BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Manusia dan mamalia memiliki sistem oleh karena itu diperlukan suatu jaringan komunikasi internal yang mampu mengkordinasi aktifitas setiap sistem dan terhadap berbagai kondisi lingkungan. Pada dasarnya manusia memiliki dua bentuk komunikasi utama yang memadukan berbagai fungsi tubuh, kedua bentuk komunikasi dalam adalah sistem saraf dan sistem endokrin.
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol. Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Serebelum mempunyai fungsi utama dalam gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh.
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang. Oleh sebab itu, mengingat betapa besar pengaruh Sistem Saraf Pusat bekerja pada tubuh kita, percobaan kita kali ini melihat bagaimana pengaruh obat-obat inflamasi, analgetik dan anastesi kepada hewan coba mencit.
MAKSUD PERCOBAAN
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami pembagian obat-obat sistem saraf pusat II (anastesi, analgetik, dan antiinflamasi) dan menguji efek dari obat anastesi, analgetik, dan antiinflamasi pada hewan mencit (Mus musculus).
TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari percobaan ini, yaitu: menentukan durasi dan onset anastesi Alkohol dan Eter terhadap hewan coba Mencit (Mus musculus).
PRINSIP PECOBAAN
Penentuan pembagian obat-obat anastesi, analgetik, dan anti inflamasi :
Penentuan efek obat anestesi terhadap hewan coba mencit (Mus musculus) yang dimasukkan ke dalam toples yang berisi kapas yang telah dibasahi alkohol dan eter berdasarkan pengamatan terhadap waktu onset dan durasi.
Penentuan efek obat analgetik Ultraset® dan Tramadol terhadap hewan coba mencit (Mus musculus) dengan metode Induksi Kimia berdasarkan pengamatan jumlah geliat tubuh hewan coba.
Penentuan efek obat antiinflamasi Aspilet dan Dexametason terhadap hewan coba mencit (Mus musculus), yang sebelumnya telah diinduksi dengan albumin yang pengamatannya berdasarkan ukuran diameter kaki mencit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TEORI UMUM
Sistem saraf pusat manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu sama lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Susunan saraf pusat terdiri atas otak besar, batang otak, otak kecil dan sum-sum tulang belakang dan diliputi oleh selaput otak (metix) yang terdiri atas pachmenix dan leptomenix obat yang bekerja pada sistem saraf pusat terbagi menjadi obat antikonvulsi, psikotropik, anestetik umum hipnotik-sedatif, antiperkinson, analgesik – anti piretik serta anti inflamasi. Obat hipnotik-sedatif dan penenang sering dicampurkan karena bebas tumpang – tindihnya.
Analgetik
Analgetik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Anastesi
Anastesi adalah obat-obat yang diberikan untuk menghilangkan rasa nyeri (rasa sakit) dengan atau tidak disertai hilangnya kesadaran. Hilangnya suatu kesadaran biasanya digunakan untuk anastesi umum. Sedangkan tidak hilangnya kesadaran digunakan untuk anastesi lokal.
Anastesi terbagi menjadi : (1) Anastesi Umum (Inhalasi dan Intravena), (2) Anastesi Lokal.
Anastesi Umum
anastesi umum merupakan cara anastesi, dimana rasa sakit hilang disertai dengan hilangnya kesadaran. Anastesi umum sering digunakan pada proses operasi (pembedahan), agar pasien tidak merasakan sakit.
Anastesi Lokal
anastesi local merupakan cara anastesi, dimana rasa sakit hilang tanpa disertai dengan hilangnya kesadaran. Anastesi lokal digunakan pada saat pencabutan gigi. Anastesi tersebut merintangi penghantaran implus saraf ke sistem saraf pusat. Hal ini dilakukan agar si pasien tetap dalam keadaan sadar.
Mekanisme kerja anastesi umum, secara umum dibagi 2 yaitu :
Anatesi umum (inhalasi)
Anastesi ini terdiri atas gas, semakin banyak gas yang disemprotkan kedalam tubuh, maka semakin banyak pula gas yang berdifusi atau mengalir didalam aliran darah. Sehingga efek anastesi yang ditimbulkan semakin lama.
