BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kegiatan Kedokteran Komunitas
Pendidikan Kedokteran Berorientasi Masyarakat/ Community Oriented Medical Education (PKBM/COME) atau biasanya kita sebut Kedokteran Komunitas/community medicine adalah suatu pendekatan untuk mendekatkan ilmu-ilmu pengetahuan dan ketrampilan
kedokteran
secara
multidisiplin
guna
meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat, dengan memperhatikan kebutuhan kesehatan dan keadaan masyarakat. Melalui metode dan intervensi yang tepat pada kelompok masyarakat di wilayah tertentu. Pembangunan Kesehatan di Indonesia memerlukan peran serta dari seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah sebagai salah satu pengambil kebijakan tidak akan mampu menyelesaikan pembangunan kesehatan yang ada di Indonesia tanpa ada dukungan dari berbagai pihak. Mahasiswa Fakultas Kedokteran memiliki peranan untuk dapat membantu pemerintah menyelesaikan permasalahan perma salahan yang dihadapi bangsa ini. Salah satu permasalahan yang masih memprihatinkan di Indonesia adalah mengenai sanitasi lingkungan, dimana banyak penyakit menular menyebar dan menjadi endemis karena kurangnya upaya masyarakat dalam menyehatkan lingkungannya. Indonesia sebagai negara tropis merupakan kawasan endemik berbagai penyakit menular, seperti malaria, deman berdarah, TBC, filariasis, diare, dan sebagainya. Pada tahun 2005, jumlah kasus demam berdarah dengue di seluruh Indonesia sampai dengan Februari 2005 sebanyak 5.064 kasus dengan 113 kematian. Di 6 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur dilaporkan terjadi peningkatan kasus yang diwaspadai sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue. Artinya, jumlah kasusnya sudah dua kali lipat
CPS PKBM | Periode 1 1 – – 21 21 Februari 2010
1
atau lebih dari bulan yang sama pada tahun lalu dan atau angka kematiannya lebih dari 1% (Depkes 2005). Pada tanggal 6 Juni 2005, tercatat jumlah penderita demam berdarah dengue di seluruh Indonesia selama bulan Januari-Mei 2005 sejumlah 28.330 orang dengan jumlah kematian 330 orang (Sub Direktorat Arbovirosis Ditje n P2M&PL 2005). Dalam upaya pengendalian wabah demam berdarah dengue, dibandingkan negara lainnya di Asia Tenggara, Indonesia termasuk salah satu negara yang masih mengalami masalah. Indonesia memang sangat jauh tertinggal bila dibandingkan Singapura, yang sejak awal dekade 1980-an dapat dikatakan telah berhasil memberantas wabah penyakit demam berdarah dengue (Bang & Tonn Tonn 1993), (Ooi 2001). 2001). Indonesia dalam peta wabah demam berdarah dengue ada di posisi yang memprihatinkan. Dalam jumlah angka kesakitan (morbidity ( morbidity rate) rate) dan kematian (mortality (mortality rate) rate) demam berdarah dengue di kawasan Asia Tenggara, selama kurun waktu 1985-2004, Indonesia berada di urutan kedua terbesar setelah Thailand (WHO 2004). Selama tahun 19852004, di Indonesia tercatat angka penderita demam berdarah dengue terendah 10.362 pada tahun 1989 dan tertinggi 72.133 orang pada tahun 1998, dengan angka kemat ian terendah 422 orang pada tahun 1999 dan dan tertinggi 1.527 pada tahun 1988. 1988. Pada bulan Januari sampai April 2004, Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD terjadi di 75 kabupaten/kota dan 12 propinsi di Indonesia, dengan 53.719 kasus dan angka kematian sebesar 590 orang ( Case Fatality Rate=1,1%). Rate=1,1%). Tahun 2005 kembali terjadi peningkatan kasus dan KLB di kabupaten/kota dan propinsi di Indonesia, total kasus sejumlah 93.994 kasus dengan 1.824 kematian kemati an (CFR=1,36%) (Yussianto,2006). Hasil studi epidemiologi lingkungan memperlihatkan kejadian suatu penyakit pada suatu kelompok masyarakat merupakan resultance dan hubungan timbal balik antara masyarakat itu sendiri dengan lingkungan. Dengan demikian, upaya pemberantasan wabah
CPS PKBM | Periode 1 1 – – 21 21 Februari 2010
2
penyakit menular di Indonesia saat ini perlu mendapat perhatian apalagi mengingat beberapa jenis penyakit kembali mewabah khususnya penyakit menular yang tidak ada obatnya namun dapat dicegah karena sangat terkait dengan kesehatan lingkungan permukiman seperti penyakit demam berdarah (DB) dan demam demam berdarah dengue (DBD). (DBD). Tingginya angka kejadian DBD, baik pada dewasa maupun pada anak-anak di suatu wilayah tropis, umumnya meningkat pada musim penghujan di mana banyak terdapat genangan air bersih yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypty (Suroso aegypty (Suroso 1983), (Suroso & Umar 1999). Di daerah perkotaan, umumnya wabah demam berdarah kembali meningkat menjelang awal musim kemarau (Suroso & Umar 1999), sehingga menyebabkan penurunan produktivitas kerja. Penyebaran penyakit demam berdarah dengue secara pesat sejak tahun 1968 di Indonesia dikarenakan virus semakin mudah penyebarannya menulari lebih banyak manusia karena didukung oleh meningkatnya mobilitas penduduk karena semakin baiknya sarana transportasi di dalam kota maupun antar daerah, kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperluan sehari-hari, apalagi penyediaan air bersih belum mencukupi kebutuhan atau sumber yang terbatas atau letaknya jauh dari pemukiman pe mukiman mendorong masyarakat menampung air di rumah masing-masing (karena nyamuk Aedes aegypti aegypti hidup di air bersih), sikap dan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyakit penyakit yang masih kurang. (Sudarmo 1990), (Suroso 1983). Penanggulangan
demam
berdarah
dengue
secara
umum
ditujukan
pada
pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan me musnahkan pembawa virusnya (vektornya) yaitu nyamuk Aedes aegypti aegypti dengan memberantas sarang perkembangbiakannya yang umumnya ada di air bersih yang tergenang di permukaan tanah maupun di tempat-tempat penampungan air (Bang & Tonn 1993), (Ditjen PPM & PLP 1987), (Nadesul 2004), (Suroso & Umar 1999), (WHO 2004).
CPS PKBM | Periode 1 1 – – 21 21 Februari 2010
3
Gertak Mas Berlian atau yang lebih dikenal dengan gerakan serentak masyarakat bersihkan lingkungan anti nyamuk. Gertak mas berlian ini dicanangkan oleh Bupati Jombang Drs. Suyanto, M.M. pada tanggal 6 Februari 2008. Adapun isinya ada 10 langkah, yaitu bentuk tim juru pemantau jentik (jumantik) di setiap RT, pantau jentik secara berkala setiap bulan, lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M plus setiap hari Jumat, kenali gejala dini penyakit demam berdarah, periksakan segera keluarga yang dicurigai demam berdarah ke Puskesmas atau RS terdekat, laporkan segera penderita demam berdarah ke puskesmas terdekat, lakukan penyelidikan epidemiologi di lokasi tempat tinggal penderita DB, lakukan pengasapan ( fogging ) sebanyak 2 kali dengan interval satu minggu pada daerah yang terdapat sumber virus dengue, lakukan pengasapan ( fogging ) pada daerah endemis sebelum musim penularan, lakukan PSN 3M satu hari sebelum dilakukan pengasapan ( fogging ). Kader kesehatan dalam upaya penanggulangan DBD memiliki posisi yang sangat strategis. Ujung tombak upaya penanggulangan DBD ialah kader kesehatan, tetapi akar permasalahan mulai muncul dari sini mulai berupa kurangnya jumlah kader kesehatan, kurangnya anggaran untuk melakukan upaya penanggulangan DBD, kurangnya pengetahuan kader kesehatan mengenai upaya penanggulangan DBD, sampai kurangnya minat dan kemauan kader kesehatan itu sendiri dalam menjalankan program-program yang terkait dengan upaya penaggulangan DBD itu sendiri. Kerjasama lintas sektoral dalam memecahkan permasalahan ini sangat dibutuhkan, salah satunya ialah untuk mengatasi kekurangan jumlah kader bisa dengan kerjasama dengan berbagai tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk mendorong masyarakat agar mau menjadi kader kesehatan. sedangkan untuk mengatasi kurangnya anggaran salah satunya bisa dengan kerjasama muspika setempat untuk dicarikan dana tambahan melalui swadaya masyarakat itu sendiri. Pelatihan serta lokakarya terhadap kader kesehatan dapat membekali pengetahuan yang cukup dalam hal-hal upaya penanggulangan DBD. Untuk memancing timbulnya minat dan kemauan kader kesehatan
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
4
dapat dilakukan berbagai upaya, salah satunya ialah seperti memberikan intensif, penghargaan, maupun pengakuan eksistensi kader kesehatan itu sendiri. Dusun Mancar Timur oleh Puskesmas Kecamatan Peterongan ditetapkan sebagai Dusun Endemik, Hal ini dikarenakan dalam 3 tahun berturut-turut mulai dari tahun 2007 sampai tahun 2009 selalu tedapat kasus DBD di dusun tersebut. Dusun Mancar Timur, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang merupakan salah satu dusun yang mencerminkan keadaan yang paradoksal, sebab angka bebas jentik (ABJ) di daerah tersebut termasuk tinggi, hal ini dibuktikan pada tahun 2008 ABJ dusun mancar timur mencapai 67% dan pada tahun 2009 mencapai 96%, ironisnya daerah tersebut tetap menjadi dusun endemis sampai saat ini. Selama tahun 2008 jumlah pasien DBD mencapai 13 serta terdapat 1 pasien meninggal, sedangkan pada tahun 2009, yang angka ABJ-nya 96% ternyata angka pasien DBD masih terdapat 7 pasien.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
mempelajari permasalahan ini.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang Gerakan Serentak Masyarakat Bersihkan Lingkungan Anti Nyamuk dalam upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue pada masyarakat di dusun Mancar Timur, desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
5
BAB II TUJUAN
2.1 Tujuan Umum
Mampu menjalankan pelayanan kesehatan paripurna dengan memanfaatkan ilmu kedokteran secara multidisiplin, tinggal bersama masyarakat, dan melakukan kedokteran komunitas guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan menggunakan sumberdaya setempat dan menggerakkan peran serta masyarakat. 2.2 Tujuan Khusus
1. Memahami medan kerja di suatu wilayah tertentu dan mampu menghayati kehidupan masyarakat dengan tinggal bersama masyarakat 2. Memahami epidemiologi kesehatan di wilayah tertentu dengan memeriksa derajat kesehatan masyarakat dalam situasi problematik yang sebenarnya terjadi pada individu, keluarga, dan komunitas atau masyarakat 3. Mampu melakukan analisis kesehatan secara holistik dan menegakkan diagnosis individu, diagnosis keluarga dan diagnosis masyarakat 4. Mampu mengidentifikasi dan mendiagnosis masalah kesehatan di masyarakat 5. Mampu melakukan analisis terhadap potensi sumber daya baik dari sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang dimiliki di wilayah tertentu 6. Mampu menyusun rencana program untuk mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan dengan menyesuaikan program kesehatan terhadap kondisi geografi dan sosio-budaya masyarakat serta melakukan evaluasi program 7. Menghayati kerjasama dalam tim maupun lintas sektoral dalam memecahkan masalah kesehatan
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
6
8. Mampu memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh yang meliputi usaha preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif dan mampu menangani kasus-kasus rujukan, dalam bentuk Usaha Kesehatan Perorangan (UKP) dan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) , sebagai pelayan kesehatan di garis depan 9. Mampu meningkatkan peran serta masyarakat dalam menggunakan sumberdaya setempat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta memberdayakan masyarakat dalam budaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
7
BAB III METODE
3.1 Metode Pelaksanaan
Kedokteran Komunitas menggunakan metode Penelitian Operasional atau Penelitian Terapan yang dibagi dalam empat tahap, yaitu: 1.
Pengenalan Medan Tahap pengenalan medan menggunakan metode pengumpulan data
secara
observasional yaitu melalui pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Peterongan, wawancara mendalam dengan petugas kesehatan Puskesmas Peterongan dan pendekatan survei baik terhadap kader kesehatan maupun masyarakat di Dusun Mancar Timur, Desa Mancar, Kabupaten Jombang . 2.
Diagnosis Komunitas Tahap diagnosis komunitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan lokakarya, yaitu: a. merumuskan diagnosis komunitas b. mengidentifikasi solusi atau model pemecahan masalahnya, berbentuk program kesehatan c. mengidentifikasi sumberdaya setempat dan peran serta masyarakatnya d. mengambil keputusan untuk memilih program atau model atau solusi yang akan dikerjakan dalam tahap Terapi Komunitas.
3.
Terapi Komunitas Tahap terapi komunitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan program, yaitu mempersiapkan serta melaksanakan program atau model atau solusi yang terpilih bersama dengan partisipasi masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya setempat.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
8
4.
Evaluasi Tahap evaluasi dilakukan penilaian terhadap input, proses dan output program terapi komunitas yang telah dilaksanakan meliputi relevansi, kecukupan, efisiensi dan efektifitas. Evaluasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya Focus Group Discussion, Round Table Discussion, Indepth Interview serta Field Observation.
3.2 Lokasi
Kegiatan kedokteran komunitas dilaksanakan
di dusun Mancar Timur, desa Mancar,
Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang.
3.3 Waktu
Kegiatan Kedokeran Komunitas dilaksanakan pada hari Jumat, 10 Februari 2010.
3.4 Kerangka Operasional Pengenalan Medan (Informaion Building): Survei Pendahuluan Penentuan lingkup masalah Peneltian operasional
Diagnosis Komunitas (Comunity Dagnosis & Program ): Lokakarya Identifikasi dan penentuan prioritas masalah
Terapi Komunitas (Program Implementation)
Evaluasi
Menyusun solusi
Gambar 3.1 Kerangka Operasional Kegiatan Kedokteran Komunitas Survei yang dilakukan dalam tahap pengenalan medan menggunakan metode wawancara dan pengamatan secara langsung dengan instrumen kuesioner, wawancara dan observasi yang dilakukan pada masyarakat
di dusun Mancar Timur, desa Mancar,
Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
9
Tahap Diagnosis komunitas penelitian dilakukan melalui suatu lokakarya dengan wakil dari puskesmas dan masyarakat dengan metode presentasi dan diskusi untuk menganalisis hasil dari pengenalan medan dan mengidentifikasi prioritas masalah yang perlu ditangani dalam masyarakat. Terapi komunitas penelitian adalah intervensi secara langsung dengan pembuatan program dan penyuluhan bagi masyarakat sebagai solusi dari permasalahan yang telah diidentifikasi pada tahap diagnosis komunitas. Tahap Evaluasi dilakukan analisis dan penarikan kesimpulan dari terapi komunitas yang telah dilakukan serta pembuatan rencana tindak lanjutnya.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
10
BAB IV JADWAL KERJA
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Kedokteran Komunitas CPSPKBM Puskesmas Peterongan Hari, tanggal Kegiatan Kamis, 4 Februari 2010 Pencarian data sekunder Perencanaan Diskusi dengan Kepala Puskesmas dan penanggung jawab masing-masing program puskesmas Jumat, 5 Februari 2010
Pencarian data sekunder Perencanaan Diskusi dengan Kepala Puskesmas dan penanggung jawab masing-masing program puskesmas
Sabtu, 6 Februari 2010
Pencarian data sekunder Perencanaan Diskusi dengan Kepala Puskesmas dan penanggung jawab masing-masing program puskesmas
Senin, 8 Februari 2010
Pencarian data sekunder Perencanaan Diskusi dengan Kepala Puskesmas dan penanggung jawab masing-masing program puskesmas
Selasa, 9 Februari 2010
Pencarian data sekunder Perencanaan Diskusi dengan Kepala Puskesmas Diskusi kelompok CPS Persiapan survei
Kamis, 11 Februari 2010
Pengenalan Medan (Pengumpulan Data Primer) Pengolahan data primer Diskusi kelompok CPS
Jumat, 12 Februari 2010
Lokakarya Komunitas
Sabtu, 13 Februari 2010
Pembagian Undangan Terapi Komunitas (Pemicuan) kepada responden di Dusun Mancar dibantu oleh Ketua Komite
Awal
untuk
Diagnosis
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
11
Minggu, 14 Februari 2010
Terapi Komunitas (Pemicuan)
Senin, 15 Februari 2010
Pengolahan data hasil terapi komunitas Diskusi kelompok CPS
Selasa, 16 Februari 2010
Evaluasi Hasil Terapi Komunitas di Rumah Ketua Komite Terapi Komunitas (Penyuluhan Jamban Sehat) Lokakarya Lanjutan (Pemaparan program pemecahan masalah komunitas) Diskusi kelompok CPS
Selasa, 16 Februari 2010
Evaluasi Hasil Terapi Komunitas Diskusi kelompok CPS
Selasa, 16 Februari 2010
Pengolahan data hasil terapi komunitas Konsultasi Laporan Kedokteran Komunitas
Rabu, 17 Februari 2010
Revisi Laporan Kedokteran Komunitas
Rabu, 17 Februari 2010
Revisi Laporan Kedokteran Komunitas
Kamis, 18 Februari 2010
Pengumpulan Laporan
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
12
BAB V PROGRAM ATAU MASALAH KESEHATAN YANG DIPELAJARI
Pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang Gerakan Serentak Masyarakat Bersihkan Lingkungan Anti Nyamuk dalam upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue pada masyarakat di Dusun Mancar Timur, Desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
13
BAB VI PENGENALAN MEDAN 6.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai negara tropis merupakan kawasan endemik berbagai penyakit menular, seperti malaria, deman berdarah, TBC, filariasis, diare, dan sebagainya.Pada tahun 2005, jumlah kasus demam berdarah dengue di seluruh Indonesia sampai dengan Februari 2005 sebanyak 5.064 kasus dengan 113 kematian. Di 6 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur dilaporkan terjadi peningkatan kasus yang diwaspadai sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue. Artinya, jumlah kasusnya sudah dua kali lipat atau lebih dari bulan yang sama pada tahun lalu dan atau angka kematiannya lebih dari 1% (Depkes 2005). Pada tanggal 6 Juni 2005, tercatat jumlah penderita demam berdarah dengue di seluruh Indonesia selama bulan Januari-Mei 2005 sejumlah 28.330 orang dengan jumlah kematian 330 orang (Sub Direktorat Arbovirosis Ditjen P2M&PL 2005). Dalam upaya pengendalian wabah demam berdarah dengue, dibandingkan negara lainnya di Asia Tenggara, Indonesia termasuk salah satu negara yang masih mengalami masalah. Indonesia memang sangat jauh tertinggal bila dibandingkan Singapura, yang sejak awal dekade \1980-an dapat dikatakan telah berhasil memberantas wabah penyakit demam berdarah dengue (Bang & Tonn 1993), (Ooi 2001). Indonesia dalam peta wabah demam berdarah dengue ada di posisi yang memprihatinkan. Dalam jumlah angka kesakitan (morbidity rate) dan kematian (mortality rate) demam berdarah dengue di kawasan Asia Tenggara, selama kurun waktu 1985-2004, Indonesia berada di urutan kedua terbesar setelah Thailand (WHO 2004). Selama tahun 19852004, di Indonesia tercatat angka penderita demam berdarah dengue terendah 10.362 pada tahun 1989 dan tertinggi 72.133 orang pada tahun 1998, dengan angka kemat ian terendah 422
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
14
orang pada tahun 1999 dan tertinggi 1.527 pada tahun 1988. Pada bulan Januari sampai April 2004, Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD terjadi di 75 kabupaten/kota dan 12 propinsi di Indonesia, dengan 53.719 kasus dan angka kematian sebesar 590 orang (Case Fatality Rate=1,1%). Tahun 2005 kembali terjadi peningkatan kasus dan KLB di kabupaten/kota dan
propinsi di Indonesia, total kasus sejumlah sejumlah 93.994 kasus dengan 1.824 kematian kematian (CFR=1,36%) (CFR=1,36%) (Yussianto,2006).
