LOMBA KARYA TULIS ILMIAH USU MENULIS 2017 PEMANFAATAN PEMANFAATAN LIMBAH BATANG PISANG MENJADI BIOETANOL SEBAGAI ENERGI TERBARUKAN MENGGUNAKAN HIDROLISIS ASAM DENGAN ENERGI GELOMBANG
Disusun oleh : MUHAMMAD NAUFAL AZZZAM
150405067/2015 150405067/2015
FIRA AYU HASMITA
150405013/2015 150405013/2015
FIRMANDA YUDHA NASUTION
170405151/2017 170405151/2017
FAKULTAS TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul
: Pemanfaatan Limbah Batang Pisang Menjadi Bioetanol Sebagai Energi Terbarukan Menggunakan Hidrolisis Asam dengan Energi Gelombang
2. Subtema
: Energi
3. Nama ketua kelompok a. Nama lengkap
: Muhammad Naufal Azzam
b. Nim
: 150405067
c. jurusan/fakultas
: Teknik Kimia
d. Perguruan Tinggi
: Universitas Sumatra Utara
e. Alamat Rumah
: Jalan Setia Budi Gang Selamat Nomor 11
f. No.HP
: 082261257534 082261257534
g. Alamat e-mail
:
[email protected]
4. Dosen Pendamping a. Nama lengkap
: Maya Sarah, S.T., M.T., PhD
b. NIP
: 197005012000122001 197005012000122001
c. Alamat Rumah
: Jl. Kpt. M. Jamil Lubis No. 52A Medan
d. No.HP
: 08126061817 08126061817 Medan, 28 November 2017 Mengetahui,
Dosen Pendamping
Ketua Kelompok
(Maya Sarah, S.T., M.T., PhD) NIP. 197005012000122001 197005012000122001
(Muhammad Naufal Azzam) NIM. 150405067 150405067 Disetujui Ketua Jurusan
(Maya Sarah, S.T., M.T., PhD) NIP. 197005012000122001 197005012000122001
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul
: Pemanfaatan Limbah Batang Pisang Menjadi Bioetanol Sebagai Energi Terbarukan Menggunakan Hidrolisis Asam dengan Energi Gelombang
2. Subtema
: Energi
3. Nama ketua kelompok a. Nama lengkap
: Muhammad Naufal Azzam
b. Nim
: 150405067
c. jurusan/fakultas
: Teknik Kimia
d. Perguruan Tinggi
: Universitas Sumatra Utara
e. Alamat Rumah
: Jalan Setia Budi Gang Selamat Nomor 11
f. No.HP
: 082261257534 082261257534
g. Alamat e-mail
:
[email protected]
4. Dosen Pendamping a. Nama lengkap
: Maya Sarah, S.T., M.T., PhD
b. NIP
: 197005012000122001 197005012000122001
c. Alamat Rumah
: Jl. Kpt. M. Jamil Lubis No. 52A Medan
d. No.HP
: 08126061817 08126061817 Medan, 28 November 2017 Mengetahui,
Dosen Pendamping
Ketua Kelompok
(Maya Sarah, S.T., M.T., PhD) NIP. 197005012000122001 197005012000122001
(Muhammad Naufal Azzam) NIM. 150405067 150405067 Disetujui Ketua Jurusan
(Maya Sarah, S.T., M.T., PhD) NIP. 197005012000122001 197005012000122001
PEMANFAATAN PEMANFAATAN LIMBAH BATANG PISANG MENJADI BIOETANOL SEBAGAI ENERGI TERBARUKAN MENGGUNAKAN HIDROLISIS ASAM DENGAN ENERGI GELOMBANG
Muhammad Naufal Azzam, Fira Ayu Hasmita, Firmanda Yudha Nasution Universitas Sumatera Utara ABSTRAK
Bioetanol merupakan salah satu jenis bahan bakar nabati cair dari tumbuhan atau biomassa seperti batang pisang. Batang pisang memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi tinggi sebesar 60-65 %, sehingga berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan bahan baku pembuatan bioetanol. Sejauh ini pemanfaatan batang pisang sangat minim dan umumnya hanya digunakan sebagai bahan pembuatan tali. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi potensi batang pisang sebagai sumber bahan bakar alternatif sekaligus menyelesaikan permasalahan pengelolaan limbah pertanian. Pembuatan bioetanol dilakukan dalam tiga tahapan yaitu proses delignifikasi menggunakan NaOH, proses hidrolisis selulosa pelepah batang pisang menjadi glukosa menggunakan asam encer (H 2SO4 0,5 %) pada suhu 130 oC dan 160 oC dan fermentasi glukosa menjadi biotenal dengan bantuan yeast Saccharomyces cereviciae cereviciae menjadi bioetanol. Proses hidrolisis berlangsung dalam reaktor yang yang dilengkapi dengan suatu magnetron untuk menghasilkan gelombang mikro yang dibutuhkan untuk menghasilkan panas dalam proses hidrolisis. Proses hidrolisis dengan gelombang mikro ini memiliki beberapa keunggulan antara lain dapat berlangsung dalam waktu singkat dan suhu hidrolisis yang jauh lebih rendah dibandingkan proses konvensional. Hidrolisis asam dengan energi gelombang mikro dapat memecah selulosa hanya dalam waktu beberapa menit, sehingga dinilai lebih efisein. Glukosa yang diperoleh dari proses hidrolisis kemudian diuji kadarnya menggunakan spektrofotometer UV/VIS dengan panjang gelombang 540 nm. Bioetanol yang yang dihasilkan pada proses fermentasi didistilasi sehingga memiliki pemutihan yang tinggi. Bioetanol hasil distilasi diuji kadarnya dan sifatsifat propertiesnya seperti densitas dan viskositas. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan sifat properties dari etanol untuk melihat kemungkinan pengembangan menjadi bioetanol.
Kata kunci : bioetanol , delignifikasi, glukosa, saccharomyces cereviciae, selulosa
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini ialah untuk mengikuti perlombaan LKTIN USU MENULIS 2017 yang diselenggarakan oleh PEMA USU. Keberhasilan dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, juga tidak lepas dari perhatian dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, kami dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orang tua kami yang telah memberikan bantuan baik material maupun spritual. 2. Dosen Pembimbing kami : Maya Sarah S.T, M.T., PhD 3. Asisten-asisten Laboratorium Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara, terutama asisten yang menangani kami, Fikri Naufal Anwari. 4. Rekan mahasiswa seangkatan, yang membantu kami untuk bertukar pikiran dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, baik karena keterbatasan ilmu dan juga pengalaman. Oleh karena itu, Kami mengharapkan saran yang bersifat membangun, sehingga kami dapat lebih menyempurnakan karya tulis ilmiah ini berikutnya. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca pada umumnya, dan bagi mereka yang menekuni bidang energi terbarukan pada khususnya. Terima kasih. Medan, 28 November 2017 Penyusun
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................. i ABSTRAK ................................................................................................................... ii DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 2 1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2 1.4 Manfaat ................................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 3 2.1 Klasifikasi Batang Pisang ....................................................................... 3 2.2 Selulosa ................................................................................................... 4 2.3 Hemiselulosa ........................................................................................... 4 2.4 Glukosa ................................................................................................... 5 2.5 Bioetanol ................................................................................................. 5 2.6 Hidrolisis ................................................................................................. 7 2.6.1 Hidrolisis Enzimatik ..................................................................... 7 2.6.1 Hidrolisis Asam ............................................................................ 8 2.7 Fermentasi ................................................................................................ 8 2.8 Distilasi .................................................................................................... 9 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN.................................................................. 11 3.1 Bahan dan Alat ...................................................................................... 11 3.2 Tahapan Penelitian ................................................................................ 11 3.3 Flowchart Penelitian ............................................................................. 13 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN............................................................. 15 BAB V PENUTUP ................................................................................................... 18 5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 18 5.2 Saran ..................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 19 LAMPIRAN ............................................................................................................... 21
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mekanisme Hidrolisis Selulosa dengan Asam ........................................ 8 Gambar 3.1 Flowchart Pemanfaatan Limbah Batang Pisang menjadi Bioetanol sebagai Energi Terbarukan menggunakan Hidrolisis Asam dengan Energi Gelombang ................................................................................. 14
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menipisnya cadangan bahan bakar fosil dan meningkatnya populasi manusia sangat kontras dengan kebutuhan energi bagi kelangsungan manusia beserta aktivitas ekonomi dan sosial. Sejak lima tahun terakhir, Indonesia mengalami penurunan produksi minyak nasional akibat menurunnya cadangan minyak pada sumur- sumur produksi secara alamiah, padahal dengan pertambahan jumlah penduduk, meningkat kebutuhan akan sarana transportasi dan aktivitas industri. Dengan permasalahan tersebut maka diperlukan solusi akan krisis bahan bakar dengan inovasi pengganti bahan bakar dengan penggunaan bioetanol dari pemanfaatan batang pisang. Batang pisang merupakan limbah padat yang dihasilkan pasca panen buah pisang. Sejauh ini pemanfaatannya sangat minim dan umumnya hanya digunakan sebagai tali. Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, produksi batang pisang dari tahun 2009 sampai 2014 sangat berfluktuasi rata-rata batang pisang 363 179/ton pisang yang diproduksi (BPS Propinsi Sumatera Utara, 2014). Dari data statistik, Batang pisang merupakan limbah pertanian terbesar dibandingkan produk pertanian lainnya. Bioetanol (C2H5OH) merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan tumbuhan) di samping Biodiesel. Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan dengan proses destilasi. Batang pisang memiliki komposisi antara lain: selulosa 60-65%, hemiselulosa 68%, dan lignin 5-10%. Potensi kandungan selulosa batang pisang yang besar dapat dimanfaatkan sebagai bioetanol (Ningtyas, 2014). Bioetanol secara umum dapat digunakan sebagai baku industri turunan alkohol, campuran bahan untuk kendaraan. Grade bioetanol harus berbeda dengan pengunaanya. Bioetanol yang menpunyai 90% - 96,5% volume digunakan pada industri, 96% - 99,5% digunakan dalam campuran untuk dan bahan dasar industri farmasi. Bioetanol yang digunakan sebagai bahan bakar mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya lebih ramah lingkungan, karena bahan bakar tersebut 1
2
memiliki nilai oktan 92 lebih tinggi dari premium nilai oktan 88, dan pertamax nilai oktan 94 (Pitoyo, 2010). Bioetanol yang dikembangkan masyarakat umumnya menggunakan bahan dasar pati yang diperoleh dari singkong dan sagu, molase yang diperoleh dari tebu yang merupakan bahan pangan. Oleh karena itu pengembangan pembuatan bioethanol dari bahan non pangan mutlak dibutuhkan. Pemanfaatan limbah batang pisang sebagai bahan pembatan bioetanol merupakan alternative diversifikasi bahan baku pembuatan
bioetanol sekaligus menyelesaikan permasalahan
pengelolaan limbah pertanian. Dari uraian masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Limbah Batang Pisang Menjadi Bioetanol Sebagai Energi Terbarukan Menggunakan Hidrolisis Asam dengan Energi Gelombang”. 1.2
Rumusan Masalah
Batang pisang memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi sebesar 60-65%, sehingga berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol.
Pembuatan bioetanol dilakukan dalam tiga tahapan yaitu proses
delignifikasi menggunakan NaOH, proses hidrolisis selulosa pelepah batang pisang menjadi glukosa menggunakan asam encer (H2SO4 0,5 %) pada suhu 130oC dan 160 oC dan fermentasi glukosa menjadi biotenal dengan bantuan yeast Saccharomyces cereviciae menjadi bioetanol.
1.3
Tujuan
Adapun tujuan yaitu : 1. Untuk mengetahui potensi pembuatan bioetanol dari batang pisang. 2. Untuk mempelajari pembuatan bioetanol dari batang pisang. 1.4
Manfaat
Adapun manfaat yaitu : 1. Memberikan informasi tentang potensi pembuatan bioetanol dari batang pisang. 2. Memberikan informasi tentang pembuatan bioetanol dari batang pisang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Klasifikasi Batang Pisang
Batang pisang merupakan salah satu komponen penting pada pohon pisang. Batang pisang atau yang sering disebut gedebog sebenarnya bukan batang melainkan batang semu yang terdiri dari pelepah yang berlapis menjulang menguat dari bawah keatas sehingga dapat menopang daun dan buah pisang. Batang pisang mengandung lebih dari 80% air dan memiliki kandungan selulosa dan glukosa yang tinggi sehingga sering dimanfaatkan masyarakat sebagai pakan ternak dan sebagai media tanam untuk tanaman lain (James, 1952). Batang pisang banyak dimanfaatkan masyarakat, terutama bagian yang mengandung serat. Setelah dikelupas tiap lembar sering dimanfaatkan sebagai pembungkus untuk bibit tanaman sayuran, dan setelah dikeringkan digunakan untuk tali pada pengolahan tembakau, dan dapat p ula digunakan untuk kompos. Menurut Building
Material
and
Technology
Promotion
Council ,
komposisi kimia serat pisang ditunjukkan pada tabel dibawah ini. Komposisi Kimia Serat Batang Pisang Komposisi Kimia Kandungan
(%)
Lignin
5-10
Selulosa
60-65
Hemiselulosa
6-8
Air
10-15
(sumber : Building Material and Technology Promotion Council )
Pohon pisang (musaceae) adalah tanaman buah herbal yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Produksi pisang Indonesia menduduki tempat kelima setelah India, Ekuador, Brasil, Cina dan Filipina dengan besaran 3,6 juta ton atau 5% dari produksi dunia. Luas panen pisang Indonesia meningkat dari 70,5 ribu Ha pada tahun 1999 menjadi 85,7 ribu Ha pada tahun 2003. Rahman (2006) menyatakan bahwa perbandingan bobot segar
3
4
antara batang, daun, dan buah pisang berturut-turut adalah 63%, 14%, dan 23% dari perbandingan tersebut maka akan diperoleh batang segar sebanyak 14,939 juta ton pada tahun yang sama. Batang pisang memiliki berat jenis 0,29 g/cm3 dengan ukuran panjang serat 4,20 – 5,46 mm. 2.2
Selulosa
Selulosa adalah homopolimer linear terdiri dari residu glukosa β (1-4), dan molekul glukosa bertindak sebagai substrat untuk peyusun selulosa. Semua alternatif residu glukosa dalam rantai selulosa dapat mengalami perputaran 180° dan dihubungkan dengan ikatan ß (1-4). Dua kelompok akhir yang berbeda ditemukan di setiap rantai tepi selulosa. Pada salah satu ujung dari masing-masing rantai terdapat struktur alifatik dan gugus karbonil ditemukan di ujung rantai. Rantai
selulosa
adalah
demikian
sehinnga
molekul
dapat
terpolirisasi
(Busseli,dkk. 2007). Selulosa, komponen yang paling melimpah dari biomassa tanaman, ditemukan di alam hampir secara eksklusif di dinding sel tanaman, meskipun diproduksi oleh beberapa hewan (misalnya, tunicates) dan beberapa bakteri. Meskipun ada perbedaan besar dalam komposisi dan di struktur anatomi dinding sel. Kandungan selulosa pada dinding sel tanaman tingkat tinggi sekitar 35-50% dari berat kering tanaman (Lynd, dkk. 2002). Selulosa merupakan polimer glukosa dengan ikatan ß -1,4 glukosida dalam rantai lurus. Bangun dasar selulosa berupa suatu selobiosa yaitu dimer dari glukosa. Rantai panjang selulosa terhubung secara bersama melalui ikatan hidrogen dan gaya van der Waals (Perez, dkk. 2001). 2.3
Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan kelompok polisakarida heterogen dengan berat molekul rendah. Jumlah hemiselulosa biasanya antara 15 dan 30 persen dari berat kering bahan lignoselulosa (Taherzadeh, 1999). Hemiselulosa relatif lebih mudah dihidrolisis dengan asam menjadi monomer yang mengandung glukosa, mannosa, galaktosa, xilosa dan arabinosa. Hemiselulosa mengikat lembaran serat selulosa membentuk mikrofibril yang meningkatkan stabilitas dinding sel. Hemiselulosa juga berikatan silang dengan lignin membentuk jaringan kompleks dan
5
memberikan struktur yang kuat (Hadrawi, 2012). 2.4
Glukosa
Glukosa adalah monosakarida dengan rumus kimia C 6H12O6
suatu
aldohekdosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi yang tetap yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah. Dalam glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Proses ini disebut fotosintesis dan glukosa yang terbentuk terus digunakan untuk pembentukan amilum atau selulosa (Hidayah, 2011). 2.5
Bioetanol
Bioetanol (C2H5OH) merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya yang terbarukan. Merupakan bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan yang memiliki keunggulan karena mampu menurunkan emisi CO 2 hingga 18%. Bioetanol dapat diproduksi dari berbagai bahan baku yang banyak terdapat di Indonesia, sehingga sangat potensial untuk diolah dan dikembangkan karena bahan bakunya sangat dikenal masyarakat. Tumbuhan yang potensial untuk menghasilkan bioetanol antara lain tanaman yang memiliki kadar karbohidrat tinggi, seperti tebu, nira, aren, sorgum, ubi kayu, jambu mete (limbah jambu mete), garut, batang pisang, ubi jalar, jagung, bonggol jagung, jerami, dan bagas (ampas tebu). Banyaknya variasi tumbuhan, menyebabkan pihak pengguna akan lebih leluasa memilih jenis yang sesuai dengan kondisi tanah yang ada. Bahan bakar fosil seperi minyak bumi saat ini harganya semakin meningkat, selain kurang ramah lingkungan juga termasuk sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Bahan bakar berbasis produk proses biologi seperti bioetanol dapat dihasilkan dari hasil pertanian yang tidak layak/tidak dapat dikonsumsi,
seperti
dari
sampah/limbah
pasar,
limbah
pabrik
gula
(tetes/mollases). Yang penting bahan apapun yang mengandung karbohidrat (gula,pati,selulosa, dan hemiselulosa) dapat diproses menjadi bioetanol. Melalui
6
proses sakarifikasi
(pemecahan
gula komplek menjadi gula sederhana),
fermentasi, dan distilasi, bahan-bahan tersebut dapat dikonversi menjadi bahan bakar bioetanol. Secara lebih spesifik bioetanol adalah cairan yang dihasilkan melalui proses fermentasi gula dari penguraian sumber karbohidrat dengan bantuan mikroorganisme. Bioetanol dapat juga diartikan sebagai bahan kimia yang memiliki ada sifat kesamaan dengan minyak premium, karena terdapatnya unsur – unsur seperti karbon (C) dan hidrogen (H). Bahan baku pembuatan bioetanol dibagi menjadi tiga kelompok yaitu bahan ber sukrosa (nira, tebu, nira nipah, nira sargum manis, nira kelapa, nira aren, dan sari buah mete); bahan berpati (bahan yang mengandung pati) seperti tepung ubi, tepung ubi ganyong, sorgum biji, jagung, cantel, sagu, ubi kayu, ubi jalar, dan lain – lain; dan bahan berserat selulosa/lignoselulosa (tanaman yang mengandung selulosa dan lignin seperti kayu, jerami, batang pisang, dan lain-lain. Bioetanol bersifat multi-guna karena dicampur dengan bensin pada komposisi berapapun memberikan dampak yang positif. Kelebihan-kelebihan bioetanol dibandingkan bensin : 1. Bioetanol aman digunakan sebagai bahan bakar, titik nyala etanol tiga kali lebih tinggi dibandingkan bensin. 2. Emisi hidrokarbon lebih sedikit. Kegunaan Bioetanol dalam dunia industri yaitu : 1. Untuk membuat minuman keras seperti bir dan wisky. 2. Sebagai obat antiseptik pada luka dengan kadar 70 %. 3. Untuk membuat barang industri misalnya zat pewarna, parfum, essence buatan, dan lainnya. 4. Untuk kegunaan analisa laboratorium. 5. Untuk kepentingan industri bahan bakar dengan kadar > 90 %. Bioetanol diperoleh dari hasil fermentasi bahan yang mengandung gula. Bioetanol diproduksi melalui proses fermentasi gula, baik yang berupa glukosa, sukrosa, maupun fruktosa dengan bantuan ragi (yeast) terutama Saccharomyces sp. 8 atau bakteri Zymomonas mobilis. Pada proses ini gula akan dikonversi menjadi etanol dan gas karbon dioksida (Erliza Hambali, dkk, 2007)
7
2.6
Hidrolisis 2.6.1 Hidrolisis Enzimatik Hidrolisis enzimatik lebih menarik dari sisi penggunaan energi
karena dapat dilangsungkan pada temperature rendah dan menghasilkan perolehan glukosa sampai 70%, akan tetapi laju reaksinya lambat. Kesulitan lain pada hidrolisis enzimatis adalah tingginya harga enzim komersial. Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida atau protein yang berfungsi sebagai katalis dalam suatu reaksi kimia. Enzim bekerja dengan cara menempel pada pernukaan molekul zat-zat yang bereaksi sehingga dapat mempercepat proses reaksi. Enzim selulase terdiri dari tiga komponen yaitu endo-1,4-ß-D-glukanase, ekso-1,4-ß-D-glukanase dan 1,4-ß-D-glukosidase
yang
dapat
dihasilkan
oleh
berbagai
macam
mikroorganisme. Trichoderma reesei mampu menghasilkan endoglukanase sampai 80% tetapi ß-glukosidasenya rendah lebih rendah dari yang dibutuhkan untuk menghidrolisis selulosa sampai menjadi glukosa secara efisien, sehingga produk utama hidrolisisnya bukan glukosa melainkan selobiosa yang merupakan inhibitor kuat terhadap endoglukanase dan eksoglukanase (A. Ahamed, 2008). Hidrolisis
pati
dapat
menggunakan
enzim
α-amilase
dan
glukoamilase. Enzim α-amilase merupakan endo-enzim yang dapat memecah ikatan α-1,4 glikosidik secara acak dibagian dalam molekul baik pada amilosa maupun pada amilopektinnya. Enzim glukoamilase mampu memecah ikatan polimer monosakarida pada bagian luar dan menghasilkan unit-unit glukosa dari ujung non-pereduksi rantai polimer polisakarida. Enzim glukoamilase dapat diperoleh dari strain Aspergillus dan Rhizopus. 2.6.2 Hidrolisis Asam Di dalam metode
hidrolisis
asam,
biomassa
lignoselulosa
dipaparkan dengan asam pada suhu dan tekanan tertentu selama waktu tertentu, dan menghasilkan monomer gula dari polimer selulosa dan hemiselulosa. Beberapa asam yang umum digunakan untuk hidrolisis asam antara lain adalah asam sulfat (H2SO4), asam perklorat, dan HCl. Asam
8
sulfat merupakan asam yang paling banyak diteliti dan dimanfaatkan untuk hidrolisis asam. Hidrolisis asam dapat dikelompokkan menjadi: hidrolisis asam pekat dan hidrolisis asam encer (Taherzadeh & Karimi, 2007). Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam yang sering digunakan sebagai katalis kimia. Hidrolisis asam dapat memecah hemiselulosa dengan efektif menjadi monomer-monomer gula (arabinosa, galaktosa, glukosa, manosa, dan xilosa) dan larutan oligomer yang meningkatkan konversi selulosa, (Sun dan Cheng, 2005). Pada penelitian ini digunakan hidrolisis asam dengan asam sulfat (H2SO4) berkonsentrasi rendah karena efektif menghasilkan gula tinggi dan sekaligus mampu menghidrolisis serat (selulosa dan hemiselulosa).
Gambar 2.1 Mekanisme hidrolisis selulosa dengan asam Kelemahan dari hidrolisis asam encer adalah degradasi gula hasil di dalam reaksi hidrolisis dan pembentukan produk samping yang tidak diinginkan. Degradasi gula dan produk samping ini tidak hanya akan mengurangi hasil panen gula, tetapi produk samping juga dapat menghambat pembentukan etanol pada tahap fermentasi selanjutnya (Isro, 2008). 2.7
Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk
9
respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat defenisi yang lebih jelas yang mendefenisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Fermentasi dapat diartikan sebagai perubahan gradual oleh enzim beberapa bakteri, khamir dan jamur. Contoh perubahan kimia dari fermentasi meliputi pengasaman susu, dekomposisi pati dan gula menjadi alkohol serta oksidasi senyawa nitrogen organik. Di dalam fermentasi, kapasitas mikroba
untuk
mengoksidasi
tergantung
dari
jumlah
akseptor
elektron
(Simanjuntak, 2009). Fermentasi bioetanol dapat didefenisikan sebagai proses penguraian gula menjadi bioetanol dan karbondioksida yang disebabkan enzim yang dihasilkan oleh massa sel mikroba. Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah glukosa menjadi bioetanol oleh sel-sel ragi tape dan ragi roti (Prescott and Dunn, 1959). Proses fermentasi mempunyai enam komponen dasar, yaitu : 1. Susunan medium yang digunakan selama pengembangan inokulum dan di dalam fermentor. 2. Sterilisasi medium, fermentor, dan peralatan yang lain. 3. Aktivitas produksi, pemanfaatan kultur murni, jumlah inokulum untuk produksi. Pertumbuhan mikrobia dalam fermentor produksi pada kondisi optimum untuk pembentukan hasil. 4. Ekstraksi produk dan pemurnian. 5. Penanganan limbah yang dihasilkan selama proses. Fermentasi alkohol adalah proses penguraian karbohidrat menjadi etanol dan CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas suatu jenis mikroba yang disebut khamir dan keadaan anaerob. Perubahan ini dapat terjadi jika mikroba terseut bersentuhan dengan makanan yang sesuai bagi pertumbuhannya. Pada proses fermentasi biasanya tidak menimbulkan bau busuk dan biasanya menghasilkan gas karbondioksida. Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah glukosa menjadi bioetanol oleh sel-sel ragi tape dan ragi roti.
10
2.8
Destilasi
Destilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut di dinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi distilasi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu larutan atau campuran dan tergantung pada distribusi komponen-komponen tersebut antara fasa uap dan fasa air. Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murni (Walangare, 2013). Distilasi merupakan suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan titik didih atau kemudahan menguap (volatilitas). Faktor yang berpengaruh pada proses distilasi adalah jenis bahan yang didistilasi, temperatur, volume bahan dan waktu distilasi. Namun faktor yang paling berpengaruh adalah temperatur. Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran. zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu (Lestari, 2010). Tujuan dari destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya dan memisahkan cairan dari zat padat. Uap yang dikeluarkan dari campuran disebut sebagai uap bebas. Kondensat yang jatuh sebagai destilat dan bagian cair yang tidak menguap sebagai residu. Apabila yang diinginkan adalah bagian bagian campurannya yang tidak teruapkan dan bukan destilatnya maka proses tersebut dinamakan pengentalan dengan evaporasi. Destilasi adalah sebuah aplikasi yang mengikuti prinsip- prinsip ”Jika suatu zat dalam larutan tidak sama-sama menguap, maka uap larutan akan mempunyai komponen yang berbeda dengan larutan aslinya”. Jika salah satu zat menguap dan yang lain tidak, pemisahan dapat terjadi sempurna. Tetapi jika kedua zat menguap tetapi tidak sama, maka pemisahnya hanya akan terjadi sebagian, akan tetapi destilat atau produk akan menjadi kaya pada suatu komponen dari pada larutan aslinya.
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1
Bahan dan Alat Adapun bahan baku utama digunakan dalam penelitian ini adalah limbah
batang pisang yang diperoleh dari wilayah Marelan, Medan. Bahan lain yang juga digunakan yaitu H 2SO4 yang berfungsi dalam proses hidrolisis asam, NaOH yang berfungsi dalam proses delignifikasi, dan aquadest yang berfungsi sebagai pelarut yang dibeli di toko peralatan kimia. Kapang yang digunakan dalam proses fermentasi yaitu saccaromyces cereviseae yang didapat dari ragi roti. Alat yang digunakan adalah alat hidrolisis yaitu microwave, fermentor, dan alat distilasi. Untuk analisa alfa dan beta selulosa dan analisa lainnya dibutuhkan alat-alat pendukung seperti beaker glass, erlenmeyer , pisau, oven, meteran, timbangan, blender dan lain-lain.
3.2
Tahapan Penelitian Adapun proses yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
3.1.1
Persiapan bahan baku -
Pengukuran dimensi batang pisang yang bertujuan untuk memperkirakan % selulosa yang dihasilkan per batang pisang. Dimensi batang pisang yang digunakan sekitar 50 cm.
-
Pencucian batang pisang yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran
yang
dapat
menghambat
proses
pembentukan
bioetanol. -
Pemotongan batang pisang dengan ukuran 1 x 1 cm.
-
Penghalusan menggunakan blender
-
Penyaringan yang bertujuan untuk menyaring kotoran yang masih ada pada batang pisang
-
Pengeringan menggunakan oven dengan suhu 80 0 C selama 48 jam, setelah kering ambil batang pisang yang akan digunakan sebanyak 500 gram.
11
12
3.1.2
Delignifikasi Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kadar lignin yang ada pada batang pisang dengan menggunakan NaOH 5%.
3.1.3
Analisa Kadar Selulosa Sampel serbuk batang pisang yang telah di delignifikasi ditentukan kadar alfa dan beta selulosanya.
3.1.4
Hidrolisis Asam Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam proses pembuatan bioetanol, karena proses ini menentukan jumlah glukosa yang dihasilkan untuk kemudian dilakukan fermentasi menjadi bioethanol dengan menggunakan H 2SO4 encer dengan konsentrasi yaitu (0,5%), dengan suhu 130-160
o
C dengan
pemaparan microwave (gelombang mikro) selama 45 menit. Rasio bahan baku dengan perbandingan 1 : 3 (berat/volume). Nantinya, pada proses ini hidrolisat yang mengadung glukosa harus dipisahkan. 3.1.5
Analisa Glukosa Besarnya penentuan kadar glukosa dilakukan menggunakan spektrofotometer UV/VIS. Absorbansinya dibaca pada panjang gelombang 540 nm.
3.1.6
Fermentasi Hidrolisat Pembuatan bioetanol dari glukosa melibatkan proses fermentasi. Proses fermentasi dilakukan dengan menambahkan yeast atau ragi untuk mengkonversi glukosa menjadi bioetanol yang bersifat anaerob yaitu, tidak memerlukan oksigen (O 2).
3.1.7
Destilasi Bioetanol Bioetanol hasil proses fermentasi dipisahkan dengan cara disaring, kemudian filtrat didestilasi sehingga dapat dihasilkan bioetanol yang bebas dari kontaminan atau pengotor yang terbentuk selama proses fermentasi. Bioetanol yang dihasilkan dari destilasi pertama biasanya memiliki kadar sebesar 95 %.
13
3.1.8
Analisis Kualitas Bioetanol Bioetanol yang dihasilkan harus dianalisis kadar, densitas dan viskositasnya untuk dibandingkan dengan sifat etanol.
3.3
F lowchart Penelitian
Adapun flowchart penelitian ini, yaitu :
Mulai
Diukur dimensi batang pisang sekitar 50 cm
Dicuci batang pisang untuk menghilangkan kotoran
Dipotong batang pisang dengan ukuran 1 x 1 cm.
Disaring dan dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 800 C selama 48 am
Didelignifikasi untuk menghilangkan kadar lignin yang ada pada batang pisang dengan menggunakan NaOH 5%
Dianalisis kadar selulosanya yang telah di delignifikasi dengan ditentukan kadar alfa dan beta selulosanya.
A
14
A
Dihidrolisis menggunakan Asam Sulfat encer (H 2SO4) dengan konsentrasi (0,5%), dengan suhu 130-160 oC dan Rasio bahan baku dengan perbandingan 1 : 3 (berat/volume) dengan waktu 45 menit.
Dipisahkan hidrolisat yang mengadung glukosa
Dianalisis kadar glukosa dengan Spektrofotometer UV/VIS
Difermentasi dengan menambahkan yeast atau ragi untuk mengkonversi glukosa menjadi bioetanol yang bersifat anaerob dengan variasi (2 gram, 3 gram dan 4gram)
Dipisahkan hasil dari bioetanol dari proses fermentasi menghasilkan kadar sebesar 95 %
Dilakukan analisis terhadap hasil distilasi.
Selesai Gambar 3.1 Flowchart Pemanfaatan Limbah Batang Pisang Menjadi Bioetanol sebagai Energi Terbarukan Menggunakan Hidrolisis Asam dengan Energi Gelombang
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Kandungan selulosa pada batang pisang sebesar 60-65%, sehingga memiliki potensi yang besar sebagai sumber bioetanol.
Pembuatan bioetanol dilakukan
dalam tiga tahapan yaitu proses delignifikasi menggunakan NaOH, proses hidrolisis selulosa pelepah batang pisang m caenjadi glukosa menggunakan asam encer (H2SO4 0,5 %) pada suhu 130 oC dan 160 oC dan fermentasi glukosa menjadi biotenal dengan bantuan yeast Saccharomyces cereviciae menjadi bioetanol. 1.
Isolasi batang pisang Terlebih dahulu Pengukuran dimensi batang pisang yang bertujuan untuk
memperkirakan % selulosa yang dihasilkan per batang pisang. Dimensi batang pisang yang digunakan sekitar 50 cm. Pencucian batang pisang yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang dapat menghambat proses pembentukan bioetanol. Kemudian pemotongan,penghalusan, penyaringan bertujuan untuk menyaring kotoran yang masih ada pada batang pisang terakhir pengeringan menggunakan oven dengan suhu 80 0 C selama 48 jam, setelah kering ambil batang pisang yang akan digunakan sebanyak 500 gram. 2.
Delignifikasi Proses delignifikasi adalah suatu proses pendahuluan penghilangan lignin
pada material berlignoselulosa sehingga hasil dari proses ini sudah berupa selulosa dengan kemurnian cukup besar. Delignifikasi selulosa dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan menggunakan NaOH. Jadi pada proses ini bertujuan untuk menghilangkan kadar lignin yang ada pada batang pisang dengan menggunakan NaOH 5%. 3.
Hidrolisis Asam Di dalam metode hidrolisis asam, biomassa lignoselulosa dipaparkan dengan
asam pada suhu dan tekanan tertentu selama waktu tertentu, dan menghasilkan monomer gula dari polimer selulosa dan hemiselulosa (Taherzadeh & Karimi, 2007). Pada penelitian ini digunakan hidrolisis asam dengan asam sulfat (H 2SO4)
15
16
berkonsentrasi rendah karena efektif menghasilkan gula tinggi dan sekaligus mampu menghidrolisis serat (selulosa dan hemiselulosa). Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam yang sering digunakan sebagai katalis kimia. Hidrolisis asam dapat memecah hemiselulosa dengan efektif menjadi monomer-monomer gula (arabinosa, galaktosa, glukosa, manosa, dan xilosa) dan larutan oligomer yang meningkatkan konversi selulosa, (Sun dan Cheng, 2005). Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam proses pembuatan bioetanol, karena proses ini menentukan jumlah glukosa yang dihasilkan untuk kemudian dilakukan fermentasi menjadi bioethanol dengan menggunakan H 2SO4 encer dengan konsentrasi yaitu (0,5%), dengan suhu 130-160
o
C dengan
pemaparan microwave (gelombang mikro) selama 45 menit. Rasio bahan baku dengan perbandingan 1 : 3 (berat/volume). Nantinya, pada proses ini hidrolisat yang mengadung glukosa harus dipisahkan.
4.
Fermentasi glukosa menjadi bioetanol Pembuatan bioetanol dari glukosa melibatkan proses fermentasi. Proses
fermentasi dilakukan dengan menambahkan yeast atau ragi untuk mengkonversi glukosa menjadi bioetanol yang bersifat anaerob yaitu, tidak memerlukan oksigen (O2). Fermentasi adalah perubahan 1 mol glukosa menjadi 2 mol etanol dan 2 mol CO2. Proses fermentasi dilakukan dengan menambahkan yeast atau ragi untuk mengkonversi glukosa menjadi bioetanol yang bersifat anaerob yaitu, tidak memerlukan okasigen (O2). Saccharomyces cerevisiae merupakan mikroorganisme yang paling banyak digunakan pada fermentasi alkohol karena dapat berproduksi tinggi, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan o
tetap aktif melakukan aktivitasnya pada suhu 4 – 32 C (Kartika et.al .,1992). Saccharomyces cerevisiae akan memetabolisme glukosa dan fruktosa membentuk asam piruvat melalui tahapan reaksi pada jalur Embden-Meyerhof-Parnas. Asam piruvat, selanjutnya mengalami reaksi dekarboksilasi menjadi asetaldehid dan mengalami reaksi dehidrogenasi menjadi bioetanol (Musanif, 2008).
17
5.
Destilasi Bioetanol Bioetanol hasil proses fermentasi dipisahkan dengan cara disaring,
kemudian filtrat didestilasi sehingga dapat dihasilkan bioetanol yang bebas dari kontaminan atau pengotor yang terbentuk selama proses fermentasi. Bioetanol yang dihasilkan dari destilasi pertama biasanya memiliki kadar sebesar 95%. Menurut Musanif (2008), destilasi merupakan proses pemisahan komponen o
berdasarkan titik didihnya, titik didih etanol murni sebesar 78 C, sedangkan air o
o
adalah 100 C, dengan pemanasan larutan pada suhu rentang 78 - 100 C akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95% volume. Menurut Nurdyastuti (2008), bioetanol yang digunakan sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan harus benar-benar kering dan anhydrous supaya tidak korosif, sehingga bioetanol harus mempunyai grade sebesar 99,5 – 100% volume. Oleh karena itu, bioetanol hasil destilasi harus ditambahkan suatu bahan yang dapat menyerap atau menarik kandungan air yang masih terdapat dalam bioetanol, bahan yang sering digunakan diantaranya yaitu, CaCO3, dan zeolit atau dilakukan destilasi vakum, sehingga dapat dihasilkan bioetanol yang lebih murni yang dapat dijadikan sebagai bahan bakar.
Kemudian bioetanol hasil distilasi diuji kadarnya dan sifat-sifat
propertiesnya seperti densitas dan viskositas. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan sifat properties dari etanol untuk melihat kemungkinan pengembangan menjadi bioetanol.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah Bio-etanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan dengan proses destilas i. Potensi kandungan selulosa batang pisang yang besar dapat dimanfaatkan sebagai bioetanol. Batang pisang memiliki komposisi antara lain: selulosa 60-65%, hemiselulosa 6-8%, dan lignin 5-10%. Pembuatan bioetanol dilakukan dalam tiga tahapan yaitu proses delignifikasi menggunakan NaOH, proses hidrolisis selulosa pelepah batang pisang menjadi glukosa menggunakan asam encer (H2SO4 0,5 %) pada suhu 130 oC dan 160 oC dan fermentasi glukosa menjadi biotenal dengan bantuan yeast Saccharomyces cereviciae menjadi bioetanol. Bioetanol (C 2H5OH) merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya yang terbarukan. Merupakan bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan yang memiliki keunggulan karena mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18%.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah pengaplikasian potensi batang pisang sebagai sumber pembuatan bioetanol perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis kualitatif maupun analisis kuantitatif bioetanol. Kemudian penulis mengharapkan inovasi ditindaklanjutkan lebih dalam dan dapat bekerja sama dengan pemerintah sehingga masyarakat merasakan langsung akan inovasi ini dan dapat membantu permasalahan kebutuhan akan energi terlebih lagi sekarang ini tengah dilanda terhadap krisis sumber bahan bakar.
18
DAFTAR PUSTAKA
A. Ahamed, 2008. DNA damage response to different surface chemistry of silver nanoparticles in mammalian cells. Volume 233, Issue 3, , Pages 404-410. BPS Propinsi Sumatera Utara. 2014. Table stastistik Produksi Buah-Buahan Menurut Jenis Tanaman (ton), 2009 – 2014 Propinsi Sumatera Utara. Buselli, Reginaldo A. Festucci., Wagner C. Otoni dan Chandrashekhar P. Joshi. 2007. Structure, organization, and functions of cellulose synthase complexes in higher plants. Journal of Braz. J. Plant Physiol . Vol 19 (1) : 1-3. Michigan Technology University. 2007. Frichan, Andi. 2010. Proses produksi bioethanol bonggol pisang . Hadrawi, Jumatriatikah. 2012. Kandungan Lignin, Selulosa, Dan Hemiselulosa Limbah Baglog Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Dengan Masa Inkubasi Yang Berbeda Sebagai Bahan Pakan Ternak . . Fakultas Peternakan. Makassar : Universitas Hasanuddin. Hidayah, Affin Nurul.
2011. Maltosa dan Tingkat Kemanisan. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Program Studi Pendidikan Sains. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya. Isro. 2008. Produksi bioethanol berbahan baku biomassa lignoselulosa hidrolisis . James P. Casey. 1952. “ Pulp and Paper ”. 2nd ed. New York: Interescience Publisher. Lestari,2010. Persentase Produk Etanol Dari Distilasi Etanol – Air Dengan Distribute Control System (Dcs) Pada Berbagai Konsentrasi Umpan. Universitas Diponegoro: Semarang. Lynd, LR dkk. Microbial Cellulose Utilization Fundamental & Biotechnology. Journal of Microbiology and Molecular Biology. Vol 66 (3) : 506-577. University of Stellenbosch. 2002. Ningtyas,
Faradila Ayu. 2014. Pengaruh Waktu Dan Konsentrasi Larutan
Pemasak Dalam Pemanfaatan Pelepah Batang Pisang Sebagai Bahan Baku Alternatif Pembuatan Pulp Dengan Proses Soda. Politeknik Negeri Sriwijaya: Palembang.
19
20
Perez, J dkk . Biodegradation and biological treatments of cellulose, hemicellulose and lignin: an overview. Vol 5 : 53-63. Int. Microbiol. University of Granada. 2002. Pitoyo, Wahyu. 2010. Energi baru dan terbarukan bioenergy bioetanol dari pisang . Prescott and Dunn, 1959. The citric acid fermentation in industrial microbiology, Mcraw Hill book company. Inc, New York, 3rd edition, 533-577. Simanjuntak, Riswan. 2009. Studi Pembuatan Etanol dari Limbah Gula (Molase). Sumatera Utara : Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Sun, Ye and Cheng, Jay J. 2005. Dilute acid pretreatment of rye straw and bermudagrass for ethanol production. Bioresource Technology, Vol. 96, pp. 1599-1606. Taherzadeh, M.J. and Karimi, K. 2007. Acid-based hydrolysis processes for ethanol from lignocellulosic materials: a review. Bioresources 2(3), pp. 472-499. Walangare, 2013. Rancang Bangun Alat Konversi Air Laut Menjadi Air Minum Dengan Proses Destilasi Sederhana Menggunakan Pemanas Elektrik. Jurusan Teknik Elektro-FT. UNSRAT.
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Ketua
: Muhammad Naufal Azzam
Tempat, Tanggal Lahir
: Pekanbaru, 16 Juli 1997
Jurusan / Fakultas
: Teknik Kimia
Perguruan Tinggi
: Universitas Sumatra Utara
Nama Anggota 1
: Fira Ayu Hasmita
Tempat, Tanggal Lahir
: Medan, 15 April 1998
Jurusan / Fakultas
: Teknik Kimia
Perguruan Tinggi
: Universitas Sumatra Utara
Nama Anggota 2
: Firmanda Yudha Nasution
Tempat, Tanggal Lahir
: Tanjungbalai, 1 Mei 1999
Jurusan / Fakultas
: Teknik Kimia
Perguruan Tinggi
: Universitas Sumatra Utara
Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis dengan judul : Pemanfaatan Limbah Batang Pisang Menjadi Bioetanol Sebagai Energi Terbarukan Menggunakan Hidrolisis Asam dengan Energi Gelombang adalah benar-benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiat atau sanduran dari karya tulis orang lain serta belum pernah mejuarai kompetisi seupa. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh panitia LKTIN MH4 berupa diskualifikasi dari kompetisi. Demikian surat ini dibuat dengan sebenar-benarnya, untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya. Medan, 28 November 2017
Muhammad Naufal Azzam
21
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Biodata Penulis 1 A Identitas Diri
1. Nama Lengkap
: Muhammad Naufal Azzam
2. NIM
: 150405067
3.
Program Studi / Jurusan
: Teknik Kimia
4.
Fakultas
: Teknik
5.
Tempat dan Tanggal Lahir
: Pekanbaru, 16 Juli 1997
6.
Alamat
: Jalan Setia Budi Gang Selamat Nomor 11
7.
E-mail
:
[email protected]
8. Nomor Telepon / HP
: 082261257534
B. Penghargaan kepenulisan selama menjadi mahasiswa (dari pemerintah, asosiasi, atau institusi lainnya) No. Jenis Penghargaan
Institusi Pemberi
Judul Karya
Tahun
Penghargaan
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah. Medan, 28 November 2017 Pengusul
(Muhammad Naufal Azzam)
22
23
Biodata Penulis 2 A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap
: Fira Ayu Hasmita
2. NIM
: 150405013
3.
Program Studi / Jurusan
: Teknik Kimia
4.
Fakultas
: Teknik
5.
Tempat dan Tanggal Lahir
: Medan, 15 April 1998
6.
Alamat
: Jalan Garu II b Gang Surya No. 6 D
7.
E-mail
:
[email protected]
8. Nomor Telepon / HP
: 082160426467
B. Penghargaan kepenulisan selama menjadi mahasiswa (dari pemerintah, asosiasi, atau institusi lainnya) No. Jenis Penghargaan
Institusi Pemberi
Judul Karya
Tahun
Penghargaan
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah. Medan, 28 November 2017 Pengusul
(Fira Ayu Hasmita)