LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI TEKSTIL 3 “PENGUJIAN STABILITAS
DIMENSI, DAYA
SERAP DAN TAHAN AIR ”
NAMA
: Wahyu Robi’ah Nuralhasanah
NPM
: 16020009
GROUP
: 2K1
DOSEN
: Khairul U., SST., MT.
ASISTEN
: Mia E., S.ST. Tjiptodi
POLITEKNIK STTT BANDUNG 2018
I.
JUDUL PRAKTIKUM
1.1 Pengujian Perubahan Dimensi Bahan Pada Proses Pencucian 1.2 Pengujian Tolak Air Kain 1.3 Pengujian Tahan Air Kain 1.4 Pengujian Daya Serap Kain Tidak Berbulu 1.5 Pengujian Daya Serap Kain Berbulu
II.
TANGGAL PRAKTIKUM
2 Maret 2018
III.
MAKSUD DAN TUJUAN
3.1 Pengujian Perubahan Dimensi Bahan Pada Proses Pencucian Mengetahui perubahan dimensi pada kain tenun dan kain rajut (contoh uji) setelah proses pencucian dan dapat membandingkan nilainya dengan syarat mutu kain yang berlaku. 3.2 Pengujian Tolak Air Kain Mengetahui daya tolak air pada kain contoh uji dan dapat membandingkan nilainya dengan syarat mutu kain yang berlaku. 3.3 Pengujian Tahan Air Kain Mengetahui ketahanan air pada kain contoh uji dan dapat membandingkan nilainya dengan syarat mutu kain yang berlaku. 3.4 Pengujian Daya Serap Kain Tidak Berbulu Mengetahui daya serap air pada kain rajut (contoh uji) dan dapat membandingkan nilainya dengan syarat mutu kain yang berlaku.
3.5 Pengujian Daya Serap Kain Berbulu Mengetahui daya serap air pada kain handuk (contoh uji) dan dapat membandingkan nilainya dengan syarat mutu kain yang berlaku.
IV.
DASAR TEORI 4.1
Pengujian Perubahan Dimensi Bahan Pada Proses Pencucian
Pengujian perubahan ukuran (dimesi) kain setelah pencucian diperlukan karena dalam pemakaian sehari-hari kain yang dipakai mau tidak mau harus dicuci, setelah dicuci apakah mengalami perubahan atau tidak dan jika mengalami perubahan ukuran sampai sejauh mana perubahannya. Dengan pengujian ini dapat diketahui nilai peruabahan ukuran setelah pencucian dan dengan standar dapat diketahui nilai perubahan tersebut masih dalam toleransi atau tidak. Cara uji ini dimaksudkan untuk menentukan perubahan dimensi dari kain tenun atau rajut atau pakaian jadi, yang akan terjadi apabila kain mengalami proses pencucian dan pengeringan dalam rumah tangga. Dalam cara ini dipergunakan berbagai cara yang bervariasi dan kondisi pencucian yang paling ringan dan dimaksudkan untuk mencakup semua kondisi pencucian. Pengeringan dilakukan dengan lima macam cara pengeringan yang mencakup semua pengeringan baik pengeringan secara komersil maupun pengeringan rumah tangga. Pengujian-pengujian ini bukan pengujian yang dipercepat dan harus diulang untuk mengevaluasi dimensi setelah dicuci berulang-ulang. Prinsip pengujiannnya adalah contoh uji atau pakaian yang diberi tanda, dicuci dalam mesin cuci, dikeringkan sesuai dengan cara yang dipilih. Jarak tanda pada contoh uji menurut arah lusi dan pakan (jeratan dan jajaran kain rajut) sebelum dan sesudah pencucian diukur.