Hasil studi epidemiologi lingkungan memperlihatkan kejadian suatu penyakit pada suatu kelompok masyarakat merupakan resultance dan hubungan timbal balik antara masyarakat itu sendiri dengan lingkungan. Dengan demikian, upaya pemberantasan wabah penyakit menular di Indonesia saat ini perlu mendapat perhatian apalagi mengingat beberapa jenis penyakit kembali mewabah khususnya penyakit menular yang tidak ada obatnya namun dapat dicegah karena sangat terkait dengan kesehatan lingkungan permukiman seperti penyakit demam berdarah (DB) dan demam demam berdarah dengue (DBD). (DBD). Tingginya angka kejadian DBD, baik pada dewasa maupun pada anak-anak di suatu wilayahtropis, umumnya meningkat pada musim penghujan di mana banyak terdapat genangan air bersih yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypty (Suroso aegypty (Suroso 1983), (Suroso & Umar 1999). Di daerah perkotaan, umumnya wabah demam berdarah kembali meningkat menjelang awal musim kemarau (Suroso & Umar 1999), sehingga menyebabkan penurunan produktivitas kerja. Penyebaran penyakit demam berdarah dengue secara pesat sejak tahun 1968 di Indonesia dikarenakan virus semakin mudah penyebarannya menulari lebih banyak manusia karena didukung oleh meningkatnya mobilitas penduduk karena semakin baiknya sarana transportasi di dalam kota maupun antar daerah, kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperluan sehari-hari, apalagi penyediaan air bersih belum mencukupi kebutuhan atau sumber yang terbatas atau at au letaknya jauh dari pemukiman mendorong masyarakat menampung
CPS PKBM | Periode 1 1 – – 21 21 Februari 2010
15
air di rumah masing-masing (karena nyamuk Aedes aegypti aegypti hidup di air bersih), sikap dan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyakit yang masih kurang(Sudarmo, 1990; Suroso ,1983). Penanggulangan
demam
berdarah
dengue
secara
umum
ditujukan
pada
pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan me musnahkan pembawa virusnya (vektornya) yaitu nyamuk Aedes aegypti aegypti dengan memberantas sarang perkembangbiakannya yang umumnya ada di air bersih yang tergenang di permukaan tanah maupun di tempat-tempat penampungan air (Bang dan Tonn, 1993; Ditjen PPM & PLP, 1987; Nadesul 2004; Suroso dan Umar,1999;WHO, 2004). Gertak Mas Berlian atau yang lebih dikenal dengan gerakan serentak masyarakat bersihkan lingkungan anti nyamuk. Gertak mas berlian ini dicanangkan oleh Bupati Jombang Drs. Suyanto, M.M. pada tanggal 6 Februari 2008. Adapun isinya ada 10 langkah, yaitu bentuk tim t im juru pemantau jentik je ntik (jumantik) di setiap se tiap RT, pantau jentik secara berkala setiap bulan, lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M plus setia p hari Jumat, Jum at, kenali gejala dini penyakit demam berdarah, periksakan segera keluarga yang dicurigai demam berdarah ke Puskesmas atau RS terdekat, laporkan segera penderita demam berdarah ke puskesmas terdekat, lakukan penyelidikan epidemiologi di lokasi tempat tinggal penderita DB, lakukan pengasapan ( fogging ) sebanyak 2 kali dengan interval satu minggu pada daerah yang terdapat sumber virus dengue, lakukan pengasapan ( fogging ) pada daerah endemis sebelum musim penularan, lakukan PSN 3M 3M satu hari sebelum dilakukan pengasapan ( fogging ). ). Kader kesehatan dalam upaya penanggulangan DBD memiliki posisi yang sangat strategis. Ujung tombak upaya penanggulangan DBD ialah kader kesehatan, tetapi akar permasalahan mulai muncul dari sini mulai berupa kurangnya jumlah kader kesehatan, kurangnya anggaran untuk melakukan upaya penanggulangan DBD, kurangnya pengetahuan kader kesehatan mengenai upaya penanggulangan DBD, sampai kurangnya minat dan
CPS PKBM | Periode 1 1 – – 21 21 Februari 2010
16
kemauan kader kesehatan itu sendiri dalam menjalankan program-program yang terkait dengan upaya penaggulangan DBD itu sendiri. Kerjasama lintas sektoral dalam memecahkan permasalahan ini sangat dibutuhkan, salah satunya ialah untuk mengatasi kekurangan jumlah j umlah kader bisa dengan kerjasama dengan berbagai tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk mendorong masyarakat agar mau menjadi kader kesehatan. sedangkan untuk mengatasi kurangnya anggaran salah satunya bisa dengan kerjasama muspika setempat untuk dicarikan dana tambahan melalui swadaya masyarakat itu sendiri. Pelatihan serta lokakarya terhadap kader kesehatan dapat membekali pengetahuan yang cukup dalam hal-hal upaya penanggulangan DBD. Untuk memancing timbulnya minat dan kemauan kader kesehatan dapat dilakukan berbagai upaya, salah satunya ialah seperti memberikan intensif, penghargaan, maupun pengakuan pengakuan eksistensi kader kesehatan itu sendiri. Dusun Mancar Timur oleh Puskesmas Kecamatan Peterongan ditetapkan sebagai Dusun Endemik. Hal ini dikarenakan dalam 3 tahun berturut-turut mulai dari tahun 2007 sampai tahun 2009 selalu tedapat kasus DBD di dusun tersebut.Dusun Mancar Timur juga merupakan salah satu dusun yang mencerminkan keadaan yang paradoksal, sebab angka bebas jentik (ABJ) di daerah tersebut termasuk tinggi, hal ini dibuktikan pada tahun 2008 ABJ dusun mancar timur mencapai 67% dan pada tahun 2009 mencapai 96%, ironisnya daerah tersebut tetap menjadi dusun endemis sampai saat ini. Selama tahun 2008 jumlah pasien DBD mencapai 13 serta terdapat 1 pasien meninggal, sedangkan pada tahun 2009, yang angka angka ABJ-nya 96% ternyata angka pasien DBD masih terdapat 7 pasien. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mempelajari permasalahan ini.
CPS PKBM | Periode 1 1 – – 21 21 Februari 2010
17
6.2. Tujuan 6.2.1. Tujuan Umum
Mampu meningkatkan Pengetahuan dan kesadaran kader kesehatan dan masyarakat tentang Gerakan Serentak Masyarakat Bersihkan Lingkungan Anti Nyamuk dalam upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue pada masyarakat di dusun Mancar Timur, desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombangdengan memanfaatkan ilmu kedokteran secara multidisiplin,tinggal bersama masyarakat dan melakukan kedokteran komunitas guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan menggunakan sumberdaya setempat dan menggerakkan peran serta masyarakat.
6.2.2. Tujuan Khusus
1. Mempelajar i Behavior Intention Program Gertak Mas Berlian pada masyarakat dusun Mancar Timur, desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. 2. Mempelajari Social Support Program Gertak Mas Berlian pada masyarakatdusun Mancar Timur, desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. 3. Mempelajari Accessibility of Information Program Gertak Mas Berlian pada masyarakatdusun Mancar Timur, desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. 4. Mempelajari Personal Autonomy Program Gertak Mas Berlian pada masyarakatdusun Mancar Timur, desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. 5. Mempelajari Action Situation Program Gertak Mas Berlian pada masyarakatdusun Mancar Timur, desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. 6. Mempelajari Karakteristik Sampel Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga pada masyarakatdusun Mancar Timur, desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
18
6.3 Tinjauan Pustaka 6.3.1. Ilmu Perilaku 6.3.1.1. Definisi Perilaku
Perilaku dalam pengertian biologis
merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri.
Perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan,
berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia(Notoatmodjo, 2003). Dapat dikatakan pula bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Hereditas atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Perilaku dapat pula berarti respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati, mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun
tidak.
Perilaku
juga
merupakan
kumpulan
berbagai
faktor
yang
saling
berinteraksi(Notoatmodjo, 2007). Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap hanyalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia(Notoatmodjo, 2006).
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
19
6.3.1.2.Teori Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa teori yang bisa dipakai untuk menjelaskan perubahan tersebut, yaitu:
Teori Stimulus Respon Teori ini berdasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantung pada kualitas rangsang yang berkomunikasi dengan organisme. Hosland (1953), berpendapat proses perubahan perilaku menggambarkan proses belajar individu dengan beberapa tahap. Tahap pertama adalah penentuan diterima atau tidaknya suatu stimulus. Bila stimulus diterima, berarti individu dianggap telah mengerti dan siap untuk dilanjutkan pada proses berikutnya. Kemudian individu mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kerelaan untuk bertindak.Adanya dukungan fasilitas serta dukungan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Teori Fungsi Menurut Katz (1960) Menurut teori ini perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang
bersangkutan. Katz berasumsi bahwa teori ini berkeyakinan perilaku itu mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar individu, dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungan menurut kebutuhannya.Oleh sebab itu, di dalam kehidupan manusia perilaku itu tampak terus menerus dan berubah secara relatif.
Teori Kurt Lewin (1970) Kurt Lewin berpendapat bahwa perilaku manusia itu adalah suatu keadaan yang
seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving force) dan kekuatan penahan (restaining
force).Menurut
Lewin
perilaku
itu
dapat
berubah
apabila
terjadi
ketidakseimbangan antara kedua kekuatan pendorong dan kekuatan penahan.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
20
Teori Snehandu B. Kar. Menurut Snehandu B. Kar perilaku kesehatan dapat dianalisis dari 5 determinan
perilaku antara lain : 1. Adanya niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya(behaviour intention) 2.Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support). 3.Terjangkaunya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessibility of information) 4. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan (personal autonomy) 5. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation)
Uraian di atas dapat dirumuskan dalam model sebagai berikut : B = f (BI, SS, AL, PA, AS) dengan : B = behaviour f = fungsi BI = behaviour intention SS = social support AI = accessibility of information PA = personal autonomy AS = action situation Contoh dari penerapan teori perilaku Kar tersebut yaitu, seorang ibu yang tidak mau ikut KB, mungkin karena ia tidak memiliki minat dan niat terhadap KB ( behaviour intention),
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
21
atau barangkali juga karena tidak ada dukungan dari masyarakat sekitarnya ( social support ). Mungkin juga karena kurang atau tidak memperoleh informasi yang kuat tentang KB (accessibility of information) atau mungkin ia tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan, misalnya harus tunduk kepada suaminya, mertuanya atau orang lain yang ia segani ( personal autonomy). Faktor lain yang mungkin menyebabkan ibu ini tidak ikut KB adalah karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, misalnya alasan kesehatan yang menyebabkan dilakukannya KB adalah suatu kontra indikasi (action situation) (Snehandu, 1991)
6.3.2. Demam Berdarah Dengue (DBD) 6.3.2.1. Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam 5-7 hari disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan menimbulkan mortalitas cukup tinggi. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan trombositopenia (trombosit kurang dari 100.000) dan hematokrit cenderung meningkat lebih dari 20% dari normal(12).
6.3.2.2. Ciri-ciri Klinis 6.3.2.2.1. Gejala Klinis
Demam berdarah dengue dapat memperlihatkan berbagai macam gejala antara lain: a. Gejala pada penyakit DBD diawali dengan demam mendadak dengan facial flushing dan gejala-gejala konstitusional non-spesifik yang lain seperti anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare, sakit kepala (retroorbital pain), nyeri otot, tulang dan sendi. Beberapa pasien mengeluh sakit tenggorokan, tapi rinitis dan batuk jarang terjadi. Suhu biasanya tinggi (>39 °C) dan tetap seperti itu selama 2-7 hari. Kadang-kadang
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
22
suhu dapat mencapai 40-41°C yang dapat menyebakann kejang demam khususnya pada bayi. b. Fenomena perdarahan yang paling umum adalah uji tourniquet positif, petekia, ekimosis dan purpura. Epistaksis dan perdarahan gingiva jarang terjadi, perdarahan gastrointestinal dapat diamati selama periode demam. c. Hepatomegali (pembesaran hati). Hepar biasanya dapat dipalpasi pertamakali pada fase demam dan ukurannya bermacam-macam yaitu 2-4 cm dibawah batas kosta. Walaupun ukuran hepar tidak berkorelasi dengan berat penyakit, pembesaran hepar ditemukan lebih sering pada kasus syok daripada non-syok. Limfadenofati pada DBD bersifat generalisata. d. Tahap kritis dari rangkaian penyakit didapatkan pada akhir fase demam. Setelah 2-7 hari demam, penurunan cepat suhu acapkali diikuti tanda-tanda gangguan sirkulasi. Pasien tampak berkeringat, menjadi gelisah, ekstrimitasnya dingin, dan menunjukkan perubahan pada frekuensi denyut nadi dan tekanan darah. Pada kasus yang kurang berat, perubahan ini minimal dan sementara, merefleksikan suatu derajat ringan kebocoran plasma. Sebagian besar pasien sembuh spontan, atau setelah periode singkat terapi cairan dan elektrolit. Pada kasus lebih berat, ketika kehilangan banyak melampaui batas kritis maka syok pun terjadi dan berkembang kearah kematian bila tidak ditangani secara tepat. e. Sindroma syok dengue didiagnosa bila memenuhi semua dari empat kriteria untuk DBD ditambah bukti kegagalan sirkulasi ditandai dengan nadi lemah dan cepat dan tekanan nadi menurun menjadi <20 mmHg, hipotensi, kulit lembab dan dingin,gelisah serta perubahan status mental.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
23
6.3.2.2.2. Pemeriksaan Laboratorium
Pada DBD hasil pemeriksaan laboratorium umumnya memberikan hasil sebagai berikut: 1. Leukopenia dan limfositosis Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa pada pemeriksaan sumsum tulang penderita DBD pada masa awal demam, terdapat hipoplasia sumsum tulang dengan hambatan pematangan dari semua sistem hemopoesis. Pada penderita DBD dapat terjadi leukopenia ringan sampai leukositosis sedang. Leukopenia dapat dijumpai antara hari pertama dan ketiga dengan hitung jenis yang masih dalam batas normal. Jumlah granulosit menurun pada hari ketiga sampai kedelapan. Dalam sediaan hapusan darah tepi penderita DBD dapat ditemukan limfosit bertransformasi atau atipik, terutama pada infeksi sekunder. 2. Trombositopenia Penyebab trombositopenia pada DBD antara lain diduga trombopoesis yang menurun dan destruksi trombosit dalam darah meningkat serta gangguan fungsi trombosit. Ditemukannya kompleks imun pada permukaan trombosit diduga sebagai penyebab agregasi trombosit yang kemudian akan dimusnahkan oleh sistem retikuloendotelial khususnya dalam limpa dan hati. 3. Hemokonsentrasi, hiponatremia, hipoalbuminemia Hemakonsentrasi,
hiponatremia,
hipoalbuminea
rendah
adalah
suatu
tanda
hemokonsentrasi yang disebabkan oleh kebocoran plasma sebagai akibat permeabilitas vaskuler yang meningkat. 4. PTT dan APTT memanjang, FDP meningkat. Kompleks virus antibodi atau mediator dari fagosit yang terinfeksi virus pada DBD dapat mengaktifkan sistem koagulasi, dimulai oleh aktivasi faktor XII menjadi XIIa, faktor koagulasi kemudian akan diaktifkan secara berurutan mengikuti suatu kaskade sehingga
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
24
akhirnya terbentuk fibrin. Selain itu Faktor XIIa juga mengaktifkan sistem fibrinolisis yang menyebabkan perubahan plasminogen menjadi plasmin. Plasmin mempunyai sifat proteolitik dengan sasaran fibrin. Aktivasi sistem koagulasi dan fibrinolisis yang berkepanjangan berakibat menurunnya berbagai faktor koagulasi seperti fibrinogen,V,VII,VIII, IX dan X serta plasminogen. dan sebagai imbasnya FDP meningkat, PTT dan APTT memanjang. 5. Aspartate transaminase dan alanine transaminase Hepatitis atau nekrosis fokal pada hepar yang disebabkan oleh infeksi virus dengue pada hepatosit menyebabkan peningkatan aspartate transaminase dan alanine transaminase.
6.3.2.3. Penularan
Demam berdarah ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk betina Aedes yangterinfeksi virus dengue. Penyakit ini tidak dapat ditularkan langsung dari orang keorang. Penyebar utama virus dengue yaitu nyamuk Aedes aegypti, tidak ditemukan diHong Kong, namun virus dengue juga dapat disebarkan oleh spesies lain yaitu Aedesalbopictus.
6.3.2.4. Masa Inkubasi
Jangka waktu inkubasi penyakit demam berdarah adalah 3 sampai 14 hari, umumnya 4 sampai 7 hari.
