Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Bacteria
Filum:
Proteobacteria
Kelas:
Gamma Proteobacteria
Ordo:
Enterobacteriales
Famili:
Enterobacteriaceae
Genus:
Enterobac Enterobacter ter Nama binomial Enterobacter Enterobacter sakazakii sakazakii
SEJARAH BAKTERI ENTEROBACTER SAKAZAKII
Bakte Bakteri ri enter enteroba obact cter er sakaz sakazaki akiii meru merupak pakan an bakte bakteri ri gram gram negati negatiff anae anaerob rob fakul fakulta tati tif, f, berbentuk berbentuk koliform koliform (kokoid), (kokoid), dan tidak membentuk membentuk spora. Bakteri Bakteri ini termasuk termasuk dalam famili Enterobacteriaceae .Bakteri enterobacter sakazakii pertamakali ditemukan pada tahun 1958 pada 78 kasus bayi dengan infeksi meningitis. Sejauh ini juga dilaporkan beberapa kasus yang serupa pada beberapa beberapa Negara. Negara. Meskipun Meskipun bakteri bakteri ini dapat menginfeksi menginfeksi pada segala segala usia tetapi resiko terbesar terkena adalah usia bayi. Peningkatan kasus yang besar di laporkan terjadi di bagian Neonatal Neonatal Intensive Intensive Care Units (NICUs) (NICUs) beberapa beberapa rumah sakit di Inggris, Inggris, Belanda, Amerika Amerika dan Kanada. Pada tahun 1980, bakteri bakteri ini dikukuhkan dalam genus Enterobacter sebagai suatu spesies baru yang diberi nama enterobacter enterobacter sakazakii untuk menghargai menghargai seorang bakteriolog bakteriolog Jepang bernama Riichi Sakazakii. Sakazakii. Reklasifikasi Reklasifikasi ini dilakukan dilakukan berdasarkan berdasarkan studi DNA hibridisasi hibridisasi yang menunjukkan kemiripan 41% dengan Citrobacter freundii dan 51% dengan Enterobacter cloacae. Di Amerika Serikat angka kejadian infeksi bakteri enterobacter sakazakii yang pernah dilaporkan adalah 1 per 100 000 bayi. Terjadi peningkatan angka kejadian menjadi 9.4 per 100 000 pada bayi dengan berat lahir sangat rendah (<1.5 kg) . Sebenarnya temuan peneliti IPB tersebut mungkin tidak terlalu mengejutkan karena dalam sebuah penelitian prevalensi kontaminasi di sebuah negara juga didapatkan didapatkan dari 141 susu bubuk formula formula didapatkan didapatkan 20 kultur positif positif bakteri bakteri enterobakter enterobakter sakazakii. Pada tahun1980, bakteri ini diperkenalkan sebagai bakteri jenis yang baru berdasarkan pada perbedaan perbedaan analisa hibridasi hibridasi DNA, reaksi biokimia biokimia dan uji kepekaan kepekaan terhadap terhadap antibiotika. antibiotika.
Disebutkan dengan hibridasi DNA menunjukkan E sakazakii 53 - 54% dikaitkan dengan 2 spesies yang berbeda genus yaitu Enterobacter dan Citrobacter. Berdasarkan penelitian pada tahun 2007, beberapa peneliti mengklarifikasi kriteria taxonomy dengan menggunakan cara lebih canggih yaitu dengan f-AFLP, automated ribotyping, full-length 16S rRNA gene sequencing and DNA-DNA hybridization. Hasil yang didapatkan adalah klasifikasi alternatif dengan temuan genus baru yaitu Cronobacter yang terdiri dari 5 spesies. Hingga saat ini tidak banyak diketahui tentang virulensi dan daya patogeniotas bakteri enterobacter sakazakii. Morfologi dan Sifat Biakan
Enterobacter sakazakii adalah bakteri Gram negative, anaerob fakultatif, berbentuk batang pendek (0,5-1,0 x 1,0-3,0 μm) dengan pigmen warna kuning, tidak membentuk spora, bersifat motil, memiliki flagella peritrik, sel tunggal atau bergandengan, dan memilik kapsul yang menyelimuti tubuhnya sebagai mekanisme pertahanan diri. Di media pembiakan, koloninya nampak licin berlendir namun juga terkadang kering. Morfologi koloni E. sakazakii pada media Trypthon Soy Agar / TSA dari Oxoid: bahwa E. sakazakii membentuk koloni berbentuk bulat dan
berwarna hijau. Koloni E. sakazakii kering
mukoid dan liat seperti karet. Fisiologi