Syarat Mutu Kain Tenun untuk Kemeja (SNI 0051 : 2008)
Syarat Mutu Kain Tenun untuk Gaun dan Blus (SNI 08-1515-2004)
Syarat Mutu Kain Rajut Pakan untuk Blus dan Kemeja (SNI 2367 : 2008)
4.2
Pengujian Tolak Air Kain (Uji Siram)
Daya tolak air dari bahan tekstil adalah kemampuan suatu serat tekstil, benang atau kain untuk menahan pembasahan. Kain tahan ai r (water-proof) r (water-proof) merupakan kain yang dilapisi dengan lemak, wax atau karet untuk mencegah menyerapnya air kedalam kain. Penambahan zat anti air dapat dilakukan dengan melapisi permukaan kain secara mekanis atau juga dapat secara reaksi antara serat dan zat penyempurnaan. Sifat khusus dari kain anti air adalah daya tembus udara yang rendah. Kain tolak air (water – repellant) merupakan kain yang tidak menyebarkan butiran air keseluruh permukaan kain. Karena kain yang anti air biasanya tidak tembus udara, maka sifatnya menjadi kurang nyaman dipakai sebagai bahan pakaian. Pengujian ketahanan permukaan terhadap pembasahan dapat digunakan pada semua jenis kain yang tidak maupun sudah diberi penyempurnaan tahan air atau tolak ai r. Cara ini terutama sesuai untuk menilai kebaikan penyempurnaan tolak air yang telah diberikan pada kain, khususnya kain dengan anyaman polos karena alatnya sederhana dan mudah dibawa serta cara pengujian yang singkat dan sederhana, maka cara i ni sangat sesuai untuk pengendalian mutu dalam pabrik. Hasil yang diperoleh dengan cara ini terutama bergantung pada ketahanan terhadap pembasahan atau daya tolak air serat-serat dan benang-benang dalam kain dan tidak pada konstruksi kain.
Gambar Alat Uji Siram
Gambar Standar Penilaian Uji Siram Keterangan - 100 (ISO 5) : Tidak ada air yang menempel atau membasahi permukaan kain bagian atas. - 90 (ISO 4) : Terjadi sedikit penempelan atau ata u membasahi permukaan kain bagian atas. - 80 (ISO 3) : Terjadi pembasahan pada permukaan kain bagian atas yang terena siraman air. - 70 (ISO 2) : Terjadi pembasahan pada sebagian daerah permukaan kain bagian atas. - 50 (ISO 1) : Terjadi pembasahan pada seluruh permukaan air bagian atas dan bawah -0
: Terjadi pembasahan pada seluruh permukan air bagian atas dan bawah
Syarat Mutu Kain Tenun untuk Payung (SNI 1517 : 2008)
4.3
Pengujian Tahan Air Kain (Uji Hujan)
Proses tahan air hujan Ialah proses untuk memperlambat daya serap dan daya penetrasi air dengan sifat kainnya yang tetap tembus udara dan umumnya dilakukan dengan pemulihan jenis serat dan konstruksi kain tertentu. Cara ini dimaksudkan untuk menentukan daya tolak air suatu kain. Cara ini terutama dipergunakan untuk kain-kain yang mempunyai daya tolak air tetapi masih tembus udara. Kain dipasang pada 4 buah tabung yang dipasang tepat di bawah curahan air hujan buatan. Air hujan buatan disiramkan dari lubang-lubang penyiram air. Air yang menembus kain ditampung dalam tabung dan jumlah air yang tertampung diukur, begitu pula air yang tertampung di atas kain diukur jumlahnya jumlahnya Penyiraman air hujan dipasang sejarak 150 cm dari keempat tabung yang dipasang pada alas yang berputar dengan kecepatan 5 putaran per menit. Pada saat kain yang dipasang pada tabung diputar di bawah curahan air hujan buatan, alat penghapus yang berada di dalam tabung akan menggosok kain bagian dalam untuk me niru gosokan mekanis yang ditimbulkan oleh pemakai jas hujan dalam pemakaian yang sebetulnya. Gerakan menggosok kain ini akan membantu penetrasi air ke dalam kain. Air yang dipergunakan untuk pengujian harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Suhu air tidak boleh kurang dari 25 oC dan tidak lebih dari 29 oC. - PH air tidak boleh kurang dari 6,0 dan tidak lebih dari 8,0. - Kecepatan aliran air hujan tidak boleh dari 100 ml per menit per tabung dan tidak lebih dari 100 ml per menit per tabung. Sifat khusus dari kain yang dipakai untuk jas hujan, tutup mobil, atau tenda adalah kemampuan kain tersebut untuk menolak air atau sebaliknya air tidak dapat menembus kain yang digunakan untuk kantong air. Air dapat menembus kain melalui tiga cara : 1. Oleh pembasahan kain, diikuti sifat kapiler yang membawa air menembus kain 2. Oleh tekanan air yang menekannya melalui rongga-rongga pada kain 3. Oleh kombinasi kedua cara tersebut diatas
Jika kain dibuat sedemikian rapat hingga tidak ada rongga-rongga diantara benag-benag, kain masih mundkin tembus air jika air dapat membasahi kain. Hal ini terjadi pada kain kanvas dari kapas yang ditenun sangat rapat. Apabila kain tenun biasa dibuat dari serat yang diberi proses kimia sehingga tidak dapat dibasahi oleh air maka air akan menggelincir dipermukaan kain tanpa menembusnya, tetapi jika air terkumpul di permukaan kain dengan ketebalan tertentu atau air menetesi kain dengan tekanan yang lebih kuat, air akan menembus kain melalui rongga-rongga r ongga-rongga pada kain. Hal ini terjadi pada kain yang disebut tahan gerimis. Agar kain benar-benar tidak ditembus air, kain harus dilapisi dengan pelapis yang tidak tembus air, misalnya untuk jas hujan, kain dilapisi karet, atau untuk terpal dilapisi sejenis ter. Kain yang diberi pelapis juga bersifat tidak tembus udara, sehingga tidak nyaman dipakai. Untuk pakaian biasa diperlukan sifat tahan air cukup namun masih bersifat tembus udara dan uap air.
