1
Pusat Studi Pengembangan Energi Terbarukan Universitas Airlangga
MAKALAH
KETAHANAN ENERGI INDONESIA DAN KESIAPAN PROGRAM DESA MANDIRI ENERGI
PUSAT STUDI PENGEMBANGAN ENERGI TERBARUKAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA 2015 Jalan Mulyorejo, Kampus C Unair, Surabaya 60115 Email :
[email protected] Phone : 08578453784 (Ardhy Purwo Nugroho)
2
Pusat Studi Pengembangan Energi Terbarukan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN Saat ini, Indonesia menghadapi masalah yang serius, yaitu ketersediaan sumber energi. Ketergantungan terhadap sumber energi fosil secara berlebih dapat berdampak pada ketersediaan sumber energi fosil di masa yang akan datang. Data Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyatakan bahwa konsumsi energi di Indonesia pada periode tahun 2000-2012 meningkat rata-rata sebesar 2,9% per tahun. Jenis energi yang paling dominan adalah penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang meliputi avtur, avgas, bensin, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, dan minyak bakar. Selama kurun waktu tersebut, total konsumsi BBM meningkat dari 315 juta SBM pada tahun 2000 menjadi 398 juta SBM pada tahun 2012 atau meningkat rata-rata 1,9% per tahun. Pada tahun 2012, konsumsi bensin (50%), minyak solar (37%), avtur (7%), minyak tanah (4%), dan minyak bakar (2%). (Permana dkk, 2012). Padahal cadangan sumber energi fossil yang terbukti di Indonesia hanya mampu memenuhi sekitar 40% dari konsumsi energi nasional. Adapun sisanya harus impor dari negara lain. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi ketahanan energi Indonesia masih belum ideal atau aman. Di sisi lain Indonesia kaya akan potensi alamnya untuk dikembangkan sebagai sumber energi terbarukan diantaranya matahari, angin, air, panas bumi, biomassa, dan samudera (laut) jumlahnya cukup memadai namun tersebar. Namun, pemanfaatan energi terbarukan dalam bauran energi nasional masih sedikit yaitu di bawah 4%. Terkait dengan hal tersebut, Pemerintah Indonesia telah memberikan perhatian khusus dalam pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan dengan diterbitkannya Undang-Undang (UU) No. 30 Tahun 2007 tentang Energi, dimana Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya wajib meningkatkan penyediaan energi baru dan energi terbarukan. Tidak hanya itu, pemerintah telah membentuk Dewan Energi Nasional yang bertugas untuk merumuskan kebijakan-kebijakan nasional untuk menjaga ketahanan energi. Melalui kementerian ESDM, diciptakannya Program Desa Mandiri Energi (DME) guna mempercepat pemanfaatan energi terbarukan. Segala upaya untuk menjaga ketahanan energi nasional bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata melainkan setiap orang di negeri ini. Setiap orang bertanggung jawab untuk ikut serta melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka menjaga ketahanan energi sesuai kemampuan dan perannya masing-masing.
Jalan Mulyorejo, Kampus C Unair, Surabaya 60115 Email :
[email protected] Phone : 08578453784 (Ardhy Purwo Nugroho)
3
Pusat Studi Pengembangan Energi Terbarukan Universitas Airlangga BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.
