1 Pemakaian Dialek Banyumasan dan Perkembangannya Perkembangannya
I.
PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
Bahasa di dunia tidaklah sama. Dalam suatu negara, beragam bahasa yang dipergunakan, bahkan pada suatu daerah tertentu beragam bahasa yang dapat kita dengar dengar diperg diperguna unakan kan orang. orang. Di Indone Indonesia sia kita kita mengen mengenal al adanya adanya bahasa bahasa nasion nasional al (=bah (=bahas asaa pers persat atua uan, n, baha bahasa sa resm resmi, i, baha bahasa sa nega negara ra,, baha bahasa sa peng pengan anta tar, r, baha bahasa sa kebudayaan) dan bahasa daerah. Keragaman bahasa tersebut merupakan subsistemsubsis subsistem tem bahasa bahasa yang yang berbed berbeda, a, yang yang banyak banyak mengan mengandun dung g permas permasalah alahan an yang yang kompleks dan menghasilkan suatu variasi ragam yang berbeda ( Saefi, 2007). Sampai Sampai saat ini, usaha untuk memaparkan memaparkan dengan dengan jelas dan tegas batas-batas batas-batas yang membedakan bahasa dan dialek masih juga belum berhasil memperoleh rumusan yang memuaskan memuaskan (Ayatrohaed (Ayatrohaedi,19 i,1983 83 : 1). Oleh karena itu, penutur penutur diharapkan diharapkan dapat memb membed edak akan an dial dialek ek deng dengan an vari varias asii baha bahasa sa yang yang lain lain agar agar tida tidak k terj terjad adii sala salah h pengertian. Disamping itu, penutur juga diharapkan dapat membedakan ragam dialek dengan ragam bahasa yang lain. Bahasa Bahasa daerah daerah merupa merupakan kan kekaya kekayaan an bangs bangsaa yang yang juga juga harus harus dibina dibina dan dikembangk dikembangkan. an. Kebijakan Kebijakan yang tidak serius melakukan melakukan pembinaan pembinaan bahasa daerah sehingga lambat laun akan membawa kepunahan bahasa daerah. Hal ini secara tidak langsung merupakan tindak perampasan hak hidup masyarakat pendukung bahasa bahasa bahasa lokal (Ummi:199 (Ummi:1999). 9). Penutur Penutur diharapkan diharapkan dapat menjaga kelestarian kelestarian bahasa bahasa daerahnya sehingga tidak menuju ke arah perkembangan yang memburuk. Namun kenyataannya, banyak penutur yang masih belum mengetahui batas batas dan peran dialek dalam kehidupannya sehari-hari. Banyak penutur yang masih mencampuradukan pengertian dialek sama dengan variasi bahasa lain seperti aksen dan logat. Penutur juga kurang menyadari bahwa telah terjadi percampuran bahasa antara bahasa pertama (=bahasa asli) dengan bahasa kedua (=bahasa asing). Selain itu penutur juga sulit membedakan antara pengertian dialek jika dibandingkan dengan variasi bahasa yang lain. Hal ini menimbulkan gejala bahwa bahasa daerah hampir punah karena telah tergantikan tergantikan dengan pemakaian bahasa kedua. Selain itu, gejala di atas diakibatkan diakibatkan pu pula
kare karena na
adan adanya ya
kelo elompo mpok
yang ang
berp erpendi endid dikan ikan
yang ang
diseb isebut ut
deng engan
2 dwibahasawan yang membawa variasi bahasa lain ke tengah-tengah bahasa daerah tersebut (Ayatrohaedi,1983:2). Berdasarkan Berdasarkan uraian tersebut, tersebut, ada tiga masalah utama yang menjadi penyebab adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang terjadi. Pertama, penutur kurang kurang memaha memahami mi dialek dialek itu sendir sendiri. i. Hal itu membua membuatt penutu penuturr menyal menyalaha ahartik rtikan an pen penge gerti rtian an dial dialek ek deng dengan an vari varias asii baha bahasa sa yang yang merek merekaa angg anggap ap sama sama. Kedu Kedua, a, munculnya kelompok yang berpendidikan yang disebut sebagai dwibahasawan yang membawa variasi bahasa lain. Dan yang ketiga , tentang perkembangan dialek yang makin memburuk yang mengakibatkan punahnya bahasa daerah ( dialek).
I.2. Rumusan Masalah
Makalah ini bermaksud untuk memecahkan tiga masalah ter sebut. Oleh karena itu, penulis akan menguraikan beberapa hal yang berhubungan dengan pemakaian dan perkembang perkembangan an dialek oleh penuturnya penuturnya.. Hal-hal Hal-hal tersebut tersebut adalah (1) apa pengertian pengertian dialek ? (2) apa faktor yang menyebabkan dialek berbeda dengan variasi bahasa yang lain? lain? (3) bagaim bagaimana ana perkem perkemban bangan gan dialek dialek?? (4) mengap mengapaa peran peran bahasa bahasa Indone Indonesia sia mempengaruhi bahasa daerah? (5) contoh implementasi dialek Banyumasan dalam kehidupan sekarang ini.
II. KAJIAN PUSTAKA II.1 Pengertian Dialek
Isti Istila lah h dial dialek ek yang yang bera berasa sall dari dari kata kata Yuna Yunani ni dialektos pada pada mulany mulanyaa dipergunakan di sana dalam hubungannya dengan keadaan bahasanya. Di Yunani terda terdapa patt perb perbed edaa aan-p n-perb erbed edaa aan n keci kecill di dala dalam m baha bahasa sa yang yang dipe diperg rgun unak akan an oleh oleh pendu pendukun kungny gnyaa masing masing-mas -masing ing,, tetapi tetapi sedemi sedemikia kian n jauh jauh hal tersebu tersebutt tidak tidak sampai sampai menyebabkan mereka merasa mempunyai bahasa yang berbeda (Meillet, 1976:69 dan Ayatrohaedi Ayatrohaedi,198 ,1983:1). 3:1).
