1 BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Profesi farmasi merupakan profesi yang berhubungan dengan seni
dan ilmu dalam hal penyediaan dan pengolahan bahan obat dari sumber alam atau sintesis untuk pengobatan pengobatan dan pencegahan suatu penyakit. Baik dari cara cara membuat membuat,, mencamp mencampur¸ ur¸ mercaik mercaik formulas formulasii obat, obat, identifi identifikasi kasi,, kombina kombinasi, si, analisi analisiss dan standar standarisas isasi/p i/pemba embakuan kuan obat serta serta pengobat pengobatan, an, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta penggunaanya yang aman. Dalam bidang farmasi sering dijumpai berbagai fenomena fisika dan kimia, kimia, oleh oleh sebab sebab itu seorang seorang ahli farmasi farmasi harus harus mempela mempelajari jari farmas farmasii fisika. fisika. lmu lmu inilah inilah yang yang mengapl mengaplikas ikasikan ikan ilmu ilmu fisika fisika ke dalam dalam bidang bidang farmasi farmasi.. !hli !hli farmasi farmasi biasany biasanyaa melakuk melakukuan uan pengukur pengukuran an bobot bobot jenis jenis apabila mengadakan perubahan antara massa dan "olume, oleh sebab itu seorang farmasis harus mengetahui cara mengukur bobot jenis dan rapat jenis. Bobot Bobot jenis jenis adalah adalah perbandi perbandingan ngan antara antara bobot bobot #at dibandin dibandingkan gkan dengan "olume #at pada suhu tertentu $ biasanya %&'(). *apat jenis adalah adalah perbandingan antara bobot jenis suatu #at dengan air pada suhu tertent tertentu u $Biasan $Biasanya ya dinyatak dinyatakan an sebagai sebagai %&'/%&', %&'/%&', %&'/+', %&'/+', +'/+'). +'/+'). Dalam Dalam bidang farmasi biasanya biasan ya digunakan %&'/%&', %&'/%& ', penentuan bobot jenis sangat penting diketahui oleh seorang farmasi farmasiss karena karena tiap tiap #at mempunyai mempunyai bobot jenis jenis dan rapat jenis jenis yang yang berbeda sehingga dalam penggunaan setiap #at dapat diidentifikasikan seca secara ra kual kualit itat atif if yang yang sang sangat at erat erat hubu hubung ngan anny nyaa deng dengan an mass massaa dan dan "olumenya. Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu #at, maka akan memperm mempermudah udah dalam dalam memform memformulas ulasii obat. obat. arena arena dengan dengan menget mengetahui ahui bobot jenisnya maka kita dapat mengadakan perubuhan antara massa dan "olume suatu suatu #at. Dengan mengetahui mengetahui banyaknya banyaknya manfaat dari penentuan penentuan bobot jenis maka percobaan percob aan ini dilakukan. 1
% 1.2
Maksud dan Tujuan
1.%.1
aksud percobaan ahasisa mampu mengetahui dan memahami cara-cara penentuan bobot jenis dan rapat jenis suatu #at dengan menggunakan metode tertentu
1.%.%
1.3
ujuan percobaan 1. ahasisa mampu menetukan bobot jenis dan rapat jenis dari laktosa %. ahasisa mampu menentukan bobot jenis dan rapat jenis dari !lkohol dan Paraffin cair dengan menggunakan metode piknometer Prinsip per!"aan !dapun Prinsip dasar yang digunakan dalam praktikum penetapan bobot jenis ini yakni membandingkan massa suatu #at cair yang diperoleh dari selisih penimbangan massa piknometer kosong terhadap piknometer yang berisi suatu #at cair, dengan "olume #at tertentu. 0edangkan
penetapan
bobot
jenis
#at
padat
diperoleh
dari
perbandingan massa #at terhadap "olume yang didapat dengan pengukuran menggunakan alat ukur tertentu.
BAB II TIN#AUAN PUA$TA%A
%
II.1
Dasar Te!ri
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu #at terhadap bobot #at baku yang "olumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Penting untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. erapatan adalah massa per satuan "olume, yaitu bobot #at per satuan "olume. isalnya, satu mililiter raksa berbobot 1,2 g, dengan demikian kerapatannya adalah1,2 g/m3. 4ika kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan "olume, maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu #at terhadap sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,55. 0ebagai perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,%& , artinya bobot gliserin 1,%& kali bobot "olume air yang setara, dan bobot jenis alkohol adalah 5,61 , artinya bobot jenis alkohol 5,61 kali bobot "olume air yang setara. $!nsel, %552) a) 7at yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,55 lebih ringan daripada air. b) 7at yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,55 lebih berat daripada air. Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di belakang koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Pada umumnya, dua angka di belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau untuk senyaa khusus dapat ditemukan dalam 8nited 0tates Pharmacopeia $80P) atau buku acuan lain. Bobot jenis suatu #at dapat dihitung dengan mengetahui bobot dan "olumenya, $!nsel, %552). erapatan adalah massa per unit "olume suatu #at pada temperatur tertentu. 0ifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat fisika yang paling definiti"e, dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan kemurnian suatu #at $artin, 199). :ubungan antara massa dan "olume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gayagaya yang mempengaruhi sifat karakteristik ;pemadatan< $; Packing
+ Characteristic<).