Kondisi Energi Nasional Indonesia merupakan negara berkembang dengan populasi penduduk sekitar 240 juta
orang dan pertumbuhan konsumsi energi tiap tahun berkisar 7%. Hal ini membuat pemerintah kesulitan dalam memanajemen ketahanan dan keberlanjutan energi bangsa ini ke depan. Populasi penduduk Indonesia adalah sekitar 3,4% dari populasi dunia, sedangkan cadangan energi fosil yang terbukti di Indonesia semuanya di bawah dari 3,4% (batubara 0,58%, gas 1,7%, minyak bumi 0,36%) atau dengan kata lain berada di bawah rata-rata dunia. Kebanyakan orang Indonesia masih belum sadar dengan situasi ini dan tidak banyak upaya yang telah dilakukan untuk menyelesaikannya. Padahal, setiap bangsa harus menjaga ketahanan energinya karena faktor ini yang akan menggerakan faktor-faktor lain seperti ekonomi dan sosial kemanusiaan. Menurut Tumiran (2013) menyatakan bahwa ketahanan energi merupakan suatu kondisi terjaminnya ketersediaan energi, akses masyarakat terhadap energi pada harga yang terjangkau dalam jangka panjang dan tidak terpengaruh oleh gejolak regional maupun internasional. Berdasarkan hasil Energy Sustainability Index Rankings oleh World Energy Council menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan 60 (tahun 2012), melorot dari urutan 47 (tahun 2011) dan urutan 29 (tahun 2010). Hasil ini jauh dibandingkan dengan negara tetangga seperti Filipina yang berada di urutan 52. Total konsumsi energi nasional pada tahun 2010 mencapai 159 MTOE (million of oil equivalent) dengan sumber energi yang masih didominasi energi fossil sebesar 94,3% (minyak bumi 49,7%, gas 20,1%, dan batu bara 24,5%) sedangkan energi terbarukan sebesar 5,7% (Tumiran, 2013). Sebagai catatan 1 TOE sama dengan 11.630 kwh atau setara dengan 7,4 boe (barrel of oil equivalent) (BP Statistical Review, 2013). Jumlah konsumsi minyak bumi di Indonesia dari tahun 2001 – 2011 cenderung meningkat sementara itu jumlah produksinya cenderung menurun (Gambar 2.1). Untuk memenuhi jumlah produksi yang menurun tersebut, Indonesia impor minyak dari sejumlah negara yang kaya minyak seperti Arab Saudi, Malaysia, Nigeria, dan beberapa negara lain seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Jalan Mulyorejo, Kampus C Unair, Surabaya 60115 Email :
[email protected] Phone : 08578453784 (Ardhy Purwo Nugroho)
4
Pusat Studi Pengembangan Energi Terbarukan Universitas Airlangga
Gambar 2.1. Grafik produksi dan konsumsi BBM di Indonesia
Gambar 2.2. Distribusi Sumber Impor Minyak Indonesia Jalan Mulyorejo, Kampus C Unair, Surabaya 60115 Email :
[email protected] Phone : 08578453784 (Ardhy Purwo Nugroho)
5
Pusat Studi Pengembangan Energi Terbarukan Universitas Airlangga 2.2.
Potensi Sumber Daya Energi Baru dan Energi Terbarukan
Konsumsi energi nasional yang masih didominasi oleh energi fossil terutama BBM dapat menyebabkan semakin menipisnya cadangan energi fossil di masa mendatang. Daftar sumber energi fossil di Indonesia disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Potensi Sumber Daya Energi Fossil
No
Fossil Energy
Resource s (Rc)
Reserv e (Rv)
Ratio Rv/Rc (%)
Productio n (Prod)
Ratio Rv/Pro d (Years)
1
Oil (milliar barel)
56,6
7,99
14 %
0,346
23
2
Gas
334,5
159,64
48 %
2,9
55
3
Batubara (miliar ton)
104,8
20,98
20 %
0,254
83
4
CBM (TSCF)
453
-
-
-
-
Sumber: Data ESDM Tahun 2014
Berdasarkan rasio cadangan produksi sumber energi fosil tersebut, potensi pemanfaatan batubara merupakan yang paling tinggi, yaitu sekitar 83 tahun lagi sedangkan potensi gas masih dapat bertahan sampai hampir 55 tahun lagi. Minyak merupakan sumber energi fosil yang potensinya paling kecil, yaitu masih dapat dimanfaatkan hanya sekitar 23 tahun lagi, bila tidak ditemukan cadangan baru. Potensi energi terbarukan seperti tenaga air, panas bumi, angin, surya, dan biomasa jumlahnya cukup memadai seperti yang disajikan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Potensi Sumber Daya Energi Baru dan Terbarukan (ESDM, 2014) No
Non Fossil Energi
Resources (Rc)
Installed Capacity (IC)
Ratio IC / Rc (%)
1
Hydropower
75.670 MW
4.200 MW
5,55
