TUGAS HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN HUJAN”
“
OLEH : KELOMPOK 1
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE PRODI SIPIL
NAMA KELOMPOK
NO
NAMA
NPM
1
SITI RACHMATIA TANASSY
07231511089
2
MUNIRA JAMUDIN
07231411144
3
ASIS MAN
4
JUFRI NOHO
07231511035
5
IHLAS NASUHA
07231511004
6
RIFANDI YAKUB
7
RUDINI MUKTI ABAS
8
FARDU BAKAR ILYAS
07231511055
9
ARYIANI AMUDIA
07231611003
0723141114
07231511036 07231511041
10
SULTANA AYUB
07231611005
11
SUMAYA HAMDAN
07231611009
12
RAMADHANI RAHMAN
07231611011
13
NAJMIL FUADHI BANDJAR
07231611013
14
IRWAN U. SABAN
07231611019
15
ISMIT S KAMARAJA
07231611023
16
SAFITRI
07231611024
17
LUKMAN SAILILI
07231611025
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas tentang HUJAN. Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga tugas ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Ternate, November 2018
Penyusun `
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI.............................................................................................................ii BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ................................................................ ...............................1 1.2.Rumusan Masalah .............................................................. ............................3 1.3.Tujuan Penilitian ................................................................ ............................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kandungan Air Hujan ................................................................ ....................4 2.2.Pola Hujan Di Indonesia ............................................................ ....................4 2.3.Manfaat air hujan ...........................................................................................7 2.4.Jenisijenis air hujan........................................................................................8 2.5.Proses Terjadinya Hujan ............................................................ ....................10 2.6 Cara Pengukuran Hujan .............................................................. ...................11 BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................21 Daftar Pustaka..........................................................................................................22
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hujan adalah peristiwa turunnya air dari langit ke bumi. Awalnya air hujan berasal dari air dari bumi seperti air laut, air sungai, air danau, air waduk, air rumpon, air sawah, air comberan, air susu, air jamban, air kolam, air ludah, dan lain sebagainya. Selain air yang berbentuk fisik, air yang menguap ke udara juga bisa berasal dari tubuh manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, serta benda-benda lain yang mengandung air. Air-air tersebut umumnya mengalami proses penguapan atau evaporasi akibat adanya bantuan panas matahari. Air yang menguap / menjadi uap melayang ke udara dan akhirnya terus bergerak menuju langit yang tinggi bersama uap-uap air yang lain. Di langit yang tinggi uap tersebut mengalami proses pemadatan atau kondensasi sehingga membentuk awan. Dengan bantuan angin awan-awan tersebut dapat bergerak kesana-kemari baik vertikal, horizontal dan diagonal. Akibat angin atau udara yang bergerak pula awan-awah saling bertemu dan membesar menuju langit / atmosfir bumi yang suhunya rendah atau dingin dan akhirnya membentuk butiran es dan air. Karena berat dan tidak mampu ditopang angin akhirnya butiran-butiran air atau es tersebut jatuh ke permukaan bumi (proses presipitasi). Karena semakin rendah suhu udara semakin tinggi maka es atau salju yang terbentuk mencair menjadi air, namun jika suhunya sangat rendah maka akan turun tetap sebagai salju. Tetesan hujan, yang mencapai awan setelah sebelumnya menguap dari laut, mengandung zat-zat tertentu yang bisa memberi kesuburan pada tanah yang mati. Tetesan yang "memberi kehidupan" ini disebut "tetesan tegangan permukaan". Tetesan tegangan permukaan terbentuk di bagian atas permukaan laut, yang disebut lapisan mikro oleh ahli biologi. Pada lapisan yang lebih tipis dari 1/10 mm ini, terdapat sisa senyawa organik dari polusi yang disebabkan oleh ganggang
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
1
mikroskopis dan zooplankton. Dalam sisa senyawa organik ini terkandung beberapa unsur yang sangat jarang ditemukan pada air laut seperti fosfor, magnesium, kalium, dan beberapa logam berat seperti tembaga, seng, kobal, dan timah. Tetesan berisi "pupuk" ini naik ke langit dengan bantuan angin dan setelah beberapa waktu akan jatuh ke bumi sebagai tetesan hujan. Dari air hujan inilah, benih dan tumbuhan di bumi memperoleh berbagai garam logam dan unsur-unsur lain yang penting bagi pertumbuhan mereka. Hujan ialah suatu peristiwa Presipitasi (jatuhnya cairan dari atmosfer yang berwujud cair ataupun beku ke permukaan bumi) berwujud cairan. Hujan ini memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar bisa menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan dia atas sebuah permukaan Bumi. Di Bumi, hujan ialah suatu proses kondensasi ( perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat ) uap air di atmosfer menjadi sebuah butiran air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di sebuah daratan. Dua proses yang mungkin akan terjadi bersamaan bisa mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu suatu pendinginan udara atau penambahan uap air ke udara. Butir hujan mempunyai ukuran yang beragam mulai dari yang mirip penekuk (butiran besar), hingga dengan butiran kecilnya. Menurut BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan.Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). masalahnya, apa itu presipitasi?presipitasi (endapan) adalah cairan atau zat padat yang berasal dari hasil kondensasi atau pengembunan uap air yang jatuh dari awan sampai ke permukaan bumi. Beberapa contoh endapan antara lain : Hujan dan Drizzle, salju, hail, rime, hoar frost, endapan kabut (fog Precipitation), dan lain-lain.. Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga.
