HIRSCHSPRUNG KASUS 3
Barry 6 tahun BB=5,1 kg (BB sebelumnya 5,5 kg) dibawa ibunya ke UGD karena sulit BAB dan muntah-muntah. Menurut ibunya selama ini anak belum diberi makanan lain selain ASI sehingga ibunya merasa bingung mengapa anaknya bisa seperti ini. Sebenarnya anak ini mengalami sulit BAB sudah berlangsung sejak lama. Bahkan menurut ibunya saat anak ini dilahirkan mekonium baru keluar setelah 2 hari dan itupun sedikit-sedikit. Selama ini setiap BAB selalu dirangsang dengan pencahar dan feses yang keluar kadang-kadang mencret kadang-kadang sedikit-sedikit dengan bentuk gepeng seperti pita. Pada pemeriksaan didapatkan distensi abdomen (+). Pada foto abdomen tampak bayangan
colon
membesar
(megacolon)
pada
colon
descendens.
Pada
pemeriksaan darah didapatkan K=3 mEq/L, Na=130 mEq/L, HCO 3=15 mEq/L. Klien direncanakan untuk pembedahan korektif dan membicarakannya dengan ibu klien. Ibu klien tampak gelisah setiap perawat/ dokter mendekati anaknya. Ia selalu melontarkan pertanyaan yang sama walaupun sudah dijelaskan berkali-kali sehingga memancing kejengkelan. Pada kali kesekian ibu klien bertanya lagi dan marahlah perawat kepadanya. kepadanya. STEP 1
1. Mekonium (Laela) -
Tinja pertama yang keluar (Irni)
-
Biasanya keluar setelah 24 jam setelah melahirkan (Yatur)
2. Pembedahan korektif ( Aas) Pembedahan yang bertujuan untuk mengoreksi bagian tubuh abnormal (Shindy) 3. Megacolon (Nuryani) -
Pembesaran Pembesaran bagian colon (Alif)
-
Karena
terkumpulnya
feses
(tidak
bisa
keluar)→kolon
membesar→adanya gesekan ke abdomen (Siti) 4. Pencahar (Siti) -
Semacam pencair dan pelumas agar tinja bisa keluar (Nuryani) (Nur yani)
-
Obat pelunak feses (Niken)
1|hirschsprung
-
Perangsang agar feses keluar (Irni)
Step 2
1. Etiologi (Siti) 2. Penyebab klien muntah dan sulit BAB (Anita) 3. Diagnosa medis (Nuryani) 4. Penjelasan hasil pemeriksaan lab terhadap penyakit (Aas) 5. Mekanisme defekasi (Shindy) 6. Pencahar (indikasi, dosis, dan efek samping) (Yatur) 7. Komplikasi (Niken) 8. Peran perawat dalam kasus (berhubungan dengan marah), bagaimana seharusnya (Suci) 9. Penyebab kolon yang membesar berhubungan dengan makanan yang dikonsumsi (ASI) (Laela) 10. Penatalaksanaan Penatalaksanaan (Pra, intra, int ra, pasca operasi) (Irni) 11. Termasuk penyakit congenital/herediter (Alif) 12. Nilai normal pemeriksaan lab (Sylvia) 13. Arti bentuk feses dalam kasus, normalnya seperti apa untuk bayi? (Laela) 14. Proses pencernaan ASI pada bayi (Nuryani) 15. Penyebab bentuk feses yang berbeda-beda (Aas) 16. Masalah keperawatan pada klien (Suci) 17. Prognosis (Siti) 18. Pencegahan Pencegahan untuk ibu i bu hamil (Laela) 19. Pemeriksaan (Alif) Step 3
1. Karena tidak punya ganglion saraf parasimpatis (Aas) Kelainan pada meisner dan auerbach pada lapisan dinding lambung (Anita) Tidak memiliki ganglion→tidak ada peristaltic, kebanyakan di descendent (Laela) →sfingter colon yang gagal berelaksasi karena tidak mempunyai ganglion (Shindy) Penderita down syndrome dan neuroblastoma (Irni) 2. Makanan menumpuk→merangsang saraf→sensasi kenyang→muntah
2|hirschsprung
Karena tidak ada peristaltik→sulit BAB (Niken) Karena ada distensi abdomen→penekanan pada lambung→merangsang saraf parasimpatis→medulla oblongata→muntah Kegagalan relaksasi pada sfingter colon (Shindy) 3. Hirschsprung/ megacolon (Suci) 4. LO 5. LO 6. LO 7. Komplikasi: -
Abses pada pericolon, pneumatosis usus (Anita)
-
Ekstremitas bawah kecil, perut membesar (seperti kodok) (Siti)
-
Gangguan pernapasan karena abdomen tertekan (Nuryani)
-
Obstruksi sigmoid (Shindy)
-
Pneumonia aspirasi (Laela)
-
Kanker usus (Aas)
-
Keracunan
8. Seharusnya: -
Jelaskan penyakit secara baik dan mudah dimengerti
-
Tidak boleh marah, tahan emosi (Siti)
-
Hindari menyebabkan khawatir sehingga tidak berpikiran buruk (Nuryani)
-
Menjalin trust (Shindy)
-
Tangani semampunya, semampunya, koordinasikan ke yang lain (Irni)
9. Penyebab: -
Walaupun ASI tapi saraf parasimpatis terganggu→makanan tertumpuk (Suci)
-
Tidak adanya gerakan peristaltic dan sfingter colon yang gagal relaksasi (Alif)
-
Semua makanan masuk lambung→tidak bisa dikeluarkan→membesar (Niken)
10. LO
3|hirschsprung
11. Congenital karena ada masalah dalam perkembangan saat dalam janin (Nuryani) 5-12 minggu masa kehamilan (Laela) 12. LO 13. Normal feses bayi: kental agak cair, gepeng karena reabsorpsi kolon terganggu sehingga diserap terus menerus (Irni) Tidak ada peristaltic jadi keluar sedikit (Yatur) Feses keras tambah rectum yang berfungsi mencetak feses→rectum tipis-tipis (Shindy) kontraksi terus-menerus→feses terus-menerus→feses tipis-tipis 14. LO 15. (Sama dengan no.13) 16. Masalah keperawatan: -
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. intake nutrisi tidak adekuat (Nuryani)
-
Kurang pengetahuan pengetahuan b.d. kurang informasi d.d. gelisah (Irni)
-
Cemas b.d. proses hospitalisasi (Siti)
-
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d….(Alif)
-
Resiko gangguan pola napas b.d. penekanan saluran napas ( Niken)
