LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN
DETEKSI DINI MASALAH GIZI BURUK
DI POSYANDU GETAK WILAYAH KERJA PUSKESMAS GRABAG II KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2015
Disusun Oleh:
"Sri Puji Lestari "P07131215078 "
"Harfi Gatra Wicaksono "P07131215084 "
"Nurfitriani FaraLiana "P07131215086 "
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI DIV ALIH JENJANG JURUSAN GIZI
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan Laporan Praktik Lapangan
Deteksi Dini Gizi Buruk dapat diselesaian dengan baik.
Penulisan Laporan Praktik Lapangan ini dapat diselesaikan dengan baik
berkat bantuan, dorongan dan bimbingan kepada penulis selama ini. Pada
kesempatan ini penulis menyatakan penghargaan dan mengucapkan terima kasih
kepada.
1. Tjarono Sari, SKM, M.Kes selaku ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
2. Ir. Herawati M.Kes selaku koordinator dosen pengampu mata kuliah Deteksi
Dini Gizi Makro dan Mikro Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
3. Th. Ninuk Sri Hartini, MS, Ph.D selaku dosen pengampu mata kuliah
Deteksi Dini Gizi Makro dan Mikro Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
4. DR. Waryana, SKM, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Deteksi Dini
Gizi Makro dan Mikro Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
5. Petugas Gizi Puskesmas Grabag II yang telah memberikan informasi untuk
mendukung penyusunan Laporan Praktik Lapangan.
Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Praktik Lapangan Deteksi
Dini Gizi Buruk ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan
saran kami harapkan untuk penyempurnaan selanjutnya. Penulis berharap,
semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaan bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Yogyakarta, 29 Desember 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambar v
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 3
B. Tujuan 3
C. Manfaat 3
BAB II METODE 4
A. Lokasi dan Waktu 4
B. Sasaran 4
C. Metode Deteksi di Posyandu 4
D. Jenis Data 5
E. Cara Pengumpulan Data 5
F. Instrumen 6
G. Pengolahan dan Analisis Data 6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 7
A. Karakteristik Balita di Posyandu Getak 7
B. Cakupan Penimbangan di Posyandu Getak 8
C. Deteksi Dini Balita 9
BAB IV KESIMPULAN 20
Daftar Pustaka 21
Lampiran 22
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Balita di Posandu Getak 7
Tabel 2. Cakupan Penimbangan di Posyandu Getak 8
Tabel 3. Identitas Balita 10
Tabel 4. Identitas Orangtua Balita 10
Tabel 5. Pengamatan Tanda Fisik Balita 12
Tabel 6. Riwayat Penyakit Balita 13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pemantauan Antropometri 11
Gambar 2. Nilai Z-Score Antripometri 12
Gambar 3. Asupan Energi 13
Gambar 4. Asupan Protein 14
Gambar 5. Asupan Lemak 14
Gambar 6. Asupan Karbohidrat 15
Gambar 7. Kondisi Rumah Balita 1 16
Gambar 8. Kondisi Rumah Balita 2 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gizi utama di Indonesia saat ini adalah Kurang Energi
Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kurang Iodium
(GAKI), dan Anemia Gizi Besi (AGB) (Almatsier, 2007). Kurang Energi
Protein dapat diderita oleh siapa saja, baik bayi, anak-anak, maupun
dewasa (Arisman, 2004). KEP pada anak balita merupakan keadaan kurang
gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari
makanan sehari-hari dalam waktu yang cukup lama dan atau karena gangguan
penyakit tertentu (Supariasa, 2001). Bayi dan anak usia bawah lima tahun
sangat rentan terserang KEP karena sedang mengalami masa tumbuh kembang
(Arisman, 2004). Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor, oleh sebab
itu dalam penanggulangannya harus melibatkan berbagai faktor yang terkait
( Supariasa, 2002 ).
Menurut Riskesdas (2013), prevalensi berat-kurang balita rata-
rata nasional menurut indeks BB/U sebesar 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi
buruk dan 13,9% gizi kurang. Jika dibandingkan dengan tahun 2007 (18,4%)
dan tahun 2010 (17,9 %). Hal ini berarti terjadi peningkatan prevalensi
berat-kurang menurut indeks BB/U pada tahun 2013 dari tahun sebelumnya.
Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen tahun
2007, 4,9 persen pada tahun 2010, dan 5,7 persen tahun 2013. Sedangkan
prevalensi gizi kurang naik sebesar 0,9 persen dari 2007 dan 2013.
Hasil data status gizi anak balita menurut Riskesdas 2010 dengan
indikator status gizi menurut indeks BB/TB menunjukkan prevalensi sangat
kurus secara nasional tahun 2013 masih cukup tinggi yaitu 5,3%,
terdapat penurunan dibandingkan tahun 2010 (6,0%) dan tahun 2007
(6,2%). Demikian pula halnya dengan prevalensi kurus sebesar 6,8% juga
menunjukkan adanya penurunan dari 7,3% (tahun 2010) dan 7,4% (tahun
2007). Secara keseluruhan prevalensi anak balita kurus dan sangat
kurus menurun dari 13,6% pada tahun 2007 menjadi 12,1% pada tahun 2013
Dampak masalah gizi buruk sangat merugikan, dimana kekurangan gizi
merupakan salah satu penyebab tingginya kematian pada bayi dan anak.
Apabila anak kekurangan gizi dalam hal zat karbohidrat (zat tenaga) dan
protein (zat pembangun) akan mengakibatkan anak menderita kekurangan
gizi yang disebut Kurang Energi dan Protein (KEP) tingkat ringan dan
sedang, apabila hal ini berlanjut lama maka akan berakibat terganggunya
pertumbuhan, terganggunya perkembangan mental dan terganggunya sistem
pertahanan tubuh sehingga dapat menjadikan penderita KEP tingkat berat
dan sangat mudah terserang penyakit (Moehji, 2005).
