LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DIRUANG 26-P DR. SAIFUL ANWAR MALANG DENGAN KASUS PNEUMONIA
Disusun untuk memenuhi tugas profesi Departemen Medikal Ruang 26-P RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Oleh: CICIK KURNIAWATI
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI
TAHUN 2017 BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI 1. Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli). (DEPKES. 2006). 2. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Zuh Dahlan. 2006). 3. Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. Istilah pneumonia mencakup setiap keadaan radang paru, dengan beberapa alveoli terisi cairan dan sel-sel darah. 4. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri; merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang paling sering menyebabkan kematian pada anak dan anak balita (Said 2007). 5. Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. (Price, 1995) 6. Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing ( IKA, 2001) Jadi, bronkopnemonia bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru terutama alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak – anak – anak. anak.
B. EPIDEMIOLOGI Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumokokus dengan serotipl sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%, sedangkan pada anak ditemukan tipe 14,1,6,dan 9. Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan berkurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh pneumokokus- ditemukan pada orang dewasa dan
anak besar, sedangkan bronchopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan anak. Pneumonia sangat rentan terhadap anak berumur di bawah dua bulan, berjenis kelamin laki-laki, tingkat sosioekonomi rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat pelayanan kesehatan masih kurang, adanya penyakit kronis pada anak, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan ASI yang memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan defisiensi vitamin A. Pneumonia juga merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, dan merupakan penyebab kematian utama pada balita. Hasil penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan mendapatkan pneumonia
penyebab
kejadian
dan
kematian
tertinggi
pada
balita.
Berbagai
mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus dan bakteri. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya pneumonia antara lain adalah defek anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi, GE, aspirasi, dll. Said (2007) menyatakan bahwa diperkirakan 75% pneumonia pada anak balita di negara berkembang termasuk di Indonesia disebabkan oleh pneumokokus dan Hib. Di seluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi lebih 2 juta kematian balita karena pneumonia. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 kematian balita akibat pneumonia 5 per 1000 balita per tahun. Ini berarti bahwa pneumonia menyebabkan kematian lebih dari 100.000 balita setiap tahun, atau hampir 300 balita setiap hari, atau 1 balita setiap 5 menit. Menunjuk angka-angka di atas bisa dimengerti para ahli menyebut pneumonia sebagai The Forgotten Pandemic atau "wabah raya yang terlupakan" karena begitu banyak korban yang meninggal karena pneumonia tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada masalah pneumonia. Tidak heran bila melihat kontribusinya yang besar terhadap kematian balita pneumonia dikenal juga sebagai "pembunuh balita nomor satu". Senada dengan Said, Betz dan Sowden (2002) menyatakan bahwa insidens dari pneumonia antara lain : 1.
Pneumonia virus lebih sering dijumpai daripada pneumonia bakterial
2.
Pneumonia streptokokus paling sering terdapat pada 2 tahun pertama kehidupan. Pada 30 % anak dengan pneumonia yang berusia kurang dari 3 bulan dan pada 70 % anak dengan pneumonia yang berusia kurang dari 1 tahun.
3.
Pneumonia pneumokokus mencakup 90 % dari semua pneumonia
4.
Mikoplasma jarang menimbulkan pneumonia pada anak yang berusia 5tahun, mereka berhubungan dengan 20 % kasus pneumonia yang di diagnosis pada pasien antara umur 16 dan 19 tahun.
5.
Pneumonia akan terjadi lebih berat dan lebih sering pada anak dan anak-anak kecil
6.
Virus sinsisium respiratori merupakan penyebab terbesar dari kasus pneumonia virus.
7.
Infeksi virus saluran nafas atas adalah penyebab kematian kedua pada anak dan anak kecil.
C. KLASIFIKASI Pneumonia mikoplasma mencakup 10 sampai 20 % pneumonia yang dirawat di rumah sakit. Menurut Zul Dahlan (2007), pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer maupun sebagai komplikasi dari beberapa penyakit lain. Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai berikut: 1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”. 2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis. 3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular. Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, virus, atipikal (mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi asing. Pneumonia jarang terjadi yang mingkin terjadi karena histomikosis, kokidiomikosis, dan jamur lain. 1.
Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakterial. Terlihat pada anak dari semua kelompok umur, sering dikaitkan dengan ISPA virus, dan jumlah RSV untuk persentase terbesar. Dapat akut atau berat. Gejalanya bervariasi, dari ringan seperti demam ringan, batuk sedikit, dan malaise. Berat dapat berupa demam tinggi, batuk parah, prostasi. Batuk biasanya bersifat tidak produktif pada awal penyakit. Sedikit mengi atau krekels terdengar auskultasi.
2.
Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi terutama di musim gugur dan musim dingin, lebih menonjol di tempat dengan konsidi hidup yang padat penduduk. Mungkin tiba-tiba atau berat. Gejala sistemik umum seperti demam,
mengigil (pada anak yang lebih besar), sakit kepala, malaise, anoreksia, mialgia. Yang diikuti dengan rinitis, sakit tenggorokan, batuk kering, keras. Pada awalnya batuk bersifat tidak produktif, kemudian bersputum seromukoid, sampai mukopurulen atau bercak darah. Krekels krepitasi halus di berbagai area paru. 3.