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
2
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Apa sajakah kandungan yang ada pada air hujan? 1.2.2 Bagaimanakah pola hujan di indonesia ? 1.2.3 Apa sajakah manfaat air hujan? 1.2.4 Apa saja jenis-jenis hujan? 1.2.5 Bagaimana Proses terjadinya air hujan?
1.3 Tujuan penilitian
1.3.1 untuk mengetahui kandungan yang ada pada air hujan. 1.3.2 Mengerti pola hujan yang ada di indonesia. 1.3.3 untuk memahami manfaat air hujan. 1.3.4 untuk mengetahui jenis hujan. 1.3.5 Mengetahui proses terjadinya air hujan.
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kandungan Air Hujan
Kandungan air hujan berasal dari reaksi zat-zat yang ada di atmosfer dengan butiran air yang melewatinya. Selain itu, air ini juga bereaksi dengan gas yang terdapat di atmosfer. Zat-zat yang ikut bercampur dengan air hujan berupa zat padat yang mudah larut dan gas. Kandungan air hujan berbeda-beda dan tergantung pada tempatnya. Akibatnya, kandungan air hujan akan berbeda-beda di setiap tempat. Di daerah laut terbuka sampai daerah yang dekat dengan pantai, air hujan akan mengandung garam, CO2, dan bersifat asam. Air hujan di darat pun punya kandungan yang berbeda. Kandungan garamnya jauh lebih sedikit. Apalagi jika di kota-kota yang padat penduduknya, seperti Jakarta, banyak berasal dari sisa-sisa polusi udara. Jadi, kandungan air hujan itu tergantung dari kondisi geologi, jumlah penduduk, dan aktivitas yang dilakukan oleh manusia di daerah itu. 2.2 Pola Hujan Di Idnonesia
Tjasyono (1999) menyatakan Indonesia secara umum dapat dibagi menjadi 3 pola iklim utama dengan melihat pola curah hujan selama setahun. Hal ini didukung oleh Aldrian dan Susanto (2003) yang telah mengklasifikasi Iklim Indonesia sebagai berikut: Pola curah hujan di wilayah Indonesia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pola Monsoon, pola ekuatorial dan pola lokal. Pola Moonson dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan yaitu sekitar Desember). Selama enam bulan curah hujan relatif tinggi (biasanya disebut musim hujan) dan enam bulan berikutnya rendah (bisanya disebut musim kemarau). Secara umum
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
4
musim kemarau berlangsung dari April sampai September dan musim hujan dari Oktober sampai Maret. Pola equatorial dicirikan oleh pola hujan dengan bentuk bimodal, yaitu dua puncak hujan yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober saat matahari berada dekat equator. Pola lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodal (satu puncak hujan) tapi bentuknya berlawanan dengan pola hujan pada tipe moonson. Wilayah Indonesia disepanjang garis khatulistiwa sebagian besar mempunyai pola hujan equatorial, sedangkan pola hujan moonson terdapat di pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, dan sebagian Sumatera. Sedangkan salah satu wilayah mempunyai pola hujan lokal adalah Ambon (Maluku). Pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak geografis. Secara rinci pola umum hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut. Pantai sebelah barat setiap pulau memeroleh jumlah hujan selalu lebih banyak daripada pantai sebelah timur. Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah Jawa Barat . Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan terbanyak umumnya berada pada ketinggian antara 600 – 900 m di atas permukaan laut. Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim pancaroba. Demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar. Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT. Saat mulai turunnya hujan bergeser dari barat ke timur seperti: 1) Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan terbanyak pada bulan November. 2) Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada bulan Desember.