Syarat Mutu Kain untuk Tenda (SNI 08-2159-1991) 08-2159-1991) No 1
Jenis uji
Persyaratan
Keterangan
Tahan air uji bundesman Penyerapan
15%
Perembesan
0
Minimal
40
Minimal
4
Minimal
3-4
Minimal
2
Uji tekanan hidrostatik
3
Tahan luntur warna terhadap air Perubahan warna Penodaan
Maksimal
4.4
Pengujian Daya Serap Kain Tidak Berbulu (Uji Tetes)
Kebanyakan kain memiliki permukaan rata dan relative halus, tetapi untuk keperluan tertentu seperti handuk mempunyai permukaan berbulu, baik bulu yang dipotong atau yang masih berbentuk lengkungan. Perbedaan permukaan tersebut memerlukan cara pengujian daya serap yang berbeda pula. Cara uji perlu dilakukan untuk kain-kain yang akan dicelup karena kerataan hasil pencelupannya bergantung pada daya serap kain. Demikian pula untuk kain yang akan dikerjakan dengan resin atau zat-zat penyempurnaan lain, daya serap merupakan suatu faktor yang harus dipertimbangkan. Daya basah atau daya serap bahan teksti l yang berupa kain tenun maupun benang benang dapat ditentukan dengan cara ini. Yang dimaksud dengan waktu pembasahan adalah waktu dari saat air dit eteskan hingga air hilang terserap. Daya serap adalah salah satu faktor yang menentukan kegunaan dan untuk tujuan tertentu misalnya kain pembalut, kain handuk dan lain-lain. Beberapa kain harus mempunyai kemampuan untuk menyerap menyerap air atau cairan secara secar a cepat atau mudah terbasahi. Jika daya serapnya baik maka kain akan nyaman n yaman untuk digunakan karena dapat menyerap keringat dengan baik. Makin rendah waktu pembasahan rata-rata maka besar daya serap bahan tekstil tersebut. Waktu pembasahan kurang dari 5 sekon menyatakan daya serap bahan tekstil tersebut baik. Daya serap rata-rata dari kapas yang sudah diputihkan kurang dari 2,5 sekon. Kesetimbangan Air
4.5
Pengujian Daya Serap Kain Berbulu (Uji Daya Serap Keranjang)
Prinsip pengujian daya serap kain tidak berbulu dilakukan dengan meneteskan setetes air dari ketinggian tertentu ke permukaan kain. Waktu yang diperlukan oleh pantulan cahaya karena tetesan air akan segera tertutup oleh ketinggian bulu-buku tersebut. Untuk kain berbulu, prinsip pengujiannya dilakukan dengan menjatuhkan kain contoh uji dari ketinggian tertentu ke permukaan air. Waktu yang telah diperlukan oleh kain contoh uji sampai tenggelam diukur dan dicatat sebagai waktu basah. Kapasitas serap kain dihitung dari selisih berat kain basah kain contoh uji kering dinyatakan din yatakan dalam persen.
Syarat Mutu Kain untuk Handuk (SNI 08-0055-2002)
V.
ALAT DAN BAHAN
5.1
Pengujian Perubahan Dimensi Bahan pada Proses Pencucian
Alat : -
Penggaris
-
Spidol
-
Mesin cuci
-
Papan pengukur dimensi
Bahan : -
Kain tenun contoh uji
-
Kain rajut contoh uji
-
Deterjen
-
Air
5.2. Pengujian Tolak Air Kain
Alat : -
AATCC Spray Tester
-
Simpal bordir
Bahan : -
Kain contoh uji
-
Air
5.3. Pengujian Tahan Air Kain
Alat : - Neraca analitik
-
Bundessman rain tester
-
Pemotong contoh uji berbentuk lingkaran
-
Alat pemutar contoh uji
-
Mesin pengering
Bahan : -
Kain contoh uji
-
Air
5.4. Pengujian Daya Serap Kain Tidak Berbulu
Alat : -
Simpal bordir
-
Stopwatch
-
Buret
Bahan : -
Kain contoh uji
-
Air
5.5. Pengujian Daya Serap Kain Berbulu
Alat : -
Keranjang berbentuk silinder
-
Penampung air
- Neraca analitik
VI.