17. LO 18. Pencegahan Pencegahan untuk ibu i bu hamil: -
Jangan mengkonsumsi obat-obat→jamu, obat- obat→jamu, alcohol, pil KB (Siti)
-
Konsultasi dengan dokter kandungan (Alif)
-
Ibu harus jaga nutrisi (Nuryani), asam folat (Sylvia)
-
Tidak boleh merokok dan terkena radiasi (Yatur)
-
Kurangi penggunaan make-up, make-up, parfum dll. (Irni)
-
Kurangi konsumsi minyak goreng, hindari produk yang terbuat dari minyak bumi, contohnya lisptik (Shindy)
19. Pemeriksaan: -
Rontgen perut untuk melihat pembesaran colon
-
Colok dubur untuk mengetahui pengenduran otot dubur (Anita)
-
Colok keluar feses cair
-
Manometer anus
4|hirschsprung
-
Barium enema, terlihat kontraksi, penyempitan, pembesaran colon (Irni)
-
Analisis feses (Shindy)
-
Pemeriksaan darah (Nuryani)
Step 4 ( Mind Map)
Kelainan Saraf
Kehilangan ganglion pada
Peristaltik gagal
Sfingter colon gagal
Penumpukan kimus Anfis colon
Patofisiolog
Penatalaksana
Megacolo Askep Penkes Konsep: -
Definisi
-
Etiologi
-
Epidemiologi
-
Klasifikasi
-
Manifestasi klinis
-
Faktor resiko
-
Prognosis
-
Pencegahan
-
Komplikasi
-
Pemeriksaan
5|hirschsprung
Step V ( Learning Learning Object Object )
Penjelasan hasil pemeriksaan lab terhadap penyakit
Mekanisme defekasi
Pencahar (indikasi, dosis dan efek samping)
Penatalaksanaan Penatalaksanaan (Pra, intra, int ra, pasca operasi)
Nilai normal pemeriksaan lab
Proses pencernaan ASI pada bayi
Prognosis
Step VI (Self Study) Step VII ( Reporting) Definisi
Hirschsprung adalah kelainan pada usus karena tidak adanya sel ganglion dari sfingter rectum (Siti) Hirschsprung disebut juga kongenital aganglion megacolon (Alif) Etiologi -
Keturunan, lingkungan, ketidakmampuan sfingter rectum berelaksasi, tidak adanya ganglion dalam rectum (Anita)
-
Ketidaksempurnaan Ketidaksempurnaan pembentukan saraf di daerah colon pada saat bulan ke 5-12 kehamilan (Shindy)
Manifestasi Klinis -
Konstipasi, distensi abdomen, tidak bisa mengeluarkan mekonium (24-48 jam), kurang nutrisi, anemia anemia (Laela)
-
Demam, pada colok dubur → feses muncrat (Aas)
-
Gangguan pertumbuhan, anoreksia, malabsorpsi, muntah +cairan empedu, enterokolitis (Nuryani)
-
Malas mengkonsumsi cairan (Alif)
-
Feses berbau menyengat seperti karbon (Niken)
-
Feses gepeng seperti pita, gerakan peristaltik terlihat diluar, feses teraba (Suci)
-
Hipoproteinemia, penampakan badan seperti kodok (Shindy)
-
Pucat (Yatur)
Klasifikasi
6|hirschsprung
-
Panjang
: di seluruh colon, laki-laki : perempuan = 1 : 1 (Siti)
-
Pendek
: di ectum, banyak banyak ke laki-laki (disprungplasi), (disprungplasi), rectum-
sigmoid (Alif) -
Total
: di colon saja
-
Universal
: bisa sampai seluruh usus (Sylvia)
Klasifikasi lainnya: -
Ultrashort
: 1/3 bawah rectum
-
Short
: sampai rectosigmoid ( paling banyak) (Shindy)
-
Long
: sampai colon descendent
-
Subtotal
: colon transversum
-
Total
: seluruh colon (Niken)
Komplikasi -
Impaksi fekal
-
Sfingter ani (Nuryani) (Nur yani) : penyempitan dinding rectum, berakibat kehilangan elastisitas, kerusakan sfingter involunteer sehingga dapat BAB tanpa tertahan (Shindy)
-
Obstruksi usus, kanker usus (Aas) ( Aas)
-
Enterokolitis (Suci)
-
Kematian (Irni)
-
Kebocoran anastomase, stenosis, pneumatosis usus, perforasi, septikemia (Anita)
-
Pra-operasi: perforasi, sepsis; post-operasi: kerusakan integritas kulit (Siti)
-
Gawat napas (Shindy)
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan barium : diminum untuk melihat penyebaran penyebaran kontraksi kontraksi otot kolon (Irni) 2. Biopsi hisap
: mengambil mukosa dan submukosa untuk mencari
sel ganglion (Yatur) 3. Biopsi otot rectum
: bagian rectum diambil sedikit, sedikit, jika tidak ada
ganglion (+), menunjukkan megacolon (Siti) 4. Colok dubur (Laela)
7|hirschsprung
5. Manometri anorectal : memasukkan memasukkan balon ke rectal untuk mengukur m engukur tekanan rectal, dilakukan pada orang dewasa atau pada anak yang sudah kooperatif (Niken) 6. Rontgen (Suci) 7. Periksa darah lengkap (Nuryani) 8. Pemeriksaan enzim asetilkolinerasi : hasilnya meningkat (Shindy) 9. Pemeriksaan profil koagulasi (Alif) Penatalaksanaan
1. Bedah (diutamakan) : kolostomi Prabedah
: pantau TTV, nutrisi tercukupi, 6-12 bulan pembedahan
full, puasa 12 jam, jelaskan prosedur (Suci) Pasca operasi : perhatikan tindakan ti ndakan sterilnya terhadap kolostomi (Siti), minimalkan rasa nyeri dan ketidaknyamanan, ketidaknyamanan, cegah komplikasi (Nuryani) Syarat bedah bedah : 9kg, batasi aktifitas, aktifitas, diet tinggi serat serat (Yatur) Untuk kolostomi jika terjadi infeksi diberi antibiotik (Niken) Pembedahan korektif : kolostomi ditutup (Siti) 2. Beri pencahar Mengeluarkan feses 1-3 hari, 6-12 jam, 1-3 jam, bahan pelunak tinja (Anita) Pencahar
tidak
boleh
diberikan
terlalu
sering,
menyebabkan
ketergantungan, ketergantungan, dan memperparah konstipasi (Shindy) Prognosis -
1 : 5000 kelainan bisa sembuh jika dilakukan pembedahan (Laela)
-
Usahakan perawatan yang baik setelah pembedahan (Suci)
