LAPORAN TEKNIK IRIGASI
Pengamatan Bendung Katulampa Ciliwung, Bendung Empang Cisadane, Bendung Paledang, dan Atang Sanjaya Bogor, Jawa Barat
Disusun oleh :
Kelompok 4 – Pagi
Suwardi Sitompul (F44140001)
M. Annas Khadafi (F44140009)
Revo Fauzan Suraatmadja (F44140057)
Claudia Siahaan (F44140076)
M. Farras Abiyyu (F44140083)
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
PENDAHULUAN
TUJUAN
METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 Maret 2017 di beberapa lokasi diantaranya saluran sekitar Atang Sanjaya, bendung Paledang, Cisadane empang, dan bendung Katulampa. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah pita ukur untuk mengukur dimensi bangunan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah observasi setiap bangunan di lokasi-lakasi yang dikunjungi.
Kondisi bangunan air beserta salurannya diamati Kondisi bangunan air beserta salurannya diamati
Kondisi bangunan air beserta salurannya diamati
Kondisi bangunan air beserta salurannya diamati
Permasalahan yang terjadi diamati Permasalahan yang terjadi diamati
Permasalahan yang terjadi diamati
Permasalahan yang terjadi diamati
Membuat sketsa tangan dan gambar teknik dari bagian-bagian bangunan airMembuat sketsa tangan dan gambar teknik dari bagian-bagian bangunan air
Membuat sketsa tangan dan gambar teknik dari bagian-bagian bangunan air
Membuat sketsa tangan dan gambar teknik dari bagian-bagian bangunan air
SelesaiSelesai
Selesai
Selesai
Gambar 1 Diagram alir observasi penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari sudut pandang ilmu perencanaan wilayah dan kota, jaringan irigasi merupakan bagian integral dari perencanaan wilayah. Jaringan irigasi adalah prasarana wilayah yang penting dalam mendukung pengembangan wilayah. Namun selama ini dalam bidang penataan ruang terlalu banyak perhatian tercurah pada tata guna lahan dan pemanfaatan ruang, padahal sebetulnya yang tidak kalah penting adalah pengelolaan sumberdaya air, yang notabene merupakan sumber utama kehidupan manusia (Kodoatie, et al 2002).
Menurut PP. No 20 tahun 2006 tentang Irigasi, dinyatakan bahwa fungsi irigasi adalah untuk mendukungproduktivitas ertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya para petani. Jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional pokok yaitu :
Bangunan-bangunan utama (headworks)
Jaringan pembawa
Petak-petak tersier
System pembuangan
Sedangkan perangkat jaringan irigasi menurut KP-01 tahun 2007 terdiri dari :
Bangunan utama atau kompleks bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi.
Jaringan irigasi :
Jaringan Utama terdiri dari saluran primer, saluran sekunder, saluran pembawa, dan saluran muka tersier
Jaringan irigasi tersier
Saluran pembuang
Bangunan bagi dan sadap dilengkapi dengan pintu dam alat pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah dan pada waktu tertentu.
Bangunan ukur terdiri dari bangunan ukur aliran atas bebas dan aliran bawah
Bangunan pengatur muka air , dst.
Secara hierarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer, dan saluran sekunder. Jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang berada dalam petak tersier dan wilayah yang mendapatkan air disebut daerah irigasi. Menurut Kabid Sumber Daya Air (SDA) pada DBMSDA Kota Bogor dikutip dari artikel "Jaringan Irigasi Di Kota Bogor Sebagian Kurang Berfungsi" (sumber : www.bogorplus.com, diakses 25 April 2017) , Asep Yayat Surtyatna mengatakan di Kota Bogor masih berfungsi jaringan irigasinya adalah daerah Kecamatan Bogor Selatan, Barat dan Tanah Sareal. Karena lahan pertanian di tiga daerah ini masih banyak. Sedangkan banyak irigasi yang sudah alih fungsi menjadi drainase dab ada juga yang fungsinya berkurang dikarenakan ercemar limbah rumah tangga, penyempitan atau tertutup oleh pemukiman, saluran mati dan pendangkalan
Penelitian ini berupa observasi lapang yang dilakukan pada jaringan irigasi di daerah Atang Sanjaya, Paledang, Empang, dan katulampa. Hasil yang didapat dari observasi lapang ini berupa hasil pengamatan kondisi saluran, sketsa gambar teknik, denah saluran, dan megetahui bagian-bagian dari jaringan irigasi.