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
5
3) Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari – Februari. Di Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah, musim hujannya berbeda, yaitu bulan Mei-Juni. Pada saat itu, daerah lain sedang mengalami musim kering. Batas daerah hujan Indonesia barat dan timur terletak pada kira-kira 120( Bujur Timur. Grafik perbandingan empat pola curah hujan di Indonesia dapat Anda lihat pada gambar dibawah ini. Rata-rata curah hujan di Indonesia untuk setiap tahunnya tidak sama. Namun masih tergolong cukup banyak, yaitu rata-rata 2000 – 3000 mm/tahun. Begitu pula antara tempat yang satu dengan tempat yang lain rata-rata curah hujannya tidak sama. Ada beberapa daerah yang mendapat curah hujan sangat rendah dan ada pula daerah yang mendapat curah hujan tinggi: Daerah yang mendapat curah hujan rata-rata per tahun kurang dari 1000 mm, meliputi 0,6% dari luas wilayah Indonesia, di antaranya Nusa Tenggara, dan 2 daerah di Sulawesi (lembah Palu dan Luwuk). Daerah yang mendapat curah hujan antara 1000 – 2000 mm per tahun di antaranya sebagian Nusa Tenggara, daerah sempit di Merauke, Kepulauan Aru, dan Tanibar. Daerah yang mendapat curah hujan antara 2000 – 3000 mm per tahun, meliputi Sumatera Timur, Kalimantan Selatan, dan Timur sebagian besar Jawa Barat dan Jawa Tengah, sebagian Irian Jaya, Kepulauan Maluku dan sebagaian besar Sulawesi. Daerah yang mendapat curah hujan tertinggi lebih dari 3000 mm per tahun meliputi dataran tinggi di Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, dataran tinggi Irian bagian tengah, dan beberapa daerah di Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba. Perlu ketahui pula bahwa hujan terbanyak di Indonesia terdapat di Baturaden Jawa Tengah, yaitu curah hujan mencapai 7,069 mm/tahun. Hujan paling sedikit di
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
6
Palu Sulawesi Tengah, merupakan daerah yang paling kering dengan curah hujan sekitar 547 mm/tahun. Sebagai bahan perbandingan curah hujan di daerah lain : 540 mm/tahun di Eropa sedangkan dipedalaman 1250 mm/tahun, di Pegunungan Rocky 3400 mm/tahun, di pedalaman Amerika 400 mm/tahun. Daerah yang memiliki curah hujan tertinggi di Cherrapunji 10820 mm/tahun ( selama 1860-Juli 1861 memiliki curah hujan 2646,12 mm/tahun dan selama 5 hari berturut-turut dibulan Agustus 1841 sebesar 38000 mm/tahun atau setara dengan curah hujan selama 4 tahun di New York), sedangkan di Puncak Gunung Waialeale di Kanai Tengah, Kepulauan Hawaii sebesar 1175,84 mm/tahun
2.3 Manfaat Air Hujan 1. Menyehatkan dan membuat rambut bersinar
Dilansir dari Water Rhapsody, orang-orang Barat zaman dahulu percaya bahwa akan mencuci rambut dengan air hujan dapat bisa membuat rambut jauh lebih sehat dan bersinar dan ilmu sains mampu menjelaskan manfaat ini. Dikutip dari sebuah Rainwater Connection, air yang turun dari langit ini mempunyai sebuah kadar kenetralan PH yang hampir sempurna, bebas garam, dan bebas dari mineral yang buruk bagi rambut. Kalau disaring dengan rapi, air hujan akan menjadi materi paling netral yang bisa Anda gunakan untuk mencuci pada rambut. 2. Air hujan mengandung H2O2 ( Hidrogen Peroksida )
Air hujan juga mengandung akan H2O2 ( Hidrogen Peroksida ). H2O2 ini bisa dijadikan holistic healing atau sebuah “terapi pengobatan”. Ternyata sampai sekarang produk dari H2O2 yang ada di Indonesia masih menggunakan impor. Padahal di dalam air hujan ada suatu kandungan H2O2 ini ( yang bersifat anorganik )
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
7
3. Air Hujan mengandung unsur Nitrogen
