LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI TERAPAN PERCOBAAN I ALAT KESEHATAN, PENGOLONGAN OBAT DAN PENGGUNAAN OBAT KHUSUS
OLEH: NAMA
: SINAR AYU FARIDA
NIM
: O1A1 14 162
KELAS
: FARMASI D
KELOMPOK
: VII (TUJUH)
ASISTEN
: NUR AHADINUN LAILAN , S.Farm., Apt
JURUSAN FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017
BAB I PENDAHULUAN A. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini yaitu : 1. Untuk mengetahui dan mengenal berbagai macam alat kesehatan. 2. Untuk mengetahui dan memahami dari alat kesehatan. 3. Untuk mengetahui dan memahami penggolongan obat dan cara penggunaan obat-obat khusus. B. LANDASAN TEORI
Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, perkakas, dan/atau implan, reagen in vitro dan kalibratornya, perangkat lunak, bahan atau material yang digunakan tunggal atau kombinasi, untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh, menghalangi pembuahan, densifeksi alat kesehatan dan pengujian in vitro terhadap spesimen dari tubuh manusia, dan dapat mengandung obat yang tidak mencapai kerja utama pada tubuh manusia melalui proses farmakologi, imunologi atau metabolisme untuk dapat membantu fungsi/kinerja yang diinginkan (Permenkes RI, 2015). Alat kesehatan berdasarkan tujuan penggunaan sebagaimana dimaksud oleh produsen, dapat digunakan sendiri maupun kombinasi untuk manusia dengan satu atau beberapa tujuan yaitu (1) diagnosis, pencegahan, pemantauan, perlakuan atau pengurangan penyakit, (2) diagnosis, pemantauan, perlakuan, pegurangan atau kompensasi kondisi sakit, (3) penyelidikan, penggantian, pemodifikasian, mendukung anatomi, atau proses fisiologis, (4) mendukung atau mempertahankan hidup, (5) menghalangi pembuahan, (6) desinfeksi alat kesehatan, (7) menyediakan informasi untuk tujuan medis atau diagnosis melalui pengujian in vitro terhadap spesimen dari tubuh manusia (Permenkes RI, 2010).
Untuk menjamin alat kesehatan yang aman, bemutu dan bermanfaat dimulai dari proses design, produksi, distribusi, penggunaan sampai proses pembuangan atau pemusnahan. Untuk memastikan produk alat kesehatan memenuhi persyaratan dan standar yang ditetapkan, maka dimulai dengan melakukan proses pembuatan alat kesehatan yang mengacu pada Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB), Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1189/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga pasal 6 ayat (1) dinyatakan sebagai berikut “Produksi “Produksi alat kesehatan dan/atau PKRT hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang memiliki sertifikat produksi” dan pada Pasal 18 ayat (1) dinyatakan sebagai berikut “Produksi alat kesehatan dan/atau PKRT dilaksanakan sesuai dengan Cara Pembuatan Alat Kesehatan Kesehatan atau PKRT yang Baik” (Permenkes RI, 2010). Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis sesuai dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit berikut gejalanya. Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat pemberiannya. Rute pemberian obat terutama dipengaruhi oleh sifat obat, kestabilan obat, tujuan terapi ,kecepatan absorbsi yang diperlukan, kondisi pasien, keinginan pasien, dan kemungkinan efek samping. Pemakaian obat dikatakan tidak tepat apabila kemungkinan untuk memberikan manfaat kecil atau tidak ada sama sekali, sedangkan kemungkinan manfaatnya tidak sebanding dengan kemungkinan efek samping atau biayanya (Nasif, dkk, 2013). Obat wajib apotik merupakan program pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan. Oleh karena itu masyarakat selain menggunakan obat bebas maupun obat bebas terbatas dalam menolong dirinya sendri juga dirasa perlu ditunjang dengan den gan sarana yang dapat meningktkan mening ktkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional. Selain tujuan diatas tersebut, pemerintah juga
mengharapkan dengan adanya pelayanan OWA oleh apoteker dimasyarakat dapat meningkatkan pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) (Kristina S.A., 2007). Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turuntemurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang
dan
bertanggung
jawab.
Pemerintah
bertanggung
jawab
atas
ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Supradi, dkk, 2012).
BAB II PEMBAHASAN A. TABEL PENGAMATAN
1. Tabel Alat Kesehatan a. Pembalut atau plaster NO
Nama Alat
1.
Autoclafe tape
Fungsi Plester
ini
digunakan
untuk
mengontrol keadaan mesin sterilisasi yaitu membedakan alat yang telah mengalami proses sterilisasi atau belum dengan adanya
perubahan
pada warna plester.
2.
Sutures tape
Yaitu plester yang digunakan untuk menutup luka di kulit, misalnya steristrip.
3.
