VITAMIN, MINERAL dan HORMON MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biokimia Yang dibina oleh Prof. Dr. Subandi, dan Ibu Novida Pratiwi
Disusun Oleh: 1. Aisa Safana
(150351605779) (150351605779)
2. Elmayana
(150351608394)
3. Mayakrisdayanti
(150351604465)
4. M. Agung Laksono G A
(150351607322) (150351607322)
5. Nila Fatmasari
(150351600443) (150351600443)
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG OKTOBER 2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Vitamin, “ Vitamin, Mineral dan Hormon”. Hormon”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biokimia. Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi dkami dan khususnya pembaca pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kri tik yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu waktu mendatang.
Malang, 01 Oktober 2017
Penyusun
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Vitamin, “ Vitamin, Mineral dan Hormon”. Hormon”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biokimia. Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi dkami dan khususnya pembaca pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kri tik yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu waktu mendatang.
Malang, 01 Oktober 2017
Penyusun
i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ...................................................................................................................... ................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................... ................................................................................................................................. 1 BAB I .................................................................................................................................. .............................................................................................................. ............................................ 1 PENDAHULUAN ..................................................................
1.1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2
.............................................................................................. 1 Rumusan Masalah ...............................................................................................
1.3
................................................................................................................. ........................................................ 1 Tujuan .........................................................
................................................................................................................................ 2 BAB II ................................................................................................................................. ................................................................................................................ 2 PEMBAHASAN .................................................................................................................
2.1
.................................................................................. ...................... 2 Vitamin dan jenis-jenisnya............................................................
2.2
Mineral dan jenis-jenisnya j enis-jenisnya ................................................................................ 19
2.3
............................................................................... .................... 25 Hormon dan jenis-jenisnya j enis-jenisnya ...........................................................
2.4
Hubungan antara vitamin, mineral dan hormon dalam tubuh ........................... 38
............................................................................................................................. ................................................................. 41 BAB III ............................................................ ........................................................................................................................ ..................................................... 41 PENUTUP ................................................................... 3.1
....................................................................................................... ........................................... 41 Kesimpulan ............................................................
3.2
................................................................................................................. ...................................................... 42 Saran ...........................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 43
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apa yang dimaksud dengan Vitamin dan jenis-jensisnya?
1.2.2
Apa yang dimaksud dengan Mineral dan jenis-jenisnya?
1.2.3
Apa yang dimaksud dengan hormon dan jenis-jenisnya?
1.2.4
Bagaimana hubungan antara vitamin, mineral dan hormon dalam tubuh?
1.3 Tujuan
1.3.1
Mengetahui apa yang dimaksud denga vitamin dan jenis-jenisnya
1.3.2
Mengetahui apa yang dimaksud denga mineral dan jenis-jenisnya.
1.3.3
Mengetahui apa yang dimaksud denga hormon dan jenis-jenisnya
1.3.4
Mengetahui hubungan antara vitamin, mineral, dan hormone dalam tubuh
1
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Vitamin dan jenis-jenisnya
A. Pengertian Vitamin
Vitamin berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya "hidup" dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim.(Mulyono, 2005) Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme organisme. Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat). Walau memiliki peranan yang sangat penting, tubuh hanya dapat memproduksi vitamin D dan vitamin K dalam bentuk provitamin yang tidak aktif. Oleh karena itu, tubuh memerlukan asupan vitamin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Buah-buahan dan sayuran terkenal memiliki kandungan vitamin yang tinggi dan hal tersebut sangatlah baik untuk tubuh. Asupan vitamin lain dapat diperoleh melalui suplemen makanan. Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin. Oleh karena hal inilah, tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-menerus.(Girinda, 1986) B. Jenis-jenis Vitamin
2
Menurut
Lehninger
(1998)
berdasarkan
kelarutannya
vitamin
digolongkan dalam dua kelompok, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air. Beberapa vitamin larut lemak adalah vitamin A, D, E, dan K, yang hanya mengandung unsur unsur karbon, hidrogen dan oksigen.Vitamin yang larut dalam air terdiri atas asam askorbat (C) dan Bkompleks (B1 sampai B12), yang selain mengandung unsurunsur karbon, hidrogen, oksigen, juga mengandung nitrogen, sulfur atau kobalt. Vitamin yang larut dalam lemak, yaitu A, D, E dan K, memiliki sifatsifat umum, yaitu: 1. Tidak terdapat di semua jaringan. 2. Terdiri dari unsurunsur karbon, hidrogen danoksigen. 3. Memiliki bentuk prekusor atau provitamin. 4. Menyusun struktur jaringan tubuh. 5. Diserap bersama lemak. 6. Disimpan bersama lemak dalam tubuh 7. Diekskresi melalui feses 8.Kurang stabil jika dibandingkan vitamin B, dapat dipengaruhi oleh cahaya, oksidasi dan lain sebagainya. Vitamin yang larut dalam air memiliki sifatsifat umum, antara lain : (1) tidak hanya tersusun atas unsurunsur karbon, hidrogen dan oksigen; (2) tidak memiliki provitamin; (3) terdapat di semua jaringan; (4) sebagai prekusor enzim-enzim; (5) diserap dengan proses difusi bias a; (6) tidak disimpan secara khusus dalam tubuh; (7) diekskresi melalui urin; (8) relatif lebih stabil, namun pada temperatur berlebihan menimbulkan kelabilan. Vitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemak adalah senyawa hidrofobik yang dapat diserap secara efisien hanya jika penyerapan lemak berlangsung normal, vitamin diangkut dalam darah dalam bentuk lipoprotein atau melekat pada protein pengikat spesifik.
Vitamin A
3
Vitamin A, yang juga dikenal dengan nama retinol, merupakan vitamin yang berperan dalam pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di malam hari, dan sebagai salah satu komponen penyusun pigmen mata di retina. Selain itu, vitamin ini juga berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan imunitas tubuh.Vitamin ini bersifat mudah rusak oleh paparan panas, cahaya matahari, dan udara. Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin A, antara lain susu, ikan, sayur-sayuran (terutama yang berwarna hijau dan kuning), dan juga buah-buahan (terutama yang berwarna merah dan kuning, seperti cabai merah, wortel, pisang, dan pepaya).
Di retina, retinaldehida
berfungsi
sebagai
prostetik
protein yang
gugus opsin
peka-sinar,
embentuk
(pada
sel
rodopsin
batang)
dan
iodopsin pada sel kerucut. Semua
sel
kerucut
mengandung hanya satu tipe opsin,
dan
hanya
peka
terhadap satu warna. Di epitel pigmen retina, alltrans-retinol
mengalami
isomerasi menjadi 11-cis-retinaldehida. Senyawa ini bereaksi residu
dengan lisin
dan
sebuah opsin,
4
membentuk holoprotein rodopsin. Seperti diperlihatkkan di Gambar 44-2, penyerapan sinar oleh rodopsin menyebabkan isomerasi retinaldehida dari 11-cis menjadi all-trans-, dan perubahan bentuk opsin. Hal ini menyebabkan pembesaran retinaldehida dari protein, dan inisiasi impuls saraf. Penyusunan bentuk awal rodopsin yang tereksitasi, yaitu batorodopsin terjadi dalam proses iluminasi selama pikodetik. Kemudian terjadi serangkaian perubahan struktur yang menyebabkan terbentuknya metarodopsin II, yang memicu suatu kaskade penguatan nukleotida guanin dan kemudian impuls saraf. Tahap terakhir adalah hidrolisis untuk membebaskan all-transretinaldehida dan opsin. Kunci dalam inisiasin siklus penglihatan adalah ketersediaan 11-cis-retinaldehida dan begitupula dengan vitamin A. Pada keadaan defisiensi, baik waktu untuk beradaptasi ke keadaan gelap maupun kemampuan untuk melihat di cahaya menjadi temaram terganggu. Defisiensi vitamin A merupakan penyebab kebutaan terpenting yang dapat dicegah. Tanda paling awal defisiensi adalah kurang kepekaan terhadap sinar hijau yang diikuti
dengan gangguan
beradaptasi terhadap cahaya temaram, dan diikuti dengan buta senja. Defisiensi yang berkepanjangan akan menyebabkan xeroftalmia: keratinasi kornea dan kebutaan. Vitamin A juga berperan penting dalam diferensiasi sel sistem imun, dan bahkan defisiensi ringan menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Sintesis protein pengikat retinol juga berkurang sebagai respons terhadap infeksi (protein ini adalah suatu protein fase akut negatif), yang mengurangi konsentrasi vitamin dalam sirkulasi dan semakin meperlemah respons imun. Kapasitas tubuh untuk metabolisme vitamin A hanya terbatas, dan asupan yang berlebihan dapat menyebabkan penimbunan yang melebihi kapasitas protein pengikat sehingga vitamin A dalam bentuk tidak-terikat merusak jaringan. Gejala toksisitas berpengaruh pada susunan saraf pusat (nyeri kepala, mual, ataksia, dan anoreksia,
5
semuanya
berkaitan
dengan
peningkatan
tekanan
cairan
serebrospinal); hati (hepatomegali disertai perubahan histologis dan hiperlipidemia); homeostasis kalsium (penebalan tulang panjag, hiperkalsemia, dan klasifikasi jaringan lunak); dan kulit (kekeringan berlebihan, deskuamasi, dan alopsia).