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan volume cairan: kurang dari kebutuhan b.d. mual muntah d.d. hasil laboratorium K=3 mEq/L, Na=130 mEq/L, HCO 3=15 mEq/L 2. Gangguan eliminasi: konstipasi b.d. penumpukan makanan di colon d.d. distensi abdomen 3. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d. intake tidak ad ekuat d.d. BB menurun
8|hirschsprung
4. Ansietas b.d. kurang pengetahuan d.d. ibu klien yang berkali-kali menanyakan pertanyaan yang sama
Konsep Penyakit A. ANATOMI FISIOLOGI
Usus besar atau kolon kira-kira 1,5 meter adalah sambungan dari usus halus dan mulai di katup iliokolik atau ilioseikal yaitu tempat t empat sisa makanan lewat. Reflek gastrokolik terjadi ketika makanan masuk lambung dan menimbulkan peristaltic didalam usus besar. Reflek ini menyebabkan defekasi. Kolon mulai pada kantong yang mekar padanya terdapat appendix vermiformis. Fungsi serupa dengan tonsil sebagian terletak di bawah sekum dan sebagian dibelakang sekum atau retrosekum. Sekum terletak di daerah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsoas. Disini kolon naik melalui daerah daerah sebelah kanan lumbal dan disebut kolon asendens . Dibawah hati berbelok pada tempat yang disebut flexura hepatica, lalu berjalan melalui tepi daerah epigastrik dan umbilical sebagai kolon transvesus. Dibawah limpa ia berbelok sebagai fleksura sinistra atau flexura
linealis dan kemudian berjalan melalui daerah kanan lumbal sebagai kolon desendens. Didaerah kanan iliaka terdapat belokan yang disebut flexura sigmoid
dan dibentuk kolon sigmoideus atau kolon pelvis, dan kemudian masuk pelvis besar menjadi rectum.
9|hirschsprung
Rektum memiliki 3 buah valvula : superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 2/3 bagian distal rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksir, sedangkan 1/3 bagian proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif mobile. Kedua bagian ini dipisahkan oleh peritoneum reflektum dimana bagian anterior lebih panjang dibanding bagian posterior. Saluran anal (anal canal) adalah bagian terakhir dari usus, berfungsi sebagai pintu masuk ke bagian usus yang lebih proksimal, dan, dikelilingi oleh spinkter ani (eksternal dan internal ) serta otot-otot yang mengatur pasase isi rektum ke dunia luar. Spinkter ani eksterna terdiri dari 3 sling : atas, medial dan depan (Irwan, 2003). Persyarafan motorik spinkter ani interna berasal dari serabut syaraf simpatis (n.hypogastrikus) yang menyebabkan kontraksi usus dan serabut syaraf parasimpatis (n.splanknikus) yang menyebabkan relaksasi usus. Kedua jenis serabut syaraf ini membentuk pleksus rektalis. Sedangkan muskulus levator ani dipersyarafi oleh n.sakralis 3 dan 4. Nervus pudendalis mensyarafi spinkter ani eksterna dan m.puborektalis. Syaraf simpatis tidak mempengaruhi otot rektum. Defekasi sepenuhnya dikontrol oleh n.splanknikus (parasimpatis). Walhasil, kontinensia sepenuhnya dipengaruhi oleh n.pudendalis dan n.splanknikus pelvik (syaraf parasimpatis) (Irwan, 2003). Sistem syaraf autonomik intrinsik pada usus terdiri dari 3 pleksus : 1. Pleksus Auerbach Auerbach : terletak diantara diantara lapisan otot otot sirkuler dan longitudinal 2. Pleksus Henle
: terletak disepanjang batas dalam otot sirkuler
3. Pleksus Meissner : terletak di sub-mukosa Pada penderita penyakit Hirschsprung, tidak dijumpai ganglion pada ke-3 pleksus tersebut (Irwan, 2003). Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir selesai dalam kolon dekstra. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah terdehidrasi hingga berlangsungnya defekasi. Kolon mengabsorpsi sekitar 800 ml air per hari, namun demikian kapasitas kapasitas absorpsi air usus besar adalah sekitar 1500-2000 ml/hr. Berat akhir feses yang dikeluarkan per hari sekitar 200 gram, dan 80 - 90 % diantaranya adalah air.
10 | h i r s c h s p r u n g
Fisiologi Defekasi
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi. Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu : 1. Refleks defekasi instrinsik
Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses keluar. 2. Refleks
defekasi
parasimpatis
Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2 – 2 – 4) 4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal – sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu duduk ditoilet atau depan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya. Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum. Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan mengkontraksikan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak t erdesak untuk defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan feses.
11 | h i r s c h s p r u n g
B. DEFINISI
Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama yaitu penyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum berelaksasi. Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel – sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily & Sowden : 2000 ). Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki – laki – laki laki dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer, 2000 ).
