1
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS R USIA 24 HARI DI KLINIK SAE WARAS SUKOYOSO Tanggal Ujian Praktik 13 Mei 2017
STUDI KASUS
Oleh : NURROHMAH 154012014024
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)MUHAMMADIYAH PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN PRINGSEWU LAMPUNG 2017
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
2
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS R USIA 24 HARI DI KLINIK SAE WARAS SUKOYOSO Tanggal Ujian Praktik 13 Mei 2017
Disusun Dalam Rangka Ujian Program Prodi D III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Pringsewu
Oleh : NURROHMAH 154012014024
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)MUHAMMADIYAH PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN PRINGSEWU LAMPUNG 2017
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
3
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
4
MOTTO
Keberhasilan adalah kemampuan kemampuan untuk melewati dan mengatasi mengatasi dari satu kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat ( Winston chuchill )
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memeberikan rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Studi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam melaksanakan ujian akhir program didiploma D III kebidanan. Ujian akhir perogram yang dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2017 di Klinik sae waras sukoyoso kab.pringsewu dengan judul “ Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Normal pada bayi Ny. S usia 24 hari di Klinik Sae Waras Sukoyoso “ tepat pada waktunya. Dalamkesempatan ini penulis laporan studi kasus ini mengucapkan terimakasih kepada semua pilak yang telah membantu baik secara moril maupun materil serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pennulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ns. Asri Rahmawati,S.Kep.,M.Kes., selaku ketua STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung. 2. Sumi Anggraeni,M.Keb., selaku ketua prodi D III kebidanan STIKes Muhammafdiyah Pringsewu Lampung. 3. Apri Sulistianingsih,M.Keb., selaku pembimbing 1. 4. Nurwinda Saputri,M.Keb., selaku pembimbing 2. 5. Hetti Endang,S.ST., selaku penguji lahan. 6. Bapak/Ibu Dosen STIKes Muhammadiyah Pringsewu.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
6
7. Abah dan Emak yang selalu berdoa untuk keberhasilan , kebahagiaan dan kesuksesanku dan yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil serta tak hentinya berdoa demi keberhasilan studiku. 8.
Teman – teman yang selalu membantu dalam proses Ujian Akhir Program sampai dengan selesainya penulisan studi kasus ini.
9. Rekan – rekan seperjuangan angkatan VIII yang banyak membantu dan menyelesaikan studi kasus ini. 10. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadar bahwa dalam pembuatan laporan studi kasus ini banyak kesalahan untukn itu penulis mengharapkan sarandan kritik yang membangun demi perbaikan selanjutnya. Semoga laporan studi kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Pringsewu, Mei 2017 Penulis,
Nurrohmah
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
7
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii KATA PENGANTAR ................................................................................ iii DAFTAR ISI ............................................................................................... iv DAFTAR TABEL ....................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ........................................................................... 1 B. Tujuan ....................................................................................... 4 C. Ruang Lingkup.......................................................................... 5 D. Metode Penulisan ...................................................................... 5 E. Sistematik Penulisan ................................................................. 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir ................................................. 7 B. Konsep Dasar Managemen Asuhan Kebidanan ........................ 19 BAB III TINJAUAN KASUS A. Subjektif .................................................................................... 38 B. Objektif ..................................................................................... 40 C. Assassesment ............................................................................ 42 D. Planing ...................................................................................... 42
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
8
BAB IV PEMBAHASAN A. Profil Klinik .............................................................................. 44 B. Pemaparan ................................................................................. 47 C. Pembahasan ............................................................................... 58 BAB V PENUTUPAN A. Kesimpulan ............................................................................... 64 B. Saran.......................................................................................... 65
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
9
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Masa bayi merupakan fondasi dari kehidupan mendatang yaitu fondasi dari berbagai pola prilaku, sikap, dan emosinya. Masa neonatus juga merupakan usia yang rapuh baik fisik, penyakit maupun kecelakaan. Masalah kulit diaper dermatis sering terjadi, yang menyebabkan sakit dan perasaan tidak nyaman pada bayi (Kusmaningrum,2015). Ruam popok banyak terjadi pada bayi. Ruam popok merupakan gangguan kulit berupa peradangan disekitar daerah yang ditutupi oleh popok atau sekita popok. Peradangan ini terutama terjadi pada bagian daerah kedua belah paha, bokong, perut bagian bawah, sekitar kelamin serta area di sekitar atas bokong dang punggung bawah (Amri, 2010) Banyaknya kejadian dermatitis disebabkan karena orang tua terutama ibu masih belum mengetahui bagaimana pencegahan terjadinya ruam popok tersebut diantaranya kebersihan lingkungan diantaranya orang tua kurang menjaga kebersihan seperti jarang mengajarkan mencuci tangan yang baik dan benar, peemnuhan gizi anak yang kurang serta pemakaian dipers yang kurang tepat. Dermatitis nappy juga dikenal sebagai ruam popok, dermatitis popok istilah umumnyaadalah digunakan untuk menggambarkan reaksi imflasi iritasi pada kulit, salah satu faktor penyebab iritasi kulit: urine, kotoran, kelembapan
1
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
10
atau gesekan. Dematitis nappy adalah salah satu gangguan yang paling umum terjadi pada neonatus dan bayi, dengan prevalensi dermatitis popok diperkirakan antara 7% dan 35% dan kejadian diantara usia 9 dan 12 bulan (rowe,2008) Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2012 prevalensi iritasi kulit (ruam popok) pada bayi cukup tinggi 23% dari 6.840.507.000 bayi yang lahir didunia kebanyakan menderita iritasi kulit (ruam popok) akibat penggunaan popok. Angka terbanyak ditemukan pada usia 6 – 12 bulan (Ramba, 2015) Ahli
Menteri
Kesehatan
Bidang
Peningkatan
Kapasitas
dan
Desentralisasi, dr Krisnajaya,MS kulit memperkirakan jumlah anak balita di bawah 5 tahun. Diindonesia mencapai 10% dari populasi penduduk. Jika jumlah penduduknmya 220 – 240 juta jiwa, maka setidaknya ada 22 juta balita diindonesia dan 1/3 dari jumlah bayi diindonesia mengalami ruam popok,(Rahmat,H.2011) Salah satu penyakit kulit pada bayi adalah miliaria yang merupakan gangguan umum dari kelenjar keringat eccren yang sering terjadi dalam kondisi hawa panas yang tinggi. Miliaria disebabkan oleh penyumbatan saluran keringat, yang menyebabkan kebocoran eccrine keringat ke dalam epidermis atau dermis. Data terbaru tentang kejadian miliaria pada bayi baru lahir yang dari sebuah survei jepang lebih dari 5000 bayi terkena miliaria. Survei ini mengungkapkan bahwa terdapat 225 (4,5%) neonatus dengan usia rata-rata 1 minggu terkena miliaria kristalia, 200 (4%) neonatus, dengan usia
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
11
rata-rata 11-14 hari terkena miliaria rubra. Sebuah studi 2006 survei dari Iran menemukan kejadian miliaria dari 1,3% pada bayi baru lahir serta sebuah survei pas ien anak-anak di Timur Laut India menunjukkan kejadian miliaria terbesar 1,6%. Fakta menyebutkan, hampir 90% bayi di Indonesia pernah mengalami masalah kulit. Salah satu masalah kulit yang sering dialami oleh bayi adalah miliaria atau keringat. Salah satu penyebabnya ialah terbatasnya pengatahuan dan informasi mengenai kurang tepatnya perawatan kulit bayi. Fungsi pada kulit bayi belum sempurna. Kulit bayi lebih lembut dibandingkan kulit dewasa. Perbedaan lainnya, kulit bayi lebih tipis, ikatan antar sel lebih longgar, produk kelenjar keringat dan kelenjar minyak relative lebih sedikit. Salah satu masalah kulit yang sering dialami oleh bayi adalah miliaria atau keringat buntet(Eva,2011) Beberapa faktor yang menyebabkan miliaria antara lain adalah: terbatasnya pengetahuan mengenai kurang tepatnya perawatan kulit bayi. Dengan informasi yang kurang tentang perawatan kulit pada bayi, dapat menyebabkan ibu salah dalam merawat kulit(Eva, 2011) Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Lampung berdasarkan hasil survey Demokrasi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 – 2012 trendnya pada masa bayi neonatal (7-28 hari) dan masa bayi (>28 hari - <1 tahun). menunjukkan kecenderungan menurun yaitu dari 55 per 1.000 Kelahiran Hidup tahun 2002 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup tahun 2012. Angka ini bila dibandingkan dengan target dari MDGs tahun 2015 sebesar 23 per 1.000 Kelahiran Hidup maka masih perlu kerja keras untuk mencapainya. Bila
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
12
dilihat dari laporan tahun 2012 dari Kabupaten Kota terlihat bahwa angka kematian bayi (Perinatal, Neonatal dan bayi) sebesar 7 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data terlihat bahwa kasus kematian bayi dan anak balita terbesar ada di Kota Bandar Lampung sebesar 204 kasus kematian bayi dan 25 kasus kematian anak balita. Kematian bayi terbesar terjadi pada masa bayi perinatal (0-6 hari), diikuti kematian pada masa bayi neonatal (1-28 hari) dan masa bayi (> 28 hari - < 1 tahun) (SDKI, 2012.)
B. TUJUAN 1. Tujuan Umum
Diharapkan penulis mampu melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir normal pada bayi Ny. R usia 24 hari dengan miliaria dan ruam popok di Klinik Sae Waras Sukoyoso.