2
Geothermal
28,53 GW
1.189 MW
4,20
3
Mini / Micro Hydro
500 MW
86,1 MW
17,56
4
Biomass
49.810 MW
445 MW
0,89
5
Solar Energy
4,80 kWh/m2/day
14,1 MW
-
6
Wind Energy
3 – 6 m/s
1,4 MW
0,02
7
Uranium
3.000 MW
30 MW
1,00
Jalan Mulyorejo, Kampus C Unair, Surabaya 60115 Email :
[email protected] Phone : 08578453784 (Ardhy Purwo Nugroho)
6
Pusat Studi Pengembangan Energi Terbarukan Universitas Airlangga (e.q. 24.112 ton) Selain sumber daya yang telah disebutkan di atas, sumberdaya energi terbarukan yang belum banyak diketahui masyarakat umum adalah energi laut dan samudra. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Perancis, Kanada, Jepang, Belanda, dan Korea telah mulai meneliti kemungkinan pemanfaatan sumber daya energi ini. Pemanfaatan energi laut untuk kebutuhan listrik dapat dilakukan melalui berbagai cara diantaranya dengan memanfaatkan energi gelombang, pasang surut, perbedaan suhu lapisan laut (Ocean Thermal Energy Conversion - OTEC), dan perbedaan kadar garam atau osmosis. Energi gelombang laut atau ombak adalah energi kinetik yang dihasilkan dari pergerakan gelombang laut menuju daratan dan sebaliknya serta energi potensial dari tinggi rendahnya ombak. Potensi energi gelombang laut Indonesia relatif cukup tinggi dan terdapat di wilayah sisi barat Sumatera, selatan Jawa, Bali, NTT, dan NTB. Data dari Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI) tahun 2011 menyatakan gelombang laut mempunyai potensi teoritis 510 GW, potensi teknis 2 GW, dan potensi praktis 1,2 GW. Energi pasang surut adalah energi kinetik dari pemanfaatan beda ketinggian permukaan laut pada saat laut pasang dan saat laut surut. Secara umum prinsip kerja dari energi pasang surut ini sama dengan pembangkit listrik tenaga air. Pasang surut di Indonesia tidak terlalu tinggi, dan hanya beberapa wilayah yang mempunyai pasang surut antara 3-5 meter. Arus pasang-surut terkuat yang tercatat di Indonesia adalah di Selat antara Pulau Taliabu dan Pulau Mangole di Kepulauan Sula, Propinsi Maluku Utara, dengan kecepatan 5,0 m per detik. Potensi teoritis arus pasang surut sebesar 160 gigawatt (GW), potensi teknis 22,5 GW, dan potensi praktis 4,8 GW. Tipe ketiga dari energi laut adalah arus laut. Secara umum arus laut ini disebabkan oleh radiasi matahari. Dinginnya kutub menyebabkan densitas dan tingkat kelarutan garam pada air meningkat. Sementara itu di khatulistiwa terjadi efek sebaliknya dan menghasilkan air ringan. Untuk alasan ini, air dingin dari kutub cenderung bergerak ke khatulistiwa sebagai arus dalam, dan air hangat dari khatulistiwa mengalir ke kutub sebagai arus permukaan. Daya yang dihasilkan oleh turbin arus laut jauh lebih besar dari pada daya yang dihasilkan oleh turbin angin karena rapat massa air laut hampir 800 kali rapat massa udara. Tahun 2006 - 2010 telah dilaksanakan penelitian karakteristik arus laut di berbagai selat di Nusa Tenggara yaitu Selat Lombok, Selat Alas, Selat Nusa Penida, Selat Flores, dan Selat Pantar. Energi panas laut adalah energi yang dapat dibangkitkan oleh perbedaan panas laut antara kedalaman dan permukaan. Konversi energi panas laut (OTEC) menghasilkan listrik dengan memanfaatkan perbedaan suhu ini. Terdapat 16 lokasi yang berpotensi untuk Jalan Mulyorejo, Kampus C Unair, Surabaya 60115 Email :
[email protected] Phone : 08578453784 (Ardhy Purwo Nugroho)
7
Pusat Studi Pengembangan Energi Terbarukan Universitas Airlangga dikembangkan OTEC antara lain di lepas pantai Bali, Jawa, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Selat Makassar. Energi panas laut ini memiliki potensi teoritis 57 GW, potensi teknis 52 GW, dan potensi praktis 43 GW. Perbedaan kadar garam juga bisa dimanfaatkan menjadi energi dengan menerapkan teknologi osmosis. Teknologi ini memanfaatkan potensi kimia antara dua sumber air yaitu tawar dan bergaram dengan melintasi membran semipermeabel yang dapat menangkap energi dalam bentuk tekanan yang kemudian diubah menjadi bentuk energi lain seperti listrik. Saat ini belum dilaksanakan studi untuk pemanfaatan energi osmosis. 2.3.
