MAKALAH IMUNISASI CAMPAK Dalam melengkapi tugas Keperawatan Anak Dosen: Zia Abdul Aziz, S.Kep.,Ners
Disusun Oleh Kel. 9: Eky Widodo Fatricia Putri Harto Sadikin Neneng Safitri Yadie Yephina Ayu
YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI S-1 KEPERAWATAN 2012
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat, serta penyertaanNya, sehingga Makalah Imunisasi Campak ini dapat penulis selesaikan. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca, khususnya keluarga STIKES EKA HARAP PALANGKARAYA. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. maka penulis berharap adanya masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya.
Palangkaraya,
Desember 2012
Penyusun
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR......................................................................................
i
DAFTAR ISI....................................................................................................
ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang............................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................
2
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................
2
BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Pengertian Penyakit Campak…………………………………
3
2.2. Penyebab Penyakit Campak…………………………………………….. 2.3 Gejala Penyakit Campak…………………………………………………
4 6
2.4 Imunisasi pada Bayi………………………………………………………….
7
2.5 Vaksinasi Campak Pada Anak……………………………………………
11
2.6 Tanda-tanda dan Bahaya Penyakit……………………………………….
12
2.7 Obat dan Pencegahan Campak………………………………………….
13
2.8 Efek Samping dan Kontraindikasi Vaksin Campak……………………..
14
2.9 Vaksin Campak (Morbili)………………………………………………..
15
BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan.................................................................................................
17
3.2 Saran...........................................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada. Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini. Campak adalah infeksi sistem pernapasan yang disebabkan oleh virus, secara khusus paramyxovirus dari genus '' Morbillivirus''. Morbilliviruses, seperti paramyxoviruses lain, adalah enveloped, tunggal, negatif-sense virus RNA. Pengobatan terhadap campak merupakan terapi supportif, karena penyakit ini bersifat sembuh sendiri. Pengobatan yang penting berupa penggantian cairan yang baik karena banyak cairan yang hilang karena demam, diare maupun muntah. Cairan infus juga penting apabila pasien sudah kehilangan cairan berat. Pasien juga harus dirawat di Rumah Sakit jikalau telah ditemui komplikasi dari campak. Suplemen vitamin A, terutama pada anak dan penderita yang kekurangan vitamin A, harus diberikan segera. Juga peran dari obat anti-virus dapat diberikan pada pasien campak berat. Setelah kita lihat dari pembahasan diatas, kita tau bahwa campak merupakan salah satu penyakit yang berbahaya. Pencegahan terhadap penyakit ini merupakan usaha yang paling utama dapat kita lakukan. Vaksin campak merupakan aspek yang penting dalam mencegah campak dan komplikasinya. Vaksin campak sudah ada sejak tahun 1963, berhasil menurunkan insiden campak secara signifikan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 1.2.2 1.2.3
Didalam makalah ini kami akan membahas tentang Imunisasi Campak, yaitu : Pengertian Penyakit Campak Penyebab Penyakit Campak Gejala Penyakit Campak
1.2.4
Imunisasi pada Bayi
1.2.5
Vaksinasi Campak Pada Anak
1.2.6
Tanda-tanda dan Bahaya Penyakit
1.2.7
Obat dan Pencegahan Campak
1.2.8
Efek Samping dan Kontraindikasi Vaksin Campak
1.2.9
Vaksin Campak (Morbili)
1.3 Tujuan Penulisan :
1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penulisan makalah ini adalah agar kita dapat lebih mengetahui tentang Imunisasi Campak. 1.3.2
Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah agar para mahasiswa keperawatan mengetahui tentang Imunisasi Campak yang membahas tentang Pengertian Penyakit Campak, Penyebab Penyakit Campak, Gejala Penyakit Campak, Imunisasi pada Bayi, Valsinasi Campak Pada Anak, Tanda-tanda dan Bahaya Penyakit, Obat dan Pencegahan Campak, Efek Samping dan Kontraindikasi Vaksin Campak, Vaksin Campak (Morbili) .