Dalam rangka mencegah agar tidak terjadi masalah gizi yang lebih
parah maka diperlukan deteksi dini. Deteksi dini gizi buruk adalah
kegiatan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang
pada balita sebelum terjadinya kasus gizi buruk, Posyandu adalah salah
satu ujung tombak masyarakat untuk mendeteksi gizi buruk balita secara
dini. posyandu untuk mengetahui pertumbuhan balita apakah terdapat
penyimpangan atau tidak dengan cara menimbang anak setiap bulannya.
Berdasarkan Depkes RI (2012), Indonesia masih mengalami
permasalahan gizi pada anak-anak, maka usaha deteksi dini penting untuk
dilakukan. Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat
sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan anak
lebih rendah dari yang seharusnya pertumbuhan anak terganggu dan anak
beresiko akan mengalami kekurangan gizi.
Ahli gizi merupakan salah satu tenaga kesehatan yang bertugas
membina kesehatan pada masyarakat harus mendapat bekal pengetahuan dan
ketrampilan yang cukup dalam melakukan deteksi dini masalah gizi yang ada
di masyarakat. Salah satu peran Ahli Gizi adalah sebagai pengelola
program gizi masyarakat. Salah satu aspek dalam pengeloolaan program gizi
masyarakat adalah mendeteksi masalah gizi yang ada di masyarakat. Peran
tersebut dapat dicapai setelah Ahli Gizi memperoleh bekal ketrampilan
(kompetensi) yang appropriate selama mengikuti pendidikan
Untuk memperoleh pengalaman dalam melakukan deteksi dini masalah
gizi buruk, maka mahasiswa Program Studi D-IV Gizi perlu mendapatkan
pengalaman dan ketrampilan yang diperoleh dari praktek langsung di
masysrakat. Untuk itu maka perlu kegiatan kunjungan lapangan , praktek
di masyarakat untuk melakukan deteksi dini masalah gizi buruk yang ada
di masyarakat.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melakukan praktek kunjungan lapangan diharapkan mahasiswa
termpil melakukan deteksi dini masalah gizi buruk yang ada di masyarakat.
2. Tujuan khusus
Setelah melakukan kunjungan lapangan diharapkan mahasiswa:
a. Mampu melakukan pengukuran berat badan
b. Mampu melakukan tinggi badan/panjang badan
c. Mampu menentukan menetukan z scor
d. Mengetahui umur
e. Mengetahui jenis kelamin
f. Mampu mengenal tanda fisik
g. Mampu menentukan asupan energi
h. Mampu menetukan asupan protein
i. Mampu melakukan FFQ
j. Mampu melakukan penyelidikan epidemiologi
C. Manfaat
Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan
praktek kerja lapangan di posyandu Grabag II Kabupaten Magelang
mengenai deteksi dini masalah gizi makro kurang energi protein (KEP) dan
intervensi untuk mengatasi masalah tersebut.
Bahan masukan dalam menentukan program perbaikan gizi sehingga tidak
terjadi akibat yang lebih buruk.
BAB II
METODE
A. Lokasi dan Waktu
Lokasi yang digunakan sebagai lahan praktek kunjungan lapangan mata
kuliah deteksi dini ini di Posyandu X wilayah kerja Puskesmas Grabag II
Kabupaten Magelang
B. Sasaran
Anak balita yang berada di Posyandu X wilayah kerja Puskesmas Grabag
II Kabupaten Magelang
C. Metode Deteksi Di Posyandu
1. Antropmetri
Antropometri digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan
protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola
pertumbuhan fisik dan jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah
air dalam tubuh. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan
adalah berat badan menurut umur (BB/U), panjang badan atau tinggi
badan menurut umur (PB/U atau TB/U), dan berat badan menurut panjang
badan atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB).
2. Biofisik
Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan
struktur jaringan yang dapat digunakan dalam keadaan tertentu, seperti
kejadian buta senja (Supariasa, 2002).
3. Recall
Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan
makanan yang dikonsumsi pada masa lalu. Wawancara yang dilakukan
sedalam mungkin agar responden dapat mengungkapkan jenis bahan makanan
dan perkiraan jumlah bahan makanan yang dikonsumsinya beberapa hari
yang lalu.
4. FFQ
FFQ merupakan kuesioner yang menggambarkan frekuensi responden
dalam mengonsumsi beberapa jenis makanan dan minuman. Frekuensi
konsumsi makanan dilihat dalam satu hari, atau minggu, atau bulan,
atau dalam waktu satu tahun. Kuesioner terdiri dari list jenis makanan
dan minuman
D. Jenis Data
1. Data primer
a. Data identitas balita meliputi nama, tempat/tanggal lahir, usia,
alamat.
b. Data identitas orang tua (ayah dan ibu) meliputi nama, usia, alamat.
c. Data Berat Badan dan Tinggi Badan
d. Data asupan energi dan proein
e. Pola konsumsi
f. Data sosial ekonomi keluarga meliputi pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, pengetahuan.
g. Data riwayat penyakit balita.
h. Data pola asuh balita.
i. Data kondisi rumah keluarga balita
2. Data sekunder
a. Data di posyandu
b. Data BGM (melihat KMS).
E. Cara pengumpulan data
1. Data identitas balita, identitas orang tua, sosial ekonomi keluarga,
riwayat penyakit balita, pola asuh balita dan kondisi rumah keluarga
balita diperoleh dengan cara wawancara dan pengisian kuesioner.
2. Data antropometri diperoleh dengan pengukuran berat badan dan tinggi
atau panjang badan.
3. Data asupan gizi diperoleh dengan recall, sedangkan data kebiasaan
makan diperoleh dengan menggunakan form food frekuensi.
4. Data gambaran umum lokasi diperoleh dari menyalin dokumentasi
posyandu, dengan cara mencatat.