Dalam sistem matriks
kerapatan
diukur dengan
gram/milimeter $untuk cairan) atau gram/cm% $artin, 199). erapatan dan berat jenis. !hli farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan "olume. erapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan "olume. Batasannya adalah massa per satuan "olume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik $gram/cm) $artin, 199). Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu #at terhadap kerapatan air, harga kedua #at itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. stilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah, akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif $artin, 199). Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu #at terhadap massa sejumlah "olume air yang sama pada suhu +o( atau temperatur lain yang tertentu. =otasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis> %&o(/%&o(, %&o(/+o(, dan +o(/+o(. !ngka yang pertama menunjukkan temperatur udara di mana #at ditimbang? angka di baah garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmi menggunakan patokan %&o( /%&o( untuk menyatakan berat jenis $artin, 199). Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca
ohr-@estphal,
hidrometer
dan
alat-alat
lain.
Pengukuran dan perhitungan didiskusikan di buku kimia dasar, fisika dan farmasi $artin, 199). *apatan diperoleh dengan membagi massa suatu obyek dengan "olumenya. $artin, 199) 0uatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun "olume
+
& adalah sifat-sifat ekstensif. 0uatu sifat tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. *apatan yang merupakan perbandingan antara massa dan "olume, adalah sifat intensif. 0ifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuan untuk pekerjaan ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti. $Petrucci, 196&) Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan macam bobot jenis yaitu $3achman, 199+) > 1.
Bobot jenis sejati assa partikel dibagi "olume partikel tidak termasuk rongga yang
%.
terbuka dan tertutup. Bobot jenis nyata assa partikel dibagi "olume partikel tidak termasuk pori/lubang
.
terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup. Bobot jenis efektif assa parikel dibagi "olume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup. 0eperti titik lebur, titik didih atau indeks bias $bilangan bias). erapatan relatif merupakan besaran spesifik #at. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksan konsentrasi dan kemurniaan senyaa aktif, senyaa bantu dan sediaan farmasi.
II.2
Uraian "a&an
.%.1 !lkohol $Dirjen PA, 199&) =ama resmi
> !ethanolum
0inonim
> !lkohol, etanol
*umus molekul
> (%:&A:
*umus struktur
>
: :
&
2
:-(-(-A:
: : Berat molekul
> +2,5C
Pemerian
> (airan tidak berarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
elarutan
> 0angat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter
hasiat
> 0ebagai antiseptik, sebagai pelarut
egunaan
> 8ntuk mensterilkan alat
Penyimpanan
> Dalam adah tertutup rapat, terhindar dari cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api.
.%.% !uadest $Dirjen PA, 199&) =ama *esmi
> !ua destilata
=ama 3ain
> !uadest
*umus olekul
> :%A
*umus struktur
>
Berat olekul
> 16,5%
Pemerian
> (airan jernih, tidak berarna, tidak berbau.
elarutan
>-
hasiat
>-
egunaan
> !lat yang akan digunakan.
Penyimpanan
> Dalam adah tertutup baik.
.%. 3aktosa $Dirjen PA, 19C9) =ama *esmi
> 3actosum
=ama 3ain
> 3aktosa
2
C *umus oleku
> (1%:%%A11.:%A
*umus struktur
>
Berat olekul
> %+6
Pemerian
> 0erbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis
elarutan
> 3arut dalam 2 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam kloroform, dan dalam eter.
hasiat
> 7at tambahan
egunaan
> 0ebagai pemanis
Penyimpanan
> Dalam adah tertutup baik.
.%.+ Parafin (air $Dirjen PA, 19C9) =ama *esmi
> Paraffinum 3iuidum
=ama 3ain
> Parafin cair
*umus olekul
> (+:15
*umus struktur
>
Berat olekul
> &6
Pemerian
> (airan kental, transparan, tidak berarna, hamper tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa.
elarutan
> Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam kloroform dan eter.
hasiat
> 0ebagai laksati"um $pencahar atau untuk menjaga agar tinja tidak mengeras.
egunaan
> 7at aktif
Penyimpanan
> Dalam adah tertutup baik.