2. Tujuan khusus
a. Dapat melakukan pengkajian data dasar berapa data subjektif dan objektif pada bayi Ny. R b. Dapat membuat interpretasi untuk mengindentifikasi pada bayi Ny. R c. Dapat
menyusun
rencana
asuhan
kebidanan
serta
hasil
dari
penatalaksaan pada bayi Ny. R d. Dapat melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan yang diberikan kepada bayi Ny. R e. Dapat mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan kasus terhadap bayi Ny. R
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
13
C. Ruang Lingkup
Studi kasus ini mencangkup Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Normal pada bayi Ny. R usia 24 hari dengan masalah miliaris dan ruam popok di Klinik Sae Waras Sukoyoso.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan studi kasus ini, penulis menggunakan metode deskriptif yang berbentuk studi kasus dengan teknik pengumpulan data, yaitu : 1. Observasi Pengamatan langsung ke lapangan 2. Wawancara Menanyakan langsung kepada pasien dan keluarga pasien 3. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan langsung pada pasien yang menjadi objek dengan cara inspeksi, palpasi dan auskultasi 4. Dokumentasi Pengumpulan data dari status pasien dan catatan perkembangan 5. Melibatkan keluarga pasien 6. Studi perpustakaan
E. Sistematika penulisan
1. COVER DEPAN, SAMPUL 2. HALAMAN JUDUL 3. HALAMAN PENGESAHAN
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
14
4. HALAMAN KATA PENGANTAR 5. HALAMAN DAFTAR ISI 6. BAB I PENDAHULUAN Latar belakang, tujuan, metode penulisan, sistematika penulisan, ruang lingkup. 7. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep dasar asuhan kebidanan, management asuhan kebidanan, nomenklatur kebidanan. 8. BAB III KASUS Melakukan pendokumentasian dengan SOAP. 9. BAB IV PEMBAHASAN Profil bidan, kesenjangan antara teori dan praktik, pemaparan. 10. BAB V PENUTUP Kesimpulan dan saran
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
15
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir 1. Definisi
Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai bentuk upaya pencegahan dan penaggulangan dini terhadap faktor-faktor yang memperlemah kondisi seorang ibu hamil perlu diperioritaskan, seperti gizi yang rendah, anemia, dekatnya jarak antar kehamilan, dan buruknya hygine. Disamping itu perlu dilakukan pula pembinaan kesehatan prenatal yang memadai dan penaggulangan faktor-faktor yang menyebabkan kematian perinatal yang meliputi : 1) perdarahan, 2) hipertensi, 3) infeksi,4) kelahiran preterm/bayi baru lahir rendah, 5) asfiksia, dan 6) hipotermia (sarwono,2009) Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari (Wafi M, 2010) Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan uterin. Beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi. Tiga
7
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
16
faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan proses vital neonatus yaitu maturasi, adaptasi, dan toleransi. Selain itu pengaruh kehamilan dan proses persalinan mempunyai peranan penting dalam morbiditas dan mortalitas bayi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatik
dan
cepat
berlangsung
adalah
pada
sistem
pernafasan,sirkulasi,kekampuan, menghasilkan sumber glukosa (Aiyeyeh dkk,2011) Definisi neonatus normal adalah neonatus yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 graM (Dwi M dkk,2011) Bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalam kriteria sebagai berikut : a. Berat badan bayi lahir antara 2500gram-4000gram. b. Panjang badan bayi 48-50cm. c. Lingkar dada bayi 32-34cm. d. Lingkar kepala 33-35cm. e. Bunyi jantung dalam menit pertama 180x/menit, kemudian turun sampai 140-120x/menit pada saat bayi berumur 30menit. f. Pernafasan cepat pada menit pertama kira-kira 80x/menit disertai pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternatal dan interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 5-10menit. g. Kulit kemerah-merahan. h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
17
i. Kuku telah agak panjang dan lemas. j. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi lakilaki) dan labia mayora menutupi labia minora (pada bayi perempuan). k. Refleks isap, menelan, dan moro telah terbentuk. l. Eliminasi, urine, dan mekonium normalnya keluar pada 24jam pertama. Mekonium
memiliki
karateristik
hitam
kehijauan
dan
lengket
(Erlangga,2013) 2. Kunjungan Neonatal
Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal, baik didalam maupun diluar gedung puskesmas, termasuk bidan di desa, polindes dan kunjungan ke rumah. Bentuk pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatn mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi) pemberian vitamin K dan penyuluhan neonatal di rumah menggunakan buku KIA (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Kunjungan neonatal (KN) adalah kontak neonatus dengan tenaga kesehatan minimal dua kali. a.
Kunjungan pertama kali pada hari pertama dengan hari ke tujuh (sejak 6 jam setelah lahir).
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
18
b.
Kunjungan kedua kali pada hari ke delapan sampai hari kedua puluh delapan.
c.
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bukan merupakan kunjungan neonatus (Syarifudin, 2009).
Kunjungan neonatal terbagi dalam dua kategori antara lain : a.
Kunjungan Neonatal ke satu (KN 1) Kunjungan neonatal yang ke satu (KN 1) adalah kunjungan neonatal pertama kali yaitu pada hari pertama sampai hari ketujuh (sejak 6 jam setelah lahir).
b.
Kunjungan Neonatal yang kedua (KN 2) Kunjungan neonatal yang kedua adalah kunjungan neonatal yang kedua kali yaitu pada hari kedelapan sampai hari kedua puluh delapan. Menurut definisi operasional standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten di Jawa Timur (2004) kunjungan neonatal adalah kontak neonatus (0 – 28 hari) dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan dengan syarat usia 0 – 7 hari minimal 2 kali, usia 8 sampai 28 hari minimal 1 kali (KN2)di dalam/diluar Institusi Kesehatan (DepKes RI, 2004).
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
19
3. Pemeriksaan fisik
a.
Berat badan Berat badan bayi baru lahir normal, yaitu antara 2500 – 4000 gram. Berat badan diukur dalam keadaan bayi tetap dibungkus dan hasilnya dikurangi berat selimut bayi.
b.
Panjang badan Rentangkan tubuh bayi dengan hati-hati, dengan pita ukur, ukurlah dari ujung kepala sampai ujung tumitnya. Normalnya, panjang bayi baru lahir berkisaran 45 – 53cm.
c.
Lingkar kepala Dengan menggunakan pita ukur kita dapat mengukur kepala bayi baru lahir yang normalnya adalah 35cm. Pengukuran dimulai dari bregma ke frontal melalui oksiput dan kembali ke semula. Selain itu, perlu juga dinilai ubun-ubun, sutura, molase, pembengkakan, atau daerah yang cekung.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
20
d.
Telinga Untuk memeriksa telinga bayi, tataplah wajahnya. Bayangkan sebuah garis melintas kedua matanya. Normalnya, bagian telinga harus berada diatas garis ini.
e. Mata Lihat kedua mata bayi, perhatikan apakah kedua matanya tampak
normal
dan
apakah
bergerak
bersamaan.
Lakukan
pemeriksaan dengan melakukan penyinaran pada pupil bayi. Jika ketika disinari pupil akan mengecil, berarti mata dalam keadaan normal. Perhatikan pula tanda-tanda infeksi, misalnya adanya pus. f. Hidung dan Mata Pertama-tama kita lihat apakah bayi dapat bernafas dengan mudah melalui hidung atau ada hambatan. Kemudian, lakukan pemeriksaan pada bibir dan langit-langit dan kaji reflek isap dengan mengamati bayi saat menyusu atau dengan cara menekan sedikit pipi bayi untuk membuka mulut bayi kemudian masukkan jari tangan anda untuk merasakan isapan bayi. g. Leher Periksa leher bayi untuk mengetahui adakah pembengkakan dan benjolan. Pastikan untuk melihat adanya tiroid (gumpalan dibagian dengan tenggorokan bengkak,) hal ini merupakan suatu masalah pada bayi baru lahir.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
21
h. Dada Hal yang diperiksa pada bagian ini adalah bentuk dada, puting, bunyi nafas,
dan
bunyi
jantung
(pemeriksaan
dilakukan
dengan
menggunakan stetoskop). i.
Bahu, Lengan dan Tangan Pada pemeriksaan ini, yang dilakukan adalah melihat gerakan bayi apakah aktif atau tidak, kemudian menghitung jumlah jari pada bayi.
j.
Abdomen Pada pemeriksaan abdomen, hal yang perlu dilakukan adalah memperhatikan bentuk abdomen bayi, lingkaran abdomen, penonjolan sekitar tali pusat, dinding abdomen lembek (pada saat tidak menangis), dan ada/tidaknya benjolan pada perut bayi.
k. Alat kelamin Pada bayi laki-laki, normalnya terdapat dua tertis yang berada didalam skrotum, dan pada ujung penis terdapat lubang. Pada bayi perempuan, normalnya terdapat labia mayora yang menutupi labia minora, disekitarnya terdapat vagina,uretra,klitorus. l.
Pinggul Ketika memeriksa panggul, pegang tungkai bayi, kemudian tekan pangkal paha dengan lembut kesisi luar, dengarkan atau rasakan adakah bunyi “klik”
ketika Anda menggerakkan kakinya. Jik a
terdengar suara “klik” segera laporkan kedokter untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan. Selanjutnya, lakukan gerakan dengan lembut
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
22
pada
setiap kaki, naik dan turun, kembali dengarkan dan rasakan
bunyi “klik” ketika anda mengerakkannya. m. Tungkai dan Kaki Pada pemeriksaan ini, hal yang perlu diperhatikan adalah gerakan, kesimetrisan, dan panjang kedua kaki harus sama. Selain itu, perhatikan pula jumlah jari. n. Punggung dan Anus Pada
pemeriksaan
ini,
hal
yang
diperiksa
adalah
adanya
pembengkakan atau cekungan pada punggung bayi, dengan cara membalikkan badan bayi dan melihat punggungnya, kemudian jari anda menyelusuri punggung bayi untuk merasakan adanya benjolan pada tulang punggung. Pada anus, hal yang akan diperiksa adalah adanya lubang dan apakah bayi telah megeluarkan mekonium/cairan. o. Kulit Pada kulit, hal yang perlu diperhatikan adalah warna kulit, adanya verniks pembengkakan, bercak hitam, atau tanda lahir.
4. Penampilan dan perilaku bayi baru lahir (BBL)
a. Priode transisional Periode transisional mencangkup tiga periode, yaitu: periode pertama reaktifitas, fase tidur dan periode kedua reaktivitas. Karakteristik masing masing periode memperlihatkan kemajuan bayi baru lahir kearah fungsi mandiri.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
23
1) Periode pertama reaktifitas Berakhir kira – kira 30 menit setelah kelahiran. Karakteristik : a) Tanda vital pada BBL sebagai berikut : frekuensi nadi apical yang cepat dengan irama yang tidak teratur. Frekuensi pernafasan mencapai 80x/menit. b) Fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke sianosis. c) Bising usus biasanya tidak ada, bayi biasanya tidak berkemih ataupun mempunyai gerakann usus selama periode ini. d) BBL mempunyai sedikit jumlah mucus, menangis kuat, reflek hisap yang kuat.
2) Fase tidur Fase tidur dimulai kira – kira 30 menit setelah periode pertama reaktifitas dan bisa berakhir dari satu menit sampai 2 – 4 jam. Karakteristik : a) Frekuensi jantung dan pernapasan menurun. Selama tidur, frekunsi pernapasan dan nadi apical kembali ke nilai dasar. b) Kestabilan warna kulit ; terdapat beberapa akrosianosis dan bising usus bisa terdengar.
3) Periode kedua reaktivitas Periode kedua reaktivitas ini berakhir sekitar 4-6 jam. Karakteristik a)
Bayi mempunyai tingkat sensitifitas tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan. Kisaran frekuensi
nadi apical dari
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
24
120-160x/menit dan dapat bervariasi mulai (<120x/menit) hingga takikardia (>160x/menit). Frekuensi pernapasannya berkisar dari 30-60x/menit dengan periode pernapasan yang lebih cepat tetapi pernpasan tetap stabil. b)
Fluktuasi warna kulit dari warna merah jambu atau kebiruan ke sianotik ringan disertai dengan bercak bercak.
c)
Bayi kerap kali berkemih dan mengeluarkan mekoneum selama periode ini.
d)
Peningkatan sekresi mucus dan bayi bisa tersedak saat sekresi. Reflek penghisapan sangat kuat dan bayi bias sangat aktif.