Pneumonia
bakterial,
meliputi
pneumokokus,
stafilokokus,
dan
pneumonia
streptokokus, manifestasi klinis berbeda dari tipe pneumonia lain, mikro-organisme individual menghasilkan gambaran klinis yang berbeda. Awitannya tiba-tiba, biasanya didahului dengan infeksi virus, toksik, tampilan menderita sakit yang akut , demam, malaise, pernafasan cepat dan dangkal, batuk, nyeri dada sering diperberat dengan nafas dalam, nyeri dapat menyebar ke abdomen, menggigil, meningismus. D. ETIOLOGI 1. Bakteri Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa. 2. Virus Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus. 3. Jamur Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos. 4. Protozoa Menimbulkan
terjadinya
Pneumocystis
carinii
pneumonia
(CPC).
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001) Menurut (Smeltzer, 2001) etiologi pneumonia, meliputi : 1) Pneumonia bakterial Penyebab yang paling sering: Streptoccocus pneumonia Jenis yan lain : - staphiloccocus aureus menyebakan pneumonia stapilokokus - Klebsiella pnemoniae menyebabkan pneumonia klebsiella - Pseudomonas aerugilnosa menyebabkan pneumonia pseudomonas
Biasanya
- Haemophilus influenzae menyebabkan Haemophilus influenza 2) Pneumonia atipikal Penyebab paling sering : - Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma Jenis lain : - Legionella pneumophila menyebakan penyakit legionnaires - Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma - Virus influenza tipe A, B, C menyebakan pneumonia virus - Penumocyctis carini menyebakan pneumonia pnemosistis carinii (PCP) - Aspergillus fumigates menyebakan pneumonia fungi - Cipittaci menyebabkan pneumonia klamidia (pneumonia TWAR) - Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis (Smeltzer, 2001 : 568-570). 3) Pneumonia juga disebabkan oleh terapi radiasi (terapi radisasi untuk kanker payudara/paru) biasanya 6 minggu atau lebih setelah pengobatan selesai ini menyebabkan pneumonia radiasi. Bahan kimia biasanya karena mencerna kerosin atau inhalasi gas menyebabkan pneumonitis kimiawi (Smeltzer, 2001 : 572). Karena aspirasi/inhalasi (kandungan lambung) terjadi ketika refleks jalan nafas protektif hilang seperti yang terjadi pada pasien yang tidak sadar akibat obat-obatan, alkohol, stroke, henti jantung atau pada keadaan selang nasogastrik tidak berfungsi yang menyebabkan kandungan lambung mengalir di sekitar selang yang menyebabkan aspirasi tersembunyi. ( Smeltzer, 2001 :637) Sedangkan dari sudut pandang sosial, penyebab pneumonia menurut Depkes RI (2005) antara lain : 1.
Status gizi anak
2.
Imunisasi tidak lengkap
3.
Lingkungan
4.
Kondisi sosial ekonomi orang tua
E. PATOFISIOLOGI Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari anak sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak
organ
paru-paru.
Kerusakan
jaringan
paru
setelah
kolonisasi
suatu
mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar, 2007). Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab mencapai alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan ektravasasi cairan serosa ke dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan bakteri. Membran kapiler alveoli menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke dalam perialveolar kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya terjadi hipoksemia (Engram 1998). Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang khas terdiri dari empat tahap yang berurutan (Price, 1995 : 711) : 1. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya protein keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa dan berwarna merah. 2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara,
disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti hepar). 3. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi fibrin yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah. Paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang. 4. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi
oleh
makrofag
dan
pencernaan
kotoran
inflamasi,
dengan
mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula. (Underwood, 2000 : 392)
F. MANIFESTASI KLINIS Suriadi dan Rita (2001) menyebutkan manifestasi klinis yang terdapat pada penderita pneumonia, yaitu : 1. Serangan akut dan membahayakan
4. Reles (ronchi)
2. Demam tinggi (pneumonia virus
5. Wheezing
bagian bawah) 3. Batuk
6. Sakit kepala, malaise 7. Nyeri abdomen
Manifestasi klinis :
Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara mendadak (38 – 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
Gejala khas : a.
Sianosis pada mulut dan hidung.
b.
Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung.
c.
Gelisah, cepat lelah.
Batuk mula-mula kering produktif.
Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia.
Manifestasi klinis pada anak
Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, merintih dan sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut
tertekuk karena nyeri dada. Tanda Pneuomonia berupa retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi nafas, perkusi pekak, fremitrus melemah. Suara napas melemah, dan ronkhi. (Mansjoer,2000,hal 467 )
Gejala penyakit pneumonia berupa napas cepat dan sesak napas, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pneumonia. Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk juga disertai kesukaran bernafas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat, dengan gejala pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum.
Menurut Muttaqin (2008) pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus purulen kekuningan, kehijauan, kecoklatan atau kemerahan, dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba – tiba dan berbahaya ). Adanya keluhan nyeri dada pleuritis, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas dan nyeri kepala.
G. PEMERIKSAAN FISIK Pemerikasaan Fisik pada anak 1. Inspeksi Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas.
2. Palpasi Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan atau tachycardia. 3. Perkusi Suara redup pada sisi yang sakit. 4. Auskultasi Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung / mulut anak. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura (Mansjoer,2000).
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan penunjang menurut Betz dan Sowden (2002) dapat dilakukan antara lain : 1.
Kajian foto thorak – diagnostic, digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner (untuk mengkaji perubahan pada paru)
2. Nilai analisa gas darah, untuk mengevaluasi status kardiopulmoner sehubungan dengan oksigenasi 3.
Hitung darah lengkap dengan hitung jenis untuk menetapkan adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
4.