C. ETIOLOGI
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
12 | h i r s c h s p r u n g
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi penyakit Hirschsprumg adalah sebagai berikut: 1. Hirschsprung segmen pendek
Pada morbus hirschsprung segmen pendek daerah aganglionik meliputi rektum sampai sigmoid, ini disebut penyakit hirschsprung klasik. Penyakit ini terbanyak (80%) ditemukan pada anak laki-laki, yaitu lima kali lebih banyak daripada perempuan. 2. Hirschsprung segmen panjang
Pada hirschsprung segmen panjang ini daerah aganglionik meluas lebih tinggi dari sigmoid. 3. Hirschsprung kolon aganglionik total
Dikatakan Hirschsprung kolon aganglionik total bila daerah aganglionik mengenai seluruh kolon. 4. Hirschsprung kolon aganglionik universal
Dikatakan Hirschsprung aganglionosis universal bila daerah aganglionik meliputi seluruh kolon dan hampir seluruh usus halus.
E. MANIFESTASI KLINIS a. Pada bayi :
– 28 jam Tidak bisa mengeluarkan meconium (feses pertama) dalam 24 – 28 pertama setelah lahir.
Tampak malas mengkonsumsi cairan.
Muntah bercampur dengan cairan empedu.
Distensi abdomen.
Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare
Demam.
Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans, terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah
b. Pada anak – anak :
Konstipasi
Tinja seperti pita dan berbau busuk.
13 | h i r s c h s p r u n g
Distensi abdomen.
Adanya masa di fecal, dapat dipalpasi.
Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi.
Letargi
Masalah dalam penyerapan nutrisi yang mengarah penurunan berat badan.
Penundaan atau pertumbuhan yang lambat.
Infeksi kolon, khususnya anak baru lahir atau yang masih sangat muda, yang dapat mencakup enterokolitis, infeksi serius dengan diare, demam dan muntah dan kadang-kadang dilatasi kolon yang berbahaya.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan yang digunakan untuk membantu mendiagnosa penyakit Hirschsprung dapat mencakup: 1. Foto polos abdomen abdomen (BNO) Foto polos abdomen dapat memperlihatkan loop distensi usus dengan penumpukan udara di daerah rektum. Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang penting pada penyakit Hirschsprung. Pada foto polos abdomen dapat dijumpai gambaran obstruksi usus letak rendah, meski pada bayi sulit untuk membedakan usus halus dan usus besar. Bayangan udara dalam kolon pada neonatus jarang dapat dibedakan dari bayangan udara dalam usus halus. Daerah rektosigmoid tidak terisi udara. Pada foto posisi tengkurap kadang-kadang terlihat jelas bayangan udara dalam rektosigmoid dengan tanda-tanda klasik penyakit Hirschsprung. 2. Barium enema Pada pasien penyakit hirschprung spasme pada distal rectum memberikan gambaran seperti kaliber/peluru kecil jika dibandingkan colon sigmoid yang proksimal. Identifikasi zona transisi dapat membantu diagnosis penyakit hirschprung. Segmen aganglion biasanya berukuran normal tapi bagian proksimal usus yang mempunyai ganglion mengalami distensi sehingga pada gambaran radiologis terlihat zona transisi. Dilatasi bagian proksimal usus memerlukan waktu, mungkin dilatasi yang terjadi ditemukan
14 | h i r s c h s p r u n g
pada bayi yang baru lahir. Radiologis konvensional menunjukkan berbagai macam stadium distensi usus kecil dan besar. Ada beberapa tanda dari penyakit Hirschsprung yang dapat ditemukan pada pemeriksaan barium enema, yang paling penting adalah zona transisi. Posisi pemeriksaan dari lateral sangat penting untuk melihat dilatasi dari rektum secara lebih optimal. Retensi dari barium pada 24 jam dan disertai distensi dari kolon ada tanda yang penting tapi tidak spesifik. Enterokolitis pada Hirschsprung dapat didiagnosis dengan foto polos abdomen yang ditandai dengan adanya kontur irregular dari kolon yang berdilatasi yang disebabkan oleh oedem, spasme, ulserase dari dinding intestinal. Perubahan tersebut dapat terlihat jelas dengan barium enema. Nilai prediksi biopsi 100% penting pada penyakit Hirschsprung jika sel ganglion ada. Tidak adanya sel ganglion, perlu dipikirkan ada teknik yang tidak benar dan dilakukan biopsi yang lebih tebal. Diagnosis radiologi sangat sulit untuk tipe aganglionik yang long segmen , sering seluruh colon. Tidak ada zona transisi pada sebagian besar kasus dan kolon mungkin terlihat normal/dari semula pendek/mungkin mikrokolon. Yang paling mungkin berkembang dari hari hingga minggu. Pada neonatus dengan gejala ileus obstruksi yang tidak dapat dijelaskan. Biopsi rectal sebaiknya dilakukan. Penyakit hirschsprung harus dipikirkan pada semua neonates dengan berbagai bentuk perforasi spontan dari usus besar/kecil atau semua anak kecil dengan appendicitis selama 1 tahun. o Tampak daerah penyempitan di bagian rektum ke proksimal yang panjangnya bervariasi; o Terdapat daerah transisi, terlihat di proksimal daerah penyempitan ke arah daerah dilatasi; o Terdapat daerah pelebaran lumen di proksimal daerah transisi 3. Anal manometri m anometri (balon ditiupkan dalam d alam rektum untuk mengukur tekanan dalam rektum) Sebuah balon kecil ditiupkan pada rektum. Ano-rektal manometri mengukur tekanan dari otot sfingter anal dan seberapa baik seorang dapat merasakan perbedaan sensasi dari rektum yang penuh. Pada anak-anak yang
15 | h i r s c h s p r u n g