Meillet Meillet menambahkan menambahkan pula ada dua ciri lain yang dimilik dimilikii
dialek, yaitu (1) dialek ialah seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda-beda, yang yang memi memili liki ki ciri ciri-c -cir irii
umum umum dan dan
masi masing ng-m -mas asin ing g
lebi lebih h
miri mirip p
sesa sesama many nyaa
dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama, dan (2) dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa. Chaurand dalam Ayatrohaedi yang mengutip kata-kata Claude Fauchet, dialek pada mulanya ialah mots de leur terroir ‘kata-kata di atas tanahnya’ (1972:149), yang di dalam perkembangannya kemudian menunjuk kepada suatu bahasa daerah yang
3 layak dipergunakan di dalam karya sastra, atau masih dipergunakan di dalam rujukan kepada bahasa abad pertengahan (1972:151). Berbed Berbedaa dengan dengan pendap pendapat at di atas atas Kunjan Kunjanaa Rahard Rahardii dalam dalam bukuny bukunyaa yang yang berjudul Dimensi(2006: 6:17 17), ), menj menjel elas aska kan n bahw bahwaa dial dialek ek Dimensi-dime dimensi nsi Kebahasa Kebahasaan an (200 menunj menunjuk uk pada pada varias variasii bahasa bahasa yang yang diguna digunakan kan kelomp kelompok ok sosial sosial tertent tertentu u dalam dalam konteks situasi pemakaian yang berbeda-beda. Hal ini menjadikan dialek dipelajari secara khusus dan lebih mendalam. Dialek (dari bahasa (dari bahasa Yunani διάλεκτος, dialektos ), adalah varian-varian varian-varian sebuah bahasa yang sama. Varian-varian Varian-varian ini berbeda berbeda satu sama lain, tetapi masih banyak menunjukkan kemiripan satu sama lain sehingga belum pantas disebut bahasa-bahasa yang berbeda ( id.wikipediaindondesia.org ). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian dialek adalah variasi bahas bahasaa yang yang diguna digunakan kan kelomp kelompok ok sosia sosiall tertent tertentu u yang yang diperg diperguna unakan kan oleh oleh suatu suatu masyarakat untuk membedakan dari masyarakat lain yang bertetangga. Selain itu, dialek merupakan padanan kata logat, lebih umum digunakan ilmu bahasa. Biasanya pemerian dialek adalah berdasarkan geografi, namun bisa berdasarkan faktor lain, misalkan faktor sosial.
II.2 Faktor Faktor yang Menyebabka Menyebabkan n Dialek Dialek Berbeda dengan dengan Variasi Bahasa Bahasa yang Lain.
Setiap ragam bahasa dipergunakan di suatu daerah tertentu, dan lambat laun terbent terbentukl uklah ah anasir anasir kebaha kebahasaan saan yang yang berbed berbeda-b a-beda eda pula, pula, seperti seperti dalam dalam lafal, lafal, tata tata bahasa, dan tata arti, dan setiap ragam mempergunakan salah satu bentuk khusus (Guiraud, 1970:11-12 dalam Ayatrohaedi,1983:3). Pada Pada tingka tingkatt dialek dialek,, perbed perbedaan aan tersebu tersebutt pada pada garis garis besarn besarnya ya dapat dapat dibagi dibagi menjadi lima macam. Kelima macam perbedaan itu adalah (Ayatrohaedi,1983:3) : 1). Perbedaan fonetik (Guiraud,1970:12), polimorfisme (Seguy,1973:6), atau alofonik (Dubois dkk,1973:21). Perbedaan ini berada di bidang fonologi, dan biasanya si pemakai dialek atau bahasa yang bersangkutan tidak menyadari adanya perbedaan tersebut. 2). Perbed Perbedaan aan semantik , yait yaitu u deng dengan an terci tercipt ptan anya ya kata kata-ka -kata ta baru baru,, berd berdas asark arkan an perubahan fonologi dan geseran bentuk. Dalam peristiwa tersebut biasanya juga terjadi geseran makna kata itu. Geseran tersebut bertalian dengan corak, yaitu:
4 a.
Pember Pemberian ian nama nama yang yang berbeda berbeda untuk untuk yang diberi diberi lambang lambang yang yang sama di beber beberapa apa tempat tempat yang yang berbed berbeda, a, seperti seperti turi dan turuy ’tur ’turi’ i’ (Sesbania
grandilflora Pers., Agati grandiflora Desv .). b. Pemberian nama yang sama sama untuk hal yang berbeda di beberapa tempat yang yang berbeda. Misalnya calingcing untuk ’calingcing’ ( Oxalis corrniculata Linn., .). O. Javanica BI .). 3). Perbedaan onomasiologis yang menunjukkan nama yang berbeda berdasarkan satu satu konsep konsep yang yang diberik diberikan an di beberap beberapaa tempat tempat yang yang berbed berbedaa (Guira (Guiraud, ud, 1970:16). 4). Perbe rbedaan semasiologis
yang yang meru merupa paka kan n
keba kebali lika kan n
dari dari
perb perbed edaa aan n
onomasiologis, yaitu pemberian nama yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda (Guiraud, 1970:17-18). 5). Perbed Perbedaan aan morfol morfologi ogis, s, yang yang dibatas dibatasii oleh oleh adanya adanya sistem sistem tata tata bahasa bahasa yang yang ber bersa sang ngku kuta tan, n,
oleh oleh
frek frekue uens nsii
morf morfem em-m -mor orfe fem m
yang yang
berb berbed eda, a,
oleh oleh
kegunaannya yang berkerabat, oleh wujud fonetisnya, oleh daya rasanya, dan oleh sejumlah faktor lainnya lagi (Guiraud,1970). Semua Semua hal terseb tersebut ut menunj menunjang ang pemaha pemahaman man lahirn lahirnya ya suatu suatu inovas inovasi. i. Oleh Oleh karena karena itu, itu, di dalam dalam inovas inovasii bahasa bahasa,, harusl haruslah ah dibeda dibedakan kan adanya adanya dua tahap, tahap, yaitu yaitu penciptaan yang sifatnya perorangan, dan penerimaan oleh masyarakat bahasa yang merupakan suatu kenyataan sosial (Jaberg, 1936:79 dalam Ayatrohaedi, 1983:5). Dalam Dalam buku bukuny nyaa Ayatr Ayatroh ohae aedi di yang yang meng mengut utip ip dari dari Guir Guirau aud, d, baik baik fakt faktor or keba kebaha hasa saan an maup maupun un fakto faktorr luar luar baha bahasa sa sang sangat at mene menent ntuk ukan an pert pertum umbu buha han n dan dan perkembangan dialek. Keadaan alam, misalnya, mempengaruhi tuang gerak penduduk setempat, setempat, baik dalam mempermudah mempermudah penduduk penduduk berkomuni berkomunikasi kasi dengan dengan dunia dunia luar maupun mengurangi adanya kemungkinan itu (Guiraud, 1970:23). Sejalan dengan adanya batasan alam itu, dapat dilihat pula adanya batas-batas politik yang menjadi salah satu sarana terjadinya pertukaran bahasa. Demikian pula halnya dengan ekonomi, cara hidup dan sebagainya, tercermin pula di dalam dialek yang bersangkutan (Guiraud,1970). Di samping itu, terjadinya ragam-ragam dialek itu terutama terutama diseba disebabka bkan n oleh oleh adanya adanya hubun hubungan gan dan keungg keunggula ulan n bhasa-b bhasa-baha ahasa sa yang yang terbawa ketika terjadi perpindahan penduduk, penyerbuan, atau penjajahan (Guiraud, 1970:24). Kunj Kunjan anaa Raha Rahard rdii (200 (2006 6 : 17) 17) mena menamb mbah ahka kan n soso sosok k vari varias asii baha bahasa sa itu itu dibedakan berdasarkan pemakaian atau penggunaannya. Faktor tempat atau lokasi,