6.3.2.5. Epidemiologi
Penyakit DBD melibatkan 3 organisme yaitu : Virus Dengue, nyamuk Aedes, dan host manusia. Secara alamiah ketiga kelompok organisme tersebut secara individu atau populasi dipengaruhi oleh sejumlah faktor lingkungan biologik dan lingkungan fisik. Pola perilaku yang terjadi dan status ekologi dari ketiga kelompok organime tadi dalam ruang dan waktu saling berkaitan dan saling membutuhkan, menyebabkan penyakit DBD berbeda derajat
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
25
endemisitasnya pada suatu lokasi ke lokasi yang lain, dan dari tahun ke tahun. Untuk memahami kejadian penyakit yang ditularkan vektor dan untuk pemberantasan penyakit melalui pemberantasan vektornya perlu mempelajari penyakit sebagai bagian ekosistem alam yaitu : Anthorophoda Ecosystem. Subsistem yang terkait dalam ekosistem in adalah : virus, nyamuk aedes, manusia, lingkungan fisik dan lingkungan biologik.
6.3.2.5.1.Virus Dengue .
Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue yang dapat dibedakan menjadi 4 strain yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Virus dengue merupakan virus RNA untai tunggal. Virus ini hidup (survive) di alam lewat dua mekanisme yaitu: 1. Melalui transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk. Dimana virus dapat ditularkan oleh nyamuk betina dan telurnya yang nantinya akan menjadi nyamuk. Virus juga dapat ditularkan dari nyamuk jantan kepada nyamuk betina melalui kontak seksual. 2. Melalui transmisi virus yang berasal dari nyamuk masuk ke dalam tubuh vertebrata seperti manusia dan kelompok kera tertentu atau sebaliknya. Virus ini terdapat dalam darah penderita selama 4-7 hari. Pada suhu 30o C, di dalam darah (Viremia) di dalam tubuh nyamuk aedes aegypti memerlukan watu 8-10 hari untuk menyelesaikan masa inkubasi extrinsik dari lambung sampai ke kelenjar ludah nyamuk. Nyamuk mendapatkan virus pada saat menggigit manusia yang terinfeksi virus dengue. Virus yang berada di lambung nyamuk akan mengalami replikasi, kemudian akan bermigrasi dan akhirnya sampai ke kelenjar ludah. Virus masuk tubuh manusia lewat gigitan nyamuk yang menembus kulit, kemudian masuk sirkulasi darah dengan cepat.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
26
Reaksi tubuh terhadap virus dengue dapat berbeda sehingga manifestasi gejala klinis dan perjalanan penyakitpun akan berbeda. Bentuk reaksi tubuh terhadap adanya virus dengue itu adalah seperti: 1. Mengendapnya bentuk netralisasi komplek Ig serum pada pembuluh darah kecil di kulit berupa gejala ruam (rash). 2. Gangguan fungsi pembekuan darah sebagai akibat dari penurunan jumlah dan kualitas faktor koagulasi yang menimbulkan manifestasi perdarahan. 3. Terjadi kebocoran pada pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya komponen plasma menuju ke ruang ekstravaskuler dengan manifestasi asites dan efusi pleura. Jika tubuh manusia hanya memberi reaksi pertama dan kedua, orang itu akan menderita demam dengue. Sementara, jika ketiga reaksi terjadi, orang itu akan mengalami DBD.
6.3.2.5.2. Nyamuk Aedes spp.
Virus dengue ditularkan dari orang sakit ke orang sehat melalui gigitan nyamuk aedes subgenus Stegornyia. Di Indonesia ada 3 jenis nyamuk Aedes yang bisa menularkan virus Dengue yaitu : Aedes aegypti, Aedes albopictus dan Aedes scutellaris. Dari ketiga jenis nyamuk tersebut Aedes aegypti lebih berperan dalampenularan penyakit DBD. Nyamuk ini banyak ditemukan di dalam rumah atau bangunan dan tempat perindukannya juga lebih banyak di dalam rumah. Warna tubuh nyamuk hitam, berbintik-bintik putih di badan dan kakinya.
6.3.2.5.3. Perilaku Nyamuk Aedes aegypti
Untuk dapat memberantas nyamuk aedes aegypti secara efektif diperlukan pengetahuan tentang pola perilaku nyamuk tersebut antara lain perilaku mencari darah,
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
27
istirahat,dan berkembang biak, sehingga diharapkan akan dicapai Pemberantasan Sarang Nyamuk dan jentik nyamuk Aedes aegypti yang tepat. Mereka hidup didalam rumah dan sekitarnya terutama ditempat yang agak gelap dan lembab serta kurang sinar matahari. Pada saat hujan, nyamuk akan lebih senang didalam rumah (indofilik), karena mereka mencari suhu yang lebih hangat. Padahal pada saat yang sama manusia juga sebagian besar berada didalam sehingga, kemungkinan digigit nyamuk menjadi lebih besar.
6.3.2.5.3.1. Perilaku Mencari Darah
Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur. Oleh karena itu nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2-3 hari sekali. Nyamuk betina menghisap darah pada pagi hari sampai sore hari dan lebih menyukai pada waktu pk. 08.00-12.00 dan jam 15.00-17.00. Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering menggigit lebih dari satu orang. Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter, dan usia nyamuk betinadapat mencapai sekitar 1 bulan. Aktivitas menggigit nyamuk itu mencapai puncaknya saat intensitas cahaya berubah, yaitu setelah matahari terbit, dan sebelum matahari terbenam, dan jarak terbangnya pendek, yaitu 50 - 100 meter (Upik Kesumawati Hadi, pakar nyamuk, peneliti dari Laboratorium Parasitologi dan Entimologi Kesehatan Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH-IPB)).Darah manusia yang disedot berfungsi mematangkan telur nyamuk. Yang menggigit betina, yang jantan mencari manis-manis (buah-buahan). (Paripurna).
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
28
6.3.2.5.3.2. Perilaku Istirahat
Setelah menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar 2-3 hari untuk mematangkan telur. Tempat istirahat yang disukai adalah tempat yang lembab dan kurang terang seperti kamar mandi, dapur, WC. Nyamuk juga beristirahat di dalam rumah seperti baju yang digantung, kelambu, dan tirai. Selain itu bila di luar rumah, nyamuk juga beristirahat pada tanaman hias di halaman rumah. Masa aktif nyamuk ini pada pagi dan sore hari, dan memiliki cirri bahwa setelah kenyang menggigit, mereka akan beristirahat, seperti di gantungan baju. Setelah itu lapar lagi dan menggigit kembali.
6.3.2.5.3.3. Perilaku Berkembang Biak
Nyamuk Aedes aegypti bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih seperti tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari, antara lain bak mandi, WC, tempayan, drum air, tower air yang tidak tertutup, dan sumur gali. Wadah yang berisi air bersih atau air hujan seperti tempat minum burung, vas bunga, pot bunga, ban bekas, potongan bambu yang dapat menampung air, kaleng bekas wadah pipa cekung, botol, tempat pembuangan air kulkas dan barang bekas lainnya yang dapat air meskipun dengan volume kecil juga dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Telur diletakkan menempel pada dinding penampungan air, sedikit di atas permukaan air. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat menghasilkan sekitar 100 butir telur. Dalam rentang waktu 6-8 hari akan memunculkan nyamuk Aedes aegypti baru yang mampu terbang.
6.3.2.6. Manusia sebagai defi ni ti ve host
Perkembangan jumlah penduduk yang terus bertambah (urbanisasi tak terkontrol, host makin banyak), tata ruang pemukiman yang tidak baik berhimpitan (menyebabkan sanitasi
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
29
buruk, Aedes berkembang pesat), program pencegahan pengatasi-an dari pemerintah yang tidak efektif adalah tiga faktor penyebab demam berdarah. (MenKes).
6.3.2.6.1.Faktor- faktor yang terkait dalam penularan DBD pada manusia
1. Kepadatan penduduk, Kepadatan penduduk yang lebih padat lebih mudah untuk terjadi penularan DBD, oleh karena jarak terbang nyamuk diperkirakan 50 – 100 meter. 2. Mobilitas penduduk memudakan penularan dari suatu tempat ke tempat lain. 3. Kualitas perumahan, jarak antar rumah, pencahayaan, bentuk rumah, bahan bangunan akan mempengaruhi penularan. Bila di suatu rumah ada nyamuk penularnya maka akan menularkan penyakit di orang yang tinggal di rumah tersebut, di rumah sekitarnya yang berada dalam jarak terbang nyamuk dan orang-orang yang berkunjung kerumah itu. 4. Pendidikan akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan penyuluhan dan cara pemberantasan yang dilakukan. 5. Penghasilan akan mempengaruhi kunjungan untuk berobat ke puskesmas atau Rumah Sakit. 6. Mata pencaharian mempengaruhi penghasilan sehingga akan mempengaruhi kemampuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. 7. Sikap hidup, kalau rajin dan senang akan kebersihan dan cepat tanggap dalam masalah akan mengurangi resiko ketularan penyakit. 8. Perkumpulan yang ada bisa digunakan untuk sarana PKM. 9. Golongan umur, akan memperngaruhi penularan penyakit. Lebih banyak golongan umur kurang dari 15 tahun berarti peluang untuk sakit DBD lebih besar. 10. Suku bangsa.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
30
Setiap suku bangsa mempunyai kebiasaannya masing-masing, hal ini juga mempengaruhi penularan DBD. 11. Kerentanan terhadap penyakit. Setiap individu mempunyai kerentanan tertentu terhadap penyakit, kekuatan dalam tubuhnya tidak sama dalam menghadapi suatu penyakit, ada yang mudah kena penyakit, ada yang tahan terhadap penyakit.
6.3.2.6.2.Lingkungan Fisik yang Terkait
1. Macam tempat penampungan air, sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. Macam tempat penampungan air ini dibedakan lagi berdasarkan lahan TPA (logam, plastik, porselin, fiberglass, semen, tembikar, dll), warna TPA (putih, hijau, coklat dll); volume TPA (kurang dari 50 lt, 101-200 lt dll); letak TPA ( didalam rumah atau di luar rumah); penutup TPA (ada atau tidak ada ); pencahayaan pada TPA ( terang atau gelap) dan sebagainya. 2. Ketinggian tempat di daerah pantai kelembaban udara mempengaruhi umur nyamuk, di dataran tinggi suhu udara mempengaruhi pertumbuhan virus di tubuh nyamuk, ditempat dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter diatas permukaan laut tidak ditemukan nyamuk Aedes aegypti. 3. Curah hujan menambah genangan air sebagai tempat perindukan, menambah kelembaban udara terutama daerah pantai, kelembaban udara menambah jarak terbang nyamuk dan umur nyamuk didaerah pantai. 4. Hari hujan, banyaknya hari hujan akan mempengaruhi kelembaban udara didaerah pantai dan mempengaruhi suhu di daerah pegunungan 5. Kecepatan anginmempengaruhi juga suhu udara dan pela ksanaan fogging. 6. Suhu udaramempengaruhi perkembangan virus di dalam tubuh nyamuk.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
31
7. Tata guna tanahmenentukan jarak dari rumah ke rumah. Rumah sempit, pencahayaan kurang lebih disenangi nyamuk. 8. Pestisida yang digunakanmempengaruhi kerentanan nyamuk. 9. Kelembaban udaramempengaruhi umur nyamuk. 10. Lingkungan Biologi yang mempengaruhi penularan penyakit DBD terutama adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, yang mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan di dalam rumah dan halamannya. Bila banyak tanaman hias dan tanaman pekarangan, berarti akan menambah tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap istirahat dan juga menambah umur nyamuk. Pada tempat-tempat yang demikian di daerah pantai akan memperpanjang umur nyamuk dan penularan mungkin terjadi sepanjang tahun di tempat tersebut. Merupakan juga fokus penularan untuk tempat- tempat sekitarnya. Pada waktu musim hujan menyebar ke tempat lain dari pada saat bukan musin hujan kembali lagi ke pusat penularan. Tempat-tempat yang menjadi pusat penularan perlu diperhatikan pada saat pemberantasan dilakukan. Faktor-faktor tersebut berbeda dari suatu tempat ke tempat yang lain dan berubah dari waktu ke waktu, untuk itu perlu pengamatan yang benar tentang faktor - faktor tersebut guna pemberantasan vektor. Kaitan subsistem yang menyebabkan nyamuk menjadi vektor digambarkan sebagai diagram di bawah ini, tanda panah menunjukan kemungkinan pengaruh dari masing-masing subsistem.
Gambar 6.1. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Penularan Demam Berdarah CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
32
Dari ekologi vektor dapat kita ketahui bahwa ada nyamuk Aedes aegypti dan ada berbagai faktor pendukung sehingga menjadi infekted dan dapat menularkan penyakit DBD. Dari suatu populasi nyamuk yang ada, pada musim penularan mungkin hanya beberapa persen saja dari populasi nyamuk tersebut yang menjadi vektor, mungkin kurang dari 5 %.
6.3.2.7. Patogenesis
Patogenesis DBD dan sindroma syok dengue (SSD) masih merupakan masalah yang kontroversial karena sejauh ini belum ada suatu teori yang dapat menjelaskan secara tuntas patogenesis demam berdarah dengue, namun dua perubahan patofisiologi utama yang terjadi yaitu peningkatan permeabilitas vaskuler dan hemostasis yang abnormal. Permeabilitas vaskuler yang meningkat mengakibatkan kebocoran plasma, hipovolemi dan syok. Kebocoran plasma dapat menyebabkan asites. Gangguan homeostasis dapat menimbulkan vaskulopati, trombositopeni dan koagulopati, sehingga memunculkan manifestasi perdarahan seperti petekie, ekimosis, perdarahan gusi, epistaksis, hematemesis dan melena. Secara garis besar ada dua teori yang banyak dianut untuk menjelaskan perubahan patogenesis pada DBD dan SSD yaitu teori infeksi primer/teori virulensi dan teori infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) atau teori infection enhancing antibody. Teori pertama menyatakan bahwa virus dengue seperti juga virus binatang lain dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus dapat menyebabkan peningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan virulensi dan mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah. Selain itu beberapa strain virus mempunyai kemampuan untuk menimbulkan wabah. Teori tersebut dibuktikan oleh para peneliti di bidang virus yang mencoba memeriksa sekuens protein virus. Penelitian secara
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
33
molekuler biologi ini mendapatkan hal yang menarik. Pada saat sebelum KLB, selama KLB dan setelah reda KLB ternyata sekuens protein tersebut berbeda . Teori kedua menyebutkan bahwa apabila seseorang mendapatkan infeksi primer dengan satu jenis virus , akan terjadi proses kekebalan terhadap infeksi jenis virus tersebut untuk jangka waktu yang lama tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi sekunder dengan jenis serotipe virus yang lain, maka terjadi infeksi yang berat. Dihipotesiskan juga mengenai antibody dependent enhancement (ADE)suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok. Patogenesis terjadinya syok berdasarkan hipotesis the secondary heterologous infection dapat dilihat pada Gambar 2.1 yang dirumuskan oleh Suvatte, tahun 1977.
Gambar. 6.2. Hipotesis the secondary heterologous infection
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
34
Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang pasien, respons limfosit T memori akan mengakibatkan proliferasi dan diferensiasi limfosit dengan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG antidengue. Disamping itu, replikasi dapat juga terjadi dalam plasmosit. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya kompleks antigenantibodi yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem komplemen yang dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga plasma keluar. Pada pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30 % dan berlangsung selama 24-48 jam. Kebocoran plasma dibuktikan dengan adanya peningkatan hematokrit dan penurunan natrium. Akibat pindahnya plasma ke rongga tubuh seperti pleura dan cavum abdominal dapat menimbulkan efusi pleura dan asites. Syok yang tidak ditanggulangi secara adekuat, akan menyebabkan asidosis dan anoksia, yang dapat berakhir fatal; oleh karena itu, pengobatan syok sangat penting guna mencegah kematian. Kedua hipotesis tersebut didukung oleh data epidemiologis dan laboratoris.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
35
Gambar 6.3 Hipotesis infection enhancing antibody
Sebagai respon terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen-antibodi selain mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit dan mengaktivasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah (Gambar 2.2), akhirnya dapat mengakibatkan perdarahan. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen-antibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin di phosphat), sehingga trombosit melekat satu sama lain. Hal ini akan menyebabkan trombosit dihancurkan oleh RES ( reticulo endothelial system) sehingga terjadi trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan menyebabkan penglepasan platelet faktor III mengakibatkan terjadinya koagulasi intravaskular diseminata (KID), sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan yang ditandai dengan peningkatan FDP ( fibrin degradation product ). Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit, sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi baik. Di sisi lain, aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hageman akibatnya terjadi aktivasi sistem kinin sehingga memacu peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat mempercepat terjadinya syok. Jadi, perdarahan masif pada DBD diakibatkan oleh trombositpenia, penurunan faktor pembekuan (akibat KID), kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan dinding endotel kapiler. Akhirnya, perdarahan akan memperberat syok yang terjadi.
6.3.2.8. Diagnosis DBD
Pedoman yang dipakai dalam menegakkan diagnosis DBD ialah kriteria yang disusun oleh WHO (1999). Kriteria tersebut terdiri atas kriteria klinis dan laboratoris .Kriteria klinis terdiri atas:
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
36
1. Demam tinggi mendadak 2-7 hari, terus menerus. 2. Manifestasi perdarahan seperti uji torniquet positif, perdarahan spontan (bintik-bintik merah dikulit, epitaksis/mimisan, perdarahan gusi dan perdarahan saluran cerna). 3. Pembesaran hati 4. Manifestasi kebocoran plasma (hemokonsentrasi), mulai yang ringan seperti kenaikan nilai hematokrit > 20% dibandingkan sebelumnya, sampai yang berat yaitu syok (nadi cepat, lemah, kaki/tangan dingin, lembab, anak gelisah, sianosis/kebiruan dan kencing berkurang). Kriteria laboratoris terdiri atas: 1. Trombositopenia ( jumlah trombosit < 100.000/ul ) 2. Hemokonsentrasi ( peningkatan hematokrit > 20%). Diagnosis DBD dapat ditegakkan bila ditemukan dua kriteria klinis dan dua kriteria laboratoris. Berdasarkan gejalanya DHF dikelompokkan menjadi 4 tingkatan: a. Derajat I: demam tinggi disertai gejala tidak khas. Satu-satunya tanda perdarahan adalah tes torniquet positif atau mudah memar. b. Derajat II: gejala derajat 1 ditambah dengan perdarahan spontan di kulit atau di tempat lain. c. Derajat III: Ditemukan tanda-tanda kegagalan sirkulasi (nadi cepat, lemah, hipotensi, kaki/tangan dingin, lembab, sianosis, anak menjadi gelisah). d. Derajat IV: terjadi syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanandarah yang tidak dapat diperiksa. Untuk diagnosis pasti DBD dapat ditegakkan bila ditemukannya virus dengue di dalam darah. Metode isolasi virus merupakan baku emas ( gold standard ) pemeriksaan infeksi virus dengue.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
37
6.3.2.9. Penatalaksanaan
Pengobatan simptomatik dan suportif merupakan terapi efektif pada penderita DBD. Terapi simptomatik yakni pemberian analgetik (parasetamol), kompres hangat. Terapi suportif antara lain penggantian (replacement) cairan, pemberian oksigen dan jika diperlukan dapat dilakukan tranfusi darah. Pemantauan tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi), hematokrit, trombosit, elektrolit, kecukupan cairan, urine output, tingkat kesadaran, dan manifestasi perdarahan berguna untuk mengetahui perkembangan penyakit.
6.3.2.10. Pencegahan
Sampai saat ini belum ada obat spesifik atau vaksin yang tersedia untuk mematikan virus dengue. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat yaitu: 1. Lingkungan Metode lingkungan untuk mengendalikan perkembangbiakan vektor yakni dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) : a.
Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali semi nggu.
b.
Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
c.
Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
d.
Mengubur kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah.
2. Biologis Metode kontrol biologi ditujukan untuk stadium larva dari vektor. Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik seperti Gambusia affinis dan
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
38
Poecilia
reticulate
(ikan adu/ikan cupang), bakteri penghasil endotoksin ( Bacills
thuringiensis serotipe H-14 dan Bacillus sphaericus). 3. Kimiawi Cara pengendalian ini antara lain dengan: -
Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. Pengasapan secara luas digunakan dengan alasan harga.
-
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain. Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.
6.3.3.Gertak Mas Berlian
Gertak Mas Berlian atau yang lebih dikenal dengan geraka n serentak masyarakat bersihkan lingkungan anti nyamuk. Gertak mas berlian ini dicanangkan oleh Bupati Jombang Drs. Suyanto, mm pada tanggal 6 februari 2008. Adapun isinya ada 10 langkah, yaitu: 1. Bentuk tim juru pemantau jentik (jumantik) di setiap RT 2. Pantau jentik secara berkala setiap bulan 3. Lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3m plus setiap hari jum’at 5. Kenali gejala dini penyakit demam berdarah
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
39
6. Periksakan segera keluarga yang dicurigai demam berdarah ke puskesmas atau RS terdekat. 7. Laporkan segera penderita demam berdarah ke puskesmas terdekat 8. Lakukan penyelidikan epidemiologi di lokasi tempat tinggal penderita db 9. Lakukan pengasapan (fogging) sebanyak 2 kali dengan interval satu minggu pada daerah yang terdapat sumber virus dengue 10. Lakukan pengasapan (fogging) pada daerah endemis sebelum musim penularan 11. Lakukan psn 3M satu hari sebelum dilakukan pengasapan (fogging)
6.4. Metodologi Penelitian 6.4.1 Metode Pengumpulan Data
Tahap
pengenalan
medan
dilaksanakan
dengan
pengumpulan
data
secara
observasional yaitu melalui pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Peterongan, wawancara mendalam dengan petugas kesehatan Puskesmas Peterongan dan pendekatan survei baik terhadap kader kesehatan maupun masyarakat di Dusun Mancar Timur, Desa Mancar, Kabupaten Jombang .
6.4.2
Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan metode statistik deskriptif yang akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan diagram proporsi ( pie diagram).
6.5 Populasi, Sampling dan Sasaran
Populasi pengenalan medan adalah semua kepala keluarga atau ibu rumah tangga di Dusun Mancar Timur, Desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. Metode
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
40
sampling pada survei ini adalah purposive sampling. Dari metode sampling ini diambil sampel kepala keluarga atau ibu rumah tangga yang tinggal di RT 6 RW 1 Dusun Mancar Timur, Desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. Jumlah sampel yang didapatkan sejumlah 46 kepala keluarga.
Kriteria inklusi sampel Kepala keluarga atau ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di dusun Mancar Timur, desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
Kriteria eksklusi sampel Kepala keluarga atau ibu rumah tangga yang tidak bertempat tinggal
di dusun
Mancar Timur, desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombangatau tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
6.6 Variabel
Variabel : 1) Pengetahuan, kesadaran dan keinginan untuk berpartisipasi dalam Program Gertak Mas Berlian ( Behavior Intention ) 2) Kader kesehatan yang aktif memberi motivasi untuk berpartisipasi dalam Program Gertak Mas Berlian (Social support ) 3) Pernah mengikuti penyuluhan tentang Program Gertak Mas Berlian ( Accessibility of Information ) 4) Pengambil keputusan dalam keluarga ( Personal Autonomy) 5) Usaha untuk berpartisipasi dalam Program Gertak Mas Berlian ( Action Situation )
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
41
6) Karakteristik Sampel
Menurut Snehandu B Kar, Perilaku seseorang / anggota masyarakat dipengaruhi oleh variabel : 1) Behavior Intention, niat seseorang untuk menjaga kesehatannya 2) Social support , dukungan sosial dukungan sosial dari orang2 disekitarnya 3) Accessibility of Information, tersedianya informasi ttg kesehatan / fasilitas kesehatan 4) Personal autonomy, otoritas pribadi otonomi / otoritas untuk mengambil keputusan 5) Action Situation, situasi memungkinkan atau tidak Maka dalam kegiatan Kedokteran Komunitas untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan Gertak Mas Berlian di Dusun Mancar Timur, Desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, diteliti variabel berikut :
VARIABEL Behavior Intention
Social Support
Tabel 6.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian SUB INDIKATOR INSTRUMEN VARIABEL Pengetahua, Kesimpulan dari Kuesioner kesadaran hasil wawancara dan secara mendalam keinginan tentang keinginan untuk untuk berpartisipasi berpartisipasi dalam Program Gertak Mas Berlian Kader Kesehatan yang memotivasi untuk berpartisipasi dalam Program Gertak Mas Berlian
Kader Kesehatan yang mengingatkan untuk melakukan Gertak Mas Berlian Ada / Tidak ada
Kuesioner
SUMBER DATA Kepala keluarga atau ibu rumah tangga
Kepala keluarga atau ibu rumah tangga
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
42
Pernah mengikuti penyuluhan tentang Program Gertak Mas Berlian
Kesimpulan dari hasil wawancara secara mendalam tentang keikutsertaan dalam penyuluhan tentang Gertak Mas Berlian Ada / Tidak ada
Kuesioner
Kepala keluarga atau ibu rumah tangga
Personal Autonomy
Pengambil keputusan dalam keluarga
Kesimpulan dari hasil wawancara mendalam tentang anggota keluarga yang menjadi pengambil keputusan dalam keluarga
Wawancara mendalam dan Kuesioner
Kepala keluarga atau ibu rumah tangga
Action Situation
Usaha untuk berpartisipasi dalam Program Gertak Mas Berlian
Kesimpulan dari wawancara mendalam tentang partisipasi dalam kegiatan Gertak Mas Berlian Ada / Tidak ada
Kuesioner
Rumah Kepala keluarga atau ibu rumah tangga
Karakteristik Sampel
Pendidikan
Pendidikan terakhir Kepala Keluarga atau ibu rumah tangga
Kuesioner
Kepala keluarga atau ibu rumah tangga
Pekerjaan
Pekerjaan Kepala Keluarga atau ibu rumah tangga
Kuesioner
Kepala keluarga atau ibu rumah tangga
Accessibi li ty of Information
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
43
6.7 Kerangka Konsep/ Kerangka Operasional 6.7.1 Kerangka Konsep
Gambar 6.4 Kerangka Konsep
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
44
Perubahan perilaku warga Desa Mancar untuk berpartisipasi dalam Program Gertak Mas Berlian dapat ditingkatkan dengan melakukan intervensi terhadap variabel niat seseorang
untuk
bertindak
sehubungan
dengan
kesehatan
atau
perawatan
kesehatannya/behavior intention, dukungan sosial dari masyarakat sekitar/social support, akses terhadap informasi kesehatan/accessibility of information, otonomi pribadi untuk mengambil
keputusan/ personal
autonomy,
dan
situasi
yang
memungkinkan
untuk
bertindak/tidak bertindak/action situation. Variabel niat untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya/behavior intention dapat dilihat dari komitmen kepala keluarga atau ibu rumah tangga Desa Muncar untuk ikut serta dalam Program Gertak Mas Berli an. Motivasi yang dilakukan para Kader Kesehatan Desa Mancar untuk mendorong keikutsertaan warganya dalam Program Gertak Mas Berlian merupakan variabel dukungan sosial dari masyarakat sekitar/ social support. Ada tidaknya informasi kesehatan atau fasilitas kesehatan/accessibility of information yang dimiliki oleh kepala keluarga atau ibu rumah tangga Desa Muncar, diukur dari keikutsertaan mereka dalam mengikuti penyuluhan tentang Program Gertak Mas Berlian. Variabel Otonomi pribadi dalam mengambil tindakan atau keputusan/ personal autonomy dapat diukur dari pengambilan keputusan oleh kepala keluarga/ibu rumah tangga Desa Muncar untuk ikut serta dalam Program Gertak Mas Berlian. Variabel situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak/action situation dapat diukur dari usaha para kepala keluarga atau ibu rumah tangga Desa Muncar untuk ikut berpartisipasi dalam Program Gertak Mas Berlian . Dengan melakukan intervensi terhadap variabel yang ada diharapkan dapat meningkatan peran serta masyarakat dalam Program Gertak Mas Berlian di lingkungannya.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
45
6.7.2 Kerangka Operasional
Gambar 6.5 Kerangka Operasional
6.8 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen untuk pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara mendalam. Instrumen kuesioner untuk mengumpulkan data mengenai pendidikan terakhir dan jenis pekerjaan kepala keluarga atau ibu rumah tangga, keinginan untuk berpartisipasi dan pengetahuan tentang kegiatan Gertak Mas Berlian, kader kesehatan yang memotivasi untuk melakukan Gertak Mas Berlian, keikutsertaan dalam penyuluhan tentang Gertak Mas Berlian, pengambil keputusan dalam keluarga dan usaha untuk berpartisipasi dalam Gertak Mas Berlian. Sedangkan instrumen wawancara mendalam dilakukan untuk mengetahui keinginan responden berpartisipasi dan pengetahuan tentang Gertak Mas Berlian, kader kesehatan yang memotivasi untuk melakukan Gertak Mas Berlian, keikutsertaan dalam kegiatan penyuluhan tentang Gertak Mas Berlian, pengambil keputusan dalam keluarga dan bagaimana usaha untuk berpartisipasi dalam kegiatan Gertak Mas Berlian
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
46
6.9 Hasil 6.9.1 Karakteristik Responden
Tabel 6.2 Distribusi dan Proporsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
Laki-laki Perempuan
9 37
20 80
Total
54
100
20% Laki-laki 80%
Perempuan
Gambar 6.6 Diagram Proporsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Hasil survei Responden berdasarkan Jenis Kelamin menunjukkan bahwa 20% responden adalah laki-laki sedangkan 80% responden adalah perempuan. Tabel 6.3 Distribusi dan Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak Tamat SD SD
3 4
7 9
SMP SMA Perguruan Tinggi
14 20 5
30 43 11
Total
46
100
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
47
11%
7%
9%
Tidak Tamat SD SD
30%
43%
SMP SMA Perguruan Tinggi
Gambar 6.7 Diagram Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Hasil survei menunjukkan bahwa 7% responden tidak tamat SD, sedangkan sejumlah 9% responden adalah lulusan SD, 30% lulus SMP, 43% adalah lulusan SMA, dan sebesar 11% adalah lulusan perguruan tinggi. Tabel 6.4 Distribusi dan Proporsi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan
Frekuensi
Persentase (%)
Petani PNS
1 3
2 6
Pedagang Wiraswasta Ibu Rumah Tangga
5 16 21
11 35 46
Total
46
100
2%
6% 11%
46%
Petani PNS
35%
Pedagang Wiraswasta Ibu Rumah Tangga
Gambar 6.8 Diagram Proporsi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel di atas menunjukkan distribusi responden berdasarkan pekerjaan. Sebanyak 2% adalah petani, 6% adalah Pegawai Negeri Sipil, sebanyak 11% adalah pedagang, sebanyak 35% berprofesi sebagai wiraswasta, dan sebanyak 46% adalah ibu rumah tangga.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
48
Tabel 6.5 Distribusi dan Proporsi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Anggota Keluarga
Frekuensi
Persentase (%)
3 orang 4 orang 5 orang 6 orang 7 orang
13 13 12 3 3
28 28 26 7 7
8 orang
2
4
Total
46
100
7%
4%
7%
3 orang 28%
4 orang 5 orang
26%
28%
6 orang 7 orang 8 orang
Gambar 6.9 Diagram Proporsi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Hasil survei menunjukkan bahwa 28% keluarga responden terdiri dari 3 orang, sebanyak 28% keluarga responden terdiri dari 4 orang, 26% keluarga responden terdiri dari 5 orang, 7% keluarga responden terdiri dari 6 orang, 7% keluarga responden terdiri dari 7 orang dan sebanyak 4% keluarga responden terdiri dari 8 orang. 6.9.2 Niat Untuk Bertindak / Behahi or I ntenti on Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga untuk berpartisipasi dalam Kegiatan Gertak Mas Berlian Tabel 6.6 Distribusi dan Proporsi Pengetahuan Responden tentang Kegiatan Gertak MasBerlian dalam Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Pengetahuan tentang Kegiatan Gertak Mas Frekuensi Persentase (%) Berlian Tahu 40 87 Tidak Tahu 6 13 Total 46 100
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
49
13%
tahu tidak tahu 87%
Gambar 6.10 Diagram Proporsi Pengetahuan Reponden tentang Kegiatan Gertak Mas Berlian dalam Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Gambar 6.7 menunjukkan bahwa 87% responden yang mengetahui kegiatan Gertak Mas Berlian, sedangkan 13% yang tidak mengetahui kegiatan Gertak Mas Berlian . Tabel 6.7 Distribusi dan Proporsi Pengetahuan Responden terhadap Cara Penularan Demam Berdarah Pengetahuan Cara Penularan Demam Frekuensi Persentase (%) Berdarah Nyamuk 38 95 Lalat 0 0 Tikus 2 5 Total 40 100
0%
5%
nyamuk lalat tikus 95%
Gambar 6.11 Diagram Proporsi Pengetahuan Responden terhadap Cara Penularan Demam Berdarah
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
50
Gambar 6.8 menunjukkan bahwa 95% dari responden mengetahui nyamuk sebagai cara penularan penyakit demam berdarah. Sedangkan 5% dari responden mengetahui tikus sebagai cara penularan penyakait demam berdarah.
Tabel 6.8 Distribusi dan Proporsi Pengetahuan Responden tentang Gejala Penyakit Demam Berdarah. Pengetahuan Gejala Frekuensi Persentase (%) Demam Berdarah Panas Badan 37 92 Bintik Merah 3 8 Sesak Nafas 0 0 Batuk Pilek 0 0 Nyeri Perut 0 0 Total 40 100 0% 0%
0%
8% Panas badan Bintik merah Sesak nafas 92%
Batuk pilek Nyeri perut
Gambar 6.12 Diagram Proporsi Pengetahuan Responden tentang Gejala Demam Berdarah Hasil survei menunjukkan bahwa 92% responden mengetahui gejala panas badan sebagai gejala demam berdarah dan 8% mengetahui bintik merah sebagai gejala demam berdarah. Tabel 6.9 Distribusi dan Proporsi Pengetahuan tentang Tempat Perindukkan Nyamuk Demam Berdarah. Pengetahuan Tempat Persentase Perindukkan Nyamuk Frekuensi (%) Demam Berdarah Baju Kotor yang Menggantung 29 72 Tembok 0 0 Pepohonan 4 10 Tidak Tahu 7 18 Total 40 100
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
51
Baju kotor yang menggantung
18% 10%
Tembok
0%
Pepohonan
72%
Tidak tahu
Gambar 6.13 Diagram Proporsi Pengetahuan tentang Tempat Perindukkan Nyamuk Demam Berdarah. Hasil survei menunjukkan bahwa 72% responden megetahui baju kotor menggantung sebagai tempat perindukkan nyamuk demam berdarah, 10% responden mengetahui pepohonan sebagai tempat perindukkan nyamuk demam berdarah dan 18% responden tidak mengetahui tempat perindukkan nyamuk demam berdarah.
Tabel 6.10 Distribusi dan Proporsi Pengetahuan Responden tentang Pencegahan Demam Berdarah Pengetahuan Pencegehan Demam Berdarah` Program 3M/PSN Gertak Mas Berlian Abatisasi Fogging Tidak Tahu Total
Frekuensi
Persentase (%)
19 4 4 12 1 46
47 10 10 30 3 100
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
52
3%
Program 3M/PSN
30%
47%
GERTAK MAS BERLIAN
Abatisasi 10% 10%
Fogging
Tidak Tahu
Gambar 6.14 Diagram Proporsi Pengetahuan Responden terhadap Pencegahan demam berdarah Hasil survei menunjukkan bahwa 47% responden mengetauhi program 3M/PSN sebagai pencegahan demam berdarah, 10% responden mengetahui Gertak Mas Berlian dan abatisasi sebagai pencegahan demam berdarah, 30% responden mengetauhi fogging sebagai pencegahan demam berdarah dan 3% responden tidak mengatahui cara pencegahan demam berdarah.
6.9.3 Dukungan Sosial dari Masyarakat Sekitar/ Social Support kepada Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga untuk berpartisipasi dalam kegiatan Gertak Mas Berlian
Tabel 6.11 Distribusi dan Proporsi Keaktifan Kader Kesehatan terhadap pelaksanaan Gertak Mas Berlian Berdasarkan Waktu Kunjungan Pemeriksaan Je ntik Keaktifan Kader Frekuensi Persentase (%) Kesehatan 1x/minggu 8 17 Tiap 1 bulan 20 22 >1x/bulan 8 44 Tidak melakukan 10 22 Total 46 100
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
53
22%
17% 1x/minggu tiap 1 bulan
17%
>1x/bulan
44%
Tidak
Gambar 6.15 Diagram Proporsi Keaktifan Kader Kesehatan terhadap Pelaksanaan Kegiatan Gertak Mas Berlian Berdasarkan Waktu Kunjungan Pemeriksaan Jentik. Hasil survei menunjukkan bahwa 44% responden menyatakan bahwa kader kesehatan melakukan pemeriksaan tiap 1 bulan, 17% responden menyatakan bahwa kader kesehatan melakukan pemeriksaan 1x/minggu dan >1x/bulan. 22% responden menyatakan bahwa kader kesehatan tidak melakukan kunjungan pemeriksaan jentik. Tabel 6.12 Distribusi dan Proporsi Gertak Mas Berlian Berdasarkan Pemeriksaan Jentik Keaktifan Kader Kesehatan Kamar mandi saja Kamar mandi+penampungan air di dalam rumah Kamar mandi+penampungan air di dalam dan luar rumah Total
Keaktifan Kader Kesehatan terhadap pelaksanaan Jenis Pemeriksaan Saat Melakukan Kunjungan Frekuensi Persentase (%) 19 41 10 22 17
37
46
100
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
54
Kamar mandi saja 37%
41% Kamar mandi+penampungan air dalam rumah
22%
Kamar mandi+penampungan air dalam dan luar rumah
Gambar 6.16 Diagram Proporsi Keaktifan Kader Kesehatan terhadap Pelaksanaan Kegiatan Gertak Mas Berlian Berdasarkan Jenis Pemeriksaan Saat Melakukan Kunjungan Pemeriksaan Jentik. Hasil survei menunjukkan bahwa 41% responden menyatakan bahwa kader kesehatan hanya melakukan pemeriksaan di kamar mandi, 22% responden menyatakan bahwa kader kesehatan melakukan pemeriksaan dikamar mandi +penampungan air di dalam rumah dan 37% responden menyatakan bahwa kader kesehatan melakukan di kamar mandi dan penampungan air di dalam dan luar rumah. 6.9.4 Informasi Kesehatan/ Accessibi li ty of I nfor mation kepada Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga tentang Kegiatan Gertak Mas Berlian
Tabel 6.13 Distribusi dan Gertak Mas Berlian Partisipasi dalam penyuluhan tentang Gertak Mas Berlian Pernah Tidak pernah Total
Proporsi Partisipasi Responden dalam Penyuluhan tentang
Frekuensi
Persentase (%)
33 13 46
72 28 100
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
55
28%
Pernah 72%
Tidak Pernah
Gambar 6.17 Diagram Proporsi Partisipasi Responden dalam Penyuluhan tentang Gertak Mas Berlian Hasil survei menunjukkan bahwa 72% responden pernah mengikuti penyuluhan tentang Gertak Mas Berlian sedangkan 28% responden tidak pernah mengikuti penyuluhan tentang Gertak Mas berlian. 6.9.5 Otonomi Pribadi Untuk Mengambil Keputusan/ Personal Autonomy Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga untuk Berpartisipasi dalam Kegiatan Gertak Mas Berlian
Tabel 6.14 Distribusi dan Proporsi Pengambil Keputusan dalam Keluarga Responden Pengambil Keputusan dalam Keluarga Frekuensi Persentase (%) Responden Suami 43 94 Istri 2 4 Anak 1 2 Total 46 100
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
56
4%
2%
Suami
Istri Anak 94%
Gambar 6.18 Diagram Proporsi Pengambil Keputusan dalam Keluarga Responden Hasil survei menunjukkan bahwa 93% pengambil keputusan dalam keluarga responden adalah suami, 4% pengambil keputusan dalam keluarga responden adalah istri dan 3% pengambil keputusan dalam keluarga responden adalah anak.
6.9.6 Situasi yang Memungkinkan Untuk Bertindak/Tidak Bertindak/ Action Situation Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga untuk Berpartisipasi dalam Kegiatan Gertak Mas Berlian
Tabel 6.15 Distribusi dan Proporsi Reponden terhadap Perilaku Menguras Bak Mandi Menguras Bak Mandi Frekuensi Persentase (%) < 1 minggu 28 61 > 1 minggu 18 39 Total 46 100
39%
61%
<1x/minggu ≥1x/minggu
Gambar 6.19 Diagram Proporsi Reponden terhadap Perilaku Menguras Bak Mandi
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
57
Hasil survei menunjukkan bahwa 61% responden yang menguras bak mandi < 1 minggu, sedangkan 39% yang menguras bak mandi > 1 minggu. Tabel 6.16 Distribusi dan Proporsi Responden terhadap Perilaku Memberi Bubuk Abate/Memelihara Ikan di Bak Mandi Perilaku memberi bubuk Abate/Memelihara ikan di bak mandi Ya Tidak Total
Frekuensi
Persentase (%)
25 21 46
54 46 100
46% 54%
Ya Tidak
Gambar 6.20 Diagram Proporsi Responden terhadap perilaku memberi bubuk Abate/memelihara ikan di bak mandi Hasil survei menunjukkan bahwa 54% dari responden yang menunjukkan perilaku memberi bubuk Abate/memelihara ikan di bak mandi. Sedangkan 46% dari responden menunjukkan perilaku tidak memberi bubuk Abate/memelihara ikan di bak mandi.
Tabel 6.17 Distribusi dan Proporsi Responden terhadap Perilaku Mengikuti Kegiatan Gerakan Jumat Bersih di Lingkungan Rumah Perilaku mengikuti kegiatan gerakan Frekuensi Persentase (%) jumat bersih di lingkungan rumah 1x/minggu 12 26 Kadang-kadang 16 36 Tidak Pernah 18 39 Total 46 100 CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
58
26%
39%
1x/minggu
kadang-kadang tidak pernah
35%
Gambar 6.21 Diagram Proporsi Responden terhadap Perilaku Mengikuti Kegiatan Gerakan Jumat Bersih di Lingkungan Rumah Hasil survei menunjukkan bahwa 26% responden mengikuti 1x/minggu, 35% kadangkadang mengikuti dan 39% tidak pernah mengikuti kegiatan gerakan jumat bersih di lingkungan rumah. Tabel 6.18 Distribusi dan Proporsi Responden terhadap Perilaku Melakukan Gerakan 3M di Rumah Perilaku Melakukan Gerakan 3M di Rumah` 1x/minggu < 1 minggu Tidak Pernah Total
Frekuensi
Persentase (%)
29 10 7 46
63 22 15 100
15%
1x/minggu
22% 63%
<1x/minggu tidak pernah
Gambar 6.22 Diagram Proporsi Responden terhadap Perilaku Mela kukan Gerakan 3M di Rumah CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
59
Hasil survei menunjukkan bahwa 63% responden melakukan gerakan 3M di rumah 1x/minggu, 22% < 1x/minggu dan 15% tidak pernah melakukan gerakan 3M.
Tabel 6.19 Distribusi dan Proporsi Responden terhadap Perilaku Menggunakan Kasa Anti Nyamuk di Rumah Perilaku Melakukan Gerakan 3M di Frekuensi Persentase (%) Rumah` Ya 18 39 Tidak 28 61 Total 46 100
39%
61%
Ya
Tidak
Gambar 6.23 Diagram Proporsi Responden terhadap Perilaku Menggunakan Kasa Anti Nyamuk di Rumah Hasil survei menunjukkan bahwa 61% responden menggunakan kasa anti nyamuk dan 39% tidak menggunkan kasa anti nyamuk.
Tabel 6.20 Distribusi dan Proporsi Responden terhadap Perilaku Menggunakan obat nyamuk Perilaku Melakukan Gerakan 3M di Frekuensi Persentase (%) Rumah` Bakar 23 54 Semprot 4 9 Lotion anti nyamuk 16 37 Total 46 100
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
60
37% 54%
bakar semprot
9%
lotion anti nyamuk
Gambar 6.24 Diagram Proporsi Responden terhadap Perilaku Menggunakan Kasa Anti Nyamuk di Rumah Hasil survei menunjukkan bahwa 54% responden menggunakan obat nyamuk bakar, 4% responden menggunakan obat nyamuk semprot dan 37% menggunakan lotion anti nyamuk.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
61
6.10 Pembahasan
Pembahasan penelitian dibuat berdasarkan hubungan antara beberapa teori yang terangkum dalam tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang didapatkan di lapangan. Hal yang dibahas meliputi variabel niat untuk bertindak/behavior Intention dalam rangka peningkatan keikutsertaan masyarakat Desa Mancar Timur pada program Gertak Mas Berlian,
dukungan
sosial
dari
masyarakat
sekitar/social
support ,
informasi
kesehatan/accessibility of information, otonomi pribadi untuk mengambil keputusan/ personal autonomy dan situasi yang memungkinkan untuk bertindak/tidak bertindak/ action situation.
6.10.1 Variabel Niat/ Behavior I ntention Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga untuk berpartisipasi dalam Program Gertak Mas Berlian
Hasil survei di Desa Muncar Timur Kecamatan Peterongan dengan jumlah responden sebanyak 46 orang, peneliti menemukan bahwa sebagian besar penduduk yakni 45 orang (97%) telah mengetahui cara pencegahan penyakit demam berdarah yakni program 3M/PSN sebanyak 47%, kegiatan gertak mas berlian sebanyak 10%, abatisasi sebanyak 10% dan fogging sebanyak 30%. Hanya sebagian kecil penduduk yang tidak mengetahui tentang cara pencegahan demam berdarah yakni 1 orang (3%). Dari 100% responden, sebanyak 87% mengetahui tentang kegiatan Gertak Mas Berlian, 95% diantaranya telah mengetahui tentang cara penularan demam berdarah yakni melalui vektor nyamuk aedes aegipty. 92% penduduk mampu menyebutkan bahwa panas badan merupakan salah satu gejala dari penyakit demam berdarah, 8 % diantaranya menjawab bintik-bintik merah pada tubuh. 72% responden mengetahui bahwa baju kotor menggantung merupakan salah satu tempat perindukan nyamuk demam berdarah, 10% responden menjawab bahwa pepohonan merupakan tempat perindukan nyamuk demam
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
62
berdarah dan 18% responden sama sekali tidak mengetahui tempat perindukkan nyamuk demam berdarah.
6.10.2 Variabel Dukungan Sosial dari Masyarakat Sekitar/ Social Support I ntention Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga untuk berpartisipasi dalam Program Gertak Mas Berlian
Dari hasil survei mengenai keaktifan kader kesehatan, 44% responden menyatakan bahwa kader kesehatan melakukan pemeriksaan jentik berkala tiap 1 bulan, 17% responden menyatakan bahwa pemeriksaan jentik berkala dilakukan tiap 1x/minggu dan >1x/bulan. 22% responden menyatakan bahwa kader kesehatan tidak pernah melakukan kunjungan pemeriksaan jentik sama sekali. Dari jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh para kader kesehatan, 41% responden menyatakan bahwa kader kesehatan melakukan pemeriksaan jentik berkala hanya di kamar mandi saja, 22% responden menyatakan bahwa kader kesehatan melakukan pemeriksaan dikamar mandi + penampungan air di dalam rumah dan 37% responden menyatakan bahwa kader kesehatan melakukan pemeriksaan di kamar mandi + penampungan air di dalam dan luar rumah.
6.10.3 Variabel Informasi Kesehatan/Accessibi li ty of I nfor mation Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga untuk berpartisipasi dalam Program Gertak Mas Berlian
Penyuluhan kesehatan yang diberikan para petugas kesehatan dinilai sangat penting karena menyangkut aksesibilitas warga pada informasi kesehatan. Hasil survei menunjukkan bahwa 72% responden mengaku pernah mengikuti penyuluhan tentang kegiatan Gertak Mas Berlian sedangkan 28% sisanya tidak pernah mengikuti penyuluhan tentang kegiatan tersebut.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
63
6.10.4 Variabel Otonomi Pribadi Untuk Mengambil Keputusan/ Personal Autonomy Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga untuk berpartisipasi dalam Program Gertak Mas Berlian
Decision maker dalam keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan termasuk dalam usaha peningkatan keikutsertaan warga dalam kegiatan Gertak Mas Berlian. Hasil survei menunjukkan bahwa 93% pengambil keputusan dalam keluarga responden adalah suami, 4% pengambil keputusan dalam keluarga responden adalah istri dan 3% pengambil keputusan dalam keluarga responden adalah anak.
6.10.5 Variabel Situasi yang Memungkinkan Untuk Bertindak/Tidak Bertindak/ Action Situation Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga untuk Berpartisipasi dalam
Program Gertak Mas Berlian
Hasil survei mengenai perilaku menguras bak mandi, menunjukkan bahwa 61% responden menguras bak mandi < 1 minggu/kali, sedangkan sisanya menguras bak mandi > 1/minggu/kali. 54% dari responden yang menunjukkan perilaku memberi bubuk Abate/memelihara ikan di bak mandi. Sedangkan 46% dari responden menunjukkan perilaku tidak memberi bubuk Abate/memelihara ikan di bak mandi. 26% responden mengikuti kegiatan jumat bersih 1x/minggu, 35% kadang-kadang mengikuti kegiatan tersebut dan sisanya tidak pernah mengikuti kegiatan gerakan jumat bersih di lingkungan rumah. Hasil survei menunjukkan bahwa 63% responden melakukan gerakan 3M di rumah 1x/minggu, 22% < 1x/minggu dan 15% tidak pernah melakukan gerakan 3M. Hasil survei menunjukkan bahwa 61% responden menggunakan kasa anti nyamuk dan 39% tidak menggunkan kasa anti nyamuk.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
64
Hasil survei menunjukkan bahwa 54% responden menggunakan obat nyamuk bakar, 4% responden menggunakan obat nyamuk semprot dan 37% menggunakan lotion anti nyamuk. Jenis pekerjaan keluarga menjadi subvariabel yang mempengaruhi upaya masyarakat untuk melaksanakan program Gertak Mas Berlian. Dimana ketersediaan waktu menjadi hal yang penting untuk keikutsertaan masyarakat. Hasil survei menunjukkan sebanyak 2% adalah petani, 6% adalah Pegawai Negeri Sipil, sebanyak 11% adalah pedagang, sebanyak 35% berprofesi sebagai wiraswasta dan sebanyak 46% adalah ibu rumah tangga. Subvariabel lain yang mempengaruhi adalah tingkat pendidikan responden. Hasil survei menunjukkan bahwa 7% responden tidak tamat SD, sedangkan sejumlah 9% responden adalah lulusan SD, 30% lulus SMP, 43% adalah lulusan SMA, dan sebesar 11% adalah lulusan perguruan tinggi.
6.11 Kesimpulan
1. Niat untuk bertindak /behahior intention kepala keluarga atau ibu rumah tangga Dusun Mancar terhadap pengetahuan dan kesadaran untuk berpartisipasi dalam Program Gertak Mas Berlian dalam upaya meningkatkan pencegahan penyakit demam berdarah. Hasil survei menunjukkan 97% telah mengetahui cara pencegahan penyakit demam berdarah yakni program 3M/PSN sebanyak 47%, kegiatan gertak mas berlian sebanyak 10%, abatisasi sebanyak 10% dan fogging sebanyak 30%. Hanya sebagian kecil penduduk yang tidak mengetahui tentang cara pencegahan demam berdarah yakni 1 orang (3%). Kemudian sebanyak 87% mengetahui tentang Program Gertak Mas Berlian, 95% diantaranya telah mengetahui tentang cara penularan demam berdarah yakni melalui vektor nyamuk aedes aegipty. 92% penduduk mampu menyebutkan bahwa panas badan merupakan salah satu gejala dari penyakit demam berdarah, 8 % diantaranya bintik bintik merah pada tubuh. 72% responden mengetahui bahwa baju kotor menggantung
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
65
merupakan salah satu tempat perindukan nyamuk demam berdarah, 10% responden menjawab bahwa pepohonan merupakan tempat perindukan nyamuk demam berdarah. 2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitar/ social support kepada kepala keluarga atau ibu rumah tangga Dusun Mancar untuk berpartisipasi dalam kegiatan Gertak Mas Berlian dalam upaya meningkatkan pencegahan penyakit demam berdarah. Hasil survei mengenai keaktifan kader kesehatan, 44% responden menyatakan bahwa kader kesehatan melakukan pemeriksaan jentik berkala tiap 1 bulan, 17% responden menyatakan bahwa pemeriksaan jentik berkala dilakukan tiap 1x/minggu dan >1x/bulan. Dari jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh para kader kesehatan, 41% responden menyatakan bahwa kader kesehatan melakukan pemeriksaan jentik berkala hanya di kamar mandi saja, 22% responden menyatakan bahwa kader kesehatan melakukan pemeriksaan dikamar mandi + penampungan air di dalam rumah dan 37% responden menyatakan bahwa kader kesehatan melakukan pemeriksaan di kamar mandi + penampungan air di dalam dan luar rumah. 3. Informasi kesehatan/accessibility of information kepada kepala keluarga atau ibu rumah tangga Dusun Mancar untuk berpartisipasi dalam kegiatan Gertak Mas Berlian dalam upaya meningkatkan pencegahan penyakit demam berdarah. Hasil survei menunjukkan bahwa 72% responden mengaku pernah mengikuti penyuluhan tentang kegiatan Gertak Mas Berlian. 4. Otonomi pribadi untuk mengambil keputusan/ personal autonomy kepala keluarga atau ibu rumah tangga Dusun Mancar Timur untuk berpartisipasi dalam kegiatan Gertak Mas Berlian sebagai upaya meningkatkan pencegahan penyakit demam berdarah. Hasil survei menunjukkan bahwa 93% pengambil keputusan dalam keluarga responden a dalah suami, 4% pengambil keputusan dalam keluarga responden adalah istri dan 3% pengambil keputusan dalam keluarga responden adalah anak.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
66
5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak/tidak bertindak/ action situation kepala keluarga atau ibu rumah tangga Dusun Mancar Timur untuk berpartisipasi dalam kegiatan Gertak Mas Berlian sebagai upaya meningkatkan pencegahan penyakit demam berdarah. Hasil survei mengenai perilaku menguras bak mandi, menunjukkan bahwa 61% responden menguras bak mandi < 1 minggu/kali, sedangkan sisanya menguras bak mandi > 1/minggu/kali. kemudian perilaku 54% dari responden menunjukkan perilaku memberi bubuk Abate/memelihara ikan di bak mandi. Sedangkan 46% dari responden menunjukkan perilaku tidak memberi bubuk Abate/memelihara ikan di bak mandi. 26% responden mengikuti kegiatan jumat bersih 1x/minggu, 35% kadang-kadang mengikuti kegiatan tersebut dan sisanya tidak pernah mengikuti kegiatan gerakan jumat bersih di lingkungan rumah. Hasil survei menunjukkan bahwa 63% responden melakukan gerakan 3M di rumah 1x/minggu, 22% < 1x/minggu. Hasil survei menunjukkan bahwa 61% responden menggunakan kasa anti nyamuk. Hasil survei menunjukkan bahwa 54% responden menggunakan obat nyamuk bakar, 4% responden menggunakan obat nyamuk semprot dan 37% menggunakan lotion anti nyamuk. Hasil survei mengenai jenis pekerjaan responden menunjukkan sebanyak 2% adalah petani, 6% adalah Pegawai Negeri Sipil, sebanyak 11% adalah pedagang, sebanyak 35% berprofesi sebagai wiraswasta dan sebanyak 46% adalah ibu rumah tangga. tingkat pendidikan responden. Hasil survei menunjukkan bahwa 7% responden tidak tamat SD, sedangkan sejumlah 9% responden adalah lulusan SD, 30% lulus SMP, 43% adalah lulusan SMA, dan sebesar 11% adalah lulusan perguruan tinggi.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
67
BAB VII DIAGNOSIS KOMUNITAS 7.1 Kegiatan 7.1.1 Lokasi dan Waktu Lokakarya
Diagnosis komunitas ditegakkan dengan menyelenggarakan lokakarya. Lokakarya diselenggarakan di Musholla Mancar Timur, RT 06, RW 01, Dusun Mancar Timur, Desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. Lokakarya dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 11 Februari 2010 pukul 18.00 – 21.00 WIB.
