LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN GINGIVITIS DEFINISI Gingivitis adalah suatu proses peradangan jaringan periodonsium yang terbatas pada gingiva dan bersifat re versibel. Inflamasi gingiva cenderung dimulai pada papilla interdental dan menyebar ke sekitar leher gigi. Gingivitis secara epidemiologis diderita oleh hampir semua populasi masyarakat di dunia. Lebih dari 80% anak usia muda dan semua populasi dewasa sudah pernah mengalami gingivitis. Faktor-faktor yang mempe ngaruhi prevalensi dan derajat keparahan gingivitis adalah umur, kebersihan mulut, pekerjaan, pendidikan, l etak geografis, polusi lingkungan, dan perawatan gigi. ETIOLOGI Gingivitis biasanya disebabkan oleh buruknya kebersihan mulut sehingga terbentuk plak atau karang gigi d i bagian gigi yang berbatasan dengan tepi gusi. Penyebab utama gingivitis adalah bakteri plak, plak dan ka rang gigi mengandung banyak bakteri yang akan menyebabkan infeksi pada gusi. Bila kebersihan mulut tid ak diperbaiki, gingivitis akan bertambah parah dan berkembang menjadi periodontitis. Gingivitis biasanya d isebabkan oleh buruknya kebersihan mulut sehingga terbentuk plak atau karang gigi di bagian gigi yang be rbatasan dengan tepi gusi. Plak dan karang gigi mengandung banyak bakteri yang akan menyebabkan infek si pada gusi. Bila kebersihan mulut tidak diperbaiki, gingivitis akan bertambah parah dan berkembang men jadi periodontitis. Gingivitis juga dapat disebabkan oleh penyakit sistemik. Contohnya pada pasien penderita leukemia dan pe nyakit Wegner yang cenderung lebih mudah terkena gingivitis. Pada orang dengan diabetes atau HIV, adan ya gangguan pada sistem imunitas (kekebalan tubuh) menyebabkan kurangnya kemampuan tubuh untuk me lawan infeksi bakteri pada gusi. Perubahan hormonal pada masa kehamilan, pubertas, dan pada terapi stero id juga menyebabkan gusi lebih rentan terhadap infeksi bakteri. Pemakaian obat-obatan pada pasien dengan tekanan darah tinggi dan paska transplantasi organ juga dapat menekan sistem imunitas sehingga infeksi p ada gusi lebih mudah terjadi. ANATOMI GINGGIVA Gingiva adalah bagian mukosa mulut yang mengelilingi gigi. Gingiva melekat pada gigi dan tulang alveola r. Pada permukaan vestibulum di kedua rahang, gingiva secara jelas dibatasi mukosa mulut yang lebih dap at bergerak oleh garis yang bergelombang disebut perlekatan mukogingiva. Garis demarkasi yang sama jug a ditemukan pada aspek lingual mandibular antara gingival dan mukosa mulut. Pada palatum, gingiva men yatu dengan palatum dan tidak ada perlekatan mukogingiva yang nyata Gingival, lebih dikenal dengan gusi adalah mukosa di dalam mulut yang menutupi tulang alveolar dan menyelimuti leher gigi. Secara anatomi terbagi atas: 1. Unattached gingival atau marginal gingival yang merupakan tepi akhir atau batas dari gingival yang me ngelilingi gigi seperti kerah baju. 2. Attached gingival yang melekat pada tulang alveolar gigi. 3. Interdental gingival yang mengisi daerah pertemuan 2 gigi yang bersebelahan, di bawah titik kontak pert emuan antara dua gigi tersebut. Di antara marginal gingival dan gigi terdapat ruang sempit di sekeliling gigi yang disebut sulcus gingival. Kedalaman dari sulcus gingival dibatasi oleh attached gingival yang berukuran normal rata-rata 1,8 mm.Ap abila kedalaman dari sulcus gingival melebihi batas normal maka sudah dikategorikan sebagai poket period ontal yang merupakan tanda klinis dari penyakit jaringan periodontal.
PATOFISIOLOGI Penyebab paling utama dari radang gusi adalah akumulasi plak. Akumulasi plak berkaitan dengan bakteri y ang jumlahnya meningkat. Hal ini terjadi karena sisa-sisa makanan yang tertinggal diantara sela-sela gigi at au di gusi. Jika dalam waktu 24 jam sisa makanan itu belum tersikat maka akan terbentuk plak. Hanya dal am beberapa hari plak yang tidak tersikat atau tidak terganggu sudah menimbulkan radang gusi tahap inisi al . Ada tiga tahap radang gusi yaitu tahap inisial (2-4 hari), tahap lesi dini (4-7 hari) dan tahap lesi mant ap (2-3 minggu). Pada tahap lesi mantap ini sudah terjadi kerusakan jaringan penyangga gigi. Selain plak sebagai faktor penyebab utama radang gusi, ada beberapa faktor penunjang yang memudahkan akumulasi plak seperti tersangkutnya makanan disela-sela gigi dan menimbulkan rasa sakit, gigi tiruan yan g tidak baik, sikat gigi yang tidak bersih, atau tambalan yang tidak sempurna. Sedangkan faktor fungsional yang berpengaruh terhadap gigi pada saat berfungsi dan menyebabkan radang gusi dapat berupa gigi yang tidak beraturan, gigi hilang tidak diganti, atau kebiasaan buruk mengunyah disaat tidur. Selain itu faktor r esiko yang menyebabkan radang gusi seperti umur, gender, ras, merokok, genetik, hormonal (masa puberta s atau hamil), kondisi penyakit sistemik (diabetes), pendidikan, obat-obatan, stress psikologis juga dapat be rpengaruh. MANIFESTASI KLINIS Radang gusi merupakan kelainan jaringan penyangga gigi yang paling sering terjadi dan hampir selalu dap at ditemukan pada semua bentuk penyakit gusi. Radang gusi yang menetap dapat berkembang dan menyeb abkan kerusakan jaringan penyangga gigi sehingga gigi menjadi goyang atau terlepas. Tanda-tanda dari gingivitis adalah : 1. adanya perdarahan pada ginggiva 2. terjadi perubahan warna pada ginggiva 3. perubahan tekstur permukaan ginggiva 4. perubahan posisi dari ginggiva 5. perubahan kontur dari ginggiva 6. adanya rasa nyeri Gejala-gejala gingivitis adalah 1) Gusi kemerahan 2) Gusi bengkak 3) Konsistensi gusi menjadi menjadi lebih lunak 4) Bentuk gusi agak membulat (unstippling) 5) Gusi mudah berdarah faktor lokal penyebab ginggivitis disebabkab oleh akumulasi plak. Bentuk penyakit gusi yang umum terjadi adalah ginggivitis kronis yang ditandai dengan pembengkakan gusi atau lepasnya epitel perlekatan. Ginggi vitis mengalami perubahan warna gusi mulai dari kemerahan sampai merah kebiruan sesuai dengan bertam bahnya proses peradangan yang terus menerus. Rasa sakit atau nyeri jarang dirasakan, rasa sakit yang mer upakan gejala pembeda antara ginggivitis akut dan ginggivitis kronis. KOMPLIKASI Sebagaimana penyakit lain pada umumnya sering kali apabila dibiarkan berlama-lama maka bisa menimbul kan penyakit baru. Begitu pula dengan radang gusi billa dibiarkan bisa mendatangkan masalah baru. Berik ut beberapa komplikasi karena masalah gingivitis.
a. Periodontitis Penyakit yang pertama adalah periodontitis. Periodontis adalah peradangan yang terjadi pada jaringan perio dontal karena dampak lanjut darimasalah gingivitis atau radang gusi yang tidak terawat. Periodontis dibagi jadi 2 menurut tempat terjadinya peradangan periodontitis o Periodontitis Marginalis Yang pertama adalah margialis adalah merupakan peradangan dari jaringan penyangga gigi yang mengenai gusi/gingiva sampai dengan periodontal ligament. o Periodontitis Apikalis Yaitu peradangan jaringan periodontal didaerah sekitar apeks gigi sebagai kelanjutan dari masalah peradang an pulpa yang menyeluruh atau karena disebakan trauma. b. Bau mulut Halitosis atau bau mulut adalah suatu keadaan mulut mengeluarkan bau busuk yang tidak enak atau sering disebut napas yang tidak sedap.Halitosis atau bau mulut dapat disebabkan oleh 2 faktor penyebab : o Faktor Fisiologis Faktor ini dikarenakan produksi air ludah yang kurang saat tidur.Makan dan minuman Sisa makanan dan minuman yang dicerna oleh kuman penyebab bau mulut. o Faktor Patologis Faktor kelainan rongga mulut seperti Radang gusi / gingivitis § Plak gigi § Oral hygiene buruk § Karies Apabila gingivitis dibiarkan maka bisa mengakibatkan bau mulut.Penyebab bau mulut/holitosis dan gigi ber lubang/karies sangat banyak sekali. Pada umumnya bau mulut/holitosis ini diakibatkan oleh faktor makanan terutama makanan yang memiliki bau atau aroma yang cukup tajam seperti sayur jengkol, kebiasaan mero kok, konsumsi bawang putih, sayur petai, dan buah durian. Holitosis terjadi bukan cuma karena makanan s aja tetapi juga karena faktor lainya yang berbahaya seperti munculnya plak yang mana plak adalah rumah para kuman untuk berkembang, adanya karang gigi akibat penimbunan plak, terjadinya gigi berlubang baik kecil maupun besar, terjadi infeksi pada gusi, mulut kering dan juga penyakit lain yang menyertainya misa lnya kencing manis/diabetesmilitus, gangguan fungsi pada organ ginjal , gangguan penyakit liver kronis da n sinusitis yang berdampak cukup fatal bagi kesehatan secara umum. Tidak hanya itu, halitosis/bau mulut j uga bisa dipengaruhi oleh gaya hidup yang kurang wajar seperti kebiasaan diet yang tak sehat atau pola m akan yang tidak teratur, kebiasaan minum minuman keras seperti alkohol dan juga sering merokok. Bau mulut (halitosis) berasal dari hidung dan mulut yang terdapat bau yang busuk. Pada kondisi bau ulut yang parah tidak cukup hanya dengan melakukan pembersihan biasa seperti melakukan sikat gigi dan juga flossing. Banyak orang yang pada pagi hari mulutnya bau tetapi ini bukanlah karena penyakit holitosis. Ma salha bau mulut tidak dibatasi oleh usia seseorang, suku/ras, seks, atau bahkan tingkat keadaan sosial ekon omi manusia. c. Pembentukan saku gigi Saku gusi adalah merupakan sulcus gingiva/gusi yang bertambah dalam bila dilihat secara patologik.
Tidak ada keluhan sakit bila ada saku gusi sedang terjadi, akan tetapi bila ada pembentukan saku maka 1 atau bahkan lebih dari beberapa gejala berikut akan tampak pada gusi :
§ Perasaan tertekan sehabis memakan makanan akan tetapi lama - kelamaan perasaan ini akan berkurang. § Bau busuk di dalam mulut pada bagian gigi geligi § Kecenderungan untuk mengisap – isap daerah antara gigi geligi. § Rasa nyeri atau ngilu yang luas pada daerah yang dalam tulang terutama pada musim hujan. § Sakit yang di sertai gatal seolah ada ulat dalam gigi kita. § Kinginan untuk menusuk gigi sampai keluar darah dan setelah darah keluar hati jadi lega. § bolus – bolus makanan yang melekat diantara dereetan gigi. § Persaan gigi seperti longgar. § Muncul kebiasaan mengunyah sebelah sisi saja baik kiri atau kanan saja. § Sensitife terhadap suhu panas dan dingin. § Rasa sakit pada bagian gigi tanpa ada gigi berlubang atau karies.(P.W.Siregar,1981:144) d. Gigi goyang § Radang gusi kalau dibiarkan,maka penyakit menjalar terus sepanjang akar gigi dan merusak serat-serat h alus yang mengikat akar gigi pada tulang lambat laun gigi menjadi bergoyang(Dep.Kes.R.I.,1990:19) Ada empat macam jenis derajat kegoyangan pada gigi : ü Derajat 1 : bila seorang penderita merasa terjadi kegoyangan pada gigi, akan tetapi operator tidak meliha t adanya kegoyangan ü Derajat 2 : gigi terasa seperti goyang dan memang terlihat goyang ü Derajat 3 : kegoyangan gigi pada arah horizontal oleh lidah ü Derajat 4 : kegoyangan gigi pada arah horizontal dan juga vertikal oleh lidah (Depkes. R.I., 1996) ü Gigi lepas (Avusi) Gigi lepas sebelum waktunya, karena sakit kalau dipakai untuk mengunyah makanan dan menggigit makan an sehingga fungsinya hilang (Depkes, R.I., 1994). PENGOBATAN Pengobatan utama pada gingivitis adalah dengan menghilangkan penyebabnya, yaitu dengan membersihkan karang gigi (scaling). Membersihkan karang gigi dapat dilakukan di praktik dokter gigi. Satu minggu pasca pembersihan karang gigi, dicek apakah kondisi sudah membaik atau belum. Jika kondisi gusi masih radan g atau belum membaik berkonsultasilah dengan dokter gigi. PENEGAKKAN DIAGNOSIS Untuk mendiagnosis radang gusi berdasarkan gejala pada saat pemeriksaan, penumpukan plak dan tartar pa da gigi dan gusi akan dilihat. Kemudian diperiksa juga apakah ada kemerahan, bengkak pada gusi dan mu dah terjadi pendarahan. Pemeriksaan jumlah plak dan kalkulus dapat dilakukan melalui berbagai macam m etode. Pemeriksaan plak dapat menggunakan plak indeks. Jaringan yang mengelilingi gigi dibagi menjadi 4
bagian, yaitu papilla distofasial, margin fasial, papilla mesiofasial, dan bagian lingual. Visualisasi plak dap at dilakukan dengan mengeringkan gigi dengan udara. Plak adalah bagian yang tidak memiliki stain Gingival index menyediakan penilaian status inflamasi gingiva yang digunakan dalam praktek untuk memb andingkan kesehatan gingiva sebelum dan setelah terapi fase I atau sebelum dan setelah operasi. Gingival i ndex juga untuk membandingkan status gingiva pada kunjungan rutin. PENATALAKSANAAN Untuk pencegahan radang gusi itu sebenarnya sangat mudah, cukup dengan menjaga kebersihan mulut kita. Karena penyebab utama radang gusi adalah plak, maka terapi keadaan tersebut diarahkan ke pembersihan plak serta mencegah pembentukkannya, disebut sebagai mengontrol plak adalah dengan prosedur mekanik t ermasuk penyikatan gigi, pemakaian benang gigi, dan tindakan pembersihan plak dan karang gigi. Kebersih an mulut yang buruk, caries serta adanya cavitas pada gigi akan menjadi predisposisi untuk terjadinya supe rinfeksi, nekrosis, rasa nyeri serta perdarahan pada gusi. Dengan sikat gigi yang lunak dan perlahan, anjura n kumur-kumur dengan antiseptic yang mengandung klorheksidin 0,2% untuk mengendalikan plak dan men cegah infeksi mulut. Pembersihan karang gigi supraginggiva dapat dilakukan bertahap.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN · Pengkajian Fisik Mengkaji bibir, gigi, mulkosa buccal, gusi, langit-langit, dan lidah klien. Perawat memeriksa semua daerah ini dengan hati-hati tentang warna, hidrasi, tekstur, luka, karies gigi, kehilangan gigi, dan halitosis (bau na pas yang menusuk). Klien yang tidak mengikuti praktik hygiene mulut yang teratur akan mengalami penur unan jaringan gusi, gusi yang meradang, gigi yang hitam (khususnya sepanjang margin gusi), karies gigi, d an halitosis. Rasa sakit yang dihalokalisasi adalah gejala umum dari penyakit gusi atau gangguan gigi terte ntu. Infeksi pada mulut melibatkan organisme seperti Treponema pallidum, Neissera gonorrhoeae, dan hominis virus herpes. Jika klien hendak memperoleh radiasi atau kemoterapi, sangat penting mengumpulkan data da sar mengenai keadaan rongga mulut klien. Hal ini berfungsi sebagai dasar untuk perawatan preventif bagi klien saat mereka melewati pengobatan. · Perubahan Perkembangan Sepanjang masa hidup seseorang, perubahan fisiologi mempengaruhi kondisi dan penampilan struktur dala m rongga mulut. Anak dapat terjadi karies gigi pada gigi susu karena pola makan atau kurangnya perawat an gigi. Gigi remaja adalah permanen dan memerlukan perhatian teratur untuk diet dan perwatan gigi serta mencegah masalah-masalah pada tahun-tahun berikutnya. Pada saat orang bertambah tua, praktik hygiene mulut berubah untuk mempengaruhi gigi dan mukos lebih lanjut. Usia yang berhubungan dengan perubahan di dalam mulut, dikombinasi dengan penyakit kronis, ketidakma mpuan fisik, dan medikasi yang diresepkan memiliki efek samping pada mulut, menyebabkan perawatan. E fek pada ketidakcukupan perawatan meliputi karies dan kehilangan gigi, penyakit periodontal, permulaan infeksi sistemik, dan efek jangka panjang pada harga diri, kemampuan unt uk makan, dan pemeliharaan hubungan. Pengkajian tingkat perkembangan klien membantu dalam menentuk an tipe masalah higienis yang diharapkan. · Pola Makan Pengkajian pola makan klien dilakukan untuk mendeteksi keberadaan iritasi local pada gusi atau struktur m ukosa. Bertanya pada klien jika ada masalah tertentu dalam mengunyah, kecocokan gigi palsu, atau menela n. Adanya bisul atau iritasi mengganggu pengunyahan dan menyebabkan klien menghindar untuk makan. Hal ini tidak umum pada klien lansia dengan gigi palsu yang kurang pas. · Pilihan dan Praktik Higienis Penting bahwa perawat mengkaji praktik higiene mulut klien untuk mengidentifikasi kesalahn dalam teknik , defisiensipada tipe-tipe praktik, dan tingkat pengetahuan klien tentang perawatan gigi. Pertanyaan yang m enolong sebagai berikut : Ø Frekuensi menggosok gigi. Ø Pasta gigi dan jenis bahan pembersih gigi yang digunakan. Ø Gigi palsu (kapan dan bagaimana cara membersihkannya).
Ø Penggunaan obat kumur atau sediaan gliserin-lemon. Ø Penggunaan flossing untuk gigi (seberapa sering). Ø Kunjungan terakhir ke dokter gigi dan hasilnya. Ø Seberapa sering ke dokter gigi. Ø Air yang diminum mengandung fluoride atau tidak. Ø Penutup gigi. · Faktor Risiko untuk Masalah Higiene Mulut Klien tertentu berisiko untuk masalah mulut karena kurang pengetahuan tentang hygiene oral, ketidakmamp uan melakukan perawatan mulut, atau perubahan integritas gigi dan mukosa akibat penyakit atau pengobata n. · Masalah Umum Mulut Hal ini membantu perawat untuk mengenal maslah umum pada mulut. Setiap masalah menunjukkan tanda dan gejala yang dikenal dan mempengaruhi tipe perawatan hygiene dan pengajaran yang diberikan. Dua tipe masalah besar adalah karies gigi (lubang) dan penyakit periodontal (pyorrhea). Karies gigi merup akan masalah mulut paling umum dari orang muda. Perkembangan lubang merupakan proses patologi yang melibatkan kerusakan email gigi pada akhirnya melalui kekurangan kalsium. Kekurangan kalsium adalah h asil dari akumulasi musin, karbohidrat, basilus asam laktat pada saliva yang secara normal ditemukan pada mulut, yang membentuk lapisan gigi yang disebut plak. Plak adalah transparan dan melekat pada gigi, khu susnya dekat dasar kepala gigi pada margin gusi. Plak mencegah dilusi asam normal dan netralisasi, yang mencegah disolusi bakteri pada rongga mulut. Asam akhirnya merusak gigi dan email, pada kasus yang be rat, merusak pulpa atau jaringan spon dalam gigi. Lubang pertama kali mulai sebagi diskolorasi pengapura n putih dari gigi. Selanjutnya dengan berkembangnya lubang, gigi menjadi kecoklatan atau kehitaman. Untuk orang yang berusia lebih dari 35 tahun, masalah yang paling umum adalah pyorrhea. Penyakit Perio dontal adalah penyakit jaringan sekitar gigi, seperti peradangan membrane periodontal atau ligament period ontal. Penambahan penyakit meliputi sebagai berikut: o Deposit kalkulus pada gigi di garis gusi. o Gingiva menjadi bengkak dan perih. o Peradangan menyebar, pembentukan celah atau kantong antara gusi dan gingival, gusi menyusu. o Tulang alveolar hancur, dan gigi lepas. Halitosis (bau napas) merupakan masalah umum rongga mulut akibat hygiene mulut yang buruk, pemasuka n makanan tertentu, atau proses infeksi atau penyakit. Hygiene mulut yang tepat dapat mengeliminasi bau kecuali penyebabnya adalah kondisi sistemik seprti penyakit liver atau diabetes. Keilosis, bibir pecah-pecah atau retak terutama pada sudut mulut karena defisiensi riboflavin, napas mulut, dan salivasi yang berlebihan. Pemberian minyak pada bibir mempertahankan kelembaman, dan salep anti-ja mur atau anti-bakteri memperkecil perkembangan mikroorganisme. Gejala penyakit periodontal meliputi gusi berdarah; bengkak, jaringan yang radang; garis gusi yang menyus ut, dengan pembentukan celah atau kantong antara gigi dan gusi, dan kehilangan gigi tiba-tiba. Jika peraw atan mulut yang tepat tidak dipelihara maka bakteri mati, disebut tartar yang mengumpul di sepanjang gari s gusi. Tartar menyerang gusi dan serat yang menempel pada gigi, akibatnya kehilangan gigi. Tindakan pr eventif yang paling baik adalah pembersihan dengan flossing dan gosok gigi yang teratur. · Masalah Mulut Lain
Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi, seperi tembakau; defisi ensi vitamin; infeksi oleh bakteri, virus, atau jamur; atau penggunaan obat kemoterapi. Glositis adalah pera dangan lidah karena infeksi atau cedera, seperti luka bakar atau gigitan. Gingivitis adalah peradangan gusi, biasanya karena hygiene mulut yang buruk atau terjadi tanda leukemia, defisiensi vitamin, atau diabetes diab etes m ellitus. Perawatan mulut khusus merupakan keharusan apabila klien memiliki maslah oral ini. Perubahan m ukosa mulut yang berhubungan dengan mudah mengarah kepada malnutrisi, yang merupakan perhatian uta ma bagi klien yang memiliki kanker. Malignansi mulut terlihat sebagai guumpalan atau bisul di dalam atau sekitar mulut, biasanya pada klien p erokok pipa atau tembakau kunyah. Tempat yang paling umum adalah dasar lidah. Pendeteksian awal adal ah vital untuk keberhasilan pengobatan. Luka apapun di mulut yang tidak sembuh harus dibawa ke dokter gigi. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN v Nyeri berhubungan dengan radang pada daerah gusi / gigi (gingivitis), kehilangan gigi. v Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) tubuh berhubungan dengan intake (asupan) yang tidak adekuat (cukup) akibat radang gigi / gusi (gingivitis), gigi palsu yang tidak pas. v Perubahan membrane mukosa mulut berhubungan dengan trauma oral, asupan cairan yang terbatas, trau ma B/D kemoterapi. v Deficit perawatan oral diri/oral berhubungan dengan perubahan kesadaran, kelemahan ekteremitas atas. v Gangguan gambaran diri berhubungan dengan halitosis, ketidakadaan gigi. v Kurang pengetahuan tentang hygiene oral berhubungan dengan kesalahpahaman praktik hygiene. v Risiko infeksi berhubungan dengan trauma mukosa oral. C. PERENCANAAN Menyusun rencana keperawatan untuk klien yang membutuhkan hygiene mulut termasuk mempertimbangka n pilihan, status emosional, sumber daya ekonomi, dan kemampuan fisik klien. Perawat harus membina hu bungan yang baik dengan klien untuk membantu praktik hygiene mulut. Beberapa klien sangat sensitive te ntang kondisi mulut mereka dan enggan memberikan orang lain merawat. Dalam banyak kasus, klien (sepe rti yang terkena diabetes dan kanker) juga tidak sadar bahwa mereka berisiko penyakit gigi dan periodonta l dan karenanya memerlukan pendidikan ekstensif. Klien yang mengalami perubahan mukosa mulut akan memerlukan perawatan jangka panjang. Hasil tidak dapat terlihat untuk beberapa hari atau minggu. Keluar ga dapat memainkan peran penting dalam pembelajaran bagaimana untuk memeriksa rongga mulut klien te rhadap perubahan dan memberikan hygiene. Tujuan klien yang membutuhkan hygiene mulut sebagai berikut: Ø Klien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik. Ø Klien mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar. Ø Klien akan mencapai merasa nyaman. Ø Klien akan memahami praktik hygiene mulut. Rencana tindakan hygiene mulut sebagai berikut: Diet, mengurangi asupan karbohidrat terutama yang manis di antara waktu makan; menimbulkan plak, me makan buah yng mengandung asam seperti apel dan sayuran berserat; mengurangi plak. Untuk wanita ham il, asupan kalsium sesuai rekomendasi, 4-6 gelas susu per hari. Gosok gigi, sedikitnya 4 kali sehari setiap selesai makan dan tidur.