Kebutuhan perawatn khusus periode kedua reaktifitas : a) Pantau secara ketat BBL trehadap kemungkinan tersedak saat pengeluaran mucus yang berlebihan yang dalam keadaan normal memang terdapat. b) Pantau setiap kejadian apnea dan mulai metode stimulasi segera, jika dibutuhkan misalnya hentakkan punggung bayi, miringkan bayi. c) Kaji keinginan bayi untuk meghisap, menelan, dan kemampuan untuk makan (tidak tersedak atau muntah selama makan, tidak muntah dengan makanan masih dalam bentuk utuh pada saat makan (sujianti dkk, 2011)
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
25
4) Periode pascatransisional Pada saat ini bayi telah melewati periode transisi, bayi dipindah keruang bayi normal / rawat gabung bersama ibunya. Asuhan bayi baru lahir normal umumnya mencangkup: pengkajian tanda tanda vital
(suhu,frekuensi
pernafasan,denyut
nadi
setiap
4jam,
pemeriksaan fisik setiap 8 jam, pemberian ASI on demand mengganti popok serta menimbang berat badan setiap 24jam (wafi Nur W,2010) 1) Masa bayi
: usia 0 – 1 tahun
2) Masa neonatal
: 0 – 28 hari.
3) Masa neonatal dini
: 0 – 7 hari.
4) Masa neonatal lanjut
: 8 – 28 hari.
5) Masa pasca neonatal
: 29 hari – 1 tahun
(Tri B dkk, 2011)
5. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada BBL
a. Perubahan sistem repirasi Paru- paru yang berasal dari jaringan endoderm yang muncul dari faring yang bercabang kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. b. Perubahan sistem kardiovaskuler Terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah tubuh.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
26
c. Perubahan urinarius d. Perubahan sistem gastrointestinal e. Perubahan sistem hepar f.
Perubahan sistem imunitas
g. Perubahan sistem reproduksi Pada neonatus perempuan labia mayora dan labia minora mengaburkan vertibulum dan menutupi klitoris. h. Perubahan sistem skeletal Tubuh neonatus kelihatan lebih sedikit tidak profesional, tangan sedikit lebih panjang dari kaki, punggung neonatus kelihatan lebih lurus dan dapat ditekuk denagn mudah, neonatus dapat mengangkat dan memutar kepala ketika menelungkup. i.
Perubahan sistem neuromuskular Reflek moro
:Ekstensi
simetris
bilateral
dan
abduksi
seluruh
ekstermitas, denagn ibu jari dan jari telunjuk membentuk huruf
C, diikuti dengan adduksi
ekstermitas dan kembali ke fleksi relaks jika posisi bayi berubah tiba-tiba atau jika bayi diletakkan terlentang pada permukaan yang datar. Rooting reflek : Bayi baru lahir menolehkan kepala ke arah stimulus, membuka mulut, dan mulai menghisap bila pipi, bibir, atau susdut mulut bayi disentuh dengan jari atau puting.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
27
Reflek sucking
: Bayi baru lahir menelan berkoordinasi dengan menghisap bila cairan ditaruh dibelakang lidah.
Reflek grahp
: Jari bayi akan memeluk disekeliling benda dan menggenggamnya seketika bila jari diletakkan ditangan bayi.
Reflek tonikneck :Ekstermitas pada satu sisi dimana saat kepala ditolehkan akan ekstensi, dan ekstremitas yang berlawanan
akan
fleksi
bila
kepala
bayi
ditolehkan ke satu sisi selagi beristirahat. Babinsky reflek
: Jari-jari kaki bayi dan hiperekstensi dan terpisah seperti kipas dari dorsofleksi ibu jari kaki bila satu sisi kaki digosok dari tumit ke atas melintasi bantalan kaki.( Erlangga,2013)
6. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir a. Bounding Attachment
Suatu ikatan kasih sayang yang kuat yang menyebabkan ibu memberi pengorbanan yang luar biasa yang dibutuhkan untuk merawat bayinya
siang
melingdungi,
maupun mengasihi,
malam
secara
mencium,
terus
mendorong,
menerus menatap,
umtuk dan
memberi rasa aman dan nyaman pada bayinya. Tingkah laku bayi yang memperlancar kasih sayang orang tua atau proses attachment:
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
28
1) Pandangan tajam, ada kontak mata 2) Rupa wajah yang menarik 3) Tersenyum 4) Bersuara, menangis waktu lapar 5) Reflek menggenggam 6) Mudah dihibur 7) Perhatian terfokus kepada orang tua 8) Membedakan tangis, senyum, dan bersuara 9) Melekat, merangkul, menyapa orang tua (hj.deslidel dkk,2011)
b. Asi eksklusif
Anjurkan ibu memberikan ASI dini (dalam 30 menit – 1 jam setelah lahir) dan Eksklusif. ASI eksklusif mengandung zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh kembang bayi, mudah dicerna dan efisien, mencegah berbagai penyakit infeksi, KB (metode amenore laktasi), bonding ibu dan bayi. Hindari penggantian ASI kecuali ada indikasi medis, misalkan ASI belum keluar, bayi premature, dan sebagainya.
Prosedur pemberian ASI, adalah sebagai berikut : 1) Menganjurkan kepada ibu untuk menyusui tanpa dijadwal siang malam (minimal 8 kali dalam 24jam) setiap seti ap bayi menginginkan. 2) Bila bayi melepaskan isapannya dari satu payudara , berikan payudara lain.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
29
3) Tidak memaksakan bayi menyusu bila belum mau, tidak melepaskan
isapan
sebelum
bayi
selesai
menyusu,
tidak
memberikan minuman lain selain ASI, tidak menggunakan dot ataupun empeng. 4) Menganjurkan ibu hanya memberi ASI eksklusif. 5) Memperhatikan posisi dan perlekatan mulut bayi dan payudara ibu dengan benar (Wafi N, 2010)
Posisi Menyusui Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI dan mencegah lecet puting susu (Enkin,et al,2000). Pastikan ibu memeluk dengan benar. Berikan bantuan ibu memeluk bayinya dengan benar. Berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerukannya, terutama jika ibu baru pertama kali menyusui atau ibu berusia sangat muda. Ibu berpengalamansekalipun tetap memerlukan bantuan untuk mulai menyusukan menyusukan bayi barunya. Posisi Menyusui yang baik hendaknya ibu melakukan beberap hal antara lain : 1) Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada pada satu garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu, hidung bayi didepan puting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap ke perut ibu.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
30
2) Ibu mendekatkan bayinya ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan mengamati bayi siap menyusu, bergerak mencrai, bergerak mencari, dan menoleh. 3) Ibu menyentuhkan puting susunya kebibir bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi keputing susu ibu sehingga bibir bayi dapat menangkap puting susu tersebut. 4) Tanda-tanda posisi bayi menyusu dengan baik : Dagu menyentuh payudara ibu, mulut terbuka lebar. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu. Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin aerola (tidak hanya puting susu saja), lingkar aerola atas terlihat lebih banyak dibandingkan lingkar aerola bawah, lidah bayi menopang puting dan aerola bagian bawah, bibir bayi melengkung keluar. Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-kadang disertai disertai dengan berhenti sesaat. 5) Posisi menyusui yang diuraikan diatas adalah posisi dimana ibu telah memiliki
kemampuan untuk duduk dan melakukan
mobilisasi secukupnya. Masih ada kemampuan ibu setelah melahirkan anaknya, misalnya posisi berbaring terlentang, miring kiri atau miring kanan dsb. Posisi ibu berbaring telentang dan setengah duduk mugkin lebih sesuai untuk pemberian ASI dini.(Aiyeyeh dkk,2011)
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
31
Menyusui merupakan strategi kesehatan masyarakat yang penting untuk Meningkatkan morbiditas dan mortalitas mortali tas bayi dan anak, baik Morbiditas maternal, dan membantu mengendalikan Biaya perawatan kesehatan Menyusui yang dikaitkan dengan Mengurangi risiko otitis media, gastroenteritis, penyakit pernafasan, sindrom kematian bayi mendadak, nekrotikanat Enterocolitis, obesitas, dan hipertensi.(james DCS, dkk.2009.) Dunia Organisasi Kesehatan (WHO) dan Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa Dana (UNICEF) merekomendasikan agar setiap bayi Harus disusui secara eksklusif selama enam bulan pertama, Hidup dengan menyusui terus sampai dua tahun Usia atau lebih (WHO, 2012). Pemberian ASI eksklusif didefinisikan Seperti menyusui bayi hanya ASI saja, tanpa tambahan Cairan atau padat kecuali untuk obat cair dan Suplemen vitamin / mineral. Variabel yang dapat mempengaruhi pemberian ASI meliputi ras, Usia ibu, pekerjaan ibu, tingkat pendidikan Orang tua, status sosioekonomi, persediaan susu yang tidak mencukupi, Masalah kesehatan bayi, obesitas ibu, kepentingan ibu dan terkait faktor lainnya. Minggu pertama postpartum menyusui banyak penolakan, penolakan materal terjadi karena puting susu nyeri, persediaan susu yang kurang, susu yang tidak mencukupi, dan pembengkakan (Wetson G, dkk. 2008). Masalah yang sering terjadi termasuk rasa sakit terkaitan dengan kelahiran, tenaga kerja yang kelelahan, kantuk, menghisap yang buruk (J hum luch, 2011). Strategi pertama ini
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
32
meliputi kontak kulit ke kulit saat lahir dan bayi yang tidak dibatasi menyusui, yang bertujuan mencegah atau mengurangi penolakan. Strategi kedua mencangkup berbagai perangkat dan teknik yang menggatikan tatangan, sementara wanita terus mengejar tujuan menyusui, dan memberikan sarana nutrisi untuk sementara. Seperti memberikan susu botol, makanan instan, dan dot. Sejumlah penelitian telah mengidentifikasi faktorya adalah menyusui
secara durasi
(waktu). Lain variabel yang memprediksikan tingkat BFSE termasuk niat menyusui, pendidikan ibu, kepuasan dengan pereda nyeri persalinan, dukungan dari wanita lainnya, persepsi tentang kemajuan menyusui dan kecemasan pada ibu (Dennis CL, dkk,2006)
Efek Jangka Pendek Menyusui Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Menyusui memiliki manfaat jangka pendek yang mapan, terutama pengurangan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit menular di masa kanak-kanak. Analisis gabungan penelitian yang dilakukan di negara berpendapatan menengah / rendah menunjukkan bahwa menyusui secara substansial menurunkan risiko kematian akibat penyakit menular dalam dua tahun pertama kehidupan (WHO, 2000). Manfaat ini juga telah dilaporkan di negara-negara berpenghasilan tinggi. Berdasarkan data dari (United Kingdom Millennium Cohort, Quigley dkk), Memperkirakan bahwa praktik pemberian ASI yang optimal dapat mencegah sebagian besar penerimaan rumah sakit karena diare dan infeksi saluran pernapasan
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
33
bagian
bawah.Sebuah
tinjauan
sistematis
(Kramer
dkk)
mengkonfirmasi bahwa pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama
kehidupan
menurunkan
morbiditas
dari
penyakit
gastrointestinal dan alergi, tanpa efek negatif pada pertumbuhan. Dengan bukti seperti itu, telah direkomendasikan bahwa dalam enam bulan pertama kehidupan, setiap anak harus disusui secara eksklusif, dengan menyusui sebagian berlanjut sampai usia dua tahun. Kajian sistematis dan meta analisis ini bertujuan untuk menilai pengaruh pemberian ASI terhadap infeksi saluran pernafasan dan penyakit diare pada masa kanak-kanak. Menyusui memiliki manfaat jangka pendek yang mapan, terutama pengurangan morbiditas dan Kematian akibat penyakit menular di masa kanak-kanak. Analisis penelitian gabungan dilakukan di tengah /Negara berpenghasilan rendah menunjukkan bahwa menyusui secara substansial menurunkan risiko kematian akibat Penyakit menular dalam dua tahun pertama kehidupan.Berdasarkan data
(United
Kingdom
Millennium
Cohort,
Quigley
dkk)
memperkirakan bahwa optimal Praktek menyusui dapat mencegah sebagian besar penerimaan rumah sakit karena diare Dan infeksi saluran pernapasan bagian bawah. Sebuah tinjauan sistematis oleh (Kramer dkk) menegaskan hal itu ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama menurunkan morbiditas dari gastrointestinal dan alergi Penyakit, tanpa efek negatif pada pertumbuhan. Dengan bukti seperti itu, telah
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
34
direkomendasikan Bahwa dalam enam bulan pertama kehidupan, setiap anak harus disusui secara eksklusif, dengan ASI parsial Berlanjut sampai usia dua tahun. Meskipun banyak penelitian yang menggembirakan dilakukan di negara kita seperti di seluruh dunia, saat pemberian ASI eksklusif berada di bawah tingkat yang diinginkan. Menurut laporan Survei Penduduk dan Kesehatan Turki (TPHS) 2008, 97% dari semua anak diberi ASI untuk sementara waktu. Tingkat pemberian ASI eksklusif ditemukan 69% dalam dua bulan pertama kehidupan dan 23,6% dalam 4-5 bulan pertama (NufusT dkk, 2008). Dalam penelitian yang dilakukan, alasan penghentian menyusui dini termasuk kembalinya ibu ke pekerjaannya, pemikiran ibu bahwa ASInya tidak memadai dan kurangnya bantuan oleh petugas layanan kesehatan. Waktu menyusui eksklusif dan waktu menyusui total dipengaruhi secara negatif oleh masalah yang timbul dari ibu atau bayi selama masa menyusui. Permasalahan yang timbul dari ibu biasanya terjadi pada 1-2 hari pertama menyusui. Yang utama di antara masalah ini terkait dengan payudara dan kadang-kadang mencapai sebagian besar penghambatan menyusui (Walker M dkk, 2008). Telah dilaporkan bahwa satu atau lebih dari setiap tiga ibu mengalami satu atau lebih masalah dengan menyusui (Briggs J, 2003). Masalah yang paling umum terkait dengan payudara telah dilaporkan meliputi abses dan mastitis payudara (33%), puting susu / puting susut
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
35
yang menyakitkan (34-96%), kepenuhan berlebihan di payudara dan terbalik atau Puting susu datar (Walker M, 2008). Selain itu, ibu sering (34,2% 49,5%) mengeluh bahwa mereka kekurangan ASI. Untuk kelanjutan menyusui setiap ibu dan bayi Yang memiliki masalah menyusui
harus
dibantusangat.