memiliki penyakit Hirschsprung otot pada rektum tidak relaksasi secara normal. Selama tes, pasien diminta untuk memeras, santai, dan mendorong. Tekanan otot spinkter anal diukur selama aktivitas. Saat memeras, seseorang mengencangkan otot spinkter seperti mencegah sesuatu keluar. Mendorong, seseorang seolah mencoba seperti pergerakan usus. Tes ini biasanya berhasil pada anak-anak yang kooperatif dan dewasa. Anorectal manometri dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit hirschsprung, gejala yang ditemukan adalah kegagalan relaksasi sphincter ani interna ketika rectum dilebarkan dengan balon. Keuntungan metode ini adalah dapat segera dilakukan dan pasien bisa langsung pulang karena tidak dilakukan anestesi anestesi umum. Metode ini lebih sering dilakukan pada pasien yang lebih besar dibandingkan pada neonatus. 4. Biopsi rectum Ini merupakan tes paling akurat untuk penyakit Hirschsprung. Dokter mengambil bagian sangat kecil dari rektum untuk dilihat dil ihat di bawah mikroskop. Anak-anak dengan penyakit Hirschsprung akan tidak memiliki sel-sel ganglion pada sampel yang diambil. Pada biopsi hisap, jaringan dikeluarkan dari kolon dengan menggunakan alat penghisap. Karena tidak melibatkan pemotongan pemotongan jaringan kolon maka tidak diperlukan anestesi. Jika biopsi menunjukkan adanya ganglion, penyakit Hirschsprung tidak terbukti. Jika tidak terdapat sel-sel ganglion pada jaringan contoh, biopsi full-thickness biopsi diperlukan untuk mengkonfirmasi penyakit Hirschsprung. Pada biopsi full-thickness lebih banyak jaringan dari lapisan yang lebih dalam dikeluarkan secara bedah untuk kemudian diperiksai di bawah mikroskop. Tidak adanya sel-sel ganglion menunjukkan penyakit Hirschsprung. Ini merupakan “gold standard ” untuk mendiagnosis penyakit hirschprung. Pada bayi baru lahir metode ini dapat dilakukan dengan morbiditas minimal karena
menggunakan
suction
khusus
untuk
biopsy
rectum.
Untuk
pengambilan sample biasanya diambil 2 cm diatas linea dentate dan juga mengambil sample yang normal jadi dari yang normal ganglion hingga yang
16 | h i r s c h s p r u n g
aganglionik. Metode ini biasanya harus menggunakan anestesi umum karena contoh yang diambil pada mukosa rectal lebih tebal.
G. KOMPLIKASI
1. Enterokolitis, yaitu inflamasi usus halus dan kolon (akut) 2. Kebocoran anastomosis anastomosis (pasca bedah) yang berakibat abses dan peritonitis 3. Striktur ani (pasca bedah) 4. Inkontinensia (jangka panjang) 5. Stenosis otot usus yang berakibat distensi abdomen berulang 6. Sepsis 7. Perforasi
H. PENATALAKSANAAN Pembedahan :
Pembedahan pada penyakit hirscprung dilakukan dalam dua tahap. Mulamula dilakukan kolostomi loop atau double – barrel barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu kirakira 3 sampai 4 bulan). Bila umur bayi itu antara 6-12 bulan (atau bila beratnya antara 9 dan 10 Kg), satu dari tiga prosedur berikut dilakukan dengan cara memotong usus aganglionik dan menganastomosiskan usus yang berganglion ke rectum dengan jarak 1 cm dari dari anus. 1. Prosedur Duhamel
Umumnya dilakukan terhadap bayi yang berusia kurang dari 1 tahun. Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon normal ke arah bawah dan menganastomosiskannya di belakang anus aganglionik, menciptakan dinding ganda yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang ditarik tersebut. 2. Pada prosedur Swenson
Bagian kolon yang aganglionik itu dibuang. Kemudian dilakukan anastomosis end-to-end pada kolon berganglion dengan saluran anal yang dilatasi. Sfinterotomi dilakukan pada bagian posterior.
17 | h i r s c h s p r u n g
3. Prosedur Soave
Dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan merupakan prosedur yang paling banyak dilakukan untuk mengobati penyakit hirsrcprung. Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.
I. PROGNOSIS
Secara umum prognosisnya baik, 90% pasien dengan penyakit hirschprung yang mendapat tindakan pembedahan mengalami penyembuhan dan hanya sekitar 10% pasien yang masih mempunyai masalah dengan saluran cernanya sehingga harus dilakukan kolostomi permanen. Angka kematian akibat komplikasi dari tindakan pembedahan pada bayi sekitar 20%. Latihan buang air besar biasanya terlambat dan untuk beberapa tahun dapat terjadi inkonteinensia yang hilang timbul dan disertai diare. Dengan bertanya waktu kebanyakan anak berkembang ke arah kontinensia.Loperamide sangat berguna dalam penangana diare.
18 | h i r s c h s p r u n g
PATOFISIOLOGI Kegagalan sel-sel neural crest di saluran GI selama minggu ke 5-12 kehamilan Kegagalan migrasi kranio-kaudal Defisiensi sel-sel ganglion fleksus auerbach, fleksus henle, dan fleksus meissner Saraf parasimpatis di colon berfungsi tidak normal
Sfingter rectum tidak dapat berelaksasi
Hipertrofi saraf& kadar asetilkolinerasi ↑ Gangguan saraf simpatis pada colon Tidak ada peristaltic secara spontan
Makanan menumpuk di colon Terjadi akumulasi
Colon dilatasi
Penimbunan feses terlalu lama
megakolon
Mekonium terlambat
kurangnya pengetahuan dan informasi
Pembusukan feses oleh bakteri
Sulit BAB
feses yg dikeluarkan sedikit
penyerapan air di colon berlebih
penggunaan pencahar
feses kekurangan kandungan air
kontraksi sfingter paksa
konstipasi
feses keluar terlalu dini feses berbentuk encer Rencana pembedahan
Distensi Abdomen Gangguan Eliminasi
Colostomy Port de entry
Menekan diafragma
Menekan lambung
Ekspansi paru tdk max resti infeksi Resti g. Pola napas tdk efektif metabolisme anaerob intoleransi aktifitas
CO2 ↑ , O2↓
Refluks kimus
↓ Parasimpatis
Mual & muntah
Menekan pusat lapar
↓ Jml. Elektrolit
Anoreksia fatique ATP ↓
↓ metabolisme nutrisi
g. pemenuhan nutrisi < kebutuhan
g. keseimbangan cairan dan elektrolit
19 | h i r s c h s p r u n g
ASUHAN KEPERAWATAN I. Pengkajian a.
Identitas klien
Nama
: An. B
Usia
: 6 bulan
Alamat
:-
Jenis kelamin
:-
Agama
:-
Pendidikan
:-
Pekerjaan
:-
Suku bangsa
:-
Tanggal masuk dirawat : Diagnosa medis
b.
: Hirschsprung
Riwayat Keperawatan
Keluhan utama Sulit buang air besar dan sering muntah-muntah
Riwayat kesehatan sekarang P
: - (Perlu dikaji)
Q
: - (Perlu dikaji)
R
: - (Perlu dikaji)
S
: - (Perlu dikaji)
T
: - (Perlu dikaji)
Riwayat kesehatan masa lalu Saat baru lahir, mekonium baru keluar setelah 2 hari dan itupun sedikit-sedikit. Selama ini setiap BAB selalu dirangsang pencahar dan feses yang keluar kadang-kadang mencret, kadang sedikit-sedikit dengan bentuk gepeng seperti pita
Riwayat social
Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat Psikososial
20 | h i r s c h s p r u n g
Riwayat obat Selama ini setiap BAB selalu dirangsang pencahar dan feses yang keluar kadang-kadang mencret, kadang sedikit-sedikit dengan bentuk gepeng seperti pita.
c.
Riwayat alergi
Riwayat penyakit kronis
Kebutuhan Sehari-hari
Nutrisi
: - (Perlu dikaji)
Eliminasi
: Sulit BAB. Setiap BAB selalu dirangsng
pencahar dan feses yang keluar kadang mencret, kadang sedikitsedikit dengan bentuk gepeng seperti pita.
d.
Istirahat
: - (Perlu dikaji)
Aktifitas
: - (Perlu dikaji)
Personal Hygiene
: - (Perlu dikaji)
Data objektif
Pemeriksaan BB
: 5,1 kg (sebelumnya 5,5 kg)
TB
: - (Perlu dikaji)
Untuk tambahan, lakukan pengukuran panjang/tinggi badan pada bayi untuk mengetahui berat badan ideal bayi. Pada bayi usia 6 bulan, BB normalnya adalah 2x lipat pada saat baru lahir. Atau kita bisa coba dengan cara rumus Behrman : Usia 3-12 bulan
= (usia (bulan) + 2) /2
Usia 1-6 tahun
= (usia (tahun) x 2) + 8
Usia 6-12 tahun
– 5) / 2 = (usia (tahun) x 7 – 5)
Tanda – tanda vital
RR
: - (Perlu dikaji)
HR
: - (Perlu dikaji)
TD
: - (Perlu dikaji)
T
: - (Perlu dikaji)
Uji laboratorium
21 | h i r s c h s p r u n g
Hasil pemeriksaan darah : -
K = 3 mEq/l
(normalnya 3,5-4,7 mEq/l)
-
Na = 130 mEq/l (normalnya 139-146 mEq/l)
-
HCO3 = 15 mEq/l (normalnya 20-28 mEq/l)
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
: - (Perlu dikaji)
Auskultasi
: - (Perlu dikaji)
Palpasi
: Distensi abdomen (+)
Perkusi
: - (Perlu dikaji)
II. Analisis Data
NO
DATA
ETIOLOGI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
DS :
Kegagalan sel-sel
Gangguan
Klien sering muntah-
neuralchest di saluran
keseimbangan
muntah
gastrointestinal selama
cairan
minggu ke 5-12 kehamilan DO : -
K = 3 mEq/l
-
Na = 130 mEq/l
-
HCO3 = 15 mEq/l
elektrolit : kurang dari
Kegagalan migrasi
dan
kebutuhan
b.d. mual muntah
kraniokaudal
d.d.
-
Diferensiasi sel-sel ganglion fleksus auerbach, fleksus henle dan fleksus meissner
-
K = 3 mEq/l Na = 130 mEq/l HCO3
=
15
mEq/l
Hipertrofi saraf dan asetilkolinerasi
Gangguan sistem simpatis kolon
Tidak adanya peristaltik secara spontan
22 | h i r s c h s p r u n g
Makanan menumpuk di kolon
Kolon dilatasi
Distensi abdomen
Menekan lambung
Refluks kimus
Mual-muntah
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit 2.
DS : -
Kegagalan sel-sel
Gangguan
mengalami
neuralchest di saluran
eliminasi
sulit BAB sudah
gastrointestinal selama
konstipasi
minggu ke 5-12 kehamilan
makanan
Anak
beberapa lama -
baru
lahir
mekonium
baru
Kegagalan migrasi
Saat
keluar setelah 2 hari
itupun
sedikit-sedikit -
Setiap BAB selalu
dan
kolon
kraniokaudal
b.d.
di d.d.
konstipasi
Diferensiasi sel-sel ganglion fleksus auerbach, fleksus henle dan fleksus meissner
dirangsang dengan
menumpuk
:
pencahar
feses
yang
Hipertrofi saraf dan
keluar
kadang-
asetilkolinerasi
kadang
mencret,
kadang
sedikit-
Gangguan sistem simpatis
23 | h i r s c h s p r u n g
sedikit
dengan
kolon
bentuk
gepeng
seperti pita
Tidak adanya peristaltik secara spontan
DO : Pada foto abdomen tampak
bayangan
colon yang membesar pada kolon asenden.
Makanan menumpuk di kolon
Penyerapan air di kolon berlebih
Feses kekurangan kandungan air
Konstipasi
Gangguan eliminasi konstipasi 3.
DS : -
Kegagalan sel-sel
DO :
neuralchest di saluran
pemenuhan nutrisi
Berat badan 5,1 kg ;
gastrointestinal selama
:
sebelumnya 5,5 kg
minggu ke 5-12 kehamilan
(berat badan turun)
Gangguan
kurang
kebutuhan
dari b.d.
anoreksia d.d. BB
Kegagalan migrasi kraniokaudal
Diferensiasi sel-sel ganglion fleksus auerbach, fleksus henle dan fleksus meissner
Hipertrofi saraf dan asetilkolinerasi
24 | h i r s c h s p r u n g
Gangguan sistem simpatis kolon
Tidak adanya peristaltik secara spontan
Makanan menumpuk di kolon
Kolon dilatasi
Distensi abdomen
Menekan lambung
parasimpatis
Menekan pusat lapar
Anorexia
Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan 4.
DS : -
Kegagalan sel-sel
DO :
neuralchest di saluran
tua
gastrointestinal selama
pengetahuan
Ibu
klien
gelisah
tampak
setiap
ada
perawat atau dokter mendekati
anaknya.
Ia selalu melontarkan
Ansietas b.b orang kurang dan
minggu ke 5-12 kehamilan
informasi
tentang
penyakit
anaknya
dan
prosedur
Kegagalan migrasi kraniokaudal
penanganan
d.d.
25 | h i r s c h s p r u n g
pertanyaan
Ibu klien tampak
Diferensiasi sel-sel ganglion
gelisah setiap ada
berkali-
fleksus auerbach, fleksus
perawat atau dokter
sehingga
henle dan fleksus meissner
yang
sama walaupun sudah dijelaskan kali memancing
kejengkelan
Hipertrofi saraf dan
mendekati anaknya. Ia selalu melontarkan
asetilkolinerasi
pertanyaan
yang
sama
walaupun
Gangguan sistem simpatis
sudah
dijelaskan
kolon
berkali-kali
Tidak adanya peristaltik secara spontan
Makanan menumpuk di kolon
Kolon dilatasi
Rencana pembedahan
Orang tua kurang pengetahuan pengetahuan dan informasi tentang penyakit anaknya dan prosedur penanganannya
Ansietas
26 | h i r s c h s p r u n g
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
N
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Ketidakseimbanga
Tupen :
Mandiri :
Mandiri :
n volume dan
Dalam 2 x
1. Hitung intake dan
1.Mengetahui
cairan kurang dari
24 jam
output cairan
kebutuhan cairan
kebutuhan
muntah
dan elektrolit
berhubungan
klien
klien.
dengan
berkurang
pengeluaran
dengan
(termasuk
berlebih ditandai
kriteria
postural),
dengan ibu klien
hasil :
takikardia, demam
berkata anaknya
Frekuensi
dapat menunjukan
muntah-muntah,
muntah
respon terhadap
serta hasil
berkurang
dan atau efek
pemeriksaan darah
serta hasil
kehilangan cairan.
menunjukan K= 3
pemeriksaa
mEq/L, Na = 130
n darah
mEq/I, HCO3 15
berangsur
mEq/l.
baik.
o
1
2.Kaji TTV
2. Hipotensi
3. Observasi kulit
3.Menunjukkan
kering berlebihan
kehilangan cairan
Tupan :
dan membran
berlebih atau
Dalam 7 x
mukosa, penurunan
dehidrasi.
24 jam
turgor kulit.
kebutuhan
4. Ukur BB tiap
4.Menunjukkan
cairan dan
hari.
indikator cairan
elektrolit
dan nutrisi.
terpenuhi
Kolaborasi :
Kolaborasi:
dengan
5. Pemberian cairan
5. Memenuhi
kriteria
infuse
kebutuhan cairan
hasil :
dan elektrolit
27 | h i r s c h s p r u n g
Klien tidak
klien.
mengalami muntah dan hasil pemeriksaa n darah kembali normal. 2
Gangguan
Tupen :
Mandiri :
Mandiri:
Eliminasi:Konstipa
Dalam 3 x
1.Auskultasi Bising
1.Adanya bunyi
si berhubungan berhubungan
24 jam
usus
abnormal
dengan
klien dapat
menunjukkan
penumpukan
eliminasi
danaya
makanan di usus
secara
komplikasi.
besar ditandai
adekuat
2. Selidiki keluhan
2.Mungkin
dengan Foto
dengan
nyeri abdomen.
berhubungan
abdomen tampak
kriteria
dengan distensi
bayangan kolon
hasil :
gas atau terjadinya
yang membesar
keluhan
komplikasi,
pada kolon
konstipasi
misalnya ileus.
desenden.
berkurang.
3.Observasi gerakan
3.Indikator
usus,perhatikan
kembalinya fungsi
Tupan :
warna,konsistensi,d
GI,
Dalam 2
an jumlah.
mengidentifikasik
minggu
an ketepatan
klien dapat
intervensi.
eliminasi
4. Monitor cairan
4. Mengetahui
seperti
yang keluar dari
warna dan
anak-anak
kolostomi
konsistensi feses
yang lain
dan menentukan
serta usus
rencana
kembali
selanjutnya.
28 | h i r s c h s p r u n g
normal
5. Pantau jumlah
5. Jumlah cairan
dengan
cairan kolostomi.
keluar dapat
kriteria
dipertimbangkan
hasil :
untuk pergantian
Tidak ada
cairan.
distensi abdomen.
Kolaborasi :
Kolaborasi :
6. Berikan pelunak
6. Melunakkan
feses sesuai indikasi
feses yang keras, mengurangi gejala konstipasi.
3
7.Tingkatkan cairan
7.Mempertahanka
melalui iv.
n hidrasi.
Pemenuhan nutrisi
Tupen :
Mandiri :
Mandiri :
kurang dari
Dalam 3 x
1.Ukur BB tiap hari.