Medicinal tape
Medical tape ini adalah plester yang berfungsi sebagai plaster obat yang mengandung obat yaitu handiplas atau pun salonpas.
4.
Surgical tape
Surgical tape adalah plester yang digunakan dalam pembedahan, yang tidak meninggalkan residu dan tidak menimbulkan
rasa
sakit
apabila
dilepaskan setelah menempel dan
tidak menyebabkan gatal-gatal serta alergi.
5.
Gaas – Gaas – Hydrofil Hydrofil Steril
Fungsinya menutupi
digunakan luka
dan
untuk
menghindari
kontaminasi.
6.
Gaas- Dressing
Fungsinya yaitu digunakan untuk penutupan
daerah
sebelum
steril
Insisi
dilakukan
pembedahan/operasi.
7.
Gaas – Gaas – Mengandung Mengandung Obat
Fungsinya untuk menutupi luka
8.
Gaas – Gaas – Gauze Gauze Bandage
Fungsinya untuk menutupi luka
9.
Perban – Perban – Elastic Elastic Bandage
Fungsinya untuk menutupi luka
10.
Perban – Perban – Mengandung Mengandung Obat
11.
Perban – Perban – Pmebalut Pmebalut Leher
Fungsinya untuk menutupi luka
Fungsinya untuk menopang kepala dan membatasi gerak dari tulang leher (Cervical Vertebrae).
12.
Perban – Perban – Pembalut Pembalut Gips
Fungsinya
untuk
menutupi
luka
(Gips)
13.
Perban - daryanet
Fungsinya digunakan di bagian tubuh yang
sulit
tanpa
plester perekat.
membutuhkan
b. Alat Perawatan No
Nama Alat
14.
Warm Water Zak
15.
Eskap
Fungsi Fungsinya untuk mengisi air panas
Fungsinya untuk kompres dingin di kepala apabila sedang demam.
16.
Skin Traction Kit
Fungsinya digunakan untuk mencegah pergeseran persendian yang terluka atau meradang atau pada patah tulang.
17.
Kruk
Fungsinya
digunakan
untuk
pada
pasien yang mendapat cidera/gangguan sehabis operasi pada kakinya.
18.
Pompa susu
Fungsinya digunakan untuk membantu memompa
air
susu
keluar
dari
payudara wanita yang sedang menyusui dikarenakan produk air susunya terlalu banyak.
c. Alat Penampungan No
Nama alat
19.
Penampungan Darah
Fungsi Fungsinya
digunakan
untuk
menampung darah.
20.
Urine Bag
Fungsinya
digunakan
untuk
menampung urin pasien.
21.
Penampung Feces
Fungsinya
digunakan
untuk
menampung feces, cairan dan gas yang keluar dari lubang usus buatan hasil pembedahan melalui otot dan kulit perut.
d. Hospital Wares/Utensils
No
Nama alat
22.
Urinal Pria
23.
Bedpan/Stekpan
24.
Spitting Mug
Fungsi Sebagai tempat air kencing pasien.
Digunakan sebagai tempat feces.
Digunakan sebagai tempat ludah/riak.
25.
Instrument Tray
Digunakan sebagai tempat menaruh dan menyimpan alat-alat bedah.
26.
Thermometer Jar
Digunakan sebagai tempat menaruh termometer
27.
Forceps Jar
Digunakan sebagai tempat menaruh pinset, klem dan tang
28.
Dressing Sterilizing – Sterilizing – Drum Drum
Digunakan
sebagai
tempat
mensterilkan pembalut
e. Catheters
No
Nama alat
29.
I.V. Catheter
Fungsi Digunakan
sebagai
vena
tambahan
(perpanjangan vena) untuk pengobatan I.V. Jangka lama yang panjang lebih
dari 48 jam
30.
Nelaton
31.
Ballon / Foley
Digunakan untuk buang air kecil
Digunakan untuk pengambilan urine dalam sistem tertutup, bebas dari udara dan polusi disekitarnya
32.
Oxygen
Digunakan
untuk
mengalirkan
gas
oksigen ke dalam lubang hidung
33.
Stomach Tube
Digunakan untuk mengumpulkan getah lambung, membilas atau mencuci isi perut, dan untuk pemberian obat-obatan
34.
Feeding Tube
Digunakan untuk memasukkan cairan makanan melalui mulut / hidung
35.
Rectal Tube
Digunakan untuk mengeluarkan gasgas dari usus dan untuk membersihkan rectum
36.
Suction / Mucus Extractor
Digunakan untuk menyedot lender dari mulut bayi yang baru lahir dan untuk menyedot cairan Amniotik
37.
Kondom
Digunakan
untuk
menghubungkan
penis dengan urine bag melalui ujung tubenya, terutama pada pasien yang suka buang air kecil secara tidak sadar
f. Jarum suntik
No
Nama alat
38.