Dalam
penelitian
sebelumnya,
ditunjukkan bahwa bantuan Diberikan kepada ibu oleh petugas kesehatan yang Berpengalaman dalam hal ini meningkatkan menyusui Waktu dan keberhasilan menyusui (Spencer JP, 2008). Pelajaran ini Dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang dialami oleh Ibu selama masa menyusui dan faktor risiko yang mempengaruhi masalahmasalah ini.Upaya untuk meningkatkan tingkat menyusui telah dilakukan Diarahkan pada semua tahap pengalaman reproduksi wanita; Selama prakonsepsi dan periode prenatal, Dalam 24 jam pengiriman, dan seluruh Masa postpartum di rumah sakit dan di rumah. Sejak 1991 Inisiatif Rumah Sakit Ramah Bayi telah Diimplementasikan di banyak rumah sakit dan merekomendasikan: Mengurangi penggunaan susu formula; Inisiasi dibantu perawat Menyusui segera setelah melahirkan; Perekrutan Konsultan laktasi untuk bantuan pasca persalinan; dan Arahan ke sumber daya menyusui di luar saat debit (WHO, 2009). Tak satu pun upaya ini tampaknya meningkatkan Durasi menyusui.Durasi menyusui sangat bervariasi dan jatuh dengan baik Di bawah rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan United Nations Children's Fund (UNICEF) Pemberian ASI eksklusif (tanpa susu
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
36
buatan Pengganti atau cairan lain) untuk semua bayi sampai usia enam bulan. Kebanyakan wanita Kanada mencoba menyusui mereka Bayi tetap stabil sekitar 87% (Key Statistics and Graphics. 2009). Namun, Pada tahun 2007, hanya 23% ibu yang melaporkan pemberian ASI eksklusif Selama enam bulan, Dua puluh lima persen dari Wanita melaporkan "susu tidak cukup" sebagai yang paling umum Alasan untuk berhenti menyusui "Susu tidak mencukupi. Sindrom 'dikenali pada awal tahun 1980an dan telah Bertahan hingga saat ini sebagai alasan
utama
wanita
Hentikan
pemberian
ASI(Ahluwalia
IB
dkk 2005). Meski profesional perawatan kesehatan Menawarkan ,
dukungan tepat waktu untuk wanita menyusui, Kehadiran yang lebih konstan dan dukungan langsung dari Ayah bayi, atau pasangan ibu menawarkan kesempatan untuk Mempengaruhi pemeliharaan dan durasi menyusui.
c. Memandikan bayi
Memandikan bayi merupakan hal yang sering dilakukan, tetapi masih banyak kebiasaan yang salah dalam memandikan bayi, seperti memandikan
segera
setelah
lahir
yang
dapat
mengakibatkan
hipotermia. Pada beberapa kondisi seperti bayi kurang sehat, bayi belum lepar dari tali pusat atau dalam perjalanan,tidak perlu dipaksakan untuk mansi merendam. Bayi cukup diseka dengan sabun dan air hangat untuk memastikan bayi tetap segar dan bersih.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
37
Saat mandi berada dalam keadaan telanjang atau basah sehingga mudah kehilangan panas. Karena itu, harus dilakukan upaya untuk mengurangi terjadi kehilangan panas. Suhu ruang saat memandikan harus hangat (> 25°C) dan suhu air yang optimal adalah 40°C untuk bayi kurang dari 2 bulan dan dapat berangsur turun sampai 30°C untuk bayi diatas 2 bulan(sarwono,2009)
d. Imunisasi
Imunisasi adalah Usaha untuk memberikan kekebalan pada anak terhadap penyakit tertentu. Vaksin adalaha kuman atau racun yang dimasukkan kedalam tubuh bayi atau anak yangn disebut antigen. Dalam tubuh, antigen akan bereaksi denagn antibodi sehingga terjadi kekebala. Jenis vaksin yang digunakan diindonesia ada 2 macam : 1) Vaksin dari kuman hidup yang dilemahkan : a) Virus campak dalam vaksin campak b) Virus polio dalam jenis sabin pada vaksin polio c) Kuman TBC dalam vaksin TBC 2) Vaksin dari kuman yang dimatikan : a) Bakteri pertusis dalam DPT b) Virus polio dalam jenis salk dalam vaksin polio c) Racun kuman, seperti TT, difteri toksoid dalam DPT d) Vaksin yang dibuat dari protein, seperti Hepatitis B. 3) 7 imunisasi yang dapat mencegah penyakit yaitu : Polio, campak, difteri, pertusis, tetanus, TBC, atau Hepatitis B.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
38
4) Tujuan imunisasi adalah memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu,
menghindari
kecacatan,
dan
mencegah
penyakit
tertentu.(Hj.Deslidel dkk,2011) a) BCG Imunisasi BCG sebaiknya diberikan pada usia <2 bulan, namun pada jadwal imunisasi PPT, BCG dapat diberikan pada usia 0-12 bulan untuk mendapatkan cangkupan imunisasi yang lebih luas. Dosis untuk bayi dan anak <1 tahun adalah 0,05 ml. Cara pemberian adalah melalui injeksi intrakutan di daerah insersio M. Deltoideus kanan.(Rochmah dkk,2011) b) Vaksin DPT Kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah dengan memberikan vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid tetanus yang dimurnikan ditambah dengan bakteri
bortella
penyumtukan
pertusis
0,5ml
yang
diberikan
telah secara
dimatikan. subcutan
Dosis atau
intramuskular pada bayi yang berumur 2-12 bulan sebanyak 3 kali denagn interval 4 minggu. Gejala biasanya demam ringan dan reaksi lokal tempat penyuntikan. Jika ada reaksi berlebihan seperti suhu yang terlalu tinggi, kejang, kesadaran menurun, menangis yang berkepanjangan lebih dari 3jam.(Depkes RI,2005)
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
39
c) Vaksin polio Untuk kekebalan terhadap polio diberikan 2 tetesvaksin polio oral yang mengandung virus polio yang mengandung virus polio tipe 1, 2, dan 3 dari sabin. Vaksin yang diberikan melalui mulut bayi pada umur 2-12 bulan sebanyak 4 kali dengan jarak waktu pemberian 4 minggu. (Depkes RI,2005) d) Vaksin campak Vaksin yang diberikan berisi virus campak yang sudah dilemahkan dan dalam bentuk bubuk kering atau freezeried yang harus dilarutkan dengan bahan pelarut yang telah disedia sebelum digunakan. Suntikan ini diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5ml pada anak umur 9-12 bulan. (Depkes RI, 2005) Jenis Imunisasi BCG Hepatisis B
Umur (Bulan) Lahir 1 2 3 4 5 6 Program Pengembangan Imunisasi (ppi), diwajibkan BCG Hepatisis B
Hepatisis B2 DPT
Polio
Polio 2
9
Hepatisis B3
DDPT1 DDPT2 DDPT3 Polio 2 Polio 3 Polio 4
campak
Campak
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
10
40
7. Masalah Neonatus dan Bayi
a. Bercak mongol Bercak mongol adalah bercak berwarna biru yang biasa terlihat didaerah sakral, maupun terlihat dibagian tubuh lain. Warna khas bercak mongol ditimbulkan oleh adanya melakosit yang mengandung melanin pada dermis yang terhambat selama proses migrasi dari krista neuralis keepidermis. Umumnya, bercak itu ditemukan pada saat lahir di penduduk ras timur dan kulit hitam. Biasanya akan hilang pada masa kanak- kanak. b. Hemangioma Hemangioma adalah sejenis tumor jinak, biasanya dijumpai pada bayi baru lahir dan anak – anak. Pada hemangioma terdapat pembulu darah yang terbentuk dan berasal dari malformasi jaringan angioblastik sepanjang masa janin. Hemangioma adalah tumor yang disebabkan oleh dilaktasi pembuluh darah yang biasanya terlihat setelah lahir, walaupun kadang terlihat jelek dan dapat mengganggu penglihatan dan menyebabkan obstruksi jalan napas. Macam – macam hemangioma
meliputi
hemangioma
kapiler
(superfisial)
dan
hemangioma kavernosa.
