SSP I
AYU MELINDA IVA MUKRIMA
15020140081
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem – sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi, dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respons terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja terintegrasi dari sistem saraf yang mencapai puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.
Sistem saraf pusat (SSP) merupakan sistem saraf yang dapat mengendalikan sistem saraf lainnya didalam tubuh dimana bekerja dibawah kesadaran atau kemauan. SSP biasa juga disebut sistem saraf sentral karena merupakan sentral atau pusat dari saraf lainnya. Sistem saraf pusat ini dibagi menjadi dua yaitu otak (ensevalon) dan sumsum tulang belakang (medula spinalis).
Obat-obat dapat mempengaruhi Susunan Saraf Pusat (SSP) dengan merangsang (stimulasi) dan menekan (depresi), dan ada pula obat yang dapat menekan sesuatu fungsi sekaligus merangsang fungsi yang lain. Efek obat-obat tergantung pada jenis dan sensitivitas reseptor yang dipengaruhinya.
Adapun dalam bidang farmasi pengetahuan tentang sistem saraf pusat perlu untuk diketahui khususnya dalam bidang ilmu farmakologi toksikologi karena mahasiswa farmasi dapat mengetahui obat-obat apa saja yang perlu atau bekerja pada sistem saraf pusat. Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya percobaan ini.
TUJUAN PERCOBAAN
Mengamati efek obat hipnotik-sedatif yaitu fenobarbital dan diazepam terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).
Mengamati efek obat anastetik umum dari eter dan kloroform pada mencit (Mus musculus).
Mengamati efek obat stimulan yaitu caffein terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).
Menentukan efek obat antidepresan yakni amitriptyline terhadap hewan coba mencit (Mus Musculus).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
TEORI UMUM
Sel saraf merupakan adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dalam jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimuls eksternal dipantau dan diatur oleh kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitifitas terhadap stimulus, dan konduktifitas atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respon terhadap stimulus, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama (Sloane, 2013).
Sistem saraf pusat merupakan bagian dari system syarat, yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. SSP mempunyai fungsi mengkoordinasi segala aktivitas bagian tubuh manusia (Tjay, 2007).
Dalam menjalankan fungsinya, SSP dibantu oleh system syarat perifer yang berfungsi menghantarkan impuls dari dan ke susunan saraf pusat atau dengan istilah yang lain yaitu dari saraf efferent (motor) ke saraf afferen. Pada rangsangan seperti sakit, panas, rasa, cahaya, suara mula-mula diterima oleh sel-sel penerima (reseptor) dan kemudian dilanjutkan ke otak dan sum-sum tulang belakang.Rasa sakit dapat disebabkan oleh perangsangan rasa sakit diotak besar sedangkan analgetik narkotik menekan reaksi emosional yang timbulkan oleh rasa sakit tersebut (Ganiswara, 2007).
Organisasi struktur sistem saraf terbagi atas (Sloane, 2013) :
1. Sistem saraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan medulla spinalis yang dilindung tulang kranium dan kanal vertebral.
2. Sistem saraf perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini terdiri dari saraf kranial dan saraf spinal yang menghubungkan otak dan medulla spinalis dengan reseptor dan efektor.
Sebagian besar obat yang mempengaruhi SSP bekerja dengan mengubah beberapa tahapan dalam proses neurotransmisi. Obat-obat yang mempengaruhi SSP dapat bekerja presinaptik, mempengaruhi produksi, penyimpanan atau pengakhiran kerja nurotransmiter.Obat-obat lain dapat memacu atau menghambat reseptor postsinaptik. memberikan tujuan umum SSP dengan focus pada neurotransmitter yang terkait dalam penggunaan obat-obat SSP dalam klinik (Mycek, 2013).
Obat yang bekerja pada system saraf pusat terbagi menjadi anestetik umum (memblokir rasa sakit), hipnotik sedative (menyebabkan tidur), Stimulan Sistem Saraf, antidepresi, antikunvulasi (menghilangkan kejang), analgetik (menngurangi rasa sakit), opoid, analgeik-antipiretik-antiinflamasi dan peragsang susuan saraf pusat (Tjay, 2007).
Anastesi yaitu hilangnya sensasi, biasanya akibat cedera saraf atau reseptor. Hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri, disebabkan oleh pemberian obat atau intervensi medis lainya (Hartanto, 2014).
Anastesia artinya hilang perasaan. Ada 2 macam yaitu anestesia umum merupakan keadaan tidak terdapatnya sensasi yang berhubungan dengan hilangnya kesadaran yang reversibel.Anestetik lokal adalah obat yang digunakan untuk mencegah rasa nyeri dengan memblok konduksi sepanjang serabut saraf secara reversibel (Kadzung, 2013).
Anestesi terbagi atas dua macam anestesi umum dan anestesi lokal. Anestesi umum merupakan keadaan tidak terdapatnya sensasi yang berhubungan dengan hilangnya kesadaran yang reversible. Sedangkan annestesi lokal adalah obat yang digunakan untuk mencegah rasa nyeri dengan memblok konduks sepanjang serabut saraf secara reversible (Neal, 2006).
Anastetika umum dapat menekan SSP secara bertingkat dan berturut-turut menghentikan aktifitas bagian-bagiannya. Dikenal empat rataf dalam narkosa, yaitu (Cambell, 2002) :
Analgesia, kesadaran bekurang, rasa nyeri hilang dan terjadi euphobia (rasa nyaman) yang disertai impian yang mirip halusinasi.
Eksitasi, kesadaran hilang dan terjadi kegelisahan. Disebut juga taraf induksi.
Anatesia, pernapasan menjadi dangkal dan cepat, secara teratur seperti keadaan tidur (pernapasan perut), gerakan-gerakan mata dan refleks mata hilang sedangkan otot-otot menjadi lemas.
Perlumpuhan sum-sum tulang, kerja jantung dan pernapasan terhenti. Taraf ini sedapat mungkin dihindari.
Teknik pemberian obat anastetik umum terbagi dua yaitu (Hoan, 2010) :
Anastetik inhalasi : gas tawa, halotan, enfluran, isofluran, dan sevofluran. Obat ini diberikan sebagai uap melalui saluran nafas.
Anastetik intravena : toipental, diazepam, dan ketamin. Obat-obat ini dapat diberikan dalam bentuk supositoria secara rectal.
Neurotransmiternya yaitu GABA, dan reseptornya adalah GABAA, GABAB, GABAC. Neurotransmitter adalah suatu penghantaran impuls yang mnyebabkan mediator kimia. Adapun Neurotransmitter SSP annara lain (Mycek, 2013) :
Glutomat, dimaa neurotransmitter ini terdapat dalam konsentrasi tinggi di otak maupun sum-sum tulang belakag dibangdingkaan neurotransmitter lainnya.
GAMA (Gamma Amine Butyric Acid) merupakan neurotransmitter penghambat utama dibagian otak, sedangkan glisin merupakan neurotransmitter penghambat di sum-sum tulang belakang. Selain itu, GABA juga merupakan reseptor transmembran metabopropik baik di SSP ataupun SS perifer.
Dopamine mempunyai peran penting dalam otak dan terlibat dalam beberapa penyakit otak misalnnya Parkinson,skizofrenia,. Dalam oak jumlah dopamine relatife lebih sedikit dibangding norepinefrin.
Serotinin disebut juga dengan 5-hidroksitriptamin. Serotonin mengalami metabolism melalui reaksi deaminase oksidatif dengan enzim MAO. Proses penyimpanan, pelepasan dan pengambilan kembali serotonin adalah mirip dengan norepinefrin.
Asetilkolin merupakan neurotransmitter pennting dalam system syaraf, baik SS pusat maupun SS perifer. Seperti halnya di SS perifer, di SSP juga terdapat dua reseptor nikotinik.
Norepinefrin merupakan proses sintesis, penyimpanan dan pelepasannya sama dengan di SS perifer. Bagian soma sel noradrenergic berasal dari pons dann medulla, aksonya mencabang dan berujung diberapa lokasi di kortik. Locus cerules merupakan bagian dari pons, tempat dimana norepinefrin banyak dihasilkan dalam otak, dan berperan dalam kesadaran dan aktivitas eksploratif.
Histamin di otak sangat kecil disbanding di jaringan dan pelepasannya di otak mengikuti siklus sirkardian. Syaraf ini kolinergik akan aktif di siang hari, sedangkan potensial aksinya berkurang pada malam ini.
Hipnotika atau obat tidur adalah obat-obat yang dalam dosis terapi diperuntukkan untuk meningkatkan keinginan untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur. Lazimnya obat ini diberikan pada malam hari. Bilamana zat-zat ini diberikan pada siang hari dalam dosis yang rendah untuk tujuan menenangkan maka dinamakan sedative (Tjay, 2007).
Sedative berfungsi menurunkan aktivitas, mengurangi ketegangan dan menenangkan penggunanya. Keadaan sedasi juga merupakan efek samping dari banyak obat yang khasiatnya tidak menenangkan system saraf pusat misalnya antikolinergik, hipnotik menimbulkan rasa kantuk, (dowsiness) mempercepat tidur sepanjang malam, mempertahankan keadaan tidur yang menyerupai tidur alamiah mengalami sifat-sifat EEGnya selain sifat-sifat ini. Secara ideal obat tidur tidak memiliki aktivitas sisa terhadap esok harinya (Kadzung, 2013).
Hipnotik merupakan zat-zat yang dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan keinginan faali untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur. Hipnotik itu sendiri dapat menimbulkan rasa kantuk, mempercepat tidur dan sepanjang malam mempertahankan keadaan tidur yang mennyerupai tidur alamiah mengenai sifat-sifat EEGnya. Sedangkan sedative berfungsi untuk menurunkan aktivitas, mengurangi ketegangan dann menenangkan penggunanya. Dalam tidur terdapat dua stadium yaitu tidur REM disebut juga tidur mimpi, terjadi pada tahap ke lima yang ditandai dengan pernafasan dan denyut jantung naik turun, aliran darah ke otak meningkat,sedangkan tidur non REM yaitu tidur pulas terjadi 1-4 tahap yang ditandai dengan pernafasan dan denyut jantung mulai teratur (Tjay, 2007).
Pada setiap malam terdapat 4-5 siklus tidur. Dalam satu siklus terdapat 2 tahapan yaitu (Tjay, 2013) :
Tidur non-REM (Slow Wave Sleep) ditandai dengan denyut jantung, tekanan darah dann pernapasan yang teratur. SWS ini berlangsung kurang lebih satu jam lamanya yang meliputi untuk fase 3-4 merupakan fase bentuk tidur terdalam. Peristiwa ini penting untuk daya tahan tubuh, metabolisme dan respon sel-sel tubuh.
Tidur REM (Rapid Eye Movemennt) ditanndai dengan gerakan mata ke satu arah. Disamping itu, jantung, tekanan darah dan pernapasan naik turun, alirann darah seolah meningkat dan otot dalam keadaan rileks. Pada fase ini, kedua siklus pertama berlangsung 5-15 menit dengan timbulnya banyak impian. Fase ini berlangsung menjadi lebih panjang hingga pada pagi hari berlangsung dalam 20-30 menit.
Mekanisme kerja hipnotik-sedative yaitu pengikatan GABA ke reseptornya. Pada membran sel akan membuka saluran klorida, meninkatkan efek konduksi klorida. Aliran ion klorida yang masuk menyebabkan hiperpolarisasi lemah menurunkan potensi postsinaptik dari ambang letup dan meniadakan pembentukan kerja potensial (Tjay, 2013).
Penggolongan obat hipnotik sedative terbagi menjadi golongan benzodiazepine seperti alprazolam, klorazolam, diazepam, lorazepam, triazolam, golongan antagonis benzodiazepine seperti flumazenil, golongan obat barbiturate seperti fenobarbital, pentobarbital, thiopental, golongan obat sedative non barbiturate seperti etanol, antihistamin, klorathidrat, dan golongan obat ansiolitik lain seperti buspiron dan hidroksizin (Mycek, 2013).
Adapun mekanisme kerja dan contoh obat-obatnya sebagai berikut (Harvey, 2013) :
Benzodizepine
Target kerja benzodiazepine adalah reseptor asam. Benzodiazepine memodivikasi efek GABA melalui ikatan dengan tempat yang berafinatas tinggi dan spesifik pada lokasi pertemuan antara sub unit α dan y2. Peningkatan GABA dengan reseptornya akan memicu pembukaan kanal klorida. Benzodiazepine akan menngkatkan frekuensi pembukaan kanal oleh GABA. Aliran masuk ion klorida menyebabkan sedikit hipopolarisasi yang menurunkan potensi pascasinaps dari ambang letup hingga meniadakan potensi aksi.Contoh obat-obat Benzodiazepine adalah Alprazolam, Chlordiazepoxide, Clonarezepate, Diazepam, Estazolam, Flurazepam, Lorazepam, Quazepam, Oxazepam, Temazepam dan Triozolam.
Antagonis Benzodiazepine
Flumazenil merupakan contoh dari obat antagonis benzodiazepam. Flumazenil merupakan reseptot GABA yang dapat secara cept membalikkan efek Benzodiazepine.
Barbiturat
Kerja hipnotik-sedatif barbitura dapat muncul akibat interaksinya dengan reseptor GABA yang merangsang transmisi GABAenergik. Barbiturat memotensi kerja GABA pada aliran masuk klorida yang menuju neuron dengan memperpanjang durasi pembukaan kanal klorida.Adapun contoh obat dari Bariturat adalah Amobarbital, Phenobarbital, Pentobarbital, Secobarbital, dan Thiopental.
Obat-obat hipnotik lain
Contoh obat dari Anxiolitik adalah Buspirone, Hyroxyzine, dan inti depresan. Dan contoh obat dari hipnotik lainnya adalah Antihistamin, Cloral hydrate, Eszopicion, Ramelteon, Zalepom, dan Zolpidem.
Secara kualitatif benzodiazepin mempunyai efek yang hampir sama, namun secara kuantitatif spectrum farmakodinamik serta data farmakokinetiknya berbeda. Hal ini yang menyebabkan aktifasi terapi golongan ini sangat luas. Benzodiazepin berefek hipnosis, sedasi, relaksasi otot, ansiolitik dan antikonvulsi dengan potensi yang berbeda-beda (Ganiswara, 2007).
Efek benzodiazepine hampir semua merupakan hasil kerja golongan pada SSP dengan efek utama: sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi, reaksi otot dan reaksi konvulsi. Hanya dua efek saja yang merupakan kerja golongan ini pada jaringan perrifer vasodi atasi koroner stelah pemberian dosis terapi benzodiazepin tertentu secara IV, dan blockade neuromuscular yang hanya terjadi pada pemberian dosis sangat tinggi (Mycek, 2013).
Depresi merupakan aktivitas fungsional yang merendah atau menurun, suatu keadaan mental mood yang menurun yang ditandai dengan kesedihan, perasaan, putus asa dan tidak bersemangat (Mycek, 2013).
Antidepresi adalah obat-obat yang mampu memperbaiki suasana jiwa dengan menghilangkan atau merngankan gejala keadaan murung, yang tidak disebabkan oleh kesulitan soisal ekonomi, obat-obatan atau penyakit. Antidepresan bekerja dengan jalan menghambat re-uptake serotonin dan noradrenalin di ujung-ujung saraf otak dan dengan demikian memperpanjang waktu tersedianya neurotransmitter tersebut. Disamping itu antidepresive dapat mempengaruhi reseptor postsinaps. Adapun efek samping dari antidepresan ini dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan dan banyak mirip dengan efek samping antipsikotika yaitu sedasi, gangguan mood dan lain-lain (Tjay, 2007).
Penggolongan obat antidepresan (Mycek, 2013) :
Antidepresan trisiklik / polisiklik, contoh obatnya : amitriptilin, amoksapin, doksepin, nortriptilin, protriptilin, trimipiramin.
Penyekat ambilan kembali serotonin selektif (SSRI), contoh obatnya : fluoksetin, fluvoksamin, nefazodon, trazodon.
Penyekat inhibitor monoamine oksidase (MAOI), contoh obatnya : isokarboksazid, fenelzin.
Obat untuk mania, contoh obatnya : garam litium.
Mekanisme kerja obat antidepresan (Mycek, 2013) :
Antidepresan trisiklik / polisiklik, bekerja dengan cara menghambat ambilan kembali norepinefrin dan serotonin di pascasinaptik.
Penyekat ambilan kembali serotonin selektif (SSRI), bekerja dengan cara menghambat ambilan serotonin secara spesifik.
Penyekat inhibitor monoamine oksidase (MAOI), bekerja dengan cara memetabolisme norepinefrin dan serotonin untuk dikeluarkan dari sel sebagai metabolit tidak aktif.
Obat untuk mania, mekanisme ini tidak diketahui, tetapi kemungkinan melibatkan interaksi dengan sistem second messenger.
Mekanisme obat-obat antidepresan memotensiasi baik secara langsung maupunn tidak langsung kerja norepinefrin dan/atau serotonin dalam otak. Penggolongan obat antidepresan terbagi menjadi 6 yaitu (Richard, 2013) :
Penghambat ambilan-kembali serotonin selektif (SSRI)
SSRI merupakann suatu kelompok obat antidepresann dengan beragam kimiawi yang secara spesifik menghambat ambilan-kembali serotonin, memiliki selektivitas terhadap pengangkutan serotonin sebanyak 300 hingga 300 kali lebih besar dibandingkan pengangkutan norepinefrin. Contoh obat adalah citalopram dan escitalopram.
Penghambat ambilan-kembali norepinefrin/serotonin (SNRI)
Venlafaxine dan duloxetine menghambat ambilan kembali serotonin dan norepinefrin secara selektif. Obat ini dapat efektif mengobati depresi pada pasien yang tidak efektif dengan SSRI.
Antidepresan atipikal
Kelompok obat yang bekerja pada beberapa lokasi yang berbeda. Kelompok ini meliputi bupropion, nefazodone, mirtazadine dan trazodone.
Antidepresan trisiklik (TCA)
Menghambat ambilan-kembali norepinefrin dan serotonin menuju neufron sehingga, seandainya baru ditemukan hari ini, TCA mungkin akan dimasukkan dalam SNRI, kecuali perbbedaan dalam efek samping yang terkait kelas antidepresan yang baru tersebut. Contoh obatnya adalah amitriptilin.
Penghambat MAO
Monoamino oksidase adalah enzim mitokondria yang ditemukan pada saraf dan jaringan lainnya, seperti usus dan hati. Contoh obatnya adalah selegiline.
Obat yang digunakan untuk mengobati mania dan gangguan bipolar
Cemas atau annxietas adalah sutu keadaan yang tidak menyenangkan. Berupa ketegangan, rasa takut, atau gelisah yang timbul dari sumber yang tidak diketahui. Gangguan cemas ini merupakan gangguan mental tersaring. Gejala fisik kecemasan berat berupa dengan ketakutan (seperti takikardia,berkeringat, gemetar dan palpitasi) dann melibatkan pengaktifan simpatis (Richard, 2013).
Stimulan sususan saraf pusat memiliki dua golongan obat yang bekerja terutama pada susunan saraf pusat (SSP). Golongan pertama yaitu stimulan psikomotor, menimbulkan eksitasi dan euforia, mengurangi perasaan lelah dan meningkatkan aktivitas motorik. Kelompok kedua, obat-obat psikotomimetik atau halusinogen, menimbulkan perubahan mendasar dalam pola pemikiran dan perasaan, dan sedikit berpengaruh pada sambungan otak dan sumsum tulang belakang. Sebagai suatu kesatuan, stimulant susunan saraf pusat (SSP) sedikit sekali digunakan dalam klinik tetapi penting dalam masalah penyalahgunaan obat, selain obat depresan SSP dan narkotik (Mycek,2013).
Stimulant atau sebagai vitamin adalah zat-zat kimia organis dengan komposisi beranekaragam yang dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk memelihara metabolism, pertumbuhan dan pemeliharaan normal. Fungsi dari vitamin itu sendiri sangat bervriasi, banyak vitamin yang secara biologis tidak aktif tetapi membutuhkan pengubahan kimia dalam tubuh misalnya vitamin B1, B2, B3 dan B6. akibat dari defisiensi vitamin yang menimbulkan gejala khas seperti buta malam (Vitamin A), beri-beri (Vitamin B), radang lidah dan bibir (Tjay, 2007).
Stimulan bekerja mempercepat aktivitas dalam sistem saraf pusat. Obat yang termasuk kelompok ini antara lain : Kafein, kokain, amfetamion ("Upper"), dan hidroklorida metamfetamin ("meth"). Dalam dosis sedang, kelompok obat stimulant menghasilkan perasaan senang, percaya diri, dan kegembiraan atau euphoria. Dalam dosis besar, obat-obat ini membuat seseorang merasa cemas dan gugup. Dalam dosis yang sangat besar, obat-obat ini dapat menyebabkan kejang-kejang, gagal jantung dan kematian (Wade, 2008).
Stimulan ganglion. Stimulan ini mempunyai kerja yang sangat luas karena menstimulasi reseptor nikotinik pada kedua neuron ganglion parasimpatis dan simpatis. Efek simpatis meliputi vasokonstriksi, takikardia, dan hipertensi. Efek parasimpatis meliputi peningkatan motilitas usus dan peningkatan sekresi kelenjar saliva dan bronkus (Neal, 2006).
Amfetamin adalah obat sintetis yang dikonsumsi dalam bentuk pil, disuntik, dihisap, atau dihirup. Metamfetamin secara struktur mirip dengan amfetamin dan dikonsumsi dengan cara yang sama pula; Memfetamin diedarkan dalam dua bentuk, bubuk (crank, speed) atay dalam bentuk yang lebih murni, Kristal padat. Kokain adalah obat alamiah yang lebih murni yang dihasilkan dari daun tumbuhan koka. Amfetamin dan kokain membuat para penggunanya merasa segar tapi tidak meningkatkan cadangan energy dalam bentuk tubuh, rasa lelah, perasaan mudah terganggu, dan depresi akan muncul ketika efek obat-obat ini hilang (Wade, 2008).
Efedrin merupakan suatu stimulant sentral yang ringan, tetapi amfetamin yang lebih mudah masuk ke dalam otak, mempunyai efek stimulant yang jauh lebih hebat terhadap mood dan kesigapan serta mempunyai potensi penyalahgunaan yang tinggi serta jarang digunakan (Neal, 2006).
Atropin merupakan stimulant sentral yang lemah, terutama pada nucleus vagus, dan pada dosis rendah menyebabkan bradikardia. Dosis yang lebih tinggi menyebabkan takikardia (Neal, 2006).
URAIAN BAHAN DAN OBAT
Uraian Bahan
Air suling (Ditjen POM, 1979, hal : 96)
Nama resmi : AQUA DESTILATA
Nama lain : Aquades, air suling
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
Na CMC (Ditjen POM, 1979 hal : 401)
Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Nama lain : Natrium karboksimetilselulosa
Pemerian : Serbuk atau butiran putih atau putih gading tidak berbau dan hamper tidak berbauhigroskopik.
Kelarutan : Mudah medispersidalam air membentuk suspense koloidal tidak larut dalam etanol (95% P) dalam eter P dan dalam pearutorganik lain.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pelarut obat dan larutan kontrol.
Eter (Ditjen POM, 1979 :66)
Nama Resmi
:
AETHER ANAESTHETICUS
Nama Lain
:
Eter anestesi/etoksietana
Pemerian
:
Cairan transparan; tidak berwarna; bau khas; rasa manis dan membakar. Sanagt mudah menguap; sudah mudah terbakar; campuran uapnya dengan oksigen, udara atau dinitrogenoksida pada kadar tertentu dapat meledak.
Kelarutan
:
Larut dalam 10 bagian air; dapat campur dengan etano (95%) P, dengan kloroform P, dengan minyak lemak dan dengan minyak atsiri.
Penyimpanan
:
Dalam wadah kering tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk.
Penggunaan
:
Anestesi umum.
Kloroform (Ditjen POM, 1979, hal : 151)
Nama Resmi
:
CHOLOROFORMUM
Nama Lain
:
Kloroform
Pemerian
:
Cairan jernih, tidak berwarna, mudah mengalir, mempunyai sifat khas, bau eter, rasa manis dan membakar. Mendidih pada suhu lebih kurang 61o dipengaruhi oleh cahaya.
Kelarutan
:
Sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol, dengan eter, dengan benzene, dengan heksana, dan dengan lemak.
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, pada suhu tidak lebih dari 30o.
Penggunaan
:
Sebagai bahan uji anastesi umum
Uraian Obat
Amitriptilin
Zat aktif : Amitriptilin Hidroklorida (FI III, 1979)
Golongan : Antidepresan trisiklik/polisiklik (Harvey, 2013)
Indikasi : Depresi, gangguan distimik, depresi atipikal, skizofrenia depresi, nocturnal enuresis pada anak. (Tjay, 2010)
Kontraindikasi : Koma atau depresi sistem saraf pusat, rusaknya area subarakhnoid, gangguan darah atau depresi sumsum tulang, MCl. (Tjay, 2010).
Efek samping : Diaforesis, mulut kering, pandangan kabur, takikardia, mengantuk, konstipasi, hipotensi. (Tjay, 2010).
Interaksi obat : Hipnotik dan antiansietas, analgesik opioid, antipsikotik, antidepresan lain, alkohol, antihistamin meningkatkan efek sedasi. Tidak boleh diberikan bersama MAO. (Gunawan, 2012)
Dosis : Depresi : dosis awal sampai 75 mg/hari, dalam dosis terbagi, naikkan bertahap sampai 150-200 mg (sampai 300 mg untuk pasien rawat inap). Sampai 150 mg dapat diberikan sebagai dosis tunggal sebelum tidur. (Gunawan, 2012)
Farmakodinamik : Sebagian efek antideprsesi trisiklik mirip efek promazin
Farmakokinetik : Rearbsorpsi dari usus dengan BA ca 40% PP-nya diatas 90%, plasma t1/2 -nya rata-rata 15 jam. Dalam hati sebagian besar zat didemetilasi menjadi metabolit aktif nortriptilyn dengan daya sedative lebih ringan, t1/2 nya rata-rata 36 jam. Ekskreksinya berlangsung terutama lewat kemih.
Diazepam
Zat aktif : Diazepam 2 mg
Golongan obat : Benzodiasepin (Harvey, 2013)
Indikasi : Untuk pengobatan jangka pendek pada gejala ansietas. Sebagai terapi tambahan untuk meringankan spasme otot rangka karena inflamsiatau trauma. (Tjay, 2010)
Kontraindikasi : Penderita hipersensitifitas, bayi dibawah 6 bulan, wanita hamil dan menyusui, depresi pernafasan, gangguan pulmonar akut dan keadaan phobia. (Gunawan, 2012)
Efek samping : Mengantuk, ataksia, kelelahan, erupsi pada kulit, edema, mual dan konstipasi sakit kepala, amnesia, hipotensi dan retensi urin. (Gunawan, 2012)
Farmakokinetik : Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf pusat. Dimetabolisme menjadi metabolit aktif yaitu N-desmetildiazepam dan oxazepam. (Gunawan, 2012)
Farmakodinamik : Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 1 - 2 jam pemberian oral. Waktu paruh bervariasi antara 20 - 50 jam sedang waktu paruh desmetildiazepam bervariasi hingga 100 jam, tergantung usia dan fungsi hati. (Ganiswarna, 2012)
Interaksi obat : Penggunaan bersama obat-obat depresan susunan saraf pusat atau alkohol dapat meningkatkan efek depresan. Rifampisin dapat meningkatkan bersihan benzodiasepin. (Tjay, 2010)
Fenobarbital
Golongan obat
:
Barbiturat (Harvey, 2013)
Indikasi
:
Pada gangguan fungsi jantung, ginjal dan hati, porfiri akut karena induksi enzim yang terlibat dalam sintesis porfirin serta keracunan alkohol, analgetika dan psikofarmaka. (Gunawan, 2012)
Efek samping
:
Efek samping pada dosis hipnotik jarang terjadi. Sekali-sekali dapat terjadi gangguan saluran cerna dan reaksi alergi. (Gunawan, 2012)
Dosis
:
Sekali 300 mg, sehari 600 mg. (Gunawan, 2012)
Farmakodinamik
:
Memberikan efek anti konvulsi dan efek utama adalah depresi SSP. Depresi napas sebanding dengan dosis tidak memberikan efek yang nyata pada kardiovaskular. (Gunawan, 2012)
Farmakokinetik
:
Dimetabolisme hampir sempurna di hati sebelumdieksresikan di ginjal (Gunawan, 2007).
Caffein
Golongan obat : Perangsang Psikomotir (Harvey, 2013)
Indikasi : Menghilangkan rasa letih, lapar, dan mengantuk, juga daya konsentrasi dan kecepatan reaksi ditingkatkan serta prestasi otak dan suasana jiwa diperbaiki. (Patra, 2014)
Kontradiksi : Glakoma sudut tertutup, obstruksi salcame asma, hernia hiatal, miasternia, penyakit hati dan ginjal. (Patra, 2014)
Peningkatan : Peningkatan intravascular, mulut kering, pusing, dan konstripasi. (Patra, 2014)
Farmakokinetik : Didistribusikan keseluruh tubuh dan dengan cepat diabsorbsikan setelah pemberian, waktu paruh 3-7 jam, diekskresikan melalui urin. (Patra, 2014)
Farmakodinamik : mempunyai efek relaksasi otot polos, terutama otot polos bronchus, merangsang susunan saraf pusat, otot jantung, dan meningkatan diuresis (Patra, 2014)
BAB III METODE KERJA
ALAT YANG DIGUNAKAN
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah benang godam, baskom, kanula, lap kasar, lap halus, spoit, statif, toples, stopwatch.
BAHAN YANG DIGUNAKAN
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah amitriptylin, caffein, diazepam, eter, kapas, kloroform, Na-CMC 1%, dan Phenobarbital
HEWAN YANG DIGUNAKAN
Adapun hewan yang digunakan dalam percobaan ini adalah mencit (Mus musculus).
PEMBUATAN BAHAN
Pembuatan Na-CMC 1% b/v
Ditimbang Na-CMC sebanyak 1gram
Dipanaskan 100 mL air suling hingga suhu 70oC
Dimasukkan Na-CMC kedalam lumpang, ditambahkan 100 mL air yang telah dipanaskan sedikit demi sedikit kemudian diaduk
Dimasukkan larutan Na-CMC 1% ke dalam wadah dan disimpan dalam lemari pendingin
PEMBUATAN OBAT
Amitriptyline 30 mg
Disiapkan alat dan bahan
Ditimbang amitriptylin sebanyak 0,012 gram
Dimasukkan ke dalam kertas perkamen
Dilarutkan dengan 5mL Na-CMC 1% dalam labu ukur 5 mL
Dihomogenkan lalu diberi etiket
Fenobarbital 100 mg
Ditimbang fenobarbital sebanyak 0,01295 gram
Dimasukkan ke dalam kertas perkamen
Dilarutkan dengan 5 mL Na-CMC 1% dalam labu ukur 5 mL
Dihomogenkan lalu diberi etiket
Diazepam 2 mg
Disiapkan alat dan bahan
Ditimbang diazepam sebanyak 0,004 gram
Dimasukkan kedalam kertas perkamen
Dilarutkan dengan 5 mL Na-CMC 1% dalam labu ukur 5 mL
Dihomogenkan lalu diberi etiket
Caffein 200 mg
Disiapkan alat dan bahan
Ditimbang caffein sebanyak 0,00615 gram
Dimasukkan kedalam kertas perkamen
Dilarutkan dengan 5 mL Na-CMC 1% dalam labu ukur 5 mL
Dihomogenkan lalu diberi etiket
PERLAKUAN HEWAN COBA
Disiapkan sejumlah mencit yang akan digunakan dalam praktikum
Dibersihkan mencit yang akan digunakan
Ditimbang masing-masing berat badan mencit
Dihitung volume pemberian masing-masing mencit
Anestesi
Disiapkan alat dan bahan serta hewan coba (mencit)
Dimasukkan mencit kedalam toples yang masing-masing berisi kapas yang telah dibasahi dengan kloroform dan eter
Diamati efek farmakodinamik yang terjadi
Dicatat onset dan durasi
Antidepresan
Disiapkan alat dan bahan serta hewan coba (mencit)
Digantung mencit pada statif
Diamati perilaku mencit sebelum pemberian obat
Diberikan obat amitriptylin pada mencit secara oral
Diamati perilaku mencit pada menit ke 15, 30, 45, dan 60
Dihitung frekuensinya
Hipnotik sedative
Disiapkan alat dan bahan serta hewan coba (mencit)
Diamati perilaku mencit sebelum pemberian obat
Diberikan masing-masing obat fenobarbital dan diazepam pada mencit secara oral
Diamati onset dan durasi dari efek yang ditimbulkan
Dicatat onset dan durasi
Stimulant
Disiapkan alat dan bahan serta hewan coba (mencit)
Dimasukkan mencit kedalam wadah yang berisi air
Diamati perilaku mencit
Diberikan obat coffein pada mencit secara oral
Dimasukkan lagi mencit kedalam air
Diamati berapa banyak gerakan yang ditimbulkan hewan coba mencit pada menit ke 15, 30, 45, dan 60
Dicatat frekuensinya
BAB IV HASIL PENGAMATAN
Tabel Pengamatan
Anastesi
Obat
BB
(gr)
VP
(ml)
Onset
(menit)
Durasi
(menit)
Eter
25
0,83
112
2
Kloroform
26
0,86
116
6
Antidepresi
Obat
BB
(gr)
VP
(ml)
Frekuensi
(Menit)
Banyak Gerakan Geliat
Amitriptilin
20
0,67
awal
56
Amitriptilin
20
0,67
0
14
Amitriptilin
20
0,67
25
26
Amitriptilin
20 g
0,67 ml
30
30
Amitriptilin
20 g
0,67
45
18
Amitriptilin
20 g
0,67
60
24
Amitriptilin
20 g
0,67
75
70
Stimulant
Perlakuan
BB
(gr)
VP
(ml)
Waktu
(Menit)
Banyak gerakan geliat
Stimulant
23
0,76
awal
-
Stimulant
23
0,76
0
71
Stimulant
23
0,76
15
59
Stimulant
23
0,76
30
54
Stimulant
23
0,76
45
41
Stimulant
23
0,76
60
39
Stimulant
23
0,76
75
35
Sedativ dan Hipnotik
Pelakuan
BB
(gr)
VP
(ml)
Onset
(menit)
Durasi
(menit)
Sedative
32
1 ml
60
45
Hipnotik
24
0,8 ml
45
49
Pembahasan
Sistem saraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasidan koordinasi kegiatan tubuh. Dengan pertolongan saraf kita dapat mengisap suatu rangsangan dari luar pengendalian pekerja otot.
Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat terbagi menjadi obat depresan saraf pusat yaitu anestetik umum (memblokir rasa sakit), hipnotik sedatif (menyebabkan tidur), psikotropika (menghilangkan gangguan jiwa), antikunvulsi (menghilangkan kejang), analgetik (mengurangi rasa sakit), opioid, analgetik-antipiretik-antiinflamasi dan perangsang susunan saraf pusat.
Tujuan dilakukannya pengamatan ini adalah untuk menentukan efek obat pada anastesi umum, hipnotik dan sedative, antidepresi, serta stimulant terhadap pengujian beberapa obat pada hewan coba (mencit).
Adapun hewan coba yang di pakai pada percobaan ini adalah mencit (Mus Musculus), alasan digunakannya karena hewan yang digunakan haruslah memiliki kesamaan struktur dan sistem organ dengan manusia, salah satunya yaitu hewan mencit (Mus Musculus). Selain itu haruslah juga memperhatikan variasi biologik (usia, jenis kelamin) ras, sifat genetik, status kesehatan, nutrisi, bobot dan luas permukaan tubuh, serta keadaan lingkungan fisiologik. Dan juga karena mencit (Mus Musculus) juga memiliki komponen darah yang dapat mewakili mamalia lainnya khususnya manusia, dan juga mencit (Mus Musculus) mempunyai organ terlengkap sebagai hewan mamalia.
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah benang godam, baskom, kanula, kapas, spoit, statif, stopwatch, dan toples.Sedangkan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aquadest, amitripthylin, caffeina, diazepam, eter, kloroform, Na-CMC 1% dan Phenobarbital.
Adapun Obat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu pada percobaan anastesi menggunakan eter dan kloroform. Eter melakukan kontraksi pada otot jantung, terapi in vivo ini dilawan oleh meningginya aktivitas simpati sehingga curah jantung tidak berubah. Eter menyebabkan dilatasi pembuluh darah kulit. Kloroform diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna, konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu setengah jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam, obat ini tersebar ke seleruh cairan tubuh dapat menurunkan stabilitas kecepatan kontraksi obat, gelisah.
Percobaan Hipnotik-sedativ menggunakan obat diazepam dan fenobarbital. Diazepam merupakan salah satu kelompok obat barbiturat yang masuk dalam golongan anastesik intravena. Obat yang digunakan secara intravena ini dalam anastesi akan memberikan efek tidur pada pasien yang menggunakan respirator. Efek hipnotik dalam golongan obat barbiturat akan meningkatkan total lama tidur. Phenobartital juga termasuk kelompok barbitural dalam golongan antiepileptikprimer. Mekanisme kerja primernya adalah melepaskan efek inhibitorik neuron, yang diperantarai oleh GABA.Efek sampingnya adalah sedasi, gangguan kognitif, dan berpotensi osteoporosis.Penggunaan utama Phenobarbital pada epilepsi adalah dalam terapi statis.
Pada percobaan antidepresi menggunakan amitriptylin. Obat ini termasuk dalam kelompok antidepresan trisiklik dalam golongan obat anti depresan. Mekanisme kerjanya adalah penghambat ambilan kembali neurotransmitter dan penghambat reseptor. Efek-efek obat ini meningkatkan mood, memperbaiki kewaspadaan mental dan menurunkan pra-okulasi morbid pada 50-70% penderita depresi mayor.
Serta percobaan stimulant menggunakan caffein. Obat ini termasuk dalam kelompok perangsang motoris dalam golongan perangsang ssp. Mekanisme kerjanya adalah translokasi kalsium ekstraseluler. Peningkatan adenosine monofosfat siklik dan guanosin monofosfat siklik sebagai hambatan fosfodiesterase, dan penghambatan reseptor adenosine. Efeknya adalah inotropic dan kronptropik pada jantung meningkatkan keluaran natrium, clorida, kalium dalam urin. Juga meragsang sekresi asam hidroklorat dari mukosa lambung.
Percobaan yang dilakukan yaitu anastesi dimana obat yang digunakan adalah senyawa obat yang dapat menimbulkan anastesia, yaitu suatu keadaan depresi umum yang bersifat reversible dari banyak pusat SSP, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan, agak mirip keadaan pingsan. Perlakuan yang dilakukan pada eter dan kloroform adalah anastesi, yang disesuaikan dengan volume pemerian (VP) mencit. Tetapi, karena dalam waktu lama belum menghasilkan efek, maka volume pemeriannya (VP) ditingkatkan. Dan hasil pengamatan menunjukkan hasil yang berbeda. Dari percobaan ini diperoleh hasil onset pemberian eter yaitu 112 menit dan durasinya yaitu 2 menit sedangkan onset pemberian kloroform yaitu 116 menit dan durasinya yaitu 6 menit. Hal ini sesuai dengan literatur sebab menimbulkan efek pada mencit berupa mencit kehilangan keseimbangan, serta kesadaran agak mirip keadaan pingsan. Perbandingan antara pemakaian eter dan kloroform di percobaan anastesi yaitu, eter lebih cepat berefek pada mencit dibandingkan dengan kloroform.
Percobaan untuk obat hipnotik-sedativ dengan menggunakan fenobarbital untuk hipnotik dan diazepam untuk sedative. Pada Pemberian fenobarbital menimbulkan gejala dengan onset 45 menit dan durasinya 49 menit. Sedangkan untuk Pemberian diazepam sebanyak 1 ml secara per oral menimbulkan gejala dengan onset 60 menit dan durasinya 45 menit. sesuai dengan literatur karena onset dan durasinya berlangsung lama yaitu bisa berlangsung antara 10-60 menit dikarenakan fenobarbital adalah obat tidur jangka panjang, serta diazepam sebagai obat penenang. Efek yang ditimbulkan dari zat uji fenobarbital ini yaitu merangsang waktu tidur, depresi dan rasa nyeri.
Pada percobaan stimulant, diperoleh hasil frekuensi sebelum diberikan coffein tidak menghasilkan banyak gerakan. Pada saat telah diberikan coofein frekuensi ke 0 menghasilkan banyak gerakan yaitu 51, frekuensi ke 15 menghasilkan banyak gerakan yaitu 59, frekuensi ke 30 menghasilkan banyak gerakan yaitu 54, frekuensi ke 45 menghasilkan banyak gerakan yaitu 41, frekuensi ke 60 menghasilkan banyak gerakan yaitu 39, dan frekuensi ke 75 menghasilkan banyak gerakan yaitu 35. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa dimana jika diberikan obat stimulant maka akan menimbulkan eksitasi dan euphoria serta meningkatkan aktivitas motorik sehingga gerakan yang dihasilkan seharusnya bertambah banyak.
Percobaan dengan antidepresan pada menit ke- 0 setelah pemberian obat, dihasilkan14 gerakan. Pada menit ke-15 dihasilkan 26 gerakan. Pada menit ke-30 dihasilkan 30 gerakan, pada menit ke 45 dihasilkan 18 gerakan, pada menit ke- 60 menghasilkan 24 gerakan, dan menit ke- 75 menghasilkan 70 gerakan. Hal ini sesuai dengan literature dimana obat ini bekerja efektif sebagai obat penenang atau antidepresan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Pada percobaan anastesi, eter dan kloroform efektif sebagai obat anastesi
Pada percobaan hipnotik dan sedative dengan obat Phenobarbital dan diazepam efektif sebagai obat hipnotiv dan sedatif
Pada percobaan stimulant, caffeine tidak efektif sebagai obat stimulant
Pada percobaan terakhir yaitu antidepresan, amitriptilin efektif sebagai obat antidepresan
Saran
Untuk asisten agar selalu mendampingi para praktikannya pada saat praktikum sedang berlangsung. Agar praktikan lebih terarah dan kesalahann-kesalahann yang tidak diarapkann tidak terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015. Penuntun Farmakologi dan Toksikologi 1. Universitas Muslim Makassar: Makassar
Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI : Jakarta.
Ganiswara, G. Sulistia, dkk, 2007. Farmakologi dan Terapi, UI-Press: Jakarta.
Hartanto, dkk. 2007. Biokimia Harpe Edisi 27. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Kadzung, Bartman dkk. 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik. EGC : Jakarta
Mycek, Mary J., 2013, Farmakologi Ulasan Bergambar, Widya Medika: Jakarta.
Neal, 2006,At A Glance: Farmakologi Medis. Erlangga : Jakarta
Patra, Ketut, 2014, ISO Indonesia, Jakarta: IAI
Sloane Ethel. 2013. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Setiadi, 2007. Farmakologi Terapan. Erlangga : Jakarta.
Tjay, T. H., dkk, 2007. Obat-Obat Penting Edisi V. PT Gramedia. Jakarta.
Wade, Carole, 2008, Psikologi Edisi 9 Jilid 1, Jakarta : Erlangga
LAMPIRAN
Perhitungan Dosis
Diazepam 2 mg, BR = 198,32 mg
Dosis Dewasa = 2 mg60 kg=0.03mg/kgBB
Dosis mencit = 0,033mg/kgBB × 373=0,37mg/kgBB
Dosis mencit 30 gram = 0,37 mg1000g ×30g=0,01 mg
Larutan stok = 5 ml1 ml×0,01 mg=0,05 mg/5 mL
Berat Yang Ditimbang = 0,05 mg2 mg x 198,32 mg=4,958 mg/5 mL
=0,004 gram/5 mL
Amitriptyline 30 mg, BR = 204,96 mg
Dosis Dewasa = 30 mg60 kg=0.83 mg/kgBB
Dosis mencit = 0,83mg/kgBB × 373=10,23 mg/kgBB
Dosis mencit 30 gram = 10,23 mg1000g ×30g=0,30 mg
Larutan stok = 5 ml1 ml×0,30 mg=1,5 mg/5 mL
Berat Yang Ditimbang = 1,5 mg25 mg x 204,96 mg=12,29 mg/5 mL
= 0,012 g/5 mL
Fenobarbital 100 mg, BR = 127,4 mg
Dosis Dewasa = 100 mg60 kg=1,66 mg/kgBB
Dosis mencit = 1,66mg/kgBB × 373=20,47 mg/kgBB
Dosis mencit 30 gram = 20,47 mg1000g ×30g=0,61 mg
Larutan stok = 5 ml1 ml×0,61 mg=3,05 mg/ 5mL
Berat Yang Ditimbang = 3,05 mg30 mg x 127,4 mg=12,95 mg/5 mL
=0,01295 g/5 mL
Caffein 200 mg
Dosis Dewasa = 200 mg60 kg=3,33 mg/kgBB
Dosis mencit = 3,33 mg/kgBB × 373=41,07 mg/kgBB
Dosis mencit 30 gram = 41,07 mg1000g ×30g=1,23 mg
Larutan stok = 5 ml1 ml×1,23 mg=6,15 mg = 0,00615 g/5mL
Skema Kerja
Anastesi
Disiapkan hewan coba
Toples yang berisi kapas Toples yang berisi kapas
eter + kloroform
Dihitung onset dan durasi
Antidepresan
Disiapkan hewan coba (mencit)
Digantung ekornya pada statif
(dihitung frekuensi gerakannya)
Diinduksi secara oral obat amitriptyline
Diamati pada menit ke 15', 30', 45', 60', 75'
Dihitung frekuensinya
Stimulant
Disiapkan hewan coba (mencit)
Dimasukkan dalam wadah + air
(dihitung frekuensi gerakannya)
Diinduksi secara oral obat caffein
Diamati pada menit ke 15', 30', 45', 60', 75'
Dihitung frekuensinya
Hipnotik Sedative
Disiapkan hewan coba mencit
Di induksi secara oral dengan DiazepamDi induksi secara oral dengan Phenobarbital
Di induksi secara oral dengan Diazepam
Di induksi secara oral dengan Phenobarbital
Dihitung onset dan durasi