Tugas Kelolaan Individu Keperawatan Kegawatdaruratan
LAPORAN PENDAHULUAN COMMUNITY AQCUIRED PNEUMANIA DI IGD ANAK RSUP WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
Oleh : ALIA RIZQI MAUIDHOH, S.Kep 16.04.003
CI LAHAN
(
CI INSTITUSI
)
(
PROGRAM STUDI PROFESI NERS YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR 2017
)
BAB I KONSEP MEDIS
1. DEFINISI Community acquired pneumonia (CAP) adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan bawah dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak napas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substans asing, berupa radang paru-paru yang disertai dengan eksudasi dan konsolidasi (Nurarif, 2013) Definisi CAP berdasarkan IDSA adalah infeksi akut dari parenkim paru dengan gejala-gejala infeksi akut, ditambah dengan adanya infiltrat pada pemeriksaan radiografi atau suara paru abnormal pada pemeriksaan auskultasi pada pasien yang tidak sedang dalam perawatan rumah sakit ataupun panti perawatan dalam kurun waktu 14 hari sebelum timbulnya gejala. Kebanyakan pasien memiliki gejala yang tidak spesifik seperti fatigue, sakit kepala, mialgia, dan anorexia. Gejala dari pneumonia dapat meliputi demam atau hipotermi, kekakuan otot-otot, dispneu, nyeri dada, batuk yang baru terjadi dengan atau tidak adanya produksi sputum atau perubahan warna sekret pada pasien dengan batuk kronik (Widasari. 2016).
2. ETIOLOGI a. Usia merupakan predictor yang baik untuk memperkirakan kemungkinan organism berkembang. b. Pada neonatus <3 minggu, pneumonia biasanya disebabkan oleh infeksi yang diderita ibu. c. Bagi bayi yang lebih muda, pertimbangkan infeksi Chlamydia trachomatis : afebril, nontoksik, batuk kerin, eosinofilia perifer
d. Pada anak usia >5 tahun dan remaja, streptococcus pneumonia merupakan penyebab yang paling sering, diikuti oleh mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonias. e. Bakteri penyebab lainnya, khususnya pada bayi dan balita yang sakit, meliputi staphylococcus aureus, streptococcus pyogenes, haemophilus influenza, dan moraxella catarhallis (Lalani, 2013).
3. PATOFISIOLOGI Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan oklusi parsial bronki atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial. Sindrom Pneumonia Atipikal. Pneumonia yang berkaitan dengan mikoplasma,
fungus,
klamidia,
demam-Q,
penyakit
Legionnaires’.
Pneumocystis carinii, dan virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia atipikal. Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang paling umum. Mikoplasma adalah organisme kecil yang dikelilingi oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel. Organisme ini tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia mikoplasma paling sering
terjadi pada anak-anak yang sudah besar dan dewasa muda. Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang terinfeksi, melalui kontak dari individu ke individu. Pasien dapat diperiksa terhadap antibodi mikoplasma. Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar. Pneumonia ini menyebar ke seluruh saluran pernapasan, termasuk bronkiolus. Secara umum, pneumonia ini mempunyai ciri-ciri bronkopneumonia. Sakit telinga dan miringitis bulous merupakan hal yang umum terjadi. Pneumonia atipikal dapat menimbulkan masalah-masalah yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi seperti yang diuraikan dalam pneumonia bacterial (Lalani, 2013).
4. MANIFESTASI KLINIS a. Demam, kesulitan bernapas, takipnea, batuk, napas cuping hidung, retraksi, crackle, penurunan bunyi napas. b. Dapat disertai pula dengan letargi, nafsu makan yang buruk, atau nyeri lokal pada dada atau abdomen c. Demam, takipnea, atau retraksi interkostal lebih terpercaya untuk menegakkan diagnosis pneumonia pada anak dibandingkan auskultasi. d. Takipnea (frekuensi napas >50x/menit) merupakan indicator paling sensitive untuk pneumonia pada anak e. Mangi dan hiperinflasi mengindikasikan bahwa penyakit disebabkan oleh virus pada anak yang berusia lebih muda, dan mycoplasma pada anak yang lebih tua. f.
Pada anak yang lebih tua, riwayat kesulitan bernapas lebih membantu menegakkan pneumonia daripada retraksi.
g. Anak yang lebih tua dapat menunjukkan tanda-tanda klasik seperti perkusi redup, crackle, bunyi napas bronchial, peningkatan taktil fremitus (Lalani, 2013).
5. KOMPLIKASI a. Efusi pleura b. Komplikasi sistemik c. Hipoksemia d. Bronkiektasis e. Pleuritis f.
Atelektasis
g. Abses paru h. Empiema i.
Pericarditis
j.
Arthritis
k. Meningitis l.
Endokarditis (Suyono, 2001)
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Peningkatan leukosit disertai dengan pergeseran ke kiri menandakan infeksi bakteri b. Kultur darah direkomendasikan pada semua pasien rawat inap c. Kultur darah hanya positif pada 10-30% kasus d. Aspirat nasofaring (nasopharyngeal aspirate, NPA) untuk deteksi antigen virus. e. Remaja dan beberapa anak usia lebih tua mungkin dapat mengeluarkan dahak untuk pemeriksaan pewarnaan Gram
f.
Foto thorax : infiltrasi lobar atau bundar sering dijumpai pada anak yang lebih muda akibat banyaknya infeksi pneumokokus. Infiltrate di interstitial lebih sering dijumpai pada infeksi virus daripada infeksi mikoplasma (Lalani, 2013).
7. PENATALAKSANAAN a. Penicillin 50.000 u/kgBB/hari + kloramfenikol 50-70 mg/kgBB atau ampicillin terus sampai bebas demam 4-5 hari b. Pemberian oksigen c. Pemberian cairan intravena
glukosa
5% dan NaCl 0,9% 3:1 + KCl 10
meq/500 ml/ botol infuse. Jadi karena sebagian besar jatuh dalam asidosis metabolic akibat kurang makan dan hipoksia (Wijaya. 2013).
BAB II KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN Pengkajian primer A : Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen, perkusi: pekak di atas area yang konsolidasi, bunyi napas: menurun atau tak ada di atas area yang terlibat, atau napas bronkial, B : takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal. C : Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat, Letargi D : Kelemahan, kelelahan, insomnia., compos mentis hingga apatis E : mual/muntah, demam (mis: 38,5 - 39,6oC), berkeringat, menggigil berulang.
Pengkajian sekunder a. Aktivitas/istirahat Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia. Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas b. Sirkulasi Gejala : Riwayat adanya/GJK kronis. Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat. c. Integritas ego Gejala : Banyaknya stresor, masalah finansial. d. Makanan/cairan Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat diabetes melitus. Tanda : Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi).
e. Neurosensori Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influenza). Tanda : Perubahan mental (bingung, somnolen). f. Nyeri/keamanan Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk; nyeri dada substernal (influenza), mialgia, artralgia. Tanda : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan). g. Pernapasan Gejala : Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal. Tanda: Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen, perkusi: pekak di atas area yang konsolidasi, fremitus: taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi, gesekan friksi pleural, bunyi napas: menurun atau tak ada di atas area yang terlibat, atau napas bronkial, warna: pucat atau sianosis bibir/kuku. h. Keamanan Gejala : Riwayat gangguan sistem imun, mis: SLE, AIDS, penggunaan steroid atau kemoterapi, institusionalisasi, ketidakmampuan umum, demam (mis: 38,5 - 39,6oC). Tanda: Berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d peningkatan produksi sputum. b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
c. Intoleransi aktivitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia
3. INTERVENSI KEPERAWATAN DIAGNOSA
TUJUAN/KRITERIA
INTERVENSI
KEPERAWATAN
HASIL
KEPERAWATAN
Domain
:
11 Setelah dilakukan tindakan 3140 manajemen jalan napas
(keamanan/penjagaan) keperawatan Status respirasi Kelas
:
2
(cedera
:
kepatenan
30
menit,
selama
Kode : 00031
dengan kriteria hasil :
Diagnosa
0410
status
status oksigenasi b. Auskultasi suara napas c. Posisikan
respirasi
efektif
a. 041004
b/d
akumulasi sekret
dalam
d. Ajarkan atau
50 x/menit)
untuk
b. 041015 sesak saat
c. 041020
batuk
lakukan
efektif suction
mengurangi
mucus. e. Berikan terapi oksigen
Akumulasi
sputum ringan
yang
ventilasi.
kisaran normal (40-
beristirahat, ringan.
pada
memaksimalkan
Frekuensi
pernapasan
pasien
posisi
:
: kepatenan jalan napas
bersihan jalan napas tidak
x
napas
fisik)
keperawatan
1
jalan
a. Pantau pernapasan dan
sesuai kebutuhan f.
Berikan
mukolitik
/
aerosol, sesuai indikasi.
Domain : 4 (aktivitas Setelah dilakukan tindakan 4120 manajemen cairan /istirahat) Kelas
:
keperawatan 4
kardiovaskuler pulmonary)
(respon
Status
sirkulasi, selama 1 x 45
/ menit, dengan kriteria hasil :
a. Pantau status hidrasi b. Pantau tanda-tanda vital c. Berikan terapi IV d. Berikan cairan melalui
Kode : 00204 Diagnosis
a. 040103
keperawatan
:
ketidakefektifan perfusi
oral atau sesuai dengan
0401 status sirkulasi
Tekanan
nadi normal b. 040151
jaringan
refill
perifer
4130 pemantauan cairan capillary
time
a. Pantau jumlah dan tipe
dalam
batas normal c. 040154
insruksi ahli gizi
cairan yang masuk b. Kaji berat badan
tidak
ada
pucat Domain : 3 (eliminasi Setelah dilakukan tindakan 1910 manajemen asam basa dan pertukaran)
keperawatan Status respirasi
Kelas
: pertukaran gas, selama 1 x
:
4
(fungsi
respirasi)
30 menit, dengan kriteria
Kode : 00030
hasil :
Diagnosa
0402
keperawatan
kepatenan
jalan napas b. Posisikan
pada
posisi
ventilasi yang adekuat status
respirasi
:
c. Pantau pH arteri, PaCO2,
: pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas
a. Utamakan
a. 040210
dan pH
arteri
menentukan
dalam batas normal (7,35 – 7,45) b. 040211
untuk jenis
ketidakseimbangan d. Berikan oksigen terapi
saturasi
oksigen dalam batas normal (95-100%) c. 040204 dispnea saat istirahat tidak ada d. 040205
HCO3,
tidak
ada
kelemahan
e. Pantau intake dan output f.
Pantau
status
hemodinamik g. Kolaborasi
pemberian
medikasi pada gangguan pH arteri, PaCO2, dan HCO3
Domain : 4 (aktivitas Setelah dilakukan tindakan 0180 Manajemen energy /istirahat) Kelas
:
keperawatan 4
Status
(repon kardiopulmonal, selama 1 x
a. Tentukan
pembatasan
aktivitas fisik pada klien
kardiopulmonal)
30 menit, dengan kriteria
Kode : 00092
hasil :
Diagnosa
0414
keperawatan Intoleransi b/d pertukaran sekunder pneumonia
yang status
: kardiopulmonal aktivitas
a. 041401
tekanan
darah sistolik dalam
gas
batas normal (120100 mmHg) b. 041402 darah
nutrisi sevagai
sumber energi respon
terapi
oksigen klien d. Batasi
jumlah
pengunjung 4310 Terapi aktivitas
tekanan diastolic
dalam batas normal (80-60 mmHg) c. 041406 pucat tidak ada
intake
adekuat
c. Monitor
kerusakan
terhadap
b. Monitor
a. Bantu
klien
melakukan
dalam aktivitas
secara teratur b. Pantau hasil EKG klien saat istirahat.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E. (1993). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.Jakarta: EGC. Suyono, Slamet. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI : Jakarta Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC NOC. Yogyakarta : MediAction Lalani & Schneeweiss. 2011. Kegawatdaruratan Pediatri. Jakarta : EGC Wijaya & Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta : Nuha Medika. NANDA NIC NOC. 2015-2017