IAS 2 – PERSEDIAAN Inventory ) ( IAS 2 – Inventory
MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN TUGAS INDIVIDU
DISUSUN OLEH :
ANAS ROMADHONI
1611070149
INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA (ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE) PERBANAS JAKARTA PROGRAM STUDI AKUNTANSI 2018
BAB I PENDAHULUAN 1. Overview
IAS 2 Persediaan berisi persyaratan tentang cara menghitung sebagian besar jenis inventaris. Standar ini membutuhkan persediaan yang akan diukur dengan biaya yang lebih re ndah dan nilai realisasi bersih (NRV) dan menguraikan metode yang dapat diterima untuk menentukan biaya, termasuk identifikasi khusus (dalam beberapa kasus), pertama masuk pertama (FIFO) dan biaya rata-rata tertimbang. Versi IAS 2 yang direvisi diterbitkan pada bulan Desember 2003 dan berlaku untuk periode tahunan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2005.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam IAS 1 adalah sebagai berikut 1. Pendahuluan 2. Ruang Lingkup 3. Dasar Penilaian 4. Pengukuran Biaya Perolehan
BAB II PEMBAHASAN 1. Pendahuluan
Di
dalam
industri
manufaktur,
persediaan
bahan
baku
merupakan
asset
perusahaan yang sangat vital. Setiap perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan produksi pasti memerlukan persediaan bahan baku. Pengelolaan penggunaan persediaan bahan baku yang efektif dan efisien sangat penting, karena berhubungan dengan penghematan biaya produksi langsung industri manufaktur, sehingga laba dapat meningkat. Selain itu dengan adanya persediaan bahanbaku yang cukup tersedia di gudang, diharapkan dapat memperlancar kegiatan produksi/pelayanan kepada konsumen dan dapat menghindari terjadinya kekurangan bahan baku. Keterlambatan jadwal dan kegagalan pemenuhan kosumen
dapat
merugikan
perusahaan
produk
yang
dipesan
oleh
dalam hal ini income perusahaanakan perusahaanakan
menurun. Persediaan merupakan salah satu aktiva
yang
paling aktif dalam operasi
kegiatan perusahaaan dagang. Sebagaian besar sumber daya perusahaan yang diinvestasikan dalam bentuk barang-barang yang dibeli atau diproduksi. Biaya barang – barang ini harus dicatat dikelompokan, dan diikhtisarkan selama periode akuntansi. Pada akhir periode, biaya dialokasikan diantara aktivitas periode berjalan dan aktivitas periode mendatang yaitu diantara barang – barang yang berada dalam persediaan untuk dijual periode mendatang. Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar dari perusahaan manufaktur maupun dagang. Pengaruh persediaan
terhadap laba lebih
mudah terlihat ketika kegiatan bisnis berfluktuasi. Selama iklim usaha baik, penjualan menjadi tinggi dan persediaan bergerak lebih cepat dari pembelian ke penjualan. Namun ketika kondisi ekonomi menurun, tingkat penjualan juga menjadi menurun, persediaan bertumpuk dan perlu dilakukan penjualan meskipunmengalami kerugian. IAS 2 merupakan standard akuntansi keuangan international yang mengatur mengenai persediaan.