7.1.2
Peserta Lokakarya
Jumlah peserta yang hadir pada lokakarya adalah 42 orang yang terdiri dari Ketua RT 06 RW 01 Dusun Mancar Timur, warga dari RT 05 RW 01 RT 06 RW 01, RT 07 RW 01, RT 14 RW 01 Dusun Mancar Timur, Penanggung jawab Program Promosi Kesehatan (Promkes) Puskesmas Peterongan, Bidan Desa Mancar Puskesmas Pete rongan, dan sembilan orang CPS PKBM.
7.1.3
Kerangka Operasional Lokakarya
Penyampaian Hasil Survei dan Daftar Masalah
Penentuan Prioritas Masalah
Identifikasi Penyebab Masalah
Pencarian Solusi
Penyepakatan Solusi
Gambar 7.1 Kerangka Operasional Lokakarya Kegiatan lokakarya diawali dengan penyampaian hasil survei dan daftar masalah. Sesi kedua lokakarya adalah penentuan prioritas masalah oleh peserta lokakarya. Sesi ketiga lokakarya adalah identifikasi penyebab masalah yang mendapatkan prioritas tertinggi. Sesi keempat lokakarya adalah penentuan solusi masalah. Pencarian solusi dilakukan dengan
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
68
focus group discussion. Solusi masalah dirumuskan berdasarkan penyebab masalah yang telah diidentifikasi. Sesi terakhir lokakarya adalah penyepakatan waktu dan penanggung jawab realisasi solusi.
7.2 Hasil Kegiatan 7.2.1
Daftar Masalah
Berdasarkan hasil survei lapangan, dapat dirumuskan beberapa masalah masalah sebagai berikut: 1. 74% responden yang sibuk dengan pekerjaannya menyatakan tidak memiliki cukup banyak waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan seperti jumat bersih dan PSN 2. Masih kurangnya pengetahuan responden mengenai gejala demam berdarah dan upaya pencegahannya (41%). 3. Masih belum optimalnya kinerja kader kesehatan dalam pemeriksaan jentik berkala(39%) 4. Cara pemeriksaan jentik yang kurang tepat (63%)
7.2.2
Prioritas Masalah
Penentuan prioritas masalah dalam lokakarya didasarkan pada besarnya masalah, menurut urgensi masalah, teknologi yang dikuasai dalam penanganan masalah dan sarana prasarana yang dimiliki untuk menangani masalah tersebut. Prioritas masalah yang disepakati dalam lokakarya adalah masyarakat di Dusun Mancar Timur tidak memiliki cukup banyak waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan seperti jumat bersih dan PSN dan masih belum optimalnya kinerja kader kesehatan dalam pemeriksaan jentik berkala di Dusun
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
69
Mancar Timur, Desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang yang masih jauh dari target yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan.
7.2.3
Penyebab Masalah
Masalah yang diputuskan untuk diangkat dalam Musyawarah Mufakat Desa adalah Masyarakat di Dusun Mancar Timur tidak memiliki cukup banyak waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan seperti jumat bersih dan PSN. Hal ini disebabkan karena hampir semua warga di Dusun Mancar Timur baik ibu dan bapaknya bekerja. Dari survey pendahuluan yang dilakukan sebelumnya, didapatkan data bahwa 2% penduduk Mancar Timur bekerja sebagai petani, 6% sebagai Pegawai Negeri Sipil, 11% sebagai pedagang, 35% sebagai wiraswasta, dan 46% bekerja sebagai ibu rumah tangga yang membantu suami berwiraswasta. Dengan kesibukan bekerja hingga sore hari, maka hal ini menjadi faktor penghambat untuk para warga di Dusun Mancar Timur untuk melakukan kegiatan kemasyarakatan seperti Jumat bersih dan PSN bersama-sama. Masalah lain yang diangkat dalam Musyawarah Masyarakat Desa pada hari Jum’at tanggal
12 Februari 2010 adalah bahwa masih belum optimalnya kinerja kader kesehatan
dalam pemeriksaan jentik berkala. Berdasarkan Musyawarah masyarakat Dusun Mancar Timur, didapatkan bahwa hal ini dikarenakan tidak terdapatnya alokasi dana bagi para Jumantik yang telah ditunjuk sehingga mengalami kesulitan untuk menggerakkan Jumantik tersebut. Selain itu, berdasarkan survey, ditemukan bahwa ada 22% rumah warga Dusun Mancar Timur yang tidak pernah diperiksa oleh Jumantik karena ketika ada pemeriksaan, para warga juga tidak berada di rumah karena bekerja. Jumantik yang telah ditunjuk juga melakukan pemeriksaan hanya dengan bertanya terhadap pemilik rumah tentang ada atau tidaknya jentik sehingga menyebabkan kinerja Kader Jumantik belum optimal.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
70
7.3 Diagnosis Komunitas
Masalah utama masyarakat
Dusun Mancar Timur, Desa Mancar, Kecamatan
Peterongan, Kabupaten Jombang adalah masyarakat di Dusun Mancar Timur tidak memiliki cukup banyak waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan seperti jumat bersih dan PSN dan masih belum optimalnya kinerja kader kesehatan dalam pemeriksaan jentik berkala di Dusun Mancar Timur, Desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang.
7.4 Rencana Program Terapi Komunitas
Tabel 7.1 Rencana Program Terapi Komunitas di Dusun Mancar Timur, Desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang No. Nama Koordinator Kegiatan Penanggung Waktu Program Jawab Pelaksanaan Kegiatan 1 Pemicuan Mahasiswa Pemicuan untuk GERTAK Ketua Tim Jumat, 12 CPS PKBM MAS BERLIAN Mahasiswa Februari CPS PKBM 2010 2 Penyuluhan Mahasiswa Penyuluhan tentang DBD, Ketua Tim Jumat, 12 DBD dan CPS PKBM bahayanya terhadap Mahasiswa Februari pencegahannya manusia, cara penularan, CPS PKBM/ 2010 melalui dan cara pencegahannya Staf GERTAK melalui GERTAK MAS Puskesmas MAS BERLIAN Peterongan BERLIAN kepada masyarakat Dusun Mancar Timur 3 Pembentukan Ketua RT 06 Pembentukan Pengurus Ketua RT 06 Jumat,12 Organisasi RW 01 Jumantik Tingkat RT RW 01 Februari Jumantik 2010 tingkat RT pada warga RT 06 RW 01 4 Program Ketua RT 06 Kegiatan membersihkan Jumantik RT Minggu, 14 Minggu Bersih RW 01 lingkungan dan 3M PLUS Februari setiap minggu pagi 2010
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
71
5
6
7
Penyuluhan DBD dan pencegahannya melalui GERTAK MAS BERLIAN kepada anak SD Mancar 03 Pembentukan Organisasi Wamantik
Pelaksanaan Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011
Mahasiswa CPS PKBM
Penyuluhan tentang DBD, bahayanya terhadap manusia, cara penularan, dan cara pencegahannya melalui GERTAK MAS BERLIAN
Ketua Tim Mahasiswa CPS PKBM
Sabtu, 13 Februari 2010
Kepala Sekolah SDN Mancar 03, Guru UKS SDN Manjar 03, Mahasiswa CPS PKBM, Ketua Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011, Mahasiswa CPS PKBM, Anggota Organisasi Wamantik
Pembentukan komite
Kepala Sekolah / Guru UKS / CPS PKBM
Sabtu, 13 Februari 2010
Ketua Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011, Ketua Tim CPS PKBM Ketua Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011, Kepala Sekolah sebagai Pelindung Organisasi Wamantik 2011 Ketua Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011 Ketua Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011 Ketua Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik
Sabtu, 13 Februari 2010
untuk perwujudan terlaksananya program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011 Sosialisasi Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011
Pemilihan Anggota Organisasi Wamantik
Pelaksanaan Pemantauan Jentik oleh anggota organisasi Wamantik dan Pencatatan hasil Pemeriksaan Penyuluhan dan Edukasi tentang PSN kepada warga dengan Jentik positif
Evaluasi bulanan Komite Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011 bersama
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
Senin, 15 Februari 2010
Setiap bulan
Setiap bulan
Setiap bulan
72
Pelindung Organisasi Wamantik dan Guru Pendamping Organisasi Wamantik
Tahun 2011/ Pelindung Organisasi Wamantik/ Guru Pendamping Organisasi Wamantik
Evaluasi bulanan Komite Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011 bersama Pelindung Organisasi Wamantik dan Guru Pendamping Organisasi Wamantik
Ketua Program Setiap 3 Sekolah dan bulan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011/ Pelindung Organisasi Wamantik/ Guru Pendamping Organisasi Wamantik
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
73
BAB VIII TERAPI KOMUNITAS 8.1 Deskripsi 8.1.1 Pemicuan Pada Warga Masyarakat
Pemicuan dilakukan dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan niat masyarakat untuk melakukan GERTAK MAS BERLIAN dengan tujuan untuk mewujudkan lingkungan anti nyamuk. Program GERTAK MAS BERLIAN sendiri sebelumnya telah dijelaskan oleh Tim CPS PKBM pada saat lokakarya. Sasaran pemicuan kali ini adalah pemegang keputusan dalam keluarga, yang mayoritas adalah kepala keluarga dan perangkat desa yang berperan dalam pengambilan keputusan di masyarakat. Pengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat ini dipilih sebagai sasaran pemicuan dengan tujuan memudahkan diterimanya dan tersebarnya perubahan persepsi dan perilaku dalam keluarga dan masyarakat dikarenakan besar dan pentingnya peran serta pengaruhnya dalam keluarga dan masyarakat. Pemicuan dilaksanakan pada hari Jumat, 12 Februari 2010 pada pukul 18.00-21.00. Kegiatan Pemicuan diputuskan untuk diadakan pada malam hari ketika para peserta yang mayoritas adalah kepala keluarga selesai bekerja. Para peserta dikumpulkan di Musholla RT 06 RW 01 Dusun Mancar Timur. Kegiatan tersebut diikuti oleh perwakilan perangkat dusun , kader kesehatan dusun dan bidan desa Mancar, Ketua RT 06 RW 01 Dusun Mancar Timur, warga dari RT 05 RW 01 RT 06 RW 01, RT 07 RW 01, RT 14 RW 01 Dusun Mancar Timur. Metode pemicuan dipilih karena menggunakan pendekatan yang berbeda dengan metode penyuluhan pada umumnya. Penyuluhan biasanya lebih menekankan pada peningkatan segi kognitif. Sedangkan program Pemicuan tidak hanya menekankan pada segi kognitif saja, tapi juga segi afektif dan psikomotor. Tujuan akhir yang diharapkan adalah masyarakat yang sudah terpicu dapat proaktif dan berinisiatif untuk memperbaiki kesehatan lingkungannya, terutama dalam hal mewujudkan lingkungan anti nyamuk.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
74
Kegiatan Pemicuan dilaksanakan secara tim dengan pembagian tugas antar anggota tim antara lain sebagai berikut: 1. Lead facilitator yang berfungsi sebagai memimpin dan penggerak utama dalam proses fasilitasi. Peran ini dilakukan oleh Bapak Moh. Zuhri selaku penanggung jawab program Promosi Kesehatan Puskesmas Peterongan. 2. Co-facilitator membantu lead facilitator untuk memfasilitasi penyampaian materi dan diskusi sesuai dengan kesepakatan awal yang sudah dibentuk Lead facilitator . Peran ini dilakukan oleh Noviandhy Geloed A, S.Ked. 3. Content recorder bertugas mencatat proses pemicuan, hasil kesepakatan yang terjadi selama pemicuan, dan pertanyaan yang timbul selama pemicuan, serta melakukan pengambilan foto selama kegiatan untuk kepentingan dokumentasi. Peran ini dilakukan oleh Evelyn Diantika M, S.Ked. dan Michael Anthony Nafarin, S.Ked. 4. Process facilitator befungsi untuk menjaga alur selama proses pemicuan, mengontrol proses pemicuan agar tidak menyimpang dari prinsip-prinsip pemicuan dan mengontrol waktu dengan cara mengingatkan fasilitator dengan kode-kode yang telah disepakati sebelumnya. Peran ini dilakukan oleh Puspita Wijayanti, S.Ked dan , Lahuda A. S.Ked. 5. Environment Setter berfungsi untuk menjaga suasana agar tetap serius tapi santai selama proses fasilitasi berlangsung, mengajak diskusi terpisah para partisipan yang terlalu mendominasi, memprovokasi atau mengganggu proses. Peran ini dilakukan oleh Sugi Deny P.S., S.Ked, Lenny Oktavia,S.Ked, Jifaldi Alfrian M.D.S., S.Ked, dan Natasya Ayunda, S.Ked.
8.1.2 Penyuluhan DBD dan pencegahannya melalui GERTAK MAS BERLIAN
Data hasil survey pendahuluan didapatkan hanya 87% responden yang mengetahui kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk, sedangkan 13% sisanya tidak mengetahui kegiatan
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
75
Pemberantasan Sarang Nyamuk.
Oleh karena itu Tim CPS PKBM memutuskan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif masyarakat Dusun mancar Timur, khususnya mengenai DBD dan pencegahannya melalui GERTAK MAS BERLIAN. Penyuluhan dilakukan dengan metode kuliah dan tanya jawab untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang bahaya DBD dan pentingnya pencegahan DBD melalui GERTAK MAS BERLIAN. Dalam penyuluhan ini juga diberikan pandangan dari segi agama melalui pemaparan beberapa ayat Alquran dan hadist.
8.1.3 Pembentukan Organisasi Jumantik tingkat RT
Setelah diberikan Pengetahuan kognitif tentang bahaya demam berdarah dengue dan pencegahannya melalui GERTAK MAS BERLIAN dan dilakukan Pemicuan untuk menimbulkan kesadaran masyarakat mengenai permasalahan ini, Tim Mahasiswa CPS PKBM berkoordinasi dengan Ketua RT menawarkan pembentukan Organisasi Jumantik Tingkat RT untuk memantau kondisi lingkungan terutama jentik nyamuk di lingkungan rumah warga. Pemilihan pengurus Jumantik dilakukan berdasarkan spontanitas dan musyarawah bersama warga. Pada akhir acara ini, Tim Mahasiswa CPS PKBM memilih untuk membentuk Jumantik Tingkat RT pada RT 06 RW 01 dengan alasan karena pada saat survey pendahuluan didapatkan data bahwa di RT 06 adalah daerah endemis tetapi ABJ yang dilaporkan adalah 96%. Setelah ditelusuri lebih lanjut oleh Tim Mahasiswa CPS PKBM dengan melakukan wawancara mendalam kepada warga didapatkan data bahwa ternyata terdapat kesalahan dalam cara pemeriksaan jentik oleh Jumantik Desa yaitu dilakukan dengan cara bertanya kepada pemilik rumah tentang kebersihan kamar mandi dan keberadaan jentik nyamuk bahkan ada 22% rumah warga yang tidak diperiksa. Diharapkan dari pembentukan Jumantik
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
76
di RT 06 RW 01 tersebut dapat menjadi contoh semua RT di Dusun Mancar Timur untuk membentuk Jumantik RT sehingga dapat tercip ta lingkungan anti jentik nyamuk DBD. Pembentukan Jumantik RT di RT 06 RW 01 dibentuk dengan koordinasi Ketua RT 06 bersama warga RT 06 yang dilakukan dengan spontanitas dan musyawarah mufakat sehingga terbentuklah Jumantik RT 06 RW 01 dengan susunan pengurus sebagai berikut: Ketua: Pak Yatno (Ketua RT 06 RW 01) Anggota: Pak Suyatno (warga RT 06 RW 01), Pak Sugeng (warga RT 06 RW 01), Pak Dodi (warga RT 06 RW 01), Pak Kastam (warga RT 06 RW 01). Diharapkan setelah terbentuknya organisasi Jumantik Tingkat RT tersebut, pemantauan jentik nyamuk di RT 06 RW 01 Dusun Mancar Timur dapat terpantau dengan baik dan benar secara rutin minimal sekali setiap bulan.
8.1.4 Program Minggu Bersih
Berdasarkan hasil penentuan skala prioritas pada Lokakarya tanggal 12 Februari 2010, masyarakat menentukan prioritas masalahnya. Prioritas masalah yang disepakati dalam lokakarya adalah masyarakat di Dusun Mancar Timur tidak memiliki cukup banyak waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan seperti jumat bersih dan PSN. Oleh karena itu Tim CPS PKBM bekerja sama dengan Ketua RT mencoba memodifikasi kegiatan Jumat bersih yang sebelumnya belum optimal karena terbentur masalah waktu menjadi Program Minggu Bersih. Diharap dengan pengadaan acara pada hari minggu masyarakat yang bekerja dapat meluangkan waktunya lebih banyak untuk membersihkan lingkungannya dan mewujudkan lingkungan anti nyamuk di rumahnya dan pekarangan di sekitarnya.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
77
8.1.5 Penyuluhan dan Pemicuan Pada Siswa Kelas IV-V-VI SDN Mancar 3
Penyuluhan dan pemicuan terhadap siswa-siswi kelas IV-V-VI SDN Mancar 3 dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 Februari 2010. Acara ini berlangsung dari pkl. 09.00 – 11.00 di salah satu ruang kelas di SDN Mancar 3. Acara diawali dengan perkenalan anggota Tim CPS PKBM, lalu dilanjutkan dengan Penyuluhan mengenai Demam Berdarah. Pada penyuluhan ini dijelaskan penyebab Demam Berdarah, bagaimana gejalanya, cara penularan, dan pertolongan pertama pada pasien Demam Berdarah. Kemudian dijelaskan lebih lanjut mengenai pentingnya pencegahan demam berdarah dan upaya-upaya apa saja yang bisa dilaksanakan seperti kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk dan 3M. Setelah memberikan pengetahuan kognitif berupa penyuluhan, Tim CPS PKBM juga merangsang siswa secara psikomotor dengan mengajarkan dan mempraktekan bagaimana cara memeriksa jentik yang benar. Praktek pemeriksaan jentik dilakukan dengan membagi siswa-siswi kelas IV-V-VI SDN Mancar 3 menjadi kelompok beranggotakan 10 orang. Masing-masing kelompok dibimbing oleh mahasiswa CPS PKBM untuk melakukan pemeriksaan jentik di kamar mandi di lingkungan sekolah SD Mancar 03. Selain itu juga dilakukan pengambilan sampel air dari bak kamar mandi di lingkungan sekolah SD Mancar 03 yang berjentik nyamuk. Kegiatan ini ditujukan untuk mempelajari siklus hidup nyamuk, melihat berapa lama jentik nyamuk menjadi nyamuk dewasa sehingga bisa meningkatkan kesadaran bahwa sangatlah penting untuk melakukan pengurasan minimal sekali seminggu karena jentik nyamuk berubah menjadi nyamuk dewasa baru dalam waktu 7 – 10 hari. Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemicuan terhadap para siswa.