1.4
Manfaat Penulisan Bagi kita para mahasiswa yang masih dalam pembelajaran yaitu diharapkan lebih dapat memahami dan mengerti mengenai Imunisasi Campak.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyakit Campak Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada. Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini. Campak adalah infeksi sistem pernapasan yang disebabkan oleh virus, secara khusus paramyxovirus dari genus '' Morbillivirus''. Morbilliviruses, seperti paramyxoviruses lain, adalah enveloped, tunggal, negatif-sense virus RNA. Gejala termasuk demam, batuk, hidung beringus, mata merah dan umum, penyakit, erythematous ruam. Campak menyebar melalui respirasi (kontak dengan cairan dari orang yang terinfeksi hidung dan mulut, baik secara langsung atau melalui transmisi aerosol), dan sangat menular-90% dari orang-orang tanpa kekebalan berbagi rumah dengan orang yang terinfeksi akan menangkapnya. Infeksi memiliki masa inkubasi rata-rata 14 hari (berbagai 6–19 hari) dan infectivity berlangsung dari 2–4 hari sebelumnya, sampai 2-5 hari setelah terjadinya ruam (yaitu 4–9 hari infectivity total). Nama alternatif untuk campak di negara-negara yang berbahasa Inggris adalah '' rubeola'', yang kadang-kadang bingung dengan '' rubella'' (Campak Jerman); penyakit tidak terkait. Dalam beberapa bahasa lain Eropa, '' rubella'' dan '' rubeola'' sinonim, dan '' rubeola'' bukanlah nama alternatif untuk campak.
2.2 Penyebab Penyakit Campak Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah yang terkontaminasi virus. Seorang penderita mulai menularkan penyakitnya 2-4 hari sebelum timbul ruam-ruam kulit
sampai ruamnya menghilang. Sebelum diketemukan vaksinasi, epidemi campak terjadi setiap 2 sampai 3 tahun, terutama pada usia prasekolah dan usia sekolah. Pada saat ini wabah terjadi pada remaja dan dewasa muda yang pernah mendapat imunisasi, usia prasekolah yang tidak diimunisasi dan anak-anak yang terlalu kecil untuk imunisasi ( kurang dari 12 bulan). Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah mendapat imunisasi campak akan meneruskan kekebalannya pada bayi yang dikandung. Kekebalan ini akan bertahun selama tahun pertama setelah anak dilahirkan. Seorang yang pernah terinfeksi campak akan mempunyai kekebalan seumur hidup. 2.3 Tanda dan Gejala Penyakit Campak Selama delapan hingga duabelas hari pertama setelah terpapar oleh virus campak, anak anda mungkin tidak menunjukan gejala, ini disebut masa inkubasi. Kemudian dia jatuh sakit seperti terkena selesma, dengan batuk, hidung beringus, dan mata merah (konjungtivitis). Batuk akan menjadi berat setiap saat dan berlangsung sekitar seminggu, sementara itu anak anda akan merasa tidak enak badan. Selama satu hingga tiga hari pertama dari penyakit, gejala yang menyerupai pilek tersebut akan memburuk, dan anak akan mulai mengalami demam yang tinggi (39,4 hingga 40,50C). demam tersebut berlangsung dua sampai tiga hari setelah munculnya lesi pertama. Setelah jatuh sakit dua hingga empat hari, ruam akan berkembang. Ruam biasanya mulai pada wajah dan leher, kemudian menyebar kebawah ke batang tubuh serta kelengan dan tungkai. Ruam ini mulai berupa benjolan yang sangat merah, yang akan bergabung membentuk titik yang lebih besar. Jika anda melihat bintik putih kecil, seperti bercak pasir, dalam mulitnya dekat dengan gigi gerahamnya, anda akan mengetahui bahwa ruam tidak lama lagi akan muncul. Lesi tersebut akan berlangsung lima hingga delapan hari. Saat menghilang kulit akan mengelupas sedikit. Diagnosa ditentukan dari gejala dan ruam yang khas. Tidak diperlukan pemeriksaan khusus.