5. Data biofisik diperoleh dengan observasi
F. Instrumen
1. Microtoice
2. Dacin/ baby scale
3. Infantometer
4. Kuesioner
5. Form food recall
6. Form food frekuensi
7. Form pelacakan gizi buruk.
G. Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data adalah metode untuk mendeskripsikan dan
menginterpretasikan data yang telah diolah sehingga hasil akhir
penelitian dapat disimpulkan (Notoatmodjo, 2010). Analisis yang
digunakan adalah analisis univariat. Analisis univariat dilakukan pada
setiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini menghasilkan
distribusi dari tiap variabel
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Balita di Posyandu Getak
Tabel 1. Karakteristik Balita
"Variabel "n "% "
"Usia (bulan) " " "
"<12 bulan "5 "50 "
" 12 bulan "5 "50 "
"Total "10 "100 "
"Jenis Kelamin " " "
"Laki-laki "9 "90 "
"Perempuan "1 "10 "
"Total "10 "100 "
"Status Gizi " " "
"(BB/U) " " "
"Gizi Buruk "0 "0 "
"Gizi Kurang "2 "20 "
"Gizi Baik "8 "80 "
"Gizi Lebih "0 "0 "
"Total "10 "100 "
"Status Gizi " " "
"(PB/U) " " "
"Sangat Pendek "3 "30 "
"Pendek "1 "10 "
"Normal "5 "50 "
"Tinggi "1 "10 "
"Total "10 "100 "
"Status Gizi " " "
"(BB/PB) " " "
"Sangat Kurus "0 "0 "
"Kurus "1 "10 "
"Normal "9 "90 "
"Gemuk "0 "0 "
"Total "10 "100 "
Berdasarkan Tabel 1 diketahui karakteristik balita menurut usia
(bulan) yaitu balita dengan usia <12 bulan sejumlah 5 orang (50%),
sedangkan balita dengan usia 12 bulan sejumlah 5 orang (50%).
Karakteristik balita menurut jenis kelamin yaitu balita dengan jenis
kelamin laki-laki sejumlah 9 orang (90%) dan balita dengan jenis kelamin
perempuan sejumlah 1 orang (10%).
Hasil pemantauan status gizi balita di Posyandu Getak menunjukkan
status gizi balita menurut indeks BB/U yaitu balita dengan status gizi
kurang (<-2 SD- -3 SD) sejumlah 2 orang (20%) dan balita dengan status
gizi baik (-2 SD–2 SD) sejumlah 8 orang (80%). Balita dengan status gizi
buruk dan gizi lebih tidak ditemukan di Posyandu Getak.
Status gizi balita menurut indeks PB/U atau TB/U yaitu balita
dengan status gizi sangat pendek (<-3 SD) sejumlah 3 orang (30%), balita
dengan status gizi pendek (<-2 SD- -3 SD) sejumlah 1 orang (10%), balita
dengan status gizi normal (-2 SD–2 SD) sejumlah 5 orang (50%) dan balita
dengan status gizi tinggi (>3 SD) sejumlah 1 orang (10%). Status gizi
balita menurut indeks BB/PB atau BB/TB yaitu sebagian besar balita
memiliki status gizi normal (90%) dan masih ditemukan balita dengan
status gizi kurus (<-2 SD- -3 SD) sejumlah 1 orang (10%).
Bedasarkan hasil pemantauan penimbangan balita di Posyandu Getak
diketahui balita yang memilki nilai z-score -2 SD- (-3SD) menurut indeks
BB/U sejumlah 2 orang. Hasil tersebut menunjukkan perlunya penencegahan
agar tidak terjadi masalah gizi yang lebih parah dengan melakukan
deteksi dini. Deteksi dini gizi buruk adalah kegiatan untuk menemukan
secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita sebelum
terjadinya kasus gizi buruk pada balita tersebut.
B. Cakupan Penimbangan di Posyandu Getak
Berdasarkan data penimbangan balita yang dilakukan setiap
bulan, maka cakupan penimbangan balita di Posyandu Getak sebagai
berikut:
Tabel 2. Cakupan Penimbangan Balita Posyandu Getak Tahun 2015
"No "Indikator "Bulan "
" "Posyandu " "
" " "Agustus "September "Nopember "Desember "
"1 "S "24 "24 "24 "24 "
"2 "K "24 "24 "24 "24 "
"3 "D "19 "22 "18 "19 "
"4 "N "14 "15 "14 "16 "
"5 "N/S "58,3 "62,5 "58,3 "66,7 "
"6 "D/S "79,2 "91,7 "75 "79,2 "
"7 "K/S "100 "100 "100 "100 "
"8 "D/K "79,2 "91,7 "75 "79,2 "
"9 "N/D "73,3 "68,2 "77,8 "84,2 "
Tabel 1 menunjukkan beberapa indikator posyandu antara lain: 1)
Rata-rata cakupan keberhasilan program (N/S) di posyandu Getak selama 4
bulan terakhir telah mencapai target nasional (40%) yaitu sebesar
61,45%; 2) Rata-rata cakupan partisipasi masyarakat (D/S) posyandu
Getak selama 4 bulan terakhir telah mencapai target nasional (80%) yaitu
sebesar 81,27%; 3) Rata-rata cakupan progam (K/S) di posyandu Getak
selama 4 bulan terakhir telah mencapai target nasional (85%) yaitu
sebesar 100%; 4) Rata-rata cakupan kelangsungan penimbangan (D/K) di
posyandu wilayah kerja Puskesmas Dlingo I telah mencapai target nasional
(70%) yaitu sebesar 81,27%; 5) Rata-rata cakupan hasil penimbangan (N/D)
di posyandu Getak selama 4 bulan terakhir belum mencapai target nasional
(80%) yaitu sebesar 75,9%.
Berdasarkan hasil cakupan kegiatan penimbangan selama 4 bulan
terakhir di posyandu Getak menunjukkan semua indikator penimbangan
telah mencapai target nasional kecuali indikator N/D yaitu cakupan hasil
penimbangan belum mencapai target nasional (80%). Pelaksanaan posyandu
Getak secara keseluruhan dapat dikatakan baik. Namun, kegiatan meja
tidak berjalan. Partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan posyandu
mencapai >90%.
C. Deteksi Dini Balita
Berdasarkan hasil deteksi dini ditemukan sejumlah 2 balita
mengalami masalah gizi. Hasil penentuan nilai Z-Score diketahui 2 balita
memiliki nilai -2 SD – (-3 SD). Adapun pengkajian untuk balita dengan
masalah gizi sebagai berikut:
1. Identitas Balita
Tabel 3. Identitas Balita
"No "Jenis Data "Balita 1 "Balita 2 "
"1 "Nama "Fikri Mahmud "Muhammad Lutfi "
"2 "Jenis Kelamin "Laki-laki "Laki-laki "
"3 "Tanggal Lahir "01 April 2015"01 April 2012 "
"4 "Usia "8 bulan "44 bulan "
"5 "Anak ke "2 "1 "
"6 "Berat Badan Lahir"1,8 kg "2,4 kg "
"7 "Panjang Badan "41 cm "43 cm "
" "Lahir " " "
"8 "Z-Score (BB/U) "-2,8 SD "-2,31 SD "
"9 "Z-Score (PB/U) "-5,1 SD "-3,37 SD "
"10 "Z-Score (BB/PB) "1,75 SD "1,08 SD "
2. Identitas Orangtua Balita
Tabel 4. Identitas Orangtua Balita
"No "Jenis Data "Balita 1 "Balita 2 "
"1 "Nama Ayah "Mahmudi "Agus Rumidi "
"2 "Nama Ibu "Umi Khalifah "Sulistyani "
"3 "Usia Ayah "28 tahun "27 tahun "
"4 "Usia Ibu "28 tahun "24 tahun "
"5 "Pendidikan Ayah "Tamat SD "Tamat SMP "
"6 "Pendidikan Ibu "Tamat SMA "Tamat SD "
"7 "Pekerjaan Ayah "Buruh "Buruh "
"8 "Pekerjaan Ibu "Ibu Rumah "Ibu Rumah "
" " "Tangga "Tangga "
"9 "Pendapatan/bulan "Rp 500.000 "Rp 1.000.000 "
"10 "Jumlah anggota "4 "3 "
" "keluarga " " "
"11 "Jumlah anak "2 "1 "
Tabel 4 menunjukkan identitas orangtua balita yang menjadi
sasaran dalam melakukan tindakan deteksi dini gizi buruk. Pendidikan
ayah untuk balita 1 tergolong dalam pendidikan rendah (tamat SD) dan
pendidikan ibu tergolong menengah (tamat SMA). Pendapatan keluarga
untuk balita 1 kurang dari UMR (Rp 1.200.000) yaitu sebesar Rp
500.000. Penghasilan yang rendah dapat mengakibatkan kurangnya daya
beli keluarga terhadap kebutuhan gizi anak karena penghasilan tersebut
digunakan untuk prioritas lain.
Pendidikan ayah untuk balita 2 tergolong menengah (tamat SMP)
dan pendidikan ibu tergolong rendah (tamat SD). Pendidikan ibu yang
rendah berpengaruh terhadap pengetahuan ibu dalam pola asuh balita.
Pengetahuan yang rendah dapat berdampak pada pola asuh balita yang
salah. Pendapatan keluarga untuk balita 2 kurang dari UMR (Rp
1.200.000) yaitu sebesar Rp 1.000.000.
3. Kajian Deteksi Dini
a. Pemantauan antropometri
Gambar 1. Pemantauan Antropometri
Gambar 1 menunjukkan berat badan balita 1 yang terpantau
selama tiga bulan terakhir mengalami peningkatan dari bulan ke
bulan. Grafik pertumbuhan balita masih menunjukkan dibawah garis
merah walaupun berat badan mengalami peningkatan setiap bulannya.
Pemantauan berat badan pada bulan Oktober tidak dilakukan karena
kegiatan Posyandu pada bulan tersebut ditiadakan.
Berat badan balita 2 yang terpantau selama tiga bulan terakhir
menunjukkan grafik pertumbuhan mengalami peningkatan pada pemantauan
bulan kedua (11 kg), namun menurun pada pemantauan bulan ketiga
(10,2 kg). Pemantauan berat badan pada bulan Oktober tidak dilakukan
karena kegiatan Posyandu pada bulan tersebut ditiadakan.
b. Nilai Z-Score Antropometri
Gambar 2. Nilai Z-Score Antrpometri
Gambar 2 menunjukkan nilai Z-Score bedasarkan indeks BB/U,
PB/U dan BB/PB. Nilai Z-Score untuk balita 1 menunjukkan bahwa
balita tersebut mengalami masalah gizi kronis yang ditadai oleh
nilai Z-Score dengan indeks BB/U (-2,8 SD) dan PB/U (-5,1 SD) yang
rendah (-2 SD – (-3 SD)). Demikian juga dengan nilai Z-Score untuk
balita 2 menunjukkan kondisi masalah gizi kronis dan dikategorikan
KEP ringan.
c. Tanda Fisik
Tabel 5. Pengamatan Tanda Fisik
"Jenis Pemeriksaan"Balita 1 "Balita 2 "
"Kurus "Ya "Ya "
"Iga Gambang "Tidak "Tidak "
"Odema "Tidak "Tidak "
"Rambut Jagung "Tidak "Tidak "
"Moon Face "Tidak "Tidak "
"Baggy Pants "Tidak "Tidak "
d. Riwayat penyakit yang Diderita
Tabel 6. Riwayat Penyakit balita
"Jenis Pemeriksaan"Balita 1 "Balita 2 "
"Batuk "Ya "Ya "
"Pilek "Ya "Tidak "
"Panas "Ya "Ya "
"Diare "Ya "Tidak "
e. Dietary History
Penentuan dietary history dengan menggunakan metode recall 24
jam dan FFQ (Food Frequency Questionary). Dalam menentukan tingkat
asupan makan pada metode recall 24 jam menggunakan prosentase hasil
dari asupan makan balita dibagi dengan kebutuhan zat gizi balita.