5 misa misaln lnya ya saja saja,, akan akan dapa dapatt mela melahi hirk rkan an dial dialek ek temp tempat at,, loka lokasi si,, atau atau regi region onal al ( geograp ). Fakt Faktor or perp perpin inda daha han n pend pendud uduk uk dan dan peru peruba baha han n loka lokasi si geograpicha ichall dialect dialect pemukiman juga dapat menjadi penyebab hadirnya dialek tempat atau regional ini. Perbedaan dalam waktu pemakaian terhadap variasi bahasa tertentu akan melahirkan dialek waktu atau temporal. temporal. Perbedaan dalam hal status status atau kelas sosial akan dapat melahirkan dialek kelas sosial atau dialek sosial. Perbedaan dalam pekerjaan atau profesi dapat juga melahirkan sosok dialek bahasa yang berbeda, tergantung dari kekhas kekhasan an proses prosesii yang yang dimilk dimilkiny inya. a. Kekhas Kekhasan an dalam dalam cara berbah berbahasa asa yang yang sesuai sesuai dengan profesi seseorang itulah yang kemudian melahirkan dialek profesi. Berkaitan Berkaitan dengan dengan ini, dialek profesi profesi negatifnya negatifnya seorang pencuri, pencuri, pencopet, pencopet, peram perampok pok,, dan penjah penjahat at akan akan berbed berbedaa dengan dengan dialek dialek profesi profesi positi positifny fnyaa seoran seorang g manajer manajer institusi institusi dan seorang sekretaris sekretaris di perusahaan-p perusahaan-perusah erusahaan. aan. Dialek profesi dalam pengertian yang negatif seperti dicontohkan di depan dalam linguistik disebut dengan istilah argot . Selain berkonotasi negatif, sosok argot itu juga menunjuk pada variasi variasi bahasa bahasa rahasia rahasia dan kasar. Dengan kekhasan ciri yang demikian, demikian, hanya hanya warga kelompok yang memiliki profesi sama sajalah dapat menerima dan memahaminya. Variasi bahasa dalam pengertian positif, karena didasarkan pada perhatian, minat, keprihatinan, keinginan, cara kerja, dan cita-cita sama, biasanya melahirkan wujud dialek lain yang lazim disebut jargon. Jargon-jargon bahasa dengan sendirinya menunjuk kepada variasi yang dipakai sekelompok orang tertentu dalam profesi sama, untuk menyebut konsep, sikap, dan perbuatan yang membedakannya dengan profesi lain. Lalu, orang biasanya memang senang berakrab-akrab dan bercanda ria dengan sesama rekan yang memiliki dialek sama. Orang juga serasa gampang bergurau dan berkelakar dengan orang yang berdialek sama. Hal ini disebabkan oleh kenyataan behwa dialek bahasa itu berfungsi sebagai penanda solidaritas atau kesetiakawanan antarsesama warga masyarakat pemiliknya. Dengan merasa setiakawan dan solider dengan sesamanya itu, orang merasa memiliki suka duka dan nasib yang sama dengan rekannya. Mereka juga merasa hidup dan senantiasa terus berkembang, dalam wadah variasi bahasa yang sama. Oleh karena itulah, orang sering merasa akrab dan berelasi dekat dengan sesama di dalam kelompoknya.
6 III. PEMBAHASAN III.1 Bagaimana perkembangan dialek dalam kehidupan sehari-hari ?
Dalam dunia modern ini, banyak sekali orang mempelajari bahasa lain, baik sebagai bahasa kedua (secara urutan atau secara sosiolinguistik) atau bahasa asing. Hal ini menghasilkan ragam-ragam bahasa (dialek) yang lain dari dialek penutur asli. Dialek-dialek sebagai bahasa kedua atau bahasa asing sedikit banyak dipengaruhi dan siwa siwarn rnai ai oleh oleh baha bahasa sa pert pertam amaa (=bah (=bahas asaa asli asli)) dari dari penu penutu tur-p r-pen entu turu runy nya. a. Dial Dialek ek semacam ini kita sebut ”ragam bukan asli” ( nonnactive variety ). Kalau kita kaji ragam bah bahas asaa
dem demikia ikian, n,
kita ita
akan akan melih elihat at
bahwa ahwa
sela selain in dari dari
peng engaru aruh
unsur nsur--
unsur/struktur/fonologi bahasa pertama penutur, nyata sekali bahwa di antara penutur ragam bukan asli ini terdapat suatu ketidakseragaman (=fluktuasi) yang jauh lebih banya banyak k dan lebih lebih besar besar daripa daripada da perbed perbedaan aan-per -perbed bedaan aan yang yang lazim lazim antara antara dialek dialek penutur-penutur asli (Nababan,1984:20). Menurut Menurut Ayatrohaedi Ayatrohaedi dalam bukunya bukunya Dialektologi (1983:7-9), mengatakan bahwa perkembangan dialek dapat menuju kepada dua arah, yaitu menjadi lebih luas daerah pakainya dan bahkan mungkin menjadi bahasa baku, atau malah dapat lenyap. Baik perkembangannya yang membaik maupun yang memburuk, semuanya itu selalu kembali kepada faktor-faktor penunjangnya, apakah itu faktor kebahasaan ataukan faktor luar bahasa. a. Perk Perkem emba bang ngan an Memb Membai aik k Jika misalnya Bahasa Sunda (BS) kota Bandung dijadikan dasar untuk menjadi basa sakola ’bahasa sekolah’ yang kemudian dianggap sebagai basa Sunda lulugu ’bahasa Sunda baku’ (BSL), hal tersebut didasarkan kepada baik faktor-faktor obyektif maupun faktor-faktor subyektif. Secara obyekt obyektif if memang memang harus harus diakui diakui bahwa bahwa BS kota kota Bandun Bandung g member memberika ikan n kemungkinan lebih besar untuk dijadikan basa sakola dan kemungkinan seba sebaga gaii BSL. BSL. Tetap Tetapii peno penoba bata tan n itu itu buka bukann nnya ya tida tidak k meni menimb mbul ulka kan n persoalan, suatu hal yang tidak dihadapi oleh bahasa Jawa (BJ), misalnya. Seba Sebaga gaim iman anaa dike diketa tahu hui, i, pemb pembak akua uan n BJ dida didasa sark rkan an kepa kepada da BJ kota kota Surakarta, Surakarta, terutama terutama yang dipergunakan dipergunakan di lingkungan lingkungan keraton. Karena masyarakat menganggap bahwa di samping sebagai pusat kegiatan politik dan
peme pemeri rin ntah tahan, an,
kerat erato on
jug juga
berp berper eran an
seb sebagai agai
pemel emelih ihar araa
perkembangan kebudayaan (termasuk bahasa), maka diterimanya BJ kota Suraka Surakarta rta menjad menjadii bahasa bahasa baku baku BJ tidak tidak sukar. sukar. Jadi Jadi dengan dengan demiki demikian an
7 ternyata ternyata bahwa faktor-faktor faktor-faktor luar bahasa bahasa itu pun akan sangat menentukan menentukan perke perkemba mbanga ngan n dialek dialek,, dalam dalam hal ini pening peningkat katan an dan penoba penobatan tannya nya menjadi bahasa baku dari bahasa yang bersangkutan.