c. Muntah / gumoh Saat gumoh, bayi memuntahkan kembali ASI yang diminumnya dalam jumlah yang sedikit sampai banyak. Penyebabnya adalah perut kembung akibat banyak udara yang ikut terisap saat bayi menyusu atau
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
41
menangis,dan udara tersebut mendorong keluar cairan untuk keluar. Penyebab lainnya adalah pendeknya usus bayi sehingga bayi hanya mampu menampung makanan dalam jumlah yang sedikit, juga klep penutup lambung yang belum sempurna. d. Ruam popok Meski dermatitis popok sering dianggap terlihat secara eklusif pada bayi, ruam popok bisa terjadi pada bayi, anak dan orang dewasa. Dermattis nappy bisa menyerang bagian perut bawah, daerah lumbal bawah, daerah gluteal, alat kelamin, dan bagian paha, terutama dibagian kulit dekat dengan popok (rowe,2008) Penggunaan popok menyebabkan peningkatan kelembapan pada kulit,
jika
kelembapan
berkepanjangan
ini
bisa
menyababkan
penyerapan pada kulit, yang melemahkan integritas fisik stratum korneum (lapisan paing luar dari epidermis), yang membuat lebih rentan terhadap gesekandari permukaan popok. Hal ini juga meningkatkan resiko kerusakan kulit lebih lanjut dan masalah lain yang disebabkan oleh paparan iritasi, terutama protease tinja serta amonia dalam urin (rowe,2008) Faktor lainnya bisa memperburuk ruam, perawatan kulit ini termasuk yang tidak adekuat, mikroorganisme, antibiotik, diare dan kelainan usus atau saluran kemih(atherton, 2001) Penilaian tingkat keparahan ruam popok, Meskipun tidak ada metode yanh direkomendasikan atau divalidasi secara universal untuk menilai tingkat keparahan,klasifikasi berikut mungkin merupakan
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
42
panduan yang berguna dan akan mempengaruhi manajemen(odio, 2000) Ruam popok merupakan dampak akhir akibat kontak terus – menerus dengan keadaan lingkungan yang tidak baik. Gatal – gatal dan kemerahan karena penggunaan popok akan menjadi masalah selama bayi masih menggunakan popok. Penyebab ruam popok antara lain kebersihan kulit yang tidak terjaga, jarang ganti popok setelah berkemih, suhu lingkungan yang selalu panas atau akibat mencret. e. Seborea Seborea adalah penyakit kulit berupa sisik yang berlemak dan eritema pada daerah yang terdapat banyak kelenjar sebasea dan daerah kepala. Penatalaksaannya adalah menjaga kebersihan kulit dan pemakaian krim sulfat.
f.
Furunkel Furunkel atau bisul atau abses adalah kumpulan nanah dalam suatu rongga yang terbentuk
akibat kerusakan jaringan atau
peradangan/infeksi. Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut pada kulit dan jaringan sekitar yang sering terjadi pada daerah bokong, kuduk, aksila, badan, dan tungkai. Penyebabnya adalah iritasi, kebersihan kurang, daya tahan tubuh kurang, dan infeksi oleh stapylococcus aureus.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
43
g. Miliarisis Miliarisis adalah dermatosis yang disebabkan oleh reterensi keringat, akibat tersumbatnya pori - pori kelenjar keringat sehingga pengeluaran kerinagt tertahan yang ditandai dengan timbulnya vesikel miliar di muara kelenjer keringat. Penyumbatan ini dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menyebabkan radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan diabsorsi oleh stratum korneum. Miliaris dibagi menjadi 4 bentuk, yaitu: 1)
Miliariasis kristalia : vesikel sangat superfisial menyerupai titik embun.
2)
Miliariaris rubra
: papula vesikel dan eritema di sekitarnya,
gatal, dan pedih. 3)
Miliariasis pustulosa: gatal, terbatas tegas, superfilisiasi.
4)
Miliariasis profunda: tidak gatal dan tidak meradang.
h. Ikterus Ikterus atau ikterik, yang disebut juga hiperbilirubinemia adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskular sehingga kulit, konjungtiva, mukosa, dan area tubuh lainnya berwarna kuning. Ikterus neonatorum dibagi menjadi fisiologi dan patologis. Ikterik neonatorum adalah perubahan warna kulit, membran mukosa, dan sklera akibat peningkatan bilirubin dalam serum (>2mg/dl). Secara klinis, akan tampak pada bayi baru lahir jika kadar bilirubin darah 5 – 7 mg/dl. Ikterus fisiologis trejadi pada bayi cukup bulan. Bilirubin
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
44
meningkat sampai 6 – 8 mg/dl pada hari ke-3 sampai 5, maksimun 12mg/dl.
Tabel 2.3 Diagnose Nomenklatur No
Nama Diagnosis
No
Nama Diagnosis
1.
Kehamilan normal
35
Infeksi luka
2.
Partus normal
36
Inversio uteri
3
Syok
37
Bayi besar
4
Djj tidak teratur
38
Malaria berat dengan komplikasi
5
Abortus
39
Malaria ringan dengan komplikasi
6
Solosio plasenta
40
Mekonium
7
Akut pyelonephritis
41
Meningitis
8
Amnionitis
42
Metritis
9
Anemia berat
43
Migraine
10
Apendiksitis
44
Kehamilan mola
11
Antonia uteri
45
Kehamilan ganda
12
Postpartum normal
46
Partus macet
13
Pembengkakan mamae
47
Posisi occiput posterior
14
Infeksi mamae
48
Posisi occiput melintang
15
Infeksi bokong
49
Kista ovarium
16
Asma bronchiale
50
Abses pelvix
17
Presentasi dagu
51
Peritonitis
18
Disproporsi sevalo pevik
52
Plasenta previa
19
Hipertensi kronik
53
Pneumonia
20
Koagilopati
54
Preeklamsi ringan atau berat
21
Presentasi ganda
55
Hipertensi karena kehamilan
22
Cystitis
56
Ketuban pecah dini
23
Eklamsia
57
Partus prematurus
24
Kelainan ektipok
58
Prolapsus tali pusat
25
Ensephalitis
59
Partus fase laten lama
26
Epilepsi
60
Partus kala 2 lama
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
45
No
Nama Diagnosis
No
Nama Diagnosis
27
Hidramnion
61
Sisa plasenta
28
Presentasi muka
62
Retensio uteri
29
Persalinan semu
63
Rupture uteri
30
Kematian janin
64
Bekas luka uteri
31
Hemorargik antepartum
65
Presentasi bahu
32
Gemorargik postpartum
66
Distosia bahu
33
Gagal jantung
67
Robekan servik dan vagina
34
Inertia uteri
68
Tetanus
69
Letak lintang
Nomenklatur diagnosis kebidanan menurut (Wildan,2011)
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
46
BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. S USIA 24 HARI DI KLINIK SAE WARAS SUKOYOSO
Tanggal pengkajian
: 13 Mei 2017
Jam
: 11:30-12:30 WIB
Nama mahasiswa
: Nurrohmah
NIM
: 154012014024
A. Subjektif
1. Identitas bayi Nama
: Raisa Nuraini
Tanggal lahir : 19 April 2017 Umur
: 24 hari
Jenis kelamin : Perempuan
2. Identitas Orangtua Nama
: Ny. Rosnawati
Tn. Ismail Soleh
Umur
: 29 tahun
31 tahun
Agama
: Islam
Islam
Suku
: Sunda
Jawa
Pendidikan
: SD
SMP
Pekerjaan
: IRT
Tani
Alamat
: Sukoyoso
Sukoyoso
35 STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
47
3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan Maternal 1) Penyakit jantung
: tidak ada
2) Hepatitis
: tidak ada
3) Ginjal
: tidak ada
4) Diabetes militus
: tidak ada
5) Asma
: tidak ada
6) Penyakit kelamin
: tidak ada
7) RH/isoimunisasi
: tidak ada
b. Riwayat kesehatan Prenatal 1) HPHT
: 24 juni 2016
2) ANC
: 14 x selama kehamilan
3) Imunisasi TT
: pada usia kehamilan 24 minggu dan 28 minggu
4) BB ibu
: 66kg
5) Keluhan TM 1, TM 2, TM 3 : mual muntah, tidak ada keluhan 6) Perdarahan
: tidak ada
7) Preeklamsi
: tidak ada
8) Eklamsi
: tidak ada
9) Polyhidramnion / Olygohidramnion : tidak ada
c. Riwayat kesehatan Intranatal 1) Tanggal lahir
: 19 April 2017
2) Tempat persalinan
: klinik sae waras
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
48
3) Penolong
: bidan
4) Jenis persalinan
: normal
5) KK pecah
:
6) Penyulit persalinan
: tidak ada
7) Penggunaan obat selama persalinan : tidak ada
d. Riwayat kesehatan Postnatal 1) Usaha nafas dengan bantuan / tanpa bantuan : tanpa bantuan 2) Apgar score
: 8/9
3) Kebutuhan resusitasi : tidak ada 4) Trauma lahir
: tidak ada
B. Objektif
1. Keadaan umum Warna kulit
: Kemerahan
Tonus otot
: baik
Pergerakan
: aktif
Kelainan
: tidak ada
2. Tanda vital Suhu
: 36,8°c
Laju nafas
: 48x/menit
Laju jantung
: 143x/menit
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
49
3. Pemeriksaan Fisik Kepala
: Simetris , tidak ada benjolan , terdapat ubun-ubun besar dan ubun-ubun kecil, tidak ada benjolan, lingkar kepala : 34cm
Telinga
:Simetris, sejajar dengan mata, tidak ada serumen
Mata
:Simetris, tidak ada katarak dipupi
Hidung
:Simetris, terdapat lubang hidung
Mulut
:Simetris, warnanya kemerahan, tidak ada sumbing dan terdapat langit-langit
Leher
:Tidak ada pembengkakan
Dada
:Simetris, terdapat puting, tidak ada wheezing dan lupdup teratur, lingkar dada : 34cm
Abdomen
:Simetris, tidak ada benjolan,tidak ada tanda infeksi dipusat
Punggung
:Tidak ada cekungan
Genetalia
:Terdapat lubang uretra dan lubang vagina, labia minora dan labia mayora
Anus
:Terdapat lubang anus
Refleks moro
: Kaget
Reflek sucking
:Menghisap
Reflek rooting
: Mencari
Reflek graps
: menggenggam
Reflek babyski
: mengerutkan kaki
Reflek tonikneck
: kepala mengangkat
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
50
C. Assassesment
Bayi Ny. R usia 24 hari normal sesuai dengan usia kehamilan Masalah
: Miliaris dan Diapers rush
D. Planning
Tanggal : 13 Mei 2017 1. Menjelaskan kepada bahwa bayinya mengalami biang keringat dibagian leher dan ruam popok dilipatan paha Hasil : ibu mengerti bayinya mengalami biang keringat dan ruam popok 2. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi baik yaitu hasil pemeriksaan suhu 36,8°c , laju nafas 48x/menit , laju jantung 143x/menit Hasil ; ibu mengerti hasil pemeriksaan pada bayinya dalam keadaan baik 3. Menjelaskan kepada ibu cara mengatasi biangkeringat a. Menganjurkan kepada ibu jika bagian leher bayi lembab segera lap dengan kain kering b. Menganjurkan kepada ibu jangan diberikan bedak , karena dikulit terdapat poripori dan akan menimbulkan penumpukan c. Menganjurkan kepada ibu berikan minyak jaitun a taupun babyoil d. Menganjurkan kepada ibu untuk memakaikan pakaian yang menyerap keringat 4. Menjelaskan kepada ibu cara mengatasi ruam popok a. Menganjurkan kepada ibu jika pakaian dalam bayi atau celana sudah basah (BAK/BAB) segera di gantikan.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
51
b. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga pakaian bayi dalam keadaan kering ( tidak basah/lembab) 5. Memganjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga kehatan bayi Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukannya 6. Menganjurkan ibu untuk susui bayinya sesering mungkin dan tidak terjadwal Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukannya 7. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada bayi a. Warna kulit kebiruan (sianosis) dan warna kulit sangat kuning b. Suhu terlalu panas (fibris) dan terlalu dingin (hipotermi)
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
52
BAB IV PEMBAHASAN
A. PROFIL KLINIK SAE WARAS 1. Latar Belakang
Pada tahun 2003 di desa sukoyoso kecamatan sukoharjo tempat pelayanan kesehatan masih sangat sedikit hamya ada puskesmas induk yang berada diwilayah kecamatan dan I (satu) tenaga bidan desa yang ditugaskan di desa sukoyoso. Dengan kurangnya fasilitas kesehatan yang ada di kecamatan sukoharjo khususnya di desa sukoyoso maka kami berinisiatif
untuk
membantu
pemerintah
memberikan
pelayanan
kesehatan, terlebih diluar jam dinas, didirikanlah Balai Pengobatan “ Sentra Medika “ dengan izin Nomor : 440/20.c/D.02/P/II/2012. Dalam perkembangannya, karena lokasi BP “Sentra Medika” yang tepat berada dijalur utama lalu lintas wilayah kecamatan sukoharjo, sehingga sering dijadikantempat pertolongan pertama apabila ada kasus kecelakaan lalu lintas maupun kasus-kasus lain yang memerlukan pertolongan
darurat.