Nitrogen ialah sebuah faktor utama dalam sebuah penciptaan protein penting untuk penciptaan dari materi genetik dalam tubuh manusia. Nitrogen ini diperlukan untuk semua bentuk dalam kehidupan. Meminum air hujan memungkinkan tubuh untuk memanfaatkan nitrogen, mendorong sebuah sintesis protein dan penciptaan dalam senyawa dan asam amino yang mempengaruhi sebuah pertumbuhan, hormon, fungsi otak dan sebuah sistem kekebalan tubuh. 4. Menghilangkan Bau Amis
Jika kita habis makan ikan atau daging, akan terkadang bau amis pada sebuah telapak tangan, dan akan sulit untuk hilang walaupun kita sudah mencuci tangan dengan sabun. Salah satu manfaat air hujan ini bisa menghilangkan bau amis. Coba dan buktikan cuci tangan yang berbau amis pakai air hujan, Jika sudah pasti bau amis pada jari tangan kita akan menghilang meskipun tanpa menggunakan sabun/
5. Menghilangkan Toksin ( racun ) Pada Tubuh.
Larutkan garam pada air hujan yang segar, lalu rendamlah telapak kaki kita selama kurang lebih 15 menit. Lakukan secara rutin setiap kali turun hujan. Usahakan yang digunakan air hujan murni yang digunakan. 2.4 Jenis-Jenis Hujan. 2.4.1 Berdasarkan Proses Terjadinya •
Hujan siklonal , yaitu salah satu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik dan disertai dengan angin berputar.
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
8
•
Hujan Senithal , yaitu salah satu hujan yang sering terjadi di sebuah daerah sekitar ekuator(garis khayal yang membagi bumi menjadi bagian utara dan selatan), akibat dari pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Yang kemudian angin tersebut naik dan membentuk sebuah gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
•
Hujan Orografis, yaitu salah satu jenis hujan yang terjadi dikarenakan angin yang mengandung uap air yang bergerak horizontal. Angin tersebut perlahan naik menuju pegunungan , suhu udaranya menjadi dingin yang sehingga terjadi suatu kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.
•
Hujan Frontal , yaitu salah satu jenis hujan yang terjadi jika massa udara yang dingin bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut dengan bidang front. Karena lebih berat, pada massa udara dingin menjadi lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut dengan hujan frontal.
•
Hujan Muson atau Hujan Musiman, yaitu salah satu jenis hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya suatu Angin Muson yaitu dikarenakan adanya sebuah pergerakan semu tahunan Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, hujan muson terjadi pada bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi pada bulan Mei sampai Agustus. Siklus inilah yang menyebabkan adanya musim penghujan dan musim kemarau.
2.4.2 Berdasarkan Ukuran Butirannya •
Hujan Gerimis yaitu salah satu jenis hujan yang diameter butirannya kurang dari 0.5 mm.
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
9
•
Hujan Salju, yaitu salah satu jenis hujan yang terdiri dari kristal-kristal es yang suhunya berada di bawah 0 derajat Celcius.
•
Hujan Batu Es, salah satu jenis hujan curahan batu es yang turunnya dalam cuaca panas dari awan yangg suhunya dibawa 0 derajat Celcius.
•
Hujan Deras, salah satu jenis hujan yang curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas 0 derajat Celcius dengan diameter kurang lebih 7 mm.
2.4.3.Berdasarkan Besar Curah Hujan (Definisi BMKG) •
Hujan Sedang, mempunyai diameter berukuran 20-50 mm perhari.
•
Hujan Lebat, mempunyai diameter berukuran 50-100 mm perhari.
•
Hujan Sangat Lebat, mempunyai diameter berukuran di atas 100 mm perhari.
