LAPORAN PENDAHULUAN COMMUNITY AQCUIRED PNEUMANIA
A. KONSEP MEDIS 1. DEFINISI Community acquired pneumonia pneumonia (CAP) adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan bawah dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak napas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substans asing, berupa radang paru-paru yang disertai dengan eksudasi dan konsolidasi (Nurarif, 2013) Definisi CAP berdasarkan IDSA adalah infeksi akut dari parenkim paru dengan gejala-gejala infeksi akut, ditambah dengan adanya adan ya infiltrat pada pemeriksaan radiografi atau suara paru abnormal pada pemeriksaan auskultasi pada pasien yang tidak sedang dalam perawatan rumah sakit ataupun panti perawatan dalam kurun waktu 14 hari sebelum timbulnya gejala. Kebanyakan K ebanyakan pasien memiliki gejala yang tidak spesifik seperti fatigue, fatigue, sakit kepala, mialgia, dan anorexia. Gejala dari pneumonia dapat meliputi demam atau hipotermi, kekakuan otot-otot, dispneu, nyeri dada, batuk yang baru terjadi dengan atau tidak adanya produksi sputum atau perubahan warna sekret pada pasien dengan batuk kronik (Widasari. 2016).
2. ETIOLOGI a. Usia merupakan predictor yang baik untuk memperkirakan kemungkinan organism berkembang. b. Pada neonatus <3 minggu, pneumonia biasanya disebabkan oleh infeksi yang diderita ibu. c. Bagi bayi yang lebih muda, pertimbangkan infeksi Chlamydia trachomatis : afebril, nontoksik, batuk kerin, eosinofilia perifer
d. Pada anak usia >5 tahun dan remaja, streptococcus pneumonia merupakan penyebab yang paling sering, diikuti oleh mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonias. e. Bakteri penyebab lainnya, khususnya pada bayi dan balita yang sakit, meliputi staphylococcus aureus, streptococcus pyogenes, haemophilus influenza, dan moraxella catarhallis (Lalani, 2013).
3. PATOFISIOLOGI Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan oklusi parsial bronki atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial. Sindrom Pneumonia Atipikal. Pneumonia yang berkaitan dengan mikoplasma,
fungus,
klamidia,
demam-Q,
penyakit
Legionnaires’.
Pneumocystis carinii, dan virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia atipikal. Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang paling umum. Mikoplasma adalah organisme kecil yang dikelilingi oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel. Organisme ini tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia mikoplasma paling sering
terjadi pada anak-anak yang sudah besar dan dewasa muda. Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang terinfeksi, melalui kontak dari individu ke individu. Pasien dapat diperiksa terhadap antibodi mikoplasma. Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar. Pneumonia ini menyebar ke seluruh saluran pernapasan, termasuk bronkiolus. Secara umum, pneumonia ini mempunyai ciri-ciri bronkopneumonia. Sakit telinga dan miringitis bulous merupakan hal yang umum terjadi. Pneumonia atipikal dapat menimbulkan masalah-masalah yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi seperti yang diuraikan dalam pneumonia bacterial (Lalani, 2013).
4. MANIFESTASI KLINIS a. Demam, kesulitan bernapas, takipnea, batuk, napas cuping hidung, retraksi, crackle, penurunan bunyi napas. b. Dapat disertai pula dengan letargi, nafsu makan yang buruk, atau nyeri lokal pada dada atau abdomen c. Demam, takipnea, atau retraksi interkostal lebih terpercaya untuk menegakkan diagnosis pneumonia pada anak dibandingkan auskultasi. d. Takipnea (frekuensi napas >50x/menit) merupakan indicator paling sensitive untuk pneumonia pada anak e. Mangi dan hiperinflasi mengindikasikan bahwa penyakit disebabkan oleh virus pada anak yang berusia lebih muda, dan mycoplasma pada anak yang lebih tua. f.
Pada anak yang lebih tua, riwayat kesulitan bernapas lebih membantu menegakkan pneumonia daripada retraksi.
g. Anak yang lebih tua dapat menunjukkan tanda-tanda klasik seperti perkusi redup, crackle, bunyi napas bronchial, peningkatan taktil fremitus (Lalani, 2013).
5. KOMPLIKASI a. Efusi pleura b. Komplikasi sistemik c. Hipoksemia d. Bronkiektasis e. Pleuritis f.
Atelektasis
g. Abses paru h. Empiema i.
Pericarditis
j.
Arthritis
k. Meningitis l.
Endokarditis (Suyono, 2001)
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Peningkatan leukosit disertai dengan pergeseran ke kiri menandakan infeksi bakteri b. Kultur darah direkomendasikan pada semua pasien rawat inap c. Kultur darah hanya positif pada 10-30% kasus d. Aspirat nasofaring (nasopharyngeal aspirate, NPA) untuk deteksi antigen virus. e. Remaja dan beberapa anak usia lebih tua mungkin dapat mengeluarkan dahak untuk pemeriksaan pewarnaan Gram
f.
Foto thorax : infiltrasi lobar atau bundar sering dijumpai pada anak yang lebih muda akibat banyaknya infeksi pneumokokus. Infiltrate di interstitial lebih sering dijumpai pada infeksi virus daripada infeksi mikoplasma (Lalani, 2013).
7. PENATALAKSANAAN a. Penicillin 50.000 u/kgBB/hari + kloramfenikol 50-70 mg/kgBB atau ampicillin terus sampai bebas demam 4-5 hari b. Pemberian oksigen c. Pemberian cairan intravena
glukosa
5% dan NaCl 0,9% 3:1 + KCl 10
meq/500 ml/ botol infuse. Jadi karena sebagian besar jatuh dalam asidosis metabolic akibat kurang makan dan hipoksia (Wijaya. 2013).
B. KONSEP KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN Pengkajian primer A : Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen, perkusi: pekak di atas area yang konsolidasi, bunyi napas: menurun atau tak ada di atas area yang terlibat, atau napas bronkial, B : takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal. C : Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat, Letargi D : Kelemahan, kelelahan, insomnia., compos mentis hingga apatis E : mual/muntah, demam (mis: 38,5 - 39,6oC), berkeringat, menggigil berulang.
Pengkajian sekunder a. Aktivitas/istirahat Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia. Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas b. Sirkulasi Gejala : Riwayat adanya/GJK kronis. Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat. c. Integritas ego Gejala : Banyaknya stresor, masalah finansial. d. Makanan/cairan Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat diabetes melitus. Tanda : Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi). e. Neurosensori Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influenza). Tanda : Perubahan mental (bingung, somnolen). f. Nyeri/keamanan Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk; nyeri dada substernal (influenza), mialgia, artralgia. Tanda : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan). g. Pernapasan Gejala : Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal. Tanda: Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen, perkusi: pekak di atas area yang konsolidasi, fremitus: taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi, gesekan friksi pleural, bunyi napas: menurun atau tak
ada di atas area yang terlibat, atau napas bronkial, warna: pucat atau sianosis bibir/kuku. h. Keamanan Gejala : Riwayat gangguan sistem imun, mis: SLE, AIDS, penggunaan steroid atau kemoterapi, institusionalisasi, ketidakmampuan umum, demam (mis: 38,5 - 39,6oC). Tanda: Berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d peningkatan produksi sputum. b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer c. Gangguan pertukaran gas d. Intoleransi aktivitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia
3. INTERVENSI KEPERAWATAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN/KRITERIA HASIL
INTERVENSI KEPERAWATAN
tindakan 3140 manajemen jalan napas
Bersihan jalan napas tidak efektif
Setelah
dilakukan
b/d peningkatan produksi sputum
keperawatan selama 1x30 menit,
Domain : 11 (keamanan/penjagaan)
pasien akan menunjukkan status
Kelas : 2 (cedera fisik)
pernapasan
Kode : 00031
hasil:
dengan
kriteria
1. Pantau
pernapasan
dan
status
oksigenasi 2. Auskultasi suara napas 3. Posisikan pasien pada posisi yang
0415
status
pernapasan
:
kepatenan jalan napas 041004
4. Ajarkan batuk efektif atau lakukan
Frekuensi
pernapasan ringan dalam
041015
sesak
saat
beristirahat, ringan.
041020
suction untuk mengurangi mucus. 5. Berikan
terapi
oksigen
6. Berikan mukolitik / aerosol, sesuai indikasi.
Akumulasi
sputum ringan ketidakefektifan perfusi jaringan
Setelah
tindakan
4120 manajemen cairan
perifer
keperawatan selama 1 x 45
1. Pantau status hidrasi
Domain : 4 (aktivitas /istirahat)
menit, pasien akan menunjukkan
2. Pantau tanda-tanda vital
dilakukan
sesuai
kebutuhan
kisaran normal
memaksimalkan ventilasi.
Kelas : 4 (respon kardiovaskuler /
Status sirkulasi dengan kriteria
3. Berikan terapi IV
pulmonary)
hasil :
4. Berikan cairan melalui oral atau
Kode : 00204
0401 status si rkulasi 040103
sesuai dengan insruksi ahli gizi
Tekanan
nadi
1. Pantau jumlah dan tipe cairan yang
normal 040151
capillary
refill
040154 tidak ada pucat
Domain
:
3
(eliminasi
Setelah dan
masuk 2. Kaji berat badan
time dalam batas normal
Gangguan pertukaran gas
4130 pemantauan cairan
dilakukan
tindakan
1910 manajemen asam basa
keperawatan selama 1 x 30
1. Utamakan kepatenan jalan napas
pertukaran)
menit, pasien akan menunjukkan
2. Posisikan pada posisi ventilasi yang
Kelas : 4 (fungsi respirasi)
Status respirasi : pertukaran gas,
Kode : 00030
dengan kriteria hasil :
0402
status
respirasi
3. Pantau pH arteri, PaCO2, dan HCO3,
:
pertukaran gas
adekuat
untuk
menentukan
jenis
ketidakseimbangan
040210 pH arteri dalam
4. Berikan oksigen terapi
batas normal (7,35 –
5. Pantau intake dan output
7,45)
6. Pantau status hemodinamik
040211 saturasi oksigen
7. Kolaborasi
pemberian
medikasi
dalam batas normal (95-
pada gangguan pH arteri, PaCO2, dan
100%)
HCO3
040204
dispnea
saat
istirahat tidak ada a. 040205
tidak
ada
kelemahan Intoleransi aktivitas b/d kerusakan
Setelah
pertukaran gas sekunder terhadap
keperawatan
pneumonia
kardiopulmonal, selama 1 x 30
Domain : 4 (aktivitas /istirahat)
menit, dengan kriteria hasil :
Kelas : 4 (repon kardiopulmonal)
0414 status kardiopulmonal
Kode : 00092
dilakukan
tindakan Status
pada klien 2. Monitor intake nutrisi yang adekuat sevagai sumber energi
tekanan
darah
3. Monitor respon terapi oksigen klien
sistolik
dalam
batas
4. Batasi jumlah pengunjung
041402 diastolic
tekanan
darah
dalam
batas
normal (80-60 mmHg)
1. Tentukan pembatasan aktivitas fisik
041401
normal (120-100 mmHg)
0180 Manajemen energy
041406 pucat tidak ada
4310 Terapi aktivitas 1. Bantu
klien
dalam
melakukan
aktivitas secara teratur 2. Pantau istirahat.
hasil
EKG
klien
saat
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E. (1993). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.Jakarta: EGC. Suyono, Slamet. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI : Jakarta Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC NOC. Yogyakarta : MediAction Lalani & Schneeweiss. 2011. Kegawatdaruratan Pediatri. Jakarta : EGC Wijaya & Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta : Nuha Medika. NANDA NIC NOC. 2015-2017