2.4 Tanda-tanda dan Bahaya Penyakit Tanda klinis awal campak biasanya demam tinggi, yang muncul 10-12 hari setelah terpapar virus ini dan berlangsung selama 4-7 hari. Pilek, batuk, mata merah dan berair, dan munculnya bercak putih pada sebelah dalam pipi atau yang disebut Koplik’s Spot merupakan tanda awal penyakit ini. Setelah beberapa hari, ruam mulai muncul yaitu bintik-bintik kecil
kemerahan pada kulit, biasanya pada muka dan leher atas. Setelah 3 hari, ruam ini menyebar, biasanya ke daerah tangan dan kaki. Ruam ini muncul selama 5-6 hari lalu menghilang dengan sendiri. Biasanya, ruam ini muncul 14 hari setelah terpapar virus ini (dengan batasan 7-18 hari). Campak yang berat biasanya muncul pada anak-anak kurang gizi, terutama mereka yang kekurangan vitamin A atau mengidap penyakit yang melemahkan imun tubuh seperti HIV/AIDS dan penyakit lain. Selain itu campak juga dapat menyebabkan kematian, terutama akibat dari komplikasi penyakit ini. Komplikasi yang sering kita jumpai pada anak dibawah 5 tahun, atau orang dewasa diatas 20 tahun. Komplikasi yang paling serius termasuk diantaranya kebutaan, radang otak (encephalitis), diare berat dan termasuk kekurangan cairan (dehidrasi), infeksi telinga dan juga penyakit radang paru-paru seperti pneumonia. Tertinggi 10% kasus campak berujung kepada kematian pada mereka yang kekurangan gizi dan kurangnya sarana kesehatan yang memadai. Manusia yang sudah sembuh dari penyakit ini memiliki imun seumur hidup mereka. Setiap anak yang tidak divaksin beresiko tinggi terkena campak dan komplikasinya, bahkan kematian. Setiap orang non-imun (mereka yang belum divaksin atau divaksin tapi tidak membentuk imun) dapat terinfeksi. Campak masih sering ditemukan dinegara berkembang seperti Afrika dan Asia, termasuk Indonesia. Kejadian luar biasa (KLB) dapat mematikan pada suatu Negara yang sedang terkena bencana atau konflik. Pelayanan kesehatan dan saranan kesehatan yang tidak maksimal dapat mengganggu jadwal imunisasi rutin menyebabkan peningkatan resiko infeksi. 2.5 Imunisasi pada Bayi
Imunisasi pada bayi dilakukan dengan memberikan vaksin yang bisa disuntikkan ataupun diteteskan pada mulut bayi. Vaksin ini berfungsi untuk menghasilkan antibodi atau zat yang berguna untuk daya tahan tubuh. Vaksin ini bisa membuat dan menjaga perkembangan bayi supaya tetap sehat. Manfaat imunisasi yang utama adalah untuk mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu pada bayi dan selama masa perkembangan bayi hingga dewasa. Imunisasi dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi sehingga bisa melawan virus atau bakteri penyebab suatu penyakit. Ada berbagai macam imunisasi tergantung manfaat yang ingin diperoleh. Misalnya imunisasi polio, BCG, DPT, TBC, difteri, tetanus, hepatitis B dan sebagainya. Imunisasi penyakit difteri akan bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh bayi sehingga bisa melawan penyakit difteri. Manfaat imunisasi tidak hanya
melindungi bayi saja tapi juga akan membantu mencegah penularan penyakit terutama ke saudara kandung dan teman-teman di sekitarnya. Misalnya seorang anak telah diimunisasi penyakit campak ketika masih bayi. Suatu saat dalam masa pertumbuhannya, anak tersebut positif terinfeksi campak maka anak ini tidak akan menularkan campak kepada lingkungannya. Jadi, imunisasi memang tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri saja tapi ternyata memberi manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Manfaat imunisasi yang lain adalah dapat mencegah terjadinya cacat dan kematian yang bisa terjadi karena suatu penyakit tertentu. Misalnya bayi yang telah diimunisasi penyakit polio maka jika dia terinfeksi polio memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk menjadi cacat atau meninggal. Dengan demikian, kualitas perkembangan bayi dan anak secara umum akan meningkat. Manfaat imunisasi memang tidak menjamin 100% dimana bayi masih punya peluang untuk