Vitamin D
Vitamin D merupakan salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, antara lain ikan, telur, susu, serta produk olahannya, seperti keju. Bagian tubuh yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini adalah tulang. Vitamin D ini dapat membantu metabolisme kalsium dan mineralisasi tulang. Sel kulit akan segera memproduksi vitamin D saat terkena cahaya matahari (sinar ultraviolet).
Vitamin D dapat disintesis di kulit, dan pada kebanyakan kondisi hal tersebut merupakan sumber utama vitamin D. Sumber dari makanan hanya diperlukan jika paparan terhadap matahari kurang memadai. Fungsi utama vitamin D adalah mengatur penyerapan kalsium dan homeostasis.Sebagian besar kerja vitamin ini diperantarai oleh reseptor nukleus yang mengatur ekspresi gen. Defisiensi, yang menyebabkan rakitis pada anak dan osteomalasia pada dewasa, terus menjadi masalah di belahan bumi utara, dimana pejanan sinar matahari kurang memadai. Suatu zat perantara dalam sintesis kolesterol yang menumpuk di
6
kulit, 7-Dehidrokolesterol mengalami reaksi nonenzimatik jika terpapar oleh sinar ultraviolet, yang menghasilkan pravitamin D (Gambar 44-3). Provitamin D menjalani reaksi lebih lanjut dalam waktu beberapa jam untuk membentuk kolekalsiferol yang diserap ke dalam aliran darah. Di daerah yang beriklim sedang, konsentras vitamin D plasma paling tinggi pada akhir musim panas dan paling rendah pada akhir musim dingin. Di belahan dunia yang melewati sekitar lintag 40o utara atau selatan, radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang yang sesuai sangatlah rendah pada musim dingin. Fungsi utama vitamin D yaitu mengontrol homeostasis kalsium, dan selanjutnya metabolisme vitamin D diatur oleh faktor-faktor yang berespons terhadap konsentrasi kalsium dan fosfat plasma. Kalsitriol bekerja untuk mengurangi sintesis dirinya sendiri dengan mereduksi 24-hidroksilase dan menekan 1-hidroksilase di ginjal. Fungsi utama vitamin D adalah mempertahankan konsentrasi kalsium plasma. Kalistriol mencapai hal ini melalui tiga cara : 1. Senyawa ini meningkatkan penyerapan kalsium di usus 2. Senyawa ini mengurangi ekskresi kalsium (dengan merangsang penyerapan di tubulus distal ginjal) 3. Senyawa ini memobilisasi mineral tulang Selain itu, kastriol berperan dalam sekresi insulin, sintesis dan sekresi hormon paratiroid, inhibisi pembentukan interleukin oleh limfosit T aktif dan imunoglobulin oleh limfosit B aktif, diferensiasi sel prekusor monosit, dan modulasi proliferasi sel. Pada kebanyakan efek ini, vitamin D berfungsi layaknya suatu hormon steroid, berikatan dengan reseptor di nukleus dan meningkatkan ekspresi gen meskipun senyawa ini juga memiliki efek cepat pada pengangkut kalsium di mukosa usus. Penyakit defisiensi vitamin D adalah rakitis, tulang anak kekurangan mineral akibat buruknya penyerapan kalsium. Masalah serupa timbul akibat defisiensi sewaktu lonjakan pertumbuhan di
7
masa
remaja.
Osteomalasia
pada
dewasa
terjadi
akibat
demineralisasi tulang, terutama pada wanita jarang terkena sinar matahari, sering terjadi setelah beberapa kali hamil. Meskipun vitamin D esensial bagi pencegahan dan pengobatan osteomalasia pada usia lanjut, namun tidak banyak bukti yang menunjukkan bahwa vitamin ini bermanfaat untuk mengobati osteoporosis. Kelebihan vitamin D bersifat toksik. Sebagian bayi peka terhadap asupan vitamin D serendah 50 μg/hari sehingga terjadi peningkatan konsentrasi kalsium plasma. Keadaan ini dapat menyebabkan kontraksi
pembuluh
darah,
peningkatan
tekanan
darah,
dan
kalsinosis-kalsifikasi jaringan lunak. Meskipun asupan berlebihan vitamin D dari makanan bersifat toksik, pajaan yang berlebihan terhadap sinar matahari tidak menyebabkan keracunan vitamin D karena terbatasnya kapasitas untuk membentuk prekursor vitamin tersebut.
7-dehidrokolesterol,
dan
pajanan
berkepanjangan
provitamin D oleh sinar matahari menyebabkan terbentuknya senyawa – senyawa inaktif.
Vitamin E
Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati. Selain itu, vitamin ini juga dapat melindungi paru-paru manusia dari polusi udara. Nilai kesehatan ini terkait dengan kerja vitamin E di dalam tubuh sebagai senyawa antioksidan alami. Vitamin E banyak ditemukan pada ikan, ayam, kuning telur, ragi, dan minyak tumbuh-tumbuhan. Walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit, kekurangan vitamin E dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang fatal bagi tubuh, antara lain kemandulan baik bagi pria maupun wanita. Selain itu, saraf dan otot akan mengalami gangguan yang berkepanjangan.
8
Belum ada fungsi khas vitamin E yang disepakati secara tegas. Vitamin ini berfungsi sebagai antioksidan larut lipid di membran sel, tempat banyak dari fungsinya dapat dilakukan oleh antioksidan sintetik, dan penting dalam mempertahankan fluiditas membran sel. Senyawa ini juga memiliki peran (relatif tidak jelas) dalam pembentukan sinyal sel. Vitamin E adalah nama generik untuk dua famili senyawa, tokoferol dan tokotrienol. Berbagai vitamer berbeda memiliki potensi biologis berbeda; yang paling aktif adalah D- αtokoferol, dan asupan vitamin E biasanya dinyataka dalam miligram ekuivalen D-α-tokoferol. DL-α-tokoferol sintetik tidak memiliki potensi biologis yang sama dengan senyawa alami. Fungsi utama vitamin E adalah sebagai antioksidan pemutus rantai yang menangkap radikal-bebas di membran sel dan lipoprotein plasma dengan bereaksi dengan radikal peroksida lipid yang dibentuk oleh peroksidasi asam lemak tak jenuh ganda. Produk radikal tokoferoksil relatif tidak reaktif, dan akhirnya membentuk senyawa nonradikal. Umumnya, radikal tokoferoksil direduksi kembali menjadi tokoferol oleh reaksi dengan vitamin C dari plasma.
9
Defisiensi vitamin E menyebabkan resorpsi janin dan atrofi testis. Defisiensi vitamin E dalam makanan pada manusia tidak diketahui meskipun pasien malabsorpsi lemak berat, fibrosis kistik, dan beberapa bentuk penyakit hati kronik mengidap defisiensi karena mereka tidak mampu menyerap vitamin atau mengangkutnya, yang memperlihatkan kerusakan saraf dan membran otot. Bayi prematur lahir dengan cadangan vitamin yang kurang memadai. Membran eritrosit sangat rapuh akibat peroksidasi sehingga terjadi anemia hemolitik.
Vitamin K
Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah yang baik dan penutupan luka. Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada pendarahan di dalam tubuh dan kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka atau pendarahan. Selain itu, vitamin K juga berperan
sebagai
kofaktor
enzim
untuk
mengkatalis
reaksi
karboksilasi asam amino asam glutamat. Oleh karena itu, kita perlu banyak mengonsumsi susu, kuning telur, dan sayuran segar yang merupakan sumber vitamin K
yang
baik
bagi pemenuhan kebutuhan
di
dalam tubuh.
Vitamin K ditemukan sebagai hasil penelitian terhadap penyebab gangguan pendarahan, penyakit pendarahan ( sweet clover ) pada hewan ternak dan ayam yang diberi makan diet bebas lemak. Faktor yang hilang dalam makanan ayam tersebut adalah vitamin K, sementara makanan hewan ternak mengandung dikumarol, suatu antagonis vitamin tersebut. Antagonis vitamin K digunakan untuk
10
mengurangi koagulasi darah pada pasien yang beresiko mengalami trombosis; antagonis yang paling banyak digunakan adalah warfari n. Tiga senyawa yang memiliki aktivitas biologis vitamin K: 1. Fikounion normal
yang
terdapat
dalam
sumber
makanan, sayuran hiaju. 2. Menakuinon yang disintesis oleh bakteri usus, dengan panjang rantai samping yang berbeda-beda 3. Menadion diasetat
dan yang
menadiol merupakan
senyawa buatan yang dapat dimetabolisme
menjadi
filokuinon.