1.Mengidentifikasi
kebutuhan tubuh
24 jam
status cairan serta
berhubungan
kebutuhan
memastikan
dengan intake
nutrisi
kebutuhan
nutrisi kurang dari
klien
metabolik.
kebutuhan ditandai
terpenuhi
2. Tinjau faktor-
2. Mempengaruhi
dengan BB klien
dengan
faktor individual
faktor intervensi.
menurun.
kriteria
yang mempengaruhi
hasil : BB
kemampuan untuk
klien
mencerna atau
berangsur
makan makanan,
naik.
misalnya mual. 3. Berikan asupan
3.Dengan
Tupan :
nutrisi yang cukup
memberikan
Dalam 8 x
sesuai dengan diet
asupan yang
24 jam
yang dianjurkan.
sesuai maka
klien
nutrisi klien
menerima
terpenuhi secara
29 | h i r s c h s p r u n g
asupan
adekuat.
nutrisi
Kolaborasi :
Kolaborasi :
yang cukup
4. Berikan cairan iv
4. Memperbaiki
dan
sesuai indikasi
keseimbangan
adekuat
cairan dan
dengan
elektrolit.
kriteria
5. Gunakan rute
5.
hasil :
alternatif pemberian
Mempertahankan
BB pasien
nutrisi (seperti
dekompresi
normal dan
NG/gastrotomi)
lambung.
sesuai
untuk
dengan
mengantisipasi
umurnya.
pasien yang sudah mulai merasa mual dan muntah. 6. Konsultasi
6.Bermanfat
dengan ahli diet
dalam
atau tim pendukung
mengevaluasi mengevaluasi dan
nutrisi.
memenuhi kebutuhan diet individu.
4
Anxiety
Tupen :
Mandiri :
Mandiri:
berhubungan
Dalam 2 x
1.Jalin hubungan
1.Meningkatkan
dengan kurangnya
24 jam
trust antara perawat
rasa percaya dan
pengetahuan
keluarga
dan keluarga klien
hubungan baik
keluarga mengenai
klien tidak
anatara perawat
penyakit ditandai
tampak
dan keluarga
dengan ibu klien
gelisah
klien.
tampak gelisah dan
mengenai
2. Berikan
2. Keluarga
selalu menanyakan
penyakit
informasi yang
memahami serta
hal yang sama
anaknya
dibutuhkan,
mengerti konsep
kepada perawat.
dengan
jelaskan mengenai mengenai
penyakit.
30 | h i r s c h s p r u n g
kriteria
penyakit anaknya.
hasil:
3. Gambarkan:
3. *Kecemasan
wajah ibu
*dimana anak
keluarga dapat
klien tidak
selama prosedur.
berkurang karena
gelisah.
* Apakah keluarga
mengerti tentang
dapat bersama anak.
prosedur yang
Tupan :
* Dimana keluarga
dilakukan.
Dalam 6 x
menunggu.
* Keluarga tidak
24 jam
* Perkiraan lamanya
perlu bertanya
keluarga
penyakit dan
berkali-kali
klien tidak
penanganannya.
kepada perawat.
cemas lagi
*Kecemasan
dan
keluarga tidak
mengerti
berlebihan.
tentang
* Untuk
penyakit
mengurangi
klien
kecemasan
dengan
keluarga.
kriteria
4.Tenangkan
4. Keluarga dapat
hasil :
keluarga bahwa
memahami
Ibu klien
mereka akan diberi
tentang penyakit
tidak
tahu mengenai
yang diderita
banyak
penyakit dan
anak.
bertanya
kemajuan prosedur.
serta mengerti akan penyakit anknya.
31 | h i r s c h s p r u n g
PENDIDIKAN KESEHATAN Pasien dengan pemasangan kolostomi perlu berbagai penjelasan baik sebelum maupun setelah operasi, terutama tentang perawatan kolostomi bagi pasien yang harus menggunakan menggunakan kolostomi permanen. Berbagai hal yang harus diajarkan pada pasien atau keluarga pasien adalah:
Teknik penggantian/ pemasangan pemasangan kantong kolostomi yang baik dan benar
Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma
Waktu penggantian kantong kolostomi
Teknik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien
Jadwal makan atau pola makan yang harus dilakukan untuk menyesuaikan
Pengeluaran Pengeluaran feses agar tidak mengganggu aktifitas pasien
Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi
Berbagai aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien
Berbagi hal/ keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter ( jika apsien sudah dirawat dirumah)
Berobat/ control ke dokter secara teratur
Makanan yang tinggi serat
32 | h i r s c h s p r u n g
Daftar Pustaka
Betz, Cecily Lynn & Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta: EGC. Anatomi dan Fisiologi : Sistem Cambridge communication limited. 1999. Anatomi Perkemihan dan Pencernaan. Penerbit buku kedokteran : Jakarta.
Kuzemko, Jan, 1995, Pemeriksaan Klinis Anak, alih bahasa Petrus Andrianto, cetakan III, EGC, Jakarta. Anonim.
2009.
Anak
kembung,
hati-hati
Hirschprung.
[online].
(http://secondking.wordpress.com/200 (http://secondking.wordpress.com/2009/10/31/anak-kembung 9/10/31/anak-kembung-hati-hati-hati-hatihirschsprung/ diakses hirschsprung/ diakses 10 Maret 2011) Anonymous.
2010.
Epidemiologi
Penyakit
hirschsprung. hirschsprung .
[online].
(www.infokedokteran.com/tag/epidemiology (www.infokedokteran.com/tag/epidemiology-penyakit-hirschprung -penyakit-hirschprung , diakses tanggal 10 maret 2011) Anonim.
2010.
Perawatan
Kolostomi.
[online].
(http://athearobiansyah.blogspot.com/20 (http://athearobiansyah.blogspot.com/2008/11/perawatan-ko 08/11/perawatan-kolostomi.html lostomi.html diakses 10 Maret 2011) Anonymous.
2010.
Referat
Penyakit
Hirschsprung.
[online].
(http://referensikedokteran.blogspot.com (http://referensikedokteran .blogspot.com/2010/08/referat-penyak /2010/08/referat-penyakitithirschsprung.html, diakses tanggal 9 Maret 2010)
33 | h i r s c h s p r u n g