I. A.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Salah satu hal yang terpenting dalam kegiatan yang bersinggungan
dengan aktivitas mikrobiologi adalah proses sterilisasi. Tujuan utamanya adalah untuk meminimalisir atau meniadakan potensi kontaminasi dari mikroba yang tidak diinginkan. Kontaminasi yang timbul dari mikroba yang tidak diharapkan dikhawatirkan dapat menghambat aktivitas dari mikroba yang ditumbuhkan atau dapat membahayakan keselamatan dari pelaksana kegiatan tersebut. Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi. Pemilihan mekanisme sterilisasi yang dilakukan hendaknya disesuaikan dengan sifat bahan yang akan disterilkan. Sterilisasi secara fisik dilakukan dengan menggunakan pemanasan, penggunaan sinar UV, sinar X, dan sinar-sinar yang memiliki panjang gelombang pendek (Ramona dkk, 2007). Berdasarkan
pemaparan
diatas
sterilisasi
sangat
penting
dalam
melakukan suatu percobaan, sehingga melatarbelakangi praktikan dalam membuat laporan ini agar pengerjaan praktikan mikrobiologi selanjutnya dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan percobaan. B.
Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui prosedur sterilisasi
alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum. Kegunaan dari praktikum ini ialah agar praktikan dapat mengetahui prosedur sterilisasi alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum dan mempraktikkannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA A.
Pengertian Sterilisasi Steril merupakan keadaan dimana alat-alat yang digunakan sudah
terbebas dari bakteri yang mengkontaminasi. Sedangkan sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipe mikroorganisme yaitu tergantung dari asam nukleat, protein atau membran mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Pratiwi, 2006). B.
Metode Sterilisasi Metode sterilisasi terdiri dari 3 metode yaitu metode fisika, metode kimia,
dan metode biologis. Metode sterilisasi ini dipergunakan untuk mensterilkan alatalat bahan dan ruangan yang dipergunakan untuk memproduksi sediaan steril. Metode sterilisasi fisika Metode sterilisasi fisika terdiri dari metode sterilisasi panas (panas kering dan panas lembab), metode radiasi, dan metode mekanik (filtrasi). a.
Metode sterilisasi panas Metode ini merupakan metode yang melibatkan pemanasan dan paling
sering dipergunakan. Metode sterilisasi ini digunakan untuk bahan yang tahan panas. Proses sterilisasi panas terdiri dari 3 tahap yaitu : •
Tahap pemanasan (heating stage) Peningkatan temperatur bahan yang akan disterilisasi.
•
Tahap sterilisasi (holding stage)
Waktu yang diperlukan untuk proses sterilisasi. •
Tahap pendinginan (cooling stage) Waktu yang diperlukan untuk penurunan temperatur bahan yang
disterilisasi. Metode ini dibagi menjadi 2 yaitu: -
Metode Sterilisasi Panas Kering Metode sterilisasi panas kering merupakan metode sterilisasi dengan
menggunakan panas tanpa kelembaban pada temperatur 160-180 oC yang biasanya digunakan untuk bahan yang sensitif terhadap lembab. Metode ini merupakan metode yang paling dapat dipercaya dan banyak dipergunakan. Sterilisasi ini berfungsi untuk mematikan organisme dengan cara mengoksidasi komponen sel ataupun mendenaturasi enzim. Metode ini tidak dapat digunakan untuk bahan yang terbuat dari karet atau plastik, waktu sterilisasinya lama (sekitar 2-3 jam), dan berdaya penetrasi rendah. Metode sterilisasi kering ini tidak memerlukan air sehingga tidak ada uap air yang membasahi alat atau bahan yang disterilkan. Ada dua metode sterilisasi panas kering, yaitu dengan insinerasi (incineration) yaitu pembakaran dengan menggunakan api dari Bunsen dengan temperatur sekitar 350oC dan dengan udara panas oven yang lebih sederhana serta murah dengan temperatur sekitar 160-170 0C. -
Metode Sterilisasi Panas Basah Sterilisasi panas basah dilakukan dengan cara perebusan menggunakan
air mendidih 100 oC selama 10 menit efektif untuk sel-sel vegetatif dan spora eukariot, namun tidak efektif untuk endospora bakteri. Tingkat sterilisasi panas basah pada temperatur kurang dari 100 oC tergantung pada temperatur dan atau waktu sterilisasi, endospora bakteri umumnya resisten terdapat sterilisasi cara ini. Sterilisasi panas basah menggunakan temperatur di atas 100 oC dilakukan dengan uap yaitu menggunakan autoklaf, alat serupa pressure cooker dengan
pengatur tekanan dan klep pengaman. Prinsip autoklaf adalah terjadinya koagulasi yang lebih cepat dalam keadaan basah dibandingkan keadaan kering. Proses sterilisasi dengan autoklaf ini dapat membunuh mikroorganisme dengan cara mendenaturasi atau mengkoagulasi protein pada enzim dan membran sel mikroorganisme. Proses ini juga dapat membunuh endospora bakteri. Terdapat 3 tipe autoklaf, yaitu protable bench top, gravity displacement, dan multicycle porous-load. b.
Metode Sterilisasi Penyaringan Metode sterilisasi dengan penyaringan digunakan untuk bahan yang
sensitif terhadap panas, misalnya enzim. Pada proses ini digunakan membran filter yang terbuat dari selulosa asetat. Kerugian prosedur ini adalah biaya yang mahal serta filter yang mudah mampat akibat filtrat tertinggal pada saringan sehingga harus sering diganti. Kerugian yang lain adalah meskipun memiliki poripori yang halus, membran filter tidak dapat digunakan untuk menyaring virus. c.
Metode Sterilisasi Radiasi Metode sterilisasi dengan menggunakan radiasi dilakukan dengan
menggunakan sinar UV ataupun dengan metode ionisasi. Sinar UV dengan panjang gelombang 260 nm memiliki daya penetrasi yang rendah sehingga tidak mematikan mikroorganisme namun dapat mempenetrasi gelas air dan substansi lain. Metode Sterilisasi Kimia Metode sterilisasi kimia dilakukan untuk bahan-bahan yang rusak bila disterilkan pada suhu tinggi (misalnya bahan-bahan dari plastik). Kekuatan agen antimikroba kimiawi diklasifikasikan sebagai kategori tingkat tinggi karena efektif terhadap seluruh bentuk kehidupan termasuk endospora bakteri. Agen dengan kategori sedang didefinisikan sebagai tuberkuloisidal karena mampu membunuh Mycobacterium tuberculosis dan umumnya efektif terhadap banyak virus yang
resisten seperti halnya virus hepatitis dan rhinovirus, namun tidak efektif terhadap endospora bakteri. Agen dengan kategori rendah tidak bersifat tuberkuloisidal, tidak efektif terhadap endospora bakteri dan berbagai spora fungi, serta tidak aktif terhadap naked virus. Metode sterilisasi kimia dapat dilakukan dengan menggunakan gas atau radiasi. Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi gas adalah etilen oksida, gas formaldehid, asam parasetat dan glutaraldehid alkalin. Sterilisasi kimia dapat juga dilakukan dengan penggunaan cairan disinfektan berupa senyawa aldehid, hipoklorit, fenolik, dan alcohol (Pratiwi, 2006).