Tujuan dari IAS 2 adalah untuk menentukan perlakuan akuntansi untuk persediaan. IAS 2 memberikan panduan untuk menentukan biaya persediaan dan untuk selanjutnya mengakui beban, termasuk setiap penurunan-down menjadi nilai realisasi bersih. Hal ini juga memberikan panduan rumus biaya yang digunakan untuk menentukan biaya persediaan. IAS 2 menyatakan dasar penentuan dan akuntansi untuk persediaan sebagai suatu aset, hingga pendapatan yang terkait diakui. Standar juga memberikan pedoman mengenai penilaian persediaan dan konsekuensi konsekuensi penghapusannya penghapusannya sebagai suatu beban (expense (expense), ), dan perlakuan yang harus di adopsi atas pendapatan terkait yang diakui. Sejarah IAS 2 (HIstory of IAS 2 ) Date
Sep-74 Oct-75 Aug-91
Development Developmen t Exposure Draft E2 Valuation and Presentation of Inventories in the Context of the Historical Cost System published IAS 2 Valuation and Presentation of Inventories in the Context of the Historical Cost System issued Exposure Draft E38 Inventories published
Dec-93
IAS 9 (1993) Inventories issued
18-Dec03
IAS 2 Inventories issued
Comments
Operative for annual financial statements covering periods beginning on or after 1 January 1995 Effective for annual periods beg inning on or after 1 January 2005
2. Ruang Lingkup
1. Pernyataan ini diterapkan untuk semua persediaan kecuali: a. Pekerjaan yang timbul dalam kontrak konstruksi, termasuk dalam kontrak jasa yang terkait langsung (PSAK 34: Kontrak Konstruksi) b. Instrumen Keuangan (PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian, PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran) 2. Pernyataan ini tidak diterapkan untuk pengukuran persediaan yang dimiliki oleh: a. Produsen produk agrikultur dan kehutanan, hasil agrikultur setelah panen, dan mineral produk mineral, sepanjang persediaan tersebut diukur pada nilai realisasi neto sesuai dengan praktik dalam industri tersebut. Jika persediaan diukur dalam
nilai realisasi neto, maka perubahan nilai tersebut diakui dalam laba rugi dalam periode terjadinya. b. Pialang pedagang komoditi yang mengukur persediannya pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Jika persediaan tersebut diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, maka perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual diakui dalam laba rugi pada periode terjadinya. 3. Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam pernyataan ini: a. Persediaan adalah aset:
Tersedia untuk dijual dalam kegiatan biasa
Dalam proses produksi untuk proses penjualan tersebut
Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa
b. Nilai realisasi neto Adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan. c. Nilai wajar Adalah jumlah suatu aset dipertukarkan, atau liabilitas diselesaikan, antara pihakpihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi yang wajar. 3. Tujuan
Tujuan IAS 2 adalah untuk meresepkan perlakuan akuntansi untuk persediaan. Ini memberikan panduan untuk menentukan biaya persediaan dan untuk kemudian mengakui biaya, termasuk setiap write-down ke nilai realisasi bersih. Ini juga memberikan panduan tentang rumus biaya yang digunakan untuk menetapkan biaya untuk persediaan.
4. Dasar penilaian
Berikut hal-hal yang perlu dipertimbangkan bilamana menentukan biaya perolehan dan nilai realisasi neto:
1. Biaya perolehan (cost) meliputi biaya perolehan atas pembelian persediaan dan semua biaya perolehan lainnya yang langsung diatribusikan kepada akuisisi persediaan dan mewujudkan persediaan tersebut kepada lokasi dan kondisi sekarang seperti bea pajak, beban transpor dan penangan. 2. Biaya konversi meliputi biaya perolehan yang langsung terkait dengan produksi seperti tenaga kerja langsung, dan dan lokasi sistematis overhead pabrik tetap dan variabel yang terjadi untuk mengkonversikan bahan baku dan barang jadi. 3. Biaya perolehan (cost) tidak termasuk biaya umum dan administrasi, biaya penjualan dan distribusi, pemborosan abnormal dan biaya penyimpananan atau gudang (jika tidak terkait dengan proses produksi). 4. Biaya perolehan (cost) tidak termasuk biaya bunga dan biaya pinjaman lainnya, kecuali bila persediaan merupakan sebuah aset kualifikasi. 5. Fluktuasi kurs mata uang asing aatas persediaan yang dibeli dalam mata uang asing tidak termasuk dalam biaya perolehan atas pembelian persediaan. 6. Selisih antara biaya perolehan atas pembelian persediaan menurut ketentuan kredit normal dan jumlah terutang menurut ketentuan penyelesaian yang ditangguhkan tidak termasuk sebagai biaya perolehan (cost).
5. Pengukuran biaya perolehan
1. Metode Identifikasi khusus, digunakan bilamana barang yang dibeli tidak biasanya dipertukarkan dan secara khusus seluruhnya atas suatu proyek tertentu. 2. Metode masuk pertama, keluar pertama (FIFO) , mengasumsikan bahwa persediaan yang dibeli atau atau diproduksi pertama, dijual pertama . dengan demikianh barang yang tersisa pada akhir periode adalah persediaan barang yang paling baru dibeli atau diproduksi. 3. Metode biaya rata-rata tertimbang , merupakan biaya perolehan setiap barang ditentukan dengan rata-rata tertimbang dari biaya perolehan dari barang yang sejenis pada awal suatu periode dan biaya perolehan barang tersebut dibeli atau diproduksi selama periode yang bersangkutan.