Menakuinon diserap dalam jumlah tertentu, tetapi belum jelas jumlah menakuinon yang aktivitas biologisnya dapat menginduksi tanda-tanda defisiensi vitamin K dengan hanya pemberian diet rendah-filokuinon tanpa menghambat kerja bakteri usus. Protombin dan beberapa protein lain pada sistem pembekuan darah (Faktor VII, IX, dan X dan protein S dan C) masing-masig mengandung 4-6 residu γ-karboksiglutamat. γ-Karboksiglutamat mengikat ion kalsium sehingga protein-protein pembekuan darah dapat berikatan dengan membran. Pada defisiensi vitamin K, atau dengan adanya warfarin, suatu prekursor abnormal protombin (preprotombin) karboksiglutamat,
yang dan
tidak
atau
sedikit
tidak
dapat
mengikat
mengandung kalsium,
γakan
dilepaskan kedalam sirkulasi. Vitamin Larut dalam Air
Vitamin B
11
Secara umum, golongan vitamin B berperan penting dalam metabolisme di dalam tubuh, terutama dalam hal pelepasan energi saat beraktivitas. Hal ini terkait dengan peranannya di dalam tubuh, yaitu sebagai senyawa koenzim yang dapat meningkatkan laju reaksi metabolisme tubuh terhadap berbagai jenis sumber energi. Beberapa jenis vitamin yang tergolong dalam kelompok vitamin B ini juga berperan dalam pembentukan sel darah merah (eritrosit). Sumber utama vitamin B berasal dari susu, gandum, ikan, dan sayur-sayuran hijau. Vitamin B1 (Tiamin)
Vitamin B1 merupakan salah satu jenis vitamin yang memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan membantu mengkonversi karbohidrat menjadi energi yang diperlukan tubuh untuk rutinitas sehari-hari. Di samping itu, vitamin B1 juga membantu proses metabolisme protein dan lemak. Bila terjadi defisiensi vitamin B1, kulit akan mengalami berbagai gangguan, seperti kulit kering dan bersisik.Tubuh juga dapat mengalami beri beri, gangguan saluran pencernaan, jantung, dan sistem saraf. Untuk mencegah hal tersebut, kita perlu banyak mengonsumsi banyak gandum, nasi, daging, susu, telur, dan tanaman kacang-kacangan. Bahan makanan inilah yang telah terbukti banyak mengandung vitamin B1.
12
Defisiensi tiamin dapat menyebabkan tiga sindrom, seperti ; suatu neuritis perifer kronik, beriberi, yang dapat berkaitan satu atau tidak dengan gagal jantng dan edema; beriberi pernisiosa (fulminan) akut (beriberi shoshin) dengan gejala yang predominan berupa gagal jantung dan kelainan
metabolik tanpa neuritis
perifer;
dan
ensefalopati Wernicke disertsi psikosis Korsakoff, yang terutama berikatan dengan penyalahgunaan alkohol dan narkotik. Peran tiamin difosfat dalam piruvat dehidrogenase memiliki arti bahwa pada defisiensi terjadi gangguan perubahan piruvat menjadi asetil KoA. Pada orang dengan diet karbohidrat yang relatif tinggi, hal ini menyebabkan meningkatnya kadar laktat dan piruvat plasma, yang dapat menyebabkan asidosis laktat yang mengancam jiwa. Vitamin B2 (Riboflavin)
Vitamin B2 (riboflavin) banyak berperan penting dalam metabolisme di tubuh manusia. Di dalam tubuh, vitamin B2 berperan sebagai salah satu kompenen koenzim flavin mononukleotida (flavin mononucleotide,FMN) dan flavin adenine dinukleotida (adenine dinucleotide, FAD). Kedua enzim ini berperan penting dalam regenerasi energi bagi tubuh melalui proses respirasi. Vitamin ini juga berperan dalam pembentukan molekulsteroid, sel darah merah, dan glikogen, serta menyokong pertumbuhan berbagai organ tubuh, seperti kulit, rambut, dan kuku. Sumber vitamin B2 banyak ditemukan pada sayur-sayuran segar, kacang kedelai, kuning telur, dan susu. Defisiensinya dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh, kulit kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah, dan sariawan. Meskipun roboflavin berperan sentral dalam metabolisme lipid dan karbohidrat, dan defisiensi riboflavin terjadi di banyak negara, namun defisiensi ini tidak mematikan karena penghematan riboflavin di jaringan sangat efisien. Defisiensi riboflavin ditandai oleh keilosis, deskuamasi dan peradangan lidah, dermatitis seboroik.
13
Status gizi riboflavin dinilai dengan mengukur pengaktifan glutation reduktase eritrosit oleh FAD yang ditambahkan in vitro. Vitamin B3 (Niasin)
Vitamin B3 juga dikenal dengan istilah niasin. Vitamin ini berperan penting dalam metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan protein. Di dalam tubuh, vitamin B3 memiliki peranan besar dalam menjaga kadar gula darah, tekanan darah tinggi, penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai jenis senyawa racun dapat dinetralisir dengan bantuan vitamin ini. Vitamin B3 termasuk salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, seperti ragi, hati, ginjal, daging unggas, dan ikan. Akan tetapi, terdapat beberapa sumber pangan lainnya yang juga mengandung vitamin ini dalam kadar tinggi, antara lain gandum dan kentang manis. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan tubuh mengalami kekejangan, keram otot, gangguan sistem pencernaan, muntah-muntah, dan mual.
Niasin ditemukan sebagai nutrien sebagai nutrien sewaktu penelitian tentang pelagra dilakukan. Niasin bukan suatu vitamin sejati karena zat ini dapat disintesis dalam tubuh dari asam amino esensial triptofan. Sekitar 60mg triptofan setara dengan 1 mg niasin dalam makanan. Kandungan niasin dalam makanan dinyatakn dengan : mg niasin ekuivalen = mg niasin yang sudah ada + 1/60 x mg triptofan
14
Karena sebagian besar niasin dalam sereal tidak dapat digunakan secara biologis, jumlah ini tidak diperhitungkan. Vitamin B5 (Pantothenic Acid)
Vitamin B5 (asam pantotenat) banyak terlibat dalam reaksi enzimatik di dalam tubuh. Hal ini menyebabkan vitamin B5 berperan besar dalam berbagai jenis metabolisme, seperti dalam reaksi pemecahan nutrisi makanan, terutama lemak. Peranan lain vitamin ini adalah menjaga komunikasi yang baik antara sistem saraf pusat dan
otak
dan
memproduksi
senyawa
asam
lemak,
sterol,neurotransmiter, dan hormon tubuh. Vitamin B5 dapat ditemukan dalam berbagai jenis variasi makanan hewani, mulai dari daging, susu, ginjal, dan hati hingga makanan nabati, seperti sayuran hijau dan kacang hijau. Seperti halnya vitamin B1 dan B2, defisiensi vitamin B5 dapat menyebabkan kulit pecah-pecah dan bersisik. Selain itu, gangguan lain yang akan diderita adalah keram otot serta kesulitan untuk tidur. Dengan banyaknya jenis makanan yang dapat menjadi sumber vitamin B5 maka tidak begitu tampak adanya bukti nyata defisiensi asam pantotenat selain defisiensi yang dipicu oleh diet bebas asam pantotenat. Defisiensi asam pantotenat menunjukkan gejala seperti kelelahan,
sakit
kepala,
hilangnya
konsentrasi,
otot
mudah
mengalami kram, insomnia, hilangnya nafsu makan, perubahan perilaku,
turunnya
kekebalan,
gangguan
pencernaan,
dan
pertumbuhan terhambat atau berat badan turun. Orang lanjut usia, orang yang mengkonsumsi obat penurun kolesterol dan alkoholik merupakan kelompok yang paling beresiko terkena defisiensi. Vitamin B6
Vitamin B6, atau dikenal juga
dengan
piridoksin,
istilah merupakan
vitamin yang esensial bagi pertumbuhan tubuh. Vitamin
15
ini berperan sebagai salah satu senyawa koenzim A yang digunakan tubuh untuk menghasilkan energi melalui jalur sintesis asam lemak, seperti spingolipid danfosfolipid. Selain itu, vitamin ini juga berperan dalam metabolisme nutrisi dan memproduksi antibodi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap antigen atau senyawa asing yang berbahaya bagi tubuh.Vitamin ini merupakan salah satu jenis vitamin yang mudah didapatkan karena vitamin ini banyak terdapat di dalam beras, jagung, kacang-kacangan, daging, dan ikan. Kekurangan vitamin dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kulit pecah-pecah, keram otot, dan insomnia. Terdapat enam senyawa yang memiliki aktivitas vitamin B 6 (Gambar 44-12): piridoksin, piridoksal, piridoksamin, dan turunan 5fosfatnya. Koenzim aktif adalah piridoksal 5’-fosfat. Sekitar 80% vitamin B6 total dalam tubuh adalah perikdal fosfat di otot, sebagian besar berhaitan dengan glikogen fosforilase. Bentuk ini tidak
dapat
keadaan
digunakan defisiensi,
pada tetapi
dibebaskan jika terjadi kelaparan, saat cadangan glikogen terkuras dan kemudian dapat digunakan, terutama di hati dan di ginjal untuk memenuhi peningkatan untuk memenuhi kebutuhan glukoneogenesis dari asam amino. Meskipun gejala klinis defisiensi jarang dijumpai, namun terdapat bukti bahwa cukup banyak orang yang status vitamin B 6-nya marginal.