bisa terkena penyakit tersebut. Namun dari hasil penelitian, kemungkinannya sangatlah kecil yakni hanya sekitar 5 hingga 15 persen saja. Manfaat imunisasi akan sangat dirasakan hasilnya terutama ketika ada wabah penyakit. Anak yang telah diimunisasi jarang sekali ada yang tertular. Tetapi anak yang tidak diimunisasi bisa mengalami penyakit, cacat atau kematian. Mengingat banyaknya manfaat dari imunisasi ini maka penting sekali untuk memberikan imunisasi pada anak atau bayi. Hal ini seperti memberikan benteng pada anak untuk bisa menghadapi segala penyakit yang mungkin bisa terjadi dalam perkembangannya seumur hidup. Dengan memberikan imunisasi sejak dini maka penyakit anak yang serius semakin jarang terjadi. Akibatnya jumlah anak atau bayi yang terkena penyakit akan menurun dan secara tidak langsung mencegah pengeluaran biaya rumah sakit. 2.4 Imunisasi Campak Pada Anak Campak atau measles atau rubeola atau yang sering disebut ‘serampak’, ‘biji-biji panas’ merupakan salah satu penyakit infeksi akut yang sering menyerang anak. Data pada tahun 2002, di Indonesia angka kesakitan campak cukup tinggi, yaitu sekitar 1 juta anak per-tahun dan diperkirakan sekitar 30.000 anak Indonesia meninggal tiap tahunnya disebabkan oleh komplikasi campak, artinya 1 anak meninggal tiap 20 menit karena penyakit ini. Data yang cukup mengejutkan. Penyakit ini disebabkan oleh virus tipe paramiksovirus. Penularan penyakit ini terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak. Penyakit ini sudah lama ditemukan, Antonini (165-180M) melaporkan sudah ada
sejak jaman dulu, menyerang pasukan Romawi dan menyerang banyak Negara-negara di Dunia. Campak merupakan penyakit endemis, artinya penyakit ini telah terus-menerus ada dalam komunitas manusia walaupun manusia telah membuat perlawanan dengan membuat vaksin untuk penyakit ini. Pada kenyataannya, masih banyak angka kesakitan campak di Indonesia bahkan di Dunia. 2.7 Obat dan Pencegahan Campak Pengobatan terhadap campak merupakan terapi supportif, karena penyakit ini bersifat sembuh sendiri. Pengobatan yang penting berupa penggantian cairan yang baik karena banyak cairan yang hilang karena demam, diare maupun muntah. Cairan infus juga penting apabila pasien sudah kehilangan cairan berat. Pasien juga harus dirawat di Rumah Sakit jikalau telah ditemui komplikasi dari campak. Suplemen vitamin A, terutama pada anak dan penderita yang kekurangan vitamin A, harus diberikan segera. Juga peran dari obat antivirus dapat diberikan pada pasien campak berat. Setelah kita lihat dari pembahasan diatas, kita tau bahwa campak merupakan salah satu penyakit yang berbahaya. Pencegahan terhadap penyakit ini merupakan usaha yang paling utama dapat kita lakukan. Vaksin campak merupakan aspek yang penting dalam mencegah campak dan komplikasinya. Vaksin campak sudah ada sejak tahun 1963, berhasil menurunkan insiden campak secara signifikan. Namun angka campak kembali meningkat karena angka rendah vaksin campak pada Negara tertentu. Di Indonesia, Departemen Kesehatan melalui Puskesmas telah menjalankan program untuk mengimunisasi semua anak-anak Indonesia dengan vaksin campak secara gratis. Sesuai dengan pedoman Depkes dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) vaksin campak merupakan imunisasi wajib yang diberikan sebanyak 2 kali yaitu pada umur 9 bulan, lalu pada umur 5-7 tahun. Juga di sekolah-sekolah dengan program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) dimana diberikan vaksin campak dan vaksin lain (diphteri, tetanus dll). Selain itu, juga dikenal vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella) yang isinya terdiri dari vaksin 3 penyakit yaitu Campak, Gondongan dan Rubella. Sesuai dengan jadwal imunisasi IDAI vaksin MMR ini diberikan pada anak berusia 15 bulan lalu dilanjutkan lagi dengan imunisasi kedua pada umur 5-6 tahun. Jadi, kita tahu kapan jadwal anak-anak kita untuk mendapatkan imunisasi campak ini.