Menurut WNPG (2008), Asupan defisit apabila prosentase <90%, asupan
normal apabila prosentase 90-120% dan asupan berlebih apabila
prosentase >120%. Adapaun hasil recall 24 jam terhadap balita
sebagai berikut:
Gambar 3. Asupan Energi
Berdasarkan gambar 3 diketahui asupan energi pada balita 1
sebesar 360,3 kkal sedangkan kebutuhan energi balita 1 mencapai
867,18 kkal sehingga bila dibandingkan dengan kebutuhan bahwa asupan
energi untuk balita 1 dikategorikan defisit berat (41,54%). Asupan
energi pada balita 2 sebesar 628,6 kkal sedangkan keutuhan energi
balita 2 sebesar 1257,1 kkal sehingga asupan energi untuk balita 2
dikategorikan defisit berat (50%).
Gambar 4. Asupan Protein
Gambar 4 menunjukkan asupan protein pada balita 1 sebesar 10,2
gram sedangkan kebutuhan energi balita 1 mencapai 43,35 gram
sehingga bila dibandingkan dengan kebutuhan bahwa asupan energi
untuk balita 1 dikategorikan defisit berat (23,52%). Asupan protein
pada balita 2 sebesar 30,1 gram sedangkan kebutuhan protein balita 2
sebesar 62,8 gram sehingga asupan protein untuk balita 2
dikategorikan defisit berat (47,9%).
Gambar 5 menunjukkan asupan lemak pada balita 1 sebesar 6,2
gram sedangkan kebutuhan energi balita 1 mencapai 24,08 gram
sehingga bila dibandingkan dengan kebutuhan bahwa asupan energi
untuk balita 1 dikategorikan defisit berat (25,7%). Asupan protein
pada balita 2 sebesar 20,7 gram sedangkan kebutuhan protein balita 2
sebesar 34,91 gram sehingga asupan protein untuk balita 2
dikategorikan defisit berat (59,3%).
Gambar 6. Asupan Karbohidrat
Gambar 6 menunjukkan asupan karbohidrat pada balita 1 sebesar
65,3 gram sedangkan kebutuhan energi balita 1 mencapai 119,24 gram
sehingga bila dibandingkan dengan kebutuhan bahwa asupan energi
untuk balita 1 dikategorikan defisit berat (54,74%). Asupan
karbohidrat pada balita 2 sebesar 90,8 gram sedangkan kebutuhan
protein balita 2 sebesar 172,85 gram sehingga asupan protein untuk
balita 2 dikategorikan defisit berat (52,5%).
4. Karakteristik Rumah Balita
Gambar 7. Kondisi Rumah Balita 1
Berdasarkan hasil observasi dengan melakukan kunjungan kerumah
balita 1 diketahui bangunan rumah permanen terbuat dari tembok (batu
bata), namun lantai rumah masih dari tanah. Terdapat fasilitas MCK
(Mandi,Cuci dan Kakus) sendiri. Ventilasi rumah kurang memadai karena
kondisi ventilasi ditutupi plastik sehingga sirkulasi udara tidak
berjalan dengan baik. Kondisi pencahayaan kurang memadai, cahaya hanya
masuk ke bagian ruangan tertentu saja. Hasil wawancara yang diperoleh
bahwa penanganan sampah dilakukan dengan cara membuang sampah terlebih
dahulu di kebun kemudian dibakar.
Gambar 8. Kondisi Rumah Balita 2
Gambar 8 menunjukkan hasil penyeledikan epidemiologi dengan
melakukan kunjungan rumah balita 2. Diketahui bangunan rumah permanen
terbuat dari tembok (batu bata). MCK terpisah dari rumah dan digunakan
untuk 3 keluarga. Kondisi MCK kurang memadai dan sanitasi terlihat
kurang baik. Ventilasi rumah kurang memadai. Kondisi pencahayaan
kurang memadai, cahaya hanya masuk ke bagian ruangan tertentu saja.
Hasil wawancara yang diperoleh bahwa penanganan sampah dilakukan
dengan cara membuang sampah terlebih dahulu di kebun kemudian dibakar.
5. Pengetahuan Ibu Balita
Pengetahuan ibu balita didapat dari hasil wawancara dengan ibu
balita menggunakan kuesioner. Penentuan tingkat pengetahuan ibu balita
dilakukan dengan cara skoring. Hasil wawancara dengan ibu balita
sebagai berikut:
a. Pengetahuan Ibu balita 1
Berdasarkan hasil wawancara diketahui pengetahuan ibu balita 1
(Fikri Mahmud) dikategorikan baik karena ibu balita tersebut
berhasil menjawab dengan benar sebagaian besar pertanyaan yang
diajukan.
b. Pengetahuan Ibu balita 2
Berdasarkan hasil wawancara diketahui pengetahuan ibu balita 2
(Muhammad Lutfi) dikategorikan rendah karena ibu balita tersebut
hanya dapat menjawab dengan benar beberapa pertanyaan saja dari
beberapa pertanyaan yang diajukan.
6. Pola Asuh Balita
Pola asuh balita ditentukan dengan observasi terhadap ibu balita
menggunakan kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan. Adapun
pola asuh balita sebagai berikut:
a. Pola asuh balita 1
Berdasarkan observasi lapangan diketahui bahwa ibu balita
memberi makan anaknya >3 kali dalam sehari. Reaksi anak ketika
diberi makan pada awalnya menangis namun setelah itu tidak menangis.
Situasi yang diciptakan saat ibu balita memberikan makan pada
anaknya terlihat membosankan bagi anak sehingga sesekali anak
menangis disela-sela waktu makan. Makanan sering dihabiskan oleh
balita namun kadang-kadang tidak habis. Berdasarkan hasil wawancara
ibu balita tidak mencuci tangan terlebih dahulu sebelum masak bahan
makanan.
Hasil observasi diketahui bahwa pola asuh ibu balita terhadap
balita kurang baik. Hal tersebut ditunjukkan dari ibu balita kurang
mampu mengatasi situasi pada saat waktu makan sehingga membosankan
bagi anaknya. Selain itu ibu balita tidak mencuci tangan sebelum
mengolah makanan.
b. Pola asuh balita 2
Berdasarkan observasi lapangan diketahui bahwa ibu balita
memberi makan anaknya 3 kali dalam sehari. Reaksi anak ketika
diberi makan biasa saja. Situasi yang diciptakan saat ibu balita
memberikan makan pada anaknya terlihat membosankan bagi anak.
Makanan sering tidak dihabiskan oleh balita. Anak mengalami
kesulitan makan dan menu yang diberikan kepada anak kurang
bervariasi. Balita sering minta diberikan menu mi instan. Apabila
tidak diberikan balita menangis sehingga ibu balita menuruti kemauan
anak.
Hasil observasi diketahui bahwa pola asuh ibu balita terhadap
balita kurang baik. Hal tersebut ditunjukkan dari ibu balita kurang
mampu mengatasi situasi pada saat waktu makan sehingga membosankan
bagi anaknya. Selain itu ibu balita tidak kurang memahami dampak
buruk dari mengkonsumsi mi instan terlalu sering untuk balita.
7. Analisa Penyebab Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas diketahui penyebab langsung dan
tidak langsung masing-masing balita sebagai berikut:
a. Balita 1
1) Penyebab langsung
Faktor penyebab langsung yang terjadi pada balita ini adalah
asupan makan kurang dari kebutuhan. Hal tersebut ditunjukkan oleh
hasil recall 24 jam balita yang mengalami defisit berat (<70%).
Riwayat penyakit yang diderita balita selama sebula terakhir juga
memperkuat terjadinya masalah gizi pada balita.
2) Penyebab tiak langsung
Faktor penyebab tidak langsung adalah pola asuh terhaddap
balita yang kurang baik. Ibu balita kurang mampu mengatasi situasi
anak menangis saat makan. Berat badan lahir sangat kurang dari
normal yaitu hanya 1,8 kg. Kondisi rumah yang kurang baik yang
ditunjukkan oleh lantai rumah masih dari tanah, ventilasi rumah
kurang memadai dan pencahayaan kurang sempurna.
b. Balita 2
1) Penyebab langsung
Faktor penyebab langsung yang terjadi pada balita ini adalah
asupan makan kurang dari kebutuhan. Hal tersebut ditunjukkan oleh
hasil recall 24 jam balita yang mengalami defisit berat (<70%).
Riwayat penyakit yang diderita balita selama sebula terakhir juga
memperkuat terjadinya masalah gizi pada balita.
2) Penyebab tiak langsung
Faktor penyebab tidak langsung adalah pola asuh terhadap
balita yang kurang baik. Ibu balita memiliki pengetahuan yang
rendah berkaitan dengan pola asuh anak. Berat badan lahir kurang
dari normal yaitu hanya 2,4 kg. Kondisi rumah dan sanitasi yang
kurang baik yang ditunjukkan oleh kondisi MCK yang kurang memadai,
ventilasi rumah kurang memadai dan pencahayaan kurang sempurna.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil perhitungan Z-Score dengan indeks BB/U, PB/U dan
BB/PB menunjukkan bahwa balita 1 (Fikri Mahmud) dikaategorikan kedalam
kondisi KEP ringan. Hal tersebut ditandai dengan niali Z-Score dengan
indeks BB/U sebesar -2,8 SD dan indeks PB/U sebesar -5,1 SD. Demikian
juga dengan balita 2 (Muhammad Lutfi) dikategorikan dalam kondisi KEP
ringan yang ditandai dengan nilai Z-Score indeks BB/U sebesar -2,31 SD
dan indeks TB/U sebesar -3,37 SD.
2. Berdasarkan tanda fisik pada balita 1 (Fikri Mahmud) yang menunjukkan
kenampakan kurus namun tidak terdapat odema. Hal tersebut menegakkan
diagnosa jika balita 1 mengalami kondisi KEP ringan. Pada balita 2
(Muhammad Lutfi) menunjukkan kenampakan kurus, sehingga balita 2
mengalami kondisi KEP ringan.
3. Berdasarkan dietary history diperoleh asupan zat gizi balita 1 (Fikri
Mahmud) yaitu: a) energi 360,3 kkal; b) protein 10,2 gram; c) lemak
6,2 gram; d) karbohidrat 65,3 gram. Apabila dibandingkan dengan
kebutuhan zat gizi diperoleh prosentase asupan energi sebesar 41,54%
(defisit berat), asupan protein sebesar 43,35% (defisit berat), asupan
lemak sebesar 25,7% (defisit berat) dan asupan karbohidrat sebesar
54,74 (defisit berat). Asupan zat gizi balita 2 (Muhammad Lutfi)
yaitu: a) 628,6 kkal; b) protein 30,1 gram; c) lemak 20,7 gram; d)
90,8 gram. Prosentase asupan zat gizi pada balita 2 jika dibandingkan
dengan kebutuhan diperoleh asupan energi sebesar 50% (defisit berat),
asupan protein sebesar 47,9% (defisit berat), asupan lemak sebesar
59,3% (defisit berat) dan asupan karbohidrat sebesar 52,5% (defisit
berat).
DAFTAR PUSTAKA
Departemen kesehatan RI.1997.Pedoman Penanggulangan Kekurangan Energi
Protein (KEP) dan Petunjuk Pelaksanaan PMT pada Balita. Jakarta: Ditjen
Yankes.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Tatalaksana Kekurangan Energi Protein pada
Anak di Rumah Sakit Kabupaten/Kota. Jakarta, 1998.
Departemen Kesehatan RI, 1999, Pedoman Tatalaksana KEP pada Anak di
Puskesmas dan di Rumah Tangga. Jakarta: Bhakti Husada.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Buku Bagan Tata Laksana Anak Gizi Buruk,
Buku I, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi
Masyarakat: Jakarta.