C
6
BAB III MET'DE PENELITIAN III.1
(aktu dan Te)pat
.1.1
@aktu
6
9 @aktu mulai praktikum pada hari 4umat tanggal %1 Aktober %512 pukul 1.5-1C.5. .1.%
empat empat praktikum di 3aboratorium Earmasetika 4urusan Earmasi 8ni"ersitas =egeri Forontalo
III.2
Alat dan Ba&an
.%.1
!lat
.%.%
Felas kimia
Felas ukur
A"en
Piknometer
Bahan
9
=eraca analitik
Pipet
15
!lkohol
!uadest
ertas perkamen
3aktosa
Paraffin cair
issu
III.3
*ara %erja
..
Penentuan Bobot 4enis 3aktosa 1. %. . +. &. 2.
Disiapkan alat dan bahan. Dibersihkan alat dan bahan menggunakan alkohol C5G. Ditimbang laktosa sebanyak 15 g menggunakan neraca analitik. Dimasukkan laktosa ke dalam gelas ukur untuk diukur "olumenya. Dicatat "olume $) laktosa, hasilnya 19 m3. Dimampatkan serbuk dengan cara diketuk hingga 155H dengan bagian
baah gelas dibungkus lap halus. C. Dicatat "olume laktosa $) dengan cara memiringkan gelas ukur sehingga diperoleh > Iolume skala atas Iolume skala baah
> 1,& m3 > 11,& m3
Iolume mampat
>
15
11
>
> 1%,& m3 6. Dihitung bobot jenis laktosa dengan rumus > Bobo jenis laktosa
>
> > 5,6 g/cm ..%
Penentuan Bobot 4enis !lkohol 1. %. . +.
Disiapkan alat dan bahan. Dibersihkan alat menggunakan alkohol C5G. Dimasukan piknometr ke dalam o"en. Ditimbang piknometer sebanyak H menggunakan neraca analitik. assa parameter > 1C,2&9C g assa parameter > 1C,2&2& g assa parameter > 1C,&99& g *ata-rata
>
>
> 1C,26& g &. Diukur alkohol sebanyak 15 ml pada gelas ukur. 2. Dimasukkan alkohol ke dalam piknometer. C. Ditimbang piknometer berisi alkohol dengan neraca analitik sebanyak H dan dihitung ratta-ratanya. assa pikno J alkohol 1 > %2,252 g assa pikno J alkohol % > %2,2529 g assa pikno J alkohol > %&,&6+6 g *ata-rata
>
11
1%
>
> %2, &99 g 6. Dihitung bobot jenis alkohol dengan rumus Bobot jenis alkohol
>
> > 5,692 g/cm ..
Penentuan Bobot 4enis Parafin 1. %. . +.
Disiapkan alat dan bahan. Dibersihkan alat menggunakan alkohol C5G. Dimasukan piknometr ke dalam o"en. Ditimbang piknometer sebanyak H menggunakan neraca analitik. assa parameter > 1C,22 g assa parameter > 1C,2266 g assa parameter > 1C,22%& g *ata-rata
>
>
> 1C,226+ g &. Diukur parafin sebanyak 15 ml pada gelas ukur. 2. Dimasukkan parafin ke dalam piknometer. C. Ditimbang piknometer berisi parafin dengan neraca analitik sebanyak H dan dihitung ratta-ratanya > assa pikno J parafin 1 > %&,6%C2 g assa pikno J parafin % > %&,6%C5 g assa pikno J parafin > %&,6%C5 g *ata-rata
>
1%
1
>
> %&,6%C% g 6. Dihitung bobot jenis parafin dengan rumus Bobot jenis parafin
>
> > 5,612+ g/cm
1
1+ BAB I+ HA$IL DAN PEMBAHA$AN I+.1
Per&itungan
1. Penentuan Bobot 4enis 3aktosa a) Bobot jenis mampat B4 mampat K Bobot jenis laktosa
K K K 5,6 gr/cm.
b) Bobot jenis nyata B4 nyata K
Bobot jenis laktosa
K
K K 5,&%21&6 gr/cm. Dari percobaan yang telah dilakukan berdasarkan persamaan
diatas didapat B4 nyata dari laktosa adalah %. Penentuan Bobot 4enis !lkohol a) assa piknometer kosong assa piknometer pertama K 1C, 2&9C assa piknometer kedua K 1C, 2&2& assa piknometer ketiga K 1C, &99& *ata-rata
K K
K 1C, 26& b) assa piknometer berisi alkohol assa pikno J alkohol 1 K %2, 252 assa pikno J alkohol % K %2, 2529 1+
K 5,&%21&6 gr/cm.
1& assa pikno J alkohol
K %2, &6+6
*ata-rata
K K K %2, &99
c) Bobot jenis alkohol Bobot jenis alkohol
K K K 5,692 gr/cm.
Dari percobaan yang telah dilakukan berdasarkan persamaan diatas didapat B4 nyata dari laktosa adalah 5,692 gr/cm. . Penentuan Bobot 4enis Paraffin. a) assa piknometer kosong assa piknometer pertama K 1C, 22 assa piknometer kedua K 1C, 2266 assa piknometer ketiga K 1C, 22%& *ata-rata
K K
K 1C, 226+ b) assa piknometer berisi alkohol assa pikno J paraffin 1 K %&, 6%C2 assa pikno J paraffin % K %&, 6%C5 assa pikno J paraffin K %&, 6%C5 *ata-rata
K K K %&, 6%C%
c) Bobot jenis paraffin Bobot jenis paraffin
K K 1&
12 K 5,612%+ gr/cm. Dari percobaan yang telah dilakukan berdasarkan persamaan I+.2
diatas didapat B4 nyata dari laktosa adalah 5,612%+ gr/cm. Ta"el Hasil Penga)atan
=o. 1. %. . I+.3
0ampel 3aktosa !lkohol Paraffin
Iolume $cm) 1%,& 15 15
assa
Bobot 4enis
$gram)
$gr/cm)
15 1C, 26& 1C, 226+
5,6 5,692 5,612%+
*apat 4enis $gr/cm) 5,6 5,692 5,612%+
Pe)"a&asan
Bobot jenis merupakan perbandingan massa per "olume suatu #at pada suhu yang dikehendaki. Bobot jenis dilambangkan dengan p $rho) dengan satuan g/cm. :ubungan antara massa dan "olume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gayagaya yang mempengaruhi sifat karakteristik ;pemadatan< $Packing Characteristic). Dalam sistem matriks bobot jenis diukur dengan gram/milimeter $untuk cairan) atau gram/cm $artin, !., 199). Pada dasarnya bobot jenis dipengaruhi oleh "olume dan massa. 0emakin besar massa benda maka semakin besar pula bobot jenis yang dimiliki, sedangkan semakin besar nilai "olumenya maka semakin kecil bobot jenis yang dimiliki. Berbeda halnya dengan bobot jenis, rapat jenis yaitu merupakan perbandingan bobot jenis suatu #at dengan bobot jeni air tanpa pmenghasilkan suatu satuan. Pada percobaan ini menentukan nilai bobot jenis dan rapat jenis, pada sampel 3aktosa sebanyak 15 g, Parafin cair 15 m3, dan !lkoho 15 m3 dengan menggunakan metode piknometri. 8ntuk
penentuan
bobot
jenis
#at
cair
dilakukan
dengan
menggunakan metode piknometer. Pinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. !lat yang digunakan dalam percobaan ini adalah piknometer, piknometer digunakan untuk mencari bobot jenis. Piknometer terbuat dari kaca untuk
12
1C Lrlenmeyer kecil dengan kapasitas antara 15 ml - &5 ml. etelitian metode piknometer akan bertambah sampai suatu optimum tertentu dengan bertambahnya "olume piknometer. Aptimun ini terletak sekitar isi ruang 5 m3. !da dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet $0aid, L. F., %552.). Pada percobaan ini, piknometer dibersihkan dengan menggunakan alkohol C5G agar bersih dan terhindar dari mikroba, kemudian dibilas untuk mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi, pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa dari pembersihan, karena biasanya pencucian meninggalkan tetesan pada dinding alat yang dibersihkan. 0elanjutnya piknometer di pansakan dalam o"en dengan suhu 1555c selama kurang lebih 1 jam agar piknometer benar-benar kering. arena jika masih terdapat sisa tetesan pencucian baik itu dari alkohol, dapat mempengaruhi pengukuran massa dan bobot jenis. aka dari itu hal ini dilakukan untuk meminimalisir kemunginan kesalahan yang akan terjadi. 0etelah itu, piknometer kosong di timbang massa pada neraca analitik sebanyak H, untuk mendapatkan hasil massa piknometer yang konstan dan untuk memastikan ketelitian. arena ketelitian timbangan dapat mempengaruhi nilai dari bobot jenis suatu sampel. 0etiap hasil timbangan piknometer dicatat, dan untuk massa piknometer ditentukan dengan cara mencari nilai rata-rata yaitu dijumlahkan setiap massa yang ditimbang dan dibagi sebanyak piknometer itu ditimbang. 0elanjutnya untuk pengisian sampel harus melalui bagian dinding dalam piknometer untuk menghindari terjadinya gelembung
udara. euntungan dari
penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer adalah mudah dalam pengerjaan, kerugiannya berkaitan dengan ketelitian penimbangan. emudian piknometer yang berisi sampel di timbang sebanyak H sama halnya seperti penimbangan pada piknometer yang kosong. Begitu pula untuk menentukan massa/berat sampel piknometer yang berisi sampel yaitu mencari nilai rata-rata dengan dijumlahkan setiap massa yang
1C
16 ditimbang dan dibagi sebanyak penimbangan yang dilakukan. 8ntuk nilai bobot jenis yang didapatkan pada Parafin cair K 5,612%+ g/cm, dan !lkohol K 5,692 g/cm. 8ntuk serbuk laktosa, didapatkan B4 nyata dengan 15 gram serbuk ditimbang terlebih dahulu, kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur 155 m3 , kemudian dicari dengan menggunakan rumus, B4 nyata K /I $ K massa, I K "olume) dipeoleh B4 nyata dari laktosa K 15 g/ 19 m3 K 5,&%21&6 g/ cm. Pada B4 mampat, 15 gram serbuk laktosa yang ditimabang dimasukkan kedalam gelas ukur 155 ml dan diberi ketukan sebanyak 155 kali, kemudian "olume aal dan "olume akhirnya dicatat. 0elanjutnya B4 mampat dihitung dengan menggunakan rumus, B4 mampat K /I B4 mampat 3aktosa adalah /It K 15 g/ 1% m3 K 5,6 g/cm . Pada percobaan ini hasil dari nilai bobot jenis alkohol dan parafin cair yang didapatkan sudah sesuai dengan ketentuan literatur. 8ntuk penentuan bobot jenis pada serbuk laktosa kemungkinan besar tidak sesuai dengan ketentuan dalam farmakope. :al ini biasanya dipengaruhi oleh temperature, penimbangan dan massa #at. Pada saat praktikum penentuan bobot jenis dan bobot jenis #at-#at tersebut sering terjadi penyimpangan sehingga memberikan hasil yang berbeda dengan yang seharusnya $sesuai ketentuan di Earmakope ndonesia). Penyimpangan-penyimpangan ini antara lain disebabkan oleh karena berbagai kesalahan pada saat melakukan
praktikum.
esalahan
penimbangan,
cara
penutupan
piknometer yang salah, pengaruh perubahan suhu yang terlalu cepat, piknometer belum benar-benar kering dan bersih, "olume air yang di masukkan ke dalam piknometer tidak tepat, kebersihan, terkontaminasi, dan juga pada pemampatan serbuk.
16
sampel yang
19
BAB + PENUTUP +.1
%esi)pulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan> 1. 0erbuk laktosa, didapatkan B4 nyata dengan 15 gram didapatkan dari menggunakan rumus,dipeoleh B4 nyata dari laktosa 5,&%21&6 g/ cm. Pada B4 mampat, 15 gram serbuk laktosa yang ditimabang dimasukkan kedalam gelas ukur 155 ml dan diberi ketukan sebanyak 155 kali, kemudian "olume aal dan "olume akhirnya dicatat. 0elanjutnya B4 mampat dihitung dengan menggunakan rumus, B4 mampat K 5,6 g/cm. %. Bobot jenis sampel pada parafin cair dan alkohol berbanding lurus dengan selisih antara piknometer yang berisis sampel dengan piknometer kosong, dan berbanding terbalik dengan "olume sampel. Bobot jenis yang didapatkan pada Parafin cair K 5,612%+ g/cm , !lkohol K 5,692. +.2
$aran
1. 4urusan Diharapkan agar jurusan untuk lebih meningkatkan lagi praktikum praktikum selanjutnya, agar para mahasisa dapat mengetahui lebih mendalam mengenai setiap percobaan praktikum yang akan datang. %. 3aboratorium Diharapkan pada praktikum-praktikum selanjutnya untuk ketersediaan alat harus lebih ditingkatkan terutama bahan yang sering digunakan sebagai #at pengkompleks lainnya, sehingga dapat melihat perbandingan yang jelas antara #at-#at pengkompleks dengan #at aktif yang ada. . !sisten Diharapkan agar tidak bosan-bosannya dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada praktikan.
19