Contoh obatnya : Enfluran, Isofluran, Sevofluran dan metoksifluran.
Anastesi umum (intravena)
Anastesi ini terdiri atas injeksi, dimana obat yang disuntikan (diinjeksikan) kedalam tubuh dan masuk kedalam peredaran darah yang menyebabkan terjadinya peningkatan pembuluh darah, sehingga obat tersebut menghambat masuknya ion Na+ dan menghambat keluarnya ion K+.
Contoh obatnya : Diazepam, morfin, dll.
Adapun Tahap-tahap Anastesi : (Mycek , 2001)
Stadium 1 (Analgesia) yaitu untuk menghilangkan rasa nyeri, dimana pada stadium ini pasien masih dalam keadaan sadar dan masih dapat diajak berbicara, tetapi rasa sakitnya sudah berkurang.
Stadium 2 (Gelisah/eksitasi)) yaitu setelah rasa sakitnya berkurang pada stadium 1, pasien akan merasa gelisah dan khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Stadium 3 (Pembedahan) Pada stadium ini kesadaran secara lokal atau keseluruhan menghilang. Dan proses pembedahan pun dilakukan pada stadium ini.
Stadium 4 (Paralisis Modula) pada stadium ini, kemungkinan besar
pasien akan mengalami kematian karena jumlah anastesi yang diberikan berlebih mengakibatkan pasien mengalami "over dosis".
Mekanisme kerja anastesi umum ada 3 yaitu :
Mempengaruhi kerja GABA
Terdapat enzim NMDH (n-metil-d-asparthat) yang merupakan reseptor dari glutamat yang dapat membuka kanal Na+.
Menghambat masuknya ion Na+
Apabila ion Na+ yang bermuatan positif (+) masuk kedalam intrasel yang sebagian besar bermuatan positif (+), maka akan menyebabkan ion K+ yang berada pada intrasel keluar dan terjadi depolarisasi. Dengan adanya penghambatan terhadap ion Na+, maka tidak terjadi adanya penghantaraan implus kesaraf pusat.
Menghambat keluarnya ion K+
Di dalam intrasel sebagian besar bermuatan positif (+). Apabila ion Na+ masuk kedalam intrasel menyebabkan ion K+ keluar dan akan mengganti muatan positif yang berada di intrasel menjadi muatan negatif. Hal ini mengakibatkan terjadinya penghantaran implus ke saraf pusat. Oleh karena itu ion K+ dihambat agar tidak keluar dari intrasel.
Mekanisme kerja anastesi lokal adalah dimana didalam akson terbentuk suatu molekul berproton yang kemudian masuk dan menghambat kanal Na+, setelah terikat pada reseptor. Akson tersebut berhubungan dengan aliran listrik. Jika kanal Na+ dihambat, maka tidk terjadi potensial aksi. Artinya tidak ada aktifitas penghantaran implus ke saraf pusat (prokain).
Antiinflamasi
Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik , zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologik . Inflamasi adalah suatu usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organism yang menyerang , menghilangkan zat iritan dan mengatur derajat perbaikan jaringan . (Mycek, 2001)
Anti inflamasi adalah obat-obat yang mempunyai efek analgetik, yaitu yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa sakit tanpa menghilangkan kesadaran.
Tahap – tahap Inflamasi :
Rubor (Kemerahan)
Kalor (Panas)
Dolor (Nyeri)
Tumor (Pembengkakan)
Fungsio laesa (Hilangnya fungsi organ)
Penggolongan obat antiinflamasi :
Kostikosteroid : Prednisolon dan dexametason menghambat enzim fosfolipase, sehingga tidak terbentuk asam arakidonat yang merupakan mediator nyeri.
Celective COX2 : yang dihambat hanya COX2 saja (Prostaglandin).
OAINS : Menghhambat enzim siklooksigenase
URAIAN BAHAN
Air Suling (DITJEN POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Air suling, aquadest
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertrutup baik.