Jarum Suntik umum
Fungsi Digunakan untuk mengambil darah
39.
Jarum Suntik Gigi
Digunakan untuk gigi, dimana obatnya harus dimasukkan dulu kedalam suatu tempat tertentu yang disebut catridge
40.
Jarum Suntik Spinal
41.
Jarum Suntik Bersayap
Digunakan untuk lumbal punctie
Digunakan sebagai vena tambahan atau perpanjangan vena dari tubuh kita untuk pengobatan I.V. jangka lama atau yang terputus-putus
g. Alat Semprit/Alat Suntik
No
Nama alat
42
Glycerin Syringe
Fungsi Digunakan
untuk
menyemprotkan
lavement /clysma melalui anus (dubur)
43
Hypodermic Syringe
Digunakan sebagai alat semprit pada umumnya
44
Insulin Syringe
Digunakan khusus untuk menyuntikkan insulin dan umumnya kemasan sekali pakai (disposable)
h. Paratus
No
Nama Alat
45
Paratus
Fungsi Fungsinya menyimpan
digunakan alat
suntik
untuk (semprit).
Biasanya terbuat dari bahan stainless steel.
i.
Jarum bedah
No
Nama Alat
Fungsi
46
Jarum Bedah Lurus (straight)
Fungsinya digunakan untuk menjahit luka, umumnya luka operasi. Jarum ini terbuat dari bahan stainless steel.
47
Jarum Bedah ¼ circle
Fungsinya digunakan untuk menjahit luka, umumnya luka operasi. Jarum ini terbuat dari bahan stainless steel.
48
Jarum Bedah ½ circle
Fungsinya digunakan untuk menjahit luka, umumnya luka operasi. Jarum ini terbuat dari bahan stainless steel.
j.
Benang bedah
No
Nama Alat
Fungsi
49.
Plaint Catgut
Digunakan untuk ligasi atau mengikat pembuluh darah ataupun mengikat/ menyatukan jaringan.
k. Alat pengambil / pemberi cairan atau darah d arah
No
Nama Alat
Fungsi
50.
Blood Donor Set
Digunakan untuk mengambil darah dari pendonor (penyumbang darah).
51.
Venoject
Digunakan untuk mengambil darah tanpa
adanya
kontaminasi
dan
meminimumkan resiko Hemolysis serta tanpa adanya kemungkinan penguapan.
52.
Preza-Pack
Digunakan khusus untuk mengambil darah dari arteri, untuk menganalisis gas darah
53.
Blood Administration Set
Digunakan untuk memberikan darah dalam jumlah kecil pada bayi
54.
l.
Solution Administration Set
Digunakan untuk memberikan larutan
Sport and medical supportive product
No
Nama alat
Fungsi
55.
Mesh Arm Sling
Digunakan untuk mendukung lengan yang
patah,
akibat
benturan
atau
kecelakaan pada saat olahraga atau situasi lainnya
56
Wrist / Thumb Support
Digunaka Tonosynovitis, Syndrome
nuntuk Carpal
Rematik, Tunnel
57
Standard Knee Support
Digunakan untuk membantu proses penyembuhan pasca operas ilutut, otot yang
tegang,
Arthritis,
perlindungan terhadap Abrasions
dan
2. Tabel Penggolongan Obat No 1.
Penggolongan Obat Obat Bebas
Contoh Contohnya
yaitu
Tablet
Obat golongan ini termasuk obat yang relatif Paracetamol, Tablet Vitamin paling aman, dapat diperoleh tanpa resep C, dan lainnya. dokter, selain di apotik juga dapat diperoleh di warung-warung.
Penandaan Obat Bebas
2.
Obat Bebas Terbatas
Contohnya
yaitu
CTM,
Obat golongan ini juga relatif aman selama Mebendazol dan lainnya. pemakaiannya mengikuti aturan pakai yang ada. Obat ini juga dapat diperoleh tanpa resep dokter di apotik, took obat atau di warungwarung. Terdapat 6 peringatan khusus untuk obat golongan ini.
Penandaan Obat Bebas Terbatas
3.
Obat Keras
Contohnya yaitu semua obat
Disebut obat keras karena jika pemakai tidak dalam bentuk injeksi, semua memperhatikan dosis, aturan pakai, dan obat baru dan lainnya. peringatan
yang
diberikan,
dapat
menimbulkan efek berbahaya.Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter di apotik.
Penandaan Obat Keras
4.
Obat Wajib Apotek (OWA)
Contohnya obat wajib apotek
Obat wajib apotek (OWA) pada dasarnya adalah Lynestrenol adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh Ethinylestradiol, apoteker kepada pasien tanpa resep.
norgestrel,
desogestrel, Metoklopramid, Bisakodil Suppo, Hexetidin, Triamcinolone
Penandaan Obat Keras
acetonide,
Mukolitik,
Asetilsistein,
Karbosistein,
Bromheksin,
Salbutamol
4.