Permasalahan Umum Energi Permasalahan energi nasional menyangkut hal yang berkaitan dengan security of
supply dan keberlanjutan penyediaan energi, sehingga dapat mendukung pembangunan dan kebutuhan seluruh rakyat Indonesia dalam jangka panjang. Penyediaan energi jangka panjang mempertimbangkan berbagai aspek lain, seperti lingkungan, ekonomi, dan aspek sosial kemanusiaan. Penerapan teknologi maju memerlukan edukasi dan informasi yang cukup agar dapat diterima sebagai bagian budaya masyarakat yang belum pernah berinteraksi dengan berbagai teknologi baru EBT (Energi Baru dan Terbarukan) maupun dampak pemanfaatannya pada sosial kemanusiaan. Hal ini akan menentukan keberlanjutan pembangunan itu sendiri. Dewan Energi Nasional (DEN) merumuskan permasalahan energi yang dihadapi dan perlu diselesaikan saat ini adalah: a. b. c. d. e.
Bauran energi yang tidak optimal Menurunnya tingkat produksi minyak bumi Kelangkaan energi (gas dan listrik) di beberapa daerah Penggunaan energi masih boros Energi primer lebih banyak diekspor dibandingkan untuk memenuhi kebutuhan energi
dalam negeri f. Penerimaan devisa dari sektor energi primer untuk pengembangan sektor energi masih rendah g. Perlindungan dan Pelestarian fungsi Lingkungan hidup belum menjadi prioritas Suatu tantangan bagi kalangan pelaku Litbang bidang Energi di Indonesia, adalah untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut di atas dengan suatu inovasi yang bersifat integratif dan multidimensional sesuai dengan kemampuan nasional. Permasalahan energi nasional jangka pendek yang harus segera diselesaikan saat ini adalah menyiapkan sumber energi selain BBM untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri nasional. Dalam rangka mengoptimalkan seluruh sumber daya energi, maka peran energi baru dan terbarukan diharapkan akan meningkat secara siginifikan dari 3,64% pada tahun 2009 Jalan Mulyorejo, Kampus C Unair, Surabaya 60115 Email :
[email protected] Phone : 08578453784 (Ardhy Purwo Nugroho)
8
Pusat Studi Pengembangan Energi Terbarukan Universitas Airlangga menjadi 17 % pada tahun 2025. Untuk menjawab hal tersebut, pemerintah telah menyiapkan Blue-print Pengelolaan Energi Nasional (PEN) 2005-2025 yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan di bidang energi. Sebagai bentuk realisasi blue-print PEN 2005-2025 tersebut, maka Kementerian Riset dan Teknologi membuat arah kebijakan penelitian, pengembangan dan penerapan iptek di bidang energi diantaranya sebagai berikut: a. Identifikasi data sumber energi baru dan terbarukan, potensi, kualitas, dan kuantitasnya. b. Pengembangan teknologi sesuai dengan hasil mapping potensi sumber energi yang tersedia. c. Kajian tekno-ekonomi, aspek finansial, dan analisis keberlanjutan (self sustaining) kegiatan yang akan dilakukan. d. Diseminasi informasi, sosialisasi kepada semua pihak (stake-holder terkait). e. Peningkatan efisiensi penggunaan energi. Dengan dimanfaatkannya sumber energi terbarukan, pemerintah telah membuat proyeksi dan bauran energi nasional hingga tahun 2050 yang dijelaskan pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. Proyeksi dan Bauran Energi Nasional Tahun 2015 – 2050 (Tumiran, 2013)
2.4. Kesiapan Program Desa Mandiri Energi
Jalan Mulyorejo, Kampus C Unair, Surabaya 60115 Email :
[email protected] Phone : 08578453784 (Ardhy Purwo Nugroho)
9
Pusat Studi Pengembangan Energi Terbarukan Universitas Airlangga Program Desa Mandiri Energi (DME) merupakan salah satu program unggulan pemerintah dalam upaya meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan demi menjaga ketahanan energi nasional. Pengembangan DME ini berlandaskan pada : 1. PERPRES No. 5/2006: Kebijakan Energi Nasional : Penyediaan biofuel minimal 5% pada tahun 2025. 2. Inpres Nomor 1 Tahun 2006 : Inpres Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. 3. Kepres No. 10 Tahun 2006 : tentang Pembentukan Tim Nasional Pengembangan BBN untuk Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran. 4. Peraturan Pemerintah Energi dan Sumber Daya Mineral No. 32 Tahun 2008 : tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai bahan bakar lain. Menurut dasar peraturan di atas, maka pemahaman DME adalah desa yang dipersiapkan untuk memiliki kemampuan memenuhi lebih dari 60% kebutuhan energinya (energi listrik dan bahan bakar dari energi yang terbaharukan) yang dihasilkan dari potensi sumber daya setempat sehingga diharapkan mampu menggerakkan roda perekonomian khususnya di dalam desa tersebut. Meskipun program DME sudah dicanangkan sejak lama, namun kenyataannya persentase keberlanjutan DME saat ini cukup sedikit. Artinya program DME ini hanya mampu berjalan singkat. Program DME akan berjalan jika mendapat bantuan hibah maupun teknis dari pemerintah dan swasta. Bila bantuan tersebut sudah selesai durasi waktunya, maka cukup sedikit DME yang bertahan dan melanjutkan aktivitasnya. Ada beberapa saran agar DME berjalan sinergis dan berkesinambungan diantaranya sebagai berikut: a. Pengembangan energi di pedesaan harus sejauh mungkin melibatkan peran serta semua masyarakat dari awal sampai akhir. Dengan demikian mereka akan merasa ikut memiliki dan bertanggung jawab atas keberlanjutan dari program tersebut. b. Komoditas yang dikembangkan mengacu pada kelayakan agroklimat dan sosial ekonomi setempat. c. Wilayah pengembangan DME tidak dibatasi oleh wilayah administratif suatu desa. Pengertian desa dalam DME lebih mengacu pada kelayakan teknis dan sosial ekonomis, bukan wilayah administrasi.
Jalan Mulyorejo, Kampus C Unair, Surabaya 60115 Email :
[email protected] Phone : 08578453784 (Ardhy Purwo Nugroho)
10
Pusat Studi Pengembangan Energi Terbarukan Universitas Airlangga d. Kelembagaan dan skala usahanya berbentuk koperasi atau kelompok usaha kecil dan menengah. Pemerintah (pusat dan daerah) memberikan bantuan khusus berupa saran produksi (bibit, kebun induk, mesin peralatan, dan sarana lainnya) untuk daerah terpilih. Mengingat banyaknya jumlah desa yang termasuk kategori desa tertinggal, implementasi program DME harus dilakukan secara bertahap. Ada 3 pola pembelian produk yang bisa dilakukan dalam program DME misalnya berbasis minyak biji jarak, yaitu: 1. Koperasi menjual jasa pengepresan biji jarak menjadi minyak, kemudian akan dipakai petani sendiri untuk keperluan rumah tangganya. 2. Koperasi membeli biji jarak dari petani dengan harga yang disepakati, kemudian menjual minyaknya pada petani. 3. Koperasi membeli minyak dari kelompok tani dengan harga yang disepakati. Dalam implementasi program DME dan menjaga keberlanjutan programnya maka diperlukan suatu badan/lembaga khusus yang menangani bidang tersebut. Lembaga tersebut dibentuk secara administratif dan berbadan hukum oleh pemerintah pusat agar bisa bekerja secara maksimal dan independen. Lembaga tersebut dapat berada di bawah lingkup kementerian ESDM dan PDT. Lembaga ini dapat mengajak dan mensinergikan dengan PTN, LSM, dan pemda dalam merumuskan kebijakan DME. Dengan keberadaan lembaga ini diharapkan program DME bisa terkelola dengan baik dan berkelanjutan.
Jalan Mulyorejo, Kampus C Unair, Surabaya 60115 Email :
[email protected] Phone : 08578453784 (Ardhy Purwo Nugroho)
11
Pusat Studi Pengembangan Energi Terbarukan Universitas Airlangga BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 4.1.
Kesimpulan 1. Tingkat produksi energi primer yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan tingkat konsumsinya maka dapat mengancam kondisi ketahanan energi di Indonesia di masa yang akan datang. 2. Bauran sumber energi terbarukan masih minim jika dibandingkan dengan sumber energi fossil sehingga ketahanan energi di Indonesia masih belum ideal. 3. Program Desa Mandiri Energi (DME) yang diharapkan mampu mempercepat pemanfaatan energi terbarukan masih belum berjalan optimal. Oleh karena itu, diperlukan pembentukan kelembagaan khusus yang menangani DME dalam hal kebijakan dan teknis.
4.2.
Saran Untuk mencapai kondisi ketahanan energi nasional yang ideal perlu menyeimbangkan
antara produksi dan konsumsi energi. Semua potensi baik sumber energi fosil dan terbarukan yang dimiliki Indonesia sebaiknya dikelola secara optimal dan terencana tanpa merusak lingkungan.
Jalan Mulyorejo, Kampus C Unair, Surabaya 60115 Email :
[email protected] Phone : 08578453784 (Ardhy Purwo Nugroho)
12
Pusat Studi Pengembangan Energi Terbarukan Universitas Airlangga DAFTAR PUSTAKA Kemenristek. 2010. Agenda Riset Nasional 2010 – 2014: Bidang Energi. Keputusan Menteri Riset dan Teknologi Nomor: 193/M/Kp/IV/2010 Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi (PTPSE). 2014. Outlook Energi Indonesia 2014: Pengembangan Energi untuk Mendukung Program Substitusi BBM. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Sekretariat Panitia Teknis Sumber Energi (PTE). 2006. Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2006 – 2025. Tambunan, Armansyah dkk. 2008. Draft Agenda Riset Bidang Energi 2009 – 2012 Institut Pertanian Bogor. Kementerian ESDM. 2014. Kebijakan Pemerintah Dalam Riset dan Pengembangan Energi Terbarukan. Disampaikan pada Seminar Sinergi Pangan, Pakan dan Energi Terbarukan di Yogyakarta, 21-23 Oktober 2014 Tim
Contained
Energy
Indonesia.
Buku
Panduan
Energi
yang
Terbarukan.
www.containedenergy.com Tumiran. 2013. Road Map Menuju Kedaulatan Energi. Presentasi disampaikan pada acara Kongres Energi Nasional Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta pada 16 Desember 2013
Jalan Mulyorejo, Kampus C Unair, Surabaya 60115 Email :
[email protected] Phone : 08578453784 (Ardhy Purwo Nugroho)