Bahan : -
Kain contoh uji
-
Air
CARA KERJA
6.1 Pengujian Perubahan Dimensi Bahan Pada Proses Pencucian 1)
Contoh uji disiapkan berukuran kurang lebih 50cm x 50cm.
2)
Contoh uji dibentangkan pada meja datar tanpa tekanan/regangan dan bebas dari kerutan/kekusutan menggunakan tagan secara perlahan.
3)
Pada contoh uji dibuat sedikitnya tiga pasang tanda masing-masing sejajar arah lusi dan arah pakan.
4)
Dari ketiga pasang tanda diukur panjangnya pada masing-masing tanda yang sejajar arah lusi dan arah pakan.
5)
Untuk menghindari adanya benang-benang pada tepi contoh uji yang akan terurai pada proses pencucian maka contoh uji uji diobras terlebih dahulu.
6)
Contoh uji dimasukan ke dalam mesin cuci dan tambahkan kain pemberat sampai total berat kering sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan.
7)
Tambahkan deterjen 1 – 1 – 3 3 g/L dengan perkiraan ketebalan buih tidak lebih dari 3 cm pada waktu mesin berputar dan kesadaha air tidak lebih dari 5 ppm. ppm.
8)
Setelah pemerasan putar terakhir selesai, contoh uji dipindahkan dengan hati-hati kedalam mesin pengering bersama kain pemberat.
9)
Atur suhu pada 50 – 50 – 70 70oC.
10) Pengeringan dilanjutkan sampai kering dan putaran dilanjutkan lagi tanpa pemanas selama 5 menit. 11) Setelah selesai, kain contoh uji dikeluarkan dari mesin. 12) Pada kain contoh uji dilakuka pengukuran kembali jarak-jarak yang ditandai dan catat sebagai panjang dan lebar akhir.
6.2 Pengujian Tolak Air Kain 1) Dua buah contoh uji berukuran 180 mm x 180 mm, dikondisikan dalam ruang standar pengujian selama sel ama minimum 4 jam. Jika memungkinkan masing-masing masing-mas ing contoh uji tidak mengandung benang lusi dan benang pakan yang sama. 2) Pasang contoh uji pada simpai bordir sehingga tidak terdapat lagi kerutan-kerutan pada kain. 3) Letakkan simpai beserta contoh uji pada penyangga contoh uji sedemikian sehingga titik tengah penyemprot tepat di atas titik tengah simpai. 4) Untuk kain – kain – kain kain keper, gabardin, atau kain sejenis yang mempunyai pola rusuk – rusuk. Letakkan simpai sedemikian sehingga rusuk – rusuk rusuk miring terhadap aliran air di permukaan kain. 5) Tuangkan 250 mL air suling, suhu 27 ± 1 oC ke dalam corong penyemprot dan biarkan air menyemprotcontoh uji selama 25-30 detik. Waktu menuang air gelas piala jangan menyentuh corong. corong. 6) Ambil simpai dengan memegangnya pada satu sisi dan ketukkan sisi lain pada benda keras dengan permukaan kain menghadap ke bawah sat u kali. Putar simpai 180 o dan ketukkan sekali pada sisi yang semula dipegang. 7) Ulangi pekerjaan tersebut untuk 2 contoh uji. 8) Segera setelah contoh uji diketukkan, bandingkan pola titik – titik titik pembasahan atau bagian basah kain dengan gambar Penilaian Uji Siram Standar dari AATCC. Nilai Uji Siram masing – masing – masing masing contoh uji didasarkan pada nilai terdekat dengan gambar Penilaian Uji Siram Standar. Dalam penilaian kain dengan konstruksi kurang rapat seperti voile, air yang menembus rongga – rongga – rongga rongga kain diabaikan.
6.3 Pengujian Tahan Air Kain 1)
Potong contoh uji berbentuk lingkaran dengan menggunakan cetakan yang telah ditentukan dan kondisikan dalam ruangan standar pengujian.
2)
Rangkaian tabung-tabung pemegang contoh uji tanpa contoh uji dipasang pada alat, tutup penahan siraman air masih tertutup dan kran air dibuka. Jalankan motor pemutar tabung contoh uji, buka tutup penahan siraman air selama 1 menit, kemudian tutup kembali. Dengan membuka kran pada tabung pemegang contoh uji, ukur jumlah air yang tertampung pada masing-masing pemegang contoh uji dengan gelas ukur sampai milliliter terdekat. Ulangi pekerjaan tersebut dengan mengatur kran tekanan air sehingga jumlah air yang tertampung dalam tabung pemegang contoh uji uji 100 mL/menit/tabung.