H. Boerhan. I. Roedi. & H. Siti Nurul. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi.
Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak. Edisi III. Rumah Sakit Umum Daerah Dokter
Soetomo: Surabaya.
Kristijono, Anton. 1999. Karakteristik Balita Kurang Energi Protein (KEP)
yang Dirawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan. Cermin Dunia Kedokteran.
Departemen Kesehatan RI: D.I. Nangroe Darusalam Aceh.
Moehji, S. 1998. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakarta : Bhatara Karya
Aksara.
Notas, mis. 2010. Program Penanggulangan KEP.
http://zweetscorpioluv.blogspot.com/2010/06/program-penanggulangan-
kep.html. Diunduh pada tanggal 3 maret 2013.
Pudjiani. 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Penerit FKUI.
Soekirman. 2000. Ilmu gizi dan aplikasinya. Jakarta: Dirjen Pendidik Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor : Pusat Antar Universitas Pangan
dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.
LAMPIRAN
Lampiran 1
FORMULIR PELACAKAN KASUS BALITA GIZI BURUK
"I. KETERANGAN TEMPAT "
"1 "Desa/Kalurahan ": "
"2 "Dusun ": "
"3 "No. Identitas ": "
"4 "Tanggal ": "
" "pelacakan " "
"II. IDENTITAS BALITA "
"1 "Nama ": "
"2 "Tanggal Lahir": "
"3 "Jenis Kelamin": 1. Laki-laki 2. Perempuan "
"4 "Berat Badan ": September kg "
" " "Oktober kg "
" " "November kg "
" "TB/PB ": September cm "
" " "Oktober cm "
" " "November cm "
" "Umur ": "
"5 "Status Gizi ": "
" " "Bulan "
" " "BB/U "
" " "TB/U "
" " "BB/TB "
" " " "
" " "September "
" " " "
" " " "
" " " "
" " " "
" " "Oktober "
" " " "
" " " "
" " " "
" " " "
" " "November "
" " " "
" " " "
" " " "
" " " "
" "Tanda tanda " "
" "fisik " "
"III. PENYAKIT YANG DIDERITA BALITA "
"1 " " "
"2 " " "
"3 " " "
Lampiran 2
FORMULIR KARAKTERISTIK BALITA
A. IDENTITAS
1. Nama :
2. Tempat/tanggal lahir :
3. Usia :
4. Alamat :
5. Anak ke :
B. STATUS GIZI
1. Berat badan (BB) : Kg
2. Panjang/Tinggi badan (PB/TB) : Cm
3. Status gizi
a. BB/U :
b. PB/U atau TB/U :
c. BB/PB atau BB/TB :
d. Status KMS :
C. Riwayat Penyakit
1. Penyakit berdasarkan diagnosa dokter :
2. Penyakit yang sering diderita*)
a. Batuk
b. Pilek
c. Panas
d. Diare
e. Lain-lain, sebutkan……………………………..
*) lingkari yang sesuai, boleh lebih dari satu jawaban
Lampiran 3
FORMULIR KARAKTERISTIK ORANG TUA BALITA
"IDENTITAS "
"Nama "Ayah "Ibu "
" " " "
"Usia " " "
"Alamat " " "
"Jumlah anak " "
"Jumlah anggota " "
"keluarga dalam 1 " "
"rumah " "
" "
"SOSIAL EKONOMI "
"Pendidikan*) "Tidak sekolah/tidak "Tidak sekolah/tidak "
" "tamat SD "tamat SD "
" "Tamat SD "Tamat SD "
" "Tamat SMP "Tamat SMP "
" "Tamat SMA "Tamat SMA "
" "AK/PT "AK/PT "
"Pekerjaan*) "PNS/TNI/POLRI "PNS/TNI/POLRI "
" "Wiraswasta "Wiraswasta "
" "Swasta "Swasta "
" "Petani/nelayan "Petani/nelayan "
" "Buruh "Buruh "
" "Belum kerja "Ibu RT "
" "Pensiun "Pensiun "
" "…………………….. "…………………….. "
"Pendapatan/bulan"0 – Rp 500.000,00 "
"*) "> Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00 "
" "> Rp 1.000.000,00 – Rp 2.000.000,00 "
" "> Rp 2.000.000,00 "
Lampiran 4
FORMULIR FOOD RECALL (PENCATATAN MAKANAN HARIAN)
Nama Balita :
Umur : bulan
Tgl. Wawancara :
Mendapatkan ASI : Ya / Tidak
"Waktu "Nama "Jenis Bahan"Berat "Ket "
" "Makanan "Makanan " " "
" " " "URT "Gram " "
"Pagi " " " " " "
" " " " " " "
" " " " " " "
" " " " " " "
" " " " " " "
" " " " " " "
" " " " " " "
" " " " " " "
"Selingan" " " " " "
"Pagi " " " " " "
" " " " " " "
"Siang " " " " " "
" " " " " " "
" " " " " " "
" " " " " " "
" " " " " " "
" " " " " " "
" " " " " " "
" " " " " " "
" " " " " " "
" " " " " " "
"Selingan" " " " " "
"Sore " " " " " "
" " " " " " "
"Malam " " " " " "
" " " " " " "
" " " " " " "
" " " " " " "
Lampiran 5
FORMULIR FREKUENSI MAKANAN
No. Responden:
Nama balita :
"Nama bahan "URT "Berat "Frekuensi Konsumsi "Keterangan "
"makanan " "(gram) " " "
" " " "1x/har"
" " " "i "
"1 "ASI yang berwarna kuning yang pertama kali "B "S " "
" "keluar dinamakan kolostrum " " " "
"2 "Kolostrum adalah ASI yang kotor dan harus "B "S " "
" "dibuang " " " "
"3 "ASI lebih baik gizinya daripada susu formula "B "S " "
"4 "Balita KEP tidak membahayakan tumbuh "B "S " "
" "kembangnya " " " "
"5 "ASI ekslusif sampai anak berumur 4 bulan "B "S " "
"6 "Makanan balita seperti orang dewasa mulai "B "S " "
" "diberikan sejak usia 6 bulan " " " "
"7 "Nasi, lauk pauk dan sayuran sangat baik untuk"B "S " "
" "usia 1 tahun ke atas " " " "
"8 "Makanan balita cukup diberikan nasi tanpa "B "S " "
" "protein seperti telur, tempe, tahu dsb. " " " "
"9 "Buah-buahan sangat baik untuk balita "B "S " "
"10 "Porsi makan meningkat sesuai umur balita "B "S " "
"11 "Bila pertumbuhan anak terhambat dikarenakan "B "S " "
" "lebih besar karena faktor keturunan " " " "
"12 "Makanan lebih baik kalau bervariasi sesuai "B "S " "
" "anjuran gizi seimbang " " " "
"13 "Makanan yang bervariasi baik untuk "B "S " "
" "pertumbuhan balita " " " "
"14 "Bila anak diberik makan telur akan "B "S " "
" "menyebabkan sakit bisul " " " "
"15 "Umur 6-12 bulan saatnya diberi nasi tim "B "S " "
"16 "Buah-buahan berwarna banyak mengandung "B "S " "
" "vitamin C " " " "
"17 "Anak yang sehat bertambah umur bertambah "B "S " "
" "berat badan " " " "
"18 "Nasi, mi, dan jagung banyak mengandung energi"B "S " "
"19 "Hati dn telur bangayk mengandung vitamin A "B "S " "
"20 "Kita makan agar tidak kelaparan "B "S " "
Lampiran 8
KUESIONER POLA ASUH BALITA
A. Perhatian/ Dukungan Ibu Terhadap Anak Dalam Praktekpemberian Makanan
1. Bagaimana cara ibu dalam memilih menu makanan untuk anak?
a. Nasi + ikan + sayur
b. Nasi + ikan, Nasi + sayur
2. Berapa kali ibu memberi makan anak dalam satu hari?
a. 3 kali
b. b. <3 kali
3. Bagaimana reaksi anak setiap kali makan? (observasi)
a. Senang
b. Menangis (tidak mau makan)
4. Bagaimana situasi yang diciptakan ibu pada saat makan?
a. Menyenangkan bagi anak
b. Membosankan bagi anak
5. Apakah makanan selalu dihabiskan oleh anak? (observasi)
a. Dihabiskan
b. Tidak dihabiskan
6. Bila anak tidak mau makan, apa yang ibu lakukan?
a. Membujuk
b. Memaksa
7. Apakah ibu selalu memberikan makanan jajanan pada anak?
a. Ya b. Tidak
8. Adakah makanan pantangan pada anak?
a. Tidak Ada b. Ada
9. Apakah ibu selalu menyiapkan makanan untuk anak ibu?
a. Ya b. Tidak
10. Apakah ibu selalu mencuci tangan dahulu sebelum mengolah atau
sebelummemasak bahan makanan?
a. Ya b. Tidak
1. Bagaimana cara ibu mencuci sayuran yang sebelum dimasak?
a. Sayur dicuci dulu kemudian baru dipotong-potong
b. Sayur dipotong-potong dulu kemudian dicuci
12. Apakah alat makan dan memasak sebelum dipakai selalu dalam
keadaanbersih?
a. Ya b. Tidak
13. Apakah ibu mencuci buah-buahan sebelum diberikan kepada anak
untukdimakan?
a. Ya b. Tidak
B. Rangsangan Psikososial
"No "Pertanyaan "Ya "Tidak"
"1 "Apakah ibu selalu mendongengkan atau " " "
" "bercerita pada anak? " " "
"2 "Apakah ibu memberikan hukuman bila anak " " "
" "melakukan kesalahan? " " "
"3 "Apakah ibu selalu menganjurkan anak agar " " "
" "tidur siang " " "
"4 "Apakah ibu selalu mempunyai waktu untuk " " "
" "berliburan dengan anak? " " "
"5 "Apakah ibu membiarkan anak bermain dengan " " "
" "teman-temannya? " " "
C. Perawatan Kesehatan
1. Berapa kali memandikan anak dalam satu hari?
a. > 2 kali b. < 2 kali
2. Apakah ibu selalu membersihkan gigi anak setiap hari?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah ibu selalu membersihkan kuku anak secara teratur?
a. Ya b. Tidak
4. Bila anak sedang bermain diluar rumah, apakah anak selalu memakai
alas kaki?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah lingkungan sekitar rumah selalu dibersihkan?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah ibu selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum memberi makan
atau menyuapi anak?
a. Ya b. Tidak
7. Jika anak minum susu botol, apakah ibu selalu membersihkan botolnya
setelah anak minum susu?
a. Ya b. Tidak
8. Setelah anak BAB, apakah ibu selalu mencuci tangan pakai sabun?
a. Ya b. Tidak
9. Pernahkah anak ibu menderita sakit dalam 1 bulan terakhir ini?
a. Tidak Pernah b. Pernah
10. Apakah ibu langsung membawa anak ibu ke pelayanan kesehatan terdekat
jika anak sakit?
a. Ya b. Tidak
Jika Ya, sarana pelayanan kesehatan apa yang sering ibu kunjungi bila
anak sakit?
a. Puskesmas
b. Rumah Sakit
c. Praktek Bidan
d. Praktek Dokter
Jika tidak, upaya apa yang ibu lakukan untuk kesembuhan anak?
a. Diobati sendiri b. Dibawa ke dukun
11. Apakah ibu mendampingi anak ibu selama sakit?
a. Ya b. Tidak
12. Jika anak ibu sakit, apakah anak ada dipantangkan makanan tertentu?
a. Ada b. Tidak Ada
-----------------------
Gambar 5. Asupan Lemak