2.5 Proses Terjadinya Hujan.
Berikut ini adalah suatu proses atau tahapan-tahapan terjadinya hujan,yaitu sebagai berikut :
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
10
•
Sinar matahari menyinari bumi, sebuah energi dari sinar matahari ini akan mengakibatkan terjadinya evaporasi (penguapan) di lautan, samudra, danau, sungai dan sumber air lainnya yang sehingga akan menghasilkan uap-uap air.
•
Uap-uap air ini akan naik pada suatu ketinggian tertentu dan akan mengalami sebuah peristiwa yang disebut dengan kondensasi. Peristiwa kondensasi ini diakibatkan oleh suatu suhu sekitar uap air lebih rendah daripada suatu titik embun uap air.
•
Kemudian Uap-uap air ini akan membentuk sebuah awan. Lalu, angin (yang terjadi karena perbedaan tekanan udara) akan membawa sebuah butir-butir air.
•
Pada butir-butir air ini akan menggabungkan diri (proses ini disebut dengan koalensi) dan akan semakin membesar akibat dari turbelensi udara, butir-butir air ini akan di tertarik oleh suatu gaya gravitasi bumi yang sehingga jatuh ke permukaan bumi.
Dan ketika jatuh ke suatu permukaan bumi, butir-butir air ini akan melewati suatu lapisan yang lebih hangat di bawahnya. Yang sehingga butir-butir air sebagian kecil ini menguap lagi ke atas dan sebagian lainnya jatuh ke permukaan bumi yang disebut sebagai hujan. Inilah yang dinamakan dengan hujan.
2.6 Cara Pengukuran Hujan 2.6.1 Bagian 1
Kemampuan mengukur curah hujan penting bagi banyak industri. Jadi, tidaklah mengejutkan jika alat pengukur curah hujan (penakar hujan) menjadi salah satu instrumen cuaca yang pertama ditemukan oleh nenek moyang kita. Alat tersebut dipercaya telah digunakan di India sejak 2.000 tahun yang lalu. Pengukuran curah hujan yang mereka lakukan membantu para petani membuat keputusan kapan
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
11
menanam, memanen, dan mengairi tanaman; hasil pengukuran juga memungkinkan para ahli teknik untuk merancang drainase air hujan, jembatan dan berbagai struktur yang efektif. Walaupun saat ini sebagian besar alat penakar hujan profesional telah menggunakan sistem elektronik, setiap orang dapat merakit sendiri penakar hujan untuk mengukur curah hujan di lingkungan tempat tinggalnya. 1.
Carilah sebuah wadah berbentuk silinder (tabung). Wadah silinder
tersebut dapat terbuat dari kaca ataupun plastik, dan sebaiknya memiliki ketinggian minimal 30,48 cm. Bentuk wadah penting untuk dipenuhi. Karena jika bagian atas tabung lebih lebar dari bagian bawah (atau lebih sempit) nantinya akan memerlukan lebih banyak perhitungan serta pengukuran. Sebenarnya tidak masalah seberapa lebar wadah tersebut, asalkan seluruh bagian (dari atas sampai bawah) memiliki diameter yang sama. Jika volume wadah bertambah besar asumsinya, dari sebesar botol minuman sampai ember pel, area penampung air hujannya juga akan bertambah besar. Karena itu, satu inci (2,54 cm/25,4 mm) curah hujan akan dicatat secara konsisten di antara berbagai ukuran tabung.
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
12
2.
Buatlah wadah penakar hujan. Jika Anda tidak memiliki tabung, Anda
dapat membuat penakar hujan yang sama efektifnya dengan menggunakan botol soda (atau minuman ringan lain) berukuran 2 liter dan diikuti sedikit usaha. Potonglah bagian atas botol kira-kira 10,16 cm dengan bantuan gunting atau pisau. Jangan khawatir dengan bagian bawah botol yang tidak rata. Hal ini akan diatasi pada langkah berikut. 3.
Gunakan kerikil/koral sebagai pemberat untuk penakar hujan tersebut.