Hygiene mulut khusus, diterapkan pada klien yang tidak sadar, klien berisiko stomatitis, diabetes, dan infe ksi mulut. Penggunaan fluoride, pemberian fluor pada air minum telah memainkan peranan yang dominan dalam men urunkan karies gigi. Fluoridasi berlebihan menyebabkan perubahan warna pada email gigi. Flossing untuk mengangkat plak dan tartar dengan efektif di antara gigi. Perawatan gigi palsu, harus dibersihkan seperti frekuensi gigi alami untuk mencegah infeksi gingival dan ir itasi.
D. EVALUASI Evaluasi secara umum menilai danya kemampuan untuk mempertahankan kebersihan gigi dan mulut serta kemapuan untuk mempertahankan status nutrisi. Hal ini ditanadai dengan keadaan mulut dan gigi yang ber sih, tidak ada tanda radang, dan intake yang adekuat.
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Gingivitis adalah suatu proses peradangan jaringan periodonsium yang terbatas pada gingiva dan bersifat re versibel. Inflamasi gingiva cenderung dimulai pada papilla interdental dan menyebar ke sekitar leher gigi. Gingivitis secara epidemiologis diderita oleh hampir semua populasi masyarakat di dunia. Lebih dari 80% anak usia muda dan semua populasi dewasa sudah pernah mengalami gingivitis. Faktor-faktor yang mempe ngaruhi prevalensi dan derajat keparahan gingivitis adalah umur, kebersihan mulut, pekerjaan, pendidikan, l etak geografis, polusi lingkungan, dan perawatan gigi. Selain plak sebagai faktor penyebab utama radang gusi, ada beberapa faktor penunjang yang memudahkan akumulasi plak seperti tersangkutnya makanan disela-sela gigi dan menimbulkan rasa sakit, gigi tiruan yan g tidak baik, sikat gigi yang tidak bersih, atau tambalan yang tidak sempurna. Sedangkan faktor fungsional yang berpengaruh terhadap gigi pada saat berfungsi dan menyebabkan radang gusi dapat berupa gigi yang tidak beraturan, gigi hilang tidak diganti, atau kebiasaan buruk mengunyah disaat tidur. Selain itu faktor r esiko yang menyebabkan radang gusi seperti umur, gender, ras, merokok, genetik, hormonal (masa puberta s atau hamil), kondisi penyakit sistemik (diabetes), pendidikan, obat-obatan, stress psikologis juga dapat be rpengaruh. Untuk pencegahan radang gusi itu sebenarnya sangat mudah, cukup dengan menjaga kebersihan mulut kita. Karena penyebab utama radang gusi adalah plak, maka terapi keadaan tersebut diarahkan kepembersihan p lak serta mencegah pembentukkannya, disebut sebagai mengontrol plak adalah dengan prosedur mekanik te rmasuk penyikatan gigi, pemakaian benang gigi, dan tindakan pembersihan plak dan karang gigi. Kebersiha n mulut yang buruk, caries serta adanya cavitas pada gigi akan menjadi predisposisi untuk terjadinya super infeksi, nekrosis, rasa nyeri serta perdarahan pada gusi. B. SARAN 1) Pemberian dental health education kepada masyarakat awam mengenai gingivitis 2) Pembahasan yang lebih mendetail lagi tentang kemungkinan komplikasi dari gingivitis