pengaruhnya relatif kecil terhadap kecepatan pengendapan (Yazid, 2005).
= 2 − 9
c. Difusi Partikel zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerak Brown, sehingga dapat dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid mendifusi karena adanya gerak Brown. Kecendrungan dari zat untuk berdifusi dinyatakan dengan koefisien difusi. Menurut Graham, butir-butir koloid berdifusi sangat lambat karena ukuran partikelnya relatif besar (Yazid, 2005).
= d. Tekanan osmosis
= ((1 + + 3 + ⋯ )
2.4.5. Sifat Listrik Permukaan partikel koloid mempunyai muatan listrik karena terjadinya ionisasi atau penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. (Yazid, 2005). Bila partikel koloid yang bermuatan ditempatkan pada medan listrik, maka partikel tadi akan bergerak ke arah salah satu elektroda bergantung pada muatannya. Proses ini dikenal dengan nama elektroforesis. Laju gerakan partikel (cm/det) dalam medan listrik dengan gradien potensial (volt/cm) dikenal sebagai mobilitas partikel tersebut (Bird, 1993). 2.5. Kestabilan Koloid Partikel-partikel koloid ialah bermuatan sejenis. Maka te rjadi gaya tolak-menolak yang mencegah partikel-partikel koloid bergabung dan mengendap akibat ga ya gravitasi. Oleh karena itu, selain gerak Brown, muatan koloid juga berperan besar dalam menjaga kestabilan koloid.
Ada dua gaya pada sistem koloid yang menentukan kestabilkan koloid tersebut.Gaya yang pertama adalah gaya tarik-menarik yang dikenaldengan nama gaya London-van der waals. Gaya ini cenderung menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan kemudian mengendap. Gaya yang kedua adalah gaya tolak menolak yang
disebabkan oleh pertumpang tindihan lapisan ganda elektrik yang yang bermuatan sama.Gaya ini menstabilkan dispersi koloid. Sebenarnya ada gaya ketiga yang mempengaruhi kestabilan koloid.Gaya ini kadang – kadang dapat menyebabkan terjadinya agregasi dan terkadan juga dapat meningkatkan kestabilan koloid.Gaya tersebut adalah gaya tarik menarik antara partikel koloid dengan medium pendispersinya.Biasanya gaya tarik ini cenderung untuk menstabilkan partikel koloid dan dalam beberapa hal memegang peranan penting dalam menentukan kestabilan sistem koloid secara keseluruhan.(Bird,1993). Faktor-faktor yang membuat suatu koloid stabil:
- Ion teradsorpsi - Interaksi partikel koloid dengan zat pendispersi (faktor kepolaran) - Konsentrasi dan ukuran partikel - Penambahan zat pengemulsi (emulsifier (emulsifier ) (khusus untuk emulsi) 2.6 Cara Pembuatan Koloid Ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi. Oleh karena itu, sistem koloid dapat dibuat dengan pengelompokkan (agregasi) partikel larutan sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi. Cara yang pertama disebut cara dispersi, sedangkan yang kedua disebut cara kondensasi. 2.6.1 Metode Dispersi
a. Dispersi langsung (mekanik) Cara ini dilakukan dengan memperkecil zat terdispersi sebelum didispersikan ke dalam medium pendispersi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggiling atau menggerus partikel sampai ukuran tertentu. Sebagai contoh adalah pembuatan sol belerang dalam air, serbuk belerang dihaluskan terlebih dahulu dengan menggerus bersama kristal gula secara berulang – ulang. Campuran semen dengan air dapat membentuk koloid secara langsung karena partikel – partikel semen sudah digiling sedemikian rupa sehingga ukuran partikelnya menjadi ukuran koloid. b. Peptisasi Proses peptisasi dilakukan dengan cara memecah partikel partikel – – partikel partikel besar, misalnya suspensi, gumpalan, atau endapan dengan menambahkan zat pemecah tertentu. Sebagai
contoh,
endapan
Al(OH) 3 akan
berubah
menjadi
koloid
dengan
menambahkan AlCl 3 ke dalamnya. Endapan AgCl akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan larutan NH 3secukupnya. Contoh lain, karet bisa dipeptisasi oleh bensin, agar – agar oleh air, nitroselulosa oleh aseton. Endapan NiS dapat dipeptisasi oleh H2S.
c. Homogenisasi Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan serbuk susu skim ke dalam air di dalam mesin homogenisasi sehingga partikel – partikel susu berubah menjadi seukuran partikel koloid. Emulsi obat pada pabrik obat dilakukan dengan proses homogenisasi mengunakan mesin homogenisasi. 2.6.2 Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut. 1. Reaksi Redoks Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi. Contoh: Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H 2S) dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H 2S ke dalam SO2. 2H 2S (g) + SO2 (aq) 2H 2O (l) + 3S (koloidal) Pembuatan sol emas dari reaksi antara larutan HAuCl 4 dengan larutan K 2CO3 dan HCHO (formaldehida). 2HAuCl 4 (aq) + 6K 2CO3 (aq) + 3HCHO (aq) 2Au (koloidal) + 5CO 2 (g) + 8KCl (aq) (aq) + 3HCOOK (aq) + KHCO 3 (aq) + 2H 2O (l) 2. Hidrolisis Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Contoh: Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl 3. Apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH) 3. FeCl 3 (aq) + 3H 2O (l) Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl (aq) 3. Dekomposisi Rangkap Contoh: Sol As 2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H 3AsO3 dengan larutan H 2S. 2H 3 AsO3 (aq) + 3H 2S (aq) As2S 3 (koloid) + 6H 2O (l) Sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer dengan larutan HCl encer AgNO3 (aq) + HCl (aq) AgCl (koloid) + HNO 3 (aq) 4. Penggantian Pelarut
Contoh: Larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu koloid berupa gel. 2.6.3 Busur Bredig Busur Bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk membentuk koloid logam. Proses ini dilakukan dengan cara meletakkan logam yang akan dikoloidkan pada kedua ujung elektrode dan kemudian diberi arus listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api listrik. Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga api listrik mengakibatkan logam akan menguap dan selanjutnya terdispersi ke dalam air membentuk suatu koloid logam.
2.7 Penggunaan Koloid dalam Kehidupan
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar. Berikut adalah aplikasi koloid : Jenis industry
Contoh aplikasi
Industri makanan
Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan perawatan tubuh
Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat
Cat
Industri kebutuhan rumah tangga
Sabun, deterjen
Industri pertanian
Peptisida dan insektisida
Industri farmasi
Minyak ikan, pensilin untuk suntikan
Berikut adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid : 1. Pemutihan Gula Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid
akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih. 2. Penggumpalan Darah Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan. 3. Penjernihan Air Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al 2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut te rsebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi: Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+ Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel part ikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh pengaruh gravitasi.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Berdasarkan pada penulisan di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil sebagai ber ikut 1. Koloid adalah zat yang terdiri atas medium homogen dan partikel yang terdispersi didalamnya. namun, tidak semua sistem terdispersi merupakan koloid. 2. Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat terbagi halus atau terdispersi dalam zat lain, koloid merupakan suatu sistem dispersi, karena terdiri dari dua fasa, yaitu fasa terdispersi (fasa yang tersebar halus) dan fasa pendispersi. Campuran yang terletak antara medium dispersi disebut koloid. 3. Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat, cair , dan gas. 4. Beberapa sifat koloid yang berkaitan dalam kehidupan sehari – hari yaitu Efek Tyndal, Gerak Brown, Adsorbsi, Elektroforesis, Koagulasi, koloid pelindung, serta dialisis.
DAFTAR PUSTAKA https://www.academia.edu/11430269/makalah_Kimia_Koloid https://www.scribd.com/doc/182006923/makalah-koloid-docx http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Purwanti%20Widhy%20Hastuti,%20S.Pd., %20M.Pd./KOLOID%20(9).pdf http://documents.tips/documents/kestabilan-koloidppt.html Sutresna,Nana.2007.Cerdas Belajar Kimia.Bandung: Grafindo Media Pratama.