Defisiensi
tingkat
sedang
menyebabkan
kelainan
metabolisme triptofan dan metionin. Peningkatan kepekaan terhadap kerja
hormon
steroid
mungkin
dalam
pembentukan
kanker
dependen-hormon pada payudara, uterus, dan prostat, dan status vitamin B6 mungkin mempengaruhi prognosis. Vitamin B12
16
Vitamin B12 atau sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya khusus diproduksi oleh hewan dan tidak ditemukan pada tanaman. Oleh karena itu, vegetarian sering kali mengalami gangguan kesehatan tubuh akibat kekurangan vitamin ini. Vitamin ini banyak berperan dalam metabolisme energi di dalam tubuh. Vitamin B12 juga termasuk dalam salah satu jenis vitamin yang berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel saraf, pembentukkan molekul DNA dan RNA, pembentukkan platelet darah. Telur, hati, dan daging merupakan sumber makanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan vitamin B12. Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan anemia (kekurangan darah), mudah lelah lesu, dan iritasi kulit. Istilah “vitamin B12” digunakan sebagai penjelasan umum bagi golongan
kobalamin – yaitu
golongan
korinoid
(senyawa
mengandung kobalt yang memiliki cincin korin) dengan aktivitas biologis
vitamin.
Sebagai
korinoid
yang
merupakan
faktor
pertumbuhan bagi mikroorganisme tidak hanya tidak memiliki aktivitas vitamin B12, tetapi mungkin juga bersifat antimetabolit terhadap
vitamin.
Walaupun
disintesis
secara
ekslusif
oleh
mikroorganisme, pada kenyataannya vitamin B 12 hanya ditemukan dalam makanan yang berasal dari hewan dan tidak ada tumbuhan yang merupakan sumber vitamin ini. Hal ini berarti vegetarian ketat beresiko mengalami defisiensi vitamin B12. Sejumlah kecil vitamin yang dibentuk oleh bakteri di permukaan buah mungkin memadai untuk memenuhi kebutuhan, tetapi preparat vitamin B 12 yang dibuat melalui fermentasi oleh bakteri sudah tersedia. Anemia pernisiosa terjadi jika defisiensi vitamin B12 mengganggu metabolisme
asam
folat
yang
menyebabkan
defisiensi
folat
fungsional. Hal ini mengganggu eritropoiesis sehingga prekusor imatur eritosit dibebaskan kedalam sirkulasi (anemia megaloblastik). Penyebab tersering anemia pernisiosa adalah kegagalan penyebab vitamin B12 dibandingkan dengan defisiensi dari makanan. Hal ini dapat terjadi akibat gangguan sekresi faktor intrinsik akibat penyakit
17
auutoimun yang menyerang sel parietal atau karena terbentuknya antibodi antifaktor intrinsik. Vitamin C (Asam Askorbat)
Vitamin C (asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Di dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang merupakan protein penting
penyusun
jaringankulit,
sendi,
tulang,
dan
jaringan
penyokong lainnya. Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita. Terkait dengan sifatnya yang mampu menangkal radikal bebas, vitamin C dapat membantu menurunkan laju mutasi dalam tubuh sehingga risiko timbulnya berbagai penyakit degenaratif, seperti kanker, dapat diturunkan. Selain itu, vitamin C berperan dalam menjaga bentuk dan struktur dari berbagai jaringan di dalam tubuh, seperti otot. Vitamin ini juga berperan dalam penutupan
luka
saat
terjadi
pendarahan
dan
memberikan
perlindungan lebih dari infeksi mikroorganisme patogen. Melalui mekanisme inilah vitamin C berperan dalam menjaga kebugaran tubuh dan membantu mencegah berbagai jenis penyakit. Defisiensi vitamin C juga dapat menyebabkan gusi berdarah dan nyeri pada persendian. Akumulasi vitamin C yang berlebihan di dalam tubuh dapat menyebabkan batu ginjal, gangguan saluran pencernaan, dan rusaknya sel darah merah. Tanda-tanda defesiensi vitamin C adalah perubahan kulit, kerapuhan kapiler darah, kelunakan gusi, gigi tangga, dan fraktur tulang. Banyak gejala tersebut dapat disebabkan kurangnya sintesis kolagen. Pada asupan diatas sekitar 100 mg/hari, kapasitas tubuh untuk
18
memetabilisme vitamin C mengalami kejenuhan, dan asupan yang lebih tinggi akan diekskresi dalam urin. Walaupun demikian, tambahan aturan lain bahwa vitamin C meningkatkan absorbsi besi, dalam hal ini bergantung dengan adanya vitamin dalam usus. Oleh karena itu peningkatan asupan vitamin C mungkin memberikan manfaat. Terdapat sangat sedikit bukti baik yang menyatakan bahwa vitamin C dosis tinggi dapat mencegah Common cold meskipun vitamin
ini
dapat
mengurangi
durasi
dan
beratnya
gejala.(Lehninger,1998) 2.2
Mineral dan jenis-jenisnya
A. Pengertian Mineral
Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim dan sangat penting dalam pengendalian komposisi cairan tubuh, 65% bobot tubuh adalah air. Mineral umumnya masuk dalam tubuh sebagai garamnya, dan digunakan oleh tubuh sebagai elektrolit . Unsur-unsur mineral dapat berperan sebagai inti atau pengikat molekul tertentu sehingga dapat berfungsi dengan baik. Komponen-komponen anorganik tubuh manusia terutama adalah Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Besi, Fosfor, Klorida dan Sulfur. Sebagian dari unsur-unsur tersebut adalah mineral-mineral tulang dan ion-ion dapat sebagai cairan tubuh.(Colby,1999) Berdasarkan jenisnya, mineral dibagi 2 macam yaitu, sebagai berikut: 1. Makromineral (terdiri dari: kalsium, Al, Mg, P, sodium (Na), dan sulfur) 2. Mikromineral (terdiri dari: Fe, I2, Flour, Mn, Zinc, Cuprum, Cobalt dan Kromium). Ada tiga fungsi utama mineral yaitu: 1. Sebagai kompenen utama tubuh (structural element) atau penyusun kerangka tulang, gigi dan otot-otot. Ca, P, Mg, Fl dan Si untuk
19
pembentukan dan pertumbuhan gigi sedang P untuk penyusunan protein jaringan. 2. Merupakan unsur dalam cairan tubuh atau jaringan, sebagai elektrolit yang mengatur tekanan osmuse (Fluid balance), menegatur keseimbangan basa asam dan permeabilitas membran. Contoh adalah Na, K, Cl, Ca dan Mg 3. Sebagai aktifator atau terkait dalam peranan enzyme dan hormon.
B. Jenis-Jenis Mineral
-
Kalsium dan fosfor Tubuh manusia mengandung sekitar 22 gram kalsium per kg berat badan tanpa lemak. Kira-kira 99% kalsium terdapat dalam tulang dan gigi. Peranan kalsium tidak saja pada pembentukan tulang dan gigi, namun juga memegang peranan penting pada berbagai proses fisiologik dan biokhemik di dalam tubuh, seperti pada pembekuan darah, eksitabilitas saraf otot, kerekatan seluler, memelihara dan meningkatkan fungsi membran sel, mengaktifkan reaksi enzim dan sekresi hormon. Bahan makanan yang kaya akan kalsium : susu, keju, ikan laut, udang, sumber nabati yang banyak mengandung kalsium adalah daun singkong, kacang panjang, dan berbagai sayuran lain. Kalsium dan fosfor dalam bentuk hidrosiapati adalah komponen terpenting pada struktur keras dari tulang dan gigi. Kalsium berperan dalam perangsangan saraf dan otot, penggumpalan darah, perantara dalam tanggap hormonal dan beberapa aktivitas enzim. Absorbsi kalsium dibantu oleh vitamin D, vitamin C dan laktosa. Kekurangan kalsium pada seseorang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tulang dan gigi, riketsia pada anak-anak dan dapat mengakibatkan osteoporosis (tulang rapuh) pada orang dewasa. Tubuh manusia mengandung sekitar 12 gram fosfor per kilogram jaringan tanpa lemak. Fosfor adalah bagian dari senyawa tinggi energi ATP yang diperlukan dalam suplai energi untuk kegiatan seluler.
20
Selain itu senyawa kreatin fosfat, koenzim dari golongan vitamin B, protein konjugasi, fosfolipid, merupakan contoh senyawa fosfat yang penting dalam tubuh kita. Penyerapan fosfor dibantu oleh vitamin D dan dieksresi melalui urin. Kekurangan fosfor mengakibatkan demineralisasi tulang dan terjadi pertumbuhan yang kurang baik. makanan sumber fosfor antara lain : susu, keju, daging, kacang-kacangan dan padi-padian. -
Magnesium Sumber dari magnesium di antaranya adalah : sayur-sayuran hijau, kedelai, dan kecipir. Sedangkan fungsi dari magnesium adalah : 1. Sebagai aktifator enzim peptidase dan enzim lain yang memecah gugus Phospat 2. Meningkatkan tekanan osmotic 3. Membantu mengurangi getaran otot 4. Pengiriman pesan melalui sistem syaraf, membuat otot-otot tetap lentur dan rileks serta memelihara kekuatan tulang dan gigi. 5. Menjaga konsistensi detak / ritme jantung serta membuat tekanan darah tetap normal. Orang dewasa pria membutuhkan magnesium sebanyak 350mg/hari dan untuk dewasa wanita membutuhkan magnesium sebanyak 300mg/hari. Jika terjadi defisiensi, maka akan menimbulkan gangguan metabolic, insomania, kejang kaki serta telapak kaki dan tangan gemetar.
-
Fe (Besi) Jumlah seluruh besi di dalam tubuh orang dewasa terdapat sekitar 3.5 g, di mana 70 persennya terdapat dalam hemoglobin, 25 persennya merupakan besi cadangan (iron storage) yang terdiri dari feritin edan homossiderin terdapat dalam hati, limfa dan sum-sum tulang. Besi simpanan
berfungsi
sebagai
cadangan
untuk
memproduksi
homoglobin dan ikatan-ikatan besi lainnya yang mempunyai fungsi fisiologis.
21
Unsur besi diserap melalui dinding usus dalam bentuk ion fero. Ion ini tidak langsung diserap oleh tubuh, melainkan lebih dahulu disimpan dalam hati, limpa dan sumsum tulang belakang. Kemudian dibawa oleh plasma darah ke seluruh jaringan tubuh dalam bentuk kompleks besi protein. Sumber besi di antaranya adalah: telur, daging, ikan, tepung, gandum,roti sayuran hijau, hati, bayam, kacang-kacangan, kentang dan jagung. Fungsi besi di antaranya adalah : 1. Untuk pembentukan hemoglobin baru. 2. Untuk mengembalikan hemoglobin kepada nilai normalnya setelah terjadi pendarahan. 3. Untuk mengimbangi sejumlah kecil zat besi yang secara konstan dikeluarkan tubuh, terutama lewat urine, feses dan keringat. 4. Untuk menggantikan kehilangan zat besi lewat darah tubuh. Zat besi yang tidak mencukupi bagi pembentukan sel darah, akan mengakibatkan anemia, menurunkan kekebalan individu, sehingga sangat peka terhadap serangan bibit penyakit. -
Natrium Tubuh manusia mengandung 1.8 gram natrium 1.8 gram natrium (Na) perkilo gram berat badan bebas lemak, dimana sebagian besar terdapat dalam cairan ekstraseluler. Kandungan natrium dalam plasma sekitar 300-355 mg/100 ml.Karena natrium merupakan kation utama dari cairan ekstraseluler, pengontrolan osmolaritas dan volume cairan tubuh sangat tergantung pada ion natrium dan risio natrium terhadap ion lainnya. Natrium mampu membuat membran sel menjadi permeabel, sementara itu transmisi syaraf dan kontraksi otot melibatkan pertukaran natrium ekstraseluler dan kalium ekstraseluler. Hanya sejumlah kecil natrium berada dalam intraseluler. Dalam tulang, natrium dalam tulang kira-kira sebanyak 30-45% dari total natrium
22
tubuh. Pangan nabati mengandung natrium lebih sedikit di bandingkan dengan pangan hewani -
Iodium Iodium merupakan bagian dari hormon kelenjar tiroid, yaitu tirosin dan triodotirosin. Biasanya tubuh mengandung 20-30 mg iodium. Kira-kira 60% berada dalam kelenjar tiroid dan selebihnya tersebar di jaringan-jaringan tubuh terutama di ovarium, otot dan darah. Iodium dalam bentuk ion iodida mudah diserap melalui dinding usus dan diekskresi terutama melalui urin. Hasil serapan dibawa oleh darah ke kelenjar tiroid untuk pembentukan hormon dan lain-lain. Defisiensi iodium dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang mengakibatkan pembangkakan pada bagian leher. Kekurangan iodium
yang
kronis
menyebabkan
terjadinya
kretinisme
dan
terganggunya kecerdasan. Sumber iodium di antaranya adalah : sayur-sayuran, ikan laut, dan rumput laut. Sedangkan funsi dari iodium di antaranya adalah sebagai komponen esensial tiroksin dan kelenjar tiroid. -
Flour Flour terutama terdapat pada gigi dan tulang. Sumber flour di antaranya adalah air, makanan laut, tanaman, ikan dan makanan hasil ternak. Sedangkan fungsi flour di antaranya adalah 1. Untuk pertumbuhan dan pembentukkan struktur gigi 2. Untuk mencegah karies gigi Kekurangan fluor akan mengakibatkan keadaan gigi yang lemah dan mudah berlubang (caries) , karena keadaan email gigi yang kurang baik.
-
Klor Sumber dari klor di antaranya adalah garam, keju, ikan, udang, bayam dan seledri. Sedangkan fungsi dari klor diantaranya adalah : 1. Aktivator amilase dan pembentukan HCl lambung 2. Mengaktifkan enzim amylase dalam mulut untuk memecah pati.
23
3. Membantu menjaga tekanan osmotik. -
Zinc Sumber utama Zinc adalah daging, unggas, telur, ikan, susu, keju, hati, lembaga gandum, ragi, selada, roti dan kacang-kacangan. Sedangkan fungsi Zinc di antaranya adalah : 1. Meningkatkan keaktifan enzim 2. Meningkatkan pertumbuhan Jika terjadi defisiensi maka menyebabkan kegagalan pertumbuhan dan gangguan kesembuhan luka.
-
Tembaga Meskipun tembaga tidak merupakan bagian dari hemoglobin, unsur ini berperan dalam proses maturasi sel-sel darah merah dan proses pembentukan hemoglobin dan berpengaruh atau membermudah absorbsi besi. Sumber utama dari tembaga adalah susu dan sereal. Sedangkan fungsi dari tembaga adalah berperan dalam kegiatan enzim pernafasan sebagai kofaktor bagi enzim tironase dan sitokromokdiase.
-
Kobalt Merupakan komponen dari vitamin B12 yang diperlukan bagi perkembangan normal sel-sel darah merah. Vitamin ini penting untuk maturasi sel-sel darah merah dan untuk menjaga normalitas kerja semua sel. Defisiensi kobalt menyebabkan anemia pernisiosa yang sebenarnya disebabkan oleh gangguan penyerapan vitamin B12. Ada pun gangguan penyerapan vitamin B12 biasanya diakibatkan oleh kelainan individual yaitu ketidak mampuan mukosa lambung memproduksi mukoprotein yang penting untuk penyerapan vitamin B12 tersebut. Sumber utamanya adalah vitamin B12, B1, dan sayuran berdaun hijau.
Kobalt
mempunyai
fungsi
untuk
keseimbangan
tubuh
ruminansia. (Colby,1999)
24
2.3
Hormon dan jenis-jenisnya
A. Pengertian Mineral
Berikut ini adalah definisi dan pemaparan tentang apa itu Hormon : Hormon di sintesis dan di sekresikan oleh sel khusus yang
mempunyai pengaruh pada sel target atau sel sasaran. Dimana hormon yang disekresikan oleh sel di sebut dengan hormon endokrin. Biasanya hormon mempengaruhi atau memberi efek pada sel di dekatnya. (McKee, Trudy dan James McKee. 1996 : 5410 )
Hormon merupakan senyawa kimia, ada dalam darah dengan kadar yang sangat rendah, yang mempunyai pengaruh pengatur pada metabolisme alat atau jaringan spesifik. Hormon di sekresikan lansung ke dalam darah dengan jumlah yang sangat kecil oleh sel khusus, sering dikelompokkan bersama dalam struktur anatomik berbeda yang di sebut kelenjar endoktrin. Hormon-hormon di angkut lewat darah ke jaringan spesifik yang di sebut jaringan sasaran, dimana mereka melakukan pengaruh pengaturannya. (Montgomery, Rex dkk. 1983 : 1139 )
Hormon adalah zat organik yang di perlukan untuk kelanjutan hidup dan fungsi normal tubuh, dimana zat itu dapat di buat oleh tubuh kita. Hormon hanya di butuhkan dalam jumlah kecil, sehingga dapat di anggap sebagai pengatur kimiawi untuk proses proses vital yang berlansung dalam tubuh manusia. Hormon di keluarkan oleh kelenjar-kelenjar endoktrin. (Gultom, Togu. 2001 : 119 )
Hormon di definisikan secara klasik sebagai zat yang di sintesa pada berbagai kelenjar tanpa saluran yang di sekresikan ke berbagai jaringan tubuh tertentu. Hormon berfungsi mengatur proses metabolisme tubuh. Hormon di sekresikan ke dalam darah sebelum di gunakan, maka kadar hormon ini dapat merupakan indikasi aktivitas saat kontak dengan organ sasaran. (Azmi, Johny. 1999 : 110)
25
Hormon adalah molekul yang di hasilkan oleh jaringan tertentu
(kelenjar) dan hormon di keluarkan lansung ke dalam darah yang membawanya ke tempat tujuan dan hormon secara khas mengubah kegiatan suatu jaringan tertentu yang menerimanya. ( Poedjiadi, Anna dan Titin. 2009 : 345) Hormon adalah suatu pesan kimia yang di sintesis pada sel-sel
khusus dan di transpor ke sel sasaran yang jauh letaknya melalui peredaran darah. Kebanyakan hormon di sekresi lansung ke dalam sirkulasi darah. ( Colby, S Diane. 1988 : 263) Hormon adalah senyawa organik yang di produksi oleh tubuh
organisme multiseluler yang berperan sebagai pembawa informasi kimia dan mereka bergerak pada aliran darah untuk menuju jaringan atau organ sasaran. ( Bakar, Usman dan Iswendi. 2010 : 141) B. Jenis-Jenis Mineral Berdasarkan fungsinya
Hormon dapat di klasifikasikan berdasarkan fungsi hormon itu sendiri di dalam tubuh manusia. Terdapat 7 ( tujuh ) klasifikasi hormon jika kita lihat berdasarkan fungsinya. Klasifikasi tersebut adalah :
Hormon
Somatotropin
Singkatan
SH
Nama Tambahan
Hormon
Jaringan
Fungsi
Sasaran
Utama
Banyak
Sintesis
pertumbuhan
Prolaktin
Kelenjar
Produksi
payudara
susu.
Pada
Folikel
stimulasifolike
wanita,
yang
l
folikel
matang.
Hormon
PRL
FSH
Hormon laktogen
protein.
--
26
Pada
Hormon
LH
luteinisasi
laki,
Spermatoge
testes
nesis.
Hormon stimulasi
Pada
Pembuahan
sel
wanita,
,
Intestinal (ICSH)
folikel
dari corpus
formasi
progesteron Pada
laki,
testes
luteum. Produksi testosteron.
Tirotropin
TSH
Hormon
Tiroid
stimulasitiroid
Memproduk si T4 dan T3.
Adrenokortikot ACTH
--
ropin
Korteks
Melepaskan
adrenal
dan mensintesis kortikostero id.
Melanotropin
Β-MSH
Hormon
Melanosit
Pigmentasi.
stimulasimelanosi t (Montgomery, Rex dkk. 1983 : 1163 ) Berikut adalah uraian masing-masing hormon tersebut :
Somatotropin (SH) SH di sekresika oleh sel asidofil adenohipofisis yang mempunyai efek anabolik yang banyak pada jaringan. Dengan demikian SH biasa di sebut dengan hormon pertumbuhan. SH tersusun atas rantai polipeptida tunggal terdiri dari 188 sisa asam amino. SH memicu pengambilan asam amino oleh otot dan meningkatkan sintesis protein dalam beberapa jaringan. Di samping itu, SH juga meningkatkan kadar
27
glukosa dan kadar asam lemak bebas plasma. Karenanya, SH mempunyai pengaruh anti-insulin. Pelepasan SH ke dalam plasma di pacu oleh kadar asam amino plasma yang tinggi dan di tekan oleh kadar glukosa plasma yang tinggi. Hanya SH manusia yang aktif pada manusia, sehingga terkadang terapi hormon tidak berdampak apa-apa.
Prolaktin (PRL) PRL berfungsi untuk memacu produksi air susu dalam kelenjar susu. Prolaktin mengimbas sintesis dua protein dalam kelenjar susu yang membentuk sintase laktose, enzim yang bertanggung jawab dalam sintesis laktosa atau gula susu. Salah satu protei tersebut adalah transferase uridin difosfagalaktosil terikat membran. Protein yang lain α-laktalbumin, protein yang memodifikasi spesifisitas transferase sehingga glukosa merupakan akseptor untuk bagian galaktosil, dan dengan ini memungkinkan terjadinya sintesis laktose atau gula susu. Di samping itu, PRL menyebabkan proliferase dan hipertropi aparatus golgi kelenjar susu. Aparatus golgi merupakan organel tempat melepaskan laktosa, protein dan bulatan lemak penyusun air susu dari sel alveoli kelenjar susu ke dalam saluran pengumpul. Sebelum PRL dapat melakukan kerjanya, sel kelenjar susu harus di mulai dengan pemaparannya terhadap insulin dan kortisol. Prolaktin terdapat pada pria dan wanita. Urutan asam amino prolaktin dan SH sama, ini dapat menerangkan pengaruh tumpang tindih kedua hormon ini.
Gonadotropin (FSH dan LH) Mereka bekerja pada kelenjar kelamin. FSH menyebabkan maturasi folikel ovarium pada wanita, dan menstimulasi spermatogenesis pada pria. LH mempunyai beberapa kerja pada wanita, termasuk memacu ovulasi, pembentukan korpus luteum, dan produksi progesteron
Tirotropin (TSH) TSH memacu pelepasan T3 dan T4, hormon tiroid. TSH merupakan glikoprotein yang mengandung satu rantai α dan satu rantai β. Selain itu TSH juga bekerja pada adiposit untuk memacu lipolisis. Kerja TSH paling sedikit di perantarai lewat mekanisme siklase adenilat cAMP.
28
Adrenokortikotropin (ACTH)
ACTH memacu produksi dan sekresi glukokortikoid dalam korteks adrenal. ACTH merupakan polipeptida kecil, yang hanya mengandung 39 asam amino pertama. ACTH bekerja lewat mekanisme cAMP untuk menstimulasi hidrolisis ester kolesterol yang di simpan dalam sel penghasil glukokortikoid korteks adrenal. Kemudian terjadi hidriksilasi dan
pemecahan
rantai
samping
kolesterol
pada
C20-22
dan
menghasilkan prognenolon. ACTH juga memicu lipolisis dalam adiposit lewat mekanisme cAMP.
Melanotropin (β-MSH) β-MSH di sekresi oleh sel basofil adenohipofisisyang sama dengan yang mensekresi ACTH. Pemberian β-MSH dalam jumlah banyak menyebabkan deposisi pigmen dalam kulit. (Montgomery, Rex dkk. 1983 : 1162 -1166 )
Berdasarkan tempat pembentukannya
Hormon dapat di klasifikasikan berdasarkan tempat pembentukannya atau berdasarkan kelenjar endoktrin yang mengeksresikannya. Terdapat 7 klasifikasi hormon jika kita lihat berdasarkan kelenjar endokrin yang mengeksresikannya :
Sumber
Hormon
Fungsi
Hipotalamus
Gonadotropin-releasing
Merangsang sekresi LH dan
hormon (GnRH)
FSH
Kortikotropin-releasing
Merangsang sekresi ACTH
hormon (CRH)
Merangsang sekresi GH
Hormon
pertumbuhan-
releasing hormon (GHRH)
Menghalangi sekresi GH dan
Somatostatin
TSH
Thyrotropin-releasing
Merangsang sekresi TSH dan
hormon (TRH)
prolaktin
29
Pituitary
Hormon liteunizing (LH)
Merangsang
sintesis
hormon
seks pada ovarium dan testes. Hormon perangsang folikel
Persiapan ovulasi dan sintesis
(FSH)
estrogen
pada
ovarium
dan
sperma pada testes. Merangsang Kortikotropin (ACTH)
sintesis
steroid
pada korteks adrenal. Mempengaruhi proses anabolik
Hormon pertumbuhan ( GH) pada berbagai jaringan. Merangsang hormon tiroid. Thyrotropin (TSH)
Merangsang produksi susu pada
Prolaktin
reproduksi betina. Mengatur kontraksi uterus dan
Oksitosin
sekresi susu. Mengatur tekanan darah dan air
Gonad
Vasopressin
tubuh.
Estrogen
Pematangan
Progesteron
reproduksi laki.
Androgen
Fertilisasi telur dan persiapan
fungsi
sistem
kehamilan. Pematangan
fungsi
sistem
reproduksi betina. Korteks
Glukokortikoid
Mengurangi
adrenal
Mineralokortikoid
peradangan.
respons
efek
Metabolisme mineral. Tiroid
Triodotironin T3
Merangsang
Troksin T4
seluler.
Gastrointestinal Gastrin
Merangsang
banyak
reaksi
sekresi
asam
lambung dan enzi pankreas. Sekretin
Mengatur
Kolesitokinin
pankreas.
Somatostatin
Merangsang
sekresi
sekresi
eksokrin
enzim
30
pencernaan. Menghambat sekresi gastrin dan glukagon. Pankreas
Insulin
Membantu efek anabolik dan
Glukagon
lipogenesis
Somatostatin
Glikogenolisis dan lipolisis. Menghambat sekresi glukagon.
(McKee, Trudy dan McKee James. 1996 : 544)
31
Biosintesa Hormon
Untuk hormon polipeptida, mereka di sintesis pada retikulum endoplasma dan di matangkan di matangkan di aparatus golgi. Pada banyak hal, proses proteolitik berperan pada pembentukan kematangan hormon. Salah satu contohnya adalah hormon insulin yang di hasilkan oleh sel B pankreas, yang berfungsi mengatur gula darah. Kadar glukosa darah yang tinggi ,rangsang pelepasan protein dari endokrin pankreas. Sebaliknya, insulin
mempermudah
penurunan
glukosa
dalam
sirkulasi
dengan
merangsang metabolisme glukosa. Jaringan sasaran utama hormon insulin adalah jaringan adiposa, otot dan hati. Insulin ini terdiri dari 2 rantai polipeptida, dinamai rantai A dan rantai B yang di hubungkan dengan jembatan disulfida. Insulin berasal dari prekursor polipeptida (preproinsulin) yang mengandung dua rangkaian asam
32
amino yang tidak di temukan dalam hormon yang matang; suatu rangkaian sinyal pada N terminal dan peptida penghubung, peptida C, yang terletak pada rangkaian primer prekursor antara rangkaian A dan rangkaian B. Preproisulin di sintesis oleh ribosom yang melekat pada permukaan retikulum endoplasma kasar. Waktu polipeptida memanjang, polipeptida ini terletak dalam lumen retikulum endoplasma kasar, dimana rangkaian sinyaldi buang. Langkah proteolitik ini mengubah preproinsulin menjadi proinsulin. Pelipatan polipeptida dan pembentukan ikatan disulfida terjadi dalam lumen retikulum endoplasma kasar. Pada langkah pematangan akhir, dimana proinsulin di pecah menjadi insulin dan peptida C berlansung dalam aparatus golgi secara serentak dengan pembentukan granula sekresi. Insulin dan peptida C di simpan sampai sekresinya di rangsang oleh peningkatan kadar glukosa darah. Reseptor awal sintesis ini terdiri atas 4 rantai, yang terdiri atas 2 rantai α dan 2 rantai β yang di hubungkan oleh jembatan peptida. ( Colby, S Diane. 1985 : 264 ) Sekresi Hormon
33
(Soewoto, Hafiz. 2009. Hormon-Hormon yang Berperan pada Proses metabolisme.ppt . Depok : FK UI) Sekresi hormon dari kelenjar endokrin asalnya di kendalikan lewat mekanisme-pelayanan. Dengan kata lain, kadar hormon dalam plasma itu sendiri ata suatu senyawa yang di produksi oleh sel sasaran sebagai tanggapan terhadap hormon, mengatur pelepasan hormon selanjutnya dari kelenjar. Lebih lagi, hormon yang di lepas dari kelenjar endokrin sering mengatur hormon lain dari kelenjar kedua, yang selanjutnya mengendalikan produksi hormon di dalam dan pelepasannya dari kelenjar pertama. Hal ini di gambarkan dengan pengaturan kadar hormon tiroid dalam sirkulasi. TRH hipotalamus
+
+ _ TSH adenohipofisis
+ Tiroid T4, T3
Gambar...Pengaturan sekresi hormon tiroid
Kelenjar tiroid memproduksi dua hormon, tiroksin (3,5, 3’,5’ terteyodotironin, yang biasa di sebut T4) dan 3,5,3’ -triyodotironin (T3). Hormon-hormon ini di lepaskan oleh kelenjar sebagai tanggapan terhadap TSH, suatu glikoproteib yang di produksi dalam adenohipofisis dalam plasma mempengaruhi adenohipofisis untuk menghambat pelepasan TSH, suatu kerja sesuai dengan mekanisme hambatan- umpan balik. Pengendalian peringkat lain terdapat dalam sistem TSH-T4, T3 ; pelepasan TSH di tingkatkan oleh hormon pelepas tirotropin (TRH), suatu tripeptida yang di
34
sintesis dalam hipotalamus. TRH mencapai adenohipofisis lewat sistem vena porta yang menghubungkan kelenjar dengan hipotalamus. Pelepasan TRH di acu oleh rendahnya kadar T4 dan T3 dalam sirkulasi. Bila kadarnya dalam sirkulasi tinggi , pelepasan TSH tertekan, dan rangsang untuk meneruskan pelepasan hormon tiroid di hilangkan. Hal berlansung lewat hambatan terinduksi T4 terhadap kerja TRH pada adenohipofisis. Sebaliknya, apabila kadar T4 dan T3 rendah, pelepasan TRH dari hipotalamus di perlancar, yang selanjutnya menstimulasi pelepasan TSH dan dengan demikian hormon tiroid terlepas. Pada keadaan lain, pelepasan hormon dari kelenjar endokrin di atur oleh produk pengaruh hormon dan bukan oleh hormon kedua. Misalnya, hormon paratiroid bekerja meningkatkan kadar kalsium plasma. Apabila kadar kalsium plasma rendah, pelepasan hormon paratiroid di pacu. Sebaliknya, pelepasan hormon paratiroid di hambat bila kadar kalsium plasma meningkat. (Montgomery, Rex dkk. 1983 : 1143 – 1144 ) Mekanisme kerja hormon
Adanya ransangan dari luar maupun dari dalam menyebabkan kelenjar endokrin memproduksi dan mengeluarkan hormon ke dalam plasma darah. Setelah sampai pada sel yang menjadi tujuan, hormon bergabung dengan reseptor dan meningkatkan aktivitas adenil siklase yang terdapat pada membran.Aktivitas adenil siklase yang meningkat ini menyebabkan peningkatan pembentukan AMP siklik yang terdapat dalam plasma sel yang dapat mengubah proses di dalam sel tersebut, misalnya aktivitas enzim, permeabilitas membran dan sebagainya. Keseluruhan proses yang berubah ini dapat terwujud dalam tindakan sebagai jawaban fisiologik atau usaha yang di lakukan oleh manusia. Proses yang bersifat hormonal ini terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pertama pembentuka hormon sampai tiba pada dinding sel atau plasma, sedangkan tahap kedua adalah peningkatan jumlah AMP siklik hingga terjadinya pertumbuhan atas proses dalam sel. ( Poedjiadi, Anna dan Titin. 2009 : 348 )
35
Secara umum ada lima macam kerja hormon yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup, yaitu : a. Induksi sintesis enzim pada tingkat inti. Hormon hidrofobik seperti tiroksin dan steroid beredar dalam plasma yang terikat pengemban protein spesifik. Oleh karena itu, kosentrasi totalnya dalam plasma
berubah lambat sekali bergantung pada
keseimbangan antara bentuk bebas dan terikatnya. Hormon-hormon ini merangsang pembentukan RNA dalam inti sel target dan oleh karena itu menaikan sintesis enzim tertentu. Hormon steroid mula-mula bekerja dengan mengikat protein reseptor tertentu dalam sitosol. Kompleks yang terbentuk ini kemudian di transport ke dalam inti sel dan bereaksi dengan kromatin DNA. Penggabungan ini selanjutnya mempengaruhi sintesis m-RNA yang bertindak sebagai cetakan pada pembentukan protein enzim tertentu. b. Perangsangan sintesis protein pada tingkat ribosom. Aktivitas hormon terdapat pada tingkat “translasi informasi” yang di bawa oleh m-RNA ke ribosom untuk pembentukan protein enzim. Ribosom yang di ambil dari binatang yang di beri hormon pertumbuhan,
misalnya,
mempunyai
kapasitas
yang
berubah
meningkat untuk mensintesis protein sesuai dengan adanya m-RNA normal. c. Pengaktifan lansung pada tingkat enzim. Walaupun pengaruh lansung hormon pada enzim murni sukar diperlihatkan, namun pemberian beberapa hormon pada binatang atau jaringan
terisolasi
mengakibatkan peningkatan
aktivitas
enzim.
Biasanya pengaruh hormonal ini berlansung sangat cepat. Karena membran sel biasanya di perlukan pada setiap pentransferan senyawa maka di duga ada kemungkinan peristiwa hormonal permulaan adalah pengaktivan reseptor membran. d. Kerja hormon pada tingkat membran.
36
Banyak hormon secara spesifik ikut serta pada transpor berbagai zat untuk melewati membran sel, termasuk protein, karbohidrat, asam amino, kation, dan nukleotida. Pada umumnya hormon ini secara spesifik bergabung dengan membran sel. Hormon ini menyebabkan perubahan metabolik sekunder yang cepat dalam jaringan tetapi mempunyai sedikit pengaruh terhadap aktivitas metabolik sediaaisediaan bebas membran. Sebagian besar “hormon protein” dan katekolamin mengaktifkan sistem enzim membran. Hormon dalam hal ini menstimulasi reseptor membran agar enzim-enzim di dalam membran aktif, yang lebih lanjut meningkatkan jumlah cAMP yang berfungsi mengaktifkan protein kinase. Enzim ini di butuhkan untuk meningkatkan berlansungnya reaksi di dalam sel. e. Kerja hormon dan hubungannnya dengan kadar siklik nukleotida. Siklik nuklotida atau cAMP adalah suatu nukleotida yang mempunyai peranan unik dalam fungsi banyak hormon. Kadarnya dapat di naikkan atau di turunkan melalui kerja hormon. Pengaruhnya bermacammacam tergantung pada jaringan. Glukagon dapat menyebabkan kenaikan siklik AMP dalam hati, tetapi dalam otot naik dengan perbandingan yang seimbang. Sebaliknya epinefrin menimbulkan kenaikan cAMP yang lebih besar dalam otot di bandingkan dengan hati. Hormon insulin dapat menurunkan jumlah cAMP hati yang berlawanan dengan kenaikan yang di sebabkan oleh glukagon. (Gultom, Togu. 2001 : 120 – 121 ) Transpor hormon
Untuk transpor atau pengangkutan oksitosin dan vasopresin di angkut melalui lintasan saraf hipotalamik-neurohipofisis sebagai kompleks fisis dengan protein yang di sebut neurofisin. Estrogen menyebabkan pelepasan oksitosin neurofisin; nikotin menyebabkan pelepasan vasopresin neurofisin. Hormon kemudian di lepaskan dengan pemecahan proteolitik dan berikatan dengan komponen protein yang tersisa. Tiap molekul neurofisin mengikat molekul hormon tunggal dan membawanya turun dari hipotalamus ke hipofisis posterior, tempat di simpannya hormon sebagai kompleks
37
neurofisin.Kedua hormon dan neurofisinya dikeluarka waktu pelepasannya dari neurohipofisis, tetapi lepas dari neurofisin dan bersirkulasi dalam plasma darah tanpa berikatan dengan protein mana pun. (Montgomery, Rex dkk. 1983 : 1167 ) Sedangkan untuk T3 dan T4 dalam plasma darah di angkut oleh globulin pengikat tiroksin (TBG-thyroxine binding globulin). Tetapi protein plasma lain, prealbumin dan albumin juga bertindak sebagai pembawa untuk hormon ini. (Montgomery, Rex dkk. 1983 : 1169 ) 2.4
Hubungan antara vitamin, mineral dan hormon dalam tubuh
Hubungan antara kerja hormon, vitamin dan mineral tergambarkan dalam mekanisme kerja hormon paratiroid ( parathyroid hormone, PTH) dan Vitamin D dalam mengontrol mineral Kalsium dalam darah. Karena ion kalsium (Ca2+) esensial untuk fungsi normal semua sel, kontrol homeostatik dari kadar kalsium darah sangatlah penting. Jika kadar Ca 2+ darah turun drastis, otot-otot rangka mulai kejang-kejang, suatu kondisi yang berpotensi fatal, disebut tetanus. Jika kadar Ca 2+ darah naik secara tajam, endapan kalsium fosfat dapat terbentuk dalam jaringan tubuh, menyebabkan kerusakan organ yang meluas.(Campbell, 2008) Pada manusia, kelenjar paratiroid memainkan peran utama dalam regulasi Ca2+ darah. Ketika Ca2+ darah turun di bawah titik standar, sekitar 10 mg/100mL, kelenjar-kelenjar ini melepaskan hormon paratiroid (PTH). PTH menaikkan kadar Ca 2+ darah melalui efek langsung dan tak langsung. Pada tulang, PTH menyebabkan matriks yang ternineralisasi untuk menguraikan dan melepaskan Ca 2+ ke dalam darah. Di dalam ginjal, PTH merangsang reabsorpsi Ca2+ secara langsung melalui tubulus renal. PTH juga memiliki efek tak langsung, mendorong konversi vitamin D menjadi hormon aktif. Bentuk inaktif dari vitamin D, suatu molekul derivat steroid, diperoleh dari makanan atau disintesis di dalam kulit ketika terpapar ke sinar matahari. Aktivasi vitamin D bermula di hati dan dituntaskan di ginjal, proses tersebut dirangsang oleh PTH. Bentuk aktif dari vitamin D bekerja langsung pada usus halus, merangsang pegambilan Ca 2+ dari
38
makanan sehingga memperbesar efek PTH. Saat Ca 2+ darah naik, lengkung umpan balik negatif menghambat pelepasan PTH lebih lanjut dari kelenjar paratiroid.
(Campbell, 2008) Hubungan kerja hormon, vitamin, dan mineral juga terdapat dalam pembentukan tulang. Tidak hanya dipengaruhi oleh kalsium dan serat kolagen, namun paparan sinar matahari, sekresi hormon, dan latihan fisik juga memainkan peranan penting dalam pembentukan tulang. Sebagai contoh, paparan kulit dengan sinar ultraviolet matahari membantu perkembangan tulang, karena kulit dapat memproduksi vitamin D apabila terkena radiasi tersebut. Vitamin D diperlukan untuk penyerapan kalsiu di usus kecil. Dengan tidak adanya vitamin ini, kalsium kurang diserap, matriks tulang kekurangan kalsium, dan tulang-tulang cenderung patah atau sangat lemah. Vitamin A dan C juga dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang normal. (Ganong, 1983) Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan tulang disekresikan oleh kelenjar hipofisis, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, indung telur dan testis. Kelenjar hipofisis, mensekresikan hormon pertumbuhan (GH) yang disebut juga somatotropin yang menstimulasi aktivitas di lempeng epifisis.
39
Somatotropin memainkan peranan yang penting dalam tubuh dengan merangsang pertumbuhan otot, mempertahankan tingkat normal sintesis protein dalam semua sel tubuh, serta membantu dalam pelepasan lemak sebagai
sumber
untuk
hormon
lain
yang
berperanan
dalam
mempertahankan kekuatan matriks tulang. Ini adalah untuk mengkontrol tingkat kalsium darah. Selain itu, kalsium juga diperlukan untuk sejumlah proses metabolisme lain selain daripada pembentukan tulang seperti pembentukan bekuan darah, konduksi impuls saraf, dan kontraksi sel otot. Bila kuantiti kalsium dalam darah adalah rendah, kelenjar paratiroid berespon dengan mensekresikan hormon paratiroid (PTH). Hormon ini merangsang osteoblas untuk memecah jaringan tulang, dan garam kalsium yang dilepaskan ke dalam darah. Di sisi lain, jika tingkat kalsium darah terlalu tinggi, kelenjar tiroid merespon dengan mensekresi hormon yang disebut kalsitonin. Efeknya adalah antagonis dengan hormon paratiroid; yaitu menghambat aktivitas osteoblast dengan menstimulasi osteoblast untuk membentuk jaringan tulang. (Ganong, 1983)
40
BAB III PENUTUP 3.1
Kesimpulan
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme organisme. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat) Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim dan sangat penting dalam pengendalian komposisi cairan tubuh, 65% bobot tubuh adalah air , jenis-jenisnya antara lain : kalsium, Al, Mg, P, sodium (Na),sulfur, Fe, I 2, Flour, Mn, Zinc, Cuprum, Cobalt dan Kromium
Hormon adalah senyawa organik yang di produksi oleh tubuh organisme multiseluler yang berperan sebagai pembawa informasi kimia dan mereka bergerak pada aliran darah untuk menuju jaringan atau organ sasaran. Terdapat 7 ( tujuh ) klasifikasi hormon jika kita lihat berdasarkan fungsinya (Somatotropin, Prolaktin, Gonadotropin, Tirotropin, Adrenokortikotropin, Melanotropin), berdasarkan tempat pembentukannya antara lain Gonadotropin-releasing hormon (GnRH), Kortikotropin-releasing hormon (CRH), Hormon pertumbuhan-releasing hormon (GHRH), Somatostatin, Thyrotropin-releasing hormon (TRH), Hormon liteunizing (LH), Hormon perangsang folikel (FSH), Kortikotropin (ACTH), Hormon pertumbuhan ( GH), Thyrotropin (TSH), Prolaktin, Oksitosin, Estrogen, Progesteron, Glukokortikoid, dll.
Hubungan antara kerja hormon, vitamin dan mineral tergambarkan dalam mekanisme kerja hormon paratiroid ( parathyroid hormone, PTH) dan Vitamin D dalam mengontrol mineral Kalsium dalam darah, hubungan kerja hormon, vitamin, dan mineral juga terdapat dalam pembentukan tulang.
41
3.2
Saran
Berdasarkan pembahasan di atas dan simpulan yang telah di kemukakan sebelumnya, pada bagian ini penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Penulis berharap dari adanya tugas ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi para pembaca. 2. Mohon dimaklumi, jika dalam makalah saya ini masih terdapat banyak kekeliruan, baik bahasa maupun pemahaman. Saya berharap kritik dan saran dari pembaca.
42