Pewarnaan gram (darah) untuk seleksi awal antimikroba
5.
Tes kulit untuk tuberkulin – mengesampingkan kemungkinan TB jika anak tidak berespons terhadap pengobatan
6.
Jumlah leukosit – leukositosis pada pneumonia bakterial
7.
Tes fungsi paru, digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu mendiagnosis keadaan
8.
Spirometri statik, digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9.
Kultur darah – spesimen darah untuk menetapkan agens penyebabnya seperti virus dan bakteri
10. Kultur cairan pleura – spesimen cairan dari rongga pleura untuk menetapkan agens penyebab seperti bakteri dan virus
11. Bronkoskopi, digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-cabang utama dari pohon trakeobronkhial; jaringan yang diambil untuk diuji diagnostik, secara terapeutik digunakan untuk menetapkan dan mengangkat benda asing. 12. Biopsi paru – selama torakotomi, jaringan paru dieksisi untuk melakukan kajian diagnostik.
Sedangkan menurut Engram (1998) pemeriksaan penunjang meliputi 1.
Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositosis dengan predominan polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan prognosis yang buruk.
2.
Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-100.000/mm. Protein di atas 2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa darah.
3.
Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan dapat menyokong diagnosa.
4.
Kadang ditemukan anemia ringan atau berat. Pemeriksaan mikrobiologik
1.
Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum darah, aspirasi trachea fungsi pleura, aspirasi paru.
2.
Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atau aspirasi paru. Pemeriksaan imunologis
1.
Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepa
2.
Mendeteksi baik antigen maupun antigen spesifik terhadap kuman penyebab.
3.
Spesimen: darah atau urin.
4.
Tekniknya
antara
lain:
Conunter
Immunoe
Lectrophorosis,
ELISA,
latex
agglutination, atau latex coagulation. Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-beda untuk tiap mikroorganisme penyebab pneumonia. a.
Pneumonia pneumokokus: gambaran radiologiknya bervariasi dari infiltrasi ringan sampai bercak-bercak konsolidasi merata (bronkopneumonia) kedua lapangan paru atau konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris). Anak dan anak-anak gambaran konsolidasi lobus jarang ditemukan.
b.
Pneumonia streptokokus, gambagan radiologik menunjukkan bronkopneumonia difus atau infiltrate interstisialis. Sering disertai efudi pleura yang berat, kadang terdapat adenopati hilus.
c.
Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologiknya tidak khas pada permulaan penyakit. Infiltrat mula=mula berupa bercak-bercak, kemudian memadat dan mengenai keseluruhan lobus atau hemithoraks. Perpadatan hemithoraks umumhya penekanan (65%), < 20% mengenai kedua paru.
I.
PENATALAKSANAAN Pengobatan umum pasien – pasien pneumonia biasanya berupa pemberian antibiotik yang efektif terhadap organism tertentu, terapi oksigen untuk menanggulangi hipoksemia dan pengobatan komplikasi seperti pada efusi pleura yang ringan, obat pilihan untuk penyakit ini adalah penisilin G. (patofisiologi page 806). Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi menunjukkan tanda-tanda
Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
Terapi suportif yang bisa dilakukan, antara lain:
Berikan oksigen
Lakukan fisioterapi dada (lakukan hanya pada daerah yang terdapat sekret ) Tahapan fisioterapi 1. INHALASI Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap kepada pasien langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru). Alat terapi inhalasi bermacam-macam. Salah satunya yang efektif bagi anak adalah alat terapi dengan kompresor (jet nebulizer). Cara penggunaannya cukup praktis yaitu anak diminta menghirup uap yang dikeluarkan nebulizer dengan menggunakan masker. Obat-obatan yang dimasukkan ke dalam nebulizer bertujuan melegakan pernapasan atau menghancurkan lendir. Semua penggunaan obat harus selalu dalam pengawasan dokter. Dosis obat pada terapi inhalasi jelas lebih sedikit tapi lebih efektif ketimbang obat oral/obat minum seperti tablet atau sirup, karena
dengan inhalasi obat langsung mencapai sasaran. Bila tujuannya untuk mengencerkan lendir/sekret di paru-paru, obat itu akan langsung menuju ke sana.
2. PENGATURAN POSISI TUBUH Tahapan ini disebut juga dengan postural drainage, yakni pengaturan posisi tubuh untuk membantu mengalirkan lendir yang terkumpul di suatu area ke arah cabang bronkhus utama (saluran napas utama) sehingga lendir bisa dikeluarkan dengan cara dibatukkan. Untuk itu, orang tua mesti mengetahui di mana letak lendir berkumpul. Caranya: * Setelah letak lendir berhasil ditemukan (dengan melihat hasil rontgen atau dengan penjelasan dari dokter mengenai letak dari sekret di paru-paru), atur posisi anak. - Bila lendir berada di paru-paru bawah maka letak kepala harus lebih rendah dari dada agar lendir mengalir ke arah bronkhus utama. Posisi anak dalam keadaan tengkurap. - Kalau posisi lendir di paru-paru bagian atas maka kepala harus lebih tinggi agar lendir mengalir ke cabang utama. Posisi anak dalam keadaan telentang. - Kalau lendir di bagian paru-paru samping/lateral, maka posisikan anak dengan miring ke samping, tangan lurus ke atas kepala dan kaki seperti memeluk guling.
3. PEMUKULAN/PERKUSI Teknik pemukulan ritmik dilakukan dengan telapak tangan yang melekuk pada dinding dada atau punggung. Tujuannya melepaskan lendir atau sekret-sekret yang menempel pada dinding pernapasan dan memudahkannya mengalir ke tenggorok. Hal ini akan lebih mempermudah anak mengeluarkan lendirnya. Caranya: * Lakukan postural drainage. Bila posisinya telentang, tepuk-tepuk (dengan posisi tangan melekuk) bagian dada sekitar 3-5 menit. Menepuk anak cukup dilakukan dengan menggunakan 3 jari. * Dalam posisi tengkurap, tepuk-tepuk daerah punggungnya sekitar 3-5 menit.
* Dalam posisi miring, tepuk-tepuk daerah tubuh bagian sampingnya. Setelah itu lakukan vibrasi (memberikan getaran) pada rongga dada dengan menggunakan
tangan
(gerakannya
seperti
mengguncang
lembut
saat
membangunkan anak dari tidur). Lakukan sekitar 4-5 kali.
Observasi tanda vital
Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam perawatan, misalnya, pemberian obat serta pengenalan tanda dan gejala inefektivitas pola napas. Ciptakan lingkungan yang nyaman
J. KOMPLIKASI a. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat b. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi c. Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura) d. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah) e. Delirium terjadi karena hipoksia f. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex: penisilin g. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang. h. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial. i. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
K. PROGNOSIS Dengan pengobatan sebagian tipe dari pneumoni karena bakteri dapat diobati dalam 1-2 minggu. Pneumoni karena virus mungkin berakhir lama, pneumonia karena mikoplasma memerlukan 4-5 minggu. Hasil akhir dari episode pneumoni tergantung dari bagaimana seseorang sakit, kapan dia didiagnosis pertama kali. (fransisca S. 2000) Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.
BAB II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. PENGKAJIAN
DS : • Pasien mengeluh sesak nafas • Ibu pasien mengatakan pasien mengalami diare dan muntah sebanyak 3x selama dirawat di rumah sakit • Ibu pasien mengatakan pasien lahir dengan BB 2300gr, dan pasien lahir prematur • Ibu pasien mengatakan ayah pasien merokok dan pasien tinggal di pemukiman padat penduduk • Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami batuk kering kemudian menjadi batuk berdahak. • Ibu pasien mengatakan pasien tidak eksklusif karena dia sibuk bekerja DO : • RR : 55X/ menit • PCH (pernafasan cuping hidung) positif • Pasien tampak rewel • Pasien tampak lesu • Pernafasan pasien tampak dangkal dan cepat • Retraksi intercosta (IC) positif • Tax : 390 C • Pasien tampak tidak menyusu • Tampak sianosis di sekitar area hidung dan mulut pasien • Sekret (+), berwarna kuning kehijauan dan kental • Mukosa bibir pasien tampak kering • Turgor kulit pasien lambat Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding
dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas. 2. Palpasi Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan atau tachycardia. 3. Perkusi Suara redup pada sisi yang sakit. 4. Auskultasi Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung / mulut anak. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura (Mansjoer,2000).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a.
Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran aveolar-kapiler ditandai dengan Gas Darah Arteri abnormal, PH artery abnormal,sianosis,nafas cuping hidung,dan gelisah (rewel)
b.
Hipertermia b.d. dehidrasi dan penyakit ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas normal, dan kulit terasa hangat.
c.
Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan keluarga aktif ditandai dengan penurunan turgor kulit, memebran mukosa kering, dan peningkatan suhu tubuh.
d.
Ketidakefektifan regimen terapeutik keluarga b.d. konflik keputusan ditandai dengan ketidakefektifan aktifitas kluaraga untuk memenuhi tujuan kesehatan.
e.
Resiko keterlambatan perkembangan b.d nutrisi yang tidak adekuat, dan prematuritas
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa
Tujuan dan kreteria
Intervensi
Rasional
Evaluasi
hasil Setelah dilakukan
NI C label
gas b.d. perubahan
tindakan keperawatan
Respir atory Monitoring
membran aveolar-
selama 4x 24 jam
1. Monitor laju ritme dari nafas
kapiler ditandai dengan
diharapkan pertukaran
2. Monitor suara nafas tambahan
Gas Darah Arteri
gas adekuat dengan
abnormal, PH artery
kreteria hasil :
1. Gangguan pertukaran
abnormal,sianosis,nafas NOC label cuping hidung,dan gelisah (rewel)
Respiratory status
RR normal (skla 5)
Ritme respiratory normal (skala 5)
Kedalaman nafas normal (skala 5)
pernapasan pasien 2. Untuk mengetahui apabila
3. Monitor peningkatan kelelahan
adanya kelainan pada
4. Monitor peningatan
saluran pernapasan
kegelisahan, dan kekurangan oksigen 5. Monitor sekresi dari sistem pernafasan pasien 6. Berikan terapi perawatan nebulizer sesuai kebutuhan
fisik pasien
pasien
7. Bersihkan skresi mulut hidung
klien
Tekanan parsial karbondioksida
sesuai kebutuhan 9. Monitor aliran oksigen
7,35)
(35-45)
HCO3 dalam batas normal (22-26)
SaO2 dalam batas normal ≥
mempermudah sekret
pernapasan
PCO2 dalam batas normal
6. Untuk mengencerkan dan
keluar dari saluran
Ph dalam batas normal (7,35-
5. Untuk memantau adanya
tidak ada (skala 5)
8. Memeberikan terapi oksigen
dalam batas normal :
mengurangi kecemasan dari
sekret pada saluran napas
exchange
O : hasil nilai AGD
4. Untuk memantau dan
Oxi gen therapy dan trakea sesuai kebutuhan
S:-
3. Utuk memantau keadaan
Akumulasi sputum
Respiratory status :G as
seperti snoring
1. Untuk mengetahui status
95 %
PO2 dalam batas normal
10. Monitor kerusakan kulit dari
pada darah arteri
gesekan dengan selang oksigen
normal (skala 5)
(80-100 %)
napas 8. Mengatasi terjadinya defisit
pH arteri normal
O2
(skala 5)
7. Untuk mempermudah jalan
A : Tujuan tercapai sebagian
9. memastikan kebutuhan
Tidak terjadi sianosis (skala 5)
oksigen yang sesuai untuk
P : Lanjutkan
klien
intervensi
10. mencegah terjadinya iritasi pada kulit
Setelah dilakukan
NIC : Vi tal Signs Monitori ng
dehidrasi dan penyakit
tindakan keperawatan
1. Monitor TTV pasien (tekanan
ditandai dengan
selama 4x 24 jam
2. Hipertermia b.d.
peningkatan suhu tubuh diharapkan suhu tubuh diatas normal, dan kulit pasien dalam batas terasa hangat.
normal dengan kriteria hasil :
darah, nadi, suhu, dan pernapasan). 2. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipertermi. 3. Kaji warna kulit, suhu,
NOC : Vital Signs - Suhu tubuh dalam batas normal (360
kelembapan. 4. Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda vital.
37,5 C) dengan
NIC : Temperatur Regulation
skala 5.
5. Anjurkan penggunaan selimut
TTV dalam rentang
hangat untuk menyesuaikan
S : pasien 1. Untuk mengetahui kondisi umum pasien. 2. Untuk memantau adanya
mengatakan tubuhnya tidak terasa panas lagi.
peningkatan suhu tubuh
O : tubuh pasien
pasien.
tidak teraba panas.
3. Untuk mengetahui adanya
A : tujuan tercapai.
tanda dan gejala
P : pertahankan
hipertermi.
kondisi
4. Agar dapat mengontrol perubahan TTV pasien. 5. Untuk membuat tubuh merasa nyaman.
pada darah arteri
gesekan dengan selang oksigen
normal (skala 5)
(80-100 %)
napas 8. Mengatasi terjadinya defisit
pH arteri normal
O2
(skala 5)
7. Untuk mempermudah jalan
A : Tujuan tercapai sebagian
9. memastikan kebutuhan
Tidak terjadi sianosis (skala 5)
oksigen yang sesuai untuk
P : Lanjutkan
klien
intervensi
10. mencegah terjadinya iritasi pada kulit
Setelah dilakukan
NIC : Vi tal Signs Monitori ng
dehidrasi dan penyakit
tindakan keperawatan
1. Monitor TTV pasien (tekanan
ditandai dengan
selama 4x 24 jam
2. Hipertermia b.d.
peningkatan suhu tubuh diharapkan suhu tubuh diatas normal, dan kulit pasien dalam batas terasa hangat.
normal dengan kriteria hasil : NOC : Vital Signs - Suhu tubuh dalam batas normal (36-
darah, nadi, suhu, dan pernapasan). 2. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipertermi. 3. Kaji warna kulit, suhu, kelembapan. 4. Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda vital.
37,50C) dengan
NIC : Temperatur Regulation
skala 5.
5. Anjurkan penggunaan selimut
TTV dalam rentang
hangat untuk menyesuaikan
normal (tekanan darah,
perubahan suhu tubuh.
nadi, pernapasan) dengan skala 5.
6. Anjurkan asupan nutrisi dan cairan adekuat. NIC : F ever Treatment
S : pasien 1. Untuk mengetahui kondisi umum pasien. 2. Untuk memantau adanya
mengatakan tubuhnya tidak terasa panas lagi.
peningkatan suhu tubuh
O : tubuh pasien
pasien.
tidak teraba panas.
3. Untuk mengetahui adanya
A : tujuan tercapai.
tanda dan gejala
P : pertahankan
hipertermi.
kondisi
4. Agar dapat mengontrol perubahan TTV pasien. 5. Untuk membuat tubuh merasa nyaman.
6. Untuk menghindari terjadinya dehidrasi. 7. Untuk menurunkan panas badan.
7. Anjurkan pemberian kompres hangat. 3. Kekurangan volume
Setelah dilakukan
NIC label: F lui d management
cairan b.d. kehilangan
tindakan keperawatan
cairan keluarga aktif
selama 4x 24 jam
(kelembaban membrane mukosa,
ditandai dengan
diharapkan kebutuhan
nadi yang adekuat) secara tepat
penurunan turgor kulit,
volume cairan pasien
memebran mukosa
terpenuhi dengan
kering, dan
kriteria hasil :
3.Beri cairan yang sesuai
peningkatan suhu
Noc label:
F luid monitori ng:
tubuh.
Hydrasi:
4.Identifikasi factor risiko
-
-
2.Atur catatan intake dan output cairan secara akurat
1. Untuk mengetahui status hidrasi pasien
S: ibu mengatakan bahwa anaknya
2. Untuk memastikan jumlah
sudah tidak rewel
cairan yang masuk dan
lagi, tidak demam
keluar
lagi, masih ada diare
3. Untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien 4. Untuk mengetahui factor
O: turgor kulit pasien sudah
Turgor kulit
ketidakseimbangan cairan
risiko ketidakseimbangan
membaik, intake dan
kembali normal
(hipertermi, infeksi, muntah dan
cairan dan mencegah secara
output cairan px
(skala 5)
diare)
dini factor tersebut
seimbang
Membrane mukosa tampak lembab (skala 5)
-
1.Monitoring status hidrasi
Intake cairan yang adekuat (skala 5)
5.Monitoring tekanan darah, nadi dan RR
I V teraphy: 6.Lakukan 5 benar pemberian terapi infuse (benar obat, dosis,
5. Komplikasi letal dapat terjadi selama awal periode
A: tujuan tercapai
pengobatan antimikroba.
sebagian
Kurva suhu tubuh memberikan indeks respon
P: lanjutkan
normal (tekanan darah, nadi, pernapasan) dengan skala 5.
perubahan suhu tubuh.
6. Untuk menghindari
6. Anjurkan asupan nutrisi dan cairan adekuat. NIC : F ever Treatment
terjadinya dehidrasi. 7. Untuk menurunkan panas badan.
7. Anjurkan pemberian kompres hangat. 3. Kekurangan volume
Setelah dilakukan
NIC label: F lui d management
cairan b.d. kehilangan
tindakan keperawatan
cairan keluarga aktif
selama 4x 24 jam
(kelembaban membrane mukosa,
ditandai dengan
diharapkan kebutuhan
nadi yang adekuat) secara tepat
penurunan turgor kulit,
volume cairan pasien
memebran mukosa
terpenuhi dengan
kering, dan
kriteria hasil :
3.Beri cairan yang sesuai
peningkatan suhu
Noc label:
F luid monitori ng:
tubuh.
Hydrasi:
4.Identifikasi factor risiko
-
-
cairan secara akurat
bahwa anaknya
2. Untuk memastikan jumlah
sudah tidak rewel
cairan yang masuk dan
lagi, tidak demam
keluar
lagi, masih ada diare
3. Untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien 4. Untuk mengetahui factor
O: turgor kulit pasien sudah
risiko ketidakseimbangan
membaik, intake dan
kembali normal
(hipertermi, infeksi, muntah dan
cairan dan mencegah secara
output cairan px
(skala 5)
diare)
dini factor tersebut
seimbang
Membrane mukosa
Intake cairan yang
5.Monitoring tekanan darah, nadi dan RR
I V teraphy: 6.Lakukan 5 benar pemberian
5. Komplikasi letal dapat terjadi selama awal periode
A: tujuan tercapai
pengobatan antimikroba.
sebagian
Kurva suhu tubuh
adekuat (skala 5)
terapi infuse (benar obat, dosis,
memberikan indeks respon
P: lanjutkan
Tidak terdapat
pasien, rute, frekuensi)
pasien terhadap terapi.
intervensi
diare (skala 5) Fluid balance:
7.Monitoring tetesan dan tempat IV selama pemberian
- Nadi normal (skala Diarr hea managemenet: 5)
-
hidrasi pasien
S: ibu mengatakan
ketidakseimbangan cairan
(skala 5)
-
2.Atur catatan intake dan output
1. Untuk mengetahui status
Turgor kulit
tampak lembab
-
1.Monitoring status hidrasi
Intake dan output
8. Monitoring tanda dan gejala diare
Hipotensi yang terjadi dini pada perjalanan penyakit dapat mengindikasikan hipoksia atau bakterimia. Antipiretik diberikan dengan
cairan seimbang
9. Ketahui penyebab diare
kewaspadaan, karena
dalam sehari(skala
10. Evaluasi mengenai pengobatan
antipiretik dapat
5)
terhadap efek gastrointestinal 11. Instruksikan keluarga untuk
mengakibatkan penurunan suhu dan dengan demikian
memantau warna, volume,
mengganggu evalusasi kurva
frekuensi dan konsistensi feses
suhu
12. Monitoring kulit dan perianal pasien untuk mengethui adanya iritasi dan ulserasi
6. Untuk memastikan terapi diberikan secara benar 7. Untuk memastikan pemberian terapi diberikan secara tepat 8. Untuk mengetahui tanda dan gejala diare 9. Untuk mengetahui apa factor penyebab dari diare 10.
Untuk mengetahui efek
obat terhadap
-
Tidak terdapat diare (skala 5)
Fluid balance:
pasien, rute, frekuensi) 7.Monitoring tetesan dan tempat IV selama pemberian
- Nadi normal (skala Diarr hea managemenet: 5)
-
Intake dan output
8. Monitoring tanda dan gejala diare
pasien terhadap terapi. Hipotensi yang terjadi dini pada perjalanan penyakit dapat mengindikasikan hipoksia atau bakterimia. Antipiretik diberikan dengan
cairan seimbang
9. Ketahui penyebab diare
kewaspadaan, karena
dalam sehari(skala
10. Evaluasi mengenai pengobatan
antipiretik dapat
5)
terhadap efek gastrointestinal 11. Instruksikan keluarga untuk
mengakibatkan penurunan suhu dan dengan demikian
memantau warna, volume,
mengganggu evalusasi kurva
frekuensi dan konsistensi feses
suhu
12. Monitoring kulit dan perianal pasien untuk mengethui adanya iritasi dan ulserasi
intervensi
6. Untuk memastikan terapi diberikan secara benar 7. Untuk memastikan pemberian terapi diberikan secara tepat 8. Untuk mengetahui tanda dan gejala diare 9. Untuk mengetahui apa factor penyebab dari diare 10.
Untuk mengetahui efek
obat terhadap
gastrointestinal 11.
Untuk mengetahui
perubahan penyakit pasien 12.
Untuk mengetahui
adanya iritasi dan perlukaan pada kulit pasien Setelah dilakukan
NI C label :
regimen terapeutik
tindakan keperawatan
F amily I nvolvement Promotion
keluarga b.d. konflik
selama 4x 24 jam
1. Indentifikasi kemampuan
keputusan ditandai
diharapkan regimen
dengan
terapeutik keluarga
ketidakefektifan
efektif
aktifitas kluaraga untuk
NOC label :
memenuhi tujuan
F amily partici pation in
4. Ketidakefektifan
kesehatan
professtional care
1. untuk mengetahui seberapa
mengatakan mau
keterlibatan keluarga dalam
jauh tingkat pengetahuan
ikut berpartisipasi
perawatan pasien
keluarga klien
dalam penyediaan
2. Identifikasi harapan keluarga terhadap pasien 3. Ajak anggota keluarga dan pasien untuk ikut dalam
2. untuk mengetahui tingkat
keperawatan
kepedulian keluarga terhadap pasien 3. keterlibatan keluarga dalam
O : keluarga tampak mampu mengikuti
Partisipasi pada
perencanaan perawatan
perawatan akan menambah
dan mendukung
rencana perawatan
mencakup hasil yang
motifasi klien.
proses keperawatan
(skala 5)
diharapkan dan tindakan dari
Partisipasi pada
rencana keperawatann
penyediaan perawatan
S : keluarga
Evaluasi dari efektifitas dari
4. Identifikasi mekanisme koping yang digunakan oleh keluarga 5. berikan informasi krusial pada keluarga pasien tentang kondisi
4. mengetahui mekanisme
pasien
koping keluarga berkaitan dengan pemberian asuhan
A : Tujuan tercapai
keperawatan
sebagian
5. pemberian informasi yang benar kepada keluarga
P : Lanjutkan
gastrointestinal 11.
Untuk mengetahui
perubahan penyakit pasien 12.
Untuk mengetahui
adanya iritasi dan perlukaan pada kulit pasien Setelah dilakukan
NI C label :
regimen terapeutik
tindakan keperawatan
F amily I nvolvement Promotion
keluarga b.d. konflik
selama 4x 24 jam
1. Indentifikasi kemampuan
keputusan ditandai
diharapkan regimen
dengan
terapeutik keluarga
ketidakefektifan
efektif
aktifitas kluaraga untuk
NOC label :
memenuhi tujuan
F amily partici pation in
4. Ketidakefektifan
kesehatan
mengatakan mau
keterlibatan keluarga dalam
jauh tingkat pengetahuan
ikut berpartisipasi
perawatan pasien
keluarga klien
dalam penyediaan
terhadap pasien 3. Ajak anggota keluarga dan pasien untuk ikut dalam
2. untuk mengetahui tingkat
keperawatan
kepedulian keluarga terhadap pasien 3. keterlibatan keluarga dalam
O : keluarga tampak mampu mengikuti
Partisipasi pada
perencanaan perawatan
perawatan akan menambah
dan mendukung
rencana perawatan
mencakup hasil yang
motifasi klien.
proses keperawatan
(skala 5)
diharapkan dan tindakan dari
Partisipasi pada
rencana keperawatann
penyediaan
4. Identifikasi mekanisme koping yang digunakan oleh keluarga
perawatan
1. untuk mengetahui seberapa
2. Identifikasi harapan keluarga
professtional care
S : keluarga
Evaluasi dari
5. berikan informasi krusial pada
4. mengetahui mekanisme
pasien
koping keluarga berkaitan dengan pemberian asuhan
A : Tujuan tercapai
keperawatan
sebagian
5. pemberian informasi yang
efektifitas dari
keluarga pasien tentang kondisi
benar kepada keluarga
P : Lanjutkan
perawatan
pasien
bertujuan untuk mengurangi intervensi kecemasan keluarga terhadap pasien
Resiko keterlambatan
Child development : 2
NI C L abel :
perkembangan b.d nutrisi
month
Developmental Care
yang tidak adekuat, dan
- anak tersenyum
prematuritas
(skala 5)
dan mendukung dengan
terapeutik dan ssaling
- refleks menggenggam
keluarga
mendukung dengan keluarga yang semakin
Sediakan keluarga dengan
bertujuan untuk
membaik dan sesuai
- menampilkan
akurat, informasi yang actual
mempermudah perawat
dengan umur anak
ketertarikan dalam
berkenaan dengan kondisi,
dalam pemberian intervensi
rangsang suara (skala 5)
pengobatan dan kebutuhan anak.
(skala 5)
- menampilkan
1.
2.
1. teciptanya hubungan yang
2. agar keluarga mengetahui
O: terlihat perkembangan anak
A: tujuan tercapai
Iinformasikan keluarga tentang
apa saja yang perlu
ketertarikan dalam
pentingnya perkembangan dan
dilakukan untuk mendukung
P: pertahankan
rangsangan visual
persoalan anaknya
pemenuhan kebutuhan dan
kondisi pasien
Monitor stimulus (contohnya
kelancaran tumbuh kembang
- Berinteraksi dengan
cahaya, kegaduhan), lingkungan
anak
gembira terutama
anak dan kurani sebagaimana
dengan tenaga (skala 5)
mestinya
tentang pentingnya menjaga
Sediakan tempat duduk yang
perkembangan anak
(skala 5)
- Family functioning
3.
Ciptakan hubungan terapeutik
S: -
4.
5.
(kekuatan dari system
nyaman di area yang tenang
keluarga untuk
untuk menyusui
3. agar keluarga mengetahui
4.stimulus yang berlebihan akan dapat mengganggu
perawatan
pasien
bertujuan untuk mengurangi intervensi kecemasan keluarga terhadap pasien
Resiko keterlambatan
Child development : 2
NI C L abel :
perkembangan b.d nutrisi
month
Developmental Care
yang tidak adekuat, dan
- anak tersenyum
prematuritas
(skala 5)
dan mendukung dengan
terapeutik dan ssaling
- refleks menggenggam
keluarga
mendukung dengan keluarga yang semakin
Sediakan keluarga dengan
bertujuan untuk
membaik dan sesuai
- menampilkan
akurat, informasi yang actual
mempermudah perawat
dengan umur anak
ketertarikan dalam
berkenaan dengan kondisi,
dalam pemberian intervensi
rangsang suara (skala 5)
pengobatan dan kebutuhan anak.
(skala 5)
- menampilkan
1.
2.
1. teciptanya hubungan yang
2. agar keluarga mengetahui
O: terlihat perkembangan anak
A: tujuan tercapai
Iinformasikan keluarga tentang
apa saja yang perlu
ketertarikan dalam
pentingnya perkembangan dan
dilakukan untuk mendukung
P: pertahankan
rangsangan visual
persoalan anaknya
pemenuhan kebutuhan dan
kondisi pasien
Monitor stimulus (contohnya
kelancaran tumbuh kembang
- Berinteraksi dengan
cahaya, kegaduhan), lingkungan
anak
gembira terutama
anak dan kurani sebagaimana
dengan tenaga (skala 5)
mestinya
tentang pentingnya menjaga
Sediakan tempat duduk yang
perkembangan anak
(skala 5)
- Family functioning
3.
Ciptakan hubungan terapeutik
S: -
4.
5.
3. agar keluarga mengetahui
(kekuatan dari system
nyaman di area yang tenang
keluarga untuk
untuk menyusui
akan dapat mengganggu
Gunakan gerakan yang lambat,
perkembangan anak
mencapai kebutuhan
6.
anggota keluarga
lemah lembut ketika
selama transisi
menggendong, menyusui dan
perkembangan mental)
merawat anak
- Meregulasi kebiasaan
7.
anggota keluarga (skala 5)
8.
5.menyediakan tempat yang nyaman untuk ibu menyusui 6.Memberikan sentuhan yang
Pertimbangkan partisipasi
lembut untuk mnciptakan
keluarga dalam menyusui
kenyaman bagi anak
Dukung keinginan ibu untuk menyusui
9.
4.stimulus yang berlebihan
Sediakan stimulasi
7.Partisipasi keluarga penting dalam menyusui 8.Pemberian ASI sangan
menggunakan rekaman music
penting dalam pembentukan
instrumental dan lain-lainnya
anti body anak
sebagaimana mestinya
9.Meningkatkan stimulasi perkembangan si anak
mencapai kebutuhan
6.
Gunakan gerakan yang lambat,
anggota keluarga
lemah lembut ketika
selama transisi
menggendong, menyusui dan
perkembangan mental)
merawat anak
- Meregulasi kebiasaan
7.
anggota keluarga (skala 5)
8.
5.menyediakan tempat yang nyaman untuk ibu menyusui 6.Memberikan sentuhan yang
Pertimbangkan partisipasi
lembut untuk mnciptakan
keluarga dalam menyusui
kenyaman bagi anak
Dukung keinginan ibu untuk menyusui
9.
perkembangan anak
7.Partisipasi keluarga penting dalam menyusui
Sediakan stimulasi
8.Pemberian ASI sangan
menggunakan rekaman music
penting dalam pembentukan
instrumental dan lain-lainnya
anti body anak
sebagaimana mestinya
9.Meningkatkan stimulasi perkembangan si anak
DAFTAR PUSTAKA
Price, S. A 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit . Edisi 4 : Penerbit Buku Kedokteran EGC Smeltzer,Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &Suddarth volume 1.Jakarta:EGC Carpenito, Lynda Juall.1995. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.Jakarta : EGC Nanda. 2011. Diagnostik keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC Dochterman, Joanne McCloskey (NIC).Missouri : Mosby
et
al.2004. Nursing
Interventions
Classification
Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri : Mosby
DAFTAR PUSTAKA
Price, S. A 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit . Edisi 4 : Penerbit Buku Kedokteran EGC Smeltzer,Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &Suddarth volume 1.Jakarta:EGC Carpenito, Lynda Juall.1995. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.Jakarta : EGC Nanda. 2011. Diagnostik keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC Dochterman, Joanne McCloskey (NIC).Missouri : Mosby
et
al.2004. Nursing
Interventions
Classification
Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri : Mosby