Karena hujan akan sering disertai angin, Anda perlu membuat penakar hujan berdiri kokoh sehingga alat tersebut dapat berdiri tegak lurus saat tertiup angin/badai. Isilah
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
13
bagian dasar tabung dengan kerikil/koral atau kelereng, tetapi jangan lebih tinggi dari 2,54 cm. Setelah memasukkan pemberat, Anda harus mengisi alat penakar hujan tersebut dengan air untuk menghasilkan titik awal permukaan untuk skala penakar hujan. Batu pemberat akan mengambil volume tertentu. Dengan demikian, kita tidak perlu memasukkannya dalam pengukuran. Batu atau kelereng: benda apa pun yang relatif berat dan berukuran kecil, asalkan tidak menyerap air. Jika Anda merakit sendiri alat penakar hujan dengan botol soda (atau minuman ringan lain), pastikan seluruh bagian bawah botol (keempat batas terpisah pada bagian dasar) terisi dengan air dan batu untuk mendapatkan titik awal yang rata untuk
skala
pengukuran.
Sebagai alternatif, selain memasukkan kerikil/koral ke dalam penakar hujan, Anda dapat memasukkan alat tersebut ke dalam sebuah wadah yang kokoh, misalnya ember atau pot bunga yang berat. 4.
Tuliskan skala pada permukaan botol. Pemberian skala dapat dilakukan
dengan spidol tahan air. Tempelkan penggaris atau pita pengukur (meteran) pada permukaan botol, dan buatlah agar tanda nol pada penggaris bertemu/segaris dengan permukaan air dalam botol. Skala nol harus berada pada permukaan air.
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
14
Jika Anda memutuskan untuk meniadakan kerikil/koral dan hendak meletakkan penakar hujan ke dalam pot bunga, Anda tidak perlu lagi memasukkan air ke dalam penakar hujan. Dalam kasus ini, skala nol akan berada pada bagian bawah/dasar botol. 5.
Letakkan alat penakar hujan di ruang terbuka, pada permukaan yang rata. Anda perlu meletakkan alat pada permukaan yang rata untuk memperkecil
kemungkinan alat penakar hujan jatuh terjungkir. Pastikan tidak ada halangan apa pun di atas alat penakar hujan, seperti pepohonan atau lisplang, karena penghalang tersebut akan mengganggu pengukuran. 2.6.2 Bagian 2
Mengukur Curah Hujan. 1.
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
15
Periksa alat penakar hujan setiap hari. Untuk menentukan seberapa banyak
air hujan telah jatuh dalam waktu 24 jam sebelumnya, Anda perlu memeriksa penakar hujan setiap 24 jam! Bacalah alat tersebut dengan melihat garis air yang lurus/sejajar dengan ketinggian mata (pandangan normal). Permukaan garis air akan melengkung; ini adalah gejala meniskus (gejala melengkungnya permukaan zat cair dalam tabung), yang terbentuk karena air mengalami kontak dengan wadah dan menciptakan tegangan permukaan.Pembacaan harus Anda lakukan dari bagian terendah dari lengkungan permukaaan air. Pemeriksaan penakar hujan harus dilakukan setiap hari, bahkan meskipun tidak turun hujan. Anda dapat kehilangan air karena terjadinya penguapan, atau secara misterius muncul air dalam botol tanpa ada hujan (umumnya disebabkan oleh sprinkler /alat penyiram tanaman). Untuk kondisi terakhir ini, kemungkinan penakar
hujan tersebut harus dipindahkan ke lokasi baru. 2.
Tandai jumlah curah hujan pada grafik atau bagan. Sebagai contoh, Anda
dapat membuat sebuah bagan berukuran 17,78 x 17,78 cm, tulislah tanggal/hari selama seminggu pada sumbu-x dan skala 2,5 cm sampai 17,8 cm sepanjang sumbuy. Tandai titik potong pada setiap pertemuan yang tepat antara skala curah hujan (dalam cm) dan hari dalam seminggu. Selanjutnya, gunakan penggaris untuk
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
16
menghubungkan semua titik potong tersebut dan melihat fluktuasi (turun-naik) curah hujan selama satu minggu. 3.
Kosongkan alat penakar hujan. Setiap kali selesai melakukan pencatatan,
Anda harus mengosongkan penakar hujan untuk memastikan pembacaan yang akurat. Pastikan Anda mempertahankan batu yang ada dalam penakar hujan, dan isi ulang air hingga setinggi skala nol sebelum Anda mengatur kembali alat tersebut pada tempat semula. 4.
Hitunglah nilai rata-rata. Setelah mencatat data selama sebulan, Anda dapat
menganalisis data tersebut dan melihat kecenderungan curah hujan secara menyeluruh. Menjumlahkan curah hujan selama 7 hari dalam seminggu, lalu
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
17
membaginya dengan 7, akan menghasilkan rata-rata curah hujan dari minggu tersebut. Setelah jangka waktu tertentu, Anda dapat melakukan perhitungan untuk periode satu bulan (atau bahkan setahun, jika Anda benar-benar melakukannya untuk tugas/tujuan tertentu). Rumus untuk mencari nilai rata-rata tersebut mudah diaplikasikan. Nilai ratarata sama dengan jumlah total dari seluruh data (dalam hal ini adalah curah hujan yang diukur untuk satu hari, seminggu, atau sebulan) dibagi dengan jumlah data [7]
(banyaknya hari, minggu, atau bulan yang telah Anda jumlahkan).
Jika Anda akan
mencari rata-rata curah hujan mingguan selama 4 minggu, dengan catatan jumlah curah hujan mingguan adalah 50,80 cm, 30,48 cm, 15,24 cm, dan 63,5 cm, kita akan mengasumsikannya sebagai 50,80 + 30,48 + 15,24 + 63,50 = 160,02 (jumlah data curah hujan mingguan) / dengan 4 (jumlah minggu) = 40,005 cm atau 400,05 mm adalah rata-rata curah hujan mingguan. Intensitas curah hujan adalah besarnya jumlah hujan yang turun yang dinyatakan dalam tinggi curah hujan atau volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda, tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya.
2.6.3 Contoh Perhitungan
Untuk perhitungan intensitas curah hujan digunakan rumus Mononobe :
Keterangan
:
I
: Intensitas hujan (mm/jam)
R24
: Curah hujan maksimum harian dalam 24 jam (mm/jam)
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
18
T
: Lama hujan (jam)
Contoh perhitungan Intensitas curah hujan: Diketahui curah hujan r ncana (R) sebesar 123.160 mm pada kala ulan 2 tahun, dengan lama hujan (t) a alah 1 jam. maka perhitungan Intensitas adalah sebagai berikut:
Dengan mengubah variabel t untuk masing-masing curah hujan (R24) untuk periode ulang 2 tahun, R24 = 152,805 mm/jam untuk periode ulang 5 tahun dan R24 = 171,080 mm/jam untuk periode ulang 10 tahun, maka hasilnya adalah s bagai berikut berikut :
MAKALAH HIDROLO I TEKNIK TERAPAN
19
Hubungan antara intensitas dan waktu lama hujan dapat dilihat pada grafik
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
20
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Hujan ialah suatu peristiwa Presipitasi (jatuhnya cairan dari atmosfer yang berwujud cair ataupun beku ke permukaan bumi) berwujud cairan. Hujan ini memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar bisa menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan dia atas sebuah permukaan Bumi. Di Bumi, hujan ialah suatu proses kondensasi ( perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat ) uap air di atmosfer menjadi sebuah butiran air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di sebuah daratan. Dua proses yang mungkin akan terjadi bersamaan bisa mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu suatu pendinginan udara atau penambahan uap air ke udara. Butir hujan mempunyai ukuran yang beragam mulai dari yang mirip penekuk (butiran besar), hingga dengan butiran kecilnya.
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
21
DAFTAR PUSTAKA
http://klastik.wordpress.com/2006/12/03/pola-umum-curah-hujan-diindonesia/Diaksespada tanggal 05 maret 2011 pukul 16.30 wib http://www.harunyahya.com/indo/artikel/027.htm http://www.infoplease.com/cig/weather/measuring-rain.html http://www.komonews.com/weather/faq/4347316.html http://www.quickanddirtytips.com/education/math/how-is-rainfall-measured https://www.eduplace.com/rdg/gen_act/weather/rain.html https://www.eduplace.com/rdg/gen_act/weather/rain.html http://water.usgs.gov/edu/meniscus.html http://www.platinumgmat.com/gmat_study_guide/statistics_mean http://www.infoplease.com/cig/weather/measuring-rain.html
MAKALAH HIDROLOGI TEKNIK TERAPAN
22