Bangunan Penyadap-Pintu Air Atang Sanjaya
Bangunan penyadap merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer, sekunder, dan teriser yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran yang bersangkutan. Pada daerah ini bangunan berfungsi sebagai regulator atau pengatur dan bangunan pengukur debit. Namun saat diamti di lapangan kondisinya sudah rusak. Selain itu kondisi saluran sudah tercemari oleh sampah-sampah domestic. Sampah sampah tersebut merupakan hasil buangan penduduk sekitar. Berikut ini gambar denah bangunan penyadap Atang Sanjaya.
Gambar 1 Denah bangunan penyadap-pintu air Atang Sanjaya.
Gambar 2 sketsa bangunan penyadap.Gambar 2 sketsa bangunan penyadap.
Gambar 2 sketsa bangunan penyadap.
Gambar 2 sketsa bangunan penyadap.
Gambar3 Kondisi lapangan.Gambar3 Kondisi lapangan.
Gambar3 Kondisi lapangan.
Gambar3 Kondisi lapangan.
Bangunan Penyadap Paledang
Pada daerah ini terdapat bangunan bendung, bangunan, intake, kantong lumpu, dan bangunan pembilas. Kondisi seluruh bangunan pada daerah ini masih tergolong baik dan tidak terdapat banyak sampah. Bangunan bending berfungsi sebagai pengatur tinggi muka air agar sesuai dengan tingga pelayanan yang direncanakan. Kantong lumpur bagian dari bangunan utama yang berfungsi untuk mengendapkan atau menampung sedimen dari sungai agar tidak masuk kedalam saluran irigasi sampai pada saat pembilasan. Bangunan pembilas bagian dari bangunan utama yang berfungsi untuk membilas sedimen.
Pembilas bawah, adalah bangunan pembilas melalui tubuh bendung berupa gorong-gorong di bagian bawah pintu penguras.
Pembilas samping, adalah bangunan pembilas yang tidak terletak pada tubuh bendung, dengan maksud tidak mengurangi lebar tubuh bendung (shunt undersluice).
Berikut ini denah bangunan penyadap di daerah Paledang.
Gambar 4 Denah bangunan penyadap Paledang.
Gambar 5 Potongan Melintang Intake
Gambar 6 potongan melintang bangunan pembilas.Gambar 6 potongan melintang bangunan pembilas.
Gambar 6 potongan melintang bangunan pembilas.
Gambar 6 potongan melintang bangunan pembilas.
Gambar 8 bangunan penyadapGambar 8 bangunan penyadapGambar 7 bangunan bendungGambar 7 bangunan bendung
Gambar 8 bangunan penyadap
Gambar 8 bangunan penyadap
Gambar 7 bangunan bendung
Gambar 7 bangunan bendung
Bangunan Bendung Empang
Bendungan Cisadane empang terletak di Jalan Empang. Terdapat dua bendungan, yaitu bendungan baru dan bendungan lama yang sudah tidak digunakan lagi. Bendungan lama dibangun sekitar tahun 1872. Bendung ini berfungsi sebagai pengatur tata air yang mengalir di sungai Cisadane. Aliran sungai dibelah menjadi dua guna mengurangi laju ketinggian saat debit air tinggi. Di bendungan ini terdapat sekitar enam pintu air. Satu pintu sebagai saluran utama aliran Cisadane, satu pintu berfungsi sebagai pintu penguras sedimen, dan empat pintu lainnya mempunyai fungsi utama untuk aliran irigasi. Bendungan yang mendapat pasokan air dari sekitar 14 anak sungai ini, mengairi sekitar 1059 Ha sawah yang terdapat di Bogor dan Depok. Dari Bendung Cisadane Empang ini, aliran air akan bertemu dengan sub-das Cisadane lain: Cikaniki, Cianten, Ciaruteun dari Gunung Halimun di Pintu Air Batu Belah (Semplak) untuk kemudian mengalir ke Tangerang. Bendungan baru terdiri weir, intake, dan pembilas. Luas total area bendungan ini ialah sebesar 1603 Ha. Pada bangunan bendung (weir), terdapat 3 pintu air. Berikut ini sketsa denah bending empang.
Gambar 9 denah bendung empangGambar 9 denah bendung empang
Gambar 9 denah bendung empang
Gambar 9 denah bendung empang
Bangunan intake pada bendungan ini mengarah ke sisi kiri bangunan dan terletak sedikit di depan bangunan weir. Air sungai dialirkan ke daerah pemukiman penduduk untuk dimanfaatkan sebagai kebutuhan irigasi pertanian, dan lain sebagainya. Intake bendungan empang ini terdiri dari 4 pintu air
Gambar 10 Potongan melintang bangunan intake.
Gambar 11 Potongan melintang bangunan pembilas.Gambar 11 Potongan melintang bangunan pembilas.
Gambar 11 Potongan melintang bangunan pembilas.
Gambar 11 Potongan melintang bangunan pembilas.
Bangunan pembilas pada bangunan empang berada di sebelah bangunan weir, sedikit di belakang bangunan intake. Terdapat 2 pintu air pada bangunan pembilas. Bangunan ini berfungsi sebagai pengatur sedimentasi pada bendungan, sehingga diletakkan dekat dengan bendungan intake.
Bendungan Katulampa
Merupakan bangunan yang terdapat di Kelurahan Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat. Bangunan ini di bangun pada tahun 1911 dengan tujuan sebagai peringatan dini atas air yang sedang mengalir ke Jakarta serta sarana irigasi lahan seluas 5.000 ha yang terdapat pada sisi kanan dan kiri bendung. Denah bendung Katulampa seprti berikut.
Gambar 12 Denah Bendung Katulampa
Gambar 11 Potongan melintang bangunan pembilas.Gambar 11 Potongan melintang bangunan pembilas.
Gambar 11 Potongan melintang bangunan pembilas.
Gambar 11 Potongan melintang bangunan pembilas.
Secara keseluruhan bangunan bendung Katylampa terdiri dari bangunan intake, bangunan pembilas, kantong lumpur, dan bangunan ukur ambang lebar namun penliti hanya mengambil foto bangunan bendung. Selai itu ada juga stasiun cuaca di dekat bendung Katulampa. Kondisi bendung Katulampa yang paling baik disbanding dari tiga lokasi lainnya.
Gambar 12 Bendung Katulampa.Gambar 12 Bendung Katulampa.
Gambar 12 Bendung Katulampa.
Gambar 12 Bendung Katulampa.
SIMPULAN
Distribusi air yang tidak optimal dengan adanya jaringan irigasi yang rusak menyebabkan usaha tani menjadi tidak efisien. Optimalisasi dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan jaringan irigasi dan penyesuaian periode tanam. Pada observasi lapang ini peneliti melakukan pengamatan ke Bangunan Penyadap Atang Sanjaya, Bendung Paledang, Bendung Empang Cisadane, dan Bendung Katulampa. Dari ke empat lokasi seluruh jaringan irigasi memiliki bangunan penyadap. Kondisi saluran ke empat lokasi mengalami penuruna fungsi dikarenakan banyaknya sampah yang dibuang di saluran. Kondisi bendung yang paling baik adalah Bendung Katulampa .
DAFTAR PUSTAKA
Haris.2015. Jaringan Irigasi Di Kota Bogor Sebagian Kurang Berfungsi, [online], (http://www.bogorplus.com, diakses tanggal 25 April 2017).
Kementrian Pekerjaan Umum. 2013. Standar Perencanaan Irigasi. Sekretarian Negara. Jakarta
Kodoatie, R.J. dkk (2002), Banjir, Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan , Cetakan I, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Republik Indonesia. 200. Undang-Undang No. 22 Tahun 2006 tentang Irigasi. Lembaran Negara RI Tahun 1982. Sekretariat Negara. Jakarta.