Psikotropika
1. Psikotropika golongan I
Psikotropika atau dulu lebih dikenal dengan
Contoh:
nama
Psilosibina,
obat
keras
tertentu,
sebenarnya
Meskalin,
termasuk golongan obat keras, tetapi bedanya
Metamfetamin,
dapat
lainnya.
mempengaruhi
aktivitas
psikis.
dan
Psikotropika dibagi menjadi 4 golongan, 2. Psikotropika golongan II yaitu :
Contoh:
Metakualon,
Sekobarbital, dan lainnya.
Golongan I
Hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu 3. Psikotropika golongan III pengetahuan dan tidak digunakan dalam
Contoh:
terapi, serta mempunyai potensi amat
Flunitrazepam,
kuat
Pentobarbital,
mengakibatkan
sindroma
4. Psikotropika golongan IV
Golongan II Berkhasiat
dan
lainnya.
ketergantungan.
Amobarbital,
pengobatan
dan
dapat
Contoh:
Alprazolam,
digunakan dalam terapi dan/atau untuk
Diazepam,
tujuan
Klordiazepoksida,
ilmu
pengetahuan
mempunyai sedangmengakibatkan
serta potensi
Lorazepam,
sindroma
dan lainnya.
ketergantungan.
Golongan III
Berkhasiat
pengobatan
dan
banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
ilmu
mempunyai
pengetahuan potensi
serta sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Triazolam,
Golongan IV Berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
ilmu
pengetahuan
mempunyai
serta
potensi
ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Penandaan Psikotropika 5.
Narkotika
1. Narkotika golongan I
Kelompok karena
obat
yang
dapat
dapat
berbahaya
Contoh: Opium mentah,
addiksi
Kokain mentah, Tanaman
menimbulkan
(ketergantungan) hanya
paling
dan
toleransi.Obat
diperoleh
dengan
ini resep
ganja,
Heroin,
dan
lainnya.
dokter.Karena berbahaya, dalam peredaran, 2. Narkotika golongan II produksi, diawasi
dan secara
pemakaiannya ketat.
narkotika
Narkotika
dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu :
Benzetidin,
Ekgonin, Morfin, Petidin, dan lainnya. 3. Narkotika golongan III
Golongan I Hanya dapat digunakan untuk tujuan
Contoh:
pengembangan ilmu pengetahuan dan
Doveri, Etilmorfina, dan
tidak digunakan dalam terapi, serta
lainnya.
mempunyai
potensi
tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
Contoh:
Golongan II Berkhasiat
pengobatan
digunakan
Dihidrokodein,
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan
dalam
terapi
dan/atau
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan
ketergantungan.
Golongan III Berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam
terapi
dan/atau
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan
ketergantungan.
Penandaan Narkotika
Obat Wajib Apotek no. 1
No
Nama Obat
Ketentuan
1
Kontrasepsi oral a. Tunggal Lynestrenol (Exluton®) b. Kombinasi: 1). Ethinylestradiol – Ethinylestradiol – Norgestrel (Microdiol®) 2). Ethinylestradiol – Ethinylestradiol – Levonorgestrel (Cycloginon®, Pilkab®, Sydnaginon®) 3). Ethinylestradiol – Ethinylestradiol – Desogestrel (Marvelon 28 ®, Mercilon
1. Untuk pertama kali penggunaan pasien harus ke dokter terlebih dahulu (penggunaan pertama dengan resep dokter) 2. Obat yang diserahkan hanya satu siklus 3. Kontrol kedokter tiap 6 bulan sekali
28®) 2
Obat saluran cerna Metoklopramid (Antimual)
Indikasi: mual/muntah Maksimal 20 tabletBila mual, muntah berkepanjangan pasien dianjurkan agar kontrol ke dokter
Bisakodil Suppo (Laksan)
Indikasi: konstipasi Maksimal 3 suppo
3
Obat mulut dan tenggorokan Hexetidin
Indikasi: sariawan, radang tenggorokan Maksimal 1 botol Diubah menjadi Obat Bebas Terbatas untuk obat luar mulut dan tenggorokan (kadar < 0,1%)
Triamcinolone acetonide
Indikasi: sariawan berat
Maksimal 1 tube 4
Obat saluran napas a. Mukolitik Asetilsistein
Maksimal 20 dus; sirup 1 botol
Karbosistein
Maksimal 20 tablet; sirup 1 botol
Bromheksin
Maksimal 20 tablet; sirup 1 botol Diubah menjadi Obat Bebas Terbatas
b. Asma Pemberian obat asma hanya atas dasar pengobatan ulangan dari resep dokter Salbutamol
Maksimal 20 tablet; sirup 1 botol; inhaler 1 tabung
Terbutalin
Maksimal 20 tablet; sirup 1 botol; inhaler 1 tabung
Ketotifen 5
Maksimal 10 tablet; sirup 1 botol Obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular
Metampiron
Indikasi: sakit kepala, pusing, demam, myeri haid Maksimal 20 tablet; sirup 1 botol
Asam mefenamat
Indikasi: sakit kepala, gigi Maksimal 20 tablet; sirup 1 botol
Metampiron + Diazepam
Indikasi: sakit kepala yang disertai ketegangan Maksimal 20 tablet
Mebhidrolin
Indikasi: alergi Maksimal 20 tablet
Dexchlorpheniramine maleat
Indikasi: alergi Maksimal 20 tablet biasa; 3 tablet lepas lambat
6.