Pemicuan ini
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran siswa mengenai pentingnya menciptakan lingkungan anti nyamuk di sekitar mereka. Pada sesi ini siswa di ajak untuk bergabung dalam organisasi Wamantik (Siswa memantau Jentik) yang diprakarsai oleh Tim CPS PKBM. Siswa diminta membuat essay “Bila Aku Menjadi Wamantik”. Selain itu masing-
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
78
masing siswa diberi lembar tugas untuk memantau jentik-jentik nyamuk di rumahnya dan di rumah tetangga sebelah rumahnya baik di dalam maupun di luar rumah. Tugas ini nantinya akan dievaluasi pada hari Senin, 15 Februari 2010.
8.1.6 Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011
Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011 merupakan program yang diprakarsai Tim CPS PKBM dalam rangka meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan para siswa dalam upaya penanggulangan demam berdarah dan mewujudkan lingkungan anti nyamuk. Tujuan program ini adalah mewujudkan rumah dan sekolah di wilayah dusun Mancar Timur bebas jentik di tahun 2011. Dalam pelaksanaannya Program ini dibagi menjadi beberapa metode, antara lain: a. Pembentukan Organisasi Wamantik b. Sosialisasi c. Pemilihan anggota Organisasi Wamantik d. Pemberian penghargaan kepada Wamantik terbaik e. Koordinasi kegiatan dengan Kepala Sekolah dan Guru Pembina Wamantik tentang program jangka panjang Organisasi Wamantik f. Evaluasi
a. Pembentukan Organisasi Wamantik
Pembentukan organisasi Wamantik dilaksanakan pada hari Senin, 15 Februari 2010 pkl. 09.00 – 10.00. Acara yang bertempat di ruang kelas SDN Mancar 3 ini dikoordinasi oleh Tim CPS PKBM dengan melibatkan Guru UKS SDN Mancar 3 dan Kepala Sekolah SDN Mancar 3. Pada acara ini disepakati Tujuan dibentuknya Organisasi Wamantik adalah untuk pelaksana operasional kegiatan Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik 2 Tahun 2011.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
79
Organisasi ini terdiri dari Kepala Sekolah SDN Mancar 3 sebagai Pelindung, Pembina Wamantik yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah yang berperan dalam menjembatani program program yang akan diadakan Wamantik, dan anggota Wamantik terpilih yaitu siswa-siswi kelas 4,5, dan 6 SDN Mancar 3. Misi dari Organisasi ini adalah meweujudkan kawasan sekolah dan lingkungan tinggal bebas jentik dengan memantau adanya angka keberadaan jentik. Diharapkan dengan program yang berjalan, banyak siswa lain dan warga Mancar Timur tergerak dan peduli pada lingkungan tinggal dan berperan serta menjalankan program hingga terwujud Peningkatan Angka Bebas Jentik hingga mencapai ≥95%.
b. Sosialisasi
Sosialisasi program ini ditujukan untuk memberi pengetahuan kepada siswa-siswi kelas 4,5, dan 6 SDN Mancar 3 tentang penyakit Demam Berdarah serta memperkenalkan Organisasi Wamantik.
c. Pemilihan Anggota Organisasi Wamantik
Pemilihan anggota Wamantik adalah perwakilan dari siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 SDN Mancar 3 yang ingin menjadi anggota Organisasi Wamantik dan ingin ikut serta berperan aktif dalam program-program Organisasi Wamantik. Pemilihan ini dilakukan dengan cara memilih siswa-siswi yang memiliki pengetahuan cukup tentang Demam Berdarah serta mengerjakan tugas memantau jentik di lingkungan rumah dan mengerjakan karangan tentang “ANDAI AKU MENJADI WAMANTIK”.
d.
Pemberian Penghargaan Kepada Wamantik Terbaik
Pemberian penghargaan kepada Wamantik terbaik adalah suatu upaya untuk menumbuhkan kebanggan pada siswa-siswi SDN Mancar 3 tentang didirikannya Organisasi
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
80
Wamantik. Penghargaan akan diberikan kepada perwakilan Wamantik terbaik dari perwakilan tiap-tiap kelas 4, 5, dan 6 SDN Mancar 3. Seleksi ini didasarkan pada keaktifan saat penyuluhan diberikan, pengetahuan yang dimiliki, dan kesungguhan dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Bagi siswa/siswi yang terpilih maka akan dijadikan koordinator Wamantik dari tiap kelas. Diharapkan dengan adanya penghargaan yang diberikan, para anggota Wamantik akan terpacu dan bersemangat dalam menjalankan Organisasi Wamantik.
8.2 Hasil Kegiatan Program Terapi Komunitas 8.2.1 Program yang Sudah Dikerjakan
Program terapi komunitas yang telah dilaksanakan selama CPS PKBM FK Unair yang berada di Dusun Mancar Timur pada tanggal adalah sebagai berikut: 1. Pemicuan Pada Warga Masyarakat 2. Penyuluhan DBD dan pencegahannya melalui GERTAK MAS BERLIAN 3. Pembentukan Organisasi Jumantik tingkat RT pada warga RT 06 RW 01 4. Program Minggu Bersih 5. Penyuluhan dan Pemicuan Pada Siswa Kelas IV-V-VI SDN Mancar 3 6. Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011 a. Pembentukan Organisasi Wamantik b. Sosialisasi c. Pemilihan anggota Organisasi Wamantik d. Pemberian penghargaan kepada Wamantik terbaik
8.2.2 Program yang Belum Dikerjakan
Program terapi komunitas yang belum dilaksanakan selama CPS PKBM FK Unair yang berada di Dusun Mancar Timur pada tanggal adalah sebagai berikut:
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
81
1. Program Pembentukan Jumantik tingkat RT di seluruh RT Dusun Mancar Timur dengan melakukan
koordinasi
kegiatan
dengan
pihak
Promosi
Kesehatan
dan
pihak
Pemberantasan Penyakit Menular di Puskesmas Peterongan sebagai pengawas dan fasilitator. 2. Pengkoordinasian Program Minggu Bersih sehingga dapat terlaksana setiap minggu dengan perangkat desa atau Petugas Jumantik tingkat RT sebagai pengawas. 3. Melakukan koordinasi dengan Petugas Puskesmas Peterongan bagian Pemberantasan Penyakit Menular untuk melakukan pelatihan kepada Kepala Sekolah dan Guru Pembina Wamantik SDN Mancar 03. 4. Melakukan koordinasi kegiatan dengan Kepala Sekolah dan Guru Pembina Wamantik tentang program jangka panjang Organisasi Wamantik sehingga Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011 dapat berjalan dengan baik.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
82
BAB IX EVALUASI 9.1 Metode dan Kegiatan Evaluasi Pemicuan
Kegiatan Pemicuan pada warga masyarakat dan pada anak sekolah dievaluasi lewat penilaian jumlah peserta yang menyatakan bersedia berkomitmen untuk melaksanakan pencegahan demam berdarah lewat Pemberantasan Sarang Nyamuk dan gerakan 3M. Pada pemicuan warga masyarakat hal ini dievaluasi dari jumlah warga yang bersedia menjadi Jumantik RT, sedangkan pada penyuluhan siswa SD hal ini dievaluasi dari antusiasme siswa SD untuk menjadi Wamantik.
Penyuluhan DBD dan pencegahannya melalui GERTAK MAS BERLIAN
Kegiatan penyuluhan DBD dan pencegahannya melalui GERTAK MAS BERLIAN pada masyarakat dievaluasi dari kuisioner lokakarya yang dibagikan pada akhir acara lokakarya. Sedangkan kegiatan penyuluhan pada siswa SD dievaluasi dari sesi tanya jawab tentang pengetahuan seputar DBD dan pencegahannya yang dilakukan pada akhir penyuluhan.
Pembentukan Organisasi Jumantik tingkat RT
Kegiatan Pembentukan organisasi Jumantik tingkat RT dievaluasi melalui kinerja dari kegiatan pemantauan Jentik berkala yang dilakukan setiap minimal seminggu sekali yang dilaksanakan setiap satu bulan oleh Ketua Organisasi Jumantik tingkat RT dan setiap tiga bulan sekali dilakukan oleh Ketua Organisasi Jumantik tingkat RT dan Penanggung Jawab Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Peterongan.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
83
Program Minggu Bersih
Kegiatan Program Minggu Bersih dievaluasi melalui kinerja dari kegiatan mingguan Pemberantasan Sarang Nyamuk dan Program 3M yang dilakukan setiap hari minggu. Pemantauan dilakukan langsung oleh Ketua RT atau perangkat RT lain secara bergilir. Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011
Evaluasi keberhasilan Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik 2011 dapat dilihat dari terbantuknya dan berjalannya Organisasi Wamantik di SDN Mancar Timur. Kinerja organisasi ini dinilai dari keaktifan wamantik dalam melakukan kegaitan Pemantauan Jentik Berkala setiap minggu, dan berjalannya kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk dan Program 3M setiap minggu di sekolah dan di rumah siswa. Secara garis besar Program ini dinyatakan berhasil bila dalam tahun 2011 Angka Bebas Jentik di deaerah tersebut mencapai lebih dari atau sama dengan 95%.
9.2 Hasil Evaluasi Evaluasi Kegiatan Tanggal 12-14 Februari 2010 terhadap warga masyarakat Dusun Mancar Timur
Pemicuan pada masyarakat cukup mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat Dusun Mancar Timur, Desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. Ini dapat dilihat dari antusiasme warga pada saat pemicuan dan komitmen masyarakat secara spontanitas dalam Program Minggu bersih, dan Pembentukan Jumantik RT. Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan baik. masyarakat
Ini dapat dilihat dari antusiasme
untuk mengikuti kegiatan ini sampai selesai.
Selain itu di akhir acara
masyarakat juga aktif bertanya seputar materi penyuluhan yang telah diberikan. Evaluasi kegiatan Minggu bersih dilihat dari Partisipasi masyarakat yang aktif pada pelaksanaan perdana Minggu bersih tanggal 14 Februari 2010.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
84
Evaluasi kinerja Jumantik RT belum dapat dievaluasi.
Evaluasi Kegiatan Tanggal 13-15 Februari 2010 terhadap Siswa Kelas IV-V-VI SDN Mancar 3
Penyuluhan Pemicuan pada siswa SDN Mancar 3 berlangsung dengan sukses. sukses.
Ini
dievaluasi dari antusiasme para siswa dalam mengikuti kegiatan yang diselenggarakan Tim CPS dari awal sampai akhir. Hasil evaluasi Kegiatan Kegiatan juga dinilai dari antusiasme para siswa untuk menjadi wamantik yang dapat dilihat dari karangan yang dibuat oleh para siswa. Kegiatan Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011 yang lain belum dapat dievaluasi lebih lanjut.
CPS PKBM | Periode 1 1 – – 21 21 Februari 2010
85
BAB X DISKUSI
Berdasarkan hasil survei lapangan, dirumuskan beberapa masalah, yaitu responden yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga menyatakan tidak memiliki cukup banyak waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan seperti jumat bersih dan PSN (74%), masih kurangnya pengetahuan responden mengenai gejala demam berdarah dan upaya pencegahannya (41%), masih belum optimalnya kinerja kader kesehatan dalam dal am pemeriksaan pemeriksa an jentik berkala(39%), dan cara pemeriksaan jentik yang kurang tepat (63%). Dalam lokakarya dilakukan musyawarah bersama antar warga masyarakat dengan Tim CPS dan Bapak Moh. Zuhri selaku penanggung jawab program Promosi Kesehatan Puskesmas Peterongan sebagai fasilitator.
Dalam diskusi akhirnya disepakati prioritas priorit as
masalah yang harus diselesaikan, yaitu masyarakat di Dusun Mancar Timur tidak memiliki cukup banyak waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan seperti jumat bersih dan PSN dan masih belum optimalnya kinerja kader kesehatan dalam pemeriksaan jentik berkala di Dusun Mancar Timur, Ti mur, Desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang yang masih jauh jauh dari target target yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan. Kedua masalah tersebut disepakati untuk dicarikan solusi bersama. Masalah yang pertama, yaitu Masyarakat di Dusun Mancar Timur tidak memiliki cukup banyak waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan seperti jumat bersih dan PSN. Hal ini disebabkan karena hampir semua warga di Dusun Mancar Timur baik ibu dan bapaknya bekerja. Dari survey pendahuluan yang dilakukan sebelumnya, didapatkan data bahwa 2% penduduk Mancar Timur bekerja sebagai petani, 6% sebagai Pegawai Negeri Sipil, 11% sebagai pedagang, 35% sebagai wiraswasta, dan 46% bekerja sebagai ibu rumah tangga yang membantu suami berwiraswasta. Dengan kesibukan bekerja hingga sore hari,
CPS PKBM | Periode 1 1 – – 21 21 Februari 2010
86
maka hal ini menjadi faktor penghambat untuk para warga di Dusun Mancar Timur untuk melakukan kegiatan kemasyarakatan seperti Jumat bersih dan PSN bersama-sama. Masalah yang kedua, yaitu belum optimalnya kinerja kader kesehatan dalam pemeriksaan jentik berkala. Berdasarkan Musyawarah masyarakat Dusun Mancar Timur, didapatkan bahwa hal ini dikarenakan tidak terdapatnya alokasi dana bagi para Jumantik yang telah ditunjuk sehingga mengalami kesulitan untuk menggerakkan Jumantik tersebut. Selain itu, berdasarkan survey, ditemukan bahwa ada 22% rumah warga Dusun Mancar Timur yang tidak pernah diperiksa oleh Jumantik karena ketika ada pemeriksaan, para warga juga tidak berada di rumah karena bekerja. Jumantik yang telah tela h ditunjuk juga melakukan pemeriksaan hanya dengan bertanya terhadap pemilik rumah tentang ada atau tidaknya jentik sehingga menyebabkan kinerja Kader Jumantik belum optimal. Oleh karena pentingnya permasalahan tersebut untuk diselesaikan secepatnya maka dilakukan musyawarah untuk untuk mencari solusi yang terbaik. Setelah melalui pembicaraan yang cukup panjang disepakati beberapa kegiatan sebagai solusi dari kedua masalah tersebut, yaitu, Pemicuan terhadap masyarakat Dusun Mancar Timur dan siswa SD, Pemicuan terhadap masyarakat Dusun Mancar Timur dan siswa SD untuk meningkatkan kesadaran melaksanakan GERTAK MAS BERLIAN, terutama Pemberantasan Sarang Nyamuk dan Program 3M, Penyuluhan DBD dan pencegahannya melalui GERTAK MAS BERLIAN kepada masyarakat Dusun Mancar Timur dan siswa SDN Mancar 3, Pembentukan Organisasi Jumantik tingkat RT, Program Minggu Bersih, dan Pembentukan Organisasi Wamantik untuk mewujudkan pelaksanaan program Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011. Penyuluhan DBD dan pencegahannya melalui GERTAK MAS BERLIAN kepada masyarakat Dusun Mancar Timur dan siswa SDN Mancar 3 untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat seputar Demam Berdarah Dengue Dengue dan pencegahannya.
CPS PKBM | Periode 1 1 – – 21 21 Februari 2010
87
Pembentukan Organisasi Jumantik tingkat RT untuk meningkatkan kinerja Jumantik desa yang belum optimal, untuk program ini sebagai langkah awal dilakukan program percontohan pada warga RT 06 RW 01. Program Minggu Bersih adalah program yang ditujukan sebagai pengganti program Jumat bersih yang selama ini tidak berjalan di Dusun Mancar Timur karena waktu pelaksanaannya bersamaan dengan jam kerja warga. Pembentukan Organisasi Wamantik merupakan langkah awal untuk terwujudnya Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011.
Lewat kegiatan-kegiatannya, seperti
pemantauan jentik di sekolah baik di kamar mandi, tempat air wudhu, dan kontainerkontainer yang dapat menampung air hujan diharapkan organisasi ini dapat merangsang psikomotor siswa SD untuk memiliki kesadaran dan kemauan menjaga lingkungan sekolahnya agar bersih dan bebas nyamuk. Diharapkan hal positif ini dapat pula ditularkan terhadap keluarganya di rumah sehingga tidak hanya lingkungan sekolah tetapi juga lingkungan rumahnya.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
88
BAB XI KESIMPULAN
Kesimpulan dari kegiatan kedokteran komunitas periode 1 Februari – 21 Februari 2010 adalah sebagai berikut: 1. Hasil survei menunjukkan bahwa 20% responden adalah laki-laki sedangkan 80% responden adalah perempuan. 2. Berdasarkan survei Jumlah Anggota Keluarga menunjukkan bahwa 56% Kepala keluarga terdiri atas 3-4 anggota keluarga, sedangkan 44% merupakan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga 5-8 orang. 3. 84 % responden memiliki latar belakang pendidikan yang cukup (SMP atau lebih tinggi) 4. 98% responden bekerja setiap hari tanpa jadwal kerja yang jelas, yaitu 2% petani, 11% pedagang, 35% wiraswasta, dan 46% ibu rumah tangga yang membantu suaminya bekerja sehingga 74 % responden menyatakan tidak aktif dalam jumat bersih 5. Kemauan untuk bertindak / behavior intention kepala keluarga atau ibu rumah tangga Dusun Mancar Timur Desa Mancar Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang sehubungan dengan perilaku pencegahan penularan penyakit DBD dinilai cukup baik. Ini dilihat dari antusiasme warga untuk menjalankan Program Minggu Bersih sebagai pengganti program Jumat bersih yang kurang optimal pelaksanaannya. 6. Dukungan sosial dari masyarakat sekitar / social support kepada kepala keluarga atau ibu rumah tangga Dusun Mancar Timur Desa Mancar Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang sehubungan dengan perilaku pencegahan penularan penyakit DBD dinilai kurang.