Agar
dapat
memberikan
pertolongan
secara
maksimal, pada tahun 2012 BP Sentra Medika meningkatkan statusnya menjadi
Klinik
Rawat
Inap
“SAE
WARAS”
dengan
izin
No.
440/20.c/D.02/P/II/2012. Sesuai 028/MENKES/PER/I/2011.
41
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
53
2. GambaranUmum
Klinik Rawat Inap Pratama “ sae waras “ terletak di Jl.Raya Sukoyoso No.13 kecamatan sukoharjo Kabupaten Pringsewu diatas lahan 1250m 2, dengan luas bangunan kurang lebih 280m 2 yang terdiri dari : a. 1 Kamar periksa ukuran 4 x 5 m b. 1 Kamar Obat ukuran 3 x 4 m c. 1 Ruang administrasi ukuran 3 x 4 m d. 1 Ruang UGD/ Tindakan ukuran 4 x 6 m e. Ruang tunggu ukuran 3 x 5 m f.
1 Ruang laboratorium 3 x 4 m
g. 1 Kamar perawat jaga 3 x 4 m h. 1 Kamar pemeriksaan KIA ukuran 3x 4 m i.
1 Ruang VK ukuran 4 x 6 m
j.
13 Kamar Rawat Inap lantai bawah ukuran 3,5 x 4 m
k. 3 Kamar Rawat Inap Lantai atas ukuran 3,5 x 4 m l.
15 Kamar kecil
m. 1 Ruang dapur n. 1 Buah Mobil Ambulance
Pelayanan kesehatan di Klinik Rawat Inap Pratama “Sae Waras” meliputi pelayanan: a. Rawat jalan umum b. Rawat inap Kasus medik dasar c. Pemeriksaan KIA dan KB
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
54
d. Pelayanan imunisasi e. Pemeriksaan kesehatan f.
Pemeriksaan laboratorium
g. Khitan h. Layanan rujukan (ambulance) i.
Bedah minor
j.
Home visite
k. Konsultasi
3. Visi dan Misi BPM
a. Visi Menjadi sarana pelayanan kesehatan dengan pelayanan prima, islami dan profesional. b. Misi 1) Membantu
pemerintah
meningkatkan
derajat
kesehatan,
menurunkan angka kematian dan meminimalkan angka kecacatan. 2) Memberi pelayanan kesehatan yang paripurna, cepat, tepat, dan terjangkau. 3) Menumbuhkan kesadaran budaya hidup sehat 4) Menjalin kemitraan dengan masyarakat sekitar.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
55
B. PEMAPARAN
Pada BAB ini penulis akan menyajikan secara teori tentang kesenjangan antara landasan teori dan tinjauan kasus, yang penulis dapat selama melakukan asuhan kebidanan pada bayi R dengan masalah utama biang keringat dan ruam popok diklinik sae waras sukoyoso kab. Pringsewu Lampung pada tanggal 13 mei 2017. Dalam pembahasan ini penulis menggunakan manajemen kebidanan denagn langkah demi langkah, sebagai berikut: 1. Subjektif
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir pada bayi R umur 24 hari di Klinik Sae Waras Sukoyoso Pringsewu ditemukan hasil sebagai berikut : a. Umur bayi 1) Tinjauan teori dari kasus ini yaitu bayi lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram. (Rochmah dkk,2011) 2) Tinjauan kasus dari kasus ini yaitu Bayi R. Usia 24 hari dilahirkan pada usia kehamilan cukup bulan yaitu 42 minggu. 3) Pembahasan dari tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan karena Bayi R usia 24 hari disebut neonatus.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
56
b. Riwayat kesahatan 1) Faktor maternal a) Tinjaun teori dari kasus ini yaitu untuk memastikan bayi dalam keadaan normalatau tidak mengalami penyimpangan yaitu ada banyak kondisi medis ibu, kondisi pranatal dan kondisi inpartu yang secara signifikan dapat mempengaruhi kesehatan, seperti : penyakit
jantung,
diabetes,
penyakit
ginjal,
hipertensi,
penyalkit menular seksual.(Varney,2009) b) Tinjauan kasus dari kasus ini faktor maternal Ny. R tidak memiliki riwayat penyakit jantung, penyakit diabetes, penyakit ginjal, hipertensi, dan penyakit menular seksual. c) Pembahasan dari tinjaun teori dan tinjauan kasus tidak terdapet kesenjangan karena dalam pengkajian Ny.R tidak memiliki riwayat penyakit jantung, penyakit diebetes, penyakit ginjal, hipertensi dan penyakit menular seksual. 2) Faktor prenatal a) Tinjauan teori dari kasus ini yaitu kunjungan antenatal sebaiknya dilakukanpaling sedikit 4 kali selama kehamilan, yaitu 1 kali TM 1, 1 kali TM 2 dan 2 kali TM 3. (sarwono, 2009) b) Tinjauan kasus dari kasus ini Ny. R telah melakukan kunjungan teratur yaitu pada TM 1 4 kali, TM 2 5 kali, TM 3 5 kali, tidak ada
riwayat
perdarahan,
preeklamsi,
eklamsi,
infeksi,
poli/oligohidramnion.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
57
c) Pembahasan dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena minimal kunjungan ANC adalah 14 kali, dan hasil pengkajian Ny. R melakukan kunjungan teratur TM 1 4 kali, TM 2 5 kali, TM 3 5 kali dan tidak memiliki riwayat – riwayat komplikasi kehamilan sehingga Ny. R tidak memiliki penyulit dalam proses persalinan. 3) Riwayat Perinatal a) Tinjauan teori dari kasus ini yaitu faktor perinatal meliputi prematur/postpartum, partus lama, pengguanaan obat selama persalinan, gawat janin, air ketuban bercampur mekonium, KPD.(sudarti dkk,2013) b) Tinjauan kasus dari kasus ini faktor perinatal Ny. R
lahir
cukup bulan, tidak gawat janin, ketuban tidak bercambur mekonium dan tidak partus lama. c) Pembahasan dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena Bayi R lahir cukup bulan, tidak gawat janin, ketuban tidak bercampur mekonium dan lama persalinan 1 jam.
2. Objektif
a. Warna kulit 1) Tinjauan teori pada kasus ini yaitu Aspek yang dinilai yaitu warna kulit, pernafasan, denyut jantung, tonus otot, dll. Warna kulit bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding bayi preterm karena warna kulit kemerahan.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
58
2) Tinjauan kasus pada kasus ini Bayi R. Warna kulit kemerahan 3) Pembahasan dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena warna kulit kemerahan.
b. Suhu 1) Tinjaun teori pada kasus ini yaitu suhu normal pada bayi baru lahir 36° - 37°C dan diukur pada daerah ketiak bayi selama lima menit dengan menggunakan termometer (rochmah dkk,2011) Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, bayi mengalami Hipotermi sedang (suhu 32-36°C). Disebut Hipotermi Berat bila suhu <32°C. Sedangkan apabila bayi mengalami suhu tubuh lebih dari 37,5°C mengalami Hipertermi. (Hj.deslidel dkk,2011) 2) Tinjaun kasus pada kasus ini Bayi R. Suhunya 36,8°C 3) Pembahasan dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena suhu normal pada bayi 36,8°C.
c. Pernafasan 1) Tinjauan teori pada kasus ini yaitu pernafasan BBL normal 3060x/menit tanpa retraksi dada dan tanpa merintih pada fase aspirasi.(Sudarti dkk,2013) 2) Tinjauan kasus pada kasus ini yaitu laju nafas Bayi R yaitu 48x/menit
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
59
3) Pembahasan dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena pada pernafasan bayi normal yaitu 3060x/menit dan pada kasus Bayi R laju nafas 48x/menit. Dalam hal ini Bayi R dalam keadaan normal.
d. Laju Jantung 1) Tinjauan teori pada kasus ini yaitu jantung bayi baru lahir noemalnya berdetak antara 120 – 160x/menit yang dapat didengar dengan menggunakan stetoskop, perhitungan dilakukan selama satu menit penuh (rochmah dkk,2011) 2) Tinjauan kasus pada kasus ini yaitu laju jantung Bayi R yaitu 143x/menit. 3) Pembahasan dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena pada laju jantung bayi baru lahir normalnya 120 – 160x/menit, dan pada kasus Bayi R laju jantung 143x/menit. Dalam hal ini Bayi R dalam keadaan normal.
e. Kepala 1) Tinjauan teori pada kasus ini yaitu periksa kepala ubun-ubun (raba adanya cekungan atau cairan dalam ubun-ubun), sutura (pada perabaan sutura masih terbuka), molase, periksa hubungan dalam letak dengan mata dan kepala, ukur lingkar kepala dimulai dari mulai dari lingkar oksipito-frontal. Kisaran normal lingkar kepala 33-35cm.(Indrayani,2013)
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
60
2) Tinjauan kasus pada kasus ini yaitu pada saat pemeriksaan kepala tidak terdapat cekungan ataucairan dalam ubun-ubun,terdapat sutura dan lingkar kepala Bayi R yaitu 34cm. 3) Pemabahasan dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena dibagian kepala tidak terdapat cekungan ataupu cairan dalam ubun-ubun dan pada ukuran lingkar kepala normalnya 34 – 35cm, dan pada kasus Bayi R lingkar kepala 34cm. Dalam hal ini Bayi R dalam keadaan normal.
f.
Mata 1) Tinjauan toeri pada kasus ini yaitu mata bayi dilihat apakah ada tanda-tanda infeksi atau pus (Indrayani,2013) 2) Tinjauan kasus pada kasus ini yaitu pemeriksaan pada mata Bayi R tidak terdapat tanda – tanda infeksi atau pus. 3) Pembahasan
dari
tinjauan
kasus
dan
teori
tidak
terdapat
kesenjangan karena pada saat pemeriksaan Bayi R tidak ditemukan tanda-tanda infeksi atau pus. Dalam hal ini Bayi R dikatakan dalam keadaan normal.
g. Hidung dan Mulut 1) Tinjauan teori pada kasus ini yaitu periksa bibir dan langitan, sumbing, refleks hisap dinilai saat bayi menyusui(Indrayani,2013) 2) Tinjauan kasus pada kasus ini pemeriksaan pada Bayi R bibir berwarna kemerahan, terdapat langit-langit, tidak sumbing, dan pada saat relek hisap bayi mau menyusu.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
61
3) Pembahasan
dari
tinjauan
kasus
dan
teori
tidak
terdapat
kesenjangan karena pada saat pemeriksaan Bayi R tidak ditemukan sumbing. Dalam hal ini Bayi R dikatakan dalam keadaan normal.
h. Leher 1) Tinjauan teori pada kasus ini yaitu periksa pembengkakan dan gumpalan(Indrayani,2013) 2) Tinjauan kasus pada kasus ini pemeriksaan pada Bayi R tidak ditemukan adanya pembengkakan 3) Pembahasan
dari
tinjauan
kasus
dan
teori
tidak
terdapat
kesenjangan karen apada saat pemeriksaan Bayi R tidak ditemukan adanya pembengkakan pada leher . dalam hal ini Bayi R dikatakan dalam keadaan normal.
i.
Dada 1) Tinjauan teori pada kasus ini yaitu melakukan pemeriksaan bunyi nafas dan detak jantung, lihat adakah tarikan dinding dada, dan lihat putting susu (simetris atau tidak)(Indrayani,2013) 2) Tinjauan kasus pada kasus ini yaitu pada pemeriksaan Bayi R tidak terdapat wheezing, lupdup teratur, terdapat putting susu dan simetris. 3) Pembahasan dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena pada saat pemeriksaan Bayi R tidak ditemukan wheezing, tidak ada retraksi pada dinding dada, terdapat puting
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
62
susu dan bentuk dada simetris. Dalam hal ini Bayi R dalam keadaan normal.
j.
Lingkar dada 1) Tinjauan teori pada kasus ini yaitu ukur lingkar dada dari daerah dada kepunggung kembali ke dada (pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu), lingkaran bahu ± 34cm. Pemeriksaan kesimetrisan gerakan dada saat bernafas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paralisis diafragma, atau hernia diafragmatika(Indrayani,2013) 2) Tinjauan kasus pada kasus ini yaitu saat melakukan pemeriksaan lingkar dada pada Bayi R yaitu 34cm. 3) Pembahasan dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena pada lingkar dada normalnya 34cm, dan pada kasus Bayi R lingkar dada 34cm. Dalam hal ini Bayi R dalam keadaan normal.
k. Abdomen 1) Tinjauan teori pada kasus ini yaitu melakukan pemeriksaan palpasi perut, apakah ada kelainan atau tidak(Indrayani,2013) 2) Tinjauan kasus pada kasus ini pada saat pemeriksaan pada Bayi R bemtuk perut simetris, tidak teraba lembek dan tidak ditemukan kelainan.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
63
3) Pembahasan pada tinjauan teori dan kasus ini tidak terdapat kesenjangan pada saat melakukan pemeriksaan Bayi R perut bayi simetris, tidak teraba lembek dan tidak ditemukan kelaianan. Dalam kasus ini Bayi R dalam keadaan normal.
l.
Genetalia 1) Tinjauan teori pada kasus ini yaitu melakukan pemeriksaan genetalia untuk laki-laki, petiksa apakah testis suda berada didalam skrotum, untuk perempuan, periksa labia mayora dan minora apakah vagina berlubang, uretra berlubang, dan amati apakah ada pseudomenorrhea
(cairan
ketal
berwarna
keputihan)(Indrayani,2013) 2) Tinjauan kasus pada kasus ini pada saat melakukan pemeriksaan pada Bayi R terdapat labia mayora dan labia minora, terdapat lubang vagina, dan uretra berlubang 3) Pembahasan pada tinjauan teori dan kasus ini tidak terdapat kesenjangan, pada saat melakukan pemeriksaan genetalia
pada
Bayi R terdapat labia minora dan labia mayora, vagina berlubang dan uretra berlubang. Dalam kasus ini Bayi R dalam keadaan normal.
m. Punggung 1) Tinjauan teori pada kasus ini yaitu melakukan pemeriksaan punggung tubuh bayi dibalik dan punggungnya diperiksa dengan
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
64
ibu jari untuk mengetahui keadaan tulang belakang. Periksa reflek dipunggung dengan cara menggoreskan jari kita dipunggung bayi. Bayi
akan
mengikuti
gerakan
dari
goresan
jari
kita
(Indrayani,2013) 2) Tinjauan kasus pada kasus ini saat melakukan pemeriksaaan pada Bayi R punggung diperiksa punggung normal tidak ada kelainan. Pada
pemeriksaan
reflek
pada
punggung
penulis
tidak
melakukakan dikarenakan kelalaian penulis. 3) Pembahasan pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak teradapat kesenjangan, pada saat melakukan pemeriksaan punggung pada Bayi R tidak ada kelainan. Dalam hal ini Bayi R dalam keadaan normal.
n. Anus 1) Tinjauan teori pada kasus ini yaitu melakukan pemeriksaan pada lubang anus, apabila bayi sudah mengeluarkan mekonium maka langkah ini tidak perlu di kerjakan.(Indrayani,2013) 2) Tinjauan kasus pada kasus ini saat melakukan pemeriksaan pada Bayi R anus tidak diperiksa karena psaat melakukan pemeriksaan anus bayi sudah BAB maka penulis tidak melakukan pemeriksaan pada anus. 3) Pembahasan pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan, saat melakukan pemeriksaan anus bayi sudah BAB. Dalam hal ini Bayi R dalam keadaan normal.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
65
o. Kulit Bayi 1) Tinjauan teori pada kasus ini dilakukan pemeriksaan kulit bayi, melihat adanya verniks, warna kulit, bibir, dan tanda lahir (Indrayani,2013) 2) Tinjauan kasus pada kasus ini penulis melakukan pemeriksaan pada Bayi R warna kulit
kemerehan, tidak ada verniks, bibir
kemerahan, dan tidak terdapat tanda lahir. 3) Pembahasan pada tinjauan teori dan tinjauan teori tidak ada kesenjangan, saat melakukan pemeriksaan kulit pada Bayi R tidak terdapat verniks, warna kulit kemerahan, bibir kemerahan, dan tidak terdapat tanda lahir. Dalam hal ini Bayi R dalam keadaan normal.
3. Assesment
a. Tinjauan teori Assesment
adalah
masalah
atau
diagnosis
yang
ditegakkan
berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. b. Tinjauan kasus didapatkan diagnosa pada Diagnosa : Bayi R umur 24 hari normal sesuai dengan usia kehamilan Masalah
: miliaria dan diaper rush
c. Pembahasan dari tinjauan teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan karena bayi dalam keadaan normal tanpa komplikasi
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
66
4. Perencanaan
a. Tinjauan teori pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh di tentukan oleh langkah – langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi dan diantisipasi. b. Tinjauan pada kasus Bayi R telah diberikan beberapa perencanaan c. Pembahaan berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus telah dilakukan terhadap kesenjangan yaitu penatalaksanaan sesuai teori tetapi hanya disesuaikan dengan kebutuhan yaitu menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan pada bayi baru lahir, dan menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuh bayi.
C. PEMBAHASAN
Pada BAB ini penulis akan meyajikan secara teori tentang kesenjangan antara landasan teori dan tinjauan kasus, yang penulis dapatkan selama melakukan asuhan kebidanan pada bayi R dengan masalah utama miliaris dan diaper rush di Klinik Sae Waras kab. Pringsewu Lampung pada tanggal 13 mei 2017. Dalam pembahasan ini penulis menggunakan manajemen kebidanan dengan langkah SOAP, maka penulis akan membahas langkah demi langkah, sebagai berikut Tinjauan teori. Miliria disebut juga dengan sudamina, liken tropikus, biang keringat, keringat buntet. Miliaria adalah penyakit kulit akibat adanya sumbatan saluran kelenjar keringat, sehingga keringat tidak dapat keluar dan masuk disekitar
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
67
saluran dibawah sumbatan. Biasanya dapat timbul didaerah wajah, leher, dan dada bagian atas. Miliria terbagi menjadi empat kelompok : 1. Miliria kristalina. Pada miliaria kristalina, sumbatan saluran terletak didalam stratum korneum. Terlihat vesikel yang menyerupai titik embun, biasanya asimtomatis. Vestikel mudah pecah karena gesekan pakaian. 2. Miliria rubra. Penyakit terjadi bila sumbatan terletak lebih dalam pada epidermis dibawah stratum korneum. Dapat terlihat papula,vesikel, dan eritema disekitarnya dan disertai rasa gatal. 3. Miliria pustulosa. Miliria pustulosa selalu didahului oleh beberapa penyakit lain yang menimbulkan kerusakan dan sumbatan saluran kelenjar keringat. Pustulanya jelas dan nonfolikuler. Rasa gatal sering terjadi di daerah intersgtigmasi. 4. Miliria profunda. Sumbatan saluran kelenjar keringat disini terletak diperbatasan dermoepidermal. Biasanya dapat berupa papula yang keputih- putihan dengan diameter1-3 mm, dan biasanya terdapat dipunggung dan dada. Papula letaknya lebih dalam dan nonfolikuler, tidak disertai rasa gatal dan tidak ada eritema.
Miliria dapat timbul bila udara panas dan lembab. Pakaian yang tidak menyerap keringat, terpajan bahan kimia tertentu, dan dan ada beberapa penyakit kulit lain yang dapat menimbulkan penyumbatan pori-pori kelenjar keringat. Penyumbatan ini dapat disebabkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dn edema akibat keringat yang tidak dapat keluar dan diabsorpsi oleh stratum korneum. Bayi yang kurang aktif dapat juga terkena miliria.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
68
Tanda dan gejala miliria meliputi rasa gatal, lesi berupa papula yang keras berwarna putih mengkilat seperti mutiara, vesikel kecil superfisial yang berkelompok dan berdiameter 1-3mm, serta keringat yang berlebihan. Penatalaksanaan gangguan ini adalah Tempatkan penderita pada tempat yang dingin agar pengeluaran keringat berhenti, Gunakan pakaian yang tipis dan mudah menyeram keringat serta lembut, Jaga kebersihan bayi, Beri obat antikolinergik yang membuat produksi keringat berkurang, Beri bedak kocok yang bersifat mendingankan dan desinfektan serta antigatal (misalnya, losion kummerfeldi). Pemberian antibiotik tidak efektif pada kasus miliria ini.(hj.deslidel dkk,2011) Dalam pengkajian hal pengumpulan data dasar merupakan data awal dari manajemen kebidanan SOAP yang dilaksanakan dengan wawancara (anamnessa) observasi, pemeriksaan fisik, dokumtasi dan studi kepustakaan berdasarkan data subjektif, dan objektif. Pengkajian data Bayi R usia 24 hari dengan jenis kelamin perempuan. Nama ibu Ny. R umur 29 tahun dan Nama ayah Tn. I umur 31 tahun. Penulis melakukan anamnesia terhadap ibu bayi tentang riwayat kesehatan ibu, ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, diabetes militus, penyakit ginjal, hepatitis, penyakit kelamin, asma dan RH/isoimunisasi. Pengkajian ibu yaitu Ny. R umur 29 tahun, HPHT 24 juni 2016, hari perkirain lahir 31 maret 2017. Umur kehamilan 42 minggu 5 hari.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
69
Pada
saat
penulis
melakukan
pengkajian
data
terhadap
Ny.R
mengatakan sejak 3 hari yang lalu Bayi R mengalami keringat buntet (Biang Keringat) dibagian lipatan leher , dan dibagian tangan, keringat buntet terjadi dikarena fator cuaca dan Ny.R memakaikan pakaian yang tidak menyerap keringat, dan membiarkan bagian lipatan leher lembab, tidak segera dikeringkan. Penulis menganjurkan kepada ibu untuk memakaikan pakaian bayi yang menyerap keringat, pakaikan pakaian yang tipis, memberikan babyoil atau minyak zaitun. Bayi yang terkena biang keringat dianjurkan untuk tidak menggunakan bedak, karena bedak akan menutup pori-pori sehingga keringat buntet akan semakin banyak. Diaper rush terjadi akibat kontak kulit yang terus menerus dengan lingkungan yang tidak baik, diaper rush disebut juga dengan ruam popok. Ruam popok adalah masalah yang amat lazim dan perlu perhatian agar daerah popok tetap bersih dan kering sehingga ruam tidak berkembang. Ganti popok setiap popok menjadi basah atau kotor. Seka daerah kemaluan dengan bagian popok yang bersih lalu oleskan lotion bayi sebelumnya keringkan dengan lembut. Ruam popok merupakan kondisi yang paling lazim terjadi pada bayi. Suatu zat bernama urea selalu terdapat pada air seni dan diubah menjadi amonia
oleh
bakteri
yang
biasa
ditemukan
pada
kulit
bayi
dan
mengontaminasi popok yang basah dan kotor. Amonia mengiritasi kulit, menyebabkan ruam popok jika mengenai kulit untuk jangka waktu tertentu. Ruam popok dapat berubah dari kemerah – merahan dan lecet ringan menjadi radang dengan kulit pecah – pecah. Bayi yang mendapat susu botol lebih
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
70
mudah terkena ruam popok karena bakteri bertahan hidup pada suatu medium alkalin yang terdapat pada feses bayi tersebut. Tanda dan gejala ruam popok adalah iritasi terjadi didaerah lipatan (misalkan, lipatan paha, tangan) dan erupsi pada daerah kontak yang menonjol seperti bokongnya. Penatakasanaan ruam popok adalah :Gunakan popok sekali pakai tanpa pemutih. Ada popok yang dibuat dengan menggunakan proses pemutihan yang mengeluarkan racun dioksin, Gunakan popok secara teratur, jangan biarkan bayi berbaring dengan popok yang basah, Letakkan pelapis popoksekali pakai satu muka disisi kulit bayi anda. Ini kemungkinan urine langsung keluar untuk diserap oleh popok yang ada dibawah sehingga kulit tetap kering.Jaga agar bokong bayi tetap kering dan bersih, Usahakan bokong bayi terbuka agar terkena angin setiap kali mengganti popok, Hindari kulit menjadi pecah – pecah, gunakan krim khusus pencegah ruam popok. Selain itu jangan gunakan celana plastik karena celana ini membuat urine kontak dengan kulit dan membantu terbentuknya amonia.Hindari mencuci bokong bayi dengan sabun dan air. Sabun dapat mengering dikulit dan menyebabkan kulit pecah – pecah.Untuk melindungi kulit gunakan hanya losion bayi atau krim ruam popok. Hindari menggunakan krim antiseptik yang terjual bebas karena dapat menimbulkan iritasi. Jaga kebersihan, ganti popok dengan sering, jaga suhu badan bayi.Jaga agar tidak terkena air. Tetap terbuka dan tetap kering, Bersihkan dengan kapas halus dan minyak (baby oil)Segera bersihkan bila anak berkemih atau buang air besar. Atur posisi tidur agar tidak menekan
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
71
luka. Jaga kebersihan kulit dan tubuh, kebersihan pakaian.Bilas bekas perianal setelah berkemih atau defekasi.(hj.deslidel dkk,2011) Pada saat melakukan observasi, penulis melihat ada nya bintik putih dan kemerahan dibagian lipatan paha bayi, ibu mengatakan bintik putih dan kemerahan terjadi 2 hari yang lalu. Penyebab terjadinya ruam popok karena ibu membiarkan lembab. Ruam popok seharusnya dijaga agar tetap kering, jika popok sudah basah ataupun penuh segera ganti dengan yang kering. Berikan baby oil ataupun minak jaitun, jangan diberikan bedak karena bedak tidak menyerap hanya akan menimbulkan penumpukan dan akan menutup pori-pori. Pembahasan dari tinjauan teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan karena bayi dalam keadaan normal tanpa komplikasi.
Konseling
Menjelaskan
kepada
ibu
cara
mengatasi
biangkeringat,
yaituMenganjurkan kepada ibu jika bagian leher bayi lembab segera lap dengan kain kering.Menganjurkan kepada ibu untuk tidak diberikan bedak , karena
dikulit
terdapat
pori-pori
dan
akan
menimbulkan
penumpukan.Menganjurkan kepada ibu berikan minyak jaitun ataupun babyoil.Menganjurkan kepada ibu untuk memakaikan pakaian yang menyerap keringat. Menjelaskan kepada ibu cara mengatasi ruam popok
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
72
Menganjurkan kepada ibu jika pakaian dalam bayi atau celana sudah basah (BAK/BAB) segera di gantikan.Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga pakaian bayi dalam keadaan kering ( tidak basah/lembab).
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. R usia 24 hari dengan masalah Miliria dan Diaper rush di Klinik Sae Waras Sukoyoso. Maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan miliaria dan diaper rush penulis telah melakukan pengkajian dan hasil pengkajian tersebut meliputi data subjektif dan data objektif 2. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan miliaria dan diaper rush penulispenulis dapat mengidentifikasi diagnosa, masalah, dan kebutuhan diagnosa yang didapat yaitu Bayi R umur 24 hari dengan masalah Miliaria dan Diaper rush 3. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir penulis tidak dapat menemukan tindakan segera karena miliaria dan diapers rush tidak bisa segera mungkin mengatasi miliaria dan diaper rush. 4. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir penulis membuat perencaan sesuai dengan kebutuhan pasien. 5. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir penulis melakukan sesuai perencanaan.
61 STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
74
6. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir hasil evaluasi berjalan
dengan
baik
sesuai
dari
perencanaan
maksimal
dari
penatalaksaan.
B. Saran – saran 1. Bagi penulis
Diharapkan mahasiswa mampu mempelajari kasus – kasus pada saat praktek dalam bentuk manajemen SOAP serta menerapkan asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan yang telah ditetapkan sesuai kewenangan bidan yang telah diberikan kepada profesi bidan. Serta diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif terhadap klien.
2. Bagi lahan praktek
Diharapkan lebih meningkatkan mutu pelayanan agar dapat memberikan asuhan yang lebih baik sesuai dengan standar asuhan kebidanan serta dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat menerapkan setiap asuhan kebidanan sesuai dengan teori dari mulai kehamilan, persalinan, nifas dan BBL.
3. Bagi Institusi pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasis wa dengan penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
75
peningkatan kompetensi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan bidan yang berkualitas.
4. Bagi pasien
Diharapkan klien memiliki kesadaran untuk selalu memerikasakan keadaan kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih yakin dan nyaman karena mendapatkan gambaran tentang pentingnya pengawasan pada saat hamil, bersalin, nifas, dan bbl dengan melakukan pemeriksaan rutin di pekayanan kesehatan.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
76
DAFTAR PUSTAKA
Al-Binali. 2012. Breastfeeding Knowledge, Attitude and Practice Among School Theacher In Abha Female Educational District, Southwestern Saudi Arabian. International Breasfeeding Journal. Deslidel, dkk. 2011. Asuhan Neonatal, Bayi Balita. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Dewi, V.N.L. 2012. Asuhan Neonatus Bayi & Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
Dr. Habibe Şahin, Erciyes University, Faculty of Health Sciences, Division of Nutrition and Dietetics, Kayseri, Turkey. 2012. Risk factors for breastfeeding problems in mothers who presented to two public healthcare centers in Kayseri province.
Frilasari, H. 2016. Derajat Diaper Rash Pada Bayi Usia O – 12 Bulan di RSUD Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto. Jurnal Kesehatan. Vol. 08, No. 03. 16-20. Indrayani & Djami, M. E. U. 2013. Asuhan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Jakarta: Trans Info Media. Keemer. 2003. Breastfeeding Self-Efficacy Of Women Using Second Line Strategies For Healthy Term Inflants Observational Study. International Breastfeeding Journal. Labbok et al. 2013. Implementing The Ten Steps To Successful Breastfeeding In Multple Hospitals Serving Low-wealth Patients In The US: Innovative Research Design And Baseline Findings. International Breastfeeding Journal. Makara. 2010. Kajian Implementasi Dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif Dan Inisiasi Menyusui Dini Di Indonesia. Jurnal Kesehatan. Vol. 14, No. 1, 1724. Maryati, D, dkk. 2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta: Trans Info Media.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
77
Mauliyah, I & Ningrum, N. W. 2012. Hubungan pengetahuan Ibu Tentang perawatan Kulit Dengan Kejadian Miliaria Pada Bayi Usia 1-12 Bulan Di Desa Sumberagung Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Kesehatan. Vol. 03, No. XIII. 16- 22. Mannion et al. 2013. Maternal Perceptions Of Pertner Support During Breastfeeding. International Breastfeeding Journal. Prawiro Hardjo, S. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Pt Bina Pustaka. Rochmah K. M, dkk. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta: Biku Kedokteran EGC. Rukiyah, A. Y & Yulianti, L. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita . Jakarta: Trans Info Media. Sondakh, J. J. S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir, Jakarta: Erlangga.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
78
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
79
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
80
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
81
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
82
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung