BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembuatan makalah ini dilatarbelakangi penugasan pada mata kuliah
Sains dan Utilitas 2 yang membahas mengenai sistem trnsportasi pada
sebuah bangunan. Utilitas merupakan salah satu hal yang paling penting
dari sebuah bangunan karena sistem utilitas mengatur kenyamanan dan
kelangsungan aktivitas dalam sebuah ruangan, sehingga dibutuhkan
penerapan sistem utilitas yang baik dan tepat guna agar aktivitas dalam
bangunan dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya. Sedangkan apabila
penerapan sistem utilitas tersebut tidak dioperasikan dengan baik, maka
akitivitas / kegiatan dalam sebuah bangunan tersebut juga akan
terhambat. Maka dari itu diperlukan kesadaran mengenai penerapan sistem
dan jaringan utilitas pada sebuah bangunan dengan baik dan tepat.
Kesulitan dalam memahami sistem pengoprasian sistem transportasi
yang digunakan sebagai penunjang aktivitas dalam sebuah bangunan
merupakan hal yang sering terjadi dalam perencanaan sebuah bangunan.
Seperti pemilihan jenis sistem transportasi dalam bangunan dengan luas
bangunan dan tinggi bangunan tertentu, maka dari itu dalam makalah ini
akan dibahas dan dipelajari lebih dalam mengenai pengoprasian sistem
transportasi pada bangunan / gedung.
2. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis sistem transportasi yang digunakan pada
bangunan ?
2. Bagaimana cara kerja sistem transportasi pada bangunan sebagai
fungsi pelayanan ?
3. Apa saja syarat standarisasi alat – alat sistem transportasi pada
bangunan ?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis sistem transportasi mekanis yang
digunakan pada bangunan.
2. Untuk mengetahui fungsi dan cara kerja dari beberapa jenis system
transportasi mekanis pada bangunan.
3. Untuk mengetahui standart-standart dalam merancang, mengaplikasikan
maupun menggunakan system transportasi mekanik pada bangunan.
4. Manfaat
Untuk menambah wawasan yang lebih luas pada dunia arsitektur
khususnya dalam bidang sains dan utilitas bangunan mengenai sistem
transportasi pada bangunan dan jenis-jenisnya sehingga dalam merancang
sebuah bangunan nanti, kiranya dapat menerapkan jenis transportasi yang
tepat dan sesuai pada bangunan.
BAB II
DATA DAN PEMBAHASAN
2. Sistem Transportasi Pada Bangunan
Sistem Transportasi pada bangunan merupakan system yang menunjang atau
memberikan fasilitas sirkulasi dalam bangunan, serta merupakan sarana
prasarana yang memperlancar jalannya pergerakan manusia yang ada di dalam
gedung / bangunan. Sistem transportasi pada bangunan dibagi menjadi 2 yaitu
system transportasi manual dan system transportasi mekanis.
System transportasi manual merupakan system transportasi yang tidak
menggunakan alat sebagai penggeraknya, seperti tangga dan ramps. Sedangkan
sistem transportasi mekanik merupakan alat transportasi pada bangunan yang
dikenal juga sebagai sistem transportasi dengan mesin penggerak.
Adapun pengelompokan alat transportasi mekanis pada bangunan sebagai
berikut:
a. Miring berupa eskalator.
b. Vertikal , berupa elevator.
c. Horizontal berupa konveyor dan travalator.
Di Indonesia, peraturan yang berlaku tentang transportasi vertikal
yaitu SNI 05-2189-1999 mengenai definisi, istilah lift dan eskalator serta
SNI 03-6573-2001 Tata cara perancangan sistem transportasi vertikal dalam
gedung.
2.1 ESKALATOR
2.1.1 Definisi Eskalator
Eskalator merupakan suatu alat angkut yang menitik beratkan pada
pengangkutan orang dari lantai bawah kearah miring lantai diatasnya.
Eskalator bergerak naik atau turun untuk membawa penumpang tanpa harus
melangkah. Harga dan biaya operasional eskalator ini cukup mahal, sehingga
hanya efektif diaplikasikan pada bangunan komersil.
Eskalator hanya dapat bergerak satu arah saja, naik atau turun.
Apabila menghendaki kedua arah, eskalator dapat dipasangkan secara pararel,
satu untuk naik dan satu untuk turun. Sangat berbahaya bila orang melangkah
ke arah berlawanan dengan arah gerakan tangga ini, karena mudah
tergelincir.
2.1.2 Keunggulan dan Kelemahan Eskalator
Keungulan dari penggunaan eskalator pada bangunan yaitu:
1. Mempunyai kapasitas untuk memindahkan orang dalam jumlah banyak
2. Dapat menggantikan fungsi tangga
3. Tidak membutuhkan waktu tunggu kecuali jika lalu lintas manusia padat
4. Sangat bermanfaat untuk kebutuhan lalu lintas yang dapat meningkat
dalam waktu-waktu tertentu.
5. Dapat mengarahkan arus manusia ke jalur tertentu.
6. Memudahkan orang-orang untuk melihat sekelilingnya.
7. Perpindahan dari lantai ke lantai berlangsung secara lancar.
Kelemahan penggunaan eskalator:
1. Membutuhkan biaya perawatan yang tinggi.
2. Jika terjadi kerusakan akan membutuhkan waktu yang lama untuk
memperbaikinya
3. Tidak boleh beroprasi jika terjadi gangguan elektrik pada eskalator.
2.1.3 Komponen Eskalator
1. Rangka struktur (frame)
2. Rel (Rail)
3. Rantai dan roda gigi (chain & gear)
4. Anak tangga (step)
5. Dinding penyangga rel tangan (balustrade)
6. Pegangan tangan (hard rail)
7. Lantai pijak (landing plates)
8. Lantai bergerigi (combplates)
9. Ruang mesin
10. Pencahayaan (lighting)
11. Unit penggerak (drive unit)
12. Peralatan listrik ( electrical parts)
Gambar 1.1 Komponen Eskalator
Sumber : http:// /komponen+eskalator-1.jpg
1. Rangka struktur ( frame )
Ada dua jenis rangka struktur yaitu:
Rangka struktur dengan menggunakan solid H - beam
Pada umumnya rangka struktur dibagi atas tiga bagian
a. Rangka atas ( upper frame )
b. Rangka tengah ( middle frame )
c. Rangka bawah ( lower frame )
Ketiga bagian rangka tersebut dirakit di lokasi pemasangan dengan
menggunakan baut khusus (punch bolt).
- Keuntungan penggunaan rangka struktur dengan menggunakan solid H- beam
yaitu:
a. Memudahkan transportasi, karena dapat dimasukan ke dalam
kontainer.
b. Memudahkan pengaturan jalan masuk ke lokasi pemasangan
c. Lebih mudah untuk dipindahkan setelah unit dipasang
- Kerugian penggunaan rangka struktur dengan menggunakan solid H-beam
yaitu:
a. Lebih berat dari rangka struktur konstruksi besi siku
b. Untuk pemasangannya dibutuhkan tenaga terampil.
Rangka struktur dengan pemasangan konstruksi besi siku
Pada rangka struktur dengan konstruksi besi siku, rangka dikirim ke lokasi
pemasangan dalam satu kesatuan yang telah dirakit lebih dahulu dipabrik
pembuat.
- Keuntungan dari penggunaan rangka struktur dengan konstruksi besi siku
yaitu:
a. Lebih ringan dibandingkan rangka solid H beam.
b. Lebih cepat pada pemasangannya
- Kerugian dari penggunaan rangka struktur dengan konstruksi besi siku
yaitu:
a. Memerlukan transportasi khusus, terutama pada unit-unit yang
tinggi dan panjang
b. Akses masuk ke lokasi pemasangan harus dipersiapkan dari awal saat
pelaksanaan pekerjaan.
c. Setelah unit dipasang akan susah untuk dipindahkan.
2. Rel (rail)
Rel berfungsi untuk mengarahkan gerakan luncuran roda lantai
penggerak anak tangga (step chain roller) dan roda anak tangga (step
roller). Rel harus dipasang dan di atur dengan benar agar gerakan roda anak
tangga dan roda lantai penggerak anak tangga halus dan lurus. Didalam
pengoprasiannya, rel ini harus diberi pelumas. Material untuk rel ini pada
umumnya menggunakan besi siku
3. Rantai dan Roda Gigi (Chain and Gear)
Rantai dan roda gigi merupakan peralatan penggerak anak tangga dan
pegangan tangan.
Ada beberapa jenis rantai yaitu:
a. Rantai penggerak utama (driving chain)
b. Rantai penggerak anak tangga (step chain)
c. Rantai penggerak pegangan tangan (handrail driving chain)
Ada beberapa jenis roda gigi yaitu:
a. Poros roda gigi atas (upper terminal gear)
b. Poros roda gigi bawah (lower terminal gear)
Gambar 1.2. Roda Gigi Eskalator
Sumber : https://arydj.files.wordpress.com/2010/07/detail-01.jpg
4. Anak Tangga (step)
Anak tangga merupakan tempat pijakan dari penumpang eskalator.
Bagian permukaannya harus selalu dalam keadaan horisontal pada saat membawa
penumpang. Material-material yang digunakan dalam pembuatan anak tangga ini
harus berasal dari material yang tidak mudah terbakar seperti aluminium,
stainless steel dan besi cor. Untuk memudahkan penumpang dalam membedakan
satu anak tangga dengan anak tangga lain harus diberi warna kuning.
5. Dinding Penyangga Rel Tangan (balustrade)
Balustrade adalah dinding kiri dan kanan eskalator. Dasar
dinding yang berdekatan dengan tangga biasanya terbuat dari kaca yang
ditemper dengan ketebalan 10 mm (tempered glass balustrade), dapat juga
menggunakan stainless steel balustrade. Stainless steel balustrade biasanya
dipakai pada eskalator yang dipasang pada stasiun kereta, bandar udara dan
tempat-tempat dimana banyak kemungkinan balustrade tersebut terkena
benturan.
Gambar 1.3. Dinding Penyangga dengan Kaca Tempered
Sumber :
http://www.thyssenkruppaufzuege.at/uploads/tx_smediatkereference.jpg
Gambar 1.4. Dinding Penyangga Stainless Steel
Sumber : http://www.stannahlifts.co.uk/images/escalators/square_a2t.jpg
6. Pegangan Tangan (handrail)
Dinding penyangga kiri dan kanan harus dilengkapi dengan rel
penyangga tangan (handrail) yang dapat bergerak bersamaan arah dengan
tangga saat berjalan. Pegangan tangan berfungsi untuk membantu penumpang
pada saat melangkah masuk dan keluar anak tangga agar penumpang tidak jatuh
dan terseret. Material yang digunakan pada pegangan tangan ini adalah karet
khusus yang disebut dengan hypalon. Karet tersebut tahan panas, dimana
panas tersebut sebagai akibat dari gesekan, baik yang disebabkan oleh
mekanisme penggerak ataupun oleh gesekan antara handrail dengan frame
handrail (aluminium)
Untuk mekanisme handrail ini juga dilengkapi dengan pengaman terhadap
benda-benda asing yang terjepit. Pegangan tangan ini harus tersambung
secara sempurna, artinya tidak boleh ada sambungan yang dapat menyebabkan
macet akibat toleransi dengan handrail yang kecil dan pemuaian terhadap
panas. Untuk itu diperlukan toleransi kurang lebih 2 mm dengan sisi-sisi
sampingnya. Panas yang timbul akibat gesekan berkisar antara 40° - 45° C.
Mekanisme handrail ini menggunakan penggerak utama yang berasal dari
rol-rol tangga yang digerakan oleh rantai dan ditekan pula oleh rol-rol
khusus yang menekan handrail sehingga akibat dari tekanan tersebut dan
adanya putaran dari rol-rol menyebabkan handrail dapat bergerak. Dalam satu
unit eskalator terdiri dari empat unit rol, penggerak handrail masing-
masing terdiri dari 4 rol. Bahan rol tersebut adalah besi cor dan dibagian
permukaannya dilapisi oleh karet tahan panas.
Gambar 1.5. Handrail Eskalator
Sumber : http://img.archiexpo.com/images_ae/photo-g/59711-6175409.jpg
Gambar 1.6. Sistem penggerak Handrail
Sumber : http://image.slidesharecdn.com/12023-1.jpg
7. Lantai Pijak (landing plates)
Lantai pijak penting ditempatkan pada bagian masuk dan keluar
eskalator yaitu pada bagian ujung eskalator. Lantai selain berfungsi
sebagai tempat pijakan keluar dan masuk juga berfungsi sebagai penutup
bagian mekanis eskalator. Oleh karena itu, lantai pijak ini dapat dibuka
dan ditutup untuk mempermudah dalah hal perbaikannya. Lantai ini harus
terbuat dari bahan material yang tahan api dan mampu memberikan kemantapan
saat berpijak.
Gambar 1.7. Lantai Pijak Eskalator
Sumber : http://vignette4.wikia.nocookie.net/elevation/images.jpg
8. Lantai Bergigi (combplates)
Selain lantai pijak yang menutup ruang-ruang mesin maupun ruang mekanis
eskalator, terdapat juga lantai spesifik yang melengkapi eskalator yaitu
lantai pijak yang mempunyai alur-alur bergigi di ujungnya. Lantai ini
berfungsi sebagai lantai pendarat bagi penumpang eskalator dan geriginya
berfungsi untuk menyisir kotoran yang ada pada tangga.
Gerigi tersebut harus mempunyai kesejajaran dengan alur-alur pada tangga
dan ujungnya tidak boleh sampai mengenai alur-alur dalam ditangga
tersebut. Bagian yang bergerigi harus dapat dipisahkan dengan bagian
utama lantai sehingga jika gigi-gigi tersebut patah akan mudah untuk
menggantinya. Jarak antara ujung gigi dengan alur didalam tangga
berkisar antara 2,5 mm sampai 4 mm.
Gambar 1.8. Lantai Bergerigi
Sumber : http://www.wmata.com/Images/Mrel/MF_Uploads/combplate.jpg?
9. Ruang Mesin
Ruang mesin harus memiliki kelonggaran yang cukup untuk seseorang melakukan
perbaikan atau perawatan bagian-bagian mekanis dan penggerak eskalator.
Ventilasi yang tersedia harus cukup agar panas radiasi dari mesin dapat
segera keluar.
Gambar 1.9. Ruang Mesin Eskalator
Sumber : http:// China-Fuji-30-inclination-used-commercial.jpg
10. Pencahayaan (lighting)
Jaringan listrik untuk pencahayaan pada daerah yang dekat
dengan kaki, pencahayaan pada dinding balustrade, dan pencahayaan pada
dinding mesin harus terpisah dari jaringan listrik untuk motor penggerak
sehingga jika terjadi kegagalan pada motor atau komponen lainnya, lampu-
lampu yang menerangi eskalator akan tetap menyala
11. Unit Penggerak (drive unit)
Unit penggerak terdiri dari:
a. Motor penggerak (motor induksi)
b. Reduction gear box
c. Rem magnet (magnetic brake)
Motor penggerak adalah motor induksi 3 phasa dengan arus bolak-
balik, memiliki frekuensi 50 Hz, dapat terhubung bintang atau delta.
Putaran dari motor penggerak ini kemudian diturunkan oleh reduction gear
box, sehingga didapat kecepatan linier kurang lebih 30 meter permenit.
12. Peralatan Listrik
Peralatan listrik dapat dibagi atas:
a. Panel kontrol
Panel kontrol berfungsi sebagai pengatur arah gerak naik turun dan juga
berfungsi untuk mematikan atau menghidupkan motor escalator.
b. Kontak pengaman
Eskalator dilengkapi dengan kontak-kontak pengaman yang berfungsi untuk
mencegah terjadinya kecelakaan pada penumpang dan mencegah kerusakan dari
eskalator itu sendiri. Ada dua jenis kontak pengaman yaitu kontak pengaman
yang di reset secara otomatis dan kontak pengaman yang di reset secara
manual. Adapun beberapa kontak pengaman yang biasanya dipasang pada
eskalator:
Handrail inlet safety switch, berfungsi untuk mematikan eskalator bila
terdapat benda asing yang menahan gerakan pegangan tangan (handrail)
Skirt guard safety switch, berfungsi untuk mematikan eskalator bila
ada benda asing yang terjepit diantara anak tangga.
Driving chain safety, berfungsi untuk mematikan eskalator bila rantai
penggerak utama putus.
Step chain tension safety switch, berfungsi untuk mematikan eskalator
bila salah satu rantai penggerak anak tangga putus.
Step roller safety switch, berfungsi untuk mematikan eskalator bila
anak tangga keluar dari rel.
Step travel safety switch, berfungsi untuk mematikan eskalator bila
ada gerakan anak tangga yang tidak normal.
c. Panel Pengoprasian
Panel pengoprasian berfungsi untuk mematikan atau menghidupkan esklator.
2.1.4 Jenis Eskalator.
1. Eskalator Jalur Tunggal
Eskalator jalur tunggal ini biasanya memiliki lebar 60-81 cm, dengan
kecepatan 0,5m/det. Kemampuan daya angkut eskalator mencapai 170 orang,
sedangkan dengan kecepatan 0,60 m/det bisa mencapai 225 orang. Eskalator
tunggal ini biasanya digunakan pada bangunan perkantoran dan pusat
perbelanjaan dengan luas lantai 10.000 meter persegi.
2. Eskalator Jalur Ganda
Eskalator jalur ganda merupakan eskalator yang dapat menampung dua orang
berdiri bersama dalam satu anak tangga dengan lebar 100-120 cm. Dengan
kecepatan 0,45 m/det, eskalator jalur ganda ini dapat mengangkut sebanyak
340 orang sedangkan dengan kecepatan 0,60 m/det bisa mencapai 450 orang.
Eskalator jenis ini biasanya digunakan pada bangunan perkantoran dan
pusat perbelanjaan dengan luas lantai 20.000 meter persegi.
Gambar 1.10 Eskalator Jalur Ganda
Sumber : http://www.tamiang-mt.co.id/backup/wp-
content/uploads/2014/03/escalator-indonesia.jpg
2.1.5 Ukuran Standar
Umumnya Eskalator dipasang dengan kemiringan >10 atau sesuai standart
perbandingan antara datar dan ketinggian 30° – 35°. Panjang Eskalator
disesuaikan dengan kebutuhan. Lebar untuk 1 orang 60cm, dan untuk 2 orang
100cm – 120cm. Menurut peraturan yang diterapkan di Inggris, sudut
ketinggian dieskalator dibatasi hingga 30°, apabila tangga tidak lebih dari
6 M dan kecepatan 0,5 m/dtk.
Dalam keadaan tertentu sudut tersebut tidak boleh lebih dari 30º . Menurut
standar Inggris (BS), lebar tangga max 1050 cm dan minimal 600cm.
2.1.6 Tata Letak Eskalator
Ada 3 jenis cara perletakan eskalator yaitu sebagai berikut
1. Bersilang
Gambar 1.11. Eskalator Bersilangan
Sumber : http://all-tekniksipil.blogspot.co.id/2011/11/utilitas-bangunan-
eskalator.html
2. Sejajar arus berputar
Gambar 1.12. Eskalator Arus Berputar
Sumber : http://all-tekniksipil.blogspot.co.id/2011/11/utilitas-bangunan-
eskalator.html
3. Sejajar arus menerus
Gambar 1.13. Eskalator Arus Menerus
Sumber : http://all-tekniksipil.blogspot.co.id/2011/11/utilitas-bangunan-
eskalator.html
2.1.7 Konfigurasi Eskalator.
1. Double Cross Over
Dengan double cross over, eskalator dapat mengangkut penumpang dalam jumlah
yang banyak karena peletakannya yang bersilangan. Akan tetapi akibat dari
penggunaan double cross over ini sudut pandang menjadi tidak luas.
Gambar 1.14. Double Cross Over
Sumber : http://img.everychina.com/nimg/2a/ae.jpg
2. Paralel
Perencanaan dengan menggunakan sistem paralel menekankan ke segi
arsitektural dan memungkinkan sudut pandang yang luas.
Gambar 1.15. Eskalator Paralel
Sumber : http://img.everychina.com/nimg/89/77.jpg
3. Cross Over
Dengan sistem cross over, eskalator diletakan secara bersilangan
dengan hal ini dimaksudkan ke satu arah saja, arah naik maupun turun
sehingga eskalator ini menjadi tidak efisien dalam sistem sirkulasinya.
Akan tetapi, eskalator cross over sangat berestetika tinggi.
Gambar 1.16. Eskalator Cross Over
Sumber : http://vibrantelevators.com/images/technical/escalator4.jpg
2.1.8 Cara Kerja Eskalator
1. Pendaratan (landing)
Floor plate rata dengan lantai akhir dan diberi engsel atau dapat
dilepaskan untuk jalan ke ruang mesin yang berada di bawah floor plates.
Comb plate adalah bagian antara floor plate yang statis dan anak tangga
bergerak. Comb plate ini sedikit miring ke bawah agar geriginya tepat
berada di antara celah-celah anak tangga-anak tangga. Tepi muka gerigi comb
plate berada dibawah permukaan cleat.
2. Landasan Penopang (truss)
Landasan penopang adalah struktur mekanis yang menjembatani ruang antara
pendaratan bawah dan atas. Landasan penopang pada dasarnya adalah kotak
berongga yang terbuat dari bagian-bagian bersisi dua yang digabungkan
bersama dengan menggunakan sambungan bersilang sepanjang bagian dasar dan
tepat dibawah bagian ujungnya. Ujung-ujung truss tersandar pada penopang
beton atau baja.
3. Lintasan
Sistem lintasan dibangun di dalam landasan penopang untuk mengantarkan
rantai anak tangga, yang menarik anak tangga melalui loop tidak berujung.
Terdapat dua lintasan, satu untuk bagian muka anak tangga (yang disebut
lintasan roda anak tangga) dan satu untuk roda trailer anak tangga (disebut
sebagai lintasan roda trailer). Perbedaan posisi dari lintasan-lintasan ini
menyebabkan anak tangga-anak tangga muncul dari bawah comb plate untuk
membentuk tangga dan menghilang kembali ke dalam landasan penopang.
2.1.2 ELEVATOR / LIFT
2.2.1 PENGERTIAN
Lift atau Elevator adalah salah satu alat bantu dalam kehidupan manusia
yang berfungsi untuk mempermudah aktifitas manusia yang rutinitasnya lebih
sering berada didalam gedung-gedung bertingkat. Fungsi elevator yaitu
sebagai angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut
orang atau barang yang memiliki pergerakan naik dan turun. Pada umumnya
lift difungsikan atau dipergunakan pada gedung-gedung bermasa besar dan
tinggi atau bertingkat, biasanya lebih dari tiga atau empat lantai. Berkat
adanya angkutan transportasi seperti lift atau elevator dengan sistem
oprasional yang modern dan mempunyai tombol-tombol yang dapat dipilih
penumpangnya sesuai lantai tujuan mereka,selain itu juga manusia dapat atau
mampu menciptakan bangunan raksasa yang memiliki bentuk massa yang besar
dan tinggi. Pada lift terdapat tiga jenis mesin yang dipergunakan salah
satunya yaitu Hedraulic,Traction atau katrol tetap, dan Hoist atau katrol
ganda, jenis hoist dapat dibagi menjadi dua bagian , yaitu hoist dorong dan
tarik.
Mengenai sejarahnya lift awalnya adalah sebuah derek yang terbuat dari
tali. Pada tahun 1853, salah seorang pionir dalam bidang lift yaitu Elisha
Graves Otis memperkenalkan sebuah lift yang menghindarkan jatuhnya ruang
lift jika kabelnya terputus. Rancangannya mirip dengan suatu jenis
mekanisme keamanan yang masih digunakan hingga kini.
1. 23 Maret 1857 - Lift Otis pertama dipasang di New York City.
2. 1880 - Lift listrik pertama, dibuat oleh Werner von Siemens.
3. 2004 - Pemasangan lift penumpang tercepat di dunia, di gedung Taipei
101 di Taipei, Taiwan. Kecepatannya adalah 1.010 meter per menit atau
60,6 km per jam.
2. JENIS – JENIS LIFT / ELEVATOR
Jenis lift berdasarkan mesinnya:
Jenis lift berdasarkan fungsinya:
1. Lift Penumpang
Lift/Elevator jenis ini biasa dipakai untuk fasilitas transportasi vertikal
manusia pada gedung berlantai banyak,dengan perhitungan keselamatan bagi
penumpang yang sangan tinggi.
a. Lift Penumpang Tertutup
b. Lift Penumpang Terbuka
2. Lift Barang
Elevator barang ini biasa dipakai pada bangunan bengkel, industri, gudang
dan gedung parkir. Sistim penggerak dapat memakai sistem traction ataupun
hydraulic, car dibuat dari logam dan lapisan kayu pada lantainya serta
telah dipersiapkan sedemikian rupa untuk menerima benturan ataupun gesekan
dengan barang yang diangkut. Penerangan pada car mutlak diperlukan. Pada
fasilitas elevator barang, car harus dilengkapi dengan peralatan-peralatan
yang otomatis. Terutama dalam pengaturan penaikan ke lantai dengan
menggunakan automatic levelling. Pintu masuk pada elevator barang, umumnya
dapat dibuka secara vertikal dan minimum mempunyai ketinggian 6 (enam) kaki
atau sekitar 2 meter. Komposisi yang dipersyaratkan, setiap lima lift
penumpang diperlukan satu lift barang. Kapasitas lift barang berkisar
antara 1-5 ton. Ukuran dalam lift barang berkisar antara 1,60x2,10 meter
sampai 3,10x4,20 meter, dengan kecepatan bergerak maksimum 1,50-2,0 meter/
detik, sedangkan kecepatan rata-rata yang ideal 0,25-1 meter/detik. Pada
umumnya lift barang bergerak dengan kecepatan 22,50-60 m/menit.
- Lift Barang (Freight Elevator) menurut muatannya
Ada tiga macam elevator barang (freight elevator), yaitu:
Elevator barang dengan muatan barang biasa Muatannya tidak
diperkenankan melebihi 25% kapasitas yang sudah ditentukan.
Kapasitasnya angkutnya berkisar antara 50 Pounds (Lbs) per-sqft atau
sekitar 277,78 kg/m2.
Elevator barang dengan muatan kendaraan bermotor Car elevator jenis
ini menanggung muatan yang cukup besar. Kapasitas angkut yang
diperkenankan sekitar 30 psf (Lbs/sqft) atau sekitar 126,5 kg/m2.
Elevator barang dengan muatan kendaraan berat, misalnya: truk
Kapasitas angkut elevator jenis ini lebih besar, yaitu 50 psf
(Lbs/sqft).
3. Lift Makanan (Dumb Waiter)
Dumbwaiters atau Ejection Elevator berfungsi sebagai pengantar. Elevator
jenis ini ukurannya kecil dan biasa dipakai untuk mengantar makanan,
minuman dll. pada bangunan berlantai banyak, seperti pada hotel, rumah
sakit, dll. Kecepatan elevator ini berkisar antara 300 fpm (Feet per-
minute) dengan kapasitas angkutnya sebesar 100 Pounds (Lbs) atau sekitar 50
kg, dan penggeraknya menggunakan sistem traction dengan motor kecil.
4. Lift Automobile
Berfungsi untuk mengangkut kendaraan sehingga memerlukan ukuran ruang
kereta sampai = 2.750 mm dan panjang 6.300 mm tergantung peruntukan jenis
kendaraan yang diangkut. Lift ini berkecapatan rendag yaitu 20, 30, 45 mpm
dan mempunyai sistem bukaan pintu mengarah ke atas-bawah dengan 2 (dua)
atau 3 (tiga) panel pintu, bisa juga lift kendaraan ini dikatagorikan ke
lift barang,namun dibuat lebih khusus dengan hanya mengangkut kendaraan.
5. Lift Double Decker
6. Lift Fire
7. Bed/Hospital Elevator
Merupakan sebuah Elevator/Lift yang difungsikan sebagai alat transportasi
vertikal bagi patient stretcher (brandkar) sehingga membutuhkan dimensi
kabin tertentu.
3. SISTEM PENGGERAK LIFT / ELEVATOR
2.2.3.1 Sistem Gearless
Pada system gearless ( digunakan pada instalasi gedung dengan
ketinggian menengah dan tinggi), mesin berada pada bagian atas, kereta
elevator tergantung di ruang luncur oleh beberapa steel hoist ropes,
biasanya dua puli katrol, dan sebuah bobot pengimbang (counter weight).
Bobot kereta dan counterweight menghasilkan traksi yang memadai antara puli
katrol dan hoist ropes sehingga puli katrol dapat menggegam hoist ropes dan
bergerak serta menahan kereta tanpa selip berlebihan. Kereta dan
counterweight bergerak sepanjang rel yang vertikal agar mereka tidak
berayun-ayun. Biasanya sistem ini digunakan pada gedung-gedung kantor,
pertokoan, hotel, apartment, rumah sakit, dan lain sebagainya.
Gambar 2.1 Lift Dengan Mesin Diatas
Sumber : http://adit32knsun.blogspot.
com/2012/08/tugas-transportasi-vertikal.html
2.2.3.2 Sistem Hidrolik
Pada sistem hidrolik (digunakan pada instalasi di gedung rendah,dengan
kecepatan kereta menengah), mesin berada pada bagian bawah terbatas 3-4
lantai, skema kerjanya yaitu kereta dihubungkan ke bagian atas dari piston
panjang yang bergerak naik dan turun di dalam sebuah silinder. Kereta
bergerak naik saat oli dipompa ke dalam silinder dari tangki oli, sehingga
mendorong piston naik. Kereta turun saat oli kembali ke tangki oli. Aksi
pengangkatan dapat bersifat langsung (piston terhubungkan ke kereta) atau
roped (piston terikat ke kereta melalui rope). biasanya sistem ini
digunakan pada lift uang atau makanan.Karena pemasangan lift baru dianggap
efisien setelah tinggi lantai bangunan 4 lantai ke atas, maka sistem yang
digunakan adalah gearless (mesin yang letaknya pada bagian atas).
Gambar 2.2 Lift dengan mesin dibawah
Sumber : http://adit32knsun.blogspot.
com/2012/08/tugas-transportasi-vertikal.html
4. KOMPONEN PADA LIFT / ELEVATOR
2.2.5 KOMPONEN PADA LIFT / ELEVATOR
2.2.5.1 Mesin Lift
Control Panel ( Lemari Kontrol )
Berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan kerja dari pada lift
tersebut. Permintaan baik dari luar maupun dari dalam kereta dicatat
dan diolah, kemudian memberikan intruksi-intruksi agar lift bergerak,
dan berhenti sesuai dengan permintaan.
Geared Machine Atau Mesin Penggerak
Di dalam raung mesin terdapat satu mesin penggerak jenis geared. Pada
mesin ini, perputaran dari motor penggerak ditransformasikan oleh
roda gigi sehingga dari putaran motor tinggi dapat berubah ke putaran
rendah. Kecepatan maximum dari kereta lift dengan sistem geared
adalah 150mpm. Pada mesin penggerak ini terdapat brake (rem) dimana
rem ini akan berkeerja jika motor penggerak tidak dialiri listrik.
Primary Velocity Tranducer / Encoder
Terdapat satu alat dengan mesin lift pada mesin penggerak gunanya
untuk mendeteksi putaran motor atau kecepatan dari lift.
Governor
Governor adalah alat pengaman, dimana jika kecepatan lift melebihi
batas-batas yang telah ditentukan, maka governor ini akan bekerja dan
kereta akan berhenti baik oleh elektrik maupun maupun mekanik.
Automatic Rescue Drive
Yang berfungsi apabila sumber listrik dari PLN mendadak mati dan lift
akan berhenti disembarang tempat setelah lebih dari 15 detik maka ARD
akan bekerja untuk menjalankan lift ke lantai terdekat. Setelah lift
sampai pada lantai otomatis lift akan mati. Lift akan normal kembali
setelah listrik PLN hidup kembali.
Gambar 2.4 Komponen Elevator
Sumber : http://adit32knsun.blogspot.com
2.2.5.2 Jalur Lift (Hoistway) dan ruang mesin di atasnya
Ruang luncur adalah lorong atau lintasan dimana kereta tersebut bergerak
naik dan turun. Lubang ini harus merupakan lubang tertutup dan tidak ada
hubungan langsung ke ruang di luarnya kecuali untuk lubang dua buah lift
berdampingan.
Guide Rail Atau Rel Pemandu
Profil baja khusus pemandu jalanya kereta (car) dan bobot pengimbang
(Counterweight). Ukuran rel untuk kereta/ car biasanya lebih besar
dari pada rel bandul pengimbang/ counterweight. Guide rail ini
terpasang tegak lurus dari dasar pit sampai di bawah slap ruang mesin.
Limit Switch / Saklar Batas Lintas
Ada dua jenis saklar batas lintas yaitu untuk membalik arah direction
switch dan final switch. Biasanya komponen ini terpasang di rel
kereta, dipasang dibagian bawah dan dibagian atas rel. Yang berfungsi
untuk menjaga agar kereta tidak menabrak pit atau lantai kamar mesin.
Vane Plate / Pelat Bendera
Dipasang di rel kereta yang berfungsi untuk mengatur pemberhentian
kereta pada lantai yang dikehendaki dan mengatur pembukaan pintu
pendaratan (landing door).
Landing Door / Pintu Pendaratan
Terdiri dari beberapa bagian, antara lain door hanger, door sill, dan
door panel. Berfungsi untuk menutup ruang luncur dari luar. Pada hall
door ini dipasang alat pengaman secara seri sehingga apabila salah
satu pintu terbuka maka lift tidak akan bisa dijalankan.
Buffer
Terletak di dua tempat yaitu: satu set untuk kereta dan satu set untuk
beban pengimbang / counterweight. Berfungsi untuk meredam tenaga
kinetik kereta dan bobot pengimbang pada saat jatuh.
Governor Tensioner
Merupakan pully berbandul sebagai penegang rope governor yang terletak
di pit.
2.2.5.3 Komponen Di Car / Kereta
A. Car / Kereta
Car / Kereta adalah kotak dimana penumpang naik dan dibawa naik turun.
Kereta ini dihubungkan langsung dengan bobot pengimbang (Counterweight)
dengan tali baja lewat pully penggerak di ruang mesin, Merupakan bagian
yang paling dilihat oleh para pemakai, karenanya harus aman, nyaman dan
didesain sedemikian agar indah dan sesuai dengan 'prestige' bangunan,
tahan lama dan mudah dalam perawatannya . Bagian ini merupakan bagian
yang paling bebas didesain oleh arsitek. Keamanan kabin, dicerminkan
dengan adanya perlengkapan pintu otomatis, alarm kebakaran dan kelebihan
beban, interchome, bahan-bahan yang tahan api, dan lubang escape.
Kenyamanan, dinyatakan dengan adanya pengkondisian udara, ventilasi,
peralatan pengendali otomatis, gerakan kabin yang halus, tidak terguncang
pada saat akan bergerak maupun berhenti, tidak berisik, indicator tingkat
lantai, pencahayaan yang lembut bahkan Pada pertemuan antara kabin dan
rel ini dipasangkan sepatu rem. Sedangkan pada jarak tertentu pada rel
(tergantung pada jarak lantai pada gedung) dipasangkan saklar-saklar
pengirim sinyal ke alat pengendali mesin penggerak untuk mengatur putaran
roda penggerak (mempercepat, memperlambat, atau berhenti).
.
Gambar 2.5 Beberapa Model Kabin Car
Sumber : http://adit32knsun.blogspot.com/2012/08/tugastransportasi-
vertikal.html
B. Car Door / Pintu Kereta
Terdiri dari beberapa bagian, antara lain: door hanger, door sill,
door panel dan door mekanisme yang mengatur buka tutup pintu. Berfungsi
untuk menutup kereta dari luar. Pada pintu kereta (car door) ini dipasang
alat pengaman secara seri dengan pintu pendaratan / landing door sehingga
apabila pintu terbuka maka lift tidak dapat dijalankan.Untuk keamanan maka
pintu elevator dimasa kini menggunakan pintu-pintu otomatik elektris yang
sinkron dengan leveling control. Dengan demikian maka secara otomatis pintu
akan terbuka penuh pada saat berhenti ditiap lantai, kecepatan pintu
membuka dan menutup tergantung pada tipe pintu dan lebar bukaan pintu.
Namun apapun tipe pintunya semuanya disyaratkan hanya boleh menggunakan
daya gerak maksimum 7 ft.lbs (9,5 joule). (1 ft. lb = 1,365 joule).
Gambar 2.6 Sensor Pintu Lift
Sumber : http://adit32knsun.blogspot.com
C. COP (Car Operating Panel)
Ada satu atau lebih COP. Biasanya terletak pada sisi depan kereta (front
return panel). Pada panel tersebut terdapat tombol-tombol lantai dan tombol
pengatur buka tutup pintu.
D. Interphone
Biasanya terletak pada COP (pada lokasi yang mudah dicapai) yang berfungsi
untuk mengadakan komunikasi (dalam keadaan tertentu) antara kereta, kamar
mesin (Machine Room) dan ruang kontrol gedung.
E. Alarm Buzzer
Yang berfungsi untuk memberi tanda bila lift berbeban penuh atau tanda-
tanda lain.
F. Switching box
Biasanya menjadi satu dengan COP. Yang terletak dibagian bawah COP secara
tertutup (yang dapat dibuka hanya dengan kunci khusus) didalamnya terdapat
tombol-tombol pengatur.
G. Floor Indicator
Nomor penunjuk lantai dan arah jalannya kereta. Biasanya terletak disisi
atas pintu kereta (transom) atau pada COP.
H. Lampu Darurat atau Emergency Light
Biasanya terletak diatas atap kereta, fungsinya untuk menerangi kereta
dalam keadaan darurat (listrik mati) dengan sumber battery.
I. Saklar Pintu Darurat (Emergency Exit Switch)
Terletak pada pintu darurat diatas kereta, fungsinya untuk memastikan agar
kereta tidak berjalan apabila pintu darurat dibuka untuk proses
penyelamatan.
J. Safety Link
Mekanisme penggerak alat pengaman (safety device) diatas kereta yang
dihubungkan dengan governor
di kamar mesin. Berfungsi untuk menahan kereta over speed ke bawah (dalam
keadaan darurat).
2.2.5.4 Komponen di luar ruang luncur atau di hall
A. Tombol Lantai
Tombol pemanggil kereta di lantai/ hall.
B. Saklar Parkir
Biasanya terletak di lobby utama didekat tombol lantai (hall button)
berfungsi untuk mematikan dan menjalankan lift.
C. Saklar Kebakaran / Fireman Switch
Biasanya terletak di lobby utama disisi atas hall button, berfungsi
untuk mengaktifkan fungsi fireman control/ fireman operation.
D. Hall Indicator atau Penunjuk Lantai
Biasanya terletak di transom atau hall button pada masing-masing lift.
Berfungsi untuk mengetahui posisi masing-masing kereta.
A. TATA LETAK / PELETAKAN LIFT
B. CARA KERJA
C. SAFETY DEVICE
D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
E. PERAWATAN ATAU PEMELIHARAAN
PROGRAM PEMELIHARAAN
1. Secara praktis pemeliharaan dikerjakan oleh ahlinya yaitu produsen
atau agennya. Walaupun begitu pihak pengelola bangunan harus mendapat
jaminan bahwa pesawat lif berfungsi baik sebagaimana mestinya. Jaminan
lif itu dapat berupa sebagai berikut :
a. Tiap-tiap kemacetan harus sudah selesai diperbaiki dalam satu jam,
atau dua jam dengan alasan yang wajar.
b. Jumlah kemacetan dalam setahun tiap-tiap satuan pesawat, rata-rata
tidak lebih dari 3 kali.
c. Jumlah jam lift berhenti (tidak jalan) karena dilakukan perawatan dan
perbaikan ialah maksimal 5% dari jumlah jam tugasnya setahun. Lihat
box ilustrasi.
d. Setahun sekali diadakan audit atas pekerjaan fisik dan administrasi
oleh pihak ketiga (ahli bidang lift, kesehatan dan keselamatan kerja)
untuk menilai mutu dan hasil pelaksanaan pemeliharaan.
2. Sangsi atas jaminan harus jelas tersebut dalam kontrak (surat
perjanjian). Biaya inspeksi atau audit dipikul bersama agar auditur
jujur tidak memihak siapapun.
Catatan :
Jumlah jam operasi lift dalam suatu bangunan kantor kira-kira 3000 jam.
Jumlah aktu lift diizinkan istirahat untuk dirawat ialah 5% atau 150 jam,
terdiri atas 100 jam pemeriksaan berkala dan 50 jam cadangan untuk reparasi
dan penyetelan ulang (readjustment). Jika dalam satu tahun dilakukan 32
kali pemeriksaan (rata-rata 3 kali per bulan), maka tiap-tiap kunjungan
memakan waktu 3,2 jam diluar jam perjalanan. Lihat contoh daftar periksa
pada lampiran.
3. Kontrak perawatan harus lengkap mencakup semua aspek, termasuk jadwal
pemeriksaan. Table dibawah ini adalah contoh jadwal untuk satu tahun
pemeliharaan lift. Jadwal ini merupakan lampiran dri kontrak
pemeliharaan, dan mengikat untuk dilaksanakan.
Catatan :
Ada satu bulan dalam satu tahun dikosongkan, untuk mengulang pekerjaan yang
dirasa tertunda, dan atau reparasi yang direncanakan dalam rangka
pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance).
GAMBAR JADWAL PERAWATAN LIFT
Catatan :
a. Jadwal alternative dapat dibuat untuk tiap-tiap gedung agar
menyesuaikan diri dengan keadaan dan jumlah tenaga kerja yang
tersedia. Dasar penjadwalan tetap berlaku, yaitu jumlah jam
pemeriksaan untuk tiap-tiap komponen.
b. Komponen yang lebih sering mengalami pemeriksaan ialah pintu lantai,
terutama pintu di lobby karena tugas kerjanya lebih berat. Dianjurkan
tiap-tiap bulan diperiksa, yaitu door contack, interlock, door hanger
roller, excentric roller, air cord, door closer (weight), stopper,
guides, dan cam roller.
Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance).
Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance = PM ) dirancang dengan
maksud menghindari (dan juga menunda) kerusakan dari peralatan atau
komponen yang vital, yang lambat atau cepat pasti terjadi. Ada dua (2)
aspek yang dapat kita kemukakan dalam pelaksanaan Pemeliharaan pencegahan :
1. Pemeriksaan (Inspection).
Pemeriksaan oleh teknisi yang kompeten atas bagian-bagian peralatan
kritis. Pemeriksaan seringkali memberi petunjuk adanya keharusan mengganti
suku cadang (atau cukup reparasi), jauh-jauh hari sebelum terjadi
kerusakan, dan biasanya sesuai dengan jadwal yang dirancang oleh pabrikan.
Waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan harus serendah mungkin sehingga
tidak mengganggu pelayanan (operasi) lift.
2. Pemeliharaan berkala.
Yaitu kebersihan, pelumasan, penyetelan kembali peralatan yang senantiasa
berfungsi. Jadwal yang dianjurkan oleh pabrikan harus diikuti, disamping
juga pengalaman sendiri selama bertahun-tahun. Preventive Maintenance tidak
beda dengan Planned Maintenance.
Karakteristik dari Pemeliharaan pencegahan.
1. Check list buat khusus untuk individual unit (planning).
2. Dedikasi dan mekanik, teknisi dan adjuster saat memeriksa peralatan.
3. Kecakapan dan keterampilan (skill and competent) teknisi dengan
pengetahuan up to date, melalui field education (pelatihan lapangan).
4. Quality control oleh supervisor untuk memperoleh quality assurance.
5. Tiap-tiap trouble (call back) harus dianalisa sebab-musabahnya dengan
dasar teori, dan disimpulkan oleh suatu tim (bukan perorangan).
Kemungkinan diperlukan perbaikan rencana.
6. Suku cadang dibawah standard (mutu rendah) harus dicari substitusinya
dan diuji lebih dulu (improvement of quality design).
7. Jumlah jam pemeriksaan dan pemeliharaan berkala tidak harus sama
seragam untuk semua unit lift, melainkan harus seimbang menurut work-
load, umpama 12 kali setahun untuk lift VIP dan 15 kali setahun untuk
lift penumpang pegawai (umum).
8. Kontraktor sebaiknya agen tunggal pabrikan atau pabrikan sendiri,
karena dia mempunyai pengalaman yang luas dan paham sifat-sifat lift
tertentu.
9. Jadwal reparasi dapat dilaksanakan pada waktu-waktu yang ditentukan
oleh manajemen, setelah keputusan atas laporan evaluasi. Reparasi
dilaksanakan tanpa tergesa-gesa sehingga diharapkan hasil mutu yang
baik.
Catatan :
a. Check list : Tiap-tiap suku ada umurnya, dan saat kapan mulai
diperiksa, ditest atau di re-adjust (stel ulang) dan terakhir kapan
diganti baru (replacement).
b. Tiap-tiap lift mempunyai 'jam terbang'yang berbeda, sehingga ramalan
umur suku/komponen berbeda.
Pemeliharaan Lif Terpadu
1. Segera setelah lift dijalankan melayani penumpang, pemeliharaan
berkala sudah harus dimulai. Kewajiban manajemen untuk membuat program
atau kontrak pemeliharaan dengan ahlinya mencakup pelumasan
sebagaimana mestinya, pemeriksaan, penyetelan kembali secara teratur
dan bekala dan test-tahunan alat-alat keamanan.
2. Penggantian bagian suku-suku cadang yang aus sebelum rusak dan tidak
berfungsi, yang pasti akan menyebabkan operasi (kerja lif) gagal,
harus (tercantum) masuk dalam kontrak.
3. Manajemen harus waspada terhadap isi kontrak. Apa yang tertulis tidak
selalu menjangkau apa-apa yang kita maksud/kehendaki, dan apa-apa yang
terjadi di luar dugaan semu pihak.
4. Pokok-pokok isi kontrak pemeliharaan terpadu harus paling sedikit
meliputi hal-hal ebagai berikut :
a. Lingkup pekerjaan
b. Penggantian suku cadang yang termasuk/ tidak termasuk dalam
harga kontrak
c. Reparasi – suku cadang pinjaman
d. Call – back sevice (24 hours service)
e. Jadwal jam-jam pekerjaan pemeliharaan
f. Orang yang bertanggung jawab dilapangan & penggantinya
g. Laporan bulanan (macet dan sebab-sebabnya)
h. Laporan tahunan (termasuk rencana kerja tahun berikut)
i. Testing tahunan atau rutin (safeties)
j. Pemeriksaan (inspection) 2 tahun sekali (quality audit)
k. Tanggung jawab dan kewajiban manajemen
l. Biaya, penyesuaian dan denda
m. Jangka waktu kontrak dn perpanjangannya
n. Kecelakaan
o. Arbitrasi
p. Penyelesaian hukum
q. Legalitas
5. Satu hal yang harus disadari oleh management jika telah siap masuk
dalam kontrak perawatan terpadu ialah : bahwa kita yakin kontraktor
mempunyai pengalaman dan reputasi (citra) yang baik selama jangka
waktu yang panjang (± 15-20 tahun), suatu perusahaan yang sehat
danback-up technology dari pabrikan. Terlampir daftar unsure-unsur
yang diperlukan atas suatu bentuk perawatan yang dinamakan guaranteed
maintenance.
6. Hal lain yang perlu diperhatikan ialah kesediaan kontraktor
untuk dievaluasi kerjanya oleh pihak ketiga paling lambat 2 tahun
sekali untuk meyakinkan bahwa hasil kerjanya selama ini bagus dan
betul.
7. Pihak ketiga ialah seorang ahli lapangan dibidang lift yang tidak
memihak
8. Juga kesediaan kontraktor untuk di penalty (didenda), jika melakukan
kesalahan atau melalaikan tugas, sehingga lift menjadi rusak ataupun
tidak berfungsi selama jangka waktu yang ditetapkan. Berganti-ganti
kontraktor untuk merawat lift tidak bijak. Jika kontraktor tahun lalu
banyak berbuat kesalahan, sebaiknya diberi kesempatan satu tahun lagi,
dengan perjanjian baru dan menambah pasal-pasal dimana diperlukan,
agar kontraktor lebih bertanggung jawab. Jika terpaksa harus
ganti/tukar kontraktor, tentunya kontraktor baru akan melakukan survey
atas kelalaian perawatan keseluruhan dan membuat proposal untuk
rekondisi pesawat tersebut sebelum dimulai dengan perjanjian
perawatan.
Rekomendasi tentang Lif (Europen Elevator Association).
1. Semua lif harus dipelihara. Pemeliharaan harus oleh orang-orang yang
kompeten dari perusahaan yang memenuhi syarat dan bekerja sesuai
aturan-aturan EEA.
2. Pemilik/ manajemen dapat menerima kebutuhan akan (perlunya) lif harus
di upgrade. Yaitu bagi peralatan yang berumur lebih dari 15 tahun dan
selanjutnya tiap-tiap 5 tahun setelah melalui pemeriksaan. Hal ini
agar memenuhi persyaratan-persyaratan keselamatan yang berlaku akhir-
akhir ini (up to date).
3. Panggilan darurat harus segera dilayani.Seseorang dalam
organisasi building management harus siap 24 jam untuk menolong orang
yang terperangkap dalam lif. Alat komunikasi dengan orang tersebut
harus berfungsi.
4. Peralatan cacat atau rusak harus segera dilaporkan.Seorang petugas
dari pihak manajemen harus segera melaporkan kepada perusahaan
pemelihara.
5. Perusahaan pemelihara harus membuktikan kecakapannya, dapat dipercaya
dan berpengalaman.Perusahaan harus terdaftar dan menutup asuransi
untuk kepentingan umum (kecelakaan dan kerusakan harta benda).
6. Perusahaan pemeliharaan harus jelas.Nama dan alamat, nomor telepon
sebaiknya terpampang di dalam lif. Hal ini memudahkan komunikasi jika
ada masalah dengan peralatan demi keselamatan.
7. Perusahaan pemeliharaan harus peduli dengan keselamatan.Perusahaan
harus melaporkan kepada manajemen/pemilik pada waktunya atas unit lif
untuk memenuhi persyaratan K3. Juga perusahaan peduli atas keselamatan
pegawainya dengan kebijakan yang jelas.
8. Perusahaan pemeliharaan harus dapat melayani call back sevice 24 jam
sehari, 365 hari per tahun.Hal ini terutama untuk menolong penumpang
yang terkurung/ terperangkap didalam kereta lif yang macet. Teknisi
yang dikirim untuk menolong harus cakap dan sigap, sehingga tidak
menunda waktu terlalu lama.
9. Perusahaan pemeliharaan harus bermutu tinggi.Di Eropa perusahaan
tersebut lulus ISO 9000/EN29000 (memiliki sertifikat) untuk sisitim/
procedure kerja.
10. Perusahaan pemeliharaan harus memiliki pegawai yang cakap.Perusahaan
menyediakan pelatihan dan senantiasa melaksanakan peningkatan
keahliannya dan pengetahuannya mengenai pemeliharaan.
11. Perusahaan pemeliharaan menyediakan pelayanan kebutuhan suku cadang.
12. Perusahaan pemeliharaan harus mencatat dan menyimpan sejarah
pemeliharaan, reparasi, modifikasi, dan lain-lain, atas tiap unit lif.
2.3 CONVEYOR
2.3.1 Definisi Conveyor
Conveyor merupakan salah satu system yang berfungsi untuk memindahkan
suatu benda dari satu lokasi ke lokasi lain, jenis system transportasi ini
sangat berguna pada industry ataupun pada bangunan seperti airport guna
untuk memindahkan bahan/barang mulai dari ukuran kecil hingga besar, berat
dan ringan. Dengan system ini memungkinkan pengguna untuk memindahkan benda
dengan efisien dan cepat.
Dalam kondisi tertentu, conveyor banyak dipakai karena mempunyai
nilai ekonomis yang sangat tinggi dibandingkan dengan transportasi
berat seperti truk dan mobil pengangkut. Conveyor dapat memobilisasi
barang dalam jumlah yang banyak dan berlanjut dari satu tempat ke
tempat lain. Perpindahan tempat tersebut harus mempunyai lokasi yang
tetap agar sistem conveyor mempunyai nilai ekonomis.
2.3.2 Spesifikasi Conveyor
Conveyor hanya bisa memindahkan barang yang berupa unit dan tidak bisa
memindahkan barang yang berbentuk bulk atau butiran. Unit yang bisa
dipindahkan menggunakan conveyor juga harus mempunyai dimensi tertentu dan
berat tertentu agar dapat ditransportasikan.
Gambar 3.1 Spesifikasi Roller Conveyor
Sumber : https://suluhmania.wordpress.com
Spesifikasi conveyor juga harus disesuaikan dengan dimensi dan beban unit
yang akan ditransportasikan. Conveyor yang umum digunakan adalah roller
Conveyor. Rancangan sistem roller conveyor harus mempu menerima beban
maksimum yang mungkin terjadi pada sistem conveyor. Selain itu, desain
dimensi sistem juga harus dipertimbangkan agar sesuai dengan dimensi unit
yang akan ditransportasikan.
Gambar 3.2. Dimensi Lebar Conveyor
Sumber : https://suluhmania.wordpress.com/
Jarak antar roller disesuaikan dengan dimensi unit yang akan
ditransportasikan. Diusahakan jarak antar roller dibuat sedekat mungkin
agar tumpuan beban semakin banyak. Selain itu, dimensi unit yang
ditranportasikan minimal harus ditumpu oleh 3 roller. Jika kurang dari 3
roller, maka unit tersebut akan tersendat bahkan bisa jatuh keluar sistem
tranportasi roller conveyor.
Gambar 3.3 Roller Conveyor
Sumber : https://suluhmania.wordpress.com/
2.3.3 Kelebihan Conveyor
Kelebihan conveyor adalah bisa mentransformasikan pada kemiringan
tertentu sehingga conveyor bisa mentranportasikan barang dari satu tingkat
ke tingkat yang lain. Selain itu, conveyor juga dapat membelokkan jalur
unit yang belokannya sangat tajam. Hal tersebut bermanfaat untuk daerah
yang ruanganya terbatas.
2.3.4 Komponen Conveyor
a. Kerangka Badan
Kerangka badan mempunyai fungsi untuk menopang roller agar
lokasi roller tidak berpindah-pindah. Pemasangan roller dengan
kerangka badan ini harus pas agar tidak terjadi getaran yang tidak
diinginkan saat roller berputar. Selain itu, kerangka badan ini
juga menentukan jarak antar roller yang sesuai agar unit yang akan
ditransportasikan tidak jatuh.
Gambar 3.4. Kerangka Badan
Sumber : https://suluhmania.wordpress.com
b. Tiang Penyangga
Tiang peyangga mempunyai fungsi untuk pondasi kerangka badan
sistem roller conveyor. Kerangka badan ini didesain sebagai tumpuan
roller conveyor terhadap tanah yang dilalui oleh sistem conveyor.
Gambar 3.5. Tiang Penyangga
Sumber : https://suluhmania.wordpress.com/
c. Motor Penggerak
Motor penggerak mempunyai fungsi untuk menggerakkan drive
roller agar selalu berputar sesuai dengan kecepatan yang diinginkan
operator. Motor penggerak ini pada umumnya ditempatkan diujung
paling akhir alur roller conveyor agar bisa menjaga rantai
transmisi tetap tegang.
d. Roller
Roller mempunyai fungsi sebagai pemindah barang yang akan
ditransportasikan. Saat roller berputar diupayakan tidak bergetar
agar tidak merusak barang yang ditransportasikan. Dimensi roller
juga harus sama agar barang yang diangkut tidak tersendat dan
roller dapat menumpu barang dengan sempurna.
Gambar 3.6 Roller
Sumber : https://suluhmania.wordpress.com
2.3.5 Cara Kerja Conveyor
Cara kerja conveyor secara umum adalah sebagai berikut:
1. Motor penggerak memutar poros pada motor yang telah terpasang sistem
transmisi menuju drive roller.
2. Putaran poros pada motor ditransmisikan ke drive roller melalui
sistem transmisi yang telah dirancang khusus untuk sistem roller
conveyor.
3. Drive roller yang terpasang sistem transmisi tersebut ikut berputar
karena daya yang disalurkan oleh sistem transmisi.
4. Drive roller mentransmisikan putaran roller ke roller lain dengan
tranmisi rantai.
5. Antar roller diberi jalur transmisi yang sama dengan perbandingan
transmisi 1:1 sehingga putaran antarroller mempunyai kecepatan yang
sama.
6. Tranmisi antar roller tersebut diteruskan sampai ke roller paling
terakhir.
Gambar 3.7. Transmisi Roller
Sumber : https://suluhmania.wordpress.com/
2.3.6 Manfaat Conveyor
Beberapa manfaat penggunaan conveyor antara lain :
Conveyor dapat dengan aman mengangkut bahan dari satu tempat ke yang
tempat lainnya, bila dilakukan oleh tenaga manusia akan melelahkan dan
memerlukan biaya yang mahal.
Conveyor dapat diinstal hampir di mana saja, dan jauh lebih aman daripada
menggunakan forklift atau system transportasi yang lainnya.
Conveyor dapat memindahkan beban dari segala macam bentuk, ukuran dan
berat. Selain itu, system ini banyak yang telah memiliki fitur
keselamatan yang membantu mencegah kecelakaan saat kerja.
Ada berbagai jenis conveyor yang tersedia untuk menjalankan sistem ini
sesuai dengan kebutuhan,
2.4 TRAVELATOR / MOVING WALK
2.4.1 Definisi Travelator
Travelator adalah sistem transportasi vertikal didalam bangunan
gedung untuk memindahkan orang / barang dari satu lantai ke satu lantai
yang berikutnya. Jika eskalator diprioritaskan untuk transportasi orang
dengan barang bawaan yang dijinjing, travelator merupakan transportasi
bagi orang dengan barang yang didalam trolley. Pemilihan dan travelator
ditentukan oleh besarnya kapasitas yang diinginkan karena kecepatannya
sudah tertentu, sedangkan faktor lainnya yang juga harus dipertimbangkan
adalah hal sebagai berikut :
a. Sudut kemiringan, lebih didasarkan pada keterbatasan perencanaan
dan kenyamanan.
b. Tinggi antar lantai, lebih didasarkan pada keputusan perencanaan.
c. Sistem operasi, memungkinkan elevator bisa digerakan dengan arah
keatas atau kebawah.
Kegunaan dari alat transportasi ini adalah berfungsi untuk membawa barang-
barang bawaan yang diletakkan di dalam kereta dorong (trolley) naik atau
turun dari lantai satu ke lantai lain. Biasanya terdapat di supermarket,
mal, stasiun kereta ekspress, dll.
Dan bila dipasang secara mendatar pada satu lantai, berfungsi untuk
meringankan beban dari orang yang berjalan dengan membawa barang dan
menempuh jarak yang relatif jauh. Misalnya pada terminal di bandara
internasional yang luas, musium, kebun binatang, atau aquarium (water
world).
2.4.2 Keunggulan dan Kelemahan Travelator
Keungulan dari penggunaan eskalator pada bangunan yaitu:
1. Mempunyai kapasitas untuk memindahkan orang dalam jumlah banyak
2. Dapat menggantikan fungsi tangga
3. Tidak membutuhkan waktu tunggu kecuali jika lalu lintas manusia padat
4. Tidak akan merasa lelah karena berjalan
5. Dapat mengarahkan arus manusia ke jalur tertentu.
6. Dapat digunakan oleh orang-orang difable
7. Dapat meringankan beban orang-orang yang membawa trolley
Kelemahan penggunaan travelator :
1. Membutuhkan biaya perawatan yang tinggi.
2. Jika terjadi kerusakan akan membutuhkan waktu yang lama untuk
memperbaikinya
3. Tidak boleh beroprasi jika terjadi gangguan elektrik pada travelator
2.4.3 Komponen Travelator
1. Rangka Konstruksi
Rangka konstruksi travelator terbentuk dari batang-batang baja
yang dicat tahan karat
2. Exterior Panel
Bagian bawah dan samping rangka tersebut ditutup dengan
lembaran metal atau non metal mengikuti design interior
3. Mesin Penggerak
Mesin penggerak diletakkan di bagian atas berupa motor listrik
3Ø, transmission reducer dan rantai penggerak yang memutar tangga.
4. Anak tangga
Terbuat dari die cast aluminium alloy yang dibentuk dengan alur-alur
khusus.
5. Moving Handrails
Terbuat dari campuran karet khusus
6. Balustrade
Balustrade biasanya terbuat dari transparant tempered glass
7. Pengaman / Safety
- Current overload, hand rail & Step chain safety Switch
- Emergency stop botton
- Over / under speed control switch
2.4.4 Jenis Travelator
Travelator atau moving walk adalah alat angkut perpindahan orang dan
barang dari satu tempat ke tempat lain pada satu lantai atau pada lantai
yang berbeda level dan bergerak sesuai dengan prinsip pergerakan pada
eskalator. Dengan demikian, konveyor ini adalah pengembangan ide dari
eskalator dan bisa dipasang pada posisi mendatar (horisontal) ataupun
miring (inclined) dengan kemiringan 10 – 20 derajat.
a. Travelator Mendatar (horisontal)
Travelator mendatar biasanya terdapat pada bangunan-bangunan seperti
bandar udara, kebun binatang, museum dan lain-lain. Dengan adanya
travelator ini, pengunjung tidak perlu lelah berjalan mengelilingi atau
menuju tempat yang mereka inginkan karena travelator ini dapat mengantarkan
kita ke tempat yang kita tuju.
Gambar 4.1 Travelator Mendatar
http://thumbs.dreamstime.com/x/travelator-airport-11018809.jpg
b. Travelator Miring (inclined)
Travelator miring biasanya terdapat pada bangunan seperti pusat
perbelanjaan. Travelator miring ini memudahkan pengguna transportasi
Gambar 4.2 Travelator miring
Sumber : http://cdn.newsapi.com.au/image/v1/
2.4.5. Standar Travelator
Pada eskalator, kemiringan maksimum yang dapat diterima adalah 35°,
dengan ketinggian maksimum 20 meter. Sedangkan pada travelator hanya mampu
mempunyai ketinggian maksimum 15°, dengan kecepatan antara 0,60 sampai
dengan 1,33 meter/detik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah menyimak dan memahami uraian diatas, dapat disimpulkan
bahwa sistem transportasi pada bangunan merupakan system yang menunjang
atau memberikan fasilitas sirkulasi dalam bangunan, serta merupakan sarana
prasarana yang memperlancar jalannya pergerakan manusia yang ada di dalam
gedung / bangunan. Sistem transportasi mekanik merupakan alat transportasi
pada bangunan yang dikenal juga sebagai sistem transportasi dengan mesin
penggerak.
Sistem transportasi mekanik pada bangunan khususnya Elevator/lift,
Eskalator, Conveyor, dan Travelator sangat penting dalam perencanaan akses
pada bangunan bertingkat dan memiliki luasan dari yang kecil, sedang hingga
yang besar. Suatu bangunan yang bertingkat tinggi memerlukan suatu alat
transportasi untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan akses dalam bangunan
tersebut.
3.2 Saran
Dalam merancang dan merencanakan sistem transportasi mekanik pada
sebuah bangunan diharapkan memerhatikan segala aspek, diantaranya aspek
kemudahan, aspek kenyamanan, dan aspek pendukung lain, karena aspek
tersebut menjadi tolak ukur keberhasilan dalam perancangan. Serta sistem
transportasi pada bangunan harus dirancang secara efektif dan efisien
dengan mematuhi peraturan-peraturan mengenai standar-standar sistem
transportasi mekanik pada bangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Poerbo, H. 1992.Utilitas Bangunan. Jakarta: Penerbit Djembatan.
Tangoro.Dwi.(1999). Utilitas Bangunan. Jakarta: Universitas Indonesia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi_vertikal
https://www.academia.edu/7296069/Definisi_ramp_Ramp
http://www.ilmutekniksipil.com/utilitas-gedung/sistem-transportasi-
dalam-gedung-bertingkat
http://modul.mercubuana.ac.id
http://jonpurba.files.wordpress.com/2010/03/konstruksi-lift-2.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTUR/19760527
2005011-USEP_SURAHMAN/Mekanikal_Elektrikal_(e-
learning)/RKP_ME/Materi_perkuliahan/Sirkulasi_Vertikal_dan_Horizontal_(
2_dan_3).pdf