Ini dilihat dari rendahnya kinerja Jumantik desa dalam
menjalankan Pemeriksaan Jentik berkala. CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
89
7. Informasi kesehatan / accessibility of information kepada kepala keluarga atau ibu rumah tangga Dusun Mancar Timur Desa Mancar Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang sehubungan dengan perilaku pencegahan penularan penyakit DBD dinilai masih kurang. Ini terbukti dari kurangnya partisipasi responden dalam pemicuan atau penyuluhan tentang Gertak Mas Berlian yang pernah diadakan sebelumnya (72%). 8. Otonomi pribadi untuk mengambil keputusan/ personal autonomy Dusun Mancar Timur Desa Mancar Kecamatan Peterongan mayoritas berada di tangan suami sebagai kepala keluarga (93%). 9. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak / tidak bertindak / action situation kepala keluarga atau ibu rumah tangga Dusun Mancar Timur Desa Mancar Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang sehubungan dengan perilaku pencegahan penularan penyakit DBD dinilai masih rendah. Ini dilihat dari rendahnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Jumat bersih (26%), perilaku menguras bak mandi, perilaku menggunakan kasa anti nyamuk.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
90
BAB XII SARAN
12.1 Saran bagi Masyarakat Dusun Mancar Timur
Berdasarkan hasil kegiatan kedokteran komunitas, masyarakat Dusun Mancar Timur disarankan untuk: 1. Melaksanakan rangkaian kegiatan dalam Program Jumantik RT dan Minggu bersih sesuai dengan perencanaan. 2. Melaksanakan Sosialisasi Program Jumantik RT dan Minggu bersih kepada RT – RW yang belum mengetahui program tersebut. 3. Berkoordinasi dengan Petugas Puskesmas Bagian P2M Peterongan, Promosi Kesehatan, dan Kesehatan Lingkungan bila mengalami kesulitan dalam melaksanakan Program Jumantik RT dan Minggu bersih.
12.2 Saran bagi Institusi Puskesmas Peterongan
Berdasarkan hasil kegiatan kedokteran komunitas, Puskesmas Peterongan disarankan untuk: 1. Berkoordinasi dengan Ketua RT di Dusun Mancar Timur yang belum membentuk Jumantik RT untuk menjalankan Program Jumantik RT dan melakukan Gerakan Minggu Bersih ataupun gerakan serupa sehingga dapat tercipta lingkungan bersih dan sehat bebas nyamuk DBD. 2. Berkoordinasi dengan kepala RT 06 RW 01 untuk terlaksananya Program Jumantik RT berjalan dengan baik dan sesuai harapan . Diharapkan Petugas Puskesmas Peterongan bagian P2M DBD dan Kesehatan Lingkungan dapat menjadi pembina dan pengawas
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
91
Program Jumantik RT dan Minggu Bersih sehingga Program Jumantik RT dan melakukan Gerakan Minggu Bersih dapat berlangsung dalam jangka panjang. 3. Petugas Puskesmas Peterongan bagian Promosi Kesehatan, P2M DBD diharapkan lebih sering mengadakan pelatihan, penyuluhan dan sosialisasi tentang Gertak Mas Berlian kepada masyarakat Desa Mancar. 4. Melakukan Evaluasi setiap bulan dan melakukan rekapitulasi laporan setiap angka pemantauan Jentik yang telah dikumpulkan oleh ketua Program Jumantik RT. 5. Mengadakan evaluasi berkala setiap 3 bulan untuk memantau pelaksanaan Program Jumantik tingkat RT. 6. Petugas Puskesmas Peterongan bagian Promosi Kesehatan, P2M DBD diharapkan lebih sering mengadakan pelatihan, penyuluhan dan sosialisasi tentang Gertak Mas Berlian kepada masyarakat Desa Mancar. 7. Petugas Puskesmas Peterongan bagian Promosi Kesehatan, P2M DBD diharapkan mengadakan pelatihan terhadap guru di SDN Mancar 03 sehingga dapat membimbing para siswa – siswi di SDN tersebut melaksanakan program Sekolah dan Rumahku bebas Jentik 2011. 8. Berkoordinasi dengan Kepala Sekolah SDN Mancar 03 untuk menjalankan Program Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011 sehingga dapat tercipta lingkungan bersih dan sehat bebas nyamuk DBD. Diharapkan petugas Puskesmas Peterongan dapat menjadi pembina dan pengawas Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011 sehingga program dapat berlangsung. 9. Melakukan Evaluasi setiap bulan dan melakukan rekapitulasi laporan setiap angka pemantauan Jentik yang telah dikumpulkan oleh ketua Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
92
10. Mengadakan evaluasi berkala setiap 3 bulan untuk memantau pelaksanaan Program Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011.
12.3 Saran bagi Institusi Desa Mancar
Berdasarkan hasil kegiatan kedokteran komunitas, Desa Mancar disarankan untuk memberikan dukungan dalam pelaksanaan Program Jumantik RT dan Minggu Bersih dalam bentuk evaluasi dan sosialisasi berkala bersama Komite Program Jumantik RT dan Minggu Bersih.
12.4 Saran bagi Mahasiswa CPS
Berdasarkan hasil kegiatan kedokteran komunitas, mahasiswa CPS PKBM periode berikutnya disarankan untuk: 1. Melakukan eksplorasi lebih lanjut terhadap Program Jumantik RT dan Minggu Bersih pada masyarakat Desa Mancar dengan melakukan kegiatan kedokteran komunitas. 2. Mengembangkan program yang telah dirintis dan dijalankan pada kegiatan kedokteran komunitas periode 1 Februari – 21 Februari 2010.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
93
BAB XIII PENUTUP
Syukur dan puji kami haturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat Nya,kami telah menyelesaikan lokakarya di Dusun Mancar Timur Desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang yang merupakan salah satu tugas kami selama di Unit BKKM Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Suksesnya pelaksanaan tugas lokakarya ini tidak dapat lepas dari bimbingan Kepala Puskesmas Peterongan beserta staf dan dosendosen kami dari Unit BKKM Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan, khususnya bagi Dokter Muda yang nantinya sebagian besar akan bertugas di puskesmas di seluruh wilayah Indonesia. Semua daya upaya telah dilaksanakan semaksimal mungkin demi terlengkapinya laporan ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Terakhir kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu kelancaran tugas ini sampai dengan pelaporan.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
94
DAFTAR PUSTAKA
Bang, Yong H. and Robert J. Tonn. 1993. Vector Control and Intervention. Dalam Prasert Thongcharoen ed.. Monograph On Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever. WHO Regional Publication SEARO, 22: 121-138. New Delhi: WHO Regional Office for South-East Asia. Departemen Kesehatan (Depkes) RI. 2005b. Presiden Ajak Masyarakat Lakukan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk. Press release. 11 Februari Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPM&PL) Departemen Kesehatan RI. 2004. Panduan Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue di Kabupaten/Kota. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPM&PL) Departemen Kesehatan RI. 2004. Modul Latihan Juru Pemantau Jentik dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPM&PL) Departemen Kesehatan RI. 1987. Petunjuk Pelaksanaan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa KLB dan Wabah Demam Berdarah Dengue DBD. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Kristina, Isminah, Wulandari L. Demam berdarah dengue. Badan Litbang Depkes RI 2004;(online), (http://www.litbang.depkes.go.id/index.htm, diakses 22 Maret 2007). Notoatmodjo, Soekidjo. 2006. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Ooi, Eng Eong. 2001. Changing Pattern of Dengue Transmission In Singapore. Dengue Bulletin, 25: 40-44. http://w3.whosea.org/LinkFiles/Dengue_Bulletin_Volume_25_ch7.pdf Phuong CXT, Nhan NT, Kneen R, Thuy PT, Thien CV, Nga NTT et al. Clinical diagnosis and assessment of severity of confirmed dengue infections in Vietnamese children: is the World Health Organization classification helpful?. The American Society of Tropical Medicine and Hygiene 2004;70(2):172-179. Prihatiningsih. 2009. hubungan faktor perilaku dengan kejadian Demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas boyolali. Boyolali Siti arifah. 2008. Hubungan pengetahuan dengan perilaku pemberantasan Sarang nyamuk dalam upaya pencegahan penyakit Demam berdarah di desa kliwonan. Sragen Subdirektorat Arbovirosis Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPM&PL) Departemen Kesehata n RI. 2005. Laporan mingguan status demam berdarah dengue. CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
95
Suroso, Thomas & Ali Imran Umar. 1999. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah di Indonesia Saat Ini. Dalam Sri Rezeki H. Hadinegoro & Hindra Irawan Satari eds. Demam Berdarah Dengue: Naskah Lengkap Pelatihan Bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam untuk Tata Laksana Kasus DBD. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Umar Fachmi Achmadi. 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: Kompas WHO. 1997. Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control . 2nd ed. Geneva:. World Health Organization WHO Regional Office for South Asia. Dengue. South East Asia Region 2006; (online),http://www.searo.who.int/EN/Section10/Section332_1103.htm,diakses 26 Pebruari 2007). World Health Organization (WHO) South East Asia Regional Office. 2004. Situation Of Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever In the South-East Asia Region: Prevention And Control Status In SEA Countries. http://w3.whosea.org/en/Section10/Section332.htm World Health Organization (WHO). 2002. The World Health Report: Reducing Risks, Promoting Healthy Life. Geneva: WHO. World Health Organization (WHO) South East Asia Regional Office. 2004. Situation Of Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever In the South-East Asia Region: Prevention And Control Status In SEA Countries. http://w3.whosea.org/en/Section10/Section332.htm
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
96
Lampiran 1. KUISIONER SURVEY PENDAHULUAN 1. IDENTITAS a. Nama b. Alamat c. Pekerjaan d. Pendidikan e. Jumlah anggota keluarga
i. Ya: : : : : : b.
2.
PENGETAHUAN TENTANG DBD a.
3.
Apakah anda mengetahui tentang penyakit demam berdarah? i. Ya ii.Tidak b. Penyakit demam berdarah ditularkan lewat: i. Nyamuk ii. lalat iii. tikus c. Apakah anda mengetahui tanda-tanda demam berdarah? i. panas badan ii. nyeri perut iii. sesak nafas iv. batuk pilek d. Apakah anda mengetahui dimana tempat perindukan nyamuk demam berdarah? i. Ya, apa saja? 1. baju kotor yang menggantung 2. tembok 3. pepohonan ii. Tidak e. Apakah anda mengetahui apa saja cara pencegahan DBD? i. Ya, di.... 1. Program 3M /PSA 2. GERTAK MAS BERLIAN 3. Abatisasi 4. Pengasapan/fogging ii. Tidak KONDISI LINGKUNGAN a. Apakah di lingkungan rumah anda terdapat tempat-tempat yang dapat menampung genangan air?
1. sumur yang tidak ditutup 2. barang bekas(kaleng, botol,dll) 3. bak mandi 4. gentong untuk menampung air 5. lainnya, ........... ii. Tidak Apakah di rumah anda terdapat baju-baju yang bergantungan? i. Ya ii.Tidak
4.
UPAYA PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK a. Seberapa sering anda menguras bak mandi? i. <1x/minggu ii.>=1x/ minggu b. Bila anda menguras bak mandi <1/minggu,apakah anda memberikan bubuk abate/memelihara ikan di bak mandi anda? i. Ya ii.Tidak c. Berapa sering anda mengikuti gerakan jumat bersih di lingkungan anda? i. 1x/minggu ii.kadang-kadang, karena......... iii.tidak pernah, karena........ d. Berapa sering anda melakukan gerakan 3 M di rumah anda? i. 1x/minggu ii.<1x/ minggu iii. tidak pernah
5.
PROTEKSI TERHADAP GIGITAN NYAMUK a. Apakah anda menggunakan kasa anti nyamuk di rumah anda? i. Ya ii.Tidak b. Apakah anda menggunakan obat nyamuk di rumah anda? i. Ya: 1. obat nyamuk bakar 2. obat nyamuk semprot 3. otion anti nyamuk ii. Tidak
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
97
c.
Apakah anda menggunakan kelambu saat tidur? i. Ya ii.Tidak d.
6.
7.
KEAKTIFAN PETUGAS KESEHATAN a. Apakah pernah diadakan penyuluhan kesehatan, terutama demam berdarah di lingkungan anda? i. Ya, oleh............ ii.Tidak b. Apakah kader kesehatan di lingkungan anda melakukan pemeriksaan jentik berkala? i. Ya: 1. 1x/minggu 2. Tiap 1 bulan 3. >1x/ bulan ii. Tidak c. Bila kader kesehatan mengadakan pemeriksaan jentik biasanya pemeriksaan dilakukan terhadap apa? i. kamar mandi saja ii. kamar mandi dan tempat penampungan air di dalam rumah iii. kamar mandi, trempat penampungan air di dalam dan di luar rumah d. Apakah pernah dilakukan fogging/pengasapan di lingkungan tempat tinggal anda? i. Ya, oleh............ ii.Tidak
i. Siang hari ii. Sore hari iii. Malam hari iv. Hari minggu Bila digalakkan jumat bersih di lingkungan anda, apakah anda bersedia berpartisipasi? i. Ya: ii. Tidak, karena...........
KESIMPULAN
1.
KENDALA YANG DIHADAPI a. Tidak tahu bagaimana cara mencegah demam berdarah b. kurangnya penyuluhan tentang pencegahan demam berdarah c. Tidak ada waktu untuk melakukan PSN, karena........ d. Petugas kesehatan tidak rutin melakukan PJB e. Apakah ada uang pungutan dalam pembagian bubuk abate dan PJB ? f. Kurangnya dukungan dari aparat desa dalam menggalakkan GERTAK MAS BERLIAN (Gerakan Serentak Masyarakat Bersihkan Lingkungan Anti nyamuk)
2.
SOLUSI YANG DIINGINKAN a. Diadakan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai demam berdarah b. Penggalakan Gertak Mas Berlian di lingkungan tempat tinggal yang melibatkan semua warga c. Meningkatkan kinerja kader kesehatah dalam upaya penanggulangan demam berdarah
PARTISIPASI a. Apakah anda pernah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang demam berdarah? i. Ya, di........... b. ii.Tidak Bila diadakan penyuluhan demam berdarah di lingkungan anda, apakah anda bersedia hadir? i. Ya: ii. Tidak c. Bila hendak diadakan penyuluhan kesehatan sebaiknya dilakukan pada:
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
Interviewer : ............................................, S.Ked. TIM DOKTER MUDA CPS PKBM PUSKESMAS PETERONGAN FEBRUARI 2010
98
Lampiran 2. Program Sekolahku dan Rumahku Bebas Jentik 2011
Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik Tahun 2011 CPS PKBM FK UNAIR Periode 01 Februari 2010 – 19 Februari 2010 Tujuan
Mewujudkan rumah dan sekolah di wilayah dusun Mancar Timur bebas jentik di tahun 2011.
Metode
a. Pembentukan Organisasi Wamantik b. Sosialisasi c. Pemilihan anggota Organisasi Wamantik d. Pemberian penghargaan kepada Wamantik terbaik e. Koordinasi kegiatan dengan Kepala Sekolah dan Guru Pembina Wamantik tentang program jangka panjang Organisasi Wamantik f.
Evaluasi
1. Pembentukan Organisasi Wamantik
Tujuan dibentuknya Organisasi Wamantik adalah untuk pelaksana operasional kegiatan Sekolah dan Rumahku Bebas Jentik 2 Tahun 2011. Organisasi ini terdiri dari Kepala Sekolah SDN Mancar 3 sebagai Pelindung, Pembina Wamantik yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah yang berperan dalam menjembatani program-program yang akan diadakan Wamantik, dan anggota Wamantik terpilih yaitu siswa-siswi kelas 4,5, dan 6 SDN Mancar 3. Misi dari Organisasi ini adalah meweujudkan kawasan sekolah dan lingkungan tinggal bebas jentik dengan memantau adanya angka keberadaan jentik. Diharapkan dengan program yang berjalan, banyak siswa lain dan warga Mancar Timur tergerak dan peduli pada lingkungan tinggal dan berperan serta menjalankan program hingga terwujud Peningkatan Angka Bebas Jentik hingga mencapai ≥95%.
2.
Sosialisasi CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
99
Sosialisasi program ini ditujukan untuk memberi pengetahuan kepada siswa-siswi kelas 4,5, dan 6 SDN Mancar 3 tentang penyakit Demam Berdarah serta memperkenalkan Organisasi Wamantik.
3. Pemilihan Anggota Organisasi Wamantik
Pemilihan anggota Wamantik adalah perwakilan dari siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 SDN Mancar 3 yang ingin menjadi anggota Organisasi Wamantik dan ingin ikut serta berperan aktif dalam program-program Organisasi Wamantik. Pemilihan ini dilakukan dengan cara memilih siswa-siswi yang memiliki pengetahuan cukup tentang Demam Berdarah serta mengerjakan tugas memantau jentik di lingkungan rumah dan
mengerjakan karangan
tentang “ANDAI AKU MENJADI WAMANTIK”.
4.
Pemberian Penghargaan Kepada Wamantik Terbaik
Pemberian
penghargaan
kepada
Wamantik
terbaik
adalah
suatu
upaya
untuk
menumbuhkan kebanggan pada siswa-siswi SDN Mancar 3 tentang didirikannya Organisasi Wamantik. Penghargaan akan diberikan kepada perwakilan Wamantik terbaik dari perwakilan tiap-tiap kelas 4, 5, dan 6 SDN Mancar 3. Seleksi ini didasarkan pada keaktifan saat penyuluhan diberikan, pengetahuan yang dimiliki, dan kesungguhan dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Bagi siswa/siswi yang terpilih maka akan dijadikan koordinator Wamantik dari tiap kelas. Diharapkan dengan adanya penghargaan yang diberikan, para anggota Wamantik akan terpacu dan bersemangat dalam menjalankan Organisasi Wamantik.
5. Koordinasi kegiatan dengan Kepala Sekolah dan Guru Pembina Wamantik tentang program jangka panjang Organisasi Wamantik.
CPS PKBM | Periode 1 – 21 Februari 2010
100