b. b. Perk Perkem emba bang ngan an Mem Membu buru ruk k Pada Pada taraf taraf bahasa bahasa daerah daerah,, penger pengertia tian n perkem perkemban bangan gan membur memburuk uk ini dapat diterapkan kepada kepada perkembangan yang dialami oleh bahasa-bahasa daerah, daerah, terutama terutama yang jumlah pemakaiannya pemakaiannya sedikit sedikit dan diancam bahaya bahaya kepunahan. Perkembangan memburuk ini disebabkan oleh berbagai faktor yang yang pada pada umumny umumnyaa berupa berupa faktor faktor luar luar bahasa bahasa.. Faktor Faktor-fa -fakto ktorr tersebu tersebutt adalah sebagai berikut: Susupan bahasa kebangsaan kepada bahasa daerah, dan susupan bahasa kebangsaan
dan
bahasa
baku
bahasa asa
daer aerah
ke
dalam
dialek
(Nauton,19 (Nauton,1963:39 63:39 dalam Ayatrohaedi, Ayatrohaedi,1983 1983:8). :8). Susupan Susupan itu dapat terjadi terjadi melalui berbagai saluran, baik resmi maupun tidak resmi. Saluran-saluran yang dapat dipergunakan untuk melakukan susupan tersebut ialah sebagai berikut: a. Sekolah atau lembaga pendidikan (Nauton,1963). Di kota-kota besar besar ada kecend kecenderu erunga ngan n untuk untuk menjad menjadii bahasa bahasa Indone Indonesia sia (BI) (BI) sebagai satu-satunya bahasa pengantar di kelas satu sekolah dasar. Hal itu mengak mengakiba ibatkan tkan terkacau terkacaunya nya perhat perhatian ian anak-an anak-anak ak yang yang sedang berada pada taraf awal belajar bahasa ibu mereka yang dipergunakan dalam pergaulan sehari-hari dan bahasa baru yang dite diterim riman anya ya di seko sekola lah. h. Pada Pada ting tingka katt dial dialek ek,, kead keadaa aan n tida tidak k demikian terasa mengacaukan karena dialek mereka dengan bahasa baku bahasa daerahnya yang diajarkan di sekolah pada dasarnya merupakan satu bahasa yang sama.
b. Saluran budaya (Nauton, 1963:42). Susupan melalui saluran bud buday ayaa ini ini terj terjad adii anta antara ra lain lain oleh oleh adan adanya ya sura suratt kaba kabar, r, radio radio,, televisi, buku, majalah, dan film. Pada taraf bahasa daerah, tdak adan adanya ya acara acara siara siaran n baha bahasa sa daera daerah h pada pada tele televi visi si,, misa misaln lnya ya,, meru erupak pakan sala salah h meng mengha haru rusk skan an
satu atu
mere mereka ka
fakt fakto or
yan yang
mend menden enga gar, r,
secar ecaraa meco mecoba ba
tid tidak lan langsu gsung meng menger erti ti,,
dan dan
8 mena menafs fsir irka kan n BI itu itu deng dengan an kema kemamp mpua uan n yang yang merek merekaa mili miliki ki.. Demi Demiki kian an
pula pula
haln halnya ya
deng dengan an
unda undang ng-u -und ndan ang, g,
pera peratu tura ran n
pem pemer erin intah tah,, dan dan pera peratu tura ran-p n-pera eratu turan ran lain lain yang yang selal selalu u hany hanyaa memper mempergun gunaka akan n BI. Walaup Walaupun un buku, buku, majala majalah, h, radio, radio, dan surat surat kabar masih ada yang mempergunakan bahasa daerah, dapat dilihat bahwa bahasa daerah yang dipergunakan sebenarnya telah banyak seka sekali li terk terken enaa peng pengaru aruh h BI, BI, dan dan bahk bahkan an baha bahasa sa asin asing. g. Untu Untuk k ting tingka katt dial dialek ek itu itu bera berart rtii bahw bahwaa pada pada saat saat yang yang sama sama mere mereka ka terkena dua pengaruh sekaligus, yaitu pengaruh dari bahasa baku bahasa daerahnya dan pengaruh dari BI dan bahasa asing.
c. Faktor sosial (Nauton, 1963:43). Tidak dapat dipungkiri bahwa maki makin n baik baikny nyaa kead keadaa aan n juga juga meru merupa paka kan n fakt faktor or penu penunj njan ang g membaiknya taraf sosial masyarakat. Dengan bertambha baiknya taraf sosial, maka kemungkinan memperoleh pendidikan yang lebih baik, baik, dan memper memperole oleh h kedudu kedudukan kan yang yang lebih lebih baik baik pun pun menjad menjadii lebih lebih terbuka terbuka pula. pula. Dengan Dengan terbuk terbukany anyaa kesemp kesempatan atan itu, itu, banyak banyak warg wargaa
masy masyar arak akat at
yang yang beru berusa saha ha dan dan
menc mencap apai ainy nya. a.
Pada Pada
umumnya, untuk semua itu, mereka harus meninggalkan kampung halamannya, pergi ke kota yang lebih besar sesuai dengan taraf yang hendak mereka capai. Di sana mereka harus hidup dalam lingkungan lingkungan berbeda berbeda dengan dengan lingkunan lingkunan di kampungn kampungnya ya masingmasingmasing. Sebagai hasil akhirnya, kalau pun ada di antara mereka yang kembali ke kampung, biasanya mereka tetap mempertahankan cara hidup yang pernah mereka peroleh selama di rantau. Pada tarf bah bahas asaa
daer daerah ah,,
mere mereka ka
memp memper erli liha hatk tkan an
peng pengar aruh uh
baha bahasa sa
kebangsaan dan bahasa asing dalam tuturan mereka. Pada tingkat dialek dialek,, mereka mereka akan akan tetap tetap memper mempergun gunaka akan n bahasa bahasa baku baku karena karena sekarang mereka sadar bahwa dialeknya tidak sebaik bahasa baku.
Perk Perkem emba bang ngan an dial dialek ek ini ini juga juga dipe dipeng ngaru aruhi hi juga juga oleh oleh kelo kelomp mpok ok yang yang berpendidikan yang disebut sebagai dwibahasawan. Mereka mempergunakan koine , yaitu ungkapan-ungkapan ”bahasa baku” sebagai bahasa budaya, dan dialek sebagai baha praja. Koine mereka pegunakan di antara sesama mereka, dan dialek mereka
9 pergunakan jika berkomunikasi dengan penduduk setempat, petani, dan kelompok sederhana lainnya. Sementara itu, penduduk sendiri adalah ekabahasawan. Pada tahap ber berik ikut utny nya, a,
masy masyar arak akat at
berp berpen endi didi dika kan n
itu itu
menj menjad adii
ekab ekabah ahas asaw awan an..
Mere Mereka ka
menghindarkan pemakaian dialek yang sementara itu juga sudah kehilangan dasardasar kaidahnya. Sejalan dengan itu, maka penduduk berubah menjadi dwibahasawan, yang mula-mula mula-mula tentu belum memenuhi memenuhi semua persyaratan persyaratan bahasa baku tersebut, tersebut, terga tergant ntun ung g kepa kepada da tara taraff pend pendid idik ikan an mere mereka ka,, dan dan di samp sampin ing g itu itu mere mereka ka teta tetap p memper mempergun gunaka akan n dialek dialek di antara antara sesama sesama mereka mereka saja saja (Guira (Guiraud, ud,197 1970:7 0:7-8 -8 dalam dalam Ayatrohaedi). Semu Semuaa hal hal itu itu pada pada gari gariss besa besarn rnya ya memp memper erlih lihat atka kan n gejal gejalaa yang yang sama sama:: memburuknya bahasa daerah ata dialek, dan kemungkinan lenyap (Nauton, 1963:44). Pada tingkat bahasa daerah, maka bahasa daerah yang jumlah pemakaiannya sedikit, yang umumnya terdapat di tempat-tempa tempat-tempatt yang terpencil, merupakan bahasa-bahasa bahasa-bahasa daerah yang besar sekali kemungkinannya akan segera lenyap, tetapi pada tingkat dialek, yang paling besar kemungkinannya untuk pertama kali hilang justru dialek di kotakota-ko kota ta.. Hal ini ini dise diseba babk bkan an oleh oleh sent sentuh uhan an deng dengan an baha bahasa sa baku baku dan dan baha bahasa sa kebangsaan di kota-kota tersebut dan jauh lebih besar dan sering terjadi dibandingkan dengan dialek di tempat-tempat terpencil. Pada saat yang bersamaan itu, dialek-dialek di daerah pedesaan mengalami perkembangan yang suram (Nauton, 1963:46).
III.2 Mengapa peran bahasa Indonesia sangat mempengaruhi bahasa daerah?
Kenyataan di Indonesia menunjukkan bahwa sedemikian jauh pengaruh yang berasal dari BI sebagai bahasa kebangsaan ke dalam bahasa daerah di Indonesia pada umumny umumnyaa jauh jauh lebih lebih besar besar diband dibanding ingkan kan dengan dengan pengar pengaruh uh sebali sebalikny knya. a. Hal itu tentulah antara lain disebabkan oleh kedudukan BI itu sendiri, baik sebagai bahasa bahas bahasaa kebang kebangsaan saan maupun maupun sebaga sebagaii bahasa bahasa negara. negara. Kedua Kedua kedudu kedudukan kan itu, itu, tidak tidak dimiliki oleh bahasa daerah mana pun yang terdapat di Indonesia sehingga dengan demikian demikian jelas bahwa BI mempunyai mempunyai kelebihan dibandingkan dibandingkan dengan bahasa daerah (Ayatrohaedi, 1983:10). Di dalam kedudukannya, bahasa Indonesia adalah bahasa resmi pemerintahan, pemerintahan, bahasa bahasa pengantar pengantar di dalam dunia pendidikan, pendidikan, alat perhubungan perhubungan pada tingkat nasional, serta alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi (Halim, 1980, 17 dalam Ummi, 1999). Kelebihan-ke Kelebihan-kelebih lebihan an tersebut tersebut tentu saja menyebabk menyebabkan an hampir hampir semua semua orang berusaha menguasai BI dengan lancar, bahkan kadang-kadang tidak jarang sementara
10 itu sambli mengorbankan bahasa daerahnya sendiri. Kenyataan lain adalah bahwa BI maupun bahasa daerah yang ada di Indonesia yang pada dasarnya termasuk ke dalam satu rumpun bahasa yang sama – kecuali bahasa-bahasa di Irian Jaya – menyebabkan proses pemengaruhan itu akan lebih cepat terjadi. Kesamaan sistem dan juga struktur di antara bahasa-bahasa bahasa-bahasa tersebut tersebut menyebabka menyebabkan n pemengaruh pemengaruhan an itu seringkali seringkali tidak terasa sebagai seseuatu yang dipaksakan. Artinya, kemungkinan diterima diterima jauh lebih besar besar diband dibanding ingkan kan dengan dengan jika jika bahasa bahasa-ba -bahas hasaa yang yang saling saling bersen bersentuh tuhan an itu tidak tidak memiliki sistem dan struktur yang sama. Kalau bahasa Belanda di Belgia sampai sekarang dapat dikatakan masih cukup utuh dan tangguh bertahan, maka hal itu justru diseba disebabka bkan n teruta terutama ma oleh oleh adany adanyaa perbed perbedaan aan sistem sistem dan strukt struktur ur antara antara bahasa bahasa Nelanda di sana dan bahasa Perancis yang dianggap memiliki kedudukan sosial yang lebih tinggi. Jadi, bagaimana nasib dialek di masa depan, jawabannya tergantung kepada sifat perkembangannya selama ini.
III.3 Bagaimana implementasi dialek Banyumasan di masa sekarang?
Bahasa Bahasa Banyum Banyumasa asan n yang yang sering sering disebu disebutt dengan dengan istila istilah h ”ngapa ”ngapak-n k-ngap gapak” ak” merupakan aset budaya Jawa yang memiliki peluang besar untuk dilestarikan baik melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal. Namun, fenomena yang kita lihat pada pada era kini kini adalah adalah menuru menurunny nnyaa minat minat masyar masyaraka akatt dalam dalam penggu penggunaa naan n bahasa bahasa Banyumasan. Dialek Banyumasan dianggap sebagai bahasa kuno yang tidak populer. Padaha Padahall tiap tiap person personal al masyar masyaraka akatt Banyum Banyumas as sendir sendirila ilah h yang yang memili memiliki ki tanggu tanggung ng jawab dalam pelestarian dialek lokal tersebut. Dialek Banyumas Banyumas memiliki memiliki kekhususa kekhususan-kek n-kekhusu hususan san linguistik linguistik yang tidak dimiliki dimiliki oleh bahasa Jawa standar. Keunggulan Keunggulan itu misalnya misalnya dialek dialek dapat menutup kata-katanya dengan bunyi bersuara dan tidak bersuara. Misalnya sendok, endog, angop, angop, abab, abab, dsb. dsb. Di wilaya wilayah h sebaran sebaran kebuda kebudayaa yaan n Banyum Banyumas as selain selain berkem berkemban bang g bahasa Jawa baku—sering disebut dengan istilah bahasa bandhek —juga berkembang bahasa Jawa dialek Banyumas atau bahasa Banyumasan. Bagi masyarakat di daerah ini, bahasa Banyumasan merupakan bahasa ibu yang hadir sebagai sarana komunikasi sehari-hari. Bahasa Banyumasan diyakini sebagai peninggalan dari bahasa Jawa lama (bahas (bahasaa Jawa Jawa Kuno Kuno dan Tengah Tengahan) an) yang yang masih masih bisa bisa dijump dijumpai ai hingga hingga sekaran sekarang g (Ahmad Tohari,1999). Dengan demikian bahasa Banyumasan dapat digunakan untuk mengintip pertumbuhan bahasa Jawa lama yang berkembang sebelum lahirnya bahasa Jawa baru.
11 Bahasa Bahasa Banyum Banyumasa asan n memili memiliki ki spesif spesifika ikasi si dan/at dan/atau au ciri-ci ciri-ciri ri khusus khusus yang yang dapat dapat dibedakan dengan bahasa Jawa baru (standar). Beberapa ciri khusus tersebut antara lain: (1). berkembang secara lokal hanya di wilayah sebaran kebudayaan Banyumas (2). memiliki karakter lugu dan terbuka (3). tidak terdapat banyak gradasi unggah-ungguh (4). digunakan sebagai bahasa ibu oleh sebagian besar masyarakat Banyumas (5). mendapat pengaruh bahasa Jawa kuno, Jawa tengahan, dan bahasa Sunda (6).pengucapan konsonan di akhir kata dibaca dengan jelas (selanjutnya sering disebut ngapak-ngapak) (7).pe (7).pengu ngucap capan an vokal vokal a, i, u, e, o dibaca dibaca dengan dengan jelas jelas (Yusma (Yusmanto nto,, 2004-a 2004-a dalam dalam Ummi, 1999).
Jawa dialek Banyumas terbagi setidaknya menjadi sub dialek, yaitu sub dialek wetan kali (sisi timur sungai) dan sub dialek kulon kali (sisi barat sungai). sungai). Sungai Sungai yang dimaksud disini adalah sungai Serayu. Sub dialek wetan kali merupakan dialek Banyumasan yang cenderung dekat dengan bahasa Jawa standar yang dikembangkan di wilayah Negarigung. Sedangkan dialek kulon kali cenderung dekat dengan bahasa Sunda. Fakta yang paling mudah ditemukan adalah nama-nama desa. Di sisi barat sungai Serayu terdapat begitu banyak desa atau tempat-tempat yang didahului kata “ci” yang dalam bahasa Sunda berarti sungai, seperti Cilongok, Cingebul, Cilacap, Cionje dan lain-lain. Ini berbeda dengan desa-desa atau tempat-tempat di sebelah timur sungai Serayu yang lebih njawani, seperti Karangsalam, Karangrau, Purwareja, Wirasa Wirasaba, ba, Somage Somagede de dan lain-la lain-lain. in. Kenyat Kenyataan aan demiki demikian an tidak tidak dapat dapat disang disangkal kal meskipun meskipun nama-nama njawani njawani berkembang berkembang lebih meluas meluas hingga hingga sisi barat sungai sungai Seray Serayu. u. Semu Semuaa itu itu terja terjadi di karen karenaa sung sungai ai Sera Serayu yu telah telah menj menjad adii batas batas terak terakhi hir r perkembangan kebudayaan Sunda, sementara persebaran kebudayaan Jawa merambah hingga perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Lebih dari itu pada tingkat kelompok-kelompok kecil ternyata juga terdapat perbedaan-perbedaan sub dialek yang tercermin pada pilihan kosa kata, intonasi, dan gaya bahasa. Di wilayah kulon kali, terdapat banyak sub dialek seperti yang terdapat di wilaya wilayah h Kaliba Kalibagor gor hingga hingga Purwok Purwokert erto o yang yang berbed berbedaa dengan dengan Karang Karanglewa lewass dan Cilo Cilong ngok ok.. Hal Hal ini ini berb berbed edaa deng dengan an yang yang terd terdap apat at di Ajib Ajibara arang ng hing hingga ga Lumb Lumbir. ir. Semakin ke arah barat, semakin kental pula warna Sundanya. Namun justru ada
12 kekhususan, di daerah Wanareja dan sekitarnya justru banyak digunakan bahasa Jawa (standar) ar) untuk untuk komuni komunikas kasii sehari sehari-har -hari. i. Hal terseb tersebut ut terjad terjadii karena karena di bandhek (stand wilayah Wanareja dihuni oleh orang-orang dari Wetan (wilayah Blora, Pati, Klaten dan lainnya) bekas narapidana Nusakambangan pada masa penjajahan Belanda yang tidak pulang ke daerahnya. Artinya, sejak lama di wilayah Wanareja justru telah dihuni dihuni oleh masyarakat masyarakat multietnis multietnis yang memungkinkan memungkinkan terciptanya terciptanya sub kebudayaan kebudayaan tersendiri di dalam konteks kebudayaan Banyumas secara keseluruhan. Dari Dari faktafakta-fa fakt ktaa di atas atas kita kita dapa dapatt meny menyim impu pulk lkan an bahw bahwaa kebu kebuda daya yaan an Bany Banyum umas as dibe dibent ntuk uk dari dari kebu kebuda daya yaan an yang yang hete hetero roge gen. n. Iden Identi tita tass kebu kebuda daya yaan an Banyum Banyumas as justru justru dibang dibangun un dari dari berbag berbagai ai komuni komunitas tas masyar masyaraka akatt yang yang terdiri terdiri dari dari kelompok-kelompok kecil di wilayah Banyumas. Hal ini sangat bisa dipahami karena pad padaa dasa dasarn rnya ya iden identi titas tas buda budaya ya diba dibang ngun un oleh oleh indi indivi vidu du-in -indi divi vidu du seja sejauh uh dia dia dipengaruhi oleh tanggung jawabnya terhadap sebuah kelompok atau kebudayaan (Wikip (Wikipedia edia,20 ,2006) 06).. Karakt Karakter er indivi individu du memilik memilikii perana peranan n yang yang cukup cukup besar besar di sini. sini. Karakteristik individu berakar pada identitas dasar yang dibawa semenjak lahir dan merupa merupakan kan suatu suatu anuger anugerah ah yang yang tidak tidak bisa bisa dihind dihindari. ari. Identi Identitas tas dasar dasar itulah itulah yang yang kemudi kemudian an memben membentuk tuk “keak “keakuan uan”” dan membed membedaka akanny nnyaa dengan dengan yang yang lain lain (Ubid (Ubid Abdill Abdillah ah S., 2002: 2002:12 12 dalam dalam Ummi, Ummi, 1999). 1999). Karakt Karakteris eristik tik indivi individu du pada pada orang orang per oran orang g yang yang mend mendia iami mi wila wilaya yah h Bany Banyum umas as kemu kemudi dian an disa disatu tuka kan n oleh oleh peras perasaan aan kebersamaan. Perasaan kebersamaan diwujudkan melalui berbagai cara dan ekspresi seperti yang tampak pada bahasa dan kesenian-kesenian tertentu yang berkembang meluas di seantero Banyumas. Bahwa bahasa dialek Banyumasan dengan sub-sub dialeknya merupakan merupakan ekspresi ekspresi perasaan perasaan kebersamaan kebersamaan kaum panginyongan (Ahmad (Ahmad Tohari, Tohari, 2006) di tengah hegemoni kebudayaan kraton Jawa. Adanya perasaan kebersamaan ini ini
kemu kemudi dian an
terb terben entu tuk k
suat suatu u
Menu Menuru runn nnya ya pele pelest star aria ian n
sist sistem em
kebu kebuda daya yaan an;;
kebu kebuda daya yaan an
Bany Banyum umas as..
dial dialek ek bany banyum umas asan an deng dengan an kata kata lain lain dapa dapatt
diindikasi diindikasikan kan terjadi terjadi adanya adanya degradasi degradasi perasaan perasaan kebersamaan kebersamaan yang telah menjadi menjadi sebuah tali pengikat. Menurut kajian teori dan analisis sosiolinguistik, ada berbagai sebab sebab atau atau alasan alasan mengap mengapaa suatu suatu bahasa bahasa punah punah atau tidak tidak diguna digunakan kan lagi lagi oleh oleh penutur-pen penutur-penuturn uturnya. ya. Satu diantaranya diantaranya adalah adanya dominasi dominasi bahasa bahasa atau dialek yang yang lebih lebih besar besar baik baik secara secara demogr demografis afis,, ekonom ekonomis, is, sosial sosial,, atau atau politi politis. s. Dalam Dalam konteks kasus bahasa banyumasan, selain bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, tekan tekanan an dari dari baha bahasa sa Jawa Jawa juga juga meru merupa paka kan n sala salah h satu satu fakto faktorn rnya ya.. Bany Banyum umas asan an
13 merupakan subbahasa yang kemudian mendapatkan pengaruh dari berbagai dialek dise diseki kitar tarny nyaa sepe sepert rtii telah telah diur diurai aika kan n diat diatas as meng mengen enai ai adan adanya ya subsub-su sub b dial dialek ek Banyumasan. Peme Pemert rtah ahan anan an
baha bahasa sa
Bany Banyum umas as
dapa dapatt
dila dilaku kuka kan n
mela melalu luii
kebi kebija jaka kan n
pem pembi bina naan an baha bahasa sa Jawa Jawa yang yang memb member erii pelu peluan ang g sebe sebesa sar-b r-bes esar arny nyaa bagi bagi para para penuturnya untuk menggunakan dialek Banyumasan sehingga dialek ini bisa menjadi alat alat komu komuni nika kasi si yang yang utam utamaa di ling lingku kuna nan n kelu keluar arga ga dan dan masy masyar arak akat at dala dalam m mengem mengemban bangka gkan n budaya budaya lokaln lokalnya. ya. Hal yang yang tidak tidak kalah kalah pentin penting g dalam dalam sebuah sebuah pemel pemeliha iharaan raan sebuah sebuah bahasa bahasa adalah adalah pemben pembentuk tukan an linguis linguistic tic pride pride (kebanggaan ber berba baha hasa sa)) yait yaitu u penu penumb mbuh uhan an rasa rasa bang bangga ga dala dalam m diri diri penu penutu tur-p r-pen enut utur ur dial dialek ek Banyumasan untuk menggunakan bahasanya. Kadar Kadar kebang kebanggaa gaan n berdia berdialek lek Banyum Banyumas as apabil apabilaa diukur diukur di era kini,d kini,dapa apatt dikatakan dikatakan mengalami mengalami kecenderung kecenderungan an menurun. menurun. Banyak Banyak yang berpendapat berpendapat bahwa pengajaran bahasa Banyumas justru akan mengganggu usaha anak dalam menguasai bahasa Indonesia. Sebagai akibatnya generasi muda tidak lagi mahir menggunakan bahas bahasaa ibunya ibunya,, atau karena karena presti prestise se berali beralih h ke bahasa bahasa jawa jawa standa standar, r, dialek dialek SoloSoloYogya. Pandangan ini sangat keliru. Sampai sejauh ini belum ada bukti yang manguatkan bahwa pembelajaran dua bahasa atau lebih dapat menimbulkan gangguan. Pada dasarnya setiap orang juga memili memiliki ki kemamp kemampuan uan mengua menguasai sai bahasa bahasa pertam pertamaa dan bahasa bahasa lain setelah setelah bahas bahas pertam pertama. a. OrangOrang-ora orang ng biling bilingual ual - yang yang mengua menguasai sai lebih lebih dari dari satu satu bahasa bahasa - justru justru memiliki memiliki banyak keuntungan. keuntungan. Mereka dapat melihat sesuatu dengan dengan sudut pandang pandang yang yang berb berbed eda, a, bahk bahkan an bert berten enta tang ngan an sehi sehing ngga ga dapa dapatt lebi lebih h toler toleran an meng mengha hada dapi pi perbedaan-perbedaan yang muncul. Jadi dalam pembelajaran bahasa, kita tak bisa menerapkan sikap yang “hitam putih” bahwa munculnya satu bahasa akan mendominasi bahasa lain. Hal yang perlu ditekankan ditekankan adalah positioning dari dari penggu penggunaa naan n bahasa bahasa terseb tersebut. ut. Belaja Belajarr bahasa bahasa Banyumas bukan berarti kemudian kita lupa terhadap bahasa Indonesia dan dalam kesehariannya full Banyumasa Banyumasan. n. Namun sebagai kebanggaan kebanggaan serta komunikas komunikasii antar penduduk lokal, penggunaan dialek Banyumasan merupakan taste tersendiri tersendiri dalam sebuah interaksi.
14
III. PENUTUP Iktisar
Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan kelompok sosial tertentu dalam kontek kontekss situas situasii pemaka pemakaian ian yang yang berbed berbeda-be a-beda. da. Faktor Faktor yang yang menyeb menyebabk abkan an dialek dialek berbe berbeda da dengan dengan varias variasii bahasa bahasa yang yang lain lain antara antara lain diseba disebabka bkan n oleh: oleh: perbed perbedaan aan fonologi, morfologi, fonetik, semantik, semasiologis,onomasiologis. Selain itu, faktor tempat atau lokasi, faktor perpindahan penduduk dan perubahan lokasi pemukiman, perbe perbedaa daan n dalam dalam hal status status,, perbed perbedaan aan dalam dalam pekerj pekerjaan aan juga juga termas termasuk uk penyeb penyebab ab perbedaan dialek dengan variasi bahasa yang lain. Perkembangan dialek dalam kehidupan sehari-hari pada masa kini mencapai dua perkembanga perkembangan, n, yaitu perkembangan perkembangan membaik membaik dan memburuk. memburuk. Perkembanga Perkembangan n dialek yang membaik dilatarbelakangi dengan memakai dialek sebagai bahasa yang diakui diakui di daerah daerahnya nya.. Sedang Sedangkan kan perkem perkemban bangan gan membur memburuk uk dilata dilatarbel rbelaka akangi ngi oleh oleh sekolah atau lembaga pendidikan, saluran budaya, dan faktor sosial. Bahasa kedua, khususnya bahasa Indonesia sangat berperan dan berpengaruh terhadap perkembangan dialek. Sebagai bahasa nasional, kedudukan bahasa Indonesia menjadi ancaman tersendiri bagi bahasa daerah yang mulai memudar dan bahkan musnah. Salah satu contoh implementasinya adalah dialek Banyumasan yang kini dirasa semakin memburuk perkembangannya. Faktor menurunnya dialek Banyumasan ini diasebabkan oleh beberapa hal, dian dianta tara rany nyaa (1) (1) karen karenaa domi domina nasi si baha bahasa sa/d /dia ialek lek yang yang lebi lebih h besa besarr baik baik seca secara ra demografi, demografi, ekonomis, ekonomis, sosial sosial atau politis, (2) selain bahasa Indonesia sebagai bahasa nasi nasion onal al,, tekan tekanan an dari dari baha bahasa sa Jawa Jawa juga juga meru merupa paka kan n sala salah h satu satu fakt faktor orny nya, a, (3) (3) pengajaran bahsa Banyumas justru akan mengganggu usaha anak dalam menguasai bah bahas asaa Indo Indone nesi sia. a. Dial Dialek ek Bany Banyum umas as meru merupa paka kan n aset aset buda budaya ya yang yang haru haruss kita kita pertahankan pertahankan dan lestarikan. lestarikan. Pemertahana Pemertahanan n bahasa bahasa melalui melalui penumbuh penumbuhan an linguistic merupakan kan cara cara yang yang ampuh ampuh dalam dalam pemert pemertaha ahanan nan bahasa bahasa.. Dengan Dengan tetap tetap pride merupa meng mengho horm rmati ati baha bahasa sa nasi nasion onal al serta serta baha bahasa sa jawa jawa stan standa dar, r, maka maka akan akan tumb tumbuh uh masyarakat masyarakat bilingual di Banyumas Banyumas yang mampu memiliki memiliki sikap toleransi toleransi yang lebih dibanding dibanding masyarakat masyarakat monolingu monolingual. al. Sikap ini sangat sangat diperlukan diperlukan dalam kehidupan kehidupan berbangsa dan bernegara yang didasarkan atas kemajemukan dan juga dalam interaksi dengan bangsa-bangsa lain dalam era globalisasi
15
DAFTAR PUSTAKA
Ayatrohaedi. 1983. Dialektologi Sebuah Pengantar . Jakarta: Depdikbud. Kridalaksono, Harimurti. 1981. Pengembangan Pengembangan Ilmu Bahasa dan Pembinaan Bangsa . Ende-Flores: Nusa Indah. Nababan, P.W.J. 1984. Sosiolinguistik Suatu Pengantar . Jakarta: Gramedia. Rahardi, Kunjana.2006. Dimensi-dimensi Kebahasaan. Jakarta:Erlangga. Saef Saefi, i,
Mahm Mahmud ud..
2007 2007.. Dia Diale lekt ktol olog ogii
-
Lang Langka kah h
Kerj Kerja a
Dan Dan
Apli Aplika kasi siny nya. a.
Mahmudsaefi.org diakses 30 April 2008. Ummi, Shinta Ardhiyani.1999. Pembentukan Pembentukan Karakter Masyarakat Bilingual Melalui
Pe Penumb umbuhan uhan
Ling Lingui uisstic
Prid ride
ummi.blogger.com. di akses 7 mei 2008.
Banyum nyuma asan. san.
shin shinta ta
ard ardhiy hiyani ani