Kegunaan : Sebagai pencuci alat
Albumin (DITJEN POM, 1979)
Nama resmi : ALBUMINUM
Sinonim : Albumin
Pemerian : Cairan jernih warna coklat merah sampai coklat jingga tua tergantung dari kadar protein
Albumin adalah larutan dalam air, albumin manusia yang mengandung garam dalam jumlah sedikit. Diperoleh dari plasma cair manusia dan dibuat dari pengendapan dengan pelarut organik dengan mengatur pH, kekuatan pengionan dan suhu.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap, pada suhu antara 2o C dan 25oC, terlindung dari cahaya
Kegunaan : Zat penyangga volume darah / untuk menginduksi kaki dari mencit (digunakan albumin yang diperoleh dari putih telur).
Alkohol (DITJEN POM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Sinonim : Alkohol, etil alkohol
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau khas dan tidak menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78°C, mudah terbakar.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api
Kegunaan : Sebagai anastetikum
Asam Asetat (DITJEN POM 1979)
Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM
Sinonim : Asam asetat
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam, tajam
Kelarutan : Dapat campur air, etanol dan dengan gliserolP.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Zat tambahan/untuk menginduksi agar terjadi rasa nyeri
Eter (DITJEN POM : 1979)
Nama resmi : AETHER ANAESTHETICUS
Sinonim : Eter anestesi
Pemerian : Cairan transparan; tidak berwarna; bau khas; rasa manis dan membakar. Sangat mudah menguap; sangat mudah terbakar; campuran uapnya dengan oksigen, udara atau dinitrogenoksida pada kadar tertentu dapat meledak.
Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air, dapat campur dengan etanol (95%)P, dengan kloform P, dengan minyak lemak dan dengan minyak atsiri.
Kegunaan : Sebagai anastetikum.
Na-CMC ( Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Natrii Carboxymethilcellulosum
Sinonim : Natrium Karboksilmetilselulosa
Pemerian : Serbuk atau butiran; putih atau putih kuning gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau, higroskopik
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol (95 %) P,dalam eter P dan dalam pelarut organik yang lain
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai Larutan Kontrol
URAIAN OBAT
Aspilet® (www.detik.com) (Ganiswara)
Zat aktif : Asetosal
Golongan obat : NSAID
Indikasi : Rheumatoid arthritis, Demam selama penyakit menular dan inflamasi, untuk mengatasi nyeri, Neuralgia, Mialgia, Sakit kepala, Pencegahan penyakit berbasis trombosis dan emboli, pencegahan primer dan sekunder infark miokard
Kontraindikasi : Pasien yang sensitif dengan aspirin, Asma, Tukak lambung, Perdarahan subkutan, Hemofilia, Trombositopenia, dan Pasien dengan terapi antikoagulan
Efek samping : Sistem pencernaan : Mual, muntah, anoreksia, nyeri epigastrium, diare, luka erosif dan ulseratif.
Sistem saraf pusat : Penggunaan jangka panjang mungkin dapat menyebabkan pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan reversibel, tinitus, meningitis aseptic. Sistem Hemopoietik Trombositopenia dan anemia, namun jarang terjadi. Sistem pembekuan darah: Perpanjangan waktu perdarahan. Sistem urine :Dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan disfungsi ginjal, gagal ginjal akut, sindrom nefrotik, namun jarang terjadi. Reaksi alergi:Ruam kulit, edema, bronkospasme, "aspirin triad" (kombinasi dari asma bronkial, poliposis hidung kambuhan, sinus paranasal, intoleransi asam asetilsalisilat, dan obat-obatan seri pirazolonic).
Efek samping lain:Dalam beberapa kasus dapat menyebabkan sindrom Reye dan pada penggunaan jangka panjang dapat meningkatkan gejala gagal jantung kronis.
Farmakokinetik : pemberian oral, sebagian salisilat diabsorpsi dengan cepat dalam bentuk utuh dilambung, tetapi sebagian besar di usus halus bagian atas. Kadar tinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian.
Farmakodinamik : Untuk memperoleh efek antiinflamasi yang baik kadar plasma perlu dipertahankan antara 250-300 mcg/ml. Kadar ini tercapai dengan dosis aspirin oral 4 gram perhari untuk orang dewasa
Interaksi Obat : Meningkatkan konsentrasi serum alopurinol sehingga dapat meningkatkan toksisitas allopurinol. Chlorpropamide : Meningkatkan reaksi hepatorenal, monitor hipoglikemi. Obat lain : Cotrimoxazole : Trombositopenia Cyclosporin : Meningkatkan konsentrasi cyclosporin dalam darah (penyesuaian dosis) .
Dosis : Dosis awal : 2,4-3,6g/hari dalam dosis terbagi dapat ditingkatkan 325mg-1,2g/hari.
Dosis pemeliharaan : 3,6-5,4g/hari.
Deksametason® ( Theodorus, 1993 )
Zat aktif : Deksametason 0,5 mg
Golongan obat : Kortikosteroid
Indikasi : pengobatan syok, edema serebral, insufiensi adrenal akut atau kronis, arthritis, reumatik jantung, nefrotik sindrom,penyakit kolagen, asma bronchial, rhinitis alergik, radang mata atau telinga, alergi kulit.
Kontraindikasi : infeksi jamur sistemik, wanita hamil dan menyusui.
Efek samping : mual, muntah, penurunan berat badan, lemah, kulit kemerahan, moon face.
Farmakokinetik : Deksametason dan analog sintetiknya padapemberian oral diabsorbsi cukup baik. Untukmencapai kadar tinggi dengan cepat dalam cairan tubuh. Untuk mendapakan efek yang lama kortikosteroid diberikan secara IM.pada dosis besar dan pengobatan jangka yang panjang akan terjadi gangguan ditribusi lemak tubuh yang khas.
Farmakodinamik : Menekan gejala inflamasi akibat radiasi, infeksi, zat kimia , mekanik atau allergen, menghambat manifestasi inflamasi yang lebihg lanjut yaitu poliferasi kapiler dan fibroblast pengumpulan kolagen dan pembentukan sikatriks.
Interaksi Obat : Obat ini mempunyai efek memperkuat efek adrenergic dan teofilin dapat mengurangi sekresi dahak.
Dosis : 0,2- 6 mg / hari
Ultraset
Zat Aktif : Tramadol HCl dan Asetaminophen
Gol.Obat : Analgesik non –Narkotik
Indikasi : Pengobatan nyeri akut dan kronik , yang berat pasca operasi dan analgesic.
Kontraindikasi : Ketergantungan obat dan opium , sensitive terhadap tramandol dan opiate , mendapat terapi MAOI , analgesic hipnotik atau obat-obat yang bekerja pada SSP.
Efek samping : Berkeringat, pusing , mual dan muntah , gatal-gatal dan nyeri kepala.
Farmakokinetik : Reabsorbsinya diusus cepat dan tuntas dengan BA rata-rata 78% , PPnya 20% , plasma t1/nya 6 jam. Efeknya dimulai sesudah 1 jam dan bertahan 6-8 jam.ekskresinya berlangsung lewat urin , untuk 10% secara utuh.
Farmakodinamik : Bekerja pada saraf pusat , yakni melalui pendudukan reseptor opiod oleh cis-isomernya. Meskipun demikian zat ini tidak menekan pernafasan, praktis tidak mempengaruhi system kardiovaskuler atau motilitas lambung-usus.
Interaksi obat : Untuk nyeri persalinan dapat dikombinasikan dengan meperidin efeknya kurang menyebabkan depresi pernapasan pada neonatus.
Dosis Obat : Meredakan nyeri 1-2 tablet tiap 4-6 jam, maksimal 8 tablet/hari.
Tramadol
Zat Aktif : Tramadol HCl
Gol.Obat : Analgesik non –Narkotik
Indikasi : Pengobatan nyeri akut dan kronik, yang berat pasca operasi dan analgesik.
Kontraindikasi : keracunan akut oleh alkohol, hipnotik, analgesik atau obat-obat yang mempengaruhi SSP lainnya.Penderita yang mendapat pengobatan penghambat monoamin oksidase (MAO). Penderita yang hipersensitif terhadap tramadol.
Efek samping : Sama seperti umumnya analgesik yang bekerja secara sentral, efek samping yang dapat terjadi: mual, muntah, dispepsia, obstipasi, lelah, sedasi, pusing, pruritus, berkeringat, kulit kemerahan, mulut kering dan sakit kepala.
Farmakokinetik : Reabsorbsinya diusus cepat dan tuntas dengan plasma t½ nya 6 jam. Efeknya dimulai sesudah 1 jam dan bertahan 6-8 jam. Ekskresinya berlangsung lewat urin, untuk 10% secara utuh.
Farmakodinamik : bekerja pada saraf pusat, yakni melalui pendudukan reseptor opiod oleh cis-isomernya. Meskipun demikian zat ini tidak menekan pernafasan, praktis tidak mempengaruhi system kardiovaskuler atau motilitas lambung-usus.
Interaksi obat : Untuk nyeri persalinan dapat dikombinasikan dengan meperidin efeknya kurang menyebabkan depresi pernapasan pada neonatus.
Dosis Obat : Meredakan nyeri 1-2 tablet tiap 4-6 jam, maksimal 8 tablet/hari.
BAB III
METODE KERJA
ALAT
Adapun Alat-Alat yang digunakan percobaan ini adalah :
Anastesi :
Kapas
Toples tertutup
Stopwatch
Analgetik :
Kanula
Spoit 1 ml
Anti-inflamasi :
Benang Godam
Gelas ukur
Kanula
Penggaris
Spoit 1 ml
Stopwatch
BAHAN
Adapun bahan/obat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
Albumin
Alkohol
Asam Asetat
Aspilet®
Eter
Dexametason
Na-CMC
Tramadol
Ultraset®
PENYIAPAN HEWAN COBA
Dipilih Hewan coba yang sehat (Mencit)
Ditimbang mencit kemudian diberi tanda pada tubuh mencit
Dikelompokan berdasarkan berat badannya.
CARA KERJA
Pembuatan Bahan (Na.CMC)
Ditimbang 4 g Na-CMC serbuk
Dipanaskan Air suling sebanyak 400 ml
Dimasukkan Na-CMC sedikit demi sedikit kedalam air suling yang telah dipanaskan
Larutan Na-CMC dimasukkan dalam wadah dan disimpan dalam lemari es.
Pembuatan Bahan Obat :
Ultraset
Disiapkan alat dan bahan
Ditimbang ultraset sebanyak 17,26 mg
Dimasukan dalam Erlenmeyer
Dilarutkan dengan 5 ml Na-CMC
Dimasukan dalam vial 10 ml , dimasukan dalam lemari es.
Dexametason
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Ditimbang 7,04 mg Dexametason
Dimasukan dalam erlenmyer
Dilarutkan dalam 50 ml Na.CMC
Dimasukan dalam vial 10 ml dan disimpan dalam lemari es.
Aspilet®
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Ditimbang 11,7 mg Aspilet dan dilarutkan dalam 10 ml larutan air suling
Dimasukan dalam Erlenmeyer
Dilarutkan dengan 50 ml Na.CMC
Dimasukan dalam vial 10 ml dan disimpan dalam lemari es.
Tramadol
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Ditimbang 12,9 mg tramadol
Dimasukan dalam erlenmyer
Dilarutkan dengan 50 ml Na-CMC
Dimasukan dalam vial 10 ml dan dimasukan dalam lemari es.
3. Perlakuan Hewan Coba :
a. Anastesi
Disiapkan Alat dan bahan
Disiapkan Hewan coba yang akan digunakan.
Dibasahi kapas dengan Alkohol dan eter pada kapas lalu dimasukan ke masing-masing toples
Dimasukan hewan coba mencit kedalam toples
Diamati dan dihitung waktu onset dan durasinya.
Analgetik
Disiapkan alat dan bahan
Disiapkan hewan coba yang akan digunakan
Diamati geliat tubuh normal dari mencit (Mus musculus)
Disuntikan obat Ultraset, Tramadol dan Na.CMC pada masing-masing mencit secara oral, sesuai dengan volume pemberiannya masing-masing.
Diinduksi dengan Asam Asetat
Diamati dan dihitung jumlah geliat tubuh mencit pada menit 15,30, 45 dan 60 menit.
Antiinflamasi
Disiapkan alat dan bahan
Disiapkan hewan coba yang akan digunakan
Diukur volume kaki awal mencit (Mus musculus)
Diinduksi dengan albumin 1 hari sebelum hari praktikum.
Diukur volume inflamasi kaki mencit (Mus musculus)
Disuntikan obat Aspilet, Dexametason, NaCMC sebagai control secara per oral ke tubuh mencit dengan menggunakan kanula sesuai volume pemberiannya masing-masing.
Didiamkan selama 30 menit
Diamati dan diukur volume inflamasi pada kaki mencit pada menit ke 15,30,45 menit.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
TABEL PENGAMATAN
Tabel Pengamatan Analgetik
Perlakuan
Berat badan
Waktu Pengangkatan kaki
15 menit
30 menit
45
menit
Na.CMC
30g
2
0
0
Tramadol
30g
12
7
5
Ultraset
30g
8
10
12
Tabel pengamatan Anastesi
Nama bahan
Berat mencit
Onset
Durasi
Eter
30 gram
2 menit 8 detik
1 menit 18 detik
Alkohol
37 gram
10 menit 24 detik
1 menit 18 detik
Tabel Pengamatan Inflamasi
Obat
Berat Mencit
volume inflamasi (cm)
volume inflamasi (cm)
Awal
albumin
15
30
Kontrol (Na.CMC)
30 gram
0,8
1,2
1,5
1,8
Dexametason
38 gram
1
1,8
1,2
1
Aspilet
27 gram
1
1,8
1,1
0,9
PEMBAHASAN
Obat anti inflamasi adalah non steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) dan glukokortikoid merupakan obat yang paling banyak digunakan yang mempunyai tiga tipe efek farmakologi yaitu antiinflamasi, analgesik dan antipiretik.
Inflamasi disebut juga peradangan, merupakan respon biologis, berupa reaksi vaskuler dengan manifestasi berupa pengiriman cairan, senyawa terlarut maupun sel-sel dari sirkulasi darah menuju kejaringan interstisial pada daerah luka. Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung (sekuestrasi) baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu.
Anestesi umum adalah hilang rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Anestesi digunakan pada pembedahan dengan maksud mencapai keadaan pingsan , merintangi rangsangan nyeri (analgesia), memblokir reaksi refleks terhadap manipulasi pembedahan serta menimbulkan pelemasan otot (relaksasi).
Analgetik adalah obat penghilang atau setidaknya mengurangi rasa nyeri pada tubuh.
Pada percobaan kali ini kita akan melihat bagaimana pengaruh obat-obat antiinflamasi, anastesi dan analgetik terhadap sistem saraf pusat hewan coba.
Pada percobaan anestesi, mencit yang dgunakan sebanyak 2 ekor dengan perlakuan dimasukkan kedalam wadah atau toples yang ditambahkan kapas dengan pembasahan eter dan alcohol. Lalu diamati dan dihitung berapa lama interval onset dan durasinya. Pada onset 2 menit 8 detik dan durasi 1 menit 28 detik berisi toples yang berisi eter dengan berat 30 gram sedangkan pada onset 10 menit 24 detik bereisi toples yang berisi alcohol dengan berat 37 gram dan durasinya 1 menit 18 detik
Pada percobaan analgetik, obat-obat yang digunakan adalah Na.CMC sebagai control, Tramadol dan ultraset. Percobaan tersebut dilakukan sesuai pada geliat mencitnya, yang sebelumnya dari awal kita mengamati dan menghitung dahulu geliat normal dari mencit. Kemudian mencit diberikan obat, dan dibiarkan selama 30 menit lalu diinduksi langsung dengan asam asetat. Kemudian mulai menghitung geliat hewan coba pada menit 15, 30 dan 60.
Pada menit ke 15, mencit (1) disuntikan dengan Na.CMC merupakan control jumlah geliat dengan hasil 8, mencit (2) yang diberikan Tramadol adalah 0 sedangkan pada mencit (3) jumlah geliatnya adalah 5.
Pada percobaan yang terakhir inflamasi yakni digunakan 3 ekor mencit dengan berat yaitu 30, 28 dan 27 gram dengan pemberian obat Na.CMC, Dexametason dan Aspilet. Sebelumnya kaki mencit diukur diameter kakinya dan di induksi dengan albumin agar supaya diketahui bahwa adanya pengaruh atau perubahan tampak fisik pada kaki mencit sebelum dan sesudah diinduksi dengan albumin dan setelah diberikan obat-obat antiinflamasi. Pada volume kaki mencit setelah 1 hari setelah penginduksian dengan albumin adalah berat 30 gram 1,2 cm, 28 gram 1,8cm dan 27 gram adalah 1,8cm.
Setelah masing-masing hewan coba telah diberikan obat, didiamkaan selama 30 menit agar supaya obatnya dapat terabsorpsi dengan baik dan memberikan hasil yang diharapkan. Lalu, kita hitung volume pada mencit tiap 15 menit hingga 30 menit.
Pada menit ke 15 berlalu, mencit (1) yang telah disuntikkan dengan Na.CMC diameter kaki mencitnya adalah 1,5cm, mencit (@) yang telah disuntikkan Dexametason diameter kaki mencit adalah 1,2 cm dan pada mencit (3) yang telah disuntikkan aspilet adalah 1,1 cm.
Kemudian pada menit ke-30, mencit (1) mengalami kenaikan pada volume inflamasinya menjadi 1,8cm, sebaliknya pada mencit (2) menurun sampai dengan 1,6cm. sedangkan pada mencit (3) volume inflamasinya stabil pada 0,9cm.
Adapun waktu paruh dari masing-masing obat, yaitu; Aspilet® t½ adalah 22 jam, Dexametason t½ adalah 3-5 jam, Tramadol t½ adalah 5-7 jam, dan Ultraset® t½ adalah 6-8 jam.
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat-obat antiinflamasi yakni Aspilet dan Deksametason terbukti menurunkan volume inflamasi pada mencit dan tepat pada sistem saraf pusat. Namun pada obat Na.CMC mengalami kenaikan pada menit ke-30.
Lalu, pada obat Analgetik hasil yang didapatkan ketika proses penyuntikan Na.CMC mengalami penurunan jumlah geliat, hal ini merupakan salah satu dari faktor kesalahan yang disebabkan bias saja pada kandungan Na.CMC telah expired dan juga begitupula pada perlakuan mencit yang disuntikkan Na.CMC, obat inflamsi yang digunakan mengalami kenaikan pada menit ke-30
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
Obat-obat inflamasi mempunyai efek antiinflamasi pada hewan coba yang ditandai dengan penurunan volume inflamasi pada hewan coba.
Obat-obat analgetik memberikan efek analgetik pada hewan coba yang ditandai dengan penurunan jumlah geliat.
Obat-obat Anastesi memberikan efek anastesi pada hewan coba mencit.
SARAN
Diharapkan pada setiap praktikan untuk senantiasa mengontrol keadaan dari hewan coba agar hewan coba tetap dalam keadaan sehat dan untuk asisten diharapkan agar senantiasa mendampingi praktikan agar faktor kesalahan dalam praktikum dapat diminimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM, 1979. "Farmakope Indonesia III" Depkes RI. Jakarta.
Ganiswara.S.G. 1995."Farmakologi dan Terapi" Fakultas kedokteran UI. Jakarta.
Mutschler, Ernst. 1999. "Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi". ITB. Bandung.
Mycek, marry.J,dkk. 2001. "Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2". Widya Medika. Jakarta.
Olson,James,M. 1995."Belajar Mudah Farmakologi". Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Price, 1995. Patofisiologi Buku 1. PT Buku Kedokteran ECG : Jakarta
Shargel, Leon,ph.D. 1988. "Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan Edisi 2". Penerbit Universitas Airlangga. Jakarta
Tim Penyusun Laboratorium. 2007. "Penuntun Praktikkum Farfmakologi dan Toksikologi I". UMI.Makassar.
http://www.Iwandarmansyah.web.id/madical % 20 Tikus
http://www.dechacare.com/TRAMADOL-P578.html
LAMPIRAN
SKEMA KERJA
Percobaan Anastesi :
Mencit
Alcohol Eter
Onset dan durasi
Percobaan antiinflamasi :
Mencit
Diukur volume kaki awal
Diinduksi dengan albumin
Diukur kembali diameter kaki mencit
Na.CMC Aspilet Deksametason
Diamkan selama 30 menit
Diamati 15,30,45,60 menit
Percobaan Analgetik dengan metode induksi kimia :
Mencit
Diamati geliat normal
Tramadol Na.CMC Ultraset
Diinduksi dengan Asam Asetat
Hitung jumlah geliat pada menit ke 15,30 dan 45
PERHITUNGAN DOSIS
Deksametason
Dik :
BE = 0,5 mg
Dosis Obat = 0,5 mg
Berat rata-rata = 180,6 mg
Dit :
Berapa mg yang ditimbang dalam larutan stok 10 ml ?
Penye :
Dosis mencit 20 g = D X Fk
= 0,5 mg x 0,0026
= 0,0013 mg
Dosis mencit 30 g = 3020x 0,0013
= 0,00195 mg
Larutan stok = 101 x 0,00195
= 0,0195 ml
BYD = 0,01950,5 x 180,6
= 7,04 mg.
Ultraset
Terdiri dari :
Tramadol : BE = 37,5 mg
Dosis = 37,5 mg
PCT : BE = 325 mg
Dosis = 325 mg
Berat rata-rata = 442,87 mg.
Dit :
Berapa mg yang ditimbang dalam larutan stok 10 ml ?
Penye :
Dosis minimum Tramadol 20 gram = 37,5 x 0,0026
= 0,0975 mg
Dosis min Paracetamol 20 gram = 325 x 0,0026
= 0,845 mg
Dosis maks. Tramadol = 30 x 0,0975
20
= 0,146 mg
Dosis Maks. PCT = 30 x 0,845
20
= 1,267 mg
Dosis maks.Tramandol + PCT = 1,413 mg.
Larutan stok = 101x 1,413
= 14,13 mg
BYD = 14,13362,5 x 442,87 mg
= 17,26 mg
Tramadol
Dik :
BE = 50 mg
Dosis Obat = 75 mg
Berat rata-rata = 220,6 mg
Dit :
Berapa mg yang ditimbang dalam larutan stok 10 ml ?
Penye :
Dosis mencit 20 g = D X Fk
= 75 mg x 0,0026
= 0,195 mg
Dosis mencit 30 g = 3020x 0, 195
= 0,2925 mg
Larutan stok = 101 x 0,2925
= 2,925 mg / 10 ml
BYD = 2,92550 x
= 12,90 mg.
Aspilet
Dik :
BE = 80 mg
Dosis Obat = 300 mg
Berat rata-rata = mg
Dit :
Berapa mg yang ditimbang dalam larutan stok 10 ml ?
Penye :
Dosis mencit 20 g = D X Fk
= 300 mg x 0,0026
= 0,78 mg
Dosis mencit 30 g = 3020x 0,78
= 1,17 mg
Larutan stok = 101 x 1,17
= 11,7 mg/10ml
Volume Pemberian
- Untuk mencit dengan berat badan 30 gram yaitu :
= 3030x 1ml
= 1 ml
- Untuk mencit dengan berat badan 38 gram yaitu :
= 3830 x 1ml
= 1,267 ml
- Untuk mencit dengan berat badan 37 gram yaitu :
= 3730 x 1ml
= 1,23 ml