Antiparasit
Mebendazol
7.
Indikasi cacingan Maksimal 6 tablet; sirup 1 botolDiubah menjadi Obat Bebas Terbatas Obat kulit topikal
Nistatin
Indikasi: infeksi jamur lokal Maksimal 1 tube
Desoksimetason
Indikasi: alergi dan peradangan kulit Maksimal 1 tube
Betametason
Indikasi: alergi dan peradangan kulit Maksimal 1 tube
Triamsinolon
Indikasi: alergi dan peradangan kulit Maksimal 1 tube
Hidrokortison
Indikasi: alergi dan peradangan kulit Maksimal 1 tube
Kloramfenikol
Indikasi: infeksi bakteri pada kulit (lokal) Maksimal 1 tube
Gentamisin
Indikasi: infeksi bakteri pada kulit (lokal) Maksimal 1 tube
Eritromisin
Indikasi: acne vulgaris Maksimal 1 sirup
Obat Wajib Apotek no. 2
No
Nama Obat
Ketentuan Maksimal pemberian
1.
Albendazol
6 Tab 200 mg 3 Tab 400 mg
2.
Bacitracin
Indikasi: infeksi pada kulit 1 Tube
3.
Bismuth subsilate
10 Tablet
4.
Clindamisin
Indikasi: acne
1 Tube 5.
Dexametason
Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi 1 Tube
6.
Diclofenak
Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi 1 Tube
7.
Fenoterol
1 Tabung
8.
Flumetason
Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi 1 Tube
9.
Hidrokortison
Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi 1 Tube
10.
Ibuprofen
Tab 400 mg, 10 tablet Tab 800 mg, 10 tablet Diubah menjadi Obat Bebas Terbatas
11.
Ketokonazol
Indikasi: obat luar infeksi jamur lokal 1 Tube
12.
Metilprednisolon
Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi 1 Tube
13.
Omeprazol
7 Tablet
14.
Piroksikam
Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi 1 Tube
15.
Prednison
Indikasi: obat luar untuk antiinflamasi 1 Tube
16.
Scopolamin
10 Tablet
17.
Sucralfat
20 tablet
18.
Sulfasaladin
20 tablet
Obat Wajib Apotek no. 3
No
Nama Obat
1.
Saluran pencernaan Famotidin
Indikasi: antiulkus peptik Maksimal 10 tablet 20/40 mg Pengulangan dari resep
Ranitidin
Indikasi: antiulkus peptik Maksimal 10 tablet 150 mg Pengulangan dari resep
2.
Sistem muskuloskeletal Alopurinol
Indikasi: antigout Maksimal 10 tablet 100 mg Pengulangan dari resep
Diklofenak natrium
Indikasi: antiinflamasi dan antirematik Maksimal 10 tablet 25 mg Pengulangan dari resep
Piroksikam
Indikasi: antiinflamasi dan antirematik Maksimal 10 tablet 10 mg Pengulangan dari resep Antihistamin
3. Cetirizin
Siproheptadin
4. Orsiprenalin
5.
Ketentuan
Indikasi: antihistamin Maksimal 10 tablet Pengulangan dari resep Indikasi: antihistamin Maksimal 10 tablet Pengulangan dari resep Antiasma Indikasi: asma 1 tabung Pengulangan dari resep Organ sensorik
Gentamisin
Kloramfenikol
Kloramfenikol
6.
Indikasi: obat mata Maksimal 1 tube 5 gram atau botol 5 ml Pengulangan dari resep Indikasi: obat mata Maksimal 1 tube 5 gram atau botol 5 ml Pengulangan dari resep Indikasi: obat telinga Maksimal 1 botol 5 ml Pengulangan dari resep Antiinfeksi umum
a. Kategori I (2HRZE/4H3R3)
b. Kategori II (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
c. Kategori III (2HRZ/4H3R3)
Satu paket Sebelum fase lanjutan, penderita harus kembali ke Dokter Satu paket Sebelum fase lanjutan, penderita harus kembali ke Dokter Satu paket Sebelum fase lanjutan, penderita harus kembali ke Dokter
3. Tabel Penggunaan Sediaan Obat Khusus No
Jenis Obat Khusus
Cara Penggunaan
. 1.
Insulin Pen
Langkah 1 : Persiapkan insulin pen, lepaskan penutup insulin pen
Langkah 2 : Hilangkan kertas pembungkus dan tutup jarum
Langkah 3: Pastiakan pen siap digunakan
Langkah 4 : Aktifkan tombol dosis insulin (bisa diputar-putar sesuai keinginan).
Langkah 5 : Pilih lokasi bagian tubuh yang akan disuntikan.
Langkah 6 : Suntikkan insulin.
Langkah 7 : Persiapkan pen insulin berikutnya.
untuk
penggunaan
2.
Metered Dose Inhaler (MDI)
Buka tutup inhaler dan kocoklah inhaler
Buanglah
nafas
perlahan-lahan
sedapat mungkin mengosongkan paru-paru.
Pegng inhaler 2,5-5 cm didepan mulut
Mulai
menarik
nafas
melaluiperlahan-lahan
dan
bersama denganitu tekan inhaler satu kali.
Tetaplah Tarik nafas perlahanlahan
melalui
mulut
sedian
mungkin selama kurang lwbih 3-5 detik.
Tahan nafas selama 10 detik supaya obat dapat masuk ke paru paru dengan sempurna
Ulangi
langkash
diperlukan
lebih
2-6 dari
jika 1
kali
semprotan. Tunggulah selama 1 menit
sebelum
semprotan
berikutnya.
3.
Nebulizer
Letakkan kompresor pada tempat yang kokoh. Hubungkan dengan arus listrik
Cuci tangan dengan sabun dan keringkan dengan handuk
Bukalah tutup nebulizer cup
Masukkan
obat
yang
akan
digunakan ke dasar cup
Hubungkan nebulizer cup dengan cup dengan mouthpiece
Pasang
selang
sehingga
terhubung dengan nebulizer cup dan kompresor
Hidupkan
kompresor dengan
menekan tombol on. kompresor terlihat
hidup
kabut
Setelah
maka
tipis
akan
dari
sisi
belakang mouthpiece
Duduklah
tegak
menggunakan
lurus,
masker
Jika maka
pasanglah dengan benar sehingga tidak ada udara keluar
Jika menggunakan mouthpiece, mouthpiece, masukkan ke dalam mulut dan katupkan
bibir
rapat-rapat
sehingga tidak ada udara keluar
Bernafaslah melalui mulut secara pelan dan dalam. Usahakan untuk menahan nafas selama 2-3 detik pada
setiap
tarikan
nafas.
Lanjutkan sampai seluruh obat
dalam cup habis (sekitar 7-10 menit). Kocoklah cup beberapa kali untuk memastikan bahwa obatnya telah benar-benar habis
4.
Suppositoria
Matikan kompresor
Cuci nebulizer setelah digunakan
Cuci tangan terlebih dahulu
Buka pembungkus obat (jangan dibuka jika supositoria terlalu lunak)
Jika supositoria terlalu lunak sebaiknya dalam
didinginkan
kondisi
kemasan
dulu
masih
dalam
(masukkan
dalam
termos pendingin atau dipegang di bawah aliran air dingin), kemudian
setelah
agak
keras
keluarkan dari kemasannya
Lembutkan mungkin
bagian
tepi
tajam
yang dengan
dihangatkan dalam tangan
Lembabkan supositoria dengan air dingin
Berbaring miring pada salah satu sisi dan tekuk satu lutut ke arah badan dan angkat lutut
Masukkan obat kedalam anus secara perlahan dengan bagian
yang
bulat
dilanjutkan
terlebih
dahulu,
dengan
bagian
belakangnya
Tetap berbaring selama beberapa menit
Cuci tangan
Usahakan untuk tidak melakukan buang air besar selama 1 jam.
5.
Tablet vagina dengan aplikator
Cuci tangan terlebih dahulu
Keluarkan
tablet
dari
pembungkus
Tempatkan tablet ke bagian yang terbuka dari aplikator
Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha (lihat gambar)
Sisipkan
secara
pelan-pelan
aplikator berisi tablet ke bagian depan vagina sedalam mungkin, tanpa menggunakan kekuatan
Tekan ujung aplikator sehingga tablet terlepas
Tarik aplikator
Buang aplikator jika merupakan alat sekali pakai
Bila bukan alat sekali pakai, cucilah
kedua
bagian
dari
aplikator dengan sabun dan air
hangat jika bukan merupakan alat sekali pakai
6.
Tablet vagina tanpa aplikator
Cuci tangan.
Cuci tangan terlebih dahulu
Buka pembungkus tablet
Celupkan
tablet
hangat-hangat
dalam kuku
air untuk
sekedar membasahkannya
Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha (lihat gambar)
Sisipkan
secara
pelan-pelan
tablet ke bagian depan vagina sedalam
mungkin,
menggunakan kekuatan
Cuci tangan.
tanpa
B. PEMBAHASAN
Definisi obat adalah zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan biologi, dan menurut WHO, obat adalah zat yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik dan psikis. Sedangkan menurut Kebijakan Obat Nasional mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologiau kondisi patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyemb
uhan, pemulihan dari rasa sakit, gejala sakit,
dan/atau penyakit, untuk meningkatkan kesehatan dan kontrasepsi. Oleh karena itu, pengertian obat meliputi bahan dan sediaan obat yang terwadah-kemaskan, diberi label dan penandaan yang memuatkan pernyataan dan/atau klaim. Berdasarkan Keamanan (Permenkes No. 949/Menkes/Per/VI/2000 tentang Penggolongan Obat) : Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter. Obat bebas dikenal juga dengan sebutan obat OTC (Over The Counter). Obat bebas dapat dijual bebas di warung kelontong, toko obat berizin, supermarket serta apotek. Karena obat golongan ini telah memiliki izin beredar dengan pencantuman nomor registrasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan atau Departemen Kesehatan. Terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, di antaranya yaitu kondisi obat apakah masih baik atau sudak rusak, perhatikan tanggal kedaluwarsa (masa berlaku) obat, membaca dan mengikuti keterangan atau informasi yang tercantum pada kemasan obat atau pada brosur atau selebaran yang menyertai obat yang berisi tentang Indikasi (merupakan petunjuk kegunaan obat dalam pengobatan), kontraindikasi (yaitu petunjuk penggunaan obat yang tidak diperbolehkan), efek samping, dosis obat, cara penyimpanan obat, dan informasi tentang interaksi obat dengan obat lain yang digunakan dan dengan makanan yang dimakan.
Penandaan Obat Bebas
Obat bebas terbatas adalah jenis obat yang dapat digunakan tanpa harus menggunakan resep dokter, dan dapat diperoleh dari apotek maupun toko yang menjual obat. Obat
golongan ini merupakan obat yang digunakan untuk
mengobati penyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri. Obat bebas terbatas termasuk obat keras dimana pada setiap takaran yang digunakan diberi batas dan pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam mengelilingi bulatan berwarna biru serta sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975, disertai tanda peringatan P. No.1 sampai P. No. 6 dan harus ditandai dengan etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat yang bersangkutan, daftar bahan berkhasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, tanggal kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan, indikasi, cara pemakaian,peringatan serta kontra indikasi
Penandaan Obat Bebas Terbatas
Terdapat 6 peringatan khusus untuk obat golongan ini yaitu :
Obat keras adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter, dimana pada bungkus luarnya diberi tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan dasar merah yang didalamnya terdapat huruf “K” yang menyentuh garis tepi. Obat yang masuk ke dalam golongan obat keras ini adalah obat yang dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek jaringan, obat baru yang belum tercantum dalam kompendial/farmakope terbaru yang berlaku di Indonesia serta obat-obat yang ditetapkan sebagai obat keras melalui keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia. Diperlukan informasi lengkap terkait penggunaan obat ini karena jika tidak digunakan secara tepat dapat menimbulkan efek samping yang tidak baik bagi tubuh sebaiknya konsultasikan kepada apoteker jika anda mendapatkan obat-obat berlabel obat keras dari resep dokter, penggunaan obat yang terpat akan meningkatkan efektivitas obat terhadap penyakit dan meminimalkan dan meminimalkan efek sampingnya. Obat dengan penanda huruf K dalam lingkaran merah, yang dikenal dengan Obat Keras, seharusnya hanya dapat diserahkan dengan resep dokter (ethical drugs), namun beberapa obat keras ternyata dapat diserahkan apoteker kepada pasien tanpa resep. Inilah yang dikenal dengan “OWA”. “OWA”. Obat Wajib Apotek (OWA) pada dasarnya adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien tanpa resep. Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masyrakat, maka obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat yang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien. Antara lain: obat antiinflamasi (asam mefenamat), obat alergi kulit (salep hidrokotison), infeksi
kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat KB hormonal. Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alami maupun sintesis, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan sistem saraf pusat, dan dapat menimbulkan ketergantungan atau ketagihan. Zat yang termasuk golongan psikotropika di antaranya adalah amfetamin, ekstasi, dan sabu-sabu. Obat golongan ini pemberiannya dengan resep dokter, karena membutuhkan informasi lengkap terkait penggunaan obat ini karena jika tidak digunakan secara tepat dapat menimbulkan efek samping yang tidak baik bagi tubuh. Psikotropika juga terbagi dalam 4 golongan.
Penandaan Obat Keras
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Pemberian obat golongan narkotik harus menggunakan resep dokter karna obat ini merupakan obat yang dapat menimbulkan efek yang berbahaya bila digunakan secara berlebihan dan disalah gunakan.
Penandaan Narkotika
Beberapa macam obat sediaan khusus yang banyak digunakan yaitu sediaan suppositoria, sediaan ovula/obat vaginal, sediaan insulin, dan sediaan sublingual. Secara praktis penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria; tepat diagnosis, sesuai dengan indikasi penyakit, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat interval waktu pemberian, tepat lama pemberian, waspada terhadap efek samping, penilaian terhadap kondisi pasien, tepat informasi, tepat dalam melakukan upaya tindak lanjut, obat yang efektif, aman, dan mutu terjamin dan terjangkau, tepat penyerahan obat, pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan. Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi kepada apoteker
untuk
membuatkan
obat
dalam
bentuk
sediaan
tertentu
dan
menyerahkannya kepada pasien. Penulisan resep harus ditulis dengan jelas sehingga dapat dibaca oleh petugas di apotek. Resep yang ditulis dengan tidak jelas akan menimbulkan terjadinya kesalahan saat peracikan / pen yiapan obat dan penggunaan obat yang diresepkan. Resep selalu dimulai dengan tanda “R” yang artinya recipe (ambilah). Dibelakang tanda ini (R/) biasanya baru tertera nama jumlah obat, umumnya resep ditulis dalam bahasa latin. Salinan resep adalah salinan yang dimuat oleh apotek, selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli. Istilah lain dari copy resep. Apabila
apoteker
pengelola
apotik
berhalangan
melakukan
tugasnya,
penandatanganan atau pencantuman pe ncantuman paraf pada salinan resep yang dimaksud atas dilakukan oleh asisten apoteker dengan mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan. Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis atau yang merawat pasien dan petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. (contohnya petugas pengadilan bila diperlukan untuk suatu perkara).
Proses penyerahan obat, ada delapan langkah penting yang harus dilakukan menjamin terlaksananya penyerahan obat yang benar kepada pasien dari petugas penyerah obat; petugas penyerah obat menerima resep yang b enar dari pasien atau pemberi resep (secara tertulis atau lisan) dan melakukan pengkajian resep, petugas penyerah obat membaca resep dengan benar dan memeriksa ketepatan intruksi yang tertulis pada resep, obat yang diresepkan tersedia dalam kondisi layak pakai (tidak kadaluarsa atau rusak), petugas penyerah obat harus memiliki pengetahuan obat dan cara penggunaan obat yang tepat, petugas obat yang mencantumkan informasi, pasien mengerti terhadap intruksi dari petugas penyerah obat, yakinkan paien untuk mematuhi intruksi dan terapi, dan yang terakhir petugas penyerah obat melakukan pendokumentasi terhadap langkah yang dilakukan.
.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan
yang
telah
dilakukan
maka
dapat
ditarik
kesimpulan sebagai berikut : 1. Alat kesehatan terbagi menjadi pembalut, alat perawatan, alat penampungan, hospital wares/tensils, catheheters, jarum suntik, alat semprit, paratus, jarum bedah, benang bedah, alat pengambil/pemberi cairan atau darah dan sport dan medical supportive. 2. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, implant yang mengandung obat, yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. 3. Penggolongan obat menurut permenkes terbagi menjadi 4 yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras dan obat narkotika. Sedangkan obat-obat dengan penggunaan khusus adalah tablet vaginal, inhaler, suppositoria dan insulin.
DAFTAR PUSTAKA
Kristina S.A., 2007, Kapita Selakta Dispending Dispesing I , Yogyakarta. Nasif H., Monalisa Y., dan Husni M., 2013, Kajian Penggunaan Obat Intravena di SMF Penyakit Dalam RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi, Jurnal Bukittinggi, Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Farmasi, Vol 18 (1) ISSN : 1410-0177. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Izin Edar Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Nomor 1189/Menkes/Per/VIII. Jakarta. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Izin Edar Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Nomor 1190/Menkes/Per/VIII. Jakarta. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia, 2015, Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan Nomor 54/Menkes/Per. Jakarta. Pryanto, 2010, Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Farmasi dan Keperawatan, Leskonfi, Jakarta. Supardi S., Rini S.H., M.J. Herman, Raharni, dan Andi L., 2012, Kajian Peraturan Perundang-Undangan
Tentang
Pemberian
Informasi
Obat
dan
Obat
Tradisional di Indonesia, Jurnal Indonesia, Jurnal Kefarmasian Indonesia, Indonesia, Vol 2 (1) : 20-27.