MAKALAH AGAMA HINDU PANCA YADNYA I
OLEH : 1. LUH PUTU DESWINTA DHARMARIANI
(10)
2. I PUTU LAKSAMANA PUTRA AGUSTINA
(24)
3. I PUTU MAS ESA MAHENDRA
(25)
TAHUN AJARAN 2016/2017
i
DAFTAR ISI COVER ................................................... ...........................................................................
i
DAFTAR ISI .....................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................... ...............................................
1
1.1 LATAR BELAKANG .................................................. .......................................
1
1.2 RUMUSAN MASALAH ....................................................................................
1
1.3 TUJUAN PENELITIAN .............................................. .......................................
1
1.4 MANFAAT PENELITIAN ................................................... ..............................
1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................
3
2.1 PANCA YADNYA .............................................................................................
3
2.2 JENIS-JENIS PANCA YADNYA ................................................. .....................
3
2.2.1 DEWA YADNYA ................................................ .......................................
3
2.2.2 PITRA YADNYA ................................................ .......................................
4
2.2.3 RSI YADNYA .............................................................................................
5
2.2.4 MANUSA YADNYA ..................................................................................
6
2.2.5 BHUTA YADNYA .............................................. .......................................
7
BAB III PENUTUP .................................................. .........................................................
8
3.1 KESIMPULAN ...................................................................................................
8
3.2 SARAN....................................................... .........................................................
9
ii
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
Dalam sloka Bhagawadgita, 3.10, disebutkan “Saha-yajnah prajah srtstva purovaca prajapatih anena prasavisyadhvam eva vo ‘ stu ista kama-dhuk ”. Yang kemudian diterjemahkan pada kitab Niti Sastra IV.19 berarti “Pada zaman dulu Prajapati menciptakan manusia dengan Yadnya dan bersabda dengan ini engkau akan mengembang dan akan menjadi kamadhuk dari keinginanmu”. Berdasarkan sloka tersebut, maka manusia sebagai makhluk tertinggi derajatnya dibandingkan makhluk hidup lainnya. Sudah sewajarnya manusia menyadari akan keberadaan dirinya yang diciptakan dan dipelihara atas dasar yadnya. Kadang kala masih banyak orang yang bertanya mengapa kita harus melakukan yadnya. Jawaban dari pertanyaan itu tentulah karena kita memiliki tiga hutang yang disebut Tri Rna. Adapun bagian-bagiannya antara lain : Dewa Rna (hutang yang patut kita bayar kepada Sang Pencipta), Pitra Rna (hutang yang patut kita bayar kepada orang tua yang sudah meninggal maupun tidak), dan Rsi Rna (hutang yang patut kita bayar kepada Rsi, Sulinggih atau guru). Ketiga hutang tersebut yang menjadi dasar atau landasan pelaksanaan yadnya yang kita warisi sampai sekarang. Disamping itu dasar pelaksanaan yadnya adalah Bhakti. Bhakti adalah bentuk penghormatan yang tulus ikhlas dan merupakan dasar utama pelaksaan Yadnya. Bhakti tidak memerlukan kecerdasan tinggi, melainkan Bhakti memerlukan kesetiaan, ketulusan, keikhlasan, dan kesabaran. Umat Hindu sudah kenal akan keberadaan lima yadnya. Lima yadnya tersebut sudah kita kenal dengan Panca Yadnya. Tanpa kita sadari Panca Yadnya sudah kita lakukan dari kecil hingga sekarang. Berarti dari kecil hingga akhir ayat, kita tidak bisa lepas dari Panca Yadnya. 1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah seba gai berikut : a. Apa itu Panca Yadnya? b. Apa saja jenis-jenis Panca Yadnya beserta contohnya? 1.3 Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian didapatkan adalah : a. Untuk mengetahui apa itu Panca Yadnya. b. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis Panca Yadnya beserta contohnya. 1.4 Manfaat penelitian Manfaat penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut : a. Bagi Penulis
2
Bagi penulis manfaat yang dapat diperoleh antara lain menambah wawasan dan mengingat-ingat materi yang sudah diperoleh di sekolah dasar. b. Bagi pembaca Bagi pembaca manfaat yang dapat diperoleh antara lain menambah wawasan dan menumbuhkan rasa kesadaran pentingnya yadnya dalam kehidupan umat Hindu.
3
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Panca Yadnya Panca dalam bahasa Sansekerta berarti lima. Yadnya berasal dari bahasa Sansekerta yang berakar dari kata “Yaj” yang artinya persembahan, pemujaan, penghormatan dan korban suci. Jadi pengertian dari Panca Yadnya adalah lima korban suci yang tulus ikhlas tanpa pamrih. Tujuan dari Panca Yadnya adalah menghubungkan rasa bhakti dan asih manusia sehingga mendapatkan kebahagiaan, kesejahteraan, kedamaian hidup lahir batin. 2.2 Jenis-jenis Panca Yadnya 2.2.1 Dewa Yadnya Dewa Yadnya adalah korban suci yang tulus ikhlas yang dipersembahkan pada Hyang Widhi beserta manifestasi-Nya. Tujuan dari pelaksanaan Dewa Yadnya yaitu untuk membayar hutang yang kita miliki ke hadapan Sang Hyang Widhi sebagai serta segala manifestasi-Nya (Dewa Rna) yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Contoh pelaksanaan Dewa Yadnya secara Nitya Karma (sehari-hari) antara lain : melaksanakan puja Tri Sandhya, melaksanakan Yadnya Sesa, dan berdoa. Sementara contoh pelaksanaan secara Naimitika Karma (pada waktu tertentu) antara lain : mendirikan tempat suci, melaksanakan pujawali, dan merayakan hari keagamaan.
Upacara persembahyangan saat piodalan di pura.
4
2.2.2 Pitra Yadnya Korban suci jenis ini adalah bentuk rasa hormat dan terima kasih kepada para pitara atau leluhur karena telah berjasa ketika masih hidup melindungi kita. Kewajiban setiap orang yang telah dibesarkan oleh orang tua (leluhur) adalah untuk memberikan persembahan yang terbaik secara tulus ikhlas. Ini sangat sesuai dengan ajaran suci Weda agar umat Hindu selalu saling memberi demi menjaga keteraturan. Tujuan dari pelaksanaan Pitra Yadnya adalah untuk membayar hutang kehadapan para leluhur (Pitra Rna) yang merawat dan membesarkan kita. Dalam Pitra Rna terdapat tiga hutang kita kepada orang tua (leluhur) seperti : kita berhutang badan (Sarirakrit), berhutang budi (Anadatha), berhutang jiwa (Pranadatha). Contoh pelaksaan Pitra Yadnya secara Nitya Karma antara lain : menjadi anak yang baik, menuruti nasihat orang tua, merawat orang tua selagi sakit, dan mematuhi nasihat orang tua. Sedangkan secara Naimitika Karma antara lain : melaksanakan upacara Pitra Yadnya, membuat upacara pengabenan pada saat orang tua meninggal, melaksanakan upacara Atma Wedana, melaksanakan upacara Atiwa-atiwa, dan melaksanakan pemujaan kepada leluhur.
Upacara pengabenan di Ubud.
5
2.2.3 Rsi Yadnya Rsi Yadnya yaitu korban suci yang tulus ikhlas yang dipersembahkan kepada para Rsi. Yadnya ini dilaksanakan karena para Rsi sudah menuntun masyarakat dan melakukan Puja Surya Sewana setiap hari. Para Rsi telah mendoakan keselamatan dunia alam semesta beserta isinya. Bukan itu saja, ajaran Weda juga pada mulanya disampaikan oleh para Rsi. Para Rsi dalam hal ini adalah orang yang disucikan oleh masyarakat. Ada yang sudah melakukan upacara Dwijati (Madiksa) disebut Pandita dan ada yang melaksanakan upacara Eka Jati (Mawinten) disebut Pinandita atau Pemangku. Tujuan pelaksanaan Rsi Yadnya adalah untuk membayar hutang yang kita miliki ke hadapan Sulinggih, para Rsi, atau para guru (Rsi Rna) yang merupakan bentuk terima kasih kita atas petunjuk, nasihat, dan ilmu pengetahuan yang diberikan kepada kita. Dengan ilmu pengetahuan tersebut kita dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk. Contoh pelaksaan Rsi Yadnya secara Nitya Karma antara lain : mempelajari ilmu pengetahuan, hormat dan patuh kepada catur guru, meneruskan dan melaksanakan ajaran catur guru, mengamalkan ajaran guru dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan secara Naimitika Karma antara lain : penobatan calon sulinggih (pemimpin agama Hindu) menjadi sulinggih yang disebut upacara diksa, membangun tempat pemujaan untuk sulinggih, menghaturkan atau memberikan punia pada saat-saat tertentu kepada Sulinggih.
Upacara Madiksa Sulinggih
6
2.2.4 Manusa Yadnya Manusa Yadnya adalah pengorbanan untuk manusia, terutama bagi mereka yang memerlukan bantuan. Umpamanya ada musibah banjir dan tanah longsor. Banyak pengungsi hidup menderita. Dalam situasi begini, umat Hindu diwajibkan untuk melakukan Manusa Yadnya dengan cara memberikan sumbangan makanan, pakaian layak pakai, dan sebagainya. Bila perlu terlibat langsung menjadi relawan yang membantu secara sukarela. Dengan demikian, memahami Manusa Yadnya tidak hanya sebatas melakukan serentetan prosesi keagamaan, melainkan juga kegiatan kemanusiaan seperti donor darah dan membantu orang miskin juga termasuk Manusa Yadnya. Namun, Manusa Yadnya dalam bentuk ritual keagamaan juga penting untuk dilaksanakan. Karena sekecil apapun sebuah yadnya dilakukan, dampaknya sangat luas dan mempengaruhi aspek kehidupan. Umpamanya, kalau kita melaksanakan upacara potong gigi, maka semua akan ikut terlibat dan kena dampak. Untuk upacara Manusa Yadnya, agama hindu mengajarkan agar dilakukan sejak dalam kandungan seorang ibu (dikenal dengan Garba Wedana atau Magedong-gedongan). Tujuan pelaksanaan adalah untuk membayar hutang kepada leluhur (Pitra Rna) yang membantu kita disaat membutuhkan pertolongan, juga penyucian diri. Contoh pelaksanaan secara Nitya Karma antara lain : saling menghormati sesama manusia, membangun kerjasama antar sesama manusia, gotong royong, membantu sesama manusia, membantu anak yatm piatu, dan lain-lain. Sedangkan secara Naimitika Karma antara lain : upacara bayi pada kandungan saat tujuh bulan (dikenal dengan Garba Wedana atau Magedong-gedongan), upacara bayi lahir, upacara otonan, upacara potong gigi, upacara pernikahan.
Upacara Mapandes (potong gigi).
7
2.2.5 Bhuta Yadnya Bhuta Yadnya adalah korban suci yang tulus ikhlas tanpa pamrih pada makhluk bawahan (para Bhuta), termasuk para Bhuta sekala maupun Niskala yang ada di sekitar kita. Para Bhuta ini cenderung memiliki kekuatan kekuatan yang tidak baik, suka mengganggu. Tujuan pelaksanan Bhuta Yadnya yang kita laksanakan adalah untuk membayar hutang yang kita miliki kepada para Bhuta seperti alam semesta, makhluk hidup, yang merupakan ciptaan Sang Hyang Widhi. Jadi Bhuta Yadnya yang kita lakukan adalah untuk membayar hutang kepada Sang Hyang Widhi (Dewa Rna). Contoh pelaksanaan Bhuta Yadnya secara Nitya Karma antara lain : melestarikan lingkungan, melestarikan tumbuh-tumbuhan, melestarikan binatang, membuang sampah pada tempatnya, melakukan reboisasi, mebersihkan selokan. Sedangkan secara Naimitika Karma antara lain : Menghaturkan segehan, caru dan tawur serta merayakan tumpek kandang, tumpek pengarah, dan lain-lain. Hendaknya disesuaikan dengan desa (tempat dilaksanakan), kala (waktu), patra (kemampuan).
Upacara Pecaruan.
8
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Manusia melakukan yadnya karena memiliki tiga hutang yang disebut Tri Rna. Adapun bagian-bagiannya antara lain : Dewa Rna (hutang yang patut kita bayar kepada Sang Pencipta), Pitra Rna (hutang yang patut kita bayar kepada orang tua yang sudah meninggal maupun tidak), dan Rsi Rna (hutang yang patut kita bayar kepada Rsi, Sulinggih atau guru). Ketiga hutang tersebut yang menjadi dasar atau landasan pelaksanaan yadnya yang kita warisi sampai sekarang. Disamping itu dasar pelaksanaan yadnya adalah Bhakti. Bhakti adalah bentuk penghormatan yang tulus ikhlas dan merupakan dasar utama pelaksaan Yadnya. Bhakti tidak memerlukan kecerdasan tinggi, melainkan Bhakti memerlukan kesetiaan, ketulusan, keikhlasan, dan kesabaran. 2. Panca dalam bahasa Sansekerta berarti lima. Yadnya berasal dari bahasa Sansekerta yang berakar dari kata “Yaj” yang artinya persembahan, pemujaan, penghormatan dan korban suci. Jadi pengertian dari Panca Yadnya adalah lima korban suci yang tulus ikhlas tanpa pamrih. Tujuan dari Panca Yadnya adalah menghubungkan rasa bhakti dan asih manusia sehingga mendapatkan kebahagiaan, kesejahteraan, kedamaian hidup lahir batin. 3. Jenis-jenis Panca Yadnya antara lain : Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya, Bhuta Yadnya. 4. Dewa Yadnya adalah korban suci yang tulus ikhlas yang dipersembahkan pada Hyang Widhi beserta manifestasi-Nya. Tujuan dari pelaksanaan Dewa Yadnya yaitu untuk membayar hutang yang kita miliki ke hadapan Sang Hyang Widhi sebagai serta segala manifestasi-Nya (Dewa Rna) yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Contohnya upacara piodalan. 5. Pitra Yadnya adalah korban suci yang merupakan bentuk rasa hormat dan terima kasih kepada para pitara atau leluhur karena telah berjasa ketika masih hidup melindungi kita. Kewajiban setiap orang yang telah dibesarkan oleh orang tua (leluhur) adalah untuk memberikan persembahan yang terbaik secara tulus ikhlas. Ini sangat sesuai dengan ajaran suci Weda agar umat Hindu selalu saling memberi demi menjaga keteraturan. Tujuan dari pelaksanaan Pitra Yadnya adalah untuk membayar hutang kehadapan para leluhur (Pitra Rna) yang merawat dan membesarkan kita. Contohnya upacara pengabenan. 6. Rsi Yadnya yaitu korban suci yang tulus ikhlas yang dipersembahkan kepada para Rsi. Yadnya ini dilaksanakan karena para Rsi sudah menuntun masyarakat dan melakukan Puja Surya Sewana setiap hari. Para Rsi telah mendoakan keselamatan dunia alam semesta beserta isinya. Bukan itu saja, ajaran Weda juga pada mulanya disampaikan oleh para Rsi. Para Rsi dalam hal ini adalah orang yang disucikan oleh masyarakat. Ada yang sudah melakukan upacara Dwijati (Madiksa) disebut Pandita dan ada yang melaksanakan upacara Eka Jati (Mawinten) disebut Pinandita atau Pemangku. Tujuan pelaksanaan Rsi Yadnya adalah untuk membayar hutang yang kita miliki ke hadapan Sulinggih, para Rsi,
9
atau para guru (Rsi Rna) yang merupakan bentuk terima kasih kita atas petunjuk, nasihat, dan ilmu pengetahuan yang diberikan kepada kita. Contohnya Upacara Madiksa sulinggih. 7. Manusa Yadnya adalah pengorbanan untuk manusia, terutama bagi mereka yang memerlukan bantuan. Umpamanya ada musibah banjir dan tanah longsor. Banyak pengungsi hidup menderita. Dalam situasi begini, umat Hindu diwajibkan untuk melakukan Manusa Yadnya dengan cara memberikan sumbangan makanan, pakaian layak pakai, dan sebagainya. Bila perlu terlibat langsung menjadi relawan yang membantu secara sukarela. Dengan demikian, memahami Manusa Yadnya tidak hanya sebatas melakukan serentetan prosesi keagamaan, melainkan juga kegiatan kemanusiaan seperti donor darah dan membantu orang miskin juga termasuk Manusa Yadnya. Contohnya potong gigi (Mapandes). 8. Bhuta Yadnya adalah korban suci yang tulus ikhlas tanpa pamrih pada makhluk bawahan (para Bhuta), termasuk para Bhuta sekala maupun Niskala yang ada di sekitar kita. Para Bhuta ini cenderung memiliki kekuatan kekuatan yang tidak baik, suka mengganggu. Tujuan pelaksanan Bhuta Yadnya yang kita laksanakan adalah untuk membayar hutang yang kita miliki kepada para Bhuta seperti alam semesta, makhluk hidup, yang merupakan ciptaan Sang Hyang Widhi. Jadi Bhuta Yadnya yang kita lakukan adalah untuk membayar hutang kepada Sang Hyang Widhi (Dewa Rna). Contohnya pecaruan. 3.2 Saran Saran yang dapat diberikan adalah agar kita selalu melaksanakan yadnya karena sekecil apapun sebuah yadnya dilakukan, dampaknya sangat luas dan mempengaruhi aspek kehidupan. Umpamanya, kalau kita melaksanakan upacara potong gigi, maka semua akan ikut terlibat dan kena dampak. Namun hal itu juga disesuaikan dengan desa (tempat dilaksanakan), kala (waktu), patra (kemampuan).