2.8 Efek Samping dan Kontraindikasi Vaksin Campak Adapun efek samping dari penyuntikan campak dapat berupa demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian Obat Paracetamol setelah penyuntikan vaksin campak. Adapun kontraindikasi pemberian vaksin adalah bagi para balita yang alergi terhadap vaksin campak ini dan bayi yang menderita gangguan respon imun. Untuk demam ringan, infeksi ringan saluran napas atau diare bukan merupakan kontraindikasi diberikannya vaksin campak ini. 2.9 Vaksin Campak (Morbili) a. Vaksinasi dan jenis vaksin Imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit campak secar aktif. Vaksin campak mengandung virus campak hidup yang telah dilemahkan. Vaksin campak yang beredar di Indonesia dapat diperoleh dalam bentuk kemasan kering tunggal atau dalam kemasan kering di kombinasi dengan vaksin gondong/bengok (mumps) dan rubela (campak Jerman). Di Amerika Serikat kemasan terakhir ini dikenal dengan nama MMR (Measles Mumps-Rubela Vaccine). b. Penjelasan penyakit: istilah asing untuk penyakit campak ialah Marbilli (Latin), Measles (Inggris). Penyakit ini sangat mudah menular. Kuman penyebabnya ialah sejenis virus yang termasuk ke dalam golongan paramyxo virus. Gejala yang khas yaitu timbulnya bercak-bercak merah di kulit (eksantem), 3-5 hari setelah anak menderita deman, batuk atau pilek. Bercak merah ini mula-mula timbul di pipi di bawah telinga. Kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota gerak. Pada stadium berikutnya bercak merah tersebut akan berwarna cokelat kehitaman dan akan menghilang dalam waktu 7-10 hari kemudian. Tahap penyakit ketika timbul gejala demam disebut stadium katarak. Tahap ketika kemudian timbul bercak merah di kulit disebut stadium eksantem. Pada stadium katarak penyakit campak sangat mudah menular kepada anak lain. Daya tular ini menjadi berkurang pada stadium eksantem. Pada waktu stadium katarak dan stadium eksantem anak nampak sakit berat, lesu dan tidak ada nafsu makan. Sebenarnya penyakit campak sendiri merupakan penyakit yang terbatas dan dapat sembuh sendiri, tetapi sering diikuti oleh komplikasi yang cukup berat. Komplikasi penyakit campak yang berbahaya
ialah radang otak (ensefalitis atau ensefalopati), radang paru, radang saluran kemih dan menurunnya keadaan gizi anak. Terutama pada anak yang kurang gizi, sering terdapat komplikasi radang paru yang mungkin dapat mengakibatkan kematian. Menurunnya berat badan anak akibat penyakti campak akan menyebabkan merendahnya daya tahan, sehingga ia dengan mudah dihinggapi penyakit lain. Penyakit ini juga akan menyebabkan lebih menurunnya berat badan dan begitulah seterusnya. Maka terdapat lingkaran setan antara menurunnya berat badan, merendahnya daya tahan tubuh dan kejadian
infeksi.
Keadaan
ini
mungkin
berakhir
dengan
kematian.
Dengan
memperhatikan komplikasi penyakit campak yang cukup berat ini, sebenarnya tidaklah tepat pendapat tradisional bahwa sebaiknya anak itu dibiarkan menderita campak secara alamiah. Atau dengan istilah awam: “kalau anak sakit, biarkan supaya capkanya keluar”. c. Cara imunisasi: Bayi yang baru lahir telah mendapat kekebalan pasif terhadap penyakit campak dari ibunya ketika ia dalam kandungan. Makin lanjut umur bayi, makin berkurang kekebalan pasif tersebut. Waktu berumur 6 bulan biasanya bayi itu tidak mempunyai kekebalan pasif lagi. Dengan adanya kekebalan pasif ini sangatlah jarang seorang bayi menderita campak pada umur kurang dari 6 bulan. Menurut WHO (1973) imunisasi campak cukup dilakukan dengan 1 kali suntikan setelah bayi berumur 9 bulan. Lebih baik lagi setelah ia berumur lebih dari 1 tahun. Karena kekebalan yang diperoleh berlangsung seumur hidup, maka tidak diperlukan revaksinasi lagi. Di Indonesia keadaannya berlainan. Kejadian campak masih tinggi dan sering dijumpai bayi menderita penyakit campak ketika ia berumur antara 6-9 bulan, jadi pada saat sebelum ketentuan batas umur 9 bulan untuk mendapat vaksinasi campak seperti yang dianjurkan WHO. Dengan memperhatikan kejadian ini, sebenarnya imunisasi campak dapat diberikan sebelum bayi berumur 9 bulan, misalnya pada umur antara 6-7 bulan ketika kekebalan pasif yang diperoleh dari ibu mulai menghilang. Akan tetapi kemudian ia harus mendapat satu kali suntikan ulang setlah berumur 15 bulan. Bila ada seorang anak terjangkit campak, apakah imunisasi terhadap anak lain serumah yang belum pernah campak perlu diberikan? Pertanyaan ini sering dikemukakan oleh para ibu. Vaksinasi terhadap anak serumah yang mempunyai kontak dengan penderita campak
dapat diberikan dalam waktu 5 hari setelah terjadi kontak. Bila diberikan setelah hari ke5, vaksinasi tidak akan bermanfaat, karena anak sudah ketularan lebih dahulu dari anak penderita campak tadi. Yang menjadi masalah ialah kesulitan menentukan waktu yang tepat terjadinya kontak. Untuk hal ini sebagai patokan dapat diambil hari pertama terjadinya demam yang timbul pada penderita campak tersebut, sebelum timbul bercak merah di kulit. Seperti diuraikan di atas masa penularan yang paling berbahaya ialah pada awal penyakit, yaitu pada stadium katarak sebelum keluar bercak merah. Dengan demikian dapat disimpulkan, bila seorang anak diketahui menderita penyakit campak, yang biasanya dikenal ibunya karena timbulnya bercak merah, maka pada saat ini tidak manfaatnya lagi untuk melakukan imunisasi pada anak lainnya. Saat kejadian ini biasanya telah melampaui batas waktu 5 hari dari hari pertama terjadinya demam. Seandainya anak serumah yang sudah ditulari virus campak, karena suatu hal tetap mendapat imunisasi campak, hal ini tidak akan memperberat atau memperingan keadaan anak bila dalam beberapa hari kemudian ia akan menderita campak yang sebenarnya. Masalah lain yang sering timbul pada pihak ibu adalah perlukah vaksinasi campak diulang pada anak yang telah menderita campak karena infeksi alamiah. Sebenarnya bila anak tersebut benar-benar telah menderita sakit campak, maka vaksinasi campak tidak perlu diberikan lagi. Masalahnya adalah apakah anak tersebut benar-benar menderita campak? Biasanya seorang ibu mendasarkan dugaan sakit anaknya itu hanya karena adanya demam yang disertai dengan timbulnya bercak merah di kulit. Gejala demam dengan bercak merah tidak hanya terjadi pada penyakit campak, tetapi dapat pula dijumpai pada penyakit lain, seperti penyakit “demam 3 hari”, demam berdarah, campak Jerman, dan sebagainya. d. Kekebalan: Daya proteksi imunisasi campak sangat tinggi, yaitu 96-99%. Menurut penelitian, kekebalan yang diperoleh ini berlangsung seumur hidup, sama langgengnya dengan kekebalan yang diperoleh bila anak terjangkit campak secara alamiah. e. Reaksi imunisasi: Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi demam ringan dan nampak sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan. Mungkin pula terdapat pembengkakan pada tempat suntikan. f. Efek samping: Sangat jarang, mungkin terdapat kejang yang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Selain itu dapat terjadi radang otak, berupa
ensefalitis atau ensefalopati, dalam waktu 30 hari setelah imunisasi. Tetapi kejadiannya sangat jarang, yaitu 1 diantara 1 juta suntikan. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan kejadian radang otak akibat penyakit campak alamiah yang sebesar 1 diantara 250 kasus. Dengan demikian risiko untuk terjadinya radang otak akibat infeksi alamiah 2.500 kali lebih besar daripada akibat imunisasi (lihatlah tabel 1 pada hal. 12). Demikian pula dapat terjadi akibat samping lain pada jaringan otak yang dikenal dengan istilah SSPE (subacute sclerosing panencephalitis). Kejadiannya sangat jarang (1 diantara 1 juta penderita campak). Dari kenyataan angka-angka tersebut dapat disimpulkan, bahwa mengenai risiko terjadinya kelainan otak akibat imunisasi ini tidak perlu terlampau dirisaukan, karena kejadiannya sangat jarang. Selain itu, seandainya anak tersebut tidak mendapat imunisasi dan kemudian terjangkit penyakit campak secara alamiah, maka ia tetap akan terjangkit kelainan otak serupa. Bahkan dalam bentuk yang lebih parah. g. Indikasi kontra: Menurut WHO (1963), indikasi kontra hanya berlaku terhadap anak yang sakit parah, yang menderita TBC tanpa pengobatan, atau yang menderita kurang gizi dalam derajat berat. Vaksinasi campak sebaiknya juga tidak diberikan pada anak dengan penyakit defisiensi kekebalan. Juga tidak diberikan pada anak yang menderita penyakit keganasan atau sedang dalam pengobatan penyakit keganasan. Karena belum terkumpulnya cukup informasi ilmiah, sebaiknya imunisasi campak pada ibu hamil ditangguhkan. Pada anak yang pernah kejang, imunisasi campak dapat diberikan seperti biasanya, asalkan dengan pengawasan dokter.
BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dalam, semua sarana kesehatan baik itu RS dan Puskesmas sudah menyediakan vaksin campak ini. Untuk itu kita yang memiliki anak-anak balita berumur 9 bulan jangan tunggu lagi untuk membawa anak kita diperiksa dan mendapatkan vaksin campak sebelum terlambat mengingat bahayanya penyakit ini. Kegunaan vaksin campak adalah mencegah terjadinya
penyakit ini dan kalaupun anak nanti terkena campak gejalanya tidak akan berat karena tubuh sudah mengenali penyakit campak karena sudah di vaksinasi. 3.2 Saran Sebagai saran, penulis menyarankan agar semua orang tua dapat membawa anak-anak mereka untuk mendapatkan berbagai imunisasi dasar di sarana kesehatan yang ada. Khususnya imunisasi campak dapat diberikan pada saat balita berumur 9 bulan dan dosis kedua vaksin campak saat anak umur 5-7 tahun. Segera beri vaksin campak pada bayi-bayi kita agar mereka terbebas dari bahaya dan komplikasi penyakit campak.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Ed. 15. Vol. 2. Jakarta : EGC Satyanegara Surya, Widjaja anton Cahya. 2004. Perawatan Untuk Bayi dan Balita. Jakarta : EGC