6. Metode perhitungan persediaan
1. Pengertian FIFO (First (First in First Out ) Metode ini menerapkan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal / pertama masu akan digunakan / dijual terlebih dahulu, jadi yang tersisa di persediaan akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir dibeli (masuk). Metode FIFO dianggap berdampak pada nilai aktiva yang dibeli perusahaan dan cenderung menghasilkan persediaan yag nilainya tinggi. 2. Pengertian LIFO (Last (Last In First Out ) Metode ini menerapkan bahwa persediaan dengan nilai perolehan terakhir (masuk) akan dijual/digunakan lebih dulu, sehingga perolehan persediaan akhir dinilai berdasarkan nilai perolehan yang pertama (awal) masuk (dibeli). Metode LIFO dianggap berdampak pada nilai aktiva yang rendah pada perusahaan dan cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah. 3. Pengertian Metode Rata-rata (average (average method ) Metode rata-rata atau juga disebut metode average, metode ini menyatakan bahwa nilai persediaan akhir akan menghailak amtara nilai persediaan dengan metode FIFO. Dengan menggunakan metode ini maka akan berdampak pada laba kotor dan harga pokok penjualan.
7. Contoh perhitungan persediaan persediaan Contoh Soal I
PT. Semar Mesem melakukan perlakuan (pembelian, penjualan) persediaan pada tahun 2018 adalah sebagai berikut. Diminta : 1. Hitunglah nilai persediaan akhir Sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan Average. 2. Hitung Laba Kotor, Harga Pokok Penjualan dan
Jurnal yang diperlukan.
Jawab : 1. FIFO (masuk pertama keluar pertama)
2. LIFO (masuk terakhir keluar pertama)
3. Rata-rata (average)
8. Metode Sistem Pencatatan Persediaan Periodik Dan Perpetual Beserta Contoh Transaksinya Pencatatan Persediaan 1. Perpetual (perpetual inventory system)
Sistem pencatatan perpetual ini akan membuat catatan setiap kali terjadi mutasi persediaan seperti pembelian, penjualan atau retur pembelian. 2. Periodik (periodic inventory system)
Sistem pencatatan periodik ini akan mencatat transaski transaski mutasi pembelian ke dalam akun pembelian yang merupakan akun sementara dan harus dilakukan pengecekan fisik terhadap persediaan di akhir periode atau biasa disebut stock opname. Perbedaan Sistem periodik dan Sistem perpetual
Perusahaan yang menggunakan sistem persediaan priodik akan mencatat pembelian barang dagang dengan mendebet rekening pembelian yang merupakan rekening sementara untuk mengumpulkan seluruh harga pokok barang yang dibeli pada periode tertentu dan pada akhir periode rekening ini harus ditutup.
Berikut ini adalah table perbedaan sistem periodik dengan perpetual.
(Lanjutan jawaban dari Soal di Poin 7) Harga Pokok Penjualan 1. Sistem Periodik
2. Sistem Perpetual
LABA KOTOR 1. Sistem Periodik
2. Sistem Perpetual
JURNAL 1. Periodik (FIFO) Saat Mencatat Pembelian:
Pembelian
Rp. 8.600.000
Utang usaha/Kas
Rp. 8.600.000
Saat Mencatat Penjualan:
Piutang Usaha/Kas
Rp. 11.500.000
Penjualan
Rp. 11.500.000
Saat Penyesuaian untuk Persediaan:
Ikhtisar Rugi Laba
Rp. 1.800.000
Persediaan Persediaan
Rp. 1.800.000 Rp. 3.400.000
Ikhtisar Rugi Laba
Rp. 3.400.000
2. Perpetual (FIFO) Saat Mencatat Pembelian:
Persediaan
Rp. 8.600.000
Utang Usaha/Kas
Rp. 8.600.000
Saat Mencatat Penjualan:
Piutang Usaha
Rp. 11.500.000
Penjualan Harga Pokok Penjualan Persediaan
Rp. 11.500.000 Rp. 7.000.000 Rp. 7.000.000
Contoh Soal II
Berikut adalah transaksi PT. Semar Mendem selama Bulan Juli 2017. Tanggal
Keterangan
Kuantitas
Harga
1 Juli
Persediaan awal
100 unit
Rp.10.000
5 Juli
Pembelian
500 unit
Rp.12.000
12 Juli
Pembelian
100 unit
Rp.15.000
22 Juli
Penjualan
300 unit
Rp.25.000
27 Juli
Pembelian
100 unit
Rp 20.000
30 Juli
Penjualan
50 unit
Rp.30.000
Diminta:
Tentukan nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan (HPP) dan laba kotor, Bila diasumsikan perusahaan perusahaan menggunakan Sistem periodik FIFO dan Sistem Perpetual LIFO. Jawab: 1. Sistem periodik FIFO
Persediaan barang yang siap dijual (unit) adalah : Tanggal
Keterangan
Kuantitas
Harga (Rp.)
1 Juli
Persediaan awal
100 unit @ Rp.10.000
1.000.000
5 Juli
Pembelian
500 unit @ Rp.12.000
6.000.000
12 Juli
Pembelian
100 unit @ Rp.15.000
1.500.000
27 Juli
Pembelian
100 unit @ Rp 20.000
2.000.000
800 unit
10.500.000
Persediaan yang siap di jual (harga) adalah Rp. 10.500.000.
Unit persediaan akhir adalah :
= persediaan (unit) yang siap dijual – Unit yang terjual = 800 unit – 350 unit = 450 unit Nilai unit akhir.
= 100 unit @ Rp. 20.000
= Rp. 2.000.000
= 100 unit @ Rp. 15.000
= Rp. 1.500.000
= 250 unit @ Rp. 12.000
= Rp. 3.000.000
450 unit
= Rp. 6.500.000
Harga pokok penjualan:
= Nilai persediaan (harga) yang tersedia untuk dijual – nilai persediaan (harga) unit akhir = 10.500.000 – Rp. 6.500.000 = 4.000.000 Laba Kotor:
= Hasil penjualan – Harga pokok penjualan = 9.000.000 – Rp. 4.000.000 = 5.000.000
Metode LIFO Perpetual
Melalui metode perpetual LIFO kita dapat mengetahui hal-hal berikut ini : Nilai persediaan akhir
Rp. 5.600.000
Harga Pokok penjualan
Rp. 4.900.000
Laba kotor
= Rp. 9.000.000 – Rp. 4.900.000 = Rp. 4.100.000
9. Nilai realisasi neto
Nilai realisasi neto (Net Realization/NRV) menunjukkan estimasi harga jual dalam rangkaian bisnis yang normal, dikurang dikurang dengan estimasi estimasi biaya perolehan penyelesaian penyelesaian dan estimasi biaya perolehan yang diperlukan untuk mencapai penjualan. Nilai realisasi neto (NRV) diestimasi atas dasar bukti yang paling handal pada waktu penilaian dan memperhitungkan tujuan dari persediaan yang dimiliki. Nilai persediaan yang diturunkan dari biaya perolehan yang dibalikan apabila kondisi sebelumnya menyebabkan persediaan persediaan diturunkan dibawah biaya perolehan tidak ada lagi atau terdapat bukti jelas dari suatau kenaikan didalam nilai realisasi neto dikarenakan perubahan dalam kondisi ekonomi.
10. Pengukuran nilai realisasi neto
Nilai realisasi neto (NRV) dari bahan baku dan perlengkapan lainnya yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi barang jadi diestimasi dengan cara ini : Apabila produk jadi dimana bahan baku dan perlengkapan yang digunakan dijual pada harga perolehan atau diatas harga perolehan, kemudian estimasi nilai realisasi bahan baku dan perlengkapan dianggap menjadi l ebih besar dibandingkan harga perolehannya. Apabila bahan baku dan perlengkapan yang digunakan dijual dibawah harga perolehan, kemudian harga pengganti (replacement ( replacement price) price ) bahan baku atau perlengkapan mungkin menjadi ukuran terbaik yang ada mengenai nilai realisasi neto.
11. Pengakuan beban
Nilai tercatat persediaan harus diakui sebagai beban (expense ( expense)) didalam suatu periode dimana persediaan dijual dan pendapatan yang terkait diakui. Bilamana biaya perolehan persediaan pada tanggal perolehan lebih rendah daripada nilai realisasi, atau suatu kerugian persediaan terjadi, jumlah penurunan atau kerugian persediaan harus diakui sebagai suatu beban (expense (expense)) di dalam periode yang sama sebaimana penurunan penurunan atau kerugian yang terjadi. Demikian pula, bilamana nilai realisasi neto persediaan yang diturunkan lebih awal,meningkatkan atau melibihi nilai yang dinyatakan, jumlah pemulihan dari penurunan harus diakui sebagai suatu pengurangan didalam jumlah persediaan yang dianggap beban didalam periode dimaa pemulihan tersebut terjadi.
12. Pengungkapan
Menurut standard akuntansi keuangan IAS 2, dalam hal penyajian persediaan pada laporan keuangan perlu diungkapkan beberapa hal berikut ini : a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya yang digunakan; b. Total jumlah tercatat tercatat persediaan dan dan jumlah nilai tercatat tercatat menurut klasifikasi klasifikasi yang sesuai bagi entitas c. Jumlah
tercatat persediaan yang dicatat dicatat dengan dengan nilai wajar wajar dikurangi dikurangi biaya untuk untuk
menjual; d. Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan; e. Jumlah
setiap
penurunan
nilai
yang
diakui
sebagai
pengurang
jumlah
persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 32; f.
Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 32;
g. Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 32; dan h. Nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban. IAS 2 mengakui bahwa beberapa perusahaan mengklasifikasikan biaya laporan laba rugi oleh alam (bahan, tenaga kerja, dan dan sebagainya) sebagainya) bukan oleh fungsi fungsi (harga pokok penjualan, beban penjualan, dan sebagainya. sebagainya. Dengan demikian, sebagai sebagai alternatif alternatif untuk untuk mengungkapkan mengungkapka n beban pokok penjualan, penjual an, IAS 2 memungkinkan memungkin kan entitas untuk mengungkapkan mengungkapkan biaya operasi diakui selama periode oleh alam dari biaya (bahan baku dan bahan habis pakai, biaya tenaga kerja, biaya operasi lainnya) dan jumlah bersih mengubah persediaan untuk periode. Informasi tentang jumlah tercatat yang disajikan dalam berbagai klasifikasi persediaan dan tingkat perubahannya masing-masing berguna bagi pemakai laporan keuangan. Klasifikasi persediaan yang biasa biasa digunakan digunakan adalah barang dagangan, perlengkapan produksi, bahan, barang dalam penyelesaian, dan barang jadi. Persediaan dalam pemberi jasa biasanya disebut disebut pekerjaan dalam dalam penyelesaian. Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode, seringkali disebut sebagai beban pokok penjualan, meliputi biaya-biaya yang sebelumnya diperhitungkan dalam pengukuran persediaan yang saat ini telah dijual, overhead produksi yang tidak teralokasi, dan jumlah biaya produksi persediaan yang tidak normal. Kondisi tertentu dari entitas juga memungkinkan memungkinkan untuk memasukkan memasukkan biaya lainnya, seperti seperti biaya distribusi. Beberapa entitas mengadopsi mengadopsi suatu format laporan laba rugi yang mengakibatkan mengakibatkan jumlah yang diungkapkan adalah selain biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode yang bersangkutan. Dalam format ini, entitas menyajikan analisa beban menggunakan klasifikasi berdasarkan sifat dari beban. Dalam kasus ini, entitas mengungkapkan biaya yang diakui sebagai beban untuk bahan baku dan bahan habis pakai, biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya bersama-sama dengan jumlah perubahan neto persediaan pada periode tersebut
DAFTAR PUSTAKA
https://www.iasplus.com/en/standards/ifrs/ifrs5,, diakses tanggal 13 April 2018 https://www.iasplus.com/en/standards/ifrs/ifrs5 http://www.ifrs.org/issued-standards/lis http://www.ifrs.org/issued-standards/list-of-standards/ifrs-2-sha t-of-standards/ifrs-2-share-based-payment/#about re-based-payment/#about , , diakses tanggal 13 April 2018
N A R I P M A L