Faktor yang mendukung pertumbuhan E. sakazakii yaitu Nutrisi (ceceran powder , karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, vitamin, dan Tr a ceelement ), air (udara lembab), oksigen (udara), waktu untuk berkembang biak, dan suhu yang sesuai. Enterobacter sakazakii berkembang secara optimal pada kisaran suhu 30-40°C.Waktu regenerasi bakteri ini terjadi setiap 40 menit jika diinkubasi pada suhu 23°C, yang tentunya akan sedikit lebih cepat pada suhu optimum pertumbuhannya. Menurut Havelaar dan Zweitering (2004), kontaminasi satu koloni E. Sakazakii memiliki peluang hidup maksimum sebesar6.5% untuk dapat berkembang hingga mencapai jumlah yang signifikan (1 juta sel/g produkdalam waktu maksimal 100 jam pada suhu 18-37°C.Artinya, apabila 1 selhidup E. sakazakii mengkontaminasi produk susu formula pada proses produksi. Hanya dalam 5 hari, produk tersebut telah menjadi sangat berbahaya bagi bayi. Angka probabilitas ini agaknya
ditunjang dengan fakta hasil riset di seluruh dunia, tidak hanya yang dipublikasikan tim riset IPB, yaitu pada kisaran 20%.
Ekologi
Sebagaimana genus Enterobac ter lainnya, E. sakazakii merupakan bakteri yang berkoloni di dalam saluran pencernaan manusia dewasa. Spesies Enterobacter ini dapat ditemukan di produk pangan lain selain susu formula: keju, daging, sayuran, biji-bijian, kondimen dan bumbu-bumbuan. Selain bersifat invasif, E. sakazakii juga memproduksi toksin(endotoxin) yang juga berbahaya bagi mamalia yang baru lahir dan belum memiliki sistem kekebalan yang baik.
Peranannya dalam lingkungan
Terjadinya kontaminasi bakteri dapat dimulai ketika susu diperahdari puting sapi. Lubang puting susu memiliki diameter kecil yangmemungkinkan bakteri tumbuh di sekitarnya. Bakteri ini ikut terbawadengan susu ketika diperah. Meskipun demikian, aplikasi teknologi dapatmengurangi tingkat pencemaran pada tahap ini dengan penggunaan mesinpemerah susu (milking machine), sehingga susu yang keluar dari putingtidak mengalami kontak dengan udara. Pencemaran susu oleh mikroorganisme lebih lanjut dapat terjadiselama pemerahan (milking), penanganan (handling), penyimpanan(storage), dan aktivitas pra-pengolahan (pre processing) lainnya. Matarantai produksi susu memerlukan proses yang steril dari hulu hingga hilir,sehingga bakteri tidak mendapat kesempatan untuk tumbuh danberkembang dalam susu. Peralatan pemerahan yang tidak steril dan tempatpenyimpanan yang tidak bersih dapat menyebabkan tercemarnya susu olehbakteri. Susu memerlukan penyimpanan dalam temperatur rendah agar tidakterjadi kontaminasi bakteri. Udara yang terdapat dalam lingkungan disekitar tempat pengolahan merupakan media yang dapat membawa bakteriuntuk mencemari susu. Proses pengolahan susu sangat dianjurkan untukdilakukan di dalam ruangan tertutup. Manusia yang berada dalam proses pemerahan dan pengolahansusu dapat menjadi penyebab timbulnya bakteri dalam susu. Tangan dananggota tubuh lainnya harus steril ketika memerah dan mengolah susu. Bahkan, hembusan napas manusia ketika proses pemerahan dan pengolahansusu dapat menjadi sumber timbulnya bakteri. Sapi perah dan peternak yangberada dalam sebuah peternakan harus dalam kondisi sehat dan bersih agartidak mencemari susu. Proses produksi susu
di tingkat peternakan memerlukan penerapan good farming practice seperti yang telah diterapkandi negara-negara maju
Epidemiologi E.Sakazakii
Kejadian di dunia Pada umumnya E. sakazakii pertama kali ditemukan pada tahun 1958 pada 78 kasus bayi dengan infeksi meningitis. Sejauh ini juga dilaporkan beberapa kasus yang serupa pada beberapa Negara. Peningkatan kasus yang besar di laporkan terjadi di bagian Neonatal Intensive Care Units (NICUs) beberapa rumah sakit di Inggris, Belanda, Amerika dan Kanada. Amerika Serikat Food Net survei 2002
memperkirakan bahwa tingkat
infeksi Enterobacter
sakazakii
pada
bayi dilaporkan adalah 1 per 100 000, sedangkan tingkat rendah antara berat lahir neonatus adalah 8,7 per 100 000. Sebuah laporan dalam literatur berbahasa Inggris-1961-2003 menemukan bahwa 25 dari 48 kasus (yaitu 52%) E. sakazakii yang diinduksipenyakit berada diantara bayi berat lahir rendah. Secara kolektif, ada sekitar 120 kasus individual didokumentasikan pada bayi dan anakanak kurang dari 3 tahun. Data yang tersedia tidak memungkinkan rincian rinci jumlah kasus per bulan untuk bayi. Namun, ada beberapa data surveilans laboratoriumuntuk Inggris dan Wales, berdasarkan data tersebut
diketahui tingkat
kejadian perkiraan tahunan
untuk neonatus adalah 17,60 per juta penduduk selama periode 1992-2007. Untuk bayi usia 111 bulan, tingkat kejadian diperkirakan adalah 2,06 per juta penduduk,dan di antara anak-anak 1-4 tahun, 0,70 per juta penduduk.
Kejadian di Indonesia Sedangkan infeksi Enterobacter sakazakii di Indonesia, Menkes mengatakan hingga kini tidak ada laporan kasus infeksi (Republika, 2011)
Etiologi E.Sakazakii
Infeksi E. sakazakii dapat menyebabkan meningitis, septikemia, dan necrotizing enterocolitis pada bayi (White, 1997). E. sakazakii dapat menyebabkan penyakit pada semua kelompok umur walaupun kasus banyak terjadi pada bayi, bayi yang memiliki risiko tertinggi terinfeksi yaitu: prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah dan baru lahir hingga 28 hari. Angka kematian akibat infeksi E. sakazakii mencapai 40-80%, 50% dilaporkan meninggal dalam waktu satu minggu setelah diagnosa. E. sakazakii dalam pandangan Kesehatan Masyrakat Veteriner E. sakazakii saat ini belum diketahui. Tetapi keberadaannya sangat erat dengan produk susu bubuk, keju, makanan bayi, daging cincang, sosis, dan sayuran. E. sakazakii tumbuh pada suhu minimum berkisar 7 - 8 0C. Waktu generasi E. sakazakii 40 menit pada suhu 230C, dan 4,98 jam pada suhu 10 0C . E. sakazakii tidak dapat tumbuh pada suhu 40C, tumbuh optimal pada suhu 400C dan tumbuh minimal pada suhu 550C (White, 1998). Cara perlakuan aseptik serta pengaturan suhu dapat mengendalikan kontaminan E. sakazakii. Pada Tahun 2008, muncul berbagai berita mengenai tercemarnya produk susu formula bayi oleh bakteri Enterobacter sakazakiisehingga menimbulkan kekhawatiran dimasyarakat. Adanya cemaran susu formula oleh E. sakazkakii diduga bisa terjadi oleh kontaminasi eksternal yaitu penanganan yang buruk saat merekonstitusi susu formula dengan air atau kontaminasi internal selama produksinya. Pencemaran selama produksi kemungkinan terjadi setelah proses pasteurisasi susu yaitu selama pengeringan, selama pencampuran kering dan atau pengemasan. Untuk menghindari terjadinya pencemaran E. sakazakii pada produk susu formula, maka dibuat suatu panduan yang dikeluarkan oleh Codex pada tahun 2008. Panduan tersebut mensyaratkan pengujian bakteri E. sakazakii yang sebelumnya tidak dipersyaratkan di mana pun di seluruh dunia. Persyaratan produksi dan pengujiannya relatif ketat, meski tidak seketat untuk Salmonella yang dianggap lebih tinggi frekuensi kasus infeksinya. Panduan Codex tersebut mensyaratkan untuk tiap lot produksi dilakukan pengujian sebanyak 30 sampel masing-masing 10 g dan tidak boleh ada satu
sampel pun yang terdeteksi mengandung E. sakazakii. Jika ditransformasikan secara statistika berdasarkan ICMSF (2002) maka suatu lot susu formula akan tidak boleh diperdagangkan jika rata-rata jumlah E. sakazaki-nya lebih dari 1 dalam 278 g susu. Panduan bagi konsumen maupun rumah sakit lebih dititikberatkan pada praktik sanitasi yang baik bagi orang (pekerja), air, botol yang digunakan untuk merekonstitusi susu formula serta pembatasan waktu untuk tidak menyimpan susu formula yang telah direkonstitusi pada suhu kamar lebih dari 2 jam. Sebagai tambahan, beberapa negara juga mengadopsi panduan dari WHO (2007) yang merekomendasikan rekonstitusi dengan menggunakan air bersuhu 70 derajat C untuk meminimalkan risiko patogen ini. Gejala Klinis
Laporan mengenai infeksi bakteri enterobacter sakazakii menunjukkan bahwa bakteri ini dapat menyebabkan radang selaput otak dan radang usus pada bayi. Kelompok bayi yang memiliki risiko tertinggi terinfeksi Enterobacter sakazakii yaitu neonatus (baru lahir hingga umur 28 hari), bayi dengan gangguan sistem tubuh, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi prematur, dan bayi yang lahir dari ibu yang mengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV) Enterobacter sp. merupakan patogen nosokomial yang menjadi penyebab berbagai macam infeksi termasuk bakteremia, infeksi saluran pernapasan bagian bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih, infeksi dalam perut, radang jantung, radang sendi, osteomyelitis, dan infeksi mata. Angka kematian akibat infeksi bakteri enterobacter sakazakii mencapai 40-80%. Sebanyak 50% pasien yang dilaporkan menderita infeksi bakteri enterobacter sakazakii meninggal dalam waktu satu minggu setelah diagnosa. Hingga kini belum ada penentuan dosis infeksi bakteri enterobacter sakazakii, namun sebesar 3 cfu/100 gram dapat digunakan sebagai perkiraan awal dosis infeksi Gejala keracunan yang ditimbulkan oleh susu formula bayi tidak disebabkan oleh komponen biokimia atau bahan yang terkandung di dalamnya. Manusia dapat mengalami gejala keracunan karena susu tersebut telah terkontaminasi oleh bakteri. Susu dapat menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri, karena di dalamnya terdapat komponen biokimia yang juga diperlukan oleh bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Selain bakteri enterobacter sakazakii, bakteri lain yang sering mengkontaminasi susu formula adalah Clostridium botulinu, Citrobacter freundii, Leuconostoc mesenteroides Escherichia coli Salmonella agona, Salmonella anatum, Salmonella bredeney, Salmonella ealing, Salmonella
Virchow, Serratia marcescens, Salmonella isangi dan berbagai jenis salmonella lainnya. Bahan enterotoxin diproduksi oleh beberapa jenis strains kuman. Dengan menggunakan kultur jaringan diketahui efek enterotoksin dan beberapa strain tersebut. Didapatkan 2 jenis strain bakteri yang berpotensi sebagai penyebab kematian, sedangkan beberapa strain lainnya non-patogenik atau tidak berbahaya. Hal inilah yang mungkin menjelaskan kenapa sudah ditemukan demnikian banyak susu terkontaminasi tetapi belum banyak dilaporkan terjadi korban terinfeksi bakteri tersebut. Meskipun infeksi karena bakteri ini sangat jarang, tetapi dapat mengakibatkan penyakit yang sangat berbahaya sampai dapat mengancam jiwa, di antaranya adalah neonatal meningitis (infeksi selaput otak pada bayi), hidrosefalus (kepala besar karena cairan otak berlebihan), sepsis (infeksi berat) , dan necrotizing enterocolitis (kerusakan berat saluran cerna). Sedangkan pada beberapa kasus dilaporkan terjadi infeksi saluran kencing.Secara umum, tingkat kefatalan kasus (casefatality rate) atau resiko untuk dapat mengancam jiwa berkisar antara 40-80% pada bayi baru lahir yang mendapat diagnosis infeksi berat karena penyakit ini. Infeksi otak yang disebabkan karena enterobacter sakazakii dapat mengakibatkan infark atau abses otak (kerusakan otak) dengan bentukan kista, gangguan persarafan yang berat dan gejala sisa gangguan perkembangan. Gejala yang dapat terjadi pada bayi atau anak di antaranya: 1. diare 2. kembung 3. muntah 4. demam tinggi 5. bayi tampak kuning 6. kesadaran menurun (malas minum, tidak menangis) 7. mendadak biru 8. sesak hingga kejang.
Bayi prematur, berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram) dan penderita dengan gangguan kekebalan tubuh adalah individu yang paling berisiko untuk mengalami infeksi bakteri ini. Meskipun juga jarang bakteri patogen ini dapat mengakibatkan bakterimeia dan osteomielitis (infeksi tulang) pada penderita dewasa. Pada penelitian terakhir didapatkan kemampuan 12 jenis strain bakteri enterobacter sakazakii untuk bertahan hidup pada suhi 58 C dalam proses pemanasan
rehidrasi susu formula. Dan dampak lain dari bahaya bakteri ini bagi bayi yang baru lahir: 1.menyebabkan enteritis (radang usus) 2. sepsis (keracunan yang disebabkan oleh hasil proses pembusukan), dan 3. meningitis (peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang).
Upaya Pencegahan dan Pengendalian
Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan menurut Taylor (2002) antara ain : • Hanya mempersiapkan formula susu dalam jumlah yang sedikit untuk tiap konsumsi guna mengurangi jumlah bakteri dan waktu kontak dengan suhu kamar; kenali perbedaan penyiapan formula susu bayi di rumah sakit, dimana biasanya mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh institus tersebut untuk meminimalisir pertumbuhan mikroba pada susu. • Kurangi waktu kontak dengan suhu ruangan atau di luar suhu lemari pendingin sebelum pemberian pada bayi. • Kurangi masa penyimpanan pada suhu ruangan lebih dari 4 jam untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang signifikan. Sedangkan Forsythe (2005) mengatakan bahwa diperlukan quality control mikrobiologi yang ketat selama proses produksi, distribusi dan penggunaan. Sangat penting memastikan bahwa formula susu bayi disiapkan secara good hygienic procedure serta meminimalisir jarak waktu antara penyiapan dan konsumsi untuk mengurangi resiko terinfeksi E. sakazakii. Selain itu dia juga menambahkan bahwa higiene personal yang sering diabaikan serta buruknya hygienic practice menjadi penyebab utama terjadinya kasus penyakit. Hingga saat ini belum pernah dilaporkan adanya infeksi E. Sakazakii ditemukan pada produk pangan lain selain susu bubuk bayi. Diagnose Laboratorium
Kultur dan Biokimia Blood agar plate ; koloni sedang-besar, putih-abu-abu, sedikit cembung, bulat, smooth, anhaemolytis.
Mac Conkey agar plate ; koloni besar, putih-merah keruh, cembung, bulat, smooth, 2 x 24 jam mucoid. TSIA medium :
SIM medium :
simmon’s citrate :
Lereng
: kuning
Dasar
: kuning
Gas
: positif
sulfide
: negatif
Indol
: negatif
motility
: positif/aktif
positif
Onithine decarboxylase :
positif
ONPG :
positif
Fermentasi manitol, maltose, sucrose : positif
No.
Media / Test
E. Sakazakii
1.
Fermentasi Glukosa
+g
2.
Fermentasi Laktosa
+
3.
Fermentasi Sorbitol
-
4.
Voges Proskauer
+
5.
Lysine decarboxylase
-
6.
Arginine dihydrolysa
+
7.
Ornithine decarboxylase
+
8.
Urease
-
9.
Indol
10.
Yellow pigment
-/+ +
Spesimen Darah, urine, faeces, sputum, pus dan makanan, minuman serta air. Isolasi dan Diagnosis
Hari 1 ; -
Specimen ditanam pada blood agar plate dan mac conkey agat plate
-
Masuk incubator 37⁰ C 24 jam
Hari 2 ; -
Kolini yang tersangka di blood agar plate dan mac agar plate ditanam pada media gula – gula dan media lain yang diperlukan.
-
Masuk incubator 37⁰ C 24 jam
Hari 3 ; -
Dibaca dan dicatat pertumbuhan pada media gula-gula dan media lainnya, kemudian dikerjakan test-test kimia yang diperlukan.
-
Masuk incubator 37⁰ C 24 jam
Hari 4 ; -
Dibaca dan dicatat test kimia yang dikerjakan, setelah dibandingkan dengan table, dapat ditentukan diagnosenya.