3)
Timbang masing-masing contoh uji yang telah dikondisikan dalam ruangan standar pengujian sampai milligram terdekat.
4)
Setelah air dalam masing-masing tabung pemegang contoh uji dikeluarkan, tutup kembali kran pada tabung tersebut. Pasang contoh uji pada tabung pemegang contoh uji sehingga tidak terdapat kerutan-kerutan pada permukaan contoh uji.
5)
Tutup penahan siraman air masih tertutup, pasang rangkaian pemegang contoh uji dengan contoh ujinya pada alat.
6)
Jalankan motor pemutar rangkaian tabung pemegang contoh uji, kemudian buka tutup penahan siraman air, sehingga air menyirami contoh uji yang berputar selama 10 menit dan tutup kembali.
7)
Matikan motor, ambil rangkaian pemegang contoh uji
8)
Masing-masing contoh uji diambil dari tabung pemegang contoh uji, pasang pada alat pemutar contoh uji untuk menghilangkan tetesan-tetesan air pada permukaan contoh uji. Timbang berat contoh uji tersebut sampai milligram terdekat.
9)
Dengan membuka kran pada tabung pemegang contoh uji, ukur jumlah air yang tertampung pada masing-masing pemegang contoh uji denga gelas ukur sampai milliliter terdetat. Jumlah air yang tertampung tersebut adalah jumlah air yang menembus contoh uji selama 10 menit.
10) Hitung jumlah air yang terserap contoh uji dari selisih berat contoh uji basah dikurangi berat contoh uji kering dibagi berat contoh uji kering dinyatakan dalam persen. 11) Hitung jumlah air yang menembus contoh uji per tabung dalam mililiter per menit.
6.4 Pengujian Daya Serap Kain Tidak Berbulu 1)
Kain uji dipersiapkan, dipasang rata pada simpai bordir sehingga permukaan kain terbebas dari kerutan-kerutan tetapi tanpa merubah struktur kain.
2)
Letakkan contoh uji ditas kaki segitiga dan buret diatas contoh uji dengan jarak (10 ± 1) mm dari ujung buret.
3)
Air dimasukkan ke dalam buret menggunakan corong gelas
4)
Dari buret diteteskan air pada permukaan air.
5)
Waktu yang diperlukan hingga cahaya tetesan hilang diukur menggunakan stopwatch.
6)
Pengujian diulangi sebanyak 5 kali.
6.5 Pengujian Daya Serap Kain Berbulu 1)
Contoh uji dipersiapkan, timbang hingga berat 5 gram.
2)
Timbang kawat tembaga dan gelas plastik
3)
Contoh uji digulung-gulung dan dimasukan kedalam kawat tembaga.
4)
Pada wadah diisi air hingga ketinggian 15 cm
5)
Kawat tembaga beserta contoh uji dimasukan kedalam ??
6)
Waktu dari saat contoh uji menyentuh permukaan air sampai contoh uji tenggelam diukur menggunakan stopwatch. Jika dalam 1 menit contoh uji tidak tenggelamkan contoh uji dipaksa tenggelam (ditekan hingga mencapai dasar air menggunaka pencapit) selama 10 detik.
7)
Contoh uji kemudian diambil dan diletakkan pada gelas selama 10 detik.
8)
Contoh uji, kawat dan gelas ditimbang dan catat sebagai berat basah.
9)
Pengujian diulangi selama lima kali.
VII.
DATA PERCOBAAN 7.1 Pengujian Perubahan Dimensi Bahan Pada Proses Pencucian
a) Kain Tenun Kain contoh uji
Sebelum Pencucian
Setelah Pencucian
L1 = 34,6 cm
L1 = 32,8 cm
L2 = 34,6 cm
L2 = 32,8 cm
L3 = 34,6 cm
L3 = 32,8 cm
Rata-rata Lawal = 34,6 cm
Rata-rata L akhir = 32,8 cm
P1 = 34,8 cm
P1 = 34,4 cm
P2 = 34,6 cm
P2 = 34,4 cm
P3 = 34,7 cm
P3 = 34,3 cm
Rata-rata Pawal = 34,7 cm
Rata-rata Pakhir = 34,37 cm
=
− 100%
=
32,8 32 ,8 − 34,6 34,6 100% 34,6
= −5,2% ( 5,2%)
=
− 100%
=
34,37 34,37 − 34,7 100% 34,7
= −0,95% ( ( 0,95%)
b) Kain Rajut Kain contoh uji
Sebelum Pencucian
Setelah Pencucian
W1 = 34,7 cm
W 1 = 34,4 cm
W2 = 34,4 cm
W 2 = 34,3 cm
W3 = 34,4 cm
W 3 = 34,4 cm
Rata-rata Wawal = 34,5 cm
Rata-rata Rata-rata Wakhir = 34,37 cm
C1 = 35,4 cm
C1 = 35,4 cm
C2 = 35,1 cm
C2 = 35 cm
C3 = 35 cm
C3 = 34,9 cm
Rata-rata C awal = 35,17 cm
Rata-rata Cakhir = 34,77 cm
=
− 100%
=
34,37 34,37 − 34,5 100% 34,5
= −3,8% ( 3,8%)
=
− 100%
=
34,77 34,77 − 35,17 35,17 100% 35,17
= −11,37% −11,37% ( ( 11,37%) 11,37%)
7.2 Pengujian Tolak Air Kain
Contoh Uji 1 Nilai = 50 / ISO 1 (Pembasahan seluruh permukaan permukaan atas) Foto Hasil Praktikum Kain contoh uji
Contoh Uji 2 Nilai = 70 / ISO 2 (Pembasahan pada pada sebagian permukaan atas) Foto Hasil Praktikum Kain contoh uji
7.3 Pengujian Tahan Air Kain
Kain contoh uji
Air yang tembus
= 2 ⁄10 = 0,2 ⁄
Serapan Air
=
ℎ ℎ − 100%
=
6,51 6,51 − 5,66 5,66 100% 5,66
=
0,85 100% 5,66
= 15,02 15,02% %
7.4 Pengujian Daya Serap Kain Tidak Berbulu
Kain contoh uji
=
++++
=
= 2,6 2,6
7.5 Pengujian Daya Serap Kain Berbulu
Kain contoh uji
Waktu Basah
ℎ ℎ =
Kapasitas Serap
7 10 = 8,5 2
Contoh Uji 1
ℎ ℎ = − ( ) ℎ ℎ = 71 71,0 ,055 − (35,55 3) ℎ ℎ = 32,5 32,5 =
ℎ ℎ − 100%
=
32,5 32 ,5 − 5,04 5,04 100% 5,04
= 544,84% 544,84% Contoh Uji 2
ℎ ℎ = − ( ) ℎ ℎ = 70 70,6 ,699 − (35,55 3) ℎ ℎ = 32,14 32,14 =
ℎ ℎ − 100%
=
32,1 32 ,144 − 5,10 5,10 100% 5,10
= 53 530,2 0,2% %
− =
544,8 54 4,84% 4% 53 530,2 0,2% % 2
− = 53 537,5 7,52% 2%
VIII.
DISKUSI 8.1. Pengujian Perubahan Dimensi Bahan Pada Proses Pencucian
Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu pengujian perubahan dimensi bahan tekstil pada proses pencucian bertujuan untuk menentukan perubahan dimensi kain tenun yang mengalami proses pencucian dalam rumah tangga. Pengujian ini seharusnya dilakukan dengan mesin cuci khusus, tetapi saat praktikum berlangsung, praktikan menggunakan mesin cuci biasa. Perubahan dimensi ini dapat menyebabkan bertambah panjang (mulur baik pada pakan atau lusi) dan bertambah pendek (mengkeret) pada bahan. Karena terjadinya mengkeret atau mulur ini menyebabkan suatu pakaian tidak dapat dipakai lagi. Mengkeret pun merupakan salah satu problem mutu. Oleh sebab itu, pengujian ini sangat penting dilakukan agar bahan yang akan di jual sesuai dengan SNI/standar mutu yang ada. Mengkeret kain dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu; relaxation shrinkage, swelling shrinkage, felting shrinkage dan contraction shrinkage. Hasil praktikum menunjukkan bahwa semua bagian kain (l usi maupun pakan) dari kain tenun dan rajut mengalami mengkeret. Hal tersebut dapat disebabkan karena relaxation shrinkage yaitu ketika proses pertenunan, benang-benang yang ditenun terutama benang lusi mengalami tegangan, proses tentering dan calendaring yang mengalami penarikan, sehingga saat proses pencucian kain relaks, tegangannya mengendur sehingga ukuran kain cenderung ke posisi semula yaitu mengkeret. Selain itu dapat disebabkan pula karena proses steaming pada saat pencelupannya. Kontribusi setiap tingkatan terhadap total perubahan ukuran bergantung pada struktur kain dan benang, serta jenis serat. Dapat dilihat pada standar mutu kain tenun untuk kemeja (SNI 0051 : 2008), standar stabilitas dimensi yang ditentukan adalah maksimum 2%, sedangkan kain tenun contoh uji mengkeret 5,2% dan 0,95%. Hal ini menyebabkan bahwa kain tenun contoh uji tidak memenuhi standar mutu kain untuk kemeja. Lalu, bila kain tenun dibandingkan dengan standar mutu kain tenun untuk gaun dan blus (SNI 08-1515-2004) yang mempunyai standar dimensi maksimum 2% dan 2,5%, kain tenun contoh uji tetap masih belum memenuhi standar mutu kain untuk untuk gaun dan blus. Sedangkan untuk kain rajut, standar mutu kain rajut untuk blus dan kemeja (SNI 2367 : 2008) menunjukkan standar stabilitas dimensi maksimum 3%. Kain rajut contoh
uji mempunyai nilai mengkeret 0,38% arah wale dan 11,37% arah course. Hal ini mengakibatkan kain rajut contoh uji tidak memenuhi standar mutu kain rajut untuk blus dan kemeja.
8.2. Pengujian Tolak Air Kain
Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu pengujian tolak air bertujuan untuk menentukan nilai tolak air pada suatu bahan tekstil menggunakan metode uji siram. Pengertian dari bahan tolak air / water reppelency adalah bahan yang bersifat tolak air namun masih dapat tertembus udara dan air masih dapat lolos melalui celah tenunan. Untuk tolak air sendiri, dapat diperoleh dengan cara melapiskan jenis resin hidrofob (hidrokarbon atau fluorocarbon) pada permukaan kain. Kain-kain khusus yang seratseratnya telah disempurnakan tolak air, kain akan membiarkan tetap terkumpul membentuk bola-bola air di permukaannya tanpa penetrasi. Jika bola-bola air tersebut makin banyak dan membentuk lapisan air yang tebal atau bila air mendorong kain dengan gaya tertentu, maka air dapat lolos melalui celah-celah kain. Praktikan telah menyiapkan 2 contoh uji dengan kain yang sama. Nilai tolak air dari contoh uji 1 adalah 50 / ISO 1 yang berarti pembasahan s eluruh permukaan atas kain. Sedangkan pada contoh uji 2, didapatkan nilai tolak air 70 / ISO 2 yang berarti pembasahan pada sebagian permukaan atas kain. Pada standar mutu kain tenun untuk payung menunjukkan nilai standar tolak air minimum adalah 80. Hal ini menunjukkan bahwa kain contoh uji masih belum bisa menjadi kain untuk payung karena nilainya yang tidak berada dalam standar mutu.
8.3. Pengujian Tahan Air Kain
Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu pengujian tahan air bertujuan untuk menentukan nilai tahan air pada suatu bahan tekstil menggunakan metode uji hujan (Bundessman). Pengertian dari bahan tahan air / water resistance adalah bahan tidak dapat tertembus udara, hanya kemampuan kain untuk menahan pembasahan dan penetrasi air. Pengujian tahan air hujan ini digunakan untuk menilai efektivitas penyempurnaan tolak air. Parameternya adalah jumlah air yang diserap setelah dberikan perlakuan siraman
hujan buatan setelah waktu tertentu, selain itu juga jumlah air yang terserap pada kain dan rembesan dicatat. Pada pengujian tahan air ini didapatkan hasil bahwa air yang tertembus ke dalam kain adalah 0,2 ml per menit. Sedangkan serapan air kain contoh uji sebesar 15,02%. Hasil yang didapat ini dapat dibandingkan dengan kain untuk payung (SNI 1517 : 2008) yang mempunyai standar penyerapan maksimum 20% dan standar perembesan maksimum 15%. Jadi, kain contoh uji masih mas ih memenuhi standar mutu kain untuk payung. Sedangkan untuk standar mutu kain untuk tenda memiliki standar perembesan maksimal 15% yang berarti kain contoh uji juga masih memenuhi standar mutu kain untuk tenda.
8.4. Pengujian Daya Serap Kain Tidak Berbulu
Pada pengujian yang telah dilakukan yaitu pengujian daya serap kain tidak berbulu, praktikan praktikan menggunakan menggunakan kain rajut sebagai contoh contoh uji dan menggunakan menggunakan uji tetes sebagai metoda. Karena permukaan pada setiap kain tidak sama maka penyerapan air terhadap bahan pun akan berbeda, maka untuk kain yang permukaannya rata atau tidak berbulu dilakukan uji daya serap dengan menggunakan cara tetes dengan air suling. Pengujian ini sangat penting karena daya serap adalah salah satu faktor yang menentukan kegunaan dan untuk tujuan tertentu misalnya kain pembalut, kain handuk dan lain-lain. Beberapa kain harus mempunyai kemampuan untuk menyerap menyerap air atau cairan cair an secara cepat atau mudah terbasahi. Praktikan melakukan 5 kali pengujian dan didapatkan nilai rata-rata penyerapan pada kain contoh uji yaitu 2,6 detik. Standar S tandar daya serap kain rajut yaitu 20 detik. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kain yang diuji memiliki daya serap yang baik dan masih memenuhi standar. Kain rajut lebih mudah menyerap air dibandingkan tenun yang kondisi kerapatan kainnya lebih rapat. Oleh karena itu jenis kain dan kerapatan benang mempengaruhi daya serap terhadap air. Maka pengaruh tetal daripada kain akan mempengaruhi hasil penyerapan airnya dimana makin tinggi tetal maka makin lama penyerapan airnya dan sebaliknya.
8.5. Pengujian Daya Serap Kain Berbulu
Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu pengujian daya serap kain berbulu, praktikan menggunakan kain handuk sebagai contoh uji dan menggunakan menggunakan cara uji serap keranjang. Kain handuk yang baik yaitu yang waktu serap airnya cepat. Karena ketika kain handuk tersebut mudah menyerap air maka akan lebih nyaman dipakai. Pada kondisi ini, daya serap air dipengaruhi oleh sifat serat pada kain handuk itu sendiri. Kemampuan kain dalam menyerap air sangat ditentukan oleh strukur molekul serat-serat penyusun benang dari kain yang digunakan. Makin banyak bagian yang amorf dari suatu serat, maka gugus hidroksil akan makin banyak. Sehingga kemampuan untuk mengikat senyawa air akan makin dominan. Selain itu juga penyerapan air dipengaruhi oleh kontruksi benang penyusun kain yang digunakan. Bila benang peyusun kain tersebut diberi antihan tinggi, maka kemampuan benang tersebut untuk menyerap air akan rendah. Berdasarkan hasil pengujian, kain contoh uji mempunyai waktu basah 8,5 detik dan rata-rata kapasitas serap 537,52%. Menurut standar mutu kain handuk (SNI 08-00552002), standar waktu basah maksimum adalah 20 detik dan mempunyaikapasitas serap minimum 500%. Hal ini berarti kain contoh uji dapat digunakan menjadi handuk karena telah memenuhi standar mutu kain handuk.
IX.
KESIMPULAN 9.1. Pengujian Perubahan Dimensi Bahan Pada Proses Pencucian
- Kain tenun contoh uji mempunyai mengkeret lusi 5,2% dan megkeret pakan 0,95% - Kain tenun contoh uji tidak memenuhi standar mutu kain tenun untuk kemeja, blus maupun gaun. - Kain rajut contoh uji mempunyai mengkeret wale 0,38% dan mengkeret course 11,37% - Kain rajut contoh uji tidak memenuhi standar mutu kain rajut unutk blus dan kemeja 9.2. Pengujian Tolak Air Kain
- Kain contoh uji 1 mempunyai nilai tolak air 50 / ISO 1 dan kain contoh uji 2 mempunyai nilai tolak air 70 / ISO 2 - Kain contoh uji tidak memenuhi standar s tandar mutu kain untuk payung. 9.3. Pengujian Tahan Air Kain
- Kain contoh uji mempunyai nilai perembesan 0,2 ml per menit dan nilai serapan air 15,02% - Kain contoh uji memenuhi standar mutu kain untuk payunng dan tenda. 9.4. Pengujian Daya Serap Kain Tidak Berbulu
- Kain rajut contoh uji mempunyai waktu serap 2,6 detik dan digolongkan sebagai kain yang mempunyai daya serap baik. 9.5. Pengujian Daya Serap Kain Berbulu
- Kain handuk contoh uji mempunyai waktu basah 8,5 detik dan rata-rata kapasitas serap 537,52% - Kain contoh uji memenuhi standar st andar mutu kain untuk handuk.
X.
DAFTAR PUSTAKA
Soeprijono, P., Poerwati, Widayat & Jumaeri. 1974. Serat-Serat Tekstil . Bandung: Institut Teknologi Tekstil. Merdoko, Wibowo. Dkk. 1975. Evaluasi Tekstil (Bagian Kimia). Kimia). Bandung : Institut Teknologi Tekstil Hitariat, NM. Susyami. Dkk. 2005. Bahan Ajar Praktek Evaluasi Kain. Bandung Kain. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung.