MAKALAH KEPERAWATAN ANAK BIMBINGAN DASAR PADA ANAK BIMBINGAN ANTISIPASI ( ANTICIPATORY GUEIDENCE )
DISUSUN OLEH: Kelompok 5 1. Devi Melya Sari
( PO.71.20.1.16.042 PO.71.20.1.16.042 )
2. Gressela Monica
( PO.71.20.1.16.048 PO.71.20.1.16.048 )
3. Maulinda
( PO.71.20.1.16.053 PO.71.20.1.16.053 )
4. Nori Rizki Yanti
( PO.71.20.1.16.058 PO.71.20.1.16.058 )
5. Trie Utami Agustina ( PO.71.21.1.16.064 ) 6. Vera Octaferina
( PO.71.20.1.16.065 PO.71.20.1.16.065 )
Tingkat : 2B
Dosen Pengampu: Jawiah, S.Pd, S.Kep, M.Kes
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG JURUSAN D III KEPERAWATAN PALEMBANG 2017 / 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Bimbingan “ Bimbingan Dasar Pada Anak Bimbingan Antisipasi (Anticipatory Gueidence)” Gueidence) ”. Penyusunan makalah ini bertujuan sebagai penunjang mata kuliah Keperawatan Anak yang nantinya
dapat
digunakan
mahasiswa
untuk
menambah
wawasan
dan
pengetahuannya. Penulis menyadari bahwa dalam proses Penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penyusunannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, masukan, saran, kritik, dan usul yang sifatnya untuk perbaikan dari berbagai pihak khususnya Bapak/Ibusangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Palembang,
Maret 2018
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2 DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3 BAB I .................................................................................................................................... 4 PENDAHULUAN................................................................................................................... 4 A.
Latar Belakang......................................................................................................... 4
B.
Rumusan Masalah................................................................................................... 4
C.
Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................................... 5 PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 5 2.1
Pengertian Imunisasi dasar dan Bimbingan Antisipasi ................................... 5
2.2
Manfaat Imunisasi........................................................................................... 5
2.3
Jenis Vaksin Imunisasi ..................................................................................... 6
2.4
Tahapan Usia Anticipatory Guidance ............................................................ 13
2.5
Pencegahan Terhadap Kecelakaan Pada Anak ............................................. 19
2.6
Pendidikan Kesehatan Untuk Orang Tua ...................................................... 23
BAB III ................................................................................................................................ 24 PENUTUP........................................................................................................................... 24 3.1
Kesimpulan................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 25
3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Imunisasi bisa saja diberikan pada semua umur. hanya saja beberapa imunisasi efektif diberikan pada usia tertentu. ada yang pada bayi, anak-anak, remaja bahkan Manula. tergantung jenis imunisasi yang diinginkan. Bahkan sekarang ini sedang populer nya Vaksin HPV untuk mencegah kanker servik yang diberikan pada wanita umur 11-26 tahun. Secara harfiah, petunjuk antisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu anticipatory guidance. Anticipatory berarti lebih dahulu, guidance berarti petunjuk. Jadi petunjuk antisipasi dapat diartikan sebagai petunjuk-petunjuk yang perlu diketahui terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal (Nursalam, 2005)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari bimbingan antisipasi? 2. Bagaimana tahapan usia Anticipatory Guidance? 3. Bagaimana pencegahan terhadap kecelakaan pada anak? 4. Apa sajakah pendidikan kesehatan untuk orang tua?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengahui pengertian dari bimbingan antisipasi; b. Untuk mengahui tahapan usia Anticipatory Guidance; c. Untuk mengahui pencegahan terhadap kecelakaan pada anak; d. Untuk mengahui pendidikan kesehatan untuk orang tua.
4
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Imunisasi dasar dan Bimbingan Antisipasi
Imunisasi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu penyakit dengan cara memberikan mikroorganisme bibit penyakit berbahaya yang telah dilemahkan (vaksin) kedalam tubuh sehingga merangsang sistem kekebalan tubuh terhadap jenis antigen itu dimasa yang akan datang. Bimbingan Antisipasi atau Anticipatory Guidance adalah bantuan perawat terhadap orang tua dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatan melalui upaya pertahanan nutrisi yang adekuat, pencegahan kecelakaan dan supervisi kecelakaan (Maslow, 1988). Memberitahukan / upaya bimbingan kepada orang tua tentang tahapan perkembangan sehingga orang tua sadar akan apa yang terjadi dan dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan usia anak. Bantuan perawat terhadap orang tua dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatan melalui upaya pertahanan nutrisi yang adekuat, pencegahan kecelakaan dan supervisi kesehatan.
2.2 Manfaat Imunisasi
Imunisasi diberikan agar bayi siap dengan lingkungan baru (luar kandungan) karena tidak ada lagi kekebalan tubuh alami yang di dapatkan dari ibu seperti saat masih dalam kandungan. Apabila tidak dilakukan vaksinasi dan kemudian terkena kuman yang menular, kemungkinan tubuhnya belum kuat melawan penyakit tersebut. Manfaat imunisasi dasar lainnya a. Untuk menjaga daya tahan tubuh anak. b. Untuk mencegah penyakit-penyakit menular yang berbahaya c. Untuk menjaga anak tetap sehat d. Untuk mencegah kecacatan dan kematian. e. Untuk menjaga dan Membantu perkembangan anak secara optimal. Dan lain-lain
5
Di dalam Vaksin imunisasi terdapat mikroorganisme penyebab penyakit yang telah dilemahkan. Cara kerja vaksin imunisasi yaitu dengan menipu tubuh untuk merangsang sistem pertahanan tubuh. Pada saat vaksinasi dilakukan setelah kuman-kuman tersebut ada didalam tubuh maka sistem pertahan tubuh akan melakukan perlawanan terhadap ''invasi' antigen ini sehingga sistem pertahanan tubuh bisa mengidentifikasi antigen tersebut dan mempunyai kemampuan melawan dimasa yang akan datang (Imunitas)
2.3 Jenis Vaksin Imunisasi
Jenis Vaksin imunisasi dasar yang wajib di berikan pada anak 1. Vaksin Hepatitis B Virus hepatitis B adalah virus yang menyebabkan penyakit hepatitis B atau lebih dikenal dengan nama penyakit kuning. Penyakit ini sangatlah berbahaya karena bisa menyebabkan kerusakan pada hati. Pemberian vaksin 3 kali pada bayi terbukti mampu mencegah penyakit hepatitis B sampai 75 %. EFEK SAMPING:
Vaksin hepatitis B adalah vaksin yang aman dan sebagian besar orang tidak mengalami efek samping yang berarti. Vaksiin ini tidak dapat menyebabkan infeksi hepatitis B. Efek samping yang umumnya timbul adalah demam dan nyeri pada tempat penyuntikan. Efek samping lain yang sangat jarang adalah reaksi alergi berat, diare, konstipasi, nyeri kepala, nyeri sendi, rasa lemas, dan gatal pada kulit. DOSIS
Dosis bayi dan anak Vaksin hepatitis B diberikan sebanyak 3 kali, yaitu:
Dosis pertama: diberikan dalam 12 jam setelah lahir pada semua bayi baru lahir.
Dosis kedua: diberikan pada bayi usia 1 bulan.
Dosis ketiga: diberikan pada bayi usia 6 bulan.
6
Dosis vaksin hepatitis B adalah 0,5 cc setiap kali pemberian, disuntikkan ke dalam otot (intramuskular ) pada paha bayi bagian luar. Dosis dewasa Dosis ulangan untuk dewasa diberikan pada orang berisiko tinggi, yaitu: orang yang terpapar darah atau produk darah dalam pekerjaannya; pasien cuci darah; penerima transfusi darah rutin; kontak seksual dengan penderita hepatitis B; orang yang berencana pergi atau tinggal di tempat dengan angka kejadian hepatitis B yang tinggi; pengguna obat suntik rutin; dan orang yang berganti – ganti pasangan seksual. Pada orang – orang tersebut diberikan vaksin hepatitis B sebanyak 3 kali, yaitu pada bulan 0, 1 dan 6. Dosis pemberian adalah 0,5 cc setiap kali pemberian dengan suntikan ke dalam otot pada lengan atas.
2. DPT Vaksin Vaksin ini merupakan gabungan dari 3 vaksin yaitu Difteri, Pertussis, dan Tetanus (DPT). Difteri merupakan penyakit dari basil Difteri yang bisa menyebabkan kerusakan jantung dan sataf. Pertussis yaitu penyakit batuk rajan yang sangat menular penyakit inj sering juga disebut batuk 100 hari. Tetanus disebabkan oleh jenis bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani ditandai dengan kekakuan otot gejala penyakit tetanus hampir sama dengan Epilepsi. EFEK SAMPING:
Efek samping dari pemebrian imunisasi DPT amat bervariasi, dari reaksi lokal yang ringan sampai dengan reaksi sitemik yang berat, dengan kemungkinan timbulnya reaksi pada pemberian vaksin DTaP lebih rendah dibandingkan pada pemberian vaksin DTwP. Efek samping atau reaksi yang dapat timbul berupa:
Reaksi lokal (kemerahan, bengkak, serta nyeri);
7
Demam tinggi (lebih dari 38,5 derajat Celsius);
Inconsolable crying;
Keadaan hypotonic-hyporesponsive;
Kejang demam;
Reaksi alergi sistemik;
Encephalopathy.
DOSIS
Dosis pemberian imunisasi ini DPT, baik jenis vaksin DTwP, vaksin DTaP, serta bentuk vaksin kombinasi, diberikan sebanyak 0,5 mL yang diberikan dengan penyuntikan kedalam serabut otot (intramuscular ). Imunisasi ini diberikan sejak usia 2 bulan (tidak boleh diberikn sebelum usia 6 minggu) sebanyak 3 kali pemberian dengan jeda 4 – 8 minggu. Jadwal yang dianjurkan menurut rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2011 adalah pada usia 2 bulan, lalu pada usia 4 bulan, 6 bulan, usia 18 – 24 bulan, dan terakhir pada usia 5 tahun.
3. Vaksin Polio Penyakit polio adalah penyakit yang bisa menyebabkan kelumpuhan pada anak. Menurut penelitian vaksin polio terbukti
90 % efektif untuk
mencegah infeksi polio pada anak. EFEK SAMPING:
Efek Samping Imunisasi Polio Biasanya tidak terdapat efek samping yang berati. Jarang sekali terjadi kelumpuhan akibat vaksin polio ini dengan perbandingan 1 / 1.000.000 dosis. Sebagian kecil anak setelah mendapatkan imunisasi bisa mengalami gejala pusing, diare ringan, nyeri otot. Khusus pada vaksin polio IPV efek samping yang bisa muncul berupa:
Sedikit bengkak dan kemerahan di tempat suntikan.
Pengerasan kulit pada tempat suntikan, yang biasanya cepat hilang.
Kadang-kadang terjadi peningkatan suhu (demam) beberapa jam setelah injeksi.
8
DOSIS:
Vaksin polio OPV yang mengandung virus yang sudah dilemahkan diberikan secara oral atau diteteskan langsung pada mulut anak sebanyak 2 tetes secara langsung atau dicampur dengan gula pada sendok. Sedangkan vaksin polio IPV yang mengandung virus yang sudah dimatikan diberikan melalui suntikan. Sesuai dengan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), imunisasi polio diberikan minimal sebanyak empat kali dengan selang waktu minimal empat minggu. Jadwal standar yaitu usia 0, 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan bersamaan dengan jadwal pemberian vaksin DPT. Mengenai jenisnya boleh dipilih salah satu OPV atau IPV jadwalnya sama. Pemberian vaksin akan diulang saat bayi pada usia 18-24 bulan, dan 5-6 tahun.
4. Vaksin Campak Campak adalah salah satu jenis Penyakit kulit yang menular berakibat fatal terutama pada anak-anak. Menurut penelitian Vaksin ini dapat mencegah infeksi campak hingga 90 persen. EFEK SAMPING
Pada sekitar 5-15 % pasien mengalami demam ringan dan kemerahan pada tempat suntikan selama 3 hari, hal ini dapat terjadi 8-12 hari setelah imunisasi Infeksi pada tempat suntikan, Terjadi hanya jika jarum dan spuit yang digunakan tidak steril Demam, flu dan batuk sering terjadi sekitar setelah 1 minggu penyuntikan Sakit ringan dan bengkak pada lokasi suntikan, yang terjadi 24 jam setelah imunisasi. Kasus ensefalitis pernah dilaporkan terjadi (perbandingan 1/1.000.000 dosis), kejang demam (perbandingan 1/3000 dosis). DOSIS:
Sebelum disuntikkan vaksin campak harus terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut yang telah tersediapada kemasan
Vaksin campak diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara subkutan dalam disuntikan pada lengan atas
9
Sesuai dengan rekomendasi IDAI (ikatan dokter anak Indonesia), Jadwal Imunisasi Campak yaitu diberikan sebanyak 3 kali: Yang pertama pada usia 9 bulan dan dosis penguatan kedua (second opportunity pada crash program campak) 15 bulan berikutnya yaitu pada usia 24 bulan serta dosis ke tiga saat SD kelas 1-6. Bagi anak yang terlambat/belum mendapat imunisasi campak sama sekali, maka tetap diberikan bergantung usianya saat ini. Bila anak berusia 9-12 bulan, berikan imunisasi ini kapan pun saat bertemu. Bila anak berusia > 1 tahun, berikan MMR. Jika sudah diberi MMR usia 15 bulan, tidak perlu diberi imunisasi campak di usia 24 bulan. Tapi ikuti jadwal imunisasi MMR.
5. Bacille Calmette Guerin (BCG) Vaksin berguna untuk mencegah penyakit tuberculosis (TBC) yaitu penyakit infeksi Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini Merupakan kuman yang sangat berbahaya dan tidak mudah untuk di mati kan. EFEK SAMPING:
Karena cara pemberiannya dengan penyuntikan ke dalam kulit yang penuh dengan
reseptor
syaraf,
maka
suntikan
akan
terasa
lebih
sakit
dibandingkan imunisasi lainnya, oleh karena itu biasanya bayi rewel setelah imunisasi BCG. Reaksi lokal yang timbul setelah imunisasi BCG yaitu pembengkakan kecil, merah, lembut biasanya timbul pada bekas suntikan, yang kemudian akan bernanah dan meninggalkan luka parut. Kadang-kadang dapat timbul pembesaran kelenjar getah bening pada daerah ketiak dalam waku timbul 2 – 4 bulan setelah imunisasi. Sangat jarang sekali pembesaran kelenjar getah bening tersebut dapat menjadi bisul bernanah.
DOSIS:
Imunisasi BCG dapat diberikan segera setelah lahir hingga sebelum bayi berumur 3 bulan, umumnya diberikan pada saat bayi berumur 1 bulan.
10
Apabila diberikan pada anak berumur lebih dari 3 bulan maka dianjurkan untuk melakukan uji sensitivitas terhadap mikobakteria, atau uji tuberculin (mantoux test) terebih dahulu. Vaksin BCG cukup diberikan satu kali saja tidak memerlukan ulangan, sebab vaksin BCG berisi kuman yang masih hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Cara pemberian vaksin BCG adalah dengan penyuntikan secara intradermal (ke dalam kulit). Penyuntikan dilakukan di daerah lengan kanan atas dengan dosis pemberian vaksin BCG pada bayi adalah 0,05 mL. Tanda bahwa imunisasi BCG berhasil adalah munculnya bisul kecil di daerah bekas suntikan yang dalam waktu 2 – 4 minggu kemudian menjadi bernanah dan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 – 5 bulan dengan meninggalkan luka parut berdiameter 2 – 10 mm.
6. Vaksin HiB Vaksin ini diberikan untuk melakukan pencegahan penyakit meningitis dan pneumonia. Yang di sebabkan oleh infeksi bakteri Haemofillus Influenza B. Sangat berbahaya karena telah menyebabkan kematian 386.000 anak tiap tahunnya. EFEK SAMPING:
Setelah di imunisasi HiB umumnya bayi tidak mengalami efek samping atau dampak buruk yang berarti. Artinya efek imunisasi HiB yang ditimbulkan cukup ringan. Kalau pun ada nyeri di bagian yang disuntik itu merupakan sesuatu yang wajar. DOSIS:
PRP-T diberikan 3x sebagai imunisasi dasar (usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan) dan PRP-OMP diberikan 2 x sebagai imunisasi dasar (2 bulan dan 4 bulan), ulangan umumnya diberikan 1 tahun setelah imunisasi terakhir. Titer PRP-T bertahan lebih lama dibanding PRP-OMP. Bila suntikan pada bayi berusia 6 bulan - 1 tahun, 2 kali sudah menghasilkan titer protektif. Bila suntikan pada bayi berusia > 1 tahun, cukup 1 kali tanpa perlu booster. Hal ini sering menyebabkan dokter menunda pemberian vaksin HIB sehingga memerlukan dosis lebih sedikit.
11
Pendapat ini SALAH karena HIB lebih sering menyerang bayi kecil, 26% terjadi pada bayi usia 2-6 bulan dan 25% pada bayi usia 7-11 bulan (CDC). Kasus termuda di Jakarta usia 3 bulan. (Sumber: Pedoman imunisasi di Indonesia - Satgas imunisasi IDAI) Pemberian vaksin Hib saat ini telah direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia, WHO/PAHO dan GAVI.
Untuk bayi usia 2-6 bulan diberikan imunisasi Hib sebanyak 3 dosis dengan interval satu bulan.
Bayi berusia 7-12 bulan diberikan vaksinasi Hib sebanyak 2 dosis dengan interval waktu satu bulan.
Sementara itu, anak berumur 1-5 tahun cukup diberikan imunisasi Hib sebanyak 1 dosis, dengan dosis ulangan pada umur 15 bulan. Mengingat Hib lebih sering menyerang bayi kecil (26% terjadi pada bayi berumur 2-6 bulan dan 25% pada bayi berumur 7-11 bulan), vaksin Hib sebaiknya telah diberikan sejak usia 2 bulan. Vaksin Hib tidak dianjurkan diberikan sebelum bayi berumur 2 bulan karena bayi tersebut belum dapat membentuk antibodi.
7. Vaksin Rotavirus 80 % diare pada anak disebabkan oleh virus Rotavirus yang menyebabkan gangguan pada sistem sistem pencernaan. Diare yang tidak mendapatkan penanganan medis bisa mrnyebabkan dehidrasi. Dehidrasi
adalah
kekurangan cairan ekektrolit di dalam tubuh sehingga organ tubuh tidak bisa berfungsi secata maksimal. Dehidrasi berat berakibat kematian. EFEK SAMPING:
Ada kesempatan reaksi alergi yang serius. Tanda-tanda reaksi alergi dapat meliputi:
Kesulitan bernapas
Mengi
URTICARIA (Hives, biduran)
pucat
12
Palpitasi
Namun, dengan vaksin rotavirus, risiko reaksi yang serius sangat kecil.
Kebanyakan anak yang mendapatkan vaksin tidak punya masalah sama sekali. Namun, ada kemungkinan efek samping ringan setelah vaksin termasuk: o
Peningkatan iritabilitas.
o
Diare.
o
Muntah.
DOSIS:
Macam-macam Vaksin Rotavirus. Ada dua merek vaksin rotavirus : RotaTeq (RV5) dan Rotarix (RV1). Kedua vaksin diberikan secara oral ditesteskan ke mulut, bukan sebagai suntikan. Satu-satunya perbedaan adalah jumlah dosis yang perlu diberikan. Dengan RotaTeq, tiga dosis yang diperlukan. Mereka harus diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Rotarix hanya membutuhkan dua dosis - 2 bulan dan 4 bulan. Vaksin ini dapat diberikan pada saat yang sama dengan vaksin lainnya, dan American Academy of Pediatrics merekomendasikan bahwa vaksin rotavirus dimasukkan sebagai bagian dari imunisasi rutin diberikan kepada bayi.
2.4 Tahapan Usia Anticipatory Guidance
1. Anticipatory Guidance Pada Masa Bayi (0-12 Bulan) a. Usia 6 (enam) bulan pertama 1) Memahami adanya proses penyesuaian antara orang tua dengan bayinya, terutama pada ibu yang membutuhkan bimbingan/asuhan pada masa setelah melahirkan. 2)
orang tua untuk memahami bayinya sebagai individu yang mempunyai kebutuhan dan untuk memahami bagaimana bayi
mengekspresikan
apa
yang diinginkan
melalui
tangisan. 3)
Menentramkan orang tua bahwa bayinya tidak akan menjadi manja dengan adanya perhatian yang penuh selama
13
4-6 bulan pertama. orang tua untuk membuat jadwal kebutuhan bayi dan orang tuanya. 4)
Membantu orang tua untuk memahami kebutuhan bayi terhadap stimulasi lingkungan.
5)
Menyokong
kesenangan
orang
petumbuhan dan perkembangan
tua
dalam
melihat
bayinya, yaitu dengan
bersahabat dan mengamati respon social anak misalnya dengan tertawa/tersenyum. 6)
Menyiapkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan kesehatan bagi bayi misalnya imunisasi.
7)
Menyiapkan
orang
tua
untuk
mengenalkan
dan
memberikan makanan padat.
b. Usia 6 (enam) bulan kedua 1) Menyiapkan orang tua akan danya ketakutan bayi terhadap orang yang belum dikenal (stranger anxiety). 2)
orang tua untuk mengizinkan anaknya dekat dengan ayah dan ibunya serta menghindarkan perpisahan yang terlalu lama dengan anak tersebut.
3)
orang tua untuk mengetahui disiplin sehubungan dengan semakin meningkatnya mobilitas (pergerakan si bayi).
4)
Menganjurkan untuk mengguanakan suara yang negative dan kontak mata daripada hukuman badan sebagai suatu disiplin. Apabila tidak berhasil, gunakan 1 pukulan pada kaki atau tangannya.
5)
Menganjurkan orang tua untuk memberikan lebih banyak perhatian ketika bayinya berkelakuan baik dari pada ketika ia menangis.
6)
Mengajrkan mengenai pencegahan kecelakaan karena ketrampilan motorik dan rasa ingin tahu bayi meningkat.
7)
Menganjurkan orang tua untuk meninggalkan bayinya beberapa saat dengan pengganti ibu yang menyusui.
14
8)
Mendiskusikan mengenai kesiapan untuk penyapihan.
9)
Menggali perasaan ornag tua sehubungan dengan pola tidur bayinya.
2. Anticipatory Guidance Pada Masa Toddler (1-3 Tahun) a. Usia 12-18 bulan 1) Menyiapkan orang tua untuk antisipasi adanya perubahan tingkah laku dari toodler terutama negativism. 2)
kebiasaan makan dan secara bertahap penyapihan dari botol serta peningkatan asupan makanan padat.
3)
Menyediakan makanan selingan antara 2 waktu makan dengan rasa yang disukai.
4)
Mengkaji pola tidur malam, kebiasaan memakai botol yang merupakan penyebab utama gigi berlubang.
5)
Mencegah bahaya yang dapat terjadi di rumah.
6)
ketentuan-ketentuan/disiplin
dengan
lembut
untuk
meminimalkan negativism, tempertantrum serta penekanan akan kebutuhan yang positif dan disiplin yang sesuai. 7)
Perlunya mainan yang dapat meningkatkan berbagai aspek perkembangan anak.
b. Usia 18-24 bulan 1) Menekankan pentingnya persahabatan dalam bermain. 2)
Menggali kebutuhan untuk menyiapkan kehadiran adik baru.
3)
kebutuhan akan pengawasan terhadap kesehatan gigi dan kebiasaan-kebiasaan pencetus gigi berlubang.
4)
Mendiskusikan metode disiplin yang ada.
5)
Mendiskusikan kesiapan psikis dan fisik anak untuk toilet training.
6)
Mendiskusikan berkembangnya rasa takut anak.
15
7)
Menyiapkan orang tua akan adanya tanda regresi pada waktu mengalami stress.
8)
Mengkaji kemampuan anak untuk berpisah dengan orang tua.
9)
Memberi kesempatan orang tua untuk mengekspresikan kelelahan, frustasi dan kejengkelan dalam merawat anak usia toodler.
c. Usia 24-36 bulan 1) Mendiskusikan pentingnya meniru dan kebutuhan anak untuk dilibatkan dalam kegiatan. 2) Mendiskusikan pendekatan yang dilakuakan dalm toilet training. 3)
Menekankan keunikan dari proses berfikir toodler terutama untuk bahasa yang diungkapkan.
4)
Menekankan disiplin harus tetap terstruktur dengan benar dan nyata, hindari kebingungan dan salah pengertian.
5)
Mendiskusikan adanya taman kanak-kanak atau play group.
3. Anticipatory Guidance Pada Masa Preschool (3-5 Tahun) Pada masa ini petunjuk bimbingan tetap diperlukan walaupun kesulitannya
jauh
lebih
sedikit
dibandingkan
tahun
sebelumnya.
Sebelumnya, pencegahan kecelakaan dipusatkan pada pengamatan lingkungan terdekat, dan kurang menekankan pada alas an-alasannya. Sekarang proteksi pagar, penutup stop kontak disertai dengan penjelasan secara verbal dengan alas an yang tepat dan dapat dimengerti. Masuk sekolah adalah bentuk perpisahan dari rumah baik bagi orang tua maupun anak. Oleh karena itu, orang tua memerlukan bantuan dalam melakukan penyesuaian terhadap perubahan ini, terutama bagi Ibu yang tinggal di rumah/tidak bekerja. Ketika anak mulai masuk taman kanakkanak, maka ibu mulai memerlukan kegiatan-kegiatan di luar keluarga,
16
seperti keterlibatannya dalam masyarakat atau mengembangkan karier. Bimbingan terhadap orang tua pada masa ini dapat dilakukan pada anak umur 3, 4, 5 tahun.
A. Usia 3 tahun 1) Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam hubungan yang luas. 2)
Menekankan pentingnya batas-batas / peraturan-peraturan.
3)
Mengantisipasi perubahan perilaku agresif.
4)
Menganjurkan orang tua menawarkan anaknya alternativealternatif pilihan pada saat anak bimbang.
5)
Perlunya perhatian ekstra
B. Usia 4 tahun 1) Menyiapkan orang tua terhadap perilaku anak yang agresif, termasuk aktifitas motorik dan bahasa yang mengejutkan. 2) Menyiapkan orang tua menghadapi perlawanan anak terhadap kekuasaan orang tua. 3) Kaji perasaan orang tua sehubungan dengan tingkah laku anak. 4) Menganjurkan beberapa macam istirahat dari pengasuh utama, seperti menempatkan anak pad ataman kanak-kanak selama setengah hari. 5) Menyiapkan orang tua untuk menghadapi meningkatnya rasa ingin tahu seksual pada anak. 6) Menekankan pentingnya batas-batas yang realistic dari tingkah laku. 7) Mendiskusikan disiplin. 8) Menyiapkan orang tua untuk meningkatkan imajinasi di usia 4 tahun, dimana anak mengikuti kata hatinya dalam “ketinggian bicaranya” (bedakan dengan kebohongan) dan kemahiran anak dalam permainan yang membutuhkan imajinasi. 9) Menyarankan pelajaran berenang.
17
10) Menjelaskan perasaan-perasaan Oedipus dan reaksi-reaksinya. Anak laki-laki biasanya lebih dekat dengan ibunya dan anak perempuan dengan ayahnya. Oleh karena itu, anak perlu dibiasakan tidur terpisah dengan orang tuanya. 11) Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi mimpi buruk anak dan
menganjurkan
mereka
agar
tidak
lupa
untuk
membangunkan anak dari mimpi yang menakutkan.
C. Usia 5 tahun 1) Memberikan pengertian bahwa usia 5 tahun merupakan periode yang relative lebih tenang dibandingkan masa sebelumnya. 2) Menyiapkan dan membantu anak memasuki lingkungan sekolah. 3) Mengingatkan imunisasi yang lengkap sebelum masuk sekolah. 4) Meyakinkan bahwa usia tersebut adalah periode tenang pada anak.
4. Anticipatory Guidance Pada Masa Usia Sekolah (6-12 Tahun) A. Usia 6 tahun 1) Bantu orang tua memahami kebutuhan mendorong anak berinteraksi dengan teman. 2)
Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama naik sepeda.
3)
Siapkan orang tua akan peningkatan interst anak ke luar rumah.
4)
Dorong orang tua untuk respek terhadap kebutuhan anak akan privacy dan menyiapkan kamar tidur yang berbeda.
B. Usia 7-10 tahun
18
1) Menakankan
untuk
mendorong
kebutuhan
akan
kemandirian. 2) Tertarik beraktifitas diluar rumah. 3) Siapkan orang tua untuk perubahan pada wanita pubertas. 4) Usia 11-12 tahun 5) Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan tubuh pubertas. 6) Anak wanita pertumbuhan cepat. 7) Sex education yang adekuat dan informasi yang adekuat.
2.5 Pencegahan Terhadap Kecelakaan Pada Anak
Kecelakaan merupakan kejadian yang dapat menyebabkan kematian pada anak. Kepribadian adalah factor pendukung terjadinya kecelakaan. Orang tua bertanggungjawab terhadap kebutuhan anak, menyadari karakteristik perilaku yang menimbulkan kecelakaan waspada terhadap factor-faktor lingkungan yang mengancam keamanan anak.
Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kecelakaan : 1. Jenis kelamin, biasanya lebih banyak pada laki-laki karena lebih aktif di rumah. 2. Usia, pada kemampuan fisik dan kognitif,
semakin besar akan
semakin tahu mana yang bahaya. 3. Lingkungan, adanya penjaga atau pengasuh.
Cara Pencegahan : 1. Pemahaman tingkat perkembangan dan tingkahlaku anak. 2. Kualitas asuhan meningkat. 3. Lingkungan aman.
Bahaya umum yang harus diperhatikan ortu: 1. Lantai rumah yang basah atau licin 2. Rumah dengan tangga yang curam 7 tidak ada pegangan
19
3. Alat makan dari bahan pecah belah 4. Penyimpanan zat berbahaya yang terbuka & dapat dijangkau anak 5. Adanya sumur yang terbuka 6. Adanya parit di depan/samping rumah 7. Rumah yang letaknya di pinggir jalan raya 8. Kompor/alat memasak yang dijangkau anak 9. Kabel listrik yang berantakan 10. Stop kontak yang tidak tertutup
Upaya yang dapat dilakukan ortu di rumah:km 1. Benda tajam disimpan di tempat yang aman 2. Benda kecil disimpan dalam laci yang tertutup 3. Zat yang berbahaya disimpan dalam almari terkunci 4. Amankan kompor dan berikan penutup yang aman 5. Jaga lantai rumah selalu bersih dan kering 6. Apabila ada tangga, pasang pintu di bagian bawah atau atas tangga 7. Sekring listrik harus tertutup 8. Apabila ada parit, tutup dengan papan atau semen 9. Bagi yang rumahnya di tepi jalan raya, sebaiknya da pintu pagar yang tertutup rapat 10. Apabila ada sumur, tutup sehingga tidak bisa dibuka anak 11. Bila bayi tidur, berikan p[engaman di pinggir tempat tidur
Pencegahan Terhadap Kecelakaan: a. Masa Bayi Jenis kecelakaan : Aspirasi benda, jatuh, luka baker, keracunan,
kurang O2. Pencegahan:
1) Aspirasi : bedak, kancing, permen (hati-hati). 2) Kurang O2 : plastic, sarung bantal. 3) Jatuh : tempat tidur ditutup, pengaman (restraint), tidak pakai kursi tinggi.
20
4) Luka bakar : cek air mandi sebelum dipakai. 5) Keracunan : simpan bahan toxic dilemari.
b. Masa Toddler Jenis kecelakaan :
1) Jatuh/luka akibat mengendarai sepeda. 2) Tenggelam. 3) Keracunan atau terbakar. 4) Tertabrak karena lari mengejar bola/balon. 5) Aspirasi dan asfiksia. Pencegahan:
1) Awasi jika dekat sumber air. 2) Ajarkan berenang. 3) Simpan korek api, hati-hati terhadap kompor masak dan strika. 4) Tempatkan bahan kimia/toxic di lemari. 5) Jangan biarkan anak main tanpa pengawasan. 6) Cek air mandi sebelum dipakai. 7) Tempatkan barang-barang berbahaya ditempat yang aman. 8) Jangan biarkan kabel listrik menggantung mudah ditarik. 9) Hindari makan ikan yang ada tulang dan makan permen yang keras. 10) Awasi pada saat memanjat, lari, lompat karena sense of balance.
21
c. Pra Sekolah Kecelakaan terjadi karena anak kurang menyadari potensial bahaya : obyek panas, benda tajam, akibat naik sepeda misalnya main di jalan, lari mengambil bola/layangan, menyeberang jalan. Pencegahan ada 2 cara ;
1.
Mengontrol lingkungan.
2.
Mendidik anak terhadap keamanan dan potensial bahaya: -
Jauhkan korek api dari jangkauan.
-
Mengamankan tempat-tempat yang secara potensial dapat membahayakan anak.
-
Mendidik anak : Cara menyeberang jalan, arti ramburambu lalulintas, cara mengendarai peran orang tua = perlu
belajar
mengontrolàsepeda
yang
aman
lingkungan.
d. Usia Sekolah 1. Anak sudah berpikir sebelum bertindak. 2. Aktif dalam kegiatan : mengendarai sepeda, mendaki gunung, berenang. 3. Perawat mengajarkan keamanan: -
Aturan lalu-lintas bagi pengendara sepeda.
-
Aturan yang aman dalam berenang
-
Mengawasi pada saat anak menggunakan alat berbahaya : gergaji, alat listrik.
-
Mengajarkan agar tidak menggunakan alat yang bisa meledak/terbakar.
e. Remaja 1. Penggunaan kendaraan bermotor bila jatuh dapat : fraktur, luka pada kepala. 2. Kecelakaan karena olah raga. Pencegahan:
22
1. Perlu
petunjuk
dalam
penggunaan
kendaraan
bermotor
sebelumnya ada negosiasi antara orang tua dengan remaja. 2. Menggunakan alat pengaman yang sesuai. 3. Melakukan latihan fisik yang sesuai sebelum melakukan olah raga.
2.6 Pendidikan Kesehatan Untuk Orang Tua
a. Upaya pencegahan kecelakaan pada anak
orang tua harus diberikan
bimbingan dan antisipasi pendidikan kesehatan. b. Prinsip pendidikan kesehatan: 1) Diberikan berdasarkan kebutuhan spesifik klien. 2) Pendidikan kesehatan yang diberikan harus bersifat menyeluruh 3) Hanya terjadi interaksi timbal balik antara perawat dan orang tua dan bukan hanya perawat sefihak yang aktif memberikan materi pendidikan kesehatan 4) Pendidikan kesehatan diberikan dengan mempertimbangkan usia klien yang menerimanya. 5) Proses pendidikan kesdehatan harus memperhatikan prinsip belajar dan mengajar. 6) Perubahan perilaku pada orang tua menjadi tujuan utama pendidikan kesehatan yang diberikan.
23
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Bimbingan Antisipasi adalah bantuan perawat terhadap orang tua dalam mempertahankan, meningkatkan kesehatan melalui upaya pertahanan nutrisi yang adekuat, pencegahan kecelakaan dan supervisi kecelakaan (Maslow, 1988). Bantuan
perawat
terhadap
orang
tua
dalam
mempertahankan
dan
meningkatkan kesehatan melalui upaya pertahanan nutrisi yang adekuat, pencegahan kecelakaan dan supervisi kesehatan.
24
DAFTAR PUSTAKA Cerdas,
Nurse.
2009.
Anticipatory
Guidance.
https://nursecerdas.wordpress.com/2009/02/17/anticipatory-guidance/.
Dermawan, Deden.2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Effendy, Ferry dan Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas-Teori dan Praktek dalam Keperawatan. 2009. Jakarta: Salemba Medika.
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2. Jakarta: EGC.
Muzaiyin,
Pujiani.
2014.
Bimbingan
Antisipasi
dan
Toilet
Training.
http://pujianimuzaiyin.blogspot.com/2014/11/bimbingan-antisipasi-dantoilettraining.html.
http://www.kerjanya.net/faq/3856-hepatitis-b.html ( Diunduh 21 Maret 2018 ) http://www.kerjanya.net/faq/11715-imunisasi-dpt.html ( Diunduh 21 Maret 2018 ) https://mediskus.com/dasar/imunisasi-polio ( Diunduh 21 Maret 2018 ) https://mediskus.com/dasar/imunisasi-campak ( Diunduh 21 Maret 2018 ) https://mediskus.com/dasar/imunisasi-bcg ( Diunduh 21 Maret 2018 ) http://namanakbayi.com/imunisasi-hib-pada-bayi-dan-balita ( Diunduh 21 Maret 2018 ) http://clevabaruna.blogspot.co.id/2008/05/imunisasi-hib.html ( Diunduh 21 Maret 2018 ) http://klinikallergy.blogspot.co.id/2013/03/vaksinasi-rotavirus-rv.html ( Diunduh 21 Maret 2018 )
25