PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
1. TEKNIK LISTRIK TERAPAN
1.1. PENGERTIAN LISTRIK ARUS ARUS BOLAK BALIK Yang dimaksud dengan listrik arus bolak – balik adalah listrik ( tegangan / arus ) yang berubah-ubah arah dan nilainya terhadap waktu. Arus Berkurang pada arah Posistif Posistif
1+ Perubahan Perubahan Positif
Arus Berkurang pada arah Posistif Posistif
0 Perubahan Negatif
Arus Bertambah pada arah Negatif
Arus Bertambah pada arah Negatif
1-
Sinusioda listrik arus bolak- balik Waktu yang dibutuhkan oleh arus bolak-balik untuk kembali pada harga / nilai dan arah yang sama disebut dengan periode. Sedangkan jumlah periode dalam 1 ( satu ) detik disebut dengan frekwensi. Dari karakteristik arus bolak-balik yang disebut dengan sinusioda tersebut, maka terdapat nilai-nilai : Tegangan / arus sesaat Tegangan / arus puncak / maksimum Tegangan / arus efektif Tegangan = V sin t
Nilai sesaat :
e
Nilai maks
:
V
Nilai efektif
:
Vef = V / √2
= V
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
Arus i = sin t I
=I
Ief = I / √2 1
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
Nilai efektif adalah nilai yang terukur pada alat ukur (Volt meter /Amper meter) Misalnya tegangan tegangan dirumah dirumah : 220 volt atau 380 volt.
1.2. LISTRIK ARUS ARUS BOLAK BALIK 3 FASA Yang dimaksud dengan listrik arus bolak – balik 3 fasa adalah lisrik arus bolak – balik yang terdiri dari 3 ( tiga ) keluaran yang disebut dengan fasa, dengan bentuk sinusiode dimana besar / nilai tegangannya sama, frekwensi sama tetapi masing – masing berbeda 1/ 3 periode ( 120 0 ). Generator arus bolak – balik sebagai sumber listrik arus bolak-balik 3 fasa, konstruksi letak belitan induksinya masing – masing berbeda sudut 120 0.
M K U3 S
0
120
K U 2
U K
M
U1
U2
M
U 3
+ U
U3
U 1
t
0
120
U 2
Diagram Generator Arus Bolak-Balik 3 Fasa Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
2
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
1.3. TEGANGAN DAN ARUS 3 FASA Tegangan dan arus keluaran dari generator atau trafo dapat dibedakan berdasakan hubungan antar belitannya
Il
If
EF
EF
If
R
– Tegangan setiap belitan dengan tegangan fasa = Ef
EL
–
N EL
–
El = Ef . 3
–
Arus yang keluar dari belitan disebut arus fasa If dan arus yang keluar dari terminal disebut arus line Il . Arus line
S
EF
Il
besarnya sama dengan arus fasa :
EL
HUBUNGAN DELTA
Tegangan antar fasa disebut dengan tegangan line line = El
Il
If
Il
Il = If
–
Tegangan line besarnya sama degan tegangan fasa :
R EF
–
EF
If If
El= Ef
Arus line besarnya sama dengan arus fasa dikalikan 3
EL
I
disebut
EL
–
Il = If . 3
Il
S
EF
EL
Il
T Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
3
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
1.4. DAYA LISTRIK 3 FASA 1.4.1. Hubungan Bintang
R
Il.1
If.3 EF
EL
N
EF
EL
S If.3
Il.2
EF
T
EL
Il.3
Daya 3 fasa = daya fasa 1 + daya fasa 2 + daya fasa 3 P3Ø
=
P1
+
P2
+
P3
= ( If.1 x Vf.1 x Cos 1 ) + ( If2x Vf2 x Cos 2 )+( If3 x Vf3 x Cos 3 ) Bila tegangan dan beban seimbang, maka: P3 Ø
=
3 x ( If x Vf x Cos )
Diketahui bahwa :
Vf =
Vl ------ 3
dan
If = Il
Maka : 3 x Vl x Il x Cos P 3 Ø = ------------------------ 3 Atau : P 3 Ø = 3 x Vl x Il x Cos
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
4
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
1.4.2. Hubungan Segi-tiga
Il1 EF
EF EL
EL
If2
If3
Il2
EF
EL
Il3 Daya 3 fasa = daya fasa 1 + daya fasa 2 + daya fasa 3 P3Ø
= P1 + P2 + P3 = ( If.1 x Vf.1 x Cos 1 )+ ( If.2x Vf.2 x Cos 2 )+ ( If.3 x Vf.3 x Cos 3 )
Bila tegangan dan beban seimbang,maka: P3 Ø
=
3 x ( If x Vf x Cos )
Diketahui bahwa : Il If = -------
dan
Vf = Vl
3 Maka : 3 x Vl x Il x Cos P 3 Ø = ------------------------ 3 Atau : P3 Ø =
3 x Vl x Il x Cos
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
5
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
1.4.3. Beban Pada Arus Bolak-Balik Pada sistem arus searah hanya mengenal beban resistive ( R ), tetapi pada
sistem arus bolak balik beban merupakan “ Impedansi” ( Z ) yang biasa dibentuk dari unsur : Beban Resistip ( R ) Beban Induktip ( Xl ) Beban Kapasitip ( Xc ) A. Beban Resistip
Energi listrik diubah menjadi energi panas atau mekanik Daya yang diserap berupa daya semu seluruhnya diubah menjadi daya aktip Ternasuk beban resistip murni adalah lampu pijar, setrika listrik, heater Gelombang sinusioda arus berhimpit dengan tegangan atau sudut fasanya sama dengan nol sehingga faktor daya sama dengan satu ( = 0 dan cos = 1 )
P. I .U
P
+
+
+
V I
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
6
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
B. Beban Induktip
Energi listrik yang diserap diubah menjadi medan magnet Daya yang diserap berupa daya semu seluruhnya diubah menjadi daya reaktip induktip Ternasuk beban induktip murni adalah reaktor dan kumparan Gelombang sinusioda arus ketinggalan 90 terhadap tegangan , atau sudut fasanya sama dengan 90 sehingga cos = 0
P.I.U
U
P
I
+
+
-
-
C. Beban Kapasitip
Energi listrik yang diserap menghasilkan energi reaktip Daya yang diserap berupa daya semu seluruhnya diubah menjadi daya reaktip kapasitip Ternasuk beban reaktip murni adalah kapasitor
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
7
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
Gelombang sinusioda arus mendahului 90 terhadap tegangan , atau sudut fasanya sama dengan 90 sehingga cos = 0
P.I.U
U
P
I
+
+ -
Sifat hambatan L (XL) dengan C (XC) saling bertentangan atau saling meniadakan. XL = 2π.f.L, XC =
XL dan
XC
1
fC 2 merupakan bagian imajiner dari impedansi
Hubungan dari tiga beban digambarkan sebagai berikut :
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
8
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Z = R + JXL
Teknik Listrik Terapan
Z = R - JXC
R V
φ
Z Z
-XC
XL φ
V R
(a
Z = R - JXL - JXC (JXL < JXC)
Z = R - JXL - JXC (JXL > JXC)
XL -XC
R
Z
V
φ
XL
-XC
φ
Z
V
(b)
R
Z
V
φ
XL
-XC
φ
Z
XL
V
(c)
-XC
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
9
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
1.5. DAYA PADA ARUS BOLAK-BALIK Karena beban Z mempunyai/membentuk pergeseran sudut terhadap V (sebagai referensi) maka arus beban Ib yang mengalirpun membentuk sudut yang sama searah dengan sudut dari Z sebesar φ. Hal ini berakibat timbulnya 3 macam daya. a.
Daya aktip
: P ( Watt )
b.
Daya reaktip
: Q ( VAR )
c.
Daya semu
: S ( VA )
Hubungan dari ketiga macam daya tersebut kita kenal sebagai “segitiga daya”. P φ
S S
Q
Q φ
P Beban bersifat kapasitif
Beban bersifat induktif
Penjumlahan Vektor P dan Q S = P +j Q
P Atau φ
S = P² + Q²
Q S
R umus -rumus Daya 1 Fasa
3 Fasa
S = VxI
(VA) S = V x I x √3 (Watt) P = V x I x √3 x cos (VAR) Q = V x I x √3 j X sin
P = V x I x cos Q = V x I j X sin
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
10
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
V = Tegangan Phasa-netral (220 Volt) I = Arus Phasa Rumus Dasar Arus Bolak Balik 1 phasa
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
11
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
1.6. PERHITUNGAN RUGI –RUGI PADA JARINGAN 1.6.1. Rugi Tegangan Merencanakan panjang jaringan distribusi harus dipertimbangkan besarnya tegangan di titik sambung dimana harus berada pada batas tegangan yang diizinkan. Titik sambung sistem distribusi 20 kV biasanya dihubungkan dengan trafo distribusi sebelum disalurkan ke peralatan pemakaian. Sedangkan tegangan pada trafo ditentukan pada pilihan sadapannya ( tap-changer ), dimana ada beberapa pilihan dengan dibatasi tegangan maksimal dan minimal. Ada 2 ( dua ) seri sadapan trafo yang diperkenankan di PLN, yaitu : 20
kV ± 2 x 2,5 % , tegangan maksimal 21 kV dan minimal 19 kV, berarti
toleransi tegangannya adalah ±5 %
20 kV ± 2 x 5 % , tegangan maksimal 22 kV dan minimal 18 kV , berarti toleransi tegangannya adalah : ± 10 %
Nilai jatuh tegangan pada saluran
besarnya sebanding dengan arus dan
impedansi penghantar serta faktor daya beban.
V = I (r . Cos + x Sin ) . L atau
P V = ---- (r + X tg ) I ......... V atau KV V
–
Untuk P dalam satuan MW
–
Untuk V dalam satuan KV
Dalam satuan prosen ( % ) jatuh tegangan dihitung sebagai berikut :
V
P = 100 (r + X . tg ) ----- I ......... % V2
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
12
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Dimana : I
Teknik Listrik Terapan
: arus yang mengalir pada penghantar…………..... Amper
r
: tahanan ( resistan ) penghantar ………………….. ohm / km : reaktansi penghantar……………………………..... ohm / km
x
Cos : factor daya beban
L P V
: panjang penghantar………………………………… km : daya beban …………………………………………. MW : tegangan ……………………………………………… kV
1.6.2. Rugi Daya Rugi daya pada saluran ( penghantar ) besarnya sebanding dengan resistans penghantar dan arus yang melewatinya.
p
= 3.I 2 . r . L
Dari katalog penghantar yang berisi tentang Kemampuan Hantar Arus ( KHA ), resistans dan reaktansinya atau konfiguarasi jarak antar penghantar, maka rugirugi tegangan dan daya pada saluran dapat dihitung Daftar KHA penghantar yang dihitung atas dasar kondisi -kondisi berikut ;
LUAS PENAMPANG (MM2)
Kecepatan angin 0,6 m / detik Suhu keliling akibat sinar matahari 300C Suhu penghantar maksimum 800C Bila tidak ada angin maka KHA dapat dikali dengan 0,7 BCC R20 (Ohm/Km)
AAC KHA (A)
R20 (Ohm/Km)
AAAC
KHA (A)
R20 (Ohm/Km)
ACSR
KHA (A)
R20 (Ohm/Km)
KHA (A)
16
1,1465
125
1,700
115
1,066
110
1,8790
110
25
0,7512
160
1,029
160
1,83
150
1,2030
150
35
0,5320
200
0,8332
185
0,058
175
0,8353
185
50
0,3785
250
0,5786
230
0,055
220
0,5946
230
70
0,2781
310
0,3808
300
0,438
285
0,4130
295
95
0,1963
380
0,3084
345
0,655
325
0,3053
355
120
0,1563
440
0,2549
390
0,393
370
0,2374
420
150
0,1244
510
0,1960
465
0,225
435
0,1939
475
185
0,1008
585
0,1578
530
0,283
500
0,1571
545
240
0,0755
700
0,1205
630
0,437
600
0,1183
655
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
13
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
Karakteristik listrik untuk kabel Kabel Tanah 20 LUAS PENAMPANG 2 X 25 3 X 35
3 X 50
3 X 70 3 X 95 3 X 120 3 X 150 3 X 185 3 X 240 3 X 300
R20 (OHM / KM)
CU AL CU
0,727 1,20 0,524
AL
0,868
CU
0,387
AL
0,641
CU AL
0,268 0,443
CU
0,193
AL
0,320
CU
0,153
AL CU AL
0,253 0,124 0,202
CU
0,0991
AL
0,154
CU
,0754
AL
0,125
CU
0,0601
AL
0,10
INDUKTANSI (OHM/KM)
KAPASITANSI (OHM/KM)
0,12
0,4237
0,13
0,4055
0,14
KHA DIDALAM TANAH 20 0C(A)
DIUDARA 300C(A)
147 113 175
143 110 170
135
131
206
204
160
157
252 194
255 195
297
303
229
233
335
343
258 372 288
268 390 300
0,3882
0,16
0,3636
0,18
0,3455
0,19
0,3334
0,21
0,3230
0,23
0,3129
0,25
0,3013
0,28
0,2906
415
440
320
339
465
502
368
387
510
556
393
428
Karakteristik listrik untuk kabel udara twisted alumunium
Penampang
Tahanan
Reaktansi
Arus yang diijinkan
Nominal
pada 85 C
pada 50 Hz
( Amper )
( mm ² )
( / km )
( / km )
20 C
30 C
40 C
26
2,41
0,1
85
80
70
25
1,52
0,1
110
100
95
35
1,10
0,1
135
125
110
50
0,81
0,1
160
145
135
70
0,54
0,1
200
185
170
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
14
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
1.6.3. Reaktansi Penghantar
X=
0,1447
GMD LOG ------------- OHM / KM GMR
Dimana : GMD - geometric mean distance, besarnya ditentukan oleh konfigurasi jarak antar penghantar GMDN =
____3_________ a.n x b.n x c.n
____3__________ GMD Ø = a.b x b.c x c.a GMR = geometric mean radius, besarnya ditentukan oleh banyaknya urat penghantar GMR = 0,726
A -----R
GMD SUTM POLA I (PENTANAHAN NETRAL 40 OHM)
b
a
800 mm
c
800 mm
GMD = 1.007,9 mm
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
15
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
GMD SUTM POLA II ( PENTANAHAN NETRAL 500 OHM )
1000 mm
450
450
700 mm
GMD = 1.007,9 mm
GMD SUTM POLA III ( PENTANAHAN LANGSUNG )
a
b
c
812,9 mm
685,8 mm
558,69 mm
558,69 mm
GMD N = 1.054,5 mm GMD Ø =1.028,2 Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
16
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
Tabel GMR untuk penghantar AAC dan AAAC
PENAMPANG NOMINAL ( mm2 )
JARI-JARI ( mm )
URAT
GMR ( mm )
16
2,2563
7
1,6380
25
2,8203
7
2,0475
35
3,3371
7
2,4227
50
3,9886
7
2,8957
70
4,7179
7
3,4262
95
5,4979
19
4,1674
120
6,1791
19
4,6837
150
6,9084
19
5,2365
185
7,6722
19
5,8155
240
8,7386
19
6,6238
1.7. TRAFO DISTRIBUSI 1.7.1. Prinsip Kerja Trafo Trafo merupakan seperangkat peralatan / mesin listrik statis yang berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik, mentransformasikan tegangan dan
arus
dari
listrik bolak balik diantara kedua belitan atau lebih pada frekwensi yang sama dan pada nilai arus dan tegangan yang berbeda. Konstruksi utama dari trafo terdiri dari kumparan primer, kumparan sekunder dan inti.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
17
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
INTI
( SIRKIT MAGNIT)
KUMPARAN PRIMER
KUMPARAN SKUNDER
Kumparan primer diberi tegangan, dan ini akan menimbulkan arus sinusiode. Arus tersebut menyebabkan terjadi medan magnet pada inti magnet yang disebut flux yang juga berbentuk sinusiode. Pada kumparan sekunder yang mendapat perubahan flux dari inti, yang disebut induksi akan timbul gerak gaya listrik (ggl) yang bentuknya juga sinusiode. Ggl sekunder hampir terlambat 1800 terhadap tegangan primer.
Up
Up
Us
Io
Io
Us Trafo dapat digunakan untuk menaikkan dan menurunkan tegangan. Turun atau naiknya tegangan pada sisi sekunder tergantung pada perbandingan jumlah lilitan kumparan. Bila jumlah lilitan kumparan pada sekunder = ns, pada primer = np, tegangan pada kumparan primer = Up maka pada sisi sekunder timbul ggl.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
18
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
Dengan rumus persamaan Us : Up. = ns : np.
Up
Ep
np
Es
ns
Us
Perbandingan antara ns dan np disebut dengan perbandingan transformasi = A
“ A ” lebih besar dari 1, berarti fungsi trafo untuk menaikkan tegangan (step up) dan jika “ A “ lebih kecil dari1, berarti fungsi trafo untuk menurunkan tegangan (step down). Perbandingan transformasi teoritis dan praktis dianggap sama, tetapi sebenarnya ada perbedaan, karena tidak semua flux primer melewati kumparan sekunder, dan itu disebut flux bocor.
L2
L1
L1 = flux bocor pada kumparan primer. L2 = flux bocor pada kumparan sekunder. L1 menimbulkan x1 dan
tahanan
r1 dan
L2 menimbulkan x2, kumparan primer mempunyai
kumparan sekunder mempunyai tahanan r2. Sehingga
rangkaiannya.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
19
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
R1
Teknik Listrik Terapan
X1
X2
Up
Ep
Es
R2
Us
Untuk mengurangi flux bocor tersebut, maka dibuatlah kedua kumparan pada inti yang sama. Namun demikian adanya rugi - rugi pada trafo tak dapat dihindari yaitu dikarenakan adanya sirkit magnetic pada inti tidak dapat semuanya dapat menimbulkan induksi, karena sebagian hilang pada inti trafo itu sendiri yang disebut dengan rugi histerisis dan sebagian lain tidak bermanfaat untuk menginduksi, tetapi berpusar-pusar pada sebagian inti yang disebut dengan rugi eddy currnet.
1.7.2. Trafo Tanpa Beban Trafo tanpa beban menyerap arus listrik untuk kumparan primer disebut dengan Iio yang terdiri dari arus penguatan (Iex) dan arus histeristis + eddy current (I he)
Io
I ex
o
U1
E2
I he e
Iex 90 ketinggalan dari E1, sedangkan I he sefasa dengan E1, jumlah vektor antara Iex dan Ihe merupakan Io. Io
= Iex + Ihe
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
20
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
Ihe Cos φ = --------------Io Adanya Ihe menimbulkan rugi – rugi inti = Pc Pc = E1. Io. Cos. ° atau
Pc = E1. Ihe ……….disebut juga rugi – rugi besi Besarnya rugi - rugi besi disebabkan oleh arus fou cault dan arus hysterisis, besarnya tidak tergantung pada beban sehingga bisa disebut dengan rugi - rugi trafo tanpa beban. Rugi - rugi ini tidak bisa diturunkan kecuali dalam pembuatannya inti dibuat berlapis - lapis dan dari bahan yang kurva histerisisnya kurus.
1.7.3. Trafo Berbeban Pada keadaan berbeban, rugi trafo selain oleh rugi – rugi besi, kerugian juga ditimbulkan pada kumparan – kumparannya. Bila kumparan primer dengan tahanan R1 dan arus yang mengalir I1, kumparan sekunder dengan tahanan R2 dan arus yang mengalir I2, maka akan timbul rugi – rugi yang disebut dengan rugi – rugi tembaga yang besarnya adalah :
R1
Up
X1
I1
X2
Ep
Es
R2
I2
Us
Pcu = I1². R1 + I2 ². r2 Jadi trafo berbeban rugi – rugi yang timbul. P total = Pc + Pcu.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
21
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
1.7.4. Diagram Efisiensi Trafo
Contoh :
Trafo dengan pcu = 0,2 % dan pc = 0,7 % Efisiensi trafo pada beban penuh (1/1 ) adalah pada titik x = 99,1 %.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
22
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
1.7.5. Pengaturan Tegangan Trafo Adalah selisih tegangan belitan tanpa beban dengan tegangan pada keadaan berbeban pada terminal tersebut pada beban dan faktor daya yang ditentukan pada terminal tersebut. C
U2n
Uz Ux
U2b
0
A
D
F
B
E
UR
I
U2n
=
tegangan sekunder nominal tanpa beban
: OC
U2n
=
tegangan sekunder berbeban
: OA
Ur
=
rugi tegangan karena tahanan r
: AB
Ux
=
rugi tegangan karena reaktansi x
: BC
Uz
=
Ur + Ux
U2n
=
U2b + Uz
Secara enpiris dianggap OC = OF = OA + AF = OA + ( AD + DF ) AD + DF
= rugi tegangan = Ur. Cos + Ux Sin = I. ( r. Cos + x sin )
1.7.6. Tegangan Hubung Singkat Adalah besarnya tegangan yang harus diberikan pada frekwensi nominal ke terminal saluran trafo, untuk mengalirkan arus nominal melalui terminal ini, bila terminal lainnya di hubung singkat. Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
23
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
Sebutan lain dari tegangan hubung singkat adalah Impedansi. Untuk mengetahui besarnya tegangan hubung singkat dilakukan percobaan seperti pada diagram di bawah. Sisi skunder trafo dihub8ung singkat, sedang pada sisi primernya diberi tegangan bertahap, mulai dari nol, dinaikkan sampai Ampermeter di skunder dan primer menunjukkan arus nominal trafo.
A
A
V
V
Volt meter akan menunjukkan nilai tegangan dan tegangan tersebut dinamakan tegangan hubung singkat trafo, Besarnya tegangan hubung singkat dalam volt berbeda untuk sekunder dan primer, tetapi dalam % (prosen) sama. Fungsi dari nilai tegangan hubung singkat / impedansi adalah bila trafo akan diparalel dengan trafo lain, maka harus dengan trafo yang mempunyai nilai yang sama. Fungsi lain yang lebih penting adalah untuk menentukan nilai fuse atau relai arus lebih sebagai pengaman trafo terhadap gangguan hubung singkat. Misal trafo mempunyai nilai tegangan hubung-singkat atau impedansi 4 % , maka pengaman ( fuse atau relai arus lebih ) yang dipilih harus mampu mengamankan trafo pada arus gangguan sebesar 100 / 4 kali arus nominalnya .
1.7.7. Vektor Group Trafo
Sering juga disebut bilangan “ jam ” yaitu menunjukan perbedaan fasa antara ggl sekunder dan tegangan primer antara terminal yang dengan polaritas yang sama pada sisi primer dan skunder. Terjadinya beberapa macam vector group pada trafo disebabkan oleh cara penyambungan antara belitan trafo. Veltor group diperlukan untuk paralel trafo
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
24
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
Contoh :
Vektor group “ Yyn 0 ”
Kumparan A
B
C
primer
dihubungkan bintang A
Kumparan sekunder dihubungkan bintang dengan netral dikeluarkan
a
Selisih fasa antara primer
n c a
b b
A
c
B
n
dan sekunder = 0°
b
C
B
C A
Vektor group “ Yyn 6”
Kumparan primer dihubungkan bintang
b
c
Kumparan sekunder dihubungkan bintang dengan netral dikeluarkan
a C a
b
c
B
Selisih fasa antara primer dan sekunder = 180
n
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
25
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
Daftar vector group Trafo
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
26
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
1.7.8. Spesifikasi Trafo Distribusi Trafo yang penggunaannya untuk keperluan, pendistribusian tenaga listrik dari pusat-pusat listrik ke pemakaian beban, fungsi trafo distribusi untuk menurunkan tegangan, menjadi tegangan rendah (step down) sesuai dengan peralatan konsumen selain keperluan tersebut pusat-pusat listrik. Spesifikasi trafo distribusi diatur dalam suatu standart PLN (SPLN) dimaksudkan untuk dijadikan pedoman dalam pemilihan, pengoperasian dan pemeliharaan trafo distribusi. A. Tegangan Pengenal dan Penyadapan
Tegangan P rimer Disesuaikan dengan tegangan nominal sistem pada jaringan tegangan menengah 20 kv.
Trafo satu fasa dengan tegangan primer 20 kv pada sistem distribusi fasa tiga – tiga kawat
Trafo tiga fasa dengan tegangan primer 20 kv pada sistem distribusi fasa tiga – tiga kawat
Trafo satu fasa dengan tegangan primer 20 kv / 3 = 11,6 kv pada sistem distribusi fasa tiga – empat kawat
Trafo tiga fasa dengan tegangan primer 20 kv pada sistem distribusi fasa tiga – empat kawat
Tegangan s ekunder Sistem tegangan nominal pada jaringan tegangan rendah (JTR) yang berlaku di PLN adalah 220 untuk sistem fasa tunggal, dan 220 / 380 untuk sistem fasa tiga. Tegangan sekunder nominal trafo pada keadaan tanpa beban adalah 231/400 v
Penyadapan Penyadapan dilakukan dengan komutator pada sisi primernya ada tiga macam penyadapan tanpa beban, yaitu :
Sadapan tiga langkah : 21, 20, 19 kv
Sadapan lima langkah : 22, 21, 20, 19, 18 kv
Sadapan lima langkah : 21, 20, 5, 20, 19, 5, 19 kv
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
27
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
B. Daya Pengenal
Daya pengenal untuk trafo fasa tunggal yang banyak dipakai adalah 25 dan 50 KVA. Sedangkan daya
pengenal trafo tiga fasa tiga yang banyak dipakai
adalah : 50, 100, 160, 200, 250, 315, 400, 500, 630, 800, 1000, 1250 dan 1600 KVA C. Kelompok Vektor □
Kelompok vektor Yzn 5 dipakai pada trafo berkapasitas sampai dengan 250 KVA
□
Kelompok vektor Dyn 5 dipakai pada trafo berkapasitas dari 250 KVA sampai dengan 1600 KVA. Bila tegangan sekundernya ganda, dapat dipakai serentak
□ Kelompok
vektor Yzn 5 dan Yyn 6 dipakai pada trafo sampai dengan 250
KVA untuk jaringan distribusi, diatas 250 KVA sampai 630 KVA dipakai untuk keperluan tertentu. Bila tegangan sekundernya ganda tidak digunakan secara serentak. Kelompok Yzn 5 dipakai pada tegangan sekunder 231 / 400 v. D. Tingkat Isolasi Dasar ( TID )
Adalah kemampuan isolasi trafo terhadap gangguan tegangan impul sesaat. Untuk trafo distribusi ditetapkan 125 kv E. Rugi-rugi trafo
Rugi-rugi total yang terdiri dari rugi besi dan tembaga pada suhu 75c, faktor daya 1,0 dan beban 100 %, nilai maksimumnya terhadap daya pengenal ditetapkan sebagai berikut Bayak Fasa aya engenal ugi total aksimum
Fasa Tunggal
Fasa-Tiga
25
50
50
100
160
200
250
315
400
500
630
800
1000
125 0
1600
2,21
1, 75
2,58
2,07
1,76
1,71
1,56
1,48
1,37
1,32
1,24
1,52
1,44
1,42
1,33
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
28
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
F. Karakteristik / Spesifikasi Trafo 1 fasa Uraian
Satuan
Daya pengenal Jumlah fasa Frekuensi pengenal Tegangan primer pengenal
kVA Hz kV
Tegangan sekunder pengenal (beban nol) Kelompok vektor Tegangan uji impuls Tegangan uji terapan Kelas isolasi Kenaikan suhu maksimum tembaga Kenaikan suhu maksimum minyak Cara pendinginan Penyadapan primer Impedans Rugi besi Rugi tembaga pada beban pengenal Arus beban nol Efisiensi pada 750C Faktor daya 1,0 beban 100% beban 75% beban 50% beban 25% Faktor daya 0,8 beban 100% beban 75% beban 50% beban 25% Pengaturan tegangan pada beban penuh faktor daya 0,8 faktor daya 1,0
V kV kV kV 0 C 0 C % % watt watt % % %
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
Spesifikasi
25 1 50 20,20 V3 462/231 Lio 125 50 24 60 55
50 1 50 20,20 V3 462/231 Lio 125 50 24 60 55
5, 10
5, 10
1,6 165 385 4,5
1,4 275 600 4,5
97,84 98,00 97,95 97,06 97,32 97,51 97,45 96,35
98,28 98,39 98,33 98,56 98,86 98,00 97,91 96,97
1,49 1,54
1,39 1,20
29
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
G. Karakteristik Trafo Distribusi 3 fasa . SPESIFKASl
URAIAN Daya pengenal
TIPE PASANGAN LUAR DAN DALAM kVA
50
100
160
200
Jumlah fasa Frekuensi Pengenal
-
3
3
3
3
Hz
50
.50
.50
50
Tegangan Primer Pengenal Tegangan sekunder pengenal
kV
20
20
20
20
20
kV
0,4
-
Yzn 5 Yzn 5
Tegangan uji impuls
kV
125
125
125
125
Tegangan Uji terapan Kalas isolasi Kenaikan suhu maksimum
kV
50
50
50
50
50
kV
24
24
24
24
24
°
65
65
65
65
Kenaikan suhu maksimum
°C
55')
55
55
Cara pendinginan Penyadapan Primer
_ %
%5
lmpedans
%
4
Rugi besi
watt
190
Rugi tembaga pada beban
watt,
en e nal Arus beba n n ol Efisiensi pada 75 C
%
125
%5
0,4
3 50
(beban nol) Kelumpok vektor
C
0,4
250
0,4
0,4
Yzn 5 Dyn 5
Dyn 5
400
500
630.
800
1000
1250
3
3
3
3
3
3
3
50
50
50
50
50
50
50
50
20
20
20
20
20
20
20'
20
0,4 Dyn 5 125
0,4
0,4
Dyn 5 Dyn 5 125
125
50
5O
24
24
65
65
55
55
55
50
0,4
0,4
0,4
Dyn 5
Dyn 5 Dyn 5
0,4 Dyn 5
0,4 Dyn 5
125
125
125
125
125
50
50
50
50
.50
24
24 .
24
24
24
24
65
65
65
65
65
65
65
55
55
55
55
55
55
55
%5
%5
%5
%5
%5
4
4,5
3 2300
%5
%5
%5
%5
4
4
4
4
4
460
550
850
770
930
1100
1300
1950
1100 1750
2360
2850
3250
3900
4600
5500
6500
10200
2,8
2,3
2,2
2,1
2
1,9
1,9
1,8
2,3
97,97 98,27
98,32
98,46
98,64
98,64 98,70
98,78
98,50 98,50
98.60
98,68
320
2,5
%5
3
1600
4
4
%5
315
5,5
6
2700
3300
12100 15000 2,4
2,7
18100 2
-
faktor daya 1,0 beban 100%
-
beban 75 %
-
97,89 98,29 98,54
48,58
98.70
98,76
98.84
98,89
98,96
98,73 98,00
98,82
98,89
beban 50 %
--
98,17 98,51 98,71
98,75
98.84
98,90
98,97
99.02
99.08
90.09 90.95
98.98
98,03
beban 25 %
-
97,97 98,31 98.51
98,56
98,65
98,72
98,30
98,86
93,93
98,72 98,79
98,85
98,98
faktor daya 0,8 beban 100%
-
96.98 97,48 97,86
97.92
98,09
98.18
98,56
98,30
98,48
98,14 98.23
98,26
93.36
beban 75%
-
97,39 97,87 98,18
98.24
98,38
98,46
98,72
98,62
98,71
98,42 98,51
98.54
98,62
Beban 50 M
-
97,73 98,14 98,39
98.45
98.56
98,63
98,72
98,78
98,85
98.61 98,69
98.73
98.79
•-
97,47 97,90 98.14
98.21
98,32
98,42
98,50
98,58
93,66
98.41 93.50
98,57
93.63
3. 41
3,33
3.30
3.25
3.22
3.17
3.93
4.25
4.52
1.37 1.33
I.34
1.30
beban 25%. 1'cneatunn paJa beban penuh Faktor Daya 0,8 Faktor Daya 1.0
97,48
%
5,77
3,58
3.43
%
2,26
1,81
1,54
1.49
1,37
1.31
1.22
1.37
1.44
3.65
1.7.9. Konstruksi Trafo dan Peralatan Bantunya
Inti Trafo.
Merupakan sirkit magnetis dibuat dari besi silikon (grain oriented silicon steel) dengan metode penyambungan dan membentuk rangkaian tertutup. Hal tersebut dimaksudkan untuk megurangi rugi-rugi besi, getaran dan bising.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
30
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
Lilitan Trafo
Dibuat dari tembaga berkonduktivitas tinggi, bentuk lilitan adalah konsentris, dimana lilitan tegangan menengah (hv) di sebelah luar dan untuk tegangan rendah (lv) di sebelah dalam. Untuk tegangan menengah digunakan kawat tembaga berisolasi enamel, sedangkan untuk tegangan rendah dipakai kawat tembaga berisolasi kertas atau plat tembaga berisolasi enamel.
Terminal / Bushing
Terminal sisi tegangan menengah dibuat dari bahan porselen atau damar sintetis ( synthetic resin). Trafo pasangan dalam (indoor) bentuk terminalnya seperti tusuk kontak, sedang pada trafo pasangan luar (out door) bentuk terminalnya seperti bushing isolator. Terminal sisi tegangan rendah dibuat dari bahan porselen untuk arus sampai dengan 630 A, sedang untuk arus yang lebih besar dan 630 A digunakan terminal batang tembaga dengan isolator damar sintetis.
Tangki Trafo
Dibuat dari pelat baja bersepuh lapisan seng, berfungsi untuk tempat minyak isolasi, sehingga harus kedap terhadap uap air.
Sistem Pendinginan Trafo
Pada umumnya sistem pendinginan
trafo distribusi adalah onan, yaitu
pendinginan lilitan trafo menggunakan minyak isolasi yang bekerja secara alamiah, dan pendinginan kembali minyak isolasi menggunakan udara yang bekerja secara alamiah melalui dinding tangki dan sirip-sirip. Trafo berbeban menyebabkan suhu lilitan bertambah dan panas tersebut dialirkan ke tangki dan sirip-sirip trafo melalui minyak isolasi. Kenaikan suhu minyak isolasi ini menyebabkan pertambahan volumenya dengan koefisien muai minyak trafo kurang lebih 0,08 % / 0c. Memuai dan menyusutnya minyak tersebut dibutuhkan ruang / cara tersendiri diantaranya antara lain :
Trafo dengan menggunakan gas nitrogen (N2) kontak langsung diatas minyak trafo
Trafo dilengkapi dengan konservator dan pernapasan udara melalui silicagel
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
31
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Teknik Listrik Terapan
Trafo dengan tangki penuh minyak dengan dilengkapi sirip yang fleksibel sehingga dinamakan hermatic.
Untuk trafo distribusi dengan kapasitas yang lebih besar dan pembebanan yang lebih / berat sistem pendingin dinding tangki menggunakan kipas angin / fan yang diputar oleh motor listrik
1.7.10. Pengubah Sadapan ( Tap Changer ) Berfungsi sebagai sarana untuk mengubah perbandingan transformator untuk mendapatkan tegangan operasi pada sisi beban sesuai dengan yang diinginkan apabila tegangan disisi primer berubah-ubah. Ada dua cara pemindahan sadapan trafo :
Pemindahan sadapan tanpa beban (off load tap changer), dlakukan pada trafo distribusi
Pemindahan sadapan keadaaan berbeban (on load tap changer), biasanya secara manual atau otomatis pada trafo tenaga
1.7.11. Alat indikator Berfungsi untuk mengawasi / mengamati trafo selama beroperasi. macammacam alat indikator :
Indikator suhu minyak
Indikator suhu belitan
Indikator permukaan minyak
Indikator kedudukan tap changer.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
32