Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini membahas mengenai Esensi, Urgensi, Dinamika dan Tantangan Nasional serta Esensi dan Urgensi Bela Negara yang digunakan sebagai pemenuhan tugas Pendidikan Kewarganegaraan Dan diharapkan menjadi salah satu referensi bagi pembaca sehingga memiliki wawasan yang luas tentang esensi, urgensi, dinamika dan tantangan nasional serta esensi dan urgensi bela negara.
Makalah ini dibuat dengan mengkaji dari berbagai sumber baik secara tertulis maupun tidak tertulis dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan berbagai tantangan maupun hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga mendapat balasan yang sesuai dari Allah SWT.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, banyak kekurangan yang mendasar yang dilakukan secara sengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang positif dan membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Jember, 27 Oktober 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A.Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan Penulisan............................................................................................
D. Manfaat Penulisan………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................
A.Esensi dan Urgensi Ketahanan Nasional ...................................................................
B.Esensi dan Urgensi Bela Negara ..........................................................................
C.Dinamika Ketahanan Nasional Indonesia.............................................................
D.Tantangan Ketahanan Nasional Indonesia ..........................................................
BAB III PENUTUP..........................................................................................................
Simpulan........................................................................................................
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terbentuknya negara Indonesia dilatarbelakangi oleh perjuangan seluruh bangsa. Sejak lama Indonesia menjadi incaran banyak bangsa atau negara karena potensi yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan kekayaan alam yang banyak (Sutoyo, 2011). Bahkan setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, harus menghadapi ancaman dan gangguan baik yang bersifat fisik sampai ideologi. Sampai saat ini ancaman dan hambatan yang harus dihadapi Indonesia kian kompleks, yaitu ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) yang memengaruhi berbagai aspek astra gatra terutama gatra ideologi, politik, dan ekonomi Indonesia. Salah satunya adalah ancaman separatis ditunjukkan banyaknya wilayah atau propinsi di Indonesia yang ingin melepaskan dirinya merdeka lepas dari Indonesia seperti Aceh, Riau, Irian Jaya, Irian Jaya dan beberapa daerah lainnya. Begitu pula beberapa aksi provokasi yang mengganggu kestabilan kehidupan hingga terjadi kerusuhan yang diwarnai nuansa etnis dan agama.
Tapi bangsa Indonesia telah berusaha dan berhasil menghadapi berbagai hal tersebut dengan semangat persatuan dan keutuhan. Diperlukan keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menjaga dan menjamin keutuhan keberlangsungan bangsa dan negara dalam mencapai tujuan nasional yang disebut dengan ketahanan nasional. Selain itu, bela negara merupakan implementasi bangsa Indonesia dalam peranannya menjalankan konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia sehingga tercipta dan terjaganya keamanan, keutuhan, kesejahteraan dan kedamaian negara Indonesia. Sehingga penulis mengambil judul "Esensi, Urgensi, Dinamika, dan Ancaman Ketahanan Nasional Indonesia".
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa esensi, urgensi, dan dinamika ketahanan nasional Indonesia ? 2. Apa esensi dan urgensi bela negara ? 3. Apa tantangan ketahanan nasional Indonesia dan solusinya ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk memahami esensi, urgensi, dinamika dan tantangan ketahanan nasional 2. Untuk memahami esensi dan urgensi bela negara 3. Dapat mengimplementasikan konsepsi ketahanan nasional Indonesia 4. Memberikan solusi akan permasalahan ketahanan nasional yang ada di Indonesia
1.4 Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang ketahanan nasional di Indonesia.
2. Manfaat praktis Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai ketahanan nasional Indonesia dan bela negara sehingga tergerak mengimplementasikan, ikut memberikan solusi akan masalah yang memengaruhi aspek ketahanan nasional dan terwujudnya rasa cinta tanah air.
BAB II PEMBAHASAN
Esensi Ketahanan Nasional dan Bela Negara
2.1.1 Esensi dan Urgensi Ketahanan Nasional
Geostrategi Indonesia pada dasarnya adalah strategi nasional bangsa Indonesia dalam memanfaatkan wilayah negara Republik Indonesia sebagai ruang lingkup nasional guna merancang arahan tentang kebijakan, sarana, dan sasaran pembangunan untuk mencapai kepentingan dan tujuan nasional. Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam wujud Konsepsi Ketahanan Nasional (Heny Herdiwanto& Jumanta Hamdayama, 2010). Ketahanan nasional Indonesia adalah kondisi dinamis suatu bangsa atau Indonesia yang meliputi segenap kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan, dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar, untu menjamin identitas, integritas dan kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan mencapai tujuan nasional (Lemhamnas, 200:98) kondisi ini dibina terus menerus dan sinergi mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan nasional.
Konsepsi ketahanan Indonesia merupakan pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Pernyataan konseptual yang kompleks tersebut dapat dijelaskan unsur-unsurnya (Sunarso dan Kus Eddi Sartono) :
Ketangguhan adalah kekuatan yang menyebabkan seseorang atau sesuatu dapat bertahan karena beban yang dipikulnya.
Keuletan adalah usaha secara giat dengan kemampuan yang sangat keras dalam menggunakan kemampuan untuk mencapai tujuan.
Identitas adalah cirri khas suatu bangsa dan Negara dilihat secara keseluruhan (holistic)
Integritas adalah kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu bangsa baik unsure sosial maupun alamiah, baik yang bersifat potensial maupun fungsional.
Ancaman adalah hal usaha yang bersifat mengubah kebijaksanaan yang dilakukan secara konseptual, criminal, dan politis.
Tantangan adalah hal atau usaha yang bersifat menggugah kemampuan yang terjadi karena kondisi yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan untuk menanggulangi keadaan yang ada didepannya.
Hambatan adalah hal atau usaha dari diri sendiri yang bersifat dan bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak konseptual.
Gangguan adalah hal atau usaha yang berasal dari luar, bersifat dan bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak konseptual.
Hakikat dan Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia
Hakikat ketahanan nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional untuk dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara dalam mencapai tujuan nasional.
Konsepsi ketahan nasional Indonesia adalah pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara selaras, serasi, dan seimbang seluruh aspek kehidupan bangsa dan Negara Indonesia.
Asas-Asas Ketahan Nasional Indonesia
Asas ketahanan nasional Indonesia adalah tata laku berdasarkan nilai-nilai pancasila, UUD 1995, dan wawasan nusantara yang terdiri dari :
Asas kesejahteraan dan keamanan
Asas kesejahteraan dan keamanan merupakan asas dalam kehidupan nasional yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan yang tanpa keduannya system kehidupan nasional tidak dapat berlangsung atau berjalan lancar.
Asas komprehensif integral atau menyeluruh terpadu
Sistem kehidupan nasional mencakup aspek kehidupan bangsa dalam perwujudan persatuan dan kesatuan yang selaras, serasi, dan seimbang seluruh aspek kehidupan bermasyaraat, berbangsa dan bernegara.
Asas mawas kedalam dan mawas keluar
Mawas kedalam
Bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi kehidupan nasional itu sendiri berdasarkan nilai-nilai kemandirian yang proporsional untuk meningkatkan kualitas derajat kemandirian bangsa yang ulet dan tangguh.
Mawas keluar
Bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan berperan serta mengatasi dampak lingkungan strategis luar negeri dan menerima kenyataan adanya interaksi dan ketergantungan dengan dunia internasional.
Asas kekeluargaan
Asas ini yang menggakui adanya keanekaragaman di Indonesia yang harus dikembangkan secara serasi dalam hubungan kemitraan agar tidak berkembang menjadi konflik saling menghancurkan.
Sifat Ketahanan Nasional Indonesia
Mandiri
Ketahanan Nasional percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri serta pada keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah dengan tumpuan pada integritas dan kepribadian bangsa.
Dinamis
Ketahanan nasional tidaklah tetap, ia dapat meningkat atau menurun tergantung pada situasi dan kondisi bangsa, Negara, serta lingkungan strategisnya.
Wibawa
Keberhasilan pembinaan ketahanan nasional Indonesia secara berlanjut dan berkesinambungan akan meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa, makin tinggi tingkat ketahanan nasional maka makin tinggi pula nilai kewibawaan dan daya tangkal yang dimiliki oleh bansa dan Negara Indonesia.
Konsultasi dan kerjasama
Konsepsi ketahanan nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap konfrontasi danjantagonis tidak mengandalkan kekuatan, kekuatan fisik semata, tetapi lebih mengutamakan sikap konsultatif, kerjasama serta saling menghargai dengan mengandalkan kekuatan moral dan kepribadian bangsa.
Unsur-Unsur Ketahanan Nasional Model Indonesia
Terdiri atas delapan unsur yang dinamakan Asta Gatra (delapan gatra), yang terdiri dari Tri Gatra (tiga gatra) alamiah dan Panca Gatra (lima gatra) sosial. Unsur atau gatra dalam ketahanan nasional Indonesia tersebut, sebagai berikut;Tiga aspek kehidupan alamiah (tri gatra) yaitu:1) Gatra letak dan kedudukan geografi 2) Gatra keadaan dan kekayaan alam3) Gatra keadaan dan kemampuan pendudukLima aspek kehidupan sosial (panca gatra) yaitu:1) Gatra ideologi 2) Gatra politik3) Gatra ekonomi4) Gatra sosial budaya (sosbud) 5) Gatra pertahanan dan keamanan (hankam)Model Asta Gatra merupakan perangkat hubungan bidang-bidang kehidupan manusia dan budaya yang berlangsung di atas bumi ini dengan memanfaatkan segala kekayaan alam yang dapat dicapai dengan menggunakan kemampuannya. Model ini merupakan hasil pengkajian Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas). Adapun penjelasan dari masing masing gatra tersebut adalah sebagai berikut:
Gatra letak geografi atau wilayah menentukan kekuatan nasional negara.
Hal yang terkait dengan wilayah negara meliputi; Bentuk wilayah negara dapat berupa negara pantai, negara kepulauan atau negara kontinental. Dalam kaitannya dengan wilayah negara, pada masa sekarang ini perlu dipertimbangankan adanya kemajuan teknologi, kemajuan informasi dan komunikasi. Suatu wilayah yang pada awalnya sama sekali tidak mendukung kekuatan nasional karena penggunaan teknologi, wilayah itu kemudian bisa menjadi unsur kekuatan nasional negara .Sumber kekayaan alam dalam suatu wilayah baik kualitas maupun kuantitasnya sangat diperlukan bagi kehidupan nasional. Oleh karena itu, keberadaannya perlu dijaga dan dilestarikan. Kedaulatan wilayah nasional, merupakan sarana bagi tersedianya sumber kekayaan alam dan menjadi modal dasar pembangunan. Pengelolaan dan pengembangan sumber kekayaan alam merupakan salah satu indikator ketahanan nasional.
Gatra penduduk sangat besar pengaruhnya terhadap upaya membina dan mengembangkan ketahanan nasional.
Meliputi jumlah (kuantitas), komposisi, persebaran, dan kualitasnya. Penduduk yang produktif, atau yang sering disebut sebagai sumber daya manusia yang berkualitas, mempunyai korelasi positif dalam pemanfaatan sumber daya alam serta menjaga kelestarian lingkungan hidup (geografi), baik fisik maupun sosial.
Gatra ideologi
Menunjuk pada perangkat nilai-nilai bersama yang diyakini baik untuk mempersatukan bangsa. Bangsa Indonesia yang bersatu sangat penting untuk mendukung kelangsungan hidupnya. Hal ini dikarenakan Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keanekaragaman yang tinggi. Keadaan ini mempunyai dua peluang, yakni berpotensi perpecahan, dan yang kedua berpotensi sebagai kekayaan bangsa, menumbuhkan rasa kebanggaan, dan bersatu. Unsur ideologi diperlukan untuk mempersatukan bangsa yang beragam ini. Bagi bangsa Indonesia, nilai bersama ini tercermin dalam Pancasila.
Gatra politik
Berkaitan dengan kemampuan mengelola nilai dan sumber daya bersama agar tidak menimbulkan perpecahan tetap stabil dan konstruktif untuk pembangunan. Politik yang stabil akan memberikan rasa aman serta memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional. Pada gilirannya keadaan itu akan memantapkan ketahanan nasional suatu bangsa. Gatra politik ini nantinya diwujudkan dalam sistem politik yang diatur menurut konstitusi negara dan dipatuhi oleh segenap elemen bangsa.
Gatra ekonomi.
Ekonomi yang dijalankan oleh suatu negara merupakan kekuatan nasional negara yang bersangkutan terlebih di era global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan langsung dalam upaya pemberian dan distribusi kebutuhan warga negara. Kemajuan pesat di bidang ekonomi tentu saja menjadikan negara yang bersangkutan tumbuh sebagai kekuatan dunia. Contoh Jepang dan Cina. Setiap negara memiliki sistem ekonomi tersendiri dalam rangka mendukung kekuatan ekonomi bangsanya. Ekonomi yang kuat tentu saja dapat meningkatkan ketahanan eknomi negara yang bersangkutan.
Gatra sosial budaya.
Dalam aspek sosial budaya, nilai-nilai sosial budaya, hanya dapat berkembang di dalam situasi aman dan damai. Tingginya nilai sosial budaya biasanya mencerminkan tingkat kesejahteraan bangsa baik fisik maupun jiwanya. Sebaliknya keadaan sosial yang timpang dengan segala kontradiksi di dalamnya, memudahkan timbulnya ketegangan sosial. Kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia disokong dengan baik oleh seloka Bhinneka Tunggal Ika. Selama seloka ini dijunjung tinggi maka ketahanan sosial budaya masyarakata relatif terjaga.
Gatra pertahanan keamanan Negara
. Unsur pertahanan keamanan negara merupakan salah satu fungsi pemerintahan negara. Negara dapat melibatkan rakyatnya dalam upaya pertahanan negara sebagai bentuk dari hak dan kewajiban warga negara dalam membela negara. Bangsa Indonesia dewasa ini menetapkan politik pertahanan sesuai dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Pertahanan negara Indonesia bersifat semesta dengan menempatkan Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen utama pertahanan didukung komponen cadangan dan komponen pendukung, terutama dalam hal menghadapi bentuk ancaman militer. Sedangkan dalam menghadapi ancaman nonmiliter, sistem pertahanan menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa.
2.2.2 Esensi dan Urgensi Bela Negara
Bela negara adalah sikap, tekad dan juga perilaku warga negara yang dilakukan secara menyeluruh, teratur serta terpadu dan juga dijiwai oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa. Dasar hukum mengenai bela negara terdapat dalam isi UUD 1945, yakni:
Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan bahwa semua warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Pasal 30 ayat (1) yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Bela negara mencakup pengertian bela negara secara fisik dan nonfisik. Bela negara secara fisik adalah memanggul senjata dalam menghadapi musuh (secara militer). Bela negara secara fisik pengertiannya lebih sempit daripada bela negara secara nonfisika.
Bela Negara Secara Fisik
Menurut Undang-Undang No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara militer). Bela negara secara fisik pengertiannya lebih sempit daripada bela keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan dengan menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia dan Pelatihan Dasar Kemiliteran. Sekarang ini pelatihan dasar kemiliteran diselenggarakan melalui program Rakyat Terlatih (Ratih), meskipun konsep Rakyat Terlatih (Ratih) adalah amanat dari Undang-undang No. 20 Tahun 1982. Rakyat Terlatih (Ratih) terdiri dari berbagai unsur, seperti Resimen Mahasiswa (Menwa), Perlawanan Rakyat (Wanra), Pertahanan Sipil (Hansip), Mitra Babinsa, dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Militer, dan lain-lain. Rakyat Terlatih mempunyai empat fungsi yaitu Ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat, Keamanan Rakyat, dan Perlawanan Rakyat. Tiga fungsi yang disebut pertama umumnya dilakukan pada masa damai atau pada saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil, di mana unsur-unsur Rakyat Terlatih membantu pemerintah daerah dalam menangani Keamanan dan Ketertiban Masyarakat. Sementara fungsi Perlawanan Rakyat dilakukan dalam keadaan darurat perang di mana Rakyat Terlatih merupakan unsur bantuan tempur.Bila keadaan ekonomi dan keuangan negara memungkinkan, maka dapat pula dipertimbangkan kemungkinan untuk mengadakan Wajib Militer bagi warga negara yang memenuhi syarat seperti yang dilakukan di banyak negara maju di Barat. Mereka yang telah mengikuti pendidikan dasar militer akan dijadikan Cadangan Tentara Nasional Indonesia selama waktu tertentu, dengan masa dinas misalnya sebulan dalam setahun untuk mengikuti latihan atau kursus-kursus penyegaran. Dalam keadaan darurat perang, mereka dapat dimobilisasi dalam waktu singkat untuk tugas-tugas tempur maupun tugas-tugas teritorial. Rekrutmen dilakukan secara selektif, teratur dan berkesinambungan. Penempatan tugas dapat disesuaikan dengan latar belakang pendidikan atau profesi mereka dalam kehidupan sipil misalnya dokter ditempatkan di Rumah Sakit Tentara, pengacara di Dinas Hukum, akuntan di Bagian Keuangan, penerbang di Skuadron Angkatan, dan sebagainya. Gagasan ini bukanlah dimaksudkan.sebagai upaya militerisasi masyarakat sipil, tapi memperkenalkan "dwi-fungsi sipil". Maksudnya sebagai upaya sosialisasi "konsep bela negara" di mana tugas pertahanan keamanan negara bukanlah semata-mata tanggung jawab TNI, tapi adalah hak dan kewajiban seluruh warga negara Republik Indonesia.
Bela Negara Secara Nonfisik
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa bela negara tidak selalu harus berarti "memanggul senjata menghadapi musuh" atau bela negara yang militerisitik.Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara nonfisik dapat diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan dan pengabdian sesuai dengan profesi. Pendidikan kewarganegaraan diberikan dengan maksud menanamkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Pendidikan kewarganegaraan dapat dilaksanakan melalui jalur formal (sekolah dan perguruan tinggi) dan jalur nonformal (sosial kemasyarakatan).
Bela negara memiliki kedudukan yang penting karena merupakan implementasi dan upaya bangsa Indonesia sehingga tidak terjadi perpecahan dalam negara Indonesia demi terjaganya kelangsungan hidup dan keutuhan negara sesuai dengan dinamika ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Bela negara memiliki fungsi, tujuan dan manfaat sebagai berikut:
A. Tujuan Bela Negara
Menjalankan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
Menjaga identitas dan integritas bangsa dan negara.
Melestarikan budaya.
Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan juga negara.
Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan juga negara.
B. Fungsi Bela Negara
a. Merupakan kewajiban setiap warga negara.
b. Mempertahankan Negara dari berbagai ancaman.
c. Merupakan panggilan sejarah.
d. Menjaga keutuhan wilayah negara.
Manfaat Bela Negara
Bela negara memiliki beragam manfaat, baik bagi individu masing-masing warga negara ataupun bagi negara itu sendiri. Berikut ialah beberapa contoh manfaat bela negara:
Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
b. Membentuk Iman dan Taqwa pada masing-masing Agama.
c. Melatih jiwa kepemimpinan dalam memimpin diri sendiri ataupun kelompok.
d. Menghilangkan sikap negatif, misalnya malas, apatis, boros, egois, dan tidak disiplin.
e. Membentuk sikap disiplin akan waktu, aktivitas, dan juga pengaturan
kegiatan lain.
f. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, serta kepedulian antar sesama.
g. Membentuk jiwa kebersamaan serta solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
h. Membentuk mental dan juga fisik yang tangguh.
i. Berbakti pada orang tua, bangsa, dan agama.
j. Melatih kecepatan, ketepatan, ketangkasan individu dalam melaksanakan
beragam kegiatan.
2.2 Dinamika Ketahanan Nasional Indonesia
Konsep pengertian ketahanan nasional Indonesia sempat mengalami perubahan untuk menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Tetapi berdasarkan pengalaman sejarah bangsa Indonesia mampu membuktikan bahwa konsep pengertian ketahanan nasional kita mampu menangkal berbagai bentuk ancaman sehingga tidak berujung pada kehancuran bangsa atau NKRI. Berikut ini perkembangan pengertian Konsep Ketahanan Nasional Indonesia (Tannas) :
Gagasan Tannas oleh Seskoad pada tahun 1960-an
Istilah ketahanan nasional sudah dikenal sejak awal tahun 1960-an. Pada saat itu ketahanan nasional belum diberi definisi tertentu dan belum disusun dalam suatu konsep yang lengkap. Pada waktu itu istilah ketahanan nasional dipakai dalam rangka pembahasan masalah pembinaan teritorial atau masalah pertahanan keamanan pada umumnya. Sedangkan secara historis, gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-an di kalangan militer angkatan darat di SSKAD yang sekarang bernama SESKOAD (Sunardi, 1997). Masa itu sedang meluasnya pengaruh komunisme yang berasal dari Uni Sovyet dan Cina. Pengaruh komunisme menjalar sampai kawasan Indo Cina sehingga satu per satu kawasan Indo Cina menjadi negara komunis seperti Laos, Vietnam, dan Kamboja. Tahun 1960-an terjadi gerakan komunis di Philipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Bahkan gerakan komunis Indonesia mengadakan pemberontakan pada 30 September 1965 namun akhirnya dapat diatasi (Paristiyanti Nurwardani, 2017). Berbeda dengan Negara Yugioslavia yang telah terpecah dalam banyak seperti Bosnia Herzegovina, Kroasia, Serbia, Slovenia, Makedonia, dan Montenegro. Bahkan Kosovo telah memproklamirkan dirinya sebagai negara baru meskipun tidak banyak mendapat pengakuan dari negara lain. Terjadinya perpecahan tersebut dikarenakan tidak kuatnya konsepsi dan implementasi pertahanan nasional Negara Yugoslavia terutama aspek ideologi.
Upaya Penggagasan Konsep Ketahanan Nasional 1962 oleh Lemhannas
Sekitar awal tahun l962 ada usaha-usaha untuk mengembangkan pola gagasan Ketahanan Nasional tersebut, terutama oleh Panitia Pendirian Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas). Kemudian pada tahun 1965 Lemhannas diresmikan, maka lembaga ini selalu berusaha mempopulerkan dan menyempurnakan konsep Ketahanan Nasional.
Gagasan Tannas oleh Lemhannas pada tahun 1968
Pada tahun 1968 Lemhannas untuk pertama kalinya memperkenalkan konsep pertahanan nasional pada publik. Pada waktu itu Lemhannas mendefinisikan ketahanan nasional sebagai keuletan dan daya tahan bangsa dalam menghadapi segala kekuatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam yang langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan negara dan bangsa Indonesia.
Revisi Gagasan Tannas oleh Lemhanas pada tahun 1969
Pengertian tersebut direvisi oleh Lemhannas pada tahun 1969, menjadi keuletan dan daya tahan suatu bangsa yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala ancaman baik yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam yang langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Gagasan Tannas oleh Lemhannas pada tahun 1972
Kata "segala" pada konsep sebelumnya ditelaah kembali dan menunjukkan kesadaran akan spectrum ancaman yang lebih dari sekedar ancaman komunis dan atau pemberontakan. Kesadaran akan spectrum ini diperluas tahun 1972 menjadi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG). Konsep Ketahanan Nasional tahun 1972 dirumuskan sebagai kondisi dinamis satu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional, didalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dalam, yang langsung maupun tidak langsung yang membahayakan identitas, integritas kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan perjuangan nasional. Konsepsi ini mampu menghadapi krisis ekonomi dan politik pada tahun 1997-1998 yang melanda dunia termasuk Indonesia. Konsep ini juga digunakan hingga saat ini karena dianggap paling relevan dan sesuai dengan kebutuhan Negara Indonesia.
Gagasan Tannas berdasarkan SK Menhamkam/Pangab No.SKEP/1382/XI/1974
Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, tantangan, baik yang datang dari dalam maupun luar, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan nasional.
Gagasan Tannas menurut Presiden Soeharto pada tahun 1975
Konsep Ketahanan Nasional yang dikemukakan Presiden Soeharto pada Sidang DPR RI Tanggal 16 Agustus 1975 menegaskan bahwa Ketahanan Nasional itu merupakan bagian yang penting dari usaha kita untuk terus membangun diri sendiri dan sanggup membentuk masa depan sendiri. Ketahanan Nasional dirumuskan oleh Presiden Soeharto sebagai tingkat keadaan keuletan dan ketangguhan bangsa kita dalam menghimpun dan mengerahkan keseluruhan kemampuan nasional yg ada sehingga merupakan kekuatan nasional yang mampu menghadapi setiap ancaman dan tantangan keutuhan maupun kepribadian bangsa dalam mempertahankan kehidupan bangsa dan kelangsungan cita-citanya. Dalam ketahanan di bidang politik dikatakan hak demokrasi selalu disertai dengan tanggungjawab. Ditegaskan oleh Presiden : kebebasan yang kreatif berjalanlah terus, bergandengan dengan rasa tanggung jawab yang besar.
Gagasan Tannas menurut GBHN 1978-1997
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Pada hakikatnya ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara.
Meski konsep ketahanan nasional cukup relevan dan mampu menghadapi ancaman, hambatan, tantangan, dan gangguan hingga saat ini. Tetap diperlukan perubahan, perkembangan, dan dinamika yang terus menerus. Guna mengahadapi aneka ancaman, hambatan, tantangan, dan gangguan yang terus berubah bahkan semakin kompleks. Ketahanan nasional sebagai kondisi, salah satu wajah Tannas, akan selalu menunjukkan dinamika sejalan dengan keadaan atau obyektif yang ada dimasyarakat kita. Sebagai kondisi, gambaran Tannas bisa berubah-ubah, kadang tinggi, kadang rendah.
Berikut ini pemberitaan terkait dengan Tannas sebagai Kondisi:
258
Lemhannas: Ketahanan Nasional Indonesia Rapuh
Rabu, 13 November 2013 " 17:35
[JAKARTA] Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) dalam kajiannya menemukan
fakta bahwa ketahanan nasional Indonesia tidak tangguh alias rapuh. Kesimpulan itu
diambil berdasarkan pengkajian pengukuran ketahanan nasional dari 33 provinsi yang
ada di Indonesia dengan 847 indikator.
"Hasilnya sampai tahun 2012, ketahanan nasional kita tidak tangguh. Apa karena
struktur kelembagaan negara, kultur kita setelah reformasi, atau prosesnya yang
salah," kata Deputi Bidang Pendidikan Lemhannas, Mayjen TNI (Purn) I Putu Sastra
dalam diskusi bertajuk "Menata Ulang Sistem Bernegara" di Gedung DPD RI, Jakarta,
Rabu (13/11).
Hadir sebagai pembicara bersama Sekretaris Tim Pengkajian Sistem Kebangsaan RI
Partai Golkar, Agun Gunanjar Sudarsa, pengamat politik Yudi Latif, dan anggota DPD
RI, AM Fatwa.
Menurut Putu, hasil pengkajian ini bersifat kuantitatif, karena masih perlu diurai lagi
penyebabnya, apakah karena kultur atau struktur yang salah, lembaganya yang salah
atau prosesnya yang keliru. "Ada 8 gatra yang menjadi ukuran ketahanan nasional, di
antaranya geografi, demografi, ideologi, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan
pertahanan dan keamanan (Hakam)," ujarnya.
Putu mengatakan, solusi untuk mengatasi hal ini adalah perlu dilakukan amendemen
UUD 1945. "Persoalannya tinggal bagaimana mekanismenya, kapan waktunya, dan
sebagainya," katanya.
Sumber: http://www.suarapembaruan.com/home/lemhannas-ketahanannasionalindonesia-
rapuh/44880
Berdasar pemberitaan di atas, dinyatakan bahwa kondisi Tannas kita, konsepsi ketahanan nasional sebagai kondisi, dianggap rapuh meski masih relevan sampai sekarang. Hal ini berdasarkan hasil pengkajian pengukuran Tannas. Ukuran yang digunakan adalah ajaran asta gatra yang mencakup delapan aspek/unsur.
Tantangan Ketahanan Nasional Indonesia
Ancaman yaitu usaha yang bersifat mengubah kebijaksanaan yang dilakukan secara konsepsional (terencana dan terarah) baik melalui tindak kriminal maupun politis.
Ancaman dibedakan menjadi 2 yaitu ancaman militer dan ancaman non-militer.
Ancaman militer merupakan ancaman dengan menggunakan kekuatan bersenjata yang dinilai mampu membahayakan negara ( baik itu keutuhan negara, kedaulatan negara dan keselamatan segenap bangsa).
Ancaman non-militer (nirmiliter) adalah ancaman yang tidak menggunakan kekuatan bersenjata namun jika tetap dibiarkan akan merugikan negara, bahkan dapat membahayakan negara. Ancaman non-militer memiliki karakteristik yang berbeda dengan ancaman militer, yaitu tidak bersifat fisik dan bentuknya tidak terlihat seperti ancaman militer, karena ancaman ini lebih berbentuk pada dimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, informasi, dan keselamatan umum.
Contoh Ancaman Militer
a.) Dari dalam negeri
- Gerakan separatisme (ingin memisahkan diri dan membuat negara baru).
- Pengrusakan lingkungan secara besar-besaran.
- Sabotase dari dalam negeri.
- Aksi terorisme dari dalam negeri.
- Pemberontakan bersenjata.
- Aksi kekerasan dan kejahatan yang berbau SARA.
b.) Dari luar negeri
- Agresi.
- Spionase.
- Sabotase.
- Pelanggaran wilayah oleh negara lain.
- Aksi teror melalui jaringan internasional.
Contoh Ancaman Non-militer
a.) Dari dalam negeri
- Kemiskinan.
- Kebodohan.
- Keterbelakangan.
- Narkoba.
b.) Dari luar negeri
- Pengaruh arus globalisasi.
- Jaringan narkoba internasional.
- Maraknya media propaganda asing.
Tantangan
Tantangan adalah usaha-usaha yang bertujuan untuk menggugah kemampuan suatu bangsa atau negara.
Contoh : Di Bidang Politik
Dalam bidang politik terdapat ancaman berupa pemerintahan yang tidak aspiratif dan responsive atau bisa dikatakan diktator. Pemerintahan yang tidak mau mendengarkan aspirasi rakyat artinya pemerintah ini tidak demokratis (dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat). Padahal kita tahu bahwa sistem pemerintah Indonesia adalah sistem pemerintah yang demokratis bukantotaliter (diktator). Meskipun telah diselenggarakannya pemilu, hal ini tidak menjamin semua suara serta partisipasi rakyat mendapat bagian dalam pemerintahan. Ini dikarenakan masih sering manipulasi suara rakyat untuk memenangkan kelompok tertentu sampai kepada tidak meratanya pemberian hak suara kepada rakyat (ada rakyat yang berhak menggunakan hak suaranya tetapi tidak tercantum namanya dan sebaliknya).
Hambatan
Hambatan adalah usaha yang berasal dari dalam dengan tujuan untuk melemahkan/menghalangi secara tidak konsepsional (tidak terarah).
Gangguan
Gangguan yaitu usaha yang berasal dari luar dengan tujuan melemahkan/menghalangi secara tidak konsepsional.
BAB III SIMPULAN
Dinamika ketahanan nasional Indonesia sejak merdeka sampai saat ini mengalami beberapa perubahan, yaitu : gagasan Tannas oleh Seskoad pada tahun 1960-an, gagasan Tannas oleh Lemhannas pada tahun 1968, upaya penggagasan Tannas 1962 oleh Lemhannas, revisi Gagasan Tannas oleh Lemhanas pada tahun 1969, gagasan Tannas oleh Lemhannas pada tahun 1972, gagasan Tannas berdasarkan SK Menhamkam/Pangab No.SKEP/1382/XI/1974, gagasan Tannas menurut Presiden Soeharto pada tahun 1975, gagasan Tannas menurut GBHN 1978-1997. Meski gagasan Tannas masih relevan sampai saat ini menurut data pengukuran yang dilakukan Lemhamnas berdasar aspek astra gatra. Kondisi Tannas kita, konsepsi ketahanan nasional sebagai kondisi, dianggap rapuh sehingga dibutuhkan pengkajian gagasan Tannas yang lebih relevan.
Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional sebagai konsepsi adalah konsep khas bangsa Indonesia sebagai pedoman pengaturan penyelenggaraan bernegara dengan berlandaskan pada ajaran asta gatra. Ketahanan nasional sebagai kondisi adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan daya tahan. Ketahanan nasional sebagai metode atau strategi adalah cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dan ancaman kebangsaan melalui pendekatan asta gatra yang sifatnya integral komprehensif.
Ketahanan nasional memiliki dimensi seperti ketahanan nasional ideologi, politik dan budaya serta konsep ketahanan berlapis dimulai dari ketahanan nasional diri, keluarga, wilayah, regional, dan nasional
Inti dari ketahanan nasional Indonesia adalah kemampuan yang dimiliki bangsa dan negara dalam menghadapi segala bentuk ancaman yang dewasa ini spektrumnya semakin luas dan kompleks, baik dalam bentuk ancaman militer maupun nirmiliter
Bela Negara
Kegiatan pembelaan negara pada dasarnya merupakan usaha dari warga negara untuk mewujudkan ketahanan nasional. Bela negara adalah, sikap dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air dan kesadaran hidup berbangsa dan bernegara
Bela negara mencakup bela negara secara fisik atau militer dan bela negara secara nonfisik atau nirmiliter dari dalam maupun luar negeri. Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara.
Bela Negara dapat secara fisik yaitu dengan cara "memanggul senjata" menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela Negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar.
Bela negara secara nonfisik adalah segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air(salah satunya diwujudkan dengan sadar dan taat membayar pajak), serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, termasuk penanggulangan ancaman dan lain sebagainya.
Daftar Pustaka
Endang Zaelani Sukaya, Achmad Zubaidi, Sartini, dan Parmono. 2000. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta : Paradigma
Herdianto Herdianto dan Handayama Jumanta. 2010. Cerdas, Kritis, dan Aktif Berwarganegara Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Erlangga
Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta : Paradigma
Kementrian Pertahanan Indonesia. 2015. Buku Putih Pertahanan Indonesia. Jakarta: Kementrian Pertahanan Indonesia. Jakarta: Sekretariat Jendral Dewan Ketahanan Nasional
Khoiril. 2015. Wasiat Kebangsaan Presiden Soeharto (5): Stabilitas & Ketahanan Nasional.
http://soeharto.co/wasiat-kebangsaan-presiden-soeharto-5-stabilitas-ketahanan-nasional. Diakses 27 Oktober 2017
Kusrahmadi , Sigit Dwi. 2006. Ketahanan Nasional. Jurnal. Tidak diterbitkan. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Yogyakarta : Yogyakarta
Nurwandan, Paristiyanti, dkk. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Sutoyo